Вы находитесь на странице: 1из 23

VOLUME 25 NOMOR 3, DESEMBER 2010 ISSN 0126 3188

AKREDITASI : SK 187/AU1/P2MBI/08/2009

Penanggung Jawab:
Kapuslit Metalurgi LIPI
Dewan Redaksi :
Ketua Merangkap Anggota:
Ir. Bambang Sriyono Dipl.Ing.
Anggota:
Dr. Ir. Rudi Subagja
Dr. Ir. F. Firdiyono
Dr. Agung Imadudin
Dr. Efendi Mabruri
Ir. Adil Jamali, M.Sc (UPT BPM LIPI)
Prof. Riset. Dr. Ir. Pramusanto
(Puslitbang TEKMIRA)
Prof. Dr. Ir. Johny Wahyuadi, DEA (UI)
Dr. Ir. Sunara, M.Sc (ITB)
Sekretariat Redaksi:
Dedi Irawan, ST
Daniel Panghihutan Malau, ST
Arif Nurhakim, S.Sos
Penerbit:
Pusat Penelitian Metalurgi LIPI
Kawasan
PUSPIPTEK,
Serpong,
Gedung 470
Telp: (021) 7560911, Fax: (021) 7560553
Alamat Sekretariat:
Pusat Penelitian Metalurgi LIPI
Kawasan
PUSPIPTEK,
Serpong,
Gedung 470
Telp: (021) 7560911, Fax: (021) 7560553
E-mail: metalurgi_magz@yahoo.com
Majalah ilmu dan teknologi terbit
berkala setiap tahun, satu volume
terdiri atas 3 nomor.

Pengantar Redaksi .xxvii


Abstrak ..xxix
Analisa Kerusakan Lapisan Kobalt
pada Piringan Katup Buang Mesin
Diesel
Ika Kartika dan Kawan-kawan .. 119

Perilaku Oksidasi Baja Tahan Karat


Feritik Fe-Cr-Mo selama Proses
Aniling pada Temperatur 12000C
Fatayalkadri Citra dan Bambang S .129

Pembentukan Fasa Intermetalik


Nb 3 Sn pada Proses Pembuatan
Kawat Super Konduktor dengan
Metode Internal Tin
Pius Sebleku 139

Pembuatan
Material
CaMnO 3
sebagai Thermoelektrik Type-N dari
Bahan CaCO 3 dan MnCO 3 untuk
Pembangkit Listrik Tenaga Panas
Lusiana dan Kawan-kawan...... 147

Analisa Retak pada Pelat Tipis


Paduan
Al-17Mg-1Si
Hasil
Pembekuan Cepat dengan Twin
Roll Pengecor
Saefudin dan Ika Kartika . 155

Sintesis,
Analisis
Korosi
dan
Toksisitas
pada
Material
Biokompatibel Co-Cr-Mo
Sulistioso GS dan Kawan-kawan.......163

Indeks

xxvi | Majalah Metalurgi, V 25.3.2010, ISSN 0126-3188

PENGANTAR REDAKSI
Syukur Alhamdulillah Majalah Metalurgi Volume 25 Nomor 3, Desember 2010 kali
ini menampilkan 6 buah tulisan.
Makalah pertama, yaitu Analisa Kerusakan Lapisan Kobalt pada Piringan Katup Buang
Mesin Diesel yang disampaikan oleh Ika Kartika, Budi Priyono, Cahyo Sutowo, Edi PU,
dan Tri Arini. Fatayalkadri Citrawati dan Bambang Sriyono menulis tentang Perilaku
Oksidasi Baja Tahan Karat Feritik Fe-Cr-Mo Selama Proses Aniling pada Temperatur
1.200C. Makalah selanjutnya ditulis oleh Pius Sebleku tentang Pembentukan Fasa
Intermetalik Nb3Sn pada Proses Pembuatan Kawat Superkonduktor dengan Metoda Internal
Tin. Sementara itu, Lusiana, Edi Herianto, dan Sigit Dwi Y menyajikan tulisan Pembuatan
Material CaMnO3 Sebagai Themoelektrik Type-N dari Bahan CaCO 3 dan MnCO 3 untuk
Pembangkit Listrik Tenaga Panas. Saefudin dan Ika Kartika menyampaikan tulisan tentang
Analisa Retak pada Pelat Tipis Paduan Al -17Mg-1Si Hasil Pembekuan Cepat dengan Twin
Roll Pengecor. Tulisan berikutnya disajikan oleh Sulistioso G.S., Andika W..P, Irma
Suparto, dan Silmi Mariya dengan tulisan Sintesis, Analisis Korosi, dan Toksisitas pada
Material Biokompatibel Co-Cr-Mo.
Semoga penerbitan Majalah Metalurgi volume ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan dunia penelitian di Indonesia.

