Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Andi Moh. Iekram, Umikalsum Yakub, Nurizmi Syam, Adawia Nasir, Muh. Sunardi Idrus, Arga
Darmawan Wally.
Kelompok 10, Andi Aswan Salam (Asisten)
Praktikum Demonstrasi Klinik
Bagian Bedah dan Radiologi. Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi.
PSKH UH
Andi Moh. Iekram (O 111 11 279)
Abstrak
Tujuan praktikum demonstrasi klinik ialah untuk mengetahui langkah-langkah pemeriksaan
terhadap penyakit distokia, pyometra, retensi plasenta, prolaps uteri, mastitis, balanophostitis,
pimosis, parapimosis, dan orchitis. Distokia adalah suatu gangguan dari suatu proses kelahiran atau
partus, yang mana dalam stadium pertama dan stadium kedua dari partus itu keluarnya fetus
menjadi lebih lama dan sulit, sehingga menjadi tidak mungkin kembali bagi induk untuk
mengeluarkan fetus kecuali dengan prtolongan manusia. Pyometra berarti peradangan kronis dari
mucosa uterus (endometrium) yang disebabkan oleh adanya infeksi dan ditandai dengan adanya
pengumpulan nanah dalam uterus, serta dapat menyebabkan gangguan reproduksi yang bersifat
sementara (infertil) atau permanen (kemajiran). Retensi plasenta adalah kejadian patologi dimana
selaput fetus tidak keluar dari alat kelamin induknya dalam waktu 112 jam setelah kelahiran
anaknya. Prolapsus uteri adalah mukosa uterus keluar dari badan melalui vagina secara total ada
pula yang sebagian. Radang ambing atau mastitis pada sapi perah merupakan radang yang bersifat
akut, sub akut maupun kronis. Munculnya radang ini ditandai oleh kenaikan sel di dalam air susu,
perubahan fisik maupun susunan air susu dan disertai atau tanpa disertai patologis pada kelenjar
mammae. Balanitis adalah keradangan yang terjadi pada glans penis sedangkan postitis merupakan
keradangan yang terjadi pada mukosa preputium. Kedua keradangan tersebut umumnya terjadi
bersama-sama karena radang penis akan menulari preputium dan sebaliknya sehingga disebut pula
sebagai balanopostitis. Pimosis (phymosis) merupaka keadaan dimana penis tidak dapat keluar
melalui preputium pada saat ereksi yang disebabkan oleh penyempitan lubang preputium.
Parapimosis (paraphymosis) merupakan keadaan penis yang tidak dapat masuk kembali kedalam
preputium setelah ereksi. Orchitis merupakan keradangan yang pada testis dengan tingkat kejadian
yang tergolong jarang. Pada praktikum ini hewan yang didemonstrasikan ialah sapi betina dengan
suhu 38.7 C, pulsus 64x/menit, frekuensi pernafasan 64x/menit dan detak jantung 60x/menit. Dari
pemeriksaan klinis yang dilakukan pada sapi yang bernama Gigi, dalam keadaan kurus dan terdapat
banyak caplak di badannya.
Kata kunci: distokia, pyometra, retensi plasenta, prolaps uteri, mastitis, balanophostitis, pimosis,
parapimosis, dan orchitis.
PENDAHULUAN
Materi
Metode
apakah
hewan
mengalami
kepincangan atau tidak.
Palpasi yang dapat dilakukan yakni
bagaimana cermin hidung basah atau
kering atau cermin hidung basah
tetapi
mengeluarkan
lender,
kebersihan mulut, hidung, telinga,
palpasi mukosa mulut apakah pucat
atau tidak, palpasi pada daerah leher
apakah ada indikasi pembengkakan
pada organ limfoid.
Perkusi yakni dengan mengetuk
daerah-daerah tertentu seperti pada
sinus, apakah terdengan suara
resonan
yang
mengindikasikan
keadaan normal dan apabila adanya
suara pekak yang menuju kearah
adanya cairan atau eksudat.perkusi
pada daerah thoraks yang akan
menghasilkan bunyi resonan yang
disebabkan pada daerah thoraks
terdapat paru-paru yang isinya
adalah gas.
