Вы находитесь на странице: 1из 4

4.

Ventilasi Paru dan Difusi Gas pada Paru


A. Definisi Ventilasi Paru
Ventilasi merupakan proses keluar masuknya udara dari dan ke paru. Ventilasi paru
mencakup gerakan dasar atau kegiatan bernafas atau inspirasi dan ekspirasi. Udara yang
masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara intrapleura dengan tekanan
atmosfer, dimana pada saat inspirasi tekanan intrapleural lebih negatif (752 mmHg) dari pada
tekanan atmosfer (760 mmHg) sehingga udara akan masuk ke alveoli.
Proses ini berfungsi untuk menyediakan/menyalurkan oksigen dari udara luar yang
dibutuhkan sel untuk metabolisme dan membuang karbondioksida hasil sisa metabolisme sel
ke luar tubuh. Proses terdiri atas dua tahap, yaitu inspirasi, pergerakan udara dari luar ke
dalam paru dan ekspirasi, pergerakan udara dari dalam ke luar paru. Namun secara volume
pernapasan, ventilasi dibagi dua menjadi ventilasi per menit dan ventilasi alveolar.
1. Minute ventilasi (MV)
Rumus Minute Ventilasi(MV)
MV = VT x RR
Keterangan : MV = Minute ventilasi
VT = Volume Tidal
RR = Respiration rate
2. Alveolar Ventilasi (AV)
Alveolar ventilasi merupakan kecepatan udara baru yang masuk pada area
alveoli, kantong alveolus, ductus alveolaris, dan bronkiolus respiratorius. Termasuk
salahsatu faktor penting yang menentukan konsentrasi O2 dan CO2 dalam paru.
Alveolus ventilasi setiap menit adalah volume total udara baru yang masuk ke
dalam alveoli dan daerah pertukaran gas yang berdekatan lainnya setiap menit.
Rumus Alveolar Ventilasi(AV)
AV = RR x (VT-VD)
Keterangan : AV = Alveolar ventilasi
VT = Volume tidal
VD = Volume ruang rugi visiologis

B. Faktor-Faktor yang Berperan dalam Proses Ventilasi


1. Saluran Pernapasan
Secara fungsional saluran pernapasan dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
Zona Konduksi : terdiri atas hidung, faring, trakea, bronkus serta bronkiolus terminalis. Zona
ini mempunyai fungsi untuk menyediakan sarana mengalirnya udara ke dan dari paru dan
mempersiapkan udara yang masuk (pembersihan, pelembaban, penghangatan).
2. Elastisitas Sistem Pernapasan
Proses respirasi sangat diengaruhi oleh adanya pengembangan dan pengempisan paru
dan rongga dada. Proses inspirasi dapat berlangsung apabila paru dan rongga dada
mengembang dan begitu sebaliknya untuk proses ekspirasi. Kemampuan untuk mengembang
dari jaringan paru dan dinding rongga dada disebut compliance. Sedangkan kemampuang
untuk mengecil jaringan paru dan dinding rongga dada disebut elastisitas.
Elastisitas pada sistem respirasi dibagi menjadi dua macaam, yaitu: elastisitas paru
dan elatisitas toraks. Selama fase inspirasi diperlukan daya elastisitas yang aktif, sedangkan
pada fase ekspirasi diperlukan daya elastisitas yang pasif.
3. Otot-Otot Pernapasan
Inspirasi adalah proses aktif sehingga baik inspirasi biasa maupun inspirasi dalam
selalu memerlukan aktifitas dari otot-otot inspirasi. Otot inspirasi utama yaitu diafragma.
Otot-otot insirasi lainnya adalah m. intercostalis externus, m. levator costae, m. serratus
posterior superior, m. intercartilagineus (otot reguler/ekstrinsik) dan m. scaleni, m.
sternocleidomastoideus, m. serratus anterior, m. pectoralis mayor et minor, m. latissimus
dorsi (otot auxiliar). Otot auxiliar merupakan otot yang terutama membantu proses insirasi
atau
ekspirasi
dalam.
Proses ekspirasi biasa merupakan proses yang pasif dan terjadi karena daya elastis
dari jaringan paru (recoil) dan tidak memerlukan aktifitas otot-otot ekspirasi. Otot-otot
ekspirasi diperlukan pada proses ekspirasi dalam. Otot ekspirasi terdiri atas otot
reguler/intrinsik (m. intercostalis internus, m. subcostalis, m. transversus thoracis, m. serratus
posterior inferior) dan otot auxiliar (m. obliquus internus et eksternus abdominis, m.
transversus abdominis, m. rectus abdominis).

