Вы находитесь на странице: 1из 10

ISOLASI SENYAWA KURKUMIN DARI CURCUMAE DOMESTICAE

RHIZOMA
ISOLATION OF CURCUMIN COMPOUND FROM CURCUMAE
DOMESTICAE RHIZOMA
Adi Pratama, Msy. Puji Maharani, Niken Dwi Larasati, Selma Ramadhani, Feby
Shyntia Afiranti, Rurynta Ferly Shavira, Putri Widya Puspasari .
Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung Sumedang Km.21 Jatinangor 45363
Telp. (022) 7996200, Fax (022) 7796200
ABSTRAK
Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tumbuhan obat yang
mengandung metabolit sekunder berupa Kurkumin. Kurkumin merupakan
senyawa polifenol yang tidak larut dalam eter dan air tetapi larut dalam
alkohol. Kurkumin memiliki banyak khasiat, salah satunya antihepatotoksik.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengisolasi senyawa kurkumin yang
ada pada simplisia rimpang kunyit. Senyawa kurkumin didapatkan dengan
mengekstraksi curcumae domesticae rhizoma dengan metode soxhlet
dengan etanol 95%. Ekstrak diuapkan sehingga dihasilkan rendemen ekstrak
sebesar 13,693%. Kemudian ekstrak kental yang didapatkan difraksinasi
dengan metode fast chromatography menggunakan n-heksana : etil asetat
berbagai perbandingan. Fraksi kemudian dimurnikan dengan metode KLT
preparatif dengan pengembang kloroform:metanol (95:5) dan diuji
kemurniannya dengan Kromatografi Lapis Tipis 2 Dimensi menggunakan plat
silika gel GF 254 sebagai fase diam, dan dua sistem pengembang yang
digunakan etil asetat:n-heksana (2:3), serta kloroform:metanol (19:1), dan
penampak bercak sinar UV 254 dan 366 nm. Isolasi tersebut menghasilkan
isolat kurkumin sebanyak .......%.
ABSTRACT
Turmeric (Curcuma domestica Val.) is one of the medicinal plants containing
secondary metabolites such as Curcumin. Curcumin is a difenolat compounds
which insoluble in water and eter but soluble in alcohol. Curcumin has many
health benefits, one of them as the antihepatotoxic The propose of this
experiment is to isolate the compound curcumin in curcumae domesticae
rhizoma. The compound curcumin was obtained by extracting curcumae
domesticae rhizoma with soxhlet method using ethanol 95 %. Extract was
evaporated, then resulted yield extracts 13,693%. Then condensed extracts
was fractioned with fast chromatography method using n-hexane, ethyl
acetate any ratio. The fraction then purified by preparative TLC method
using silica gel GF 254 as adsorbant and chloroform: methanol (95: 5) as an
eluent and tested its purity with TLC 2 dimension using silica gel GF 254 as a
stationary phase, double system of eluen used etyl acetat:n-hexane (2:3),
and chloroform:methanol (19:1) as a mobile phase, and UV 254 and 366 nm
light as an apparition spotting. This isolation resulted kurkumin isolate as
much as .....%.

PENDAHULUAN
Kunyit (Curcuma domestica
Val.) merupakan tanaman dari famili
zingiberaceae
yang
banyak
dimanfaatkan masyarakat sebagai
rempah dan obat-obatan. Tanaman
ini merupakan tanaman berbatang
basah
dan
mempunyai
tinggi
sampai 1 meter, serta dapat
tumbuh di berbagai tempat. Kunyit
sering digunakan sebagai bumbu
dalam masakan sejenis gulai, dan
juga digunakan untuk memberi
warna kuning pada masakan, atau
sebagai pengawet (Itokawa et al.,
2008).
Komposisi utama penyusun
kunyit
adalah
minyak
atsiri,
turmerol, sineol, zingiberin, borneol,
karvon dan kurkumin (Wagner &
Bladt, 1969). Khasiat senyawa
kurkumin dari tanaman Curcuma
domestica yaitu antihepatotoksik,
antihiperlipidemik,
antitrombotik,
antiinflamasi,
antitumor,
antimikroba,
dan
inhibitor
pembentukan
prostaglandin
(Herber, 2004).

