Вы находитесь на странице: 1из 44

Akuntansi Dana bagi Sektor Publik

Oleh Admin KeuLSM / Jumat 20 Desember 2013 / Tanggapi?

Organisasi-organisasi nirlaba dan institusi pemerintah menggunakan


akuntansi dana (fund accounting) untuk mengontrol dana yang terikat atau
dibatasi penggunaannya (restricted fund) sekaligus untuk menjamin adanya
ketaatan atas persyaratan yang ada.
Organisasi sektor publik mempunyai tujuan-tujuan yang spesifik.

Sumber dana keuangan berupa dana yang disediakan untuk digunakan oleh
organisasi nirlaba atau institusi pemerintah biasanya mempunyai keterbatasan
penggunaan, dalam arti, dana-dana tersebut dibatasi penggunaannya untuk tujuan
atau aktivitas tertentu yang terkadang merupakan syarat dan pihak eksternal yang
merupakan penyedia dana.
Tidak seperti perusahaan swasta yang mencari laba, organisasi sektor publik
mempunyai tujuan-tujuan yang spesifik. Dengan latar belakang seperti itu,
perusahaan swasta dapat menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk keperluan
apapun, yang penting bagi mereka adalah adanya laba. Berbeda dengan organisasi
sektor publik dimana sumber daya yang ada harus digunakan dengan tujuan
tertentu.
Misalkan pemerintah menerima pinjaman dari World Bank (Bank Dunia) sebesar Rp
10 miliar untuk pembangunan jalan dan jembatan. Maka, tidak ada pilihan lain bagi
pemerintah selain menggunakan dana Rp 10 miliar tersebut untuk pembangunan
jembatan dan jalan.
Contoh lain sebuah institusi pendidikan mengandalkan dananya dari para alumninya.
Dalam memberikan sumbangan, para alumni tersebut menghendaki tujuan-tujuan
tertentu. Ada yang meberi sumbangan untuk keperluan pembangunan perpustakaan,
ada pula yang meberi sumbangan khusus untuk beasiswa.
Secara umum, sangat lazim jika dari keseluruhan dana yang dipunyai organisasi
sektor publik, masing-masing mempunyai tujuan tersendiri dalam penggunaannya,
baik karena faktor aksternal (pembatasan eksternal), faktor internal (perencanaan
manajemen), maupun karena peraturan.

Adanya keterbatasan penggunaan dana memberikan implikasi akan suatu kewajiban


untuk memberikan pertanggungjawaban kepada pihak penyedia dana (donatur).
Oleh sebab itu, organisasi-organisasi nirlaba dan institusi pemerintah menggunakan
akuntansi dana (fund accounting) untuk mengontrol dana yang terikat atau dibatasi
penggunaannya (restricted fund) tersebut sekaligus untuk menjamin adanya
ketaatan atas persyaratan yang ada.

Persamaan Akuntansi Dana


Dalam akuntansi dana dikenal persamaan akuntansi sebagai berikut
AKTIVA = KEWAJIBAN + EKUITAS DANA
Persamaan tersebut tentu saja berbeda dengan persamaan akuntansi yang kita
kenal pada akuntansi keuangan yang digunakan dalam perusahaan komersial yang
berupa
AKTIVA = KEWAJIBAN + EKUITAS
Di sini terdapat perbedaan yang mendasar antara ekuitas dana dan ekuitas. Di
perusahaan, selisih antara aktiva dan utang adalah ekuitas yang menunjukkan
adanya kepemilikan pada perusahaan tersebut oleh pemegang sahamnya.
Sementara itu, di organisasi sektor publik, ekuitas dana tidak menunjukan adanya
kepemilikan siapapun karena memang tidak ada kepemilikan individu dalam suatu
organisasi sektor publik.
Basis Akuntansi dan Fokus Pengukuran
Dalam akuntansi dana, dikenal istilah basis akuntansi dan fokus pengukuran
(measurement focus). Basis akuntansi menentukan kapan transaksi dan peristiwa
yang terjadi diakui. Contoh, bila organisasi mengadopsi basis akrual penuh, transaksi
diakui ketika transaksi tersebut memiliki dampak ekonomi yang substantif. Kalau
yang diadopsi adalah basis kas, transaksi diakui hanya kalau kas yang berhubungan
dengan transaksi tersebut diterima atau dibayarkan.
Fokus pengukuran dari suatu entitas akuntansi menentukan apa yang akan
dilaporkan, dengan kata lain jenis aktiva dan kewajiban apa saja yang diakui secara
akuntansi dan dilaporkan dalam neraca. Konsep basis akuntansi dan fokus
pengukuran ini berhubungan erat dan pemilihan salah satu akan mengimplikasikan
pemilihan yang lain.

Contoh, kalau basis kas yang dipilih, maka fokus pengukurannnya juga atas kas
saja, sehingga implikasinya hanya kativa lancar kas yang dilaporkan dalam neraca.
Perubahan dalam aktiva tetap dan kewajiban jangka panjang tidak diakui. Misalkan
sebuah organisasi membeli kendaraan seharga Rp 200 juta, jurnal yang terjadi kalau
menggunakan basis kas dengan fokus pengukuran sumber daya jangka pendek
adalah:
Belanja Kendaraan

200.000.000

Kas

200.000.000

Dengan cara tersebut, pemerintah tidak akan melaporkan kendaraan sebagai aktiva
di neracanya. Pemerintah akan mencatat baik kenaikan maupun penurunan kas di
Laporan Pendapatan dan Belanja Dana (Funds Statement or Revenues and
Expenditure) atau laporan yang sebanding yang menjelaskan perubahan dalam
saldo dana. Dampaknya, kendaraan akan dibebankan seluruhnya pada waktu dibeli,
yang nantinya akan ditutup ke ekuitas dana (fund balance).
Jika suatu entitas mengadopsi basis akrual penuh seperti diharuskan untuk
perusahaan, maka fokus pengukurannya biasanya meliputi semua sumber daya
ekonomi dan neracanya akan melaporkan semua aktiva dan kewajiban, baik lancar
maupun tidak lancar. Perubahan dalam aktiva tetap bersih dan kewajiban jangka
panjang diakui sebagai pendapatan atau beban. Misalnya sebuah organisasi
membeli kendaraan seharga Rp 200 juta, jurnal yang terjadi kalau menggunakan
basis akrual penuh adalah:
Kendaraan

200.000.000
Kas
200.000.000

Di banyak lingkungan pemerintahan, basis akuntansi dan fokus pengukuran menjadi


permasalahan tersendiri muncul karena banyak entitas pemerintahan yang
menggunakan anggaran dengan berbasis kas sehingga dibutuhkan data realisasi
anggaran yang berbasis kas pula. Dalam konteks tersebut, dikembangkanlah basis
akuntansi berupa basis kas yang akan menghasilkan informasi yang bersifat jangka
pendek. Permasalahan muncul karena entitas tersebut juga dituntut untuk menyusun

neraca yang juga menyajikan informasi yang bersifat jangka panjang (aktiva tetap
dan utang jangka panjang). Dengan kata lain, dalam lingkungan pemerintahan
seperti itu, ada tuntutan untuk menggunakan basis kas dengan fokus pengukuran
jangka panjang. Dari sinilah berkembang basis akuntansi yang disebut dengan basis
kas yang dimodifikasi (cash modified basis).
Dengan basis kas yang dimodifikasi tersebut, transaksi pembelian kendaraan senilai
Rp 200 juta akan dicatat dalam dua kali penjurnalan, yaitu:

Belanja Kendaraan

200.000.000

Kas
200.000.000

Kendaraan

200.000.000
Ekuitas Dana
200.000.000

Jurnal kedua dilakukan untuk memenuhi tuntutan fokus pengukuran jangka panjang.
Terlepas dari apakah suatu entitas melaporkan aktiva dan kewajiban jangka panjang
di neraca dananya, entitas tersebut harus melakukan kontrol akuntansi atas aktiva
dan kewajiban tersebut. Manajemen dan konstituen lain mungkin ingin tahu dengan
semua sumber daya dan kewajiban entitas tersebut dan tidak hanya ingin tahu atas
aktiva dan kewajiban yang ada di neraca saja. Oleh karena itu, entitas wajib
membuat catatan akuntansi atas semua aktiva dan kewajiban serta memasukkan
dalam laporan keuangan suatu skedul yang tidak hanya menyatakan mengenai
aktiva dan kewajiban tersebut namun juga menunjukkan perubahannya dalam tahun
tersebut.
Disarikan dari buku: Akuntansi Sektor Publik, penulis: Deddi Nordiawan, halaman:
97-102.

Artikel Terkait:

Klasifikasi Neraca dalam Laporan Keuangan

Akuntansi Dana (Fund Accounting) NGO

Standar Akuntansi untuk Sektor Publik

Apa itu Neraca?

Jenis-jenis Sistem Pembukuan Akuntansi

Pelaporan Keuangan Berbasis Akrual (Accrual Basis)

Perbedaan & Persamaan Sektor Publik dan Sektor Komersial

Apa Tujuan Pelaporan Arus Kas?

- See more at: http://keuanganlsm.com/akuntansi-dana-bagisektor-publik/#sthash.roZ6k132.dpuf

Akuntansi Dana (Fund Accounting)


NGO
Oleh Admin / Selasa 12 Februari 2013 / 5 Tanggapan

Tiga kategori aktiva bersih yang di definisikan adalah: Tidak Terikat, Terikat
Sementara dan Terikat Permanen. Aktiva yang memiliki katakeristik batasan
yang sama, digabungkan dan dicatat ke dalam satu kategori, kecuali donor
meminta adanya penyajian khusus.

Konsep akuntansi di mana aktiva dipisah-pisahkan berdasar masing-masing sumber

Apa sih Akuntansi Dana (Fund Accounting) bagi


NGO itu?
Akuntansi Dana adalah sebuah konsep akuntansi di mana aktiva dipisah-pisahkan
berdasar masing-masing sumber dan peruntukkan dana. Karena dalam penyajian
laporan keuangan, organisasi nirlaba harus mengidentifikasi kategori batasan
penggunaan dana yang diberikan oleh donor, oleh karenanya organisasi mengadopsi
akuntansi dana.
Tiga kategori aktiva bersih yang di definisikan adalah: Tidak Terikat, Terikat
Sementara dan Terikat Permanen. Aktiva yang memiliki katakeristik batasan yang

sama, digabungkan dan dicatat ke dalam satu kategori, kecuali donor meminta
adanya penyajian khusus.
Organisasi nirlaba dapat saja menerima berbagai sumbangan, donasi maupun hibah
yang masing-masing mempunyai batasan tersendiri. Jika dimungkinkan untuk
menyusun catatan terpisah atas masing-masing dana, maka pilihan tersebut bisa
dilakukan.

Kategori Dana
Organisasi nirlaba dapat saja menerima berbagai sumbangan, donasi maupun hibah
yang masing-masing mempunyai batasan tersendiri. Jika dimungkinkan untuk
menyusun catatan terpisah atas masing-masing dana, maka pilihan tersebut bisa
dilakukan. Salah satu pertimbangan kenapa pilihan ini digunakan adalah ukuran
besarnya dana yang diterima dan dikelola.
Namun secara umum, untuk menyederhanakan pencatatan, kategori dana yang
digunakan oleh organisasi nirlaba adalah: Dana Terikat dan Dana Tidak Terikat.
Dana Tidak Terikat. Dana ini tidak memiliki batasan penggunaan, dan organisasi
dapat menggunakan dana tersebut sesuai dengan kebutuhan untuk tujuan-tujuan
organisasi.
Dana Terikat. Batasan atau ikatan sementara dari penyumbang dapat membuat dana
dapat digunakan pada periode yang akan datang atau setelah tanggal tertentu
(ikatan waktu), atau dana dapat digunakan untuk tujuan tertentu (ikatan tujuan), atau
keduanya.