Auskultasi yakni sama halnya
perkusi, dimana pada auskultasi
dengan mendengar secara langsung
yang dapat dilakukan dengan
menggunakan stetoskop. Misalnya
suara jantung normal yakni berbunyi
Lup-Dup dan begitu seterusnya.
Menghitung dan mengukur yakni
menghitung
denyut
jantung,
frekuensi nafas, maupun pulsus dari
hewan. Mengukur dapat dilakukan
dengan mengukur berat badan, suhu
tubuh, maupun capillary refill time
atau CRT dari pasien. Pengukuran
maupun
penghitungan
dapat
dilakukan dengan menggunakan alat
seperti stethoscope, thermometer,
dan timbangan.
Hasil
Signalement
1. Pasien
Nama
Spesies
Ras/Breed
Kelamin/sex
: Gigi
: Sapi
: FH
: Betina
Umur/Age
: 4 tahun
Bulu dan Warna : Hitam dan putih
Tanda khusus
:2. Klien
Nama
: Rafi
Alamat : Perintis
No.Tlp : 085xxxxxxxxx
Anamnesa
Pada praktikum ini kami tidak
melakukn anamnesa karena pemilik dari
hewan yang dijadikan bahan praktikum tidak
ada di tempat atau dengan kata lain hewan
tersebut hanya kami pinjam.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan
antara lain penimbangan berat badan,
pengukuran suhu, penghitungan pulsus,
denyut jantung, frekuensi nafas, refleksi
pupil, mukosa mulut, dan capillary refill time
(CRT).
Tabel 1. Hasil pemeriksaan fisik anjing
Parameter
Suhu Tubuh
Pulsus
Frekuensi
Nafas
Denyut
Jantung
Hasil
38.7 oC
64 kali/menit
Interpretasi
Normal
Normal
64 kali/menit
Tidak normal
60 kali/menit
Normal
CRT
Cepat
kembali
dalam waktu
1 detik
Normal
Mukosa
Mulut
Tidak pucat
Normal
Mata
Hidung
Lesi pada
mata
Ada cairan
keluar
Tidak normal
Tidak normal
Gejala Klinis
-
Diagnosa
Diagnosa dari distokia antara lain
dengan pemeriksaan klinis dan melihat
kondisi dari induk yang bunting.
Diagnosa Banding
Diagnosa banding dari distokia antara
lain mumifikasi maupun maserasi.
Prognosa
Prognosa
pada
kasus
distokia
tergantung dari tingkat keparahannya.
Prognosa untuk fetus dapat berupa fausta
apabila dapat direposisikan dengan mudah
dan dubius hingga infausta apabila fetus
sudah tidak dapat direposisikan dan
mengancam nyawa induknya. Sedangkan
prognosa untuk induknya yaitu fausta apabila
penanganannya cepat dan dubius hingga
infausta apabila kejadiannya lama baru
diketahui.
2. Pyometra
Etiologi
1.
Gejala Klinis
Prognosa
Umumnya prognosis dari mastitis
adalah baik atau derajat kesembuhannya 90%.
6. Balanophostitis
Etiologi
Balanitis merupakan radang pada
glans penis. Postitis merupakan radang pada
preputium. Penyakit ini disebabkan oleh virus
IBR (Infectious Bovine Rhinotracheitis) atau
IPV (Infectious Pustular Vulvovaginitis).
Virion beramplop berdiameter 120-200
nm. Kapsid ikosaheral dengan 162 kapsomer.
Genom DNA dibungkus oleh inti fibrosa
serupa kumparan yang berbentuk busur dan
tampak dikelilingi oleh serabut berpangkal
pada bagian dalam dari kapsid yang
mengelilinginya dan melewati lubang dari
busur (Fenner, 1993).