Kurkumin

Gambar 1. Struktur

Sifat
fisika
kimia
dari
kurkumin yaitu berbentuk serbuk,
berwarna kuning terang atau kuning
kemerahan, titik lebur 183C, berat
molekul 368.38 g/mol, bersifat
semipolar, dapat dideteksi pada
panjang gelombang 420 nm, tidak
larut di dalam air dan eter tetapi
larut di dalam alkohol, di dalam
alkali warnanya akan menjadi
merah kecoklatan dan di dalam
asam akan berwarna kuning terang
(Saputra & Ningrum, 2010).
Tujuan praktikum ini adalah
untuk
mendapatkan
senyawa
kurkumin murni dari Curcumae
domestica
rhizoma
dengan
menggunakan metode ekstraksi
soxhletasi, metode fraksinasi fast
chromatography dan kromatografi
lapis
tipis
preparatif
untuk
mengisolasi. Sedangkan manfaat
dari praktikum ini diharapkan dapat
memberikan
informasi
tentang
bagaimana
cara
mengisolasi
senyawa kurkumin yang berasal dari
tanaman
kunyit
(Curcuma
domestica) pada fraksi etil-asetat.
Ekstraksi dengan alat Soxhlet
merupakan
ekstraksi
dengan
pelarut yang selalu baru, umumnya
dilakukan menggunakan alat khusus
sehingga terjadi ekstraksi konstan
dengan adanya pendingin balik
(kondensor). Disini sampel disimpan
dalam alat Soxhlet dan tidak
dicampur langsung dengan pelarut
dalam wadah yang di panaskan,
yang
dipanaskan
hanyalah
pelarutnya, pelarut terdinginkan
dalam kondensor dan pelarut dingin
inilah
yang
selanjutnya
mengekstraksi
sampel
(Mulja,
1995).

Fraksinasi dapat dilakukan


dengan
metode
fast
chromatography atau Kromatografi
Cair-Vakum (KCV). Prinsip kerja dari
Kromatografi
Cair-Vakum
(KCV)
adalah adsorpsi atau penjerapan,
sedangkan
pemisahannya
didasarkan pada senyawa-senyawa
yang akan dipisahkan terdistribusi
di antara fase diam dan fase gerak
dalam perbandingan yang berbedabeda.
Prosedur
kerja
KCV
menggunakan alat bantu yang
berupa
pompa
vakum
untuk
mempercepat laju alir fase gerak
selama proses pemindahan zat
terlarut (Sastrohamidjojo, 1985).
Kromatografi
Lapis
Tipis
Preparatif merupakan proses isolasi
yang terjadi berdasarkan perbedaan
daya serap dan daya partisi serta
kelarutan dari komponen-komponen
kimia yang akan bergerak mengikuti
kepolaran eluen oleh karena daya
jerap adsorben terhadap komponen
kimia tidak sama, maka komponen
bergerak dengan kecepatan yang
berbeda sehingga hal inilah yang
menyebabkan
pemisahan
(Moelyono, 1996).
Identifikasi suatu senyawa
tumbuhan
dilakukan
setelah
senyawa
itu
diisolasi
dan
dimurnikan,
ditentukan
dahulu
golongannya, kemudian ditentukan
jenis senyawa dalam golongan
tersebut. Sebelum itu, persamaan
senyawa tersebut harus diperiksa
dengan cermat artinya senyawa
harus membentuk bercak tunggal
dalam
beberapa
sistem
KLT.
Golongan senyawa biasanya dapat
ditentukan
dengan
uji
warna,
penentuan kelarutan, bilangan Rf,
dan ciri spektrum UV (Harborne,
1987).
METODE PENELITIAN