- See more at: http://keuanganlsm.com/akuntansi-dana-fundaccounting-ngo/#sthash.YgTTwq3E.dpuf

PERKEMBANGAN dan ORGANISASI


LSM; AKUNTANSI LSM
PEMBAHASAN PERKEMBANGAN dan ORGANISASI LSM

2.1 Paradigma Pembangunan dan Pertumbuhan Organisasi di


Masyarakat
Pengalaman masa lalu telah memberikan pelajaran berharga bagi
bangsa Indonesia. Pembangunan dimasa Orde Baru yang dilaksanakan
dengan pendekatantop-down dan sistem sentralitis terbukti tidak
berhasil baik di bidang sosial maupun politik meskipun dibidang
ekonomi cukup menggembirakan. Implementasi pendekatan dan

sistem pembangunan tersebut lebih memobilisasi masyarakat dalam


pembangunan, bukan partisipasi. Oleh karena itu, mesyarakat semakin
bergantung pada input pemerintah sehingga membuat masyarakat
menjadi kurang percaya diri, tidak kreatif, dan tidak inovatif.
Secara politik, dengan peendekatan top-down dan sistem
sentralisasi tersebut, hak-hak masyarakat terserap kepentingan
pemerintah. Pemikiran kritis dari masyatrakat sebagai pengendali,
kebijakan pemerintah diharapkan tidak muncul. Dampak negatif
kebijakan tersebut adalah memudarnya sejumlah lembaga tradisional
dan intrevensi pemerintah yang terlalu jauh pada berbagai aspek
kehidupan masyarakat.
Reaksi terhadap pendekatan pembangunan tersebut adalah
munculnya diskusi tentang Civil Society di kalangan perguruang tinggi
maupun organisasi non pemerintah (LSM). Wacana Civil Society ini
tampaknya mendorong para penyelenggara negara untuk
menerapkan pendekatan baru, yaitu kebijakan pembangunan yang
berpihak pada kebutuhan rakyat, terutama demokratisasi dan hak
asasi manusia. Berbagai seminar, semiloka,
dan Workshoop dilaksanakan oleh berbagai pihak untuk memutuskan
model pembangunan yang berbasis konsep Civil Society tersebut.
Terkait dengan wacana Civil Society, pemikiran bangsa yang
demokratis dimulai dari bawah atau dari masyarakat Akar Rumput.
Berdasarkan pengalaman masa lalu, masyarakat Akar Rumput tersebut
telah melaksanakan praktek-praktek demokrasi yang benar. Dengan
demikian, apabila bangsa Indonesia menghendaki terwujutnya
pembangunan demokrasi, maka pembelajaran kembali tentang
kearifan lokal yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat Akar
Rumput perlu dilakukan.
Secara teoritis, konsep pembangunan memiliki banyak definisi,
pendekatan, dan pergeseran makna. Pendekatan Economic Well
Being, pendekatan Minimum Acceptable Standard of Living, serta
pendekatan yang disesuaikan dengan nilai yang dianut oleh para
politisi dan cendikiawan suatu negara pada waktu tertentu merupakan
ragam pendekataan yang ada (Efendi, 1989). Namun semua
pendeekatan tersebut gagal menghasilkan kondisi yang dicita-citakan.
Penyebabnya adalah orientasi pencapaian hasil, dalam waktu
sesingkat-singkatnya, kurang mengutamakan pada proses, serta
orientasi kepemimpinan publik dan manajemen pelayanan publik yang
tidak beerorientasi kepada rakyat.
Dari sekian banyak kelemahan paraadigma pertumbuhan,
pengabaian aspirasi rakyat merupakan kelemahan dasar. Pertumbuhan
ekonomi yang akan dicapai diharapkan menetes perlahan-lahan
kebawah. Namun hasil nyatanya adalah ketimpangan (Efendi, 1989).
Sejak awal tahun 1970-an, daftar kelemahan paradigma pertumbuhan
telah dirinci oleh para ahli politik ekonomi, dengan menunjukkan
bahwa pertumbuhan hanyalah bagian dari pembangunan.
Pembangunan harus berarti pemenuhan kebutuhan pokok, seperti
kesempatan kerja dan berusaha, pemberantasannkelaparan dan
kekurangan gizi, pemeliharaan kesehatan, serta penyediaan air bersih
dan perumahan. Oleh karena itu, negara-negara berkembang
7

merekonendasikan untuk mengeser paradigma pembangunannya ke


Paradigma Basic Needs. Paradigma pembangunan model ini,
memang lebih berorientasi pada kebutuhan pokok, padat karya,
bersekala kecil, bertumpu pada sumber regional, berpusat pada desa
dan teknologi tepat guna.
Pertumbuhan baru dinilai berhasil apabila hubungan antara
manusia dengan sumber-sumber tersebut menciptakan keharmonisan
dalam kehidupan manusia itu sendiri. Peran pemerintah tidak boleh
lagi dominan. Pemerintah tidak boleh lagi berperan sebagai
pemborong yang aktif memupuk modal, sehingga semua perencanaan
dan kebijakan berasal dari bawah ke atas.
Sebaliknya, pemerintah haarus berperan
sebagai enabler atau fasilitator dalam mengajak masyarakat untuk
bersama-sama hidup, bekerja dan belajar, serta mendorong
masyarakat kearah kemajuan dengan memberi contoh. Perencanaan
dan pembuatan kebijakan tidak lagi bersifat top-down atau Bottomup, tetapi bersifatTransactive planning, yaitu perencanaan
pembangunan dilakukan melalui kebijakan yang demokratis, dimana
birokrasi melaksanaakan perencanaan itu bersama-sama rakyat dan
manajemen dipraktikkan dengan cara partisipatif.
Pada kenyataannya, Indonesia masih dalam tahap
menuju transactive planing, di mana di era otonomi ini partisipasi
masyarakat mulai mendapatkan tempat dalam arti yang sebenarnya.
Ketika masih menggunakan pendekatan top-down, masyarakat sulit
untuk mengespresikan pedapatnya sehingga pertumbuhan organisasi
masyarakat tidak berkembang. Sedangkan pada pendekatan bottomup, partisipasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam
pengambilan kebijakan, sehingga pertumbuhan organisasi dalam
masyarakat semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan
kesadaraan politik masyarakat tentang kontribusi terhadap
pembangunan.
2.2 Filosofi Lahirnya Konsep Civil Society
Civil Society merupakan sebuah konsep yang luar biasa yang
mempunyai karakter ambiguitas atau elastisitas, sehingga aplikasinya
harus didahukui dengan pendefinisian konsep tersebut. Sering kali
dengan cara yang mudah, Civil Society di anggap sebagai sektor
ketiga yang berbeda dengan pemerintah atau perusahaan. Menurut
pandanggan ini, Civil Society menunjuk pada sifat dasar
intermediary institutions atau lembaga perantara seperti asosiasi
profesi, kelompok religius, kelompok buruh, serta organisasi advokasi
masyarakat dimana beragamnya masyarakat akan meningkatkan
partisipasi publik dalam kehidupan demokratis.
Namun, definisi tersebut belum memecahkan definisi ideal dari
Civil Society. Pers yang independen, merupakan elemen dasar dalam
Civil Society. Namun, terikat dengan hal tersebut, kebanyakan surat
kabar dan stasiun TV berjalan sebagai bisnis dan mencari keuntungan.
Jadi pemilihan bagian Civil Society atau Sektor Ketiga dengan
bagian dunia komersial perlu ditampakkan.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Permasalahan kedua terkait dengan konsep Civil Society adalah


apakah tujuan dan deskripsi yang tepat tentang sektor ketiga
organisasi masyarakat. Apakah konsep Civil Society terkait dengan
nilai komitmen pada demokrasi dan nilai kesetaraan bagi seluruh
masyarakat di mata hukum atau, pertanyaan yang lebih sulit dari pada
nilai: Apakah idealitas Civil Society akan konsisten dengan subtansi
subsidi negara dalam jumlah yang besar keorganisasi tersebut, apakah
ada tipe dari Civil Society antara Amerika dan Eropa (atau Prancis,
Swedia, dan Jerman).
2.2.1 Konsep Civil Society di Negara Barat
Di Dunia Barat, pendefinisian Civil Society sangat beragam.
David Held, pakar sosiologi mendefinisikan Civil Society sebagai
kumpulan karakter yang berada dalam bidang kehidupan sosial di
dunia domestik, lingkunagan ekonomi, aktivitas budaya, dan interaksi
politik yang di atur oleh pihak swasta atau sukarela antara individu dan
kelompok di luar kendali negara. Beberapa ahli menyatakan bahwa
sejumlah Civil Society yang terkait dengan interaksi secara politis
tidak bisa terbagi, bahkan bersifat khusus. Jurgen Habermas menyebut
sebagai lingkungan publik. Kedua, definisi politis yang secara
normatif overlapping dalam kerangka sosiologis, menyatakan bahwa
lingkungan publik harus diperkuat pembiayaannya. Pandangan ini
secara konservatif, mempunyai penekanan pada aspek legalitas,
kepemilikan privat, pasar, dan kelompok kepentingan. Dengan
pemberdayaan kelompok, dugaan atau keegoisan elit atas dasar dapat
dicegah. Definisi ketiga adalah definisi klasik, St. Augustine
menggambarkan Civil Society sebagai kkumpulan orang yang
mempunyai pengakuan umum tentang hak dan kepentinagan suatu
komunitas.
Di negara demokratis, yang modern, sebuah budaya politik atau
ciri kepribadian yang jelas sangat dibutuhkan keberadaannya. Terkait
dengan hal ini, orientasi atau kondisi lain, yang secara hipotesis akan
dibutuhkan untuk menghasilkan Civility telah dikembangkan.
Masyarakat modern membutuhkan:
Pertimbangan homogenitas budaya.
Hubungan yang ramah dan terpercaya antar anggota masyarakat.
Kesadaran politik.
Asumsi realisasi nilai moral suci yang tergantung sebagian pada
kinerja moral politik.
Politik yang tidak dapat hanya berputar pada kisah masa lalu terikat
kejayaan, penderitaan, perjuangan, dan cita-cita saat ini.
Sudah terjalin prinsip pada gagasan akuntabilitas, yaitu sebuah
gagasan umum tentang Civility.
Akuntabilitas telah dijalankan dengan dasar legalitas Quentin
Skinner yang memperlihatkan kebagkitan Dunia Barat lima abad yang
lalu.
Civility memerlukan apa yang Sunil Khilnani sebut dengan legitimasi
politik, a terrain upon which competing claims may be advanced and
justtified
Apabila konsep civility Barat berstandar pada pendekatan bottomup,maka konsep ini akan cenderung praktis. Gagasan ini dapat dikenali
9

dari struktur masyarakat zaman sekarang, yang disebut Hegel, sebagai


kehidupan sosial yang mundur dan perlu dibangun. Namun pada sisi
lain struktur sosial ini tidak sempurna secara moral.
2.3 Kategori Civil Society Organization
Inti dari penafsiran definisi Civil Society adalah organisasi
masyarakat yang independen, tidak menjadi bagian formal, serta state
apparatus sebagai perwujudan dan atau pewadahan budaya dan hak
masyarakat. Jadi masyarakat sipil dapat diklasifikasikan
sebagai popular organization (organisasi massa/rakyat), organisasi
profesi (pers dan lain-lain), NGO/LSM, dan organisasi akar rumput yang
berbasis pada ruang tertentu (spasial seperti RT, Desa, dan
sebagainya). Secara umum komunitas diatas dapat dikategorikan
menjadi dua, yaitukomunitas fungsional dan
komunitas spasial. Komunitas fungsional ditandai dengan hubunganhubungan sosial tanpa dibatasi oleh ruang, sementara komunitas
spasial memiliki batas ruang yang jelas dan teradministrasi dengan
ketat.
2.3.1 Popular Organization (Organisasi Massa/Rakyat)
Di Indonesia berbagai organisasi masyarakat atau organisasi
rakyat lahir disepanjang dekade, di mana yang terbesar adalah
Muhamadiyah dan Nahdatul Ulama. Menurut UU No.8/1985 mengenai
Organisasi Kemasyarakatan (Ormas), semua organisasi
Kemasyarakatan harus melapor dan mendaftar pada DDN serta harus
berazaskan Pancasila, karena dasar negara ini telah diputuskan
sebagai satu-satunya azaz bagi organisasi kemasyarakatan dan
organisasi sosial dan politik.
2.3.2 Organisasi Profesi
Organisasi profesi merupakan sekumpulan individu yang
bergabung berdasarkan persamaan profesi. Keberadaan organisasi ini
sangat banyak di Indonesia, seperti organisasi advokat, Persatuan Guru
Republik Indonesia, Ikatan Akuntan Indonesia, dan Ikatan Dokter
Indonesia.
2.3.3 NGO/LSM
Pengertian umum dari istilah NGO atau LSM pada dasarnya sama
dengan pengertian umum lembaga sukarela, PVO s (Private Voluntary
Organizations) atau ORNOP (Organisasi Non Pemerintah) yang berasal
dari triminologo PBB, yaitu NGO (Non Govermental Organization). Bank
Dunia mendefinisikan NGO atau LSM sebagai organisasi swasta yang
kegiatannya ditujukan untuk membebaskan penderitaan, memajukan
kepentingan kaum miskin, melindungi lingkungan, menyediakan
pelayanan dasar masyarakat, atau mengenai pengembangan
masyarakat (Operational Directive 14.70). dalam arti luas LSM dapat
diterapkan pada organisasi nonprofit yang bebas dari pemerintah. LSM
merupakan organisasi yang berbasis nilai yang secara keseluruhan
atau sebagian tergantung pada lembaga donor dan pelayanan
sukarela. Jadi, prinsip alturisme dan voluntarisme diterapkan sebagai
definisi karakter kuncinya. Karakteristik khusus LSM dalam
pengembangan visi dan misinya (Clark, 1995: 59-67) yaitu:

10

1.
2.
3.
4.
5.

6.

Memfokuskan pada kebutuhan masyarakat bawah dan berimplikasi


terhadap kebutuhan organisasi dalam penyaluran informasi (bottom
up) dan pemberdayaan masyarakat (empowering).
Membuka peluang bagi partisipasi kelompok sasaran dalam proses
pencapaian tujuan program, yaitu kemajuan dan pemberdayaan.
Memperkenalkan informasi yang bermanfaat dan memecahkan
masalah kelompok sasaran dengan biaya ringan dan mudah untuk
diadaptasi, sesuai kondisi masyarakat kelompok sasaran tersebut.
Skala program yang dilakukan LSM adalah skala kecil; hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah pemantauan, pencapaian, dan
ketepatan sasaran.
Tingkat komitmen pada pimpinan maupun staf LSM untuk
merealisasikan apa yang terjadi idealisme, baik visi maupun misi untuk
memberdayakan dan membantu kelompok sasaran yang miskin
sangatlah tinggi. Komitmen dan mitivasi inilah yang menjadi kekuatan
pelaksanaan program.
Skala operasinya kecil sehingga semua biaya operasinya transparan,
efektif dan bebas dari kemungkinan tindakan korupsi.
Sebagai bagian dari masyarakat sipil, LSM diharapkan dapat
mendorong perubahan sosial melalui pemberdayaan politik
(community empowerning), penguatan arus bawah dan penigkatan
pendapatan ekonomi. Kinerja LSM ditandai dengan perubahan sosial, di
mana mandat LSM adalah menciptakan kesadaran masyarakat sipil.
Perubahan difokuskan kepada masyarakat, sebagai pelaku perubahan
melalui penataan organisasi dan metodologi secara bersama. Sebagai
contoh, timbulnya kesadaran dan keterlibatan masyarakat dalam
setiap proses pengambilan keputusan daerah merupakan hal yang
sangat penting. Keberadaan LSM ditandai dengan intensitas interaksi
antar anggota LSM dengan anggota masyarakat secara langsung.
Lembaga fungsional (LSM) ini memediasi atau menjembatani jarak
antara masyarakat dengan struktur negara (di daerah), tetapi dengan
catatan, tidak larut dalam mainstream negara.
2.3.4 Organisasi Akar Rumput (Grass Root)
Akar rumput diciptakan untuk mengalih bahasakan grass roots ke
dalam kosa kata indonesia. Selain membuat kalimat tidak menjadi
lebih jelas, pengertian grass roots itu sudah aktual di dalam ungkapan
yang telah dikenal: lapisan bawah rakyat jelata. Jika orang biasa
berada dalam organisasi dirujuk maka penggunaan ungkapan lapisan
bawah atau kader lapisan bawah dilakukan. Jika rakyat biasa dirujuk,
maka kata rakyat, rakyat jelata, atau rakyat kecil dapat digunakan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), kata rakyat berarti
penduduk suatu negara. Ungkapan rakyat jelata berarti rakyat
biasa bukan bangsawan atau hartawan, yaitu orang kebanyakan dan
ungkapan rakyat kecil berarti orang yang tingkat sosial ekonominya
sangat rendah. Organisasi akar rumput meliputi organisasi di
masyarakat pedesaan atau masyarkaat pinggiran, termasuk organisasi
berbasis sepasial seperti RT, RW, dan kelompok petani.
2.4 NGO Are The Heart of Civil Society
Dalam pengertian yang luas, istilah non goverment
organization atau LSM menunjuk pada organisasi yang :
11

1.
2.