Patogenesis
Pada saat sapi jantan tersebut kawin
dengan sapi betina yang mengalami
vulvovaginitis maka sapi jantan akan
terinfeksi oleh bakteri dari sapi betina. Dua
sampai tiga hari pasca penularan timbul
banyak lepuh (pustule) berwarna putih keabuabuan di permukaan penis, permukaan
tersebut akan mengelupas dan mengalami
erosi. Sedangkan, pada sapi yang awalnya
sudah mengalami paraphymosis, kemudian
terjatuh maka bagian penis akan mengalami
Gejala Klinis
prepusialis,
Prognosa
Pada kebanyakan kasus prognosa
balanopostitisa dalah fausta, akan tetapi
kesembuhan secara sempurna tidak mungkin
terjadi. Kerusakan yang berat menyebabkan
sikatrik pada lapisan mukosa preputium
maupun penis. Perlekatan penis dengan
preputium yang ditimbulkan oleh keadaan ini
barakibat pada hilangnya kemampuan
pejantan untuk berkopulasi.
7. Pimosis
Etiologi
Pimosis (phymosis) merupakan
keadaan dimana penis tidak dapat keluar
melalui preputium pada saat ereksi yang
disebabkan oleh penyempitan lubang
preputium.
Patogenesis
Trauma langsung yang terjadi pada
preputium akan berakibat terbentuknya
tenunan parut yang berlebihan diikuti
pembentukan sikatrik.
Gejala Klinis
Gejala yang timbul berupa bentuk
lubang preputium abnormal yaitu menjadi
lebih sempit sehingga penis tidak dapat keluar
sempurna melalui lubang tersebut pada saat
ereksi. Jaringan sikatrik dapat dirasakan
melalui palpasi pada mukosa lubang
preputium. Kesulitan pada saat buang air
kecil, ereksi yang menyakitkan, serta tidak
dapatnya hewan berkopulasi.
Diagnosa
8. Parapimosis
Prognosa
Etiologi
Prognosa
9. Orchitis
Etiologi
Orchitis adalah radang pada testis.
Disebabkan
oleh
bakteri Brucella.Brucella spesies bakteri kecil
(0,6 0,6 sampai 1,5 m), non-motil, gram
negative, aerobic, non-hemolitik, capnophilik
dan katalase positif. Semua spesies Brucella
urease kecuali B.ovis. Pada isolasi primer,
koloni B. abortus, B. melitensis dan B.
suis muncul dalam bentuk smooth dan kecil,
berkilau, kebiruan, dan tembus cahaya setelah
inkubasi untuk 3-5 hari. Kontrasnya, isolate
primer B. ovis dan B. canis selalu muncul
dalam bentuk rough. Koloni rough ini tumpul,
kekuningan, opaque dan rapuh (Quinn, 2002).
Patogenesis
Brucella
abortus
mempunyai
predileksi di testis dan glandula aksesoria
genital jantan, limfoglandula. Setelah terjadi
invasi bakteri dalam tubuh, lokalisasi awal
bakteri terjadi di limfoglandula dan menyebar
ke jaringan limfoid lain, meliputi limpa dan
limfoglandula iliaca. B. abortus difagosit oleh
makrofag dan neutofil dalam upaya untuk
mengeleminasi organism. Namun, bakteri
tersebut mampu bertahan dan bereplikasi.
Fagositosis bermigrasi melalui simtem
limfatik menuju ke nodus limfatikus dimana
infeksi Brucella menyebabkan sel lisis dan
nodus limfatikus hemoragi 2-3 minggu
setelah terekpose. Karena terjadi kelukaan
pada pembuluh darah, beberapa bakteri
masuk ke peredaran darah dan terjadi
bakteremia yang menyebarkan secara
pathogen ke seluruh tubuh (Smith, 2009).
infark Semakin
parah
kemajiran (Smith, 2009).
menyebabkan
Diagnosa
Diagnosa dapat dilakukan dengan
memperhatikan gejala klinis, melakukan
biopsi terhadap testis, uji serologis,
pemeriksaan pada sperma. Dapat juga
dilakukan pemeriksaan biakan kuman.Uji
serologis dapat dilakukan dengan uji
aglutinasi serum (SAT Serum Aglutination
Test) dan CFT (Complement Fixation Test)
(Subronto, 2003).