Tahapan
pertama
yang
dilakukan
terhadap
simplisia
rimpang
kunyit
dari
tanaman
Curcuma domestica Val. adalah
dilakukan uji penapisan fitokimia
untuk
mengetahui
kandungan
senyawa kimia metabolit sekunder.
Ekstraksi dilakukan dengan metode
panas yaitu soxhletasi.
Simplisia
rimpang kunyit dimasukkan ke
dalam soxhlet, kemudian pada labu
alas bundar dimasukkan etanol 95%
sebanyak 250 mL dan soxhletasi
berlangsung sampai tetesan pelarut
tidak berwarna.
Ekstrak cair yang diperoleh
diukur volumenya dan dipekatkan
dengan rotary evaporator sehingga
diperoleh ekstrak kental. Dilanjutkan
dengan pengujian parameter yang
diperiksa
adalah
organoleptik
ekstrak, rendemen ekstrak, bobot
jenis ekstrak, kadar air ekstrak, pola
kromatogram lapis tipis dan pola
dinamolisis.
Pemisahan
metabolit
sekunder dari ekstrak rimpang
kunyit dilakukan dengan metode
Kromatografi
Cair-Vakum
(KCV).
Kolom untuk KCV disiapkan dengan
penjerap
silika
gel
31
yang
dimasukkan ke dalam tabung dan
dipastikan tidak ada udara. Kolom
disambungkan ke alat vakum.
Ekstrak ditimbang sebanyak 5,6
gram dan digerus bersama silika gel
33. Hasil ekstrak dan silika gel yang
telah digerus ditaburkan di atas
penjerap secara merata. Pelarut
dengan
berbagai
macam
perbandingan dimasukkan secara
bergilir. Campuran pelarut yang
digunakan berturut-turut adalah
sebagai berikut n-Heksana: etil
asetat yaitu 100:0, 90:10, 80:20,
70:30, 60:40, 50:50, 40:60, 30:70,
20:80, 10:90, 0:100 mL. Fraksi yang
keluar dari kolom masing-masing
ditampung
dalam
botol
yang
berbeda. Setelah KCV dilakukan,

fraksi dari masing-masing pelarut


dianalisis dengan
metode
KLT
dengan silika gel GF 254 dan dilihat
dengan sinar UV 245 nm dan 366
nm
dengan
pelarut
kloroform:methanol (9,5:5) untuk
menentukan
fraksi
yang
mengandung kurkumin.
Pemurnian
fraksi
yang
diperoleh dari fraksinasi dapat
memisahkan suatu isolat dengan
metode kromatografi
lapis tipis
(KLT) preparatif. Disiapkan pelat
silika gel yang telah diberi tanda
garis
awal
dan
akhir.
Fraksi
diletakkan di sepanjang garis awal.
Pelat silika gel diletakkan di dalam
chamber
berisi
pengembang
dengan
campuran
pelarut
kloroform:methanol
(95:5).
Pita
yang terbentuk dari hasil KLT
Preparatif dikerok dan dtimbang
massa-nya.
Isolat dari pita yang dikerok
kemudian dilakukan KLT 2 arah.
Disiapkan
silika
gel
GF
254
berukuran 4x4cm dengan garis
bingkai 1 cm. Isolat hasil pemurnian
ditotolkan diatas silika gel dengan
pipa kapiler. Lalu dimasukkan ke
dalam
chamber
yang
berisi
pengembang I yaitu etil asetat:nheksan (2:3). Setelah pengembang I
naik sampai tanda batas dan
mongering, dilihat di UV 254 dan
366 nm. Kemudian KLT dilanjutkan
dengan
pengembang
II
yakni
kloroform: methanol (95:5).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian mengenai
tumbuhan, langkah awal yang
penting untuk dilakukan sebelum
melakukan penelitian yang lebih
mendalam adalah uji penapisan dari
senyawa metabolit sekunder pada
simplisia
yang
digunakan
(Curcumae domesticae rhizoma).
Pengujian penapisan ini dilakukan

untuk memastikan bahwa simplisia


yang
digunakan
mengandung
senyawa metabolit sekunder yang
diinginkan. Hasil yang diperoleh
adalah sebagai berikut:
Golongan Senyawa
Hasil
-

Alkaloid
Polifenolat

Tanin

Flavonoid
Monoterpen
Sesquiterpen
Steroid & Triterpenoid

+
&

+
-

Kuinon

Saponin

Tabel 1 Penapisan Fitokimia Curcuma


domestica

Pengambilan
senyawa
metabolit sekunder dari curcumae
domesticae
rhizoma
dilakukan
dengan cara soxhlet. Pemilihan
metode
ini
harus
disesuaikan
dengan senyawa yang diinginkan.
Soxhlet merupakan metode yang
dapat dilakukan untuk senyawa
yang
termostabil,
curcumin
merupakan
senyawa
yang
termostabil
sehingga
dapat
diekstrak dengan metode soxhlet.
Pada
ekstraksi
menggunakan
metode
soxhlet,
diharapkan
senyawa metabolit yang terambil
lebih banyak dibandingkan dengan
metode ekstraksi lainnya, karena
pada metode ini pelarut terus
dialirkan sehingga terjadi proses
ekstraksi yang kontinyu. Pelarut
yang digunakan adalah Etanol 95%,
pemilihan Etanol 95% sebagai
pelarut
karena
curcumin
sepenuhnya dapat larut dalam
Etanol 95%. Sebelum dilakukan
4