Tidak berbasis pemerintah.


Tidak diciptakan untuk mencari keuntungan.
Definisi luas LSM menjelaskan cakupan dan lebarnya jaringan
organisasi tersebut secara struktural dan fungsional. Istilah luas ini
menunjuk pada apakah sebuah organisasi atau bukan dari pada
untuk apakah ini.
Antusiasme masyarakat sipil merupakan sebuah daya, tarik
tersendiri bagi LSM, di mana kelompok advokasi tersebut mencurahkan
perhatiannya demi kepentingan publik, seperti dampak lingkungan,
HAM, isu-isu perempuan, memonitor pemilu, dan anti korupsi. Namun
demikian, merupakan sebuah kesalahan apabila menyamakan
masyarakat dengan NGO atau LSM. Masyarakat sipil merupakan
konsep yang luas, yang mencakup seluruh organisasi dan asosiasi yang
berada di luar pemerintahan (termasuk partai politik) dan pasar.
Berbagai kelompok kepentingan dapat disebut sebagai LSM advokasi,
serikat buruh, asosiasi profesional, kamar dagang dan asosiasi etnis.
Keragaman organisasi masyarakat ini menunjukkan bahwa banyak
asosiasi yang tidak bertujuan memajukan agenda sosial dan politik
secara khusus, seperti organisasi keagamaan, kelompok siswa,
organisasi budaya, klub olahraga,dan kelompok informal masyarakat.
2.5 Perbedaan CSO dan NGO/LSM
Istilah Civil Society Organization (CSO) menggambarkan
organisasi pembangunan masyarakat yang bukan merupakan bagian
dari pemerintah atau sektor bisnis. Di beberapa negara, CSO diartikan
sebagai amal, organisasi sukarela swasta, organisasi sukarela
dan (biasanya) NGO atau LSM.
Ketiga model sektor itu, dapat di interpresentasikan sebagai
gabungan pemerintah, pasar, dan warga negara. Pada prespektif ini,
Civil Society merupakan sektor ketiga, disamping negara dan
perusahaan pencari untung. Civil Society adalah organisasi suka rela
yang didirikan oleh asosiasi individu formal dalam mengejar tujuan
nonprofit, seperti gerakan sosial, badan keagamaan, organisasi
perempuan dan pemuda, organisasi orang-orang pribumi, asosiasi
profesional, dan persekutuan.
Banyak CSO telah berada pada garis depan prinsip-prinsip
advokasi keadilan sosial dan kesetaraan. Namun, ada pula organisasi
dengan agenda dan nilai yang tidak sesuai dengan sistem
internasional, dalam hal ini PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Dalam
prakteknya, Civil Society merupakan sebuah arena kolaborasi dan
pendirian konfigurasi sesuai dengan sejarah pengaturan nasional.
PBB mempunyai pandangan yang tuas tentang CSO, di mana NGO
atau LSM merupakan bagian pentingnya. LSM telah lama berasosiasi
dengan pelayanan yang dijanjikan dalam pengembangan barang atau
jasa publik, dimana pemerintah dan pasar enggan atau tidak mampu
menyediakannya. Beberapa fungsi CSO dapat dilakukan melalui
aktivitas LSM seperti penelitian, analisis dan evaluasi proyek
ppembangunan, program-program, dan tujuan. Dengan artikulasi
secara proaktif pada kepentingan publik dan penciptaan kondisi yang
kondusif, pembuatan kebijakan pembangunan dan promosi perubahan
kebijakan ditujukan untuk pembangunan manusia berkelanjutan.
12

2.6 Pelayanan Publik: Antara Birokrasi, Mekanisme Pasar, dan


LSM
Dalam mekanisme birokrasi, setiap kelompok menyumbagkan
tenaga untuk membentuk badan hukum yang akan menjembatani
hubungan dengan memberikan kompensasi secara adil sesuai dengan
kontribusi yang diberikannya. Sumber kelemahan birokrasi adalah tren
untuk menghasilkan ketimpangan kekuasaan dan memberi priveleges
kepada kelompok tertentu dalam masyarakat.
2.7 Ciri-ciri LSM
Menurut Salamon dan Anheier definisi LSM adalah sbb:
1. Formal, yaitu secara organisasi bersifat permanen serta mempunyai
kantor dengan seperangkat aturan dan prosedur.
2. Swasta, yaitu kelembagaan yang berada di luar atau terpisah dari
pemerintah.
3. Tidak mencari keuntungan, yaitu tidak memberikan keuntungan
kepada direktur dan pengurusnya.
4. Menjalankan organisasinya sendiri, yaitu tidak dikontrol oleh pihak
luar.
5. Sukarela, yaitu menjalankan derajat kesukarelaan tertentu.
6. Nonreligius, yaitu tidak mempromosikan ajaran agama.
7. Nonpolitik, yaitu tidak ikut dalam pencalonan di pemilu.
2.8 Bentuk-Bentuk LSM
1. Hubungan Konsultatif: Sebuah lembaga yang didirikan untuk tujuan
konsultatif pada struktur PBB
2. Hubungan Konsultansi: sebuah badan konsultan non pemerintah yang
dilibatkan dalam sekretariat PBB
3. Program Informasi Publik: lembaga non pemerintah yang
menyebarkan pesan kepada publik
4. Partisipasi Konferensi: lembaga non pemerintah yang diundang dalam
konferensi
5. Perusahaan Transnasional: karena kemampuannya dalam
menyediakan barang dan jasa.
6. Pers dan Media: Media adalah LSM yang efektif
7. Pertemuan Konsultatif tentang Peran LSM: beberapa LSM yang
melakukan konsultasi
8. Dasar LSM Gerakan Masyarakat: gerakan masyarakat merupakan
dasar pembentukan LSM
9. LSM Kemanusiaan: biasanya menyediakan bantuan yang independen
dari system pemerintah
10. LSM Tingkat Bawah: dapat langsung berhadapan dengan kelompok
masyarakat yang didampinginya.
11. Organisasi Semiotonom: LSM yang menyediakan kantor dan mendapat
subsidi dari pemerintah
12. Staf Asosiasi Lembaga Intergovernmental: bentuk LSM yang
mempunyai bentuk khusus dan menjadi subjek resolusi
13. Asosiasi Sukarelawan Sektor ketiga: LSM yang berupa asosiasi
sukarelawan.
14. Koperasi: LSM sebagai bantuan bersama masyarakat
15. Yayasan Filantropi: banyak diakui sebagai konsultasi atau pengaturan
lain.
13

16. Asosiasi Perdagangan dan Kartel: LSM yang bertujuan mencari


perlindungan dan kepentingan sektor ekonomi lebih jauh
17. Lobi: LSM yag menjadi penggerak utama konsultasi bagi masyarakat
luas
18. Partai Politik: sebuah LSM meskipun para perwakilannya ada yang
duduk dalam pemerintahan
19. Klub Elit: dapat terbentuk pada saat beberapa orang kunci mundur
dari jabatannya atau kehilangan posisi formalnya untuk kemudian
bergabung dan mempengaruhi kebijakan.
20. Masyarakat Khusus: masyarakat tertentu yang bersatu dalam sebuah
wadah dapat disebut juga sebagai LSM.
21. Kelompok Keagamaan dan Kepercayaan: agama dan kepercayaan
dapat bersatu atau berkelompok menjadi LSM
22. Lingkaran Kejahatan Internasional: Sekelompok penjahat yang
berkelompok dapat disebut sebagai LSM.
23. Kelompok Teroris dan Pergerakan Kebebasan: beberapa kelompok
teroris dan gerakan pembebasan telah didanai oleh LSM dan IGO
24. LSM Internasional: beberapa Negara di Eropa menyediakan status
legal pada pendirian LSM
25. Jaringan Organisasi Informal: dapat berfungsi baik dengan energy
yang besar, efektif, maupun berkelanjutan daripada kebanyaka
organisasi lainnya.
26. Internet: sangat terlibat dalam pengoordinasian tanggapan atas
bencana secara internasional
27. Pergerakan Sosial Antarnegara: dapat melebihi focus organisasi
konvensional.
28. Masyarakat internasional: biasanya terdiri dari orang-orang yang
terlibat dalam komunitas diplomatic, organisasi iinternasional, dan
kegiatan budaya internasional
29. Organisasi Hibrid: kombinasi dari beberapa karakteristik yang
bertentangan dalam bentuk dimensi pemerintah dan badan non
pemerintah.
30. Organisasi Berperingkat: dapat disebut dengan uni, federasi, komite,
atau istilah khusus lainnya.
2.9 Kilas Balik Sejarah LSM
Pembagian generasi LSM menurut Zaim Saidi, Generasi pertama,
sebagai generasi relief and welfare. Generasi kedua, sebagai generasi
small scale, self reliance local development. Generasi ketiga, sebagai
generasi sustainable system development. Generasi keempat, sebagai
generasi people movement.
2.10 Peran-Peran LSM
Dalam melaksanakan programnya, LSM mempunyai peran sbb:
1. Motivator
LSM bertugas memberikan motivasi, menggali potensi, menumbuhkan
dan mengembangkan kesadaran anggota masyarakat akan masalahmasalah yang dihadapi dirinya maupun lingkungannya.
2. Komunikator
Sebagai komunikator, tugas LSM:

14

a.
b.
c.
d.
3.

4.
1.

2.
3.

4.

1.
a.
b.
c.
2.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Mengamati, merekam, serta menyalurkan aspirasi dan kebutuhan


masyarakat agar dijadikan bahan rumusan kebijakan dan perencanaan
program pembangunan.
Memonitor/mengawasi pelaksanaan program pembangunan
masyarakat.
Memberikan penyuluhan dan menjelaskan program-program
pembangunan dengan bahasa yang akrab dan kerangka berpikir yang
mudah dipahami masyarakat sasaran.
Membantu melancarkan hubungan dan kerjasama antarLSM yang
mempunyai kepentingan dan tujuan yang sama dalam masyarakat.
Dinamisator
LSM bertugas merintis strategi, mengembangkan metode program,
dan memperkenalkan inovasi di bidang teknologi serta pengelolaan
orgaisasi yang belum dikenal ke lingkungan masyarakat setempat
untuk pengembangan dan kemajuan masyarakat local.
Fasilitator
LSM bertugas memberikan batuan teknis dalam pelaksanaan program.
2.11 Faktor-Faktor Penunjang Peran LSM
Sumber daya manusia (SDM)
SDM yang dimiliki oleh sebuah LSM tidak lain adalah staf atau relawan.
Factor SDM sangat penting karena SDM merupakan unsur inti dari
suatu organisasi.
Material/bahan
Material sangat krusial bagi terselenggaranya implementasi program
LSM.
Dana
Suatu organisasi tidak mungkin mencapai tujuannya jika tidak
mempunyai sumber daya berupa dana yang sangat diperlukan untuk
membelanjai operasi-operasinya.
Peralatan/teknologi
Teknologi yang semakin canggih ditandai dengan konsumsi energy
yang besar dan merusak ekologi.
2.12 Kategori LSM
LSM Operasional
Diklasifikasikan LSM operasional ke dalam 3 kelompok utama:
CBOs, yang melayani masyarakat khusus di dalam area geografis
yang sempit.
National organization, yang beroperasi di individu negara berkembang
International organization, yang mempunyai kantor pusat di Negara
maju dan melaksanakan operasinya di lebih dari satu negara
berkembang.
Tipologi LSM
Kekuatan LSM:
Kuatnya jalinan dengan grassroots
Keahlian pengembangan berdasarkan bidang
Kemampuan berinovasi dan beradaptasi
Pendekatannya berorientasi proses pengembangan
Metodoligi partisipasi dan peralatan
Komitmen jangka panjang dan menekankan keberlanjutan
Efektifitas biaya.
15