REDAKSI

Pengantar Redaksi|

xxvii

xxviii | Majalah Metalurgi, V 25.3.2010, ISSN 0126-3188

METALURGI
(Metallurgy)
ISSN 0126 3188
Vol 25 No. 3 Desember 2010
Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.
UDC (OXDCF) 620.18
Ika Kartika, Budi Priyono, Cahyo Sutowo, Eddy P. Utomo dan T. Arini (Puslit Metalurgi LIPI)
Analisa Kerusakan Lapisan Kobalt pada Piringan Katup Buang Mesin Diesel
Metalurgi, Volume 25 No.3 Desember 2010
Kerusakan telah terdeteksi pada lapisan piringan katup buang mesin diesel. Kerusakan teramati berupa retak,
terlepasnya lapisan piringan katup buang serta adanya deposit pada permukaan dasar katup buang. Permukaan
patahan memperlihatkan beberapa indikasi yang menunjukkan terjadinya aus. Untuk mengidentifikasi
penyebab kerusakan beberapa pengujian telah dilakukan seperti pengamatan visual secara makro, analisa
komposisi kimia, kekerasan mikro dengan vickers, metalografi, fraktografi patahan dengan SEM dan analisa
kualitatif deposit dengan EDX. Hasil analisa komposisi kimia menunjukkan bahwa lapisan katup buang
terbuat dari paduan kobalt Stellite-1, sedangkan piringan katup buang terbuat dari baja cor tahan panas paduan
Cr-Ni-Mn. Fraktografi pada permukaan area patahan menunjukkan lapisan piringan katup buang telah
mengalami keausan sliding. Fenomena ini lebih jauh dapat mengakibatkan patah lelah pada area tersebut.
Kata kunci: Lapisan piringan katup buang, Material tahan aus berbasis kobalt, Fenomena sliding wear, Patah
lelah
Fracture was detected on exhaust valve plate coating layer of engine diesel. These fractures are showed as a
crack, loss of exhaust valve coating layer and deposit content on the face of exhaust valve. Fracture surface
exhibits several indications of wear failure modes. In order to identify cause of failure, several examinations
are carried out such as macro visual, chemical analysis, vickers micro hardness, metallography, fractography
by SEM and deposit analysis by EDX qualitatively. The results of chemical composition present that material
for exhaust valve coating layer is made from Stellite-1 cobalt alloy, whereas exhaust valve plate is heat
resistant cast steel of Cr-Ni-Mn alloy. Fractography on surface fracture area visually showed wear damage,
while by SEM demonstrates that sliding wear was occurred on the coating layer of exhaust valve plate. Further
this phenomenon can also lead to the fatigue fracture on that area.
Keywords: Exhaust valve plate, Wear resistant material of cobalt base alloy, Sliding wear phenomena, Fatigue
fracture