ekstraksi,
simplisia
dihaluskan
terlebih dahulu karena semakin
halus
simplisia,
semakin
luas
permukaannya, sehingga laju reaksi
lebih
cepat.
Kunyit
dibungkus
dengan kertas whatman supaya
simplisia tidak ikut turun ke dalam
labu
alas
bulat
saat
pelarut
mengalir. Pada labu alas bulat
dimasukkan pelarut dan batu didih.
Pemasukkan batu didih ini bertujuan
untuk mencegah terjadinya letupan,
karena dengan adanya batu didih
gelembung udara yang terbentuk
pada saat pemanasan akan masuk
ke dalam pori-pori batu didih.
Pemanasan dilakukan dengan acuan
titik didih dari pelarut. Proses
ekstraksi
ini
dilakukan
hingga
tetesan
pelarut
hampir
tidak
berwarna. Setelah didapat ekstrak
etanol cair, dipekatkan dengan
rotavapor dan kemudian diuapkan
untuk mendapatkan ekstrak kental.

Gambar 2 Ekstrak kental setelah


pemekatan

Kemudian
dilakukan
pemeriksaan parameter ekstrak.
Parameter ekstrak perlu dilakukan
untuk mengetahui kualitas sifat fisik
dan kandungan kimia ekstrak.
Parameter yang diperiksa yaitu uji
organoleptik, perhitungan rendemen
ekstrak, bobot jenis ekstrak, kadar
air ekstrak, pola kromatogram lapis
tipis, dan pola dinamolisis.
Hasil uji organoleptik ekstrak
didapatkan bentuk liquid kental

dengan warna cokelat kemerahan


dan aroma khas menyengat. Hasil
rendemen
ekstrak
sebesar
13,693%. Bobot jenis ekstrak yang
didapat adalah sebanyak 0,815.
Dan kadar air ekstrak adalah
sebesar 35%, hal ini dikarenakan
ekstrak masih mengandung banyak
air
yang
disebabkan
proses
penguapan yang belum sempurna.

Gambar 3 Hasil KLT Ekstrak

Pola kromatogram Lapis Tipis


(KLT)
dilakukan
untuk
mengidentifikasi
senyawa
yang
terkandung dalam ekstrak sengan
metode pemisahan berdasarkan
prinsip adsorbsi dan partisi. Fase
gerak yang digunakan pada KLT ini
adalah kloroform:methanol (95:5).
Karena diharapkan dengan fase
gerak yang non polar ini, senyawa
curcumin yang semi polar dapat
terbawa naik ke pelat silica gel.
Bercak yang dihasilkan dilihat
dengan lampu UV 254 nm, karena
pada panjang gelombang 254 nm
akan terjadi interaksi antara sinar
UV dengan indikator fluoresensi
yang ada pada lempeng. Bercak
juga dapat dilihat pada panjang
gelombang UV 366 nm, karena
terjadi interaksi antara sinar UV
dengan gugus kromofor yang terikat
oleh auksokrom yang ada pada
bercak tersebut.
No. Bercak

Nilai Rf

0,1

0,33

0,53

0,67

Tabel 2 Nilai Rf

Pengujian parameter ekstrak


dengan melihat pola dinamolisis
dilakukan
untuk
memberikan
gambaran kualitatif dari kandungan
kimia yang terdapat dalam ekstrak
karena
masing-masing
ekstrak
memiliki pola dinamolisis yang
berbeda. Pengujian ini dilakukan
dengan menggunakan kertas saring
whatman, karena kertas saring ini
dapat
digunakan
sebagai
kromatografi
sederhana.
Hasil
diameter
yang
diperoleh
dari
dinamolisis ini adalah, diameter 1 =
2 cm dengan warna kuning;
diameter 2 = 3 cm dengan warna
cokelat; diameter 3 = 3,7 cm
dengan warna kuning; diameter 4 =
4,8 cm dengan warna bening.