Kelemahan LSM:
1. Keterbatasan biaya dan keahlian pengelola organisasi
2. Keterbatasan kapasitas kelembagaan
3. Keberlanjutan diri rendah
4. Kurangnya komunikasi antarorganisasi/koordinasi
5. Intervensi dalam skala kecil
6. Kurangnya pemahaman konteks social ekonomi secara luas.
Sebuah organisasi yang memiliki cakupan yang luas dapat disimpulkan
sebagai LSM pembangunan. Kelompok ini bias berubah signifikan
terkait dengan filosofi tujuan, keahlian, pendekatan program, dan
lingkup kegiatan. Perbedaan pentingnya dapat digambarkan sebagai
1. LSM Operasional dan LSM Advokasi
2. Tingkat Operasi
3. Orientasi Kegiatan
2.13 Pengelolaan Organisasi LSM
1. Pemecahan Masalah dan Pengembalian Keputusan
a. Mendefinisikan Masalah
i. Apa yang dapat dilihat yang menyebabkan berpikir di saa ada
masalah?
ii. Di mana hal itu terjadi?
iii. Bagaimana hal itu terjadi?
iv. Kapan hal itu terjadi?
v. Mengapa hal itu terjadi?
vi. Tuliskan lima kalimat yang menggambarkan masalah tersebut.
Mendefinisikan masalah-masalah yang kompleks
Menguji pemahaman mengenai masalah-masalah
Memprioriraskan masalah-masalah
Memahami peranan dalam masalah
b. Lihatlah pada potensi yang menyebabkan masalah
c. Mengidentifikasi pendekatan alternative dalam memecahkan masalah
d. Menyeleksi pendekatan untuk memecahkan masalah
e. Merencanakan penerapan alternative yang terbaik
f. Memantau penerapan rencana
g. Menguji apakah masalah telah terpecahkan atau belum
2. Proses Perencanaan Organisasi
Alasan-alasan perlunya perencanaan
Manfaat perencanaan:
1. Membantu pengelola organisasi untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan
2. Membantu kristalisasi penyesuaian pada masalah-masalah utama
3. Memungkinkan pengelola organisasi memahami keseluruhan
gambaran operasi secara lebih jelas
4. Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat
5. Menyediakan cara pemberian perintah untuk beroperasi
6. Memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian
organisasi
7. Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami
8. Meminimumkanpekerjaan yang tidak pasti
9. Menghemat waktu, usaha dan dana.
Kelemahan perencanaan:
16

1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
1.
2.
1.
2.
3.
4.
5.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
4.
1.
2.
3.
4.

Pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan mungkin berlebihan


pada kontribusi nyata
Perencanaan cenderung menunda kegiatan
Perencanaan mungkin terlalu membatasi pengelola organisasi untuk
berinisiatif dan berinovasi
Kadang-kadang hasil yang paling baik didapatkan oleh penyelesaian
situasi individual dan penanganan atas setiap masalah pada saat
terjadinya
Ada rencana-rencana yang diikuti dengan tidak konsisten
Persiapan Perencanaan
Mengembangkan suatu rencana kerja dalam sketsa siapa yang
bertanggungjawab atas setiap hasil dan kerangka waktu.
Mempertimbangkan tingkat sumber daya yang memadai dan
diperlukan untuk melakukan suatu proses perencanaan yang tepat.
Dokumen Perencanaan Organisasi LSM
Dokumen perencanaan program
Dokumen perencanaan keuangan
Bentuk Rancangan Anggaran Organisasi LSM
Tentukan workplan yang berisi jenis kegiatan yang akan dilaksanakan
Tentukan jenis-jenis biaya tetap dan variable yang terdapat dalam
proyek.
Tentukan standar biaya untuk tiap komponen biaya.
Buatlah table rancangan anggaran biaya secara sistematis
Isilah masing-masing kolom dalam tabel rencana anggaran denga
poin yang telah ditentukan sebelumnya.
Pendelegasian Wewenang
Langkah-langkah umum untuk menyelesaikan pendelegasian:
Delegasikan keseluruhan tugas kepada seseorang
Menyeleksi orang yang tepat
Secara jelas menetapkan hasil yang lebih disukai
Delegasikan tanggungjawab dan kewenangan-menetapkan tugas,
bukan metode untuk menyelesaikan hal itu.
Mintalah kepada staf untuk meringkas apa yang telah dilakukannya
Dapatkan umpan balik nonintrusive secara terus menerus mengenai
peningkatan proyek tersebut.
Mempertahankan komunikasi yang terbuka
Jika tidak puas dengan kemajuan tersebut, jangan mengambil alih
proyek
Mengevaluasi dan menghargai kinerja
Dasar-dasar Komunikasi Internal
Hal yang paling dasar untuk memastikan komunikasi internal yang kuat
dan terus-menerus:
Sudahkah semua staf memberikan laporan tentang keadaan secara
tertulis tiap minggu kepada supervisor.
Usahakan rapat bulanan dengan seluruh staff secara bersama-sama
Usahakan rapat mingguan atau dwi-mingguan dengan seluruh staf
secara bersama-sama jika organisasi tersebut berukuran kecil, dan
juga dengan seluruh pengelola organisasi
Sudahkah supervisor memeriksa laporan-laporan secara langsungdari
para staf pada rapat yang dilakukan tiap bulannya.
17

5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
6.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.

Pengelola Organisasi Rapat


Menyeleksi para peserta
Pengembangan agenda
Membuka rapat
Menetapkan aturan dasar rapat
Pengelola organisasi waktu
Evaluasi proses rapat
Evaluasi keseluruhan rapat
Menutup rapat
Pengembangan Program dan Evaluasi
Evaluasi program
Merencanaka evaluasi program
Pertimbangan pokok
Beberapa jenis evaluasi utama
Evaluasi berdasarkan tujuan
Evaluasi berbasis proses
Evaluasi berbasis hasil
Melaporkan hasil-hasil evaluasi
Isi rencana evaluasi
BAB III
PEMBAHASAN AKUNTANSI LSM
3.1 Pengertian Akuntansi Lembaga Swadaya Masyarakat
Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran,
pencatatan dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari suatu
organisasi yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka
pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan.
Pengertian ini juga dapat melingkupi penganalisisan atas laporan yang
dihasilkan oleh akuntansi tersebut. (American Accounting
Association, 1966). Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa, yang
berfungsi menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat
keuangan, yaitu tentang ekonomi organisasi yang dimaaksudkan agar
berguna dalam pengambilan keputusan ekonoomis dalam membuat
pilihan-pilihan yang nalar diantara berbagai alternatif arah tindakan.
(Accounting Principles Board, 1970).
Dari pengertian diatas, akuntansi berperan menyediakan informasi
kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan. Informasi yang dihasilkan
akuntansi merupakan input yang dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan ekonomi yang rasional.
Layaknya organisasi atau lembaga publik lainnya, organisasi LSM
juga tengah mengalami tekanan untuk lebih efisien, memperhitungkan
biaya ekonomi dan biaya sosial, serta dampak negatif atas aktivitas
yang dilakukannya. Berbagai tuntutan tersebut menyebabkan
akuntansi tersebut dapat dengan cepat diterima dan diakui sebagai
ilmu yang dibutuhkan untuk mengelola urusan-urusan publik, termasuk
lembaga atau organisasi di lingkup LSM. Akuntansi LSM merupakan
aktifitas yang tidak dapat dipisahkan dalam rangkaian pengelolaan
kegiatan, baik itu dalam bentuk yang lengkap maupun akuntansi
secara sederhana sekalipun.
18

Akuntansi yang diterapkan pada LSM memiliki kaitan erat dengan


penerapan dan diperlakukan akuntansi pada domain publik. Domai
publik yang dimaksud adalah masyarakat yang didampingi oleh LSM
terkait.
3.2 Ruang Lingkup Akuntansi Lembaga Swadaya Masyarakat
Tidak dapat dipungkiri bahwa LSM mempunyai pengaruh yang
cukup besar dalam kehidupan bermasyarakat di seluruh Indonesia.
Selama ini, aktivitas LSM lebih banyak berupa program-program
bantuan dan layanan sosial, terutama bagi kelompok masyarakat yang
lemah. Sebagai konsekuensi dari pemberian layanan sosial itu, LSM
menggalangkan program-program bagi proses pemberdayaan, atau
dengan upaya menciptakan swadaya, kemandirian, dan otonomi,
sehingga kelompok masyarakat yang menjadi sasaran layanan sosial
LSM memang mencakup upaya penyadaran kelompok sasarannya agar
memahami hak-haknya, selain kewajiban sebagai warga negara.
Setiap LSM pasti mempunyai tujuan atau sasaran, agenda
kegiatan, maupun program bagi masyarakat yang dituju. Dengan
demikian, timbul implikasi berupa kebutuhan akan pengelolaan
organisasi LSM tersebut. Beberapa tugas dan fungsi LSM menjadi salah
satu agent of change bagi perkembangan sebuah masyarakat.
Pengelolaan LSM ini sangat erat kaitannya dengan perencanaan,
pengangaran, pelaksanaan, dan pelaporan seluruh kegiatan di dalam
sebuah LSM. Dan, setelah itu, mekanisme pertanggungjawaban
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dan tidak akan pernah
ditinggalkan dalam pelaksanaan seluruh aktivitas LSM tersebut. Dalam
konteks idealita, secara umum tidak ada satu LSM pun yang bertujuan
tidak jujur, melanggar amanah, maupun lari dari tanggungjawab.
Apabila program sudah dijalankan, maka pelaksanaan harus diikuti
dengan pertanggungjawaban. Jadi, seluruh aspek dalam pengelolaan
LSM menjadi bahan yang harus dipertanggungjawabkan oleh
penanggung jawab program atau pelaku organisasi.
3.3 Sifat dan Karakteristik Akuntansi Lembaga Swadaya
Masyarakat
Akuntansi merupakan suatu kegiatan yang akan mengarah pada
pencapaian hasil dalam tingkat tertentu dan bermanfaat bagi
kehidupan LSM tersebut. Di antara lembaga publik lainnya seperti
lembaga pendidikan, lembaga kesehatan, dan lain-lain, penerapan
akuntansi dalam LSM sedikit berbeda. Perbedaan tersebut muncul
karena lingkungan yang mempengaruhi LSM berbeda.
Perbedaan sifat dan karakteristikorganisasi LSM yang tergolong
kedalam organisasi nirlaba serta organisasi lainnya yang profit
oriented dapat dilihat dengan membandingkan tujuan organisasi,
sumber pendanaan, pola pertanggungjawaban, struktur
keorganisasian, dan anggarannya.
Setiap organisasi memiliki tujuan spesifik yang hendaak dicapai.
Terlepas dari konsep idealita dan realitany, organisasi LSM tidak
bertujuan memperoleh laba tetapi memberikan pelayanan dan
menyelenggarakan seluruh aktivitas yang terkait dengan pemberian
dana oleh sebuah lembaga donor, yang dibutuhkan maupun yang telah
menjadi kegiatan rutin dalam LSM bersangkutan. Meskipun tujuan
19

utama LSM adalah pemberdayaaan masyarakat, namun tidak berarti


bahwa LSM sama sekali tidak memiliki tujuan keuangan. Hal ini
tergantung pada kondisi organisasi bersangkutan. Misalnya, apabila
organisasi tidak mempunyai sumber dana yang jelas dan pasti, maka
kebutuhan akan daya dukung untuk melakukan pemberdayaan
berkembang selarasdengan target keuangan. Secara kebetulan,
keuangan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
pemberdayaan organisasi. Tujuan keuangan organisasi LSM ini berbeda
secara filosofis, konseptual, dan operasionalnya dengan organisasi
profit swasta.
Secara kelembagaan, organisasi LSM juga berbeda dengan
organisasi lainnya, walaupun sama-sama organisasi publik. Struktur
organisasi ini tidak terlalu formal, namun biasanya ada seseorang atau
aktivis senior yang memimpin. Pihak yang berpengaruh ini biasanya
berpeluang sangat besar dalam mengarahkan kebijakan dan
pengelolaan organisasi. Tipologi pemimpin atau tokoh termasuk pilihan
dan orientasi kebijakannya, akan sangat berpengaruh dalam memilih
struktur organisasi.
3.4 Tujuan Akuntansi Lembaga Swadaya Masyarakat
Seperti halnya dengan akuntansi organisasi publik lainnya,
akuntansi LSM terkait dengan tiga hal pokok, yakni penyediaan
informasi, pengendalian pengelolaan, dan akuntabilitas. Akuntansi LSM
merupakan sarana informasi mengenai pengelolaan bagi lembaga
pemberi dana maupun publik. Bagi LSM yang bersangkutan, informasi
akuntansi akan digunakan dalam proses pengendalian pengelolaan
mulai dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, hingga
pertanggungjawaban. Tujuan akuntansi dalam LSM adalah untuk:
1. Memberikan informasi yang diperlukan dalam mengelola secara tepat,
efisien dan ekonomis atas suatu kegiatan serta lokasi sumber daya
yang dipercayakan kepada organisasi.tujuan ini terkait dengan
pengendalian pengelolaan.
2. Memberikaan informasi yang memungkinkan pengelola organisasi
untuk melaporkan pelaksanaan tanggung jawab mengelola secara
tepat dan efektif progam beserta penggunaan sumber daya yang
menjadi wewenagnya, disamping untuk melaporkaan kepada publik
atau lembaga pemberi dana hasil operasi organisasi. Tujuan ini terkait
dengan akuntabilitas.
Informasi akuntansi bermanfaat bagi salah satu pedoman bagi
pengambilan keputusan, terutama untuk membantu pengurus
organisasi dalam melakukan alokasi sumber daya. Informasi akuntansi
juga dapat digunakan menentukan biaya suatu program atau kegiatan
beserta kelayakannya, baik secara ekonomis maupun teknis. Dengan
informasi akuntansi, pengurus orgaanisasi dapat menentukan biaya
operasional yang akan diberikan kepada masyarakat sasarannya,
menetapkan biaya standar, dan hanya yang akan dibebankan kepada
LSM bersangkutan.
Selain itu, informasi akuntansi LSM akan dapat digunakan untuk
membantu pemilihan kegiatan yang efektif dan efisien, yang pada
ahrinya akansangat membantu pada saat penganggaran. Pada ahir
proses pengendalian organisasi LSM, akuntansi diperlukan dalam
20