Diagnosa Banding
Adapun diagnose banding orchitis
adalah epididimitis.
Terapi atau Pengobatan
Pengobatan menggunakan antibiotik
berdasarkan pada macam mikroorganisme
penyebabnya. Pengobatan menggunakan
khloromisetin dan aureomisin dan dengan
istirahat kelamin sampai keradangan tersebut
berakhir. Pada kasus akut unilateral testis
yang meradang sebaiknya diangkat untuk
mencegah perubahan degenerasi pada testis
yang lain atau dengan kata lain kastrasi.
Prognosa
Pada kebanyakan kasus prognosanya
baik, akan tetapi kesembuhan secara
sempurna tidak mungkin terjadi.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum ini
antara lain :
-
DAFTAR PUSTAKA
Carruthers, P. 2006. Reproductive Anomaly of
the
Breeding
Bulls. CAB
International, London.
Fenner, J. Frank. 1993. Virologi Veteriner.
New York : Academic Press.
Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran
Pada Ternak. Airlangga University
Press. Surabaya.
Veterinary
Obstetrics
: Saunders
Hernia
Etiologi:
Hernia adalah penonjolan isi perut,
bersama dengan peritoneum, ke arah luar
rongga perut. Apabila penonjolan tersebut
tidak bersama peritonium maka disebut
prolapsus. Terdapat beberapa point penting
dalam hernia yaitu : defek atau bagian yang
lemah dari dinding rongga, kantung hernia, isi
hernia,dan cincin hernia (daerah penyempitan
kantung hernia akibat defek tersebut).
(Anonimus, 2009).
Penyebab Hernia
adalah: 1.Kongenital :a.Hernia congenital
sempurna (bagi sudah menderita hernik sejak
lahir karena adanya defek pada tempat-tempat
tertentu, b.Hernia congenital tidak sempurna
(bagi dilahirkan normal tetapi ia mempunyai
defek pada tempat-tempat tertentu dan
beberapa bulan setelah lahir akan terjadi
hernia melalui defek tersebut karena
dipengaruhi oleh kenaikan intraabdominal
(mengejan, batuk, menangis). 2. Aquisital
adalah hernia yang bukan disebabkan karena
adanya defek bawaan tetapi disebabkan oleh
faktor lain yang dialami manusia/hewan
selama hidupnya, antara lain: a. Tekanan
b)
c)
d)
e)
Diagnosis
Diagnosis banding hernia femoralis
adalah :Limfadenitis yang disertai tanda
radang lokal umum dengan suimber infeksi di
tungkai bawah, perineum, anus, atau kulit
tubuh kaudal. Variks tunggal di muara
v.safena magna dengan atau tanpa varises
pada tungkai. Hernia inguinalis dapat
ditegakkan diagnosis berdasarkan atas besar
benjolan yang dapat direposisi, atau jika tidak
dapat direposisi atas dasar tidak adanya
pembatasan jelas di sebelah kranial dan
adanya hubungan ke kranial melalui anulus
eksternus.Hernia obturatoria didiagnosis
dengan adanya keluhan nyeri seperti di tusuk
tusuk dan parastesia di daerah lutut.Hernia
pantalon didiagnosis dengan anamnesis dan
pemeriksaan ( tampak dan teraba benjolan di
perineum yang mudah keluar masuk dan
jarang mengalami inkarserasi ).Hernia
spieghel didiagnosis dengan ditemukannya
benjolan di sebelah atas titik McBurney kanan
atau kiri, pada lateral m.rektus abdominis
.Pada hernia inguinalis diagnosis ditegakkan
berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
fisik. Benjolan akan membesar jika penderita
membungkuk,
batuk,
mengedan
atau
mengangkat beban berat. Hernia umbilikalis
didiagnosis banding dengan omfokel.