C. Mekanisme Ventilasi
1. Inspirasi
Inspirasi bersifat aktif
Pada prinsipnya, pertukaran/pengaliran gas terjadi apabila terdapat perbedaan tekanan
pada dua tempat atau lebih yang mana gas/udara tersebut akan mengalir dari tempat dengan
tekanan tinggi ke tempat dengan tekanan rendah. Inspirasi terjadi apabila terjadi perbedaan
tekanan antara alveoli dan udara luar, dimana tekanan intraalveoli lebih rendah dari tekanan
udara luar (atmosfer). Pada inspirasi biasa tekanan ini berkisar antara -1 sampai -3 mmHg.
Pada inspirasi mendalam tekanan intraalveoli dapat mencapai -30 mmHg. Penurunan tekana
intrapulmonal (intraalveoli) pada waktu inspirasi disebabkan oleh mengembangnya rongga
toraks akibat kontraksi otot-otot inspirasi. Pada waktu inspirasi costa tertarik ke caudal,
diafragma berkontraksi menyebabkan diafragma turun ke bawah dan menyebabkan rongga
dada membesar/mengembang.
Selama inspirasi terjadi kontraksi otot diafragma dan intercosta eksterna, hal ini akan
meningkatkan volume intrathorak menurunkan tekanan intratorak tekanan intrapleural
makin negatif paru berkembang tekanan intrapulmonary menjadi makin negatif
udara masuk paru.
2. Ekspirasi
Ekspirasi bersifat pasif
Ekspirasi berlangsung bila tekanan intrapulmonal lebih tinggi daripada tekanan udara
luar sehingga udara bergerak ke luar paru. Peningkatan tekanan di dalam rongga paru terjadi
bila volume rongga paru mengecil akibat proses penguncupan yang disebabkan oleh daya
elastis jaringan paru dan relaksasi diafragma dan otot-otot inspirasi. Pada proses ekspirasi
biasa tekanan intrapulmonal berkisar antara +1 sampai +3 mmHg.
Selama ekspirasi terjadi relaksasi otot diafragma dan interkosta eksterna, hal ini akan
menurunkan volume intratorak meningkatkan tekanan intratorak tekanan intrapleural
makin positif paru mengempis tekanan intrapulmonal menjadi makin positif udara
keluar paru.

D. Gangguan Ventilasi Pernapasan

1. Hipoventilasi
Keadaan ini terjadi apabila CO2 yang dikeluarkan oleh paru lebih kecil dari CO2 yang
dihasilkan oleh jaringan sehingga terjadi peningkatan kadar CO2 dalam darah (hiperkapnia).
Hiperkapnia menyebabkan peningkatan produksi asam karbonat dan menyebabkan
peningkatan pembentukan H+ yang akan menimbulkan keadaan asam yang disebut asidosis
respiratorik.
2. Hiperventilasi
Keadaan ini terjadi apabila CO2 yang dikeluarkan oleh paru lebih besar dari CO 2 yang
dihasilkan oleh jaringan sehingga akan terjadi penurunan kadar CO2 dalam darah.
Hiperventilasi dapat dipicu oleh keadaan cemas, demam dan keracunan aspirin.
Hiperventilasi menyebabkan hipokapnia (PCO2 arteri di bawah normal karena PCO2
dipengaruhi oleh jumlah CO2 yang larut dalam darah). Pada hipokapnia jumlah H + yang
dihasilkan melalu pembentukan asam karbonat berkurang. Keadaan ini sering disebut dengan
alkalosis respiratorik.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Singapore. Saunders Elsevier

Вам также может понравиться