pembuatan laporan keuangan yang merupakan bagian penting dari


proses akuntabilitas pada lembaga donor dan publik.
3.5 Akuntansi LSM: Sebuah Jawaban Atas Tuntutan Reformasi
Prinsip good governance atau tata pemerintah yang baik pada
umumnya diterapkan dalam organisasi sektor publik, khususnya
pemerintahan. Prisip ini sangat baik diterapkan karena cocok dengan
tuntutan zaman dan agenda reformasi yang sedang berjalan di
Indonesia. Pengertian governance yang dimaksud di sini adalah
sebagai cara mengelola urusan-urusan publik. Dalam konteks LSM,
kata publik mengacu kepada masyarakat sebagai sasaran program
LSM.
Pelaksanaaan good governance memiliki beberapa prinsip, yaitu:
1. Akuntabilitas.
2. Transparasi.
3. Partisipasi.
4. Penegakan hukum.
5. Responsivitas/daya tanggap.
6. Kesetaraan.
7. Efisiensi.
8. Efektivitas.
9. Profesionalisme.
10. Pengawasan.
Dari kesepuluh prisip tersebut, kesemuanya dapat diperankan oleh
akuntansi LSM.
Seperti dalam kehidupan sehari-hari, timbul sebuah fenomena
mengenai semakin menguatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas
oleh organisasi secara keseluruhan, termasuk organisasi LSM. Tuntutan
akuntabilitas pada LSM ini terkait dengan perlunya dilakukan
transparasi dan pemberian informasi dalam rangka pemenuhan hakhak masyarakat.
Untuk menciptakan good public (masyarakaat) maupun good
corporate governance di LSM diperlukan perubahan pada organisasi
penyelenggaranya. Bentuk perubahan ini bukan hanya identik dengan
format organisasi, tetapi lebih pada alat-alat yang digunakan dalam
mendukung berjalannya organisasi secara efisien, efektif, transparan,
dan akuntabel.
3.6 Sistem Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Biaya LSM
Pendanaan LSM dapat diperoleh dari sumber lembaga donor baik
nasional maupun internasional, fundraising lembag, atau masyarakat.
Penerimaan dan penggunaan dana yang diperoleh dari pihak luar
negeri diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Sementara itu, usaha untuk meningkatkan penerimaan dana
dari masyarakat harus didasarkan atas pola prinsip tidak mencari
keuntungan.
Hubungan antara sistem akuntansi keuangan dan akuntansi biaya
terletak pada pengaruh siklus kegiatan lembaga yang bersangkutan.
Siklus akuntansi biaya dalam suatu lembag, sangat dipengaruhi oleh
siklus kegiatan lembaga tersebut atau transaksi-transaksi yang
dilakukannya. Siklus kegiatan LSM dimulai dengan pembelian barang
sesuai kebutuhan program dan tanpa melalui pengolahan lebih lanjut
21

1.
2.
3.

a.

1.
2.
3.
4.

1.

dan diahiri dengan penyediaan layanan bagi masyarakat sasarannya.


Transaksi-transaksi LSM tidak akan terlepas dari transaksi pembiayaan.
Proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian,
serta penafsiran informasi biaya tergantung pada siapa proses tersebut
diajukan. Proses akuntansi biaya LSM dapat ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan pemakai di luar organisasi. Dalam hal ini, proses akuntansi
biaya harus memperhatikan karakteristik akuntansi keuangan. Dengan
demikian, akuntansi biaya berkaitan erat dengan akuntansi keuangan.
3.7 Sistem Akuntansi Keuangan Pada LSM
3.7.1 PSAK No. 45 tentang Standar Akuntansi untuk Entitas
Nirlaba
Dasar tuntutan akuntabilitas, yang dalam hal ini pertanggung
jawaban keuangan terhadap segala aktivitas pada semua organisasi
LSM, adalah PSAK No. 45 mengenai pelaporan keuangan organisasi
nirlaba. Karakteristik organisasi nirlaba berbeda dengan organisasi
bisnis, dimana perbedaan utama yang mendasar adalah cara
organisasi tersebut memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk
melakukan berbagai aktivitas operasionalnya. Organisasi itu
memperoleh sumber daya dari lembaga donor dan para penyumbang
lainnya. Jadi dalam organisasi nirlaba, transaksi yang jarang bahkan
tidak akan pernah terjadi dalam organisasi bisnis manapun akan
muncul. Namun, dalam praktek organisasi nirlaba,berbagai bentuknya
sulit dibedakan dengan organisasi bisnis pada umumnya.
Para pengguna laporan keuangan organisasi nirlaba, dalam hal ini
LSM, memiliki kepentingan bersama yang tidak berbeda dengan
organisasi bisnis, yaitu untuk menilai:
Jasa yang diberikan oleh LSM dan kemampuannya untuk terus
memberikan jasa tersebut.
Cara pengelola pelaksanaan dan pertanggungjawabannya.
Aspek kinerja pengelola.
Dengan adanya standar pelaporan, laporan keuangan organisasi
tersebut diharapkan dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevansi,
dan memiliki daya banding yang tinggi.
Metode Pencatatan Akrual
Tujuan dari laporan keuangan LSM adalah menyediakan informasi
yang berguna untuk pengambilan keputusan, di samping untuk
menunjukkan akuntabilitas organisasi terhadap sumber daya
terpercaya dengan:
Menyediakan informasi mengenai sumber-sumber, alokasi, dan
penggunaan sumber daya keuangan.
Menyediakan informasi mengenai bagaimana organisasi LSM
menandai aktivitasnya dan memenuhi persyaratan kasnya.
Menyediakan informasi mengenai kondisi keuangan suatu organisasi
LSM dan perubahan di dalamnya.
Menyediakan informasi menyeluruh yang berguna dalam
mengevaluasi kinerja organisasi.
Laporan keuangan dapat juga menyediakan informasi kepada
pemakainya seperti:
Mengindikasikan apakah sumber daya telah didapatkan dan
digunakan sesuai dengan anggaran yang ditetapkan.
22

2. Mengindikasikan apakah sumber daya telah didapatkan dan


digunakan sesuai dengan persyaratan, termasuk batas keuangan yang
ditetapkan oleh pengambil kebijakan di masing-masing LSM.
Laporan keuangan LSM biasanya disusun atas dasar kelangsungan
usaha organisasi LSM dan dalam melanjutkan usahanya di masa
depan. Oleh karena itu, organisasi ini diasumsikan tidak bermaksud
atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala
pelayanannya.
b. Laporan Keuangan yang Dihasilkan
laporan keuangan organisasi nirlaba meliputi laporan posisi
keuangan pada ahir periode laporan, laporan aktivitas, serta laporan
arus kas untuk suatu periode pelaporan.
1.
Laporan Posisi Keuangan
2.
Laporan aktivitas
c.
1.
2.
3.
4.

d.
1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Laporan Kelompok Aktiva Bersih


Informasi tentang pendapatan dan beban
Informasi tentang pemberian jasa
Laporan arus kas
Klasifikasi penerimaan dan pengeluaran kas
a.
Aktivitas investasi
b.
Aktivitas pembiayaan/pendanaan
c.
Aktivitas operaasi
Unsur- Unsur Laporan Keuangan
Laporan keuangan
Aktiva
Kewajiban
Ekuitas
Kinerja
Penghasilan
Beban

3.7.2 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan LSM


1. Dapat dipahami
2. Relevan
3. Materialitas
4. Keandalan/Reliabilitas
5. Penyajian jujur
6. Substansi mengungguli bentuk
7. Netralitas
8. Pertimbangan sehat
9. Kelengkapan
10. Dapat dibandingkan
3.8

Siklus Akuntansi Keuangan LSM


Pada hakikatnya, orang belum dapat dikatakan paham dalam
menyusun laporan keuangan jika belum memahami siklus akuntansi.
Akuntansi pada dasarnya, merupakan suatu proses pengolahan
informasi akuntansi yang salah satunya adalah laporan keuangan.
23

3.8.1 Pengertian Siklus Akuntansi


Laporan keuangan adalah hasil ahir dari suatu proses akuntansi,
yaitu aktivitas pengumpulan data dan pengolahan data keuangan
untuk disajikan dalam bentuk laporan keuangan atau ikhtisar-ikhtisar
lainnya yang dapat digunakan untuk membantu para pemakainya
dalam membuat atau mengambil keputusan.
3.8.2 Alur Proses Siklus Akuntansi
Siklus akuntansi merupakan serangkaian prosedur kegiatan
akuntansi dalam satu periode, mulai dari pencatatan transaksi pertama
sampai dengan penyusunan laporan keuangan dan penutupan
pembukuan secara keseluruha, serta siap untuk pencatatan transaksi
periode selanjutnya.
a. Proses Akuntansi yaitu:
1.
Pencatatan dan penggolongan (dalam jurnal).
2.
Peringkasan (dalam akun-akun buku besar).
3.
Penyajian dalam bentuk laporan keuangan, yaitu laporan posisi
keuangan/neraca, laporan arus kas, dan laporan aktiva LSM. Dan,
untuk memudahkan pekerjaan menyusun laporan keuangan, biasanya
dibuat neraca lajur (kertas kerja).
b. Tahap Siklus Akuntansi LSM
1. Tahap pencatatan
2. Tahap pengikhtisaran
3. Tahap pelaporan
3.8.3 Transaksi dan Bukti Transaksi
Tarnsaksi adalah suatu pertemuan antara dua belah pihak
(penjual dan pembeli) yang saling menguntungkan dengan adanya
bukti/data/dokumen pendukung yang dimasukkan ke dalam jurnal
setelah melalui pencatatan. Kejadian yang dapat dicatat sebagai
suatau transaksi adalah:
1. Pembelian barang
2. Penjualan barang
3. Pembayaran sewa
4. Penerimaan uang kas
a.

Bukti Transaksi
Bukti transaksi adalah dokumen sumber atau instrumen yang
menandai bahwa transaksi yang sah terjadi.

3.8.4 Jurnal
Jurnal adalah sarana untuk mencatat transaksi organisasi LSM
yang dilakukan secara kronologis atau berdasarkan urut waktu
terjadinya, dengan menunjukkan akun yang harus didebet atau dikredit
beserta jumlah nilai uangnya masing-masing.
3.8.5 Buku Besar
Buku besar merupakan suatu buku yang berisi kumpulan akun
atau perkiraan yang telah di catat dalam jurnal. Akun-akun tersebut
digunakan untuk mencatat secara terpisah aktiva, kewajiban atau
utang, dan ekuitas.
24

3.8.6 Kertas Kerja


Sebelum membuat laporan keuangan, jurnal, dan pembukuan
ayat jurnal penyesuaian, terlebih dahulu perlu ditentukan dan
dikumpulkan data yang relevan. Kumpulan data, naskah laporan
keuangan, dan analisis-analisis lain yang bermanfaat yang disiapkan
oleh akuntan, umumnya disebut kertas kerja (working paper).
3.8.7 Laporan Keuangan dan Komponennya
Laporan keuangan adalah hasil ahir dari akuntansi. Yang
menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan
oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan
mengambarkan tentan pencapaian kinerja program dan kegiatan,
kemajuan realisasi pencapaian target pendapatan, realisasi
penyerapan belanja, dan realisasi pembiyayaan.
3.8.8 Contoh Penerapan Siklus Akuntansi pada LSM
Siklus akuntansi merupakan proses akuntansi mulai dari
pencatatan transaksi keuangan sampai dengan dihasilkannya laporan
keuangan pada ahir suatu periode. Pada dasarnya siklus akuntansi
dapat diruntut sebagai berikut:
1. Membuat atau menerima bukti pencatan di mana biasanya sebuah
entitas mempunyai form voucher (bukti pencatatan) sendiri, dan bukti
lain bisa berupa kwitansi.
2. Mencatat dalam jurnal
3. Memindahkan data jurnal kebuku besar
4. Pembuatan laporan keuangan
3.9 Penerapan Sistem Akuntansi Biaya LSM
3.9.1 Definisi Akuntansi Biaya LSM
Akuntansi mendefinidikan biaya sebagai sumber daya yang
dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu. Proses akuntansi biaya di
tunjukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam organisasi LSM.
Proses akuntansi biaya harus memperhatikan karakteristik
akuntansi keuangan dan manajemen organisasi. Proses akuntansi
biaya meliputi :
1. Pihak luar (Eksternal), yaitu memenuhi karakteristik akuntansi
keuangan yang merupakan bagian dari akuntansi keuangan.
2. Pihak dalam (Internal), yaitu memenuhi karakteristik akuntansi
keuangan yang merupakan bagian dari akuntansi keuangan.
Tujuan pembahasan sistem akuntansi biaya LSM ini adalah untuk :
1. Mengefektifkan dan mengefesienkan penggunaan dana LSM,
2. Mengetahui penyebab utama biaya yang terjadi di LSM,
3. Memberikan informasi berupa laporan biaya yang akurat,
4. Memberikan jaminan akuntabilitas dan transparansi atas penggunaan
dana dan pelaporannya
5. Menghasilkan laporana biaya terkini (up to date) sebagai bahan
pertimbangan yang sangat penting terhadap keputusan pengelola LSM,
terutama pada aspek keuangan.
Komponen biaya LSM adalah :
1. Gaji dan honorarium
25

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

1.
2.
3.
4.
1.
a.
b.
2.

1.
2.
3.
4.
5.
1.