yang semi polar pula. Oleh karena


itu,
salah
satu
eluen
yang
digunakan pada pemisahan ini
adalah etil asetat yang merupakan
pelarut semi polar dan n-heksana
sebagai pelarut non polar. Pertamatama kolom untuk kromatografi
disiapkan, kolom ini terdiri dari silika
gel 31 yang dibuat bubur silika yang
berperan
sebagai
fase
diam.
Pembuatan kolom harus benarbenar padat agar didapat fase diam
yang sempurna dan pada saat
vakum dinyalakan tidak terjadi
keretakan pada fase diam yang
akan menyebabkan pengaruh buruk
pada proses pemisahan.

Gambar 5 Fraksinasi dengan


Kromatografi Kolom

Gambar 4 Pola Dinamolisis

Tahap selanjutnya dilakukan


fraksinasi dengan menggunakan
metode
fast
chromatography
dengan prinsip pemisahan secara
adsorpsi dan partisi yang dipercepat
dengan bantuan vakum, serta like
dissolve like dimana pada praktikum
ini
senyawa
kurkumin
yang
merupakan senyawa semi polar
akan cenderung larut pada senyawa

Bubuk
silika
gel
yang
digunakan ditimbang sebanyak 56
gram. Kemudian ekstrak kunyit
ditimbang sebanyak 5,6 gram.
Sementara itu silika gel 33 yang
sama
banyak
dengan
ekstrak
digerus bersama dengan ekstrak
kental kunyit tersebut dan diletakan
di atas penjerap secara merata.
Penggerusan dilakukan sampai silika
gel dan ekstrak homogen serta
kering
seperti
bubuk
agar
mempermudah pengelusian ekstrak
oleh eluen serta agar ekstrak tidak
mudah mengalir terbawa oleh eluen
melewati fase diam. Etil asetat dan
n-heksana yang digunakan sebagai

eluen
dibuat
dalam
berbagai
perbandingan agar dapat diketahui
pada
fraksi
mana
yang
mengandung
kurkumin.
Dari
perbandingan tersebut didapatkan
11
botol
fraksi
yang
akan
ditampung. Pada saat silika gel
dicampurkan dengan n-heksana
terlihat bahwa kedua senyawa ini
tidak bercampur, hal ini dikarenakan
n-heksana dan silika gel berbeda
kepolarannya.
N-heksana
merupakan senyawa non polar dan
silika gel polar. Eluen yang pertama
yang digunakan untuk membasahi
kolom adalah eluen yang memiliki
kepolaran rendah yaitu n-heksana :
etil asetat (100 : 0). Lalu kepolaran
ditingkatkan
secara
perlahan
menggunakan n-heksana : etil
asetat (90 : 10) dan seterusnya.
Sampel atau fraksi yang turun akan
membentuk pita disebabkan oleh
perbandingan eluen yang berbeda
sesuai dengan kepolaran pelarut
yang digunakan. Di bawah ini warna
yang
terbentuk
pada
tiap
penampungan fraksi dari berbagai
perbandingan eluen.
Frak
si
1
2

Bening
Bening

Frak
si
7
8

Bening

Bening

10

Bening
Kekuningan
Kuning
Muda

11

Warna

Warna
Jingga
Kuning
Pekat
Kuning
Pekat
Kuning
Pekat
Jingga

Tabel 3 Jumlah Fraksi dan Warna

Hasil
fraksinasi
tersebut
kemudian digunakan untuk analisa
lebih lanjut dengan menggunakan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) untuk
menghitung
Rf,
dimana
bila

terdapat senyawa yang Rf nya sama


maka kemungkinan senyawa itu
sejenis. Penjerap yang digunakan
adalah silika gel GF 254 nm serta
kloroform dan metanol sebagai
pengembang dengan perbandingan
(19 : 1) ml. Pengembang harus
dijenuhkan terlebih dulu dalam
chamber untuk menghilangkan uap
air Setelah chamber jenuh, yang
ditandai dengan kondisi hangat
pada chamber, kesebelas fraksi
dikromatografi dan hasil dianalisa
menggunakan
sinar
UV
pada
gelombang 254 nm.
Frak
si
1