(Anonimus, 2009).
Penanganan
Penanganan terhadap hernia dibagi menjadi
dua cara, yaitu :
a) Operasi
Dilakukan
operasi
yaitu
untuk
mengembalikan
(reposisi)
terhadap
benjolan hernia tersebut. Dua prinsip
yang digunakan dalam operasi hernia,
yaitu herniotomi dengan memotung
kantung hernia lalu mengikatnya dan
herniorafi dengan perbaikan defek
dengan pemasangan jaring melalui
operasi terbuka (laparoskopik).
b) Terapi hernia
1. Terapi umum
a. Terapi konservatif berupa penggunaan
alat penyangga dapat dipakai sebagai
pengelolaan
sementara,
misalnya
pemakain korset pada hernia ventralis.
Sementara itu pada hernia inguinalis
b.
c.
d.
2.
Prognosa
pada kasus herniayangmasih bisa direposisi
kembali,maka prognosanya fausta sampai
dubius pada kasus dimana hernia tidak dapat
direposisi kembali maka pronosanya infausta.
Cascado
Etiologi
Cascado atau sering disebut pula dermatitis
vermitosa bovis atau olecten abango,
sebenarnya berasal dari bahasa spanyol
cascado yang berarti patah atau runtuh,
sehingga cascado dapat diartikan sebagai
penyakit kulit/dermatitis akibat cacing
Stephenofilaria
duodesi.
Penyakit
ini
disebabkan oleh cacing Stephanofilaria
duodesi yang merupakan anggota dari famili
Atracticae dan ordo Spirurodia, genus
Stephanofilaria. Cacing ini dfitandai dengan
mulut yang sirkuler dan menonjol dengan
meruntuh, folikel-folikel rambut dan kelenjarkelenjar kulit rusak dan sel-sel radang
menyerbu
jaringan
(Resang,
1984).
Stephanofilaria sp. Dapat mengakibatkan
dermatitis kronis. Kulit menebal dengan
permukaan yang keras dan kering atau dengan
jendolan-jendolan darah dan serum kering
yang membentuk sisik dank keras (Levine,
1994)
Penularan
Kaskado dapat menular dari hewan satu ke
hewan lain. Penularan dapat terjadi melalui
perantara lalat rumah, lalat kandang dan jenis
lalat yang lain. Lalat tanduk (Haematobia
irritans) merupakan vektor larva stadium
ketiga yang infektif berkembang di dalamnya
dalam waktu 16-21 hari, dan menginfeksi
induk semang akhir ketika lalat tersebut
menggigitnya.
Haemotobia
irritans
merupakan
hospes
perantara
dari
Stephanofilaria sp. paling sering ditemukan
pada tubuh sapi. Haemotobia irritans betina
meninggalkan
hospes
hanya
untuk
meletakkan telur-telur dalam kotoran sapi
yang masih baru. Haemotobia irritans
menggigit tubuh hospes, menghisap darah dan
cairan lainnya dan ini merupakan penyebab
masuknya larva cacing Stephanofilaria sp
pada tubuh sapi.
Gejala Klinis
Gambaran klinis menunjukkan adanya
dermatitis yang berbatas tegas, sering disertai
ulserasi dengan diameter bervariasi antara 11
12 cm dan sebagian besar luka terletak pada
kantus media mata. Perubahan-perubahn pada
kulit disertai denga rasa gatal, sehingga
hewan tersebut berusaha menggosokgosokkan bagian kulit yang terserang pada
berbagai benda.
Diagnosa
Diagnose pada kaskado dapat didasarkan pada
lesi yang mencolok dan dapat dibedakan
dengan penyakit kulit lain. Kerokan klit yang
Diferensial Diagnosa
Diferensial diagnose dari kaskado antara lain
scabies, baliziekte, keracunan tanaman seperti
Lantana camara, dan luka karena trauma
mekanis.
Terapi
Terapi dan pengobatan dapat menggunakan :
AntimosanDosis, Neguvon, Salep Asuntol
2%, Invermectin