Telekomunikasi
Pemakain bahan habis pakai
Depresiasi perlengkapan dari berbagai aset yang ada
Depresiasi perlengkapan kantor
Sewa komputer
Asuransi
Biaya lainya
3.9.2 Siklus Akuntansi Biaya LSM
Siklus akuntansi biaya LSM sangat dipengaruhi oleh siklus
kegiatan LSM tersebut. Siklus kegiatan LSM dimulai dengan pemberian
barang atau peralatan dan jasa berdasarkan kegiatan program yang
telah ditentukan. Tujuan akuntansi biaya adalah untuk menyajikan
informasikan biaya yang telah digunakan untuk memberi barang atau
peralatan serta pelaksanaan program LSM tersebut.
3.9.3 Klasifikasi biaya LSM
Proses dan sistematika Akuntansi biaya dapat dipecahkan melalui
rincian tahap sebagai berikut :
Pemahaman mengenai pengertian biaya ;
Klasifikasi dan identifikasi biaya yang terjadi di LSM ke dalam kategori
tertentu dengan pendekatan ABC system
Pembuatan konsep perhitungan biaya baru yang akurat dan informatif
Pensimulasian aplikasi model perhitungan biaya
Biaya diklasifikasikan ke dalam dua kategori:
Biaya tetap : biaya yang jumlah totalnya tidak dipengaruhi oleh
perubahan kegiatan organsasi. Biaya tetap terbagi menjadi dua:
Biaya yang tidak dipengaruhi oleh kebijakan manajemen
Biaya yang dipengaruhi oleh kebijakan manajemen.
Biaya variabel : biaya yang jumlah totalnya dipengaruhi oleh
perubahan kegiatan.
Biaya semi variabel : biaya yang eilik unsur tetap dan variabel di
dalamnya.
Biaya langsung : biaya yang dipengaruhi secara langsung oleh adanya
program atau kegiatan yang direncanakan.
Biaya tidak langsung : biaya yang tidak dipengaruhi secara langsung
oleh adanya program atau kegiatan.
3.9.4 Analsis Biaya LSM
Anggaran LSM
Anggaran berfungsi sbb:
Anggar merupakan hasil akhir dari proses penyusunan rencana kerja
Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan di
masa mendatang
Anggaran sebagai alat komunikasi internal yang menghubungkan
berbagai unit kerja lembaga dan mekanisme kerja antarmanajemen
dan pelaksana program
Anggaran sebagai alat pengendalian unit kerja lembaga
Anggaran sebagai alat motivasi serta persuasi tindakan efktif dan
efisien dalam pencapaian visi organisasi
Prosedur rencana anggaran biaya
Buatlah daftar rincian biaya dengan akurat
26

2. Pisah-pisahkan menjadi
3. Harus da perhitungan yang detail.
Biaya standar
Biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yaitu jumlah
biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membiayai kegitan tertentu
dengan aumsi kondisi ekonomi, efisiensi, dan faktor-faktor lainnya
dipenuhi.
Manfaat biaya standar
Biaya standar dapat digolongkan atas dasar tingkat ketaatan atau
kelonggaran sbb:
1. Standar teoretis : standar ideal yang dalam pelaksanaannya sulit
dicapai.
2. Rata-rata biaya waktu yang lalu : ditentukan dengan menghitung ratarata biaya periode yang telah lampau.
3. Standar normal : di dasarkan pada rata-rata biaya di masa lalu dan
disesuaikan engan taksiran biaya di masa yang akan datang, dengan
asumsi keadaan ekonomi sedang normal.
4. Pelaksanaan terbaik yang dapat dicapai : didasarkan pada tingkat
pelaksanaan terbaik dengan memeperhitungkan ketidakefisienan
kegiatan yang tidak dapat dihindari terjadinya.
Analisis biaya-volume-laba pada LSM
Analisis biaya-volume-laba pada LSM digunakan untuk membantu LSM
agar tidak mengalami masalah biaya dalam melaksanakan kegiatankegiatan program.
1. BEP
Adalah jumlah output di mana totalpendapatan sama dengan total
biaya, atau laba operasinya adalah nol.
2. Analisis sensitivitas dan ketidaktentuan
a. Teknik what if yang digunakan pengelola dalam menguji bagaimana
sebuah hasil akan berubah; jika data perkiraan asli tidak diraih, atau
jika sebuah asumsi dasarnya berubah.
b. Analisis sensitivitas adalah suatu pendekatan untuk mengenalkan
ketidaktentuan yang memungkinkan jumlah aktual akan menyimpang
dari jumlah yang diperkirakan.
3.9.5 Laporan Biaya LSM
Bagian dari penetapan sistem pengendalian keuangan adalah
untuk memastikan bahwa dana telah dibelanjakan sesuai alokasinya.
Laporan biaya LSM dirancang untuk melaporkan apa yang sedang
terjadi dengan biaya pelaksanaan kegiatan LSM. Informasi ini berisi
laporan yang berasal dari catatan akuntansi berupa penerimaan dan
pembiayaan.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Pembahasan mengenai civil society atau masyarakat sipil
bukan merupakan hal yang baru karena isu ini telah dibahas dalam
filosofi politik, sosiologi, dan teori sosial dalam satu tahun. Di
27

Indonesia, sampai dengan tahun 2002 menurut Departemen Dalam


Negeri (Depdagri), jumlah NGO atau LSM adalah 13.500 organisasi
dengan beragam misi, komitmen, dan bentuk kegiatan. Hampir 90%
dari LSM tersebut mengandalkan dana asing. Hubungan pemerintah
dengan LSM dapat diidentifikasi dalam beberapa kemungkinan, seperti
saling mengabaikan, saling mendukung, serta kerja sama atau kooptasi
atas perimbangan dimensi keuangan, organisasi dan kebijakan. Terkait
dengan wacana Civil Society, pemikiran bangsa yang demokratis
dimulai dari bawah atau dari masyarakat Akar Rumput. Civil Society
merupakan sebuah konsep yang luar biasa yang mempunyai karakter
ambiguitas atau elastisitas, sehingga aplikasinya harus didahukui
dengan pendefinisian konsep tersebut.
Pengertian umum dari istilah NGO atau LSM pada dasarnya sama
dengan pengertian umum lembaga sukarela, PVO s (Private Voluntary
Organizations) atau ORNOP (Organisasi Non Pemerintah) yang berasal
dari triminologo PBB, yaitu NGO (Non Govermental Organization).
Pembagian generasi LSM menurut Zaim Saidi, Generasi pertama,
sebagai generasi relief and welfare. Generasi kedua, sebagai generasi
small scale, self reliance local development. Generasi ketiga, sebagai
generasi sustainable system development. Generasi keempat, sebagai
generasi people movement.
Akuntansi yang diterapkan pada LSM memiliki kaitan erat dengan
penerapan dan diperlakukan akuntansi pada domain publik. Domai
publik yang dimaksud adalah masyarakat yang didampingi oleh LSM
terkait. Tidak dapat dipungkiri bahwa LSM mempunyai pengaruh yang
cukup besar dalam kehidupan bermasyarakat di seluruh Indonesia.
Selama ini, aktivitas LSM lebih banyak berupa program-program
bantuan dan layanan sosial, terutama bagi kelompok masyarakat yang
lemah. Akuntansi merupakan suatu kegiatan yang akan mengarah
pada pencapaian hasil dalam tingkat tertentu dan bermanfaat bagi
kehidupan LSM tersebut. Seperti halnya dengan akuntansi organisasi
publik lainnya, akuntansi LSM terkait dengan tiga hal pokok, yakni
penyediaan informasi, pengendalian pengelolaan, dan akuntabilitas.
Pendanaan LSM dapat diperoleh dari sumber lembaga donor baik
nasional maupun internasional, fundraising lembag, atau masyarakat.
Penerimaan dan penggunaan dana yang diperoleh dari pihak luar
negeri diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Dasar tuntutan akuntabilitas, yang dalam hal ini pertanggung
jawaban keuangan terhadap segala aktivitas pada semua organisasi
LSM, adalah PSAK No. 45 mengenai pelaporan keuangan organisasi
nirlaba. Pada hakikatnya, orang belum dapat dikatakan paham dalam
menyusun laporan keuangan jika belum memahami siklus akuntansi.
Akuntansi pada dasarnya, merupakan suatu proses pengolahan
informasi akuntansi yang salah satunya adalah laporan keuangan.
Akuntansi mendefinidikan biaya sebagai sumber daya yang
dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu. Proses akuntansi biaya di
tunjukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam organisasi LSM.
Siklus akuntansi biaya LSM sangat dipengaruhi oleh siklus kegiatan
LSM tersebut. Siklus kegiatan LSM dimulai dengan pemberian barang
atau peralatan dan jasa berdasarkan kegiatan program yang telah
28

ditentukan. Bagian dari penetapan sistem pengendalian keuangan


adalah untuk memastikan bahwa dana telah dibelanjakan sesuai
alokasinya. Laporan biaya LSM dirancang untuk melaporkan apa yang
sedang terjadi dengan biaya pelaksanaan kegiatan LSM. Informasi ini
berisi laporan yang berasal dari catatan akuntansi berupa penerimaan
dan pembiayaan.
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, indra.2007.Akuntansi LSM dan Politik,jakarta:Erlangga
Diposkan oleh jamiatul laela di 1:02:00 AM
Akuntansi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Accounting Media Lembaga Swadaya Masyarakat atau Organisasi
Non-Pemerintah (non-government organization NGO) merupakan
organisasi yang dikelola oleh swasta atau di luar pemerintahan. LSM
dapat diartikan sebagai organisasi swasta (nirlaba) yang kegiatannya
adalah untuk membebaskan penderitaan, memajukan kepentingan
kaum miskin, melindungi lingkungan, menyediakan pelayanan dasar
bagi masyarakat, atau menangani pengembangan masyarakat.
Dengan kata lain, organisasi yang berbasis nilai, secara keseluruhan
maupun sebagian, pada lembaga donor dan pelayanan sukarela
(Bastian, 2007).
Perlakuan akuntansi dan pelaporan keuangan LSM mengacu pada PSAK
Nomor 45 tentang Standar Akuntansi untuk Entitas Nirlaba seperti
halnya pada Akuntansi Partai Politik. LSM menyelenggarakan
pembukuan terpadu berdasarkan peraturan tata buku yang berlaku.
Pembukuan keuangan LSM diperiksa oleh peninjau organisasi dan
pemberi dana. Sementara itu, kewenangan penerimaan, penyimpanan,
dan penggunaan dana serta pembukuan keuangan LSM
diselenggarakan oleh pelaku oganisasi LSM ditentukan oleh badan
penyandang dana berdasarkan status LSM yang dimaksud. Rencana
anggaran LSM, setelah disepakati oleh personel LSM, siusulkan kepada
lembaga donor untuk disetujui menjadi sebuah program atau proyek
LSM.
Pada umumnya, siklus akuntansi organisasi nirlaba termasuk LSM,
dikelompokkan dalam tiga tahap yaitu:
1. Tahap pencatatan, terdiri dari kegiatan pengidentifikasian dan
pengukuran dalam bentuk transaksi dan buku pencatatan, kegiatan
pencatatan bukti transaksi ke dalam buku jurnal, dan

29

memindahbukukan (posting) dari jurnal berdasarkan kelompok ke


dalam buku besar.
2. Tahap pengikhtisaran, terdiri dari penyusunan neraca saldo
berdasarkan akun-akun buku besar, pembuatan ayat jurnal
penyesuaian, penyusunan kertas kerja, pembuatan ayat jurnal
penutup, membuat neraca saldo setelah penutupan, membuat ayat
jurnal pembalik.
3. Tahap pelaporan, yang terdiri dari Laporan Posisi Keuangan, Laporan
Arus Kas, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan
(Laporan Aktivitas).
Sedangkan Tujuan dari pelaporan keuangan LSM adalah menyediakan
informasi yang berguna untuk pengambil keputusan, disamping untuk
menunjukkan akuntabilitas organisasi terhadap sumber daya
terpercaya dengan:
a. Menyediakan informasi mengenai sumber-sumber, alokasi, dan
penggunaan sumber daya kauangan.
b. Menyediakan informasi mengenai bagaimana organisasi LSM
mendanai aktivitasnya dan memenuhi persyaratan kasnya.
c. Menyediakan informasi yang berguna dalam mengevaluasi
kemampuan organisasi LSM untuk mendanai aktivitasnya dan untuk
memenuhi kewajiban serta komitmennya.
d. Menyediakan informasi mengenai kondisi keuangan suatu organisasi
LSM dan perubahan di dalamnya.
e. Menyediakan informasi yang menyeluruh yang berguna dalam
mengevaluasi kinerja organisasi LSM dari segi biaya jasa, efisiensi, dan
pencapaian tujuan.
Kurangnya perhatian LSM terhadap akuntabilitas dan minimnya akses
informasi tentang LSM merupakan salah satu penyebab kecilnya
peluang LSM untuk mendapatkan dukungan dana lokal, antara
lain filantropy dan dana corporate social responsibility (CSR). Dengan
demikian, ketidakpedulian LSM terhadap masalah akuntabilitasnya,
bukan hanya mengancam eksistensi LSM, tetapi juga membahayakan
upaya mendorong peranan masyarakat sipil dalam pengembangan
demokrasi dan perilaku demokratis di semua arena politik, nasional,
lokal, regional, dan global. Jadi, akuntabilitas bagi organisasi LSM tidak
lagi hanya menjadi sekedar isu, melainkan sudah menjadi tuntutan
publik. Salah satu bentuk implementasi akuntabilitas adalah dengan
menyusun laporan keuangan LSM.
Akuntansi Untuk Entitas Tempat Ibadah: Akuntansi Masjid
Accounting Media Tempat ibadah sebenarnya tidak hanya
bertujuan menjadi tempat beribadah ritual unmat beragama yang
sifatnya rutin. Namun, apabila tempat ibadah dapat dikelola dengan
30

konsep organisasi yang modern dapat berkembang menjadi organisasi


yang berperan dan berfungsi melebihi tujuan utamanya, yaitu
melayani peribadatan umat.