Rf

Fraksi

Rf

0,3 ; 0,642 ;
0,935
0,3 ; 0,448 ;
0,602 ; 0,846
; 0,948
0,371 ; 0,667
; 0,923
0,423 ; 0,872
-

4
5
6

0,910
0,3 ;
0,614 ;
0,814

10
11

Tabel 4 Fraksi dan Nilai Rf

Perbedaan
spot
diatas
disebabkan oleh adanya perbedaan
kepolaran antar komponen pada
fraksi. Menurut literatur, senyawa
kurkumin terdapat pada Rf 0,62.
Fraksi 6, 7, 8, dan 9 menunjukkan Rf
yang mendekati literatur tersebut.
Fraksi
ini
merupakan
fraksi
semipolar
yang
memiliki
perbandingan eluen etil asetat lebih
banyak. Oleh sebab itu keempat
fraksi
tersebut
disatukan
dan
dirotavapor agar pelarut terpisah
dan didapatkan fraksi yang kental
dan didapatkan sebanyak ...
Selanjutnya
dilakukan
pemurnian fraksi untuk memisahkan

suatu komponen dari komponen


lainnya
yang
sama-sama
terkandung dalam suatu fraksi
menggunakan
metode
KLT
preparatif dengan silika gel sebagai
penjerap
serta
kloroform
dan
metanol
sebagai
pengembang
dengan perbandingan 95 : 5 ml. KLT
preparatif
dibuat
dengan
menggunakan silika gel GF 254
sehingga dapat berfluoresensi di
bawah lampu UV. Mula-mula silika
gel ditempatkan pada pelat kaca
dan dimasukkan dalam oven untuk
mengaktifkan silika sehingga dapat
memisahkan sampel. Pada KLT
preparatif, fraksi pekat yang akan
dipisahkan ditotolkan menggunakan
pipa kapiler berupa garis pada salah
satu
sisi
plat
lapisan
dan
dikembangkan secara tegak lurus
pada
garis
cuplikan
sehingga
campuran akan terpisah menjadi
beberapa
pita.
Cuplikan
yang
ditotolkan harus sesempit mungkin
karena pemisahan bergantung pada
lebar pita. Setelah proses selesai
terdapat 3 noda atau pita yang
terlihat mengekor, hal ini dapat
disebabkan karena kesalahan pada
saat penotolan fraksi yang tidak
merata.
Selanjutnya
hasil
KLT
preparatif dilihat di bawah sinar UV
254 nm dan 366 nm. Pada sinar 366
nm terlihat ketiga pita yang
berwarna biru kehijauan yang
menurut literatur merupakan warna
isolat kurkumin. Pita di bawah
disebut dengan pita 1, pita di
tengah disebut pita 2, dan pita di
atas disebut pita 3. Ketiga pita
tersebut
dikerok
kemudian
dimasukkan dalam botol vial.

Gambar 6 Hasil KLT Preparatif dibawah


Sinar UV 366

Untuk mengetahui dimana


pita
yang
mengandung
isolat
kurkumin maka dilakukan analisis
lebih lanjut berupa KLT dengan
pengembang klororform : metanol
(19:1) ml. Senyawa yang ditotolkan
adalah ketiga pita yang diduga
mengandung kurkumin serta satu
senyawa kurkumin sebagai standar.
Setelah
pengembangan
selesai
didapatkan bahwa pita 1 memiliki Rf
0,3; pita 2 memiliki Rf 0,53; dan pita
3 memiliki Rf 0,76. Dari hasil ini,
pita yang memiliki Rf paling
mendekati literatur adalah pita 2
karena memiliki selisih Rf terkecil
dengan literatur. Sehingga pita ini
dianggap
mengandung
isolat
kurkumin murni.
Pita 3
Pita
2
Stand