Keberadaan masjid tidak bisa dilepaskan dari pengelolaan dana yang


berasal dari amal atau sumbangan umat yang tidak mengharapkan
imbalan apapun dari organisasi tersebut. Namun demikian, tidak
berarti masyarakat tidak mementingkan pertanggungjawaban dari
pengurus organisasi keagamaan, misalnya tamir masjid, terkait
pengelolaan dana amal masjid. Untuk itu, akuntabilitas tetap penting
dalam organisasi keagamaan.
Pola pertanggungjawaban di organisasi keagamaan dapat bersifat
vertikal maupun horizontal. Pertanggungjawaban vertikal adalah
pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang
lebih tinggi, seperti kepada Pembina. Dalam konteks yang lebih jauh
lagi, pertanggungjawaban secara vertikal juga berarti
pertanggungjawaban kepada Tuhan, meskipun tidak ada dalam bentuk
materi maupun fisik. Sedangkan pertanggungjawaban horizontal
adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas, kususnya
pengguna atau penerima layanan organisasi keagamaan yang
bersangkutan. Kedua pola pertanggungjawaban tersebut merupakan
elemen penting dari proses akuntabilitas publik.
Untuk menciptakan akuntabilitas yang baik diperlukan sarana untuk
mewujudkannya, yaitu dengan menerapkan akuntansi pada organisasi
keagamaan. Seberapa besar peran akuntansi dalam organisasi
keagamaan diukur dari seberapa besar manfaat akuntansi pada
organisasi keagamaan tersebut. Peling tidak ada tiga manfaat
akuntansi, yaitu:
1. Penyediaan informasi yang akurat dan andal
2. Menciptakan akuntabilitas publik
3. Untuk pengendalian manajemen
31

Informasi yang akurat dan andal dapat berguna bagi pengurus


organisasi keagamaan untuk pengambilan keputusan manajerial.
Penerapan akuntansi biaya dan akuntansi manajemen dapat
membantu pengurus untuk mengelola organisasi keagamaan dengan
efektif dan efisien. Efektivitas pengelolaan dana terkait dengan
kesesuaian alokasi dan penggunaan dana dengan tujuan organisasi,
dan efisiensi terkait dengan kewajaran besaran dana yang digunakan
untuk membiayai sebuah aktivitas atau kegiatan organisasi.
Sedangkan untuk keperluan akuntabilitas publik, pengurus perlu
menerapkan akuntansi keuangan. Tentunya, akuntansi keuangan yang
sesuai dengan organisasi keagamaan adalah akuntansi untuk entitas
nirlaba sebagaimana yang diatur dalam PSAK No. 45 tentang Standar
Akuntansi untu Entitas Nirlaba. Berdasarkan PSAK No. 45, laporan
keuangan yang harus disajikan adalah Laporan Laba/Rugi, Laporan
Arus Kas, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Mungkin saat ini akuntansi belum dijadikan kebutuhan bagi sebagian
besar pengurus organisasi masjid. Namun, tidak tertutup kemungkinan
semakin meningkatnya kualitas pendidikan masyarakat dan
meningkatnya kesadaran umat muslim akan pentingnya gerakan
kembali ke masjid, menjadikan penerapan system akuntansi yang baik
menjadi kebutuhan mendasar bagi organisasi masjid.
Sumber artikel ini dari Buku Akuntansi Sektor Publik yang ditulis oleh
Abdul Halim & Syam Kusufi yang diterbitkan oleh Salemba Empat. Baca
juga mengenai Akuntansi organisasi nirlaba lainnya, yaitu Akuntansi
Partai Politikdan Akuntansi LSM. Terimakasih.

Sekilas tentang PSAK nomor 45


(Pelaporan Keuangan
Organisasi Nirlaba)
09/02/2011
dian kurniasari Uncategorized 7 Komentar
Organisasi Nirlaba menyediakan jasa dan tidak beritikad untuk memperoleh laba, organisasi
ini umumnya dibiayai dari kontribusi, perolehan dana dari endowment atau investasi,
pengenaan tarif atas jasa yang diberikan dan pemberian bantuan dari pemerintah. Dalam
pelaksanaan pengelolaan keuangannya suatu organisasi nirlaba dapat memperoleh suatu
surplus yang merupakan selisih antara aliran kas masuk dengan aliran kas keluar.
Organisasi nirlaba pada umumnya memilih pemimpin, pengurus atau penanggungjawab yang
menerima amanat dari para stakeholdernya, terkait dengan konsep akuntabilitas, akuntansi

32

sebagai sarana pertanggungjawaban akuntabilitas merupakan bagian yang integral dengan


organisasi nirlaba, sehingga suatu laporan keuangan perlu disajikan oleh organisasi nirlaba
untuk menilai entitas organisasi nirlaba dalam memberikan pelayanannya dan keberlanjutan
dalam pemberian pelayanan serta menilai pertanggungjawaban dari pengurus/manajemen
atas tugas, kewajiban dan kinerja yang diamanatkan kepadanya.
IAI menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 45 tentang Pelaporan
Keuangan Organisasi Nirlaba , dalam PSAK tersebut antara lain menguraikan tentang:
Tujuan Laporan Keuangan:
Tujuan utama laporan keuangan organisasi nirlaba pada dasarnya memiliki kesamaan dengan
tujuan laporan keuangan organisasi komersial, yaitu menyajikan informasi yang relevan atas
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh organisasi tersebut. Namun, dikarenakan adanya
perbedaan tujuan organisasi, menyebabkan adanya perbedaan pada kalangan pemakai
laporan keuangan dan isi dari laporan keuangan tersebut. PSAK Nomor 45 memberikan
pengertian tujuan laporan keuangan organisasi nirlaba adalah untuk menyediakan informasi
yang relevan untuk memenuhi kepentingan para penyumbang, anggota organisasi, kreditur,
dan pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi organisasi nirlaba.
Sifat Pembatasan Dana
Menurut PSAK Nomor 45 Laporan keuangan untuk organisasi nirlaba terdiri dari laporan
posisi keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
Dalam melakukan penyusunan laporan keuangan memperhatikan sifat pembatasan dana,
menurut PSAK Nomor 45 mendefinisikan sebagai berikut:
Pembatasan permanen adalah pembatasan penggunaan sumber daya yang ditetapkan oleh
penyumbang agar sumber daya tersebut dipertahankan secara permanen, tetapi organisasi
diizinkan untuk menggunakan sebagian atau semua penghasilan atau manfaat ekonomi
lainnya yang berasal dari sumber daya tersebut.
Pembatasan temporer adalah pembatasan penggunaan sumber daya oleh penyumbang
yang menetapkan agar sumber daya tersebut dipertahankan sampai dengan periode tertentu
atau sampai dengan terpenuhinya keadaan tertentu.
Sumbangan terikat adalah sumber daya yang penggunaannya dibatasi untuk tujuan tertentu
oleh penyumbang. Pembatasan tersebut dapat bersifat permanen atau temporer.
Sumbangan tidak terikat adalah sumber daya yang penggunaannya tidak dibatasi untuk
tujuan tertentu oleh penyumbang.
Komponen Laporan Keuangan
Menurut PSAK Nomor 45 menjelaskan bahwa komponen laporan keuangan organisasi nirlaba
meliputi :
Laporan Posisi Keuangan,
Tujuan laporan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi mengenai aktiva,
kewajiban, dan aktiva bersih dan informasi mengenai hubungan di antara UniversitasUniversitas tersebut pada waktu tertentu.
Informasi dalam laporan posisi keuangan yang digunakan bersama pengungkapan dan
informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang, anggota

33

organisasi , kreditur, dan pihak-pihak lain untuk menilai:


Kemampuan organisasi untuk memberikan jasa secara berkelanjutan; dan
Likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi kewajibannya, dan
kebutuhan pendanaan eksternal.
Laporan posisi keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan, menyediakan informasi
yang relevan mengenai likuiditas, fleksibilitas keuangan, dan hubungan antara aktiva dan
kewajiban. Informasi tersebut umumnya disajikan dengan pengumpulan aktiva dan kewajiban
yang memiliki karakteristik serupa dalam suatu kelompok yang relatif homogen. Laporan
keuangan mencakup organisasi secara keseluruhan dan harus menyajikan total aktiva,
kewajiban, dan aktiva bersih.
Laporan Aktivitas,
Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai:
Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aktiva bersih.
Hubungan antar transaksi, dan peristiwa lain.
Bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa.
Informasi dalam laporan aktivitas, yang digunakan bersama dengan pengungkapan informasi
dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang, anggota organisasi,
kreditur dan pihak lainnya untuk:
Mengevaluasi kinerja dalam suatu periode.
Menilai upaya, kemampuan dan kesinambungan organisasi dan memberikan jasa
Menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer.
Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan aktiva bersih terikat permanen, terikat
temporer, dan tidak terikat dalam suatu periode. Laporan aktivitas juga menyajikan
keuntungan dan kerugian yang diakui dari investasi dan aktiva lain (atau kewajiban) sebagai
penambah atau pengurang aktiva bersih tidak terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi
oleh penyumbang, dan menyajikan beban sebagai pengurang aktiva bersih tidak terikat.
Sumbangan disajikan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat, terikat permanen, atau
terikat temporer, tergantung pada ada tidaknya pembatasan. Dalam hal sumbangan terikat
yang pembatasannya tidak berlaku lagi dalam periode yang sama, dapat disajikan sebagai
sumbangan tidak terikat sepanjang disajikan secara konsisten dan diungkapkan sebagai
kebijakan akuntansi.
Laporan aktivitas menyajikan keuntungan dan kerugian yang diakui dari investasi dan aktiva
lain (atau kewajiban) sebagai penambah atau pengurang aktiva bersih tidak terikat, kecuali
jika penggunaannya dibatasi.
Laporan aktivitas menyajikan jumlah pendapatan dan beban secara bruto. Namun demikian
pendapatan investasi, dapat disajikan secara neto dengan syarat beban-beban terkait, seperti
beban penitipan dan beban penasihat investasi, diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan.
Laporan aktivitas atau catatan atas laporan keuangan harus menyajikan informasi mengenai
beban menurut klasifikasi fungsional, seperti menurut kelompok program jasa utama dan
aktivitas pendukung. Di samping itu, organisasi nirlaba dianjurkan untuk menyajikan informasi

34

tambahan mengenai beban menurut sifatnya. Misalnya, berdasarkan gaji, sewa, listrik, bunga,
penyusutan.
Laporan Arus Kas
Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan dan
pengeluaran kas dalam suatu periode. Laporan arus kas disajikan sesuai PSAK 2 tentang
Laporan Arus Kas, dengan tambahan berikut ini:
a) Aktivitas pendanaan:
(1) Penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi untuk jangka panjang.
(2) Penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang penggunaannya dibatasi
untuk pemerolehan, pembangunan dan pemeliharaan aktiva tetap, atau peningkatan dana
abadi (endowment).
(3) Bunga dan dividen yang dibatasi penggunaannya untuk jangka panjang.
b) Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan nonkas: sumbangan
berupa bangunan atau aktiva investasi.
Arus kas yang berasal dari transaksi dalam valuta asing harus dibukukan dalam mata uang
yang digunakan dalam pelaporan keuangan dengan menjabarkan jumlah mata uang asing
tersebut menurut kurs pada ta

Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba


Organisasi nirlaba memiliki perbedaan yang cukup signifikan dengan
organisasi yang berorientasi kepada laba. Dalam menjalankan kegiatannya,
organisasi nirlaba tidak semata-mata digerakkan oleh tujuan untuk mencari
laba. Meski demikian not-for-profit juga harus diartikan sebagai not-for-loss.
Oleh karena itu, organisasi nirlaba selayaknya pun tidak mengalami defisit.
Adapun bila organisasi nirlaba memperoleh surplus, maka surplus
tersebutakan dikontribusikan kembali untuk pemenuhan kepentingan publik,
dan bukan untuk memperkaya pemilik organisasi nirlaba tersebut.
Dalam hal kepemilikan, kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat
dijual, dialihkan,atau ditebus kembali sebagaimana pada organisasi bisnis.
Selain itu, kedua jenis organisasi tersebut bereda dalam hal cara organisasi
memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai
aktivitas operasinya. Organisasi nirlaba umumnya memperoleh sumber daya
dari sumbangan para anggota dan donatur lain, yang idealnya,
tidak mengharapkan adanya pengembalian atas donasi yang mereka berikan.
Lebih lanjut, walaupun tidak meminta adanya pengembalian, namun para
donatur sebagai salah satu stakeholder utama organisasi nirlaba
tentunya mengharapkan adanya pengembalian atas sumbangan yang mereka
berikan. Para donatur ini, baik mempersyaratkan atau tidak, tentu
tetap menginginkan pelaporan serta pertanggungjawaban yang
transparan atas dana yang mereka berikan. Para donatur
ingin mengetahui bagaimana dana yang mereka berikan dikelola dengan baik
dan dipergunakan untuk memberi manfaat bagi kepentingan publik.

35

Untuk itu, organisasi nirlaba perlu menyusun laporan keuangan. Hal ini bagi
sebagian organisasi nirlaba yang scope-nya masih kecil serta sumber dayanya masih belum memadai, mungkin akan menjadi hal yang menantang untuk
dilakukan. Terlebih karena organisasi nirlaba jenis ini umumnya lebih fokus
pada pelaksanaan program ketimbang mengurusi administrasi. Namun, hal
tersebut tidak boleh dijadikan alasan karena organisasi nirlaba tidak boleh
hanya mengandalkan pada kepercayaan yang diberikan para donaturnya.
Akuntabilitas sangat diperlukan agar dapat dapat memberikan informasi yang
relevan dan dapat diandalkankepada donatur, regulator, penerima
manfaat dan publik secara umum.