Pita

ar
Gambar 7 Hasil KLT Pita 1,2, dan 3

Uji kemurnian selanjutnya


menggunakan metode KLT 2 arah.
Pemilihan
eluen
dilakukan
berdasarkan kepolarannya, selain
itu jika senyawa tersebut telah
murni akan memberikan noda
tunggal dalam eluen apapun. Dua
sistem
pengembang
yang
digunakan adalah etil asetat : nheksana (2 : 3), serta kloroform :
metanol (19 : 1). Pertama-tama
hasil kerokan silika gel pada pita 2
dilarutkan dengan etil asetat dan
ditotolkan pada pelat silika gel
berukuran 4x4 cm dengan satu

sistem
fase
gerak
sehingga
campuran terpisah menurut jalur
yang sejajar dengan salah satu sisi.
Penotolan dilakukan di sebelah kiri
pelat dan tidak terlalu pinggir agar
meminimalisir bercak membentuk
ekor. Setelah dilakukan kromatografi
sampai batas atas kemudian pelat
diangkat, dekeringkan, dan dilihat
pada sinar UV 254 dan 366 nm. Dari
hasil pengamatan bercak yang
tampak hanya 1 noda. Kemudian
dilakukan
kromatografi
dengan
pengembang kedua, pelat diputar
90 dan diletakkan dalam bejana
kromatografi yang berisi fase gerak
kedua
sehingga
bercak
yang
terpisah
pada
pengembangan
pertama terletak di bagian bawah
sepanjang
pelat.
Setelah
pengembang mencapai batas atas,
kemudian dilihat pada sinar UV 254
dan 366 nm. Hasil yang didapat
tetap 1 noda namun terlihat
membelok. Hal ini dikarenakan
ketidaktelitian
penempatan
chamber
pada
saat
proses
kromatografi berlangsung sehingga
chamber bergeser dan proses
absorbsi pengembang tidak merata.
Dari hasil ini isolat kurkumin murni
didapatkan dari 500 gram simplisia
kunyit yang digunakan dan didapat
hasil
isolat
sebanyak...
gram.
Rendemen isolat yang didapat
yaitu...%

Gambar 8 Hasil KLT Dua Arah

KESIMPULAN DAN SARAN


Dari hasil isolasi didapatkan
senyawa kurkumin melalui berbagai
tahapan isolasi dimulai dengan
penapisan
fitokimia
yang
menunjukkan kandungan senyawa
metabolit sekunder pada simplisia
curcumae domesticae rhizoma , lalu
ekstraksi dengan cara soxhlet,
fraksinasi dengan Kromatografi CairVakum dan pemurnian isolat dengan
KLT Preparatif sehingga didapat
rendemen akhir sebesar ....%
Berdasarkan percobaan yang
telah
dilakukan,
perlu
adanya
pengujian lanjutan yakni pengujian
farmakologi
terhadap
hewan
percobaan untuk mengetahui efek
farmakologis dari senyawa-senyawa
metabolit yang dikandung oleh
Curcuma domestica Val.
UCAPAN TERIMA KASIH
Atas selesainya percobaan ini
ucapan terima kasih dihaturkan
kepada Pak Ferry Ferdiansyah, Pak
Ajang selaku laboran,Teh Ijah, Kang
Haidar, Kang Willi selaku asisten
laboratorium, serta teman-teman
yang
turut
serta
membantu
terlaksananya percobaan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Harborne. 1987. Metode Fitokimia
Terbitan
Kedua.
Bandung:
Penerbit ITB.
Herber, D. 2004. PDR for Herbal
Medicines
3rd
Edition.
Montvale: Thomson PDR.
Itokawa, H., Shi, Q., Akiyama, T.,
Morris-Natschke, S.L., Lee, K.
2008. Recent advances in the
investigation of curcuminoids.
Cina: Chinese Med.
Moelyono.
1996.
Kromatograf.
Jatinangor: Jurusan Farmasi Fakultas
FMIPA Universitas Padjadjaran.

Mulja,
S.
1995.
Analisis
Instrumental. Surabaya: Airlangga
University Press.
Saputra, A., Ningrum, D.K. 2010.
Pengeringan
Kunyit
Menggunakan Microwave dan
Oven. Jurusan Teknik Kimia
Fakultas
Teknik
Universitas
Diponegoro Semarang 2010,
Hal: 3.
Sastrohamidjojo,
H.
1985.
Kromatograf.
Yogyakarta:
Liberty.

Wagner, H., Bladt, S. 1969. Plant


Drug Analysis: A Thin Layer
Chromatography
Atlas
2nd
Edition. Munchen: Springer.

10

Вам также может понравиться