1.
2.
3.
4.

Menurut PSAK 45, organisasi nirlaba perlu menyusun setidaknya 4 jenis


laporan keuangan sebagai berikut:
Laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode laporan
Laporan aktivitas untuk suatu periode pelaporan
Laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan
Catatan atas laporan keuangan

Dari keempat jenis laporan tersebut, dapat dicermati bahwa laporan keuangan
organisasi nirlaba mirip dengan organisasi bisnis, kecuali pada 3 hal utama,
yaitu:
a. Komponen laporan posisi keuangan organisasi nirlaba memiliki beberapa
keunikan bila dibandingkan dengan komponen laporan keuangan organisasi
bisnis. Hal ini akan dijelaskan pada bagian berikutnya.
b. Organisasi nirlaba tidak memiliki laporan laba rugi, namun laporan ini dapat
dianalogikan dengan laporan aktivitas. Informasi sentral dalam laporan laba
rugi umumnya terletak pada komponen laba atau rugi yang dihasilkan
organisasi bisnis dalam satu periode. Sementara itu, informasi sentral dalam
laporan aktivitas terletak pada perubahan aset neto yang dikelola oleh
organisasi nirlaba.
c. Organisasi nirlaba tidak memiliki laporan perubahan ekuitas sebagaimana
layaknya organisasi bisnis. Hal ini disebabkan organisasi nirlaba tidak dimiliki
oleh entitas manapun. Ekuitas dalam organisasi nirlaba bisa dianalogikan
dengan aset neto yang akan disajikan pada laporan aktivitas. Aset neto
tersebut terdiri dari tiga jenis, sebagaimana dijelaskan berikut ini:

a. Aset neto tidak terikat adalah sumber daya yang penggunaannya


tidak dibatasi untuk tujuan tertentu oleh penyumbang. Adapun bila
sumbangan tersebut terikat, itu berarti sumbangan tersebut dibatasi
penggunaannya oleh penyumbang untuk tujuan tertentu. Pembatasan
tersebut dapat bersifat permanen atau temporer.
b. Aset neto terikat temporer adalah sumber daya yang pembatasan
penggunaannya dipertahankan sampai dengan periode tertentu atau
sampai dengan terpenuhinya keadaan tertentu. Pembatasan
penggunaan ini bisa ditetapkan oleh donatur maupun oleh organisasi
nirlaba itu sendiri (misal: untuk melakukan ekspansi, atau untuk
membeli aset tertentu).
c. Aset neto terikat permanen adalah sumber daya yang pembatasan
penggunaannya dipertahankan secara permanen. Namun demikian,
organisasi nirlaba diizinkan untuk menggunakan sebagian atau semua

36

penghasilan atau manfaat ekonomi lainnya yang berasal dari sumber


daya tersebut. Contoh aset jenis ini adalah dana abadi, warisan,
maupun wakaf.

Meski PSAK 45 didedikasikan bagi organisasi nirlaba, namun standar ini juga
dapat diterapkan oleh lembaga pemerintah, dan unit-unit sejenis lainnya.
Namun perlu dicatat bahwa penerapan pada organisasi selain nirlaba tersebut
hanya dapat dilakukan sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Jenis dan Komponen Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba
Laporan keuangan organisasi nirlaba meliputi (1) laporan posisi keuangan
pada akhir periode laporan, (2) laporan aktivitas serta (3) laporan arus kas
untuk suatu periode pelaporan, dan (4) catatan atas laporan keuangan.
1. Laporan Posisi Keuangan / Neraca
Laporan ini bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai aset,
kewajiban, dan aset bersih dan informasi mengenai hubungan di antara unsurunsur tersebut pada waktu tertentu. Informasi ini dapat membantu para
penyumbang, anggota organisasi, kreditur dan pihak-pihak lain untuk menilai:
a. kemampuan organisasi untuk memberikan jasa secara berkelanjutan, dan
b. likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi kewajibannya,
serta kebutuhan pendanaan eksternal.
Lebih lanjut, komponen dalam laporan posisi keuangan mencakup:
Aset
a. Kas dan setara kas;
Bila ada kas atau aset lain yang dibatasi penggunaanya oleh penyumbang,
maka hal ini harus disajikan
terpisah dari kas atau aset lain yang tidak terikat penggunaannya.
b.
Piutang (misalnya: piutang pasien, pelajar, anggota, dan penerima jasa
yang lain);
c.
Persediaan;
d.
Sewa, asuransi, dan jasa lainnya yang dibayar di muka;
e.
Surat berharga/efek dan investasi jangka panjang;
f.
Tanah, gedung, peralatan, serta aset tetap lainnya yang digunakan
untuk menghasilkan barang dan jasa, dan lain-lain.
Bila dilihat dari susunan tersebut, dapat dipahami bahwa penyajian aset pada
laporan posisi keuangan suatu organisasi nirlaba juga diurutkan berdasarkan
likuiditasnya kemampuan suatu aset untuk dengan mudah dikonversi
menjadi kas.
Liabilitas
a. Utang dagang;
b. Pendapatan diterima dimuka;
c. Utang jangka panjang, dan lain-lain
Dalam penyajiannya, liabilitas tetap diurutkan berasarkan masa jatuh
temponya.

Aset Bersih

37

a.
Aset bersih tidak terikat. Aset bersih jenis ini umumnya meliputi
pendapatan dari jasa, penjualan barang, sumbangan, dan dividen atau hasil
investasi, dikurangi beban untuk memperoleh pendapatan tersebut. Batasan
terhadap penggunaan aset bersih tidak terikat dapat berasal dari sifat
organisasi, lingkungan operasi, dan tujuan organisasi yang tercantum dalam
akte pendirian, serta dari perjanjian kontraktual dengan pemasok, kreditur
dan pihak lain yang berhubungan dengan organisasi.
b.
Aset bersih terikat temporer. Pembatasan ini bisa berupa

pembatasan waktu maupun penggunaan, ataupun keduanya. Contoh


pembatasan temporer ini bisa berlaku terhadap (1) sumbangan berupa
aktivitas operasi tertentu, (2) investasi untuk jangka waktu tertentu,
(3) penggunaan selama periode tertentu dimasa depan, atau (4)
pemerolehan aset tetap. Informasi mengenai jenis pembatasan
ini dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aset bersih
terikat temporer atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan.
c.
Aset bersih terikat permanen. Pembatasan ini bisa dilakukan
terhadap (1) aset seperti tanah atau karya seni yang disumbangkan
untuk tujuan tertentu, untuk dirawat dan tidak untuk dijual, atau (2)
aset yang disumbangkan untuk investasi yang mendatangkan
pendapatan secara permanen. Kedua jenis pembatasan ini dapat
disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aset bersih yang
penggunaannya dibatasi secara permanen atau disajikan dalam
catatan atas laporan keuangan.
Contoh laporan posisi keuangan:

38

2. Laporan Aktivitas
Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi
mengenai pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah
jumlah dan sifat aset bersih, hubungan antar transaksi, dan peristiwa
lain, dan bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan
berbagai program atau jasa. Perubahan aset bersih dalam laporan
aktivitas biasanya melibatkan 4 jenis transaksi, yaitu (1) pendapatan,
(2) beban, (3) gains and losses, dan (4) reklasifikasi aset bersih.
Seluruh perubahan aset bersih ini nantinya akantercermin pada nilai
akhir aset bersih yang disajikan dalam laporan posisi keuangan.

39

Adapun informasi dalam laporan ini dapat membantu


para stakeholdersuntuk:
a.
mengevaluasi kinerja organisasi nirlaba dalam suatu periode,
b.
menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan organisasi dan
memberikan jasa, dan
c.
menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer.
Secara umum, ketentuan dalam Laporan Aktivitas adalah sebagai
berikut:
Pendapatan disajikan sebagai penambah aset bersih tidak terikat,
kecuali jika penggunaannya dibatasi oleh penyumbang.
Beban disajikan sebagai pengurang aset bersih tidak terikat.
Sumbangan dapat disajikan sebagai penambah aset bersih tidak
terikat, terikat permanen, atau terikat temporer, tergantung pada ada
tidaknya pembatasan.
Jika ada sumbangan terikat temporer yang pembatasannya tidak
berlaku lagi dalam periode yang sama, maka sumbangan tersebut
dapat disajikan sebagai sumbangan tidak terikat sepanjang disajikan
secara konsisten dan diungkapkan sebagai kebijakan akuntansi.
Keuntungan dan kerugian dari investasi dan aset (atau kewajiban)
lain diakui sebagai penambah atau pengurang aset bersih tidak terikat,
kecuali jika penggunaannya dibatasi.
Selain dari ketiga jenis aset bersih yang ada sebagaimana
dijelaskan sebelumnya, organisasi nirlaba tetap berpeluang untuk
menambah klasifikasi aset bersih sekiranya diperlukan. Klasifikasi ini
bisa dilakukan menurut kelompok operasi atau non-operasi, dapat
dibelanjakan atau tidak dapat dibelanjakan, telah direalisasi atau
belum direalisasi, berulang atau tidak berulang, atau dengan cara lain
yang sesuai dengan aktivitas organisasi.
Lebih lanjut, komponen dalam laporan aktivitas mencakup:
Pendapatan
Sumbangan;
Jasa layanan;
Penghasilan investasi.
Semua pendapatan tersebut disajikan secara bruto. Namun, khusus
untuk pendapatan investasi dapat disajikan secara neto dengan syarat
beban-beban terkait, seperti beban penitipan dan beban penasihat
investasi, diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Komponen lain yang juga disajikan dalam jumlah neto adalah
keuntungan dan kerugian yang berasal dari transaksi insidental atau
peristiwa lain yang berada di luar pengendalian organisasi dan
manajemen. Misalnya, keuntungan atau kerugian penjualan tanah dan
gedung yang tidak digunakan lagi.
a.
b.
c.

Beban
Beban terkait program pemberian jasa. Aktivitas terkait dengan
beban jenis ini antara lain aktivitas untuk menyediakan barang dan
a.

40

jasa kepada para penerima manfaat, pelanggan, atau anggota dalam


rangka mencapai tujuan atau misi organisasi.
b.
Beban terkait aktivitas pendukung (meliputi semua aktivitas
selain program pemberian jasa). Umumnya, aktivitas pendukung
mencakup:
Aktivitas manajemen dan umum, meliputi pengawasan, manajemen
bisnis, pembukuan, penganggaran, pendanaan, dan aktivitas
administratif lainnya.
Aktivitas pencarian dana, meliputi publikasi dan kampanye pencarian
dana; pengadaan daftar alamat penyumbang; pelaksanaan acara
khusus pencarian dana; pembuatan dan penyebaran manual, petunjuk,
dan bahan lainnya; dan pelaksanaan aktivitas lain dalam rangka
pencarian dana dari individu, yayasan, pemerintah dan lain-lain.
Aktivitas pengembangan anggota meliputi pencarian anggota baru
dan pengumpulan iuran anggota, hubungan dan aktivitas sejenis
Perlu dicermati bahwa laporan aktivitas atau catatan atas laporan
keuangan harus menyajikan informasi mengenai beban menurut
klasifikasi fungsional, seperti menurut kelompok program jasa utama
dan aktivitas pendukung. Klasifikasi ini bermanfaat untuk membantu
para stakeholders dalam menilai pemberian jasa dan penggunaan
sumber daya. Disamping penyajian klasifikasi beban secara fungsional,
organisasi nirlaba dianjurkan untuk menyajikan informasi tambahan
mengenai beban menurut sifatnya. Misalnya, berdasarkan gaji, sewa,
listrik, bunga, penyusutan.
Contoh laporan aktivitas

41

3. Laporan Arus Kas


Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai
penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Adapun
klasifikasi penerimaan dan pengeluaran kas pada laporan arus kas
organisasi nirlaba, sama dengan yang ada pada organisasi bisnis,
yaitu: arus kas dari aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas
pendanaan. Metode penyusunan laporan arus kas pun bisa
menggunakan metode langsung (direct method) maupun metode tidak
langsung (indirect method).
Arus kas dari aktivitas operasi umumnya berasal dari pendapatan jasa,
sumbangan, dan dari perubahan atas aset lancar dan kewajiban lancar
yang berdampak pada kas. Sementara itu, arus kas dari aktivitas
investasi biasanya mencatat dampak perubahan aset tetap terhadap

42

kas, misal karena pembelian peralatan, penjualan tanah, dsb. Lebih


lanjut, arus kas dari aktivitas pendanaan berasal dari penerimaan kas
dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi untuk jangka panjang;
penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang
penggunaannya dibatasi untuk perolehan, pembangunan dan
pemeliharaan aset tetap, atau peningkatan dana abadi (endowment),
atau dari hasil investasi yang dibatasi penggunaannya untuk jangka
panjang.
Semetara itu, ada kalanya organisasi nirlaba melakukan transaksi yang
mengakibatkan perubahan pada komponen posisi keuangan, namun
perubahan tersebut tidak mengakibatkan kas. Misalnya, adanya
pembelian kendaraan operasional dengan utang, sumbangan berupa
bangunan atau aset investasi lainnya. Transaksi sejenis ini (yang tidak
mengakibatkan adanya perubahan kas) harus diungkapkan pada
catatan atas laporan keuangan.
Contoh laporan arus kas menggunakan metode langsung:

Sumber: PSAK 45

43

Kontributor
Editor

: Ivan Christiawan Budi, Vandy Achmad Masruri


: Miranti Kartika Dewi

Sumber:
Ikatan Akuntan Indonesia. (2010). PSAK 45: Akuntansi Organisasi
Nirlaba. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.

Posted by Akuntansi Organisasi Nirlaba at 3/31/2013 09:04:00 am

44

Вам также может понравиться