Abstrak

| xxix

METALURGI
(Metallurgy)
ISSN 0126 3188
Vol 25 No. 3 Desember 2010
Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.
UDC (OXDCF) 620.17
Fatayalkadri Citrawati dan Bambang Sriyono (Puslit Metalurgi LIPI)
Perilaku Oksidasi Baja Tahan Karat Feritik Fe-Cr-Mo Selama Proses Aniling pada Temperatur 1200C
Metalurgi, Volume 25 No.3 Desember 2010
Salah satu proses fabrikasi baja tahan karat austenitik bebas Ni, melibatkan proses aniling temperature tinggi
dengan atmosfer nitrogen, namun pembentukan senyawa oksida selama proses berlangsung pada permukaan
baja tahan karat feritik Fe-Cr-Mo dapat menghambat proses difusi nitrogen ke dalam logam. Untuk baja tahan
karat feritik, senyawa oksida yang dominan terbentuk adalah senyawa Cr 2 O 3 . Senyawa ini dapat terbentuk
pada temperatur tinggi dengan keberadaan oksigen pada tekanan tertentu. Perilaku pembentukan senyawa
oksida kromium ini mengikuti grafik parabolik. Pada percobaan ini, ketebalan rata-rata maksimum yang
dibentuk oleh senyawa-senyawa oksida pada Baja A (27% berat Cr) dicapai pada lama waktu proses 24 jam,
selanjutnya ketebalannya menurun seiring dengan semakin lamanya waktu proses, perilaku ini juga terjadi
pada Baja B (21% berat Cr). Perbedaan signifikan dari kedua baja ini terletak pada ketebalan lapisan oksida
yang terbentuk, pada waktu proses selama 8 jam, Baja A memiliki ketebalan lapisan oksida lebih tinggi,
semakin lama waktu proses dialami oleh kedua baja, Baja B memiliki ketebalan lapisan oksida yang lebih
tinggi, yaitu untuk waktu proses 12 jam, 24 jam, 48 jam dan 72 jam. Kemungkinan hal ini disebabkan karena
pada Baja A, kandungan Cr yang lebih tinggi jika berinteraksi dengan oksigen untuk waktu yang lebih lama,
lebih banyak yang bereaksi membentuk CrO 3 gas atau gas-gas senyawa oksida kromium lainnya.
Kata kunci : Baja tahan karat feritik, Oksidasi, Aniling, Temperatur tinggi, Perlakuan panas
One of Ni free austenitic stainless steel fabrication methods involves high temperature annealing process in
nitrogen atmosphere, however the formation of oxide compound during the process on ferritic stainless steel
Fe-Cr-Mo surface is able to prevent nitrogen to diffuse into the steel. For ferritic stainless steel, the most
dominant oxide compound form is Cr 2 O 3 . This compound is able to form at high temperature along with the
presence of oxygen at certain level of pressure. The behaviour of this oxide compound follows parabolic law.
In this experiment, the maximum average thickness formed by the oxide compounds on Steel A (27 w%t Cr)
was achieved when the steel processed for 24 hours, afterwards the thickness decrease as the process time
increase, this behaviour also found in Steel B (21 wt% Cr). The significant difference between these steels laid
on their oxide thickness, during 8 hours process, Steel A oxide thickness is higher than that of Steel B, the
longer the process hour applied to both steels, Steel B has higher oxide thickness than Steel A, this is for 12
hours, 24 hours, 48 hours and 72 hours processing time. This might happened due to the formation of volatile
species in Steel A during longer processing time, such as CrO 3 gas or other volatile oxide compounds of
chromium.
Keywords : Ferritic stainless steel, Oxidation, Annealing, High temperature, Heat treatment

xxx | Majalah Metalurgi, V 25.3.2010, ISSN 0126-3188

METALURGI
(Metallurgy)
ISSN 0126 3188
Vol 25 No. 3 Desember 2010
Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.

UDC (OXDCF) 621.319


Pius Sebleku (Puslit Metalurgi LIPI)
Pembentukan Fasa Intermetalik Nb3Sn pada Proses Pembuatan Kawat Superkonduktor dengan Metode
Internal Tin
Metalurgi, Volume 25 No.3 Desember 2010
Kualitas kawat superkonduktor Cu-Nb-Sn utamanya diukur dari nilai rapat arus (Jc) yang dihasilkan. Semakin
banyak senyawa Nb 3 Sn yang terbentuk, maka Jc semakin tinggi. Studi penelitian ini berangkat dari
permasalahan optimalisasi pembentukan senyawa superkonduktif Nb 3 Sn, yang sejauh ini diantisipasi dengan
cara memperbanyak jumlah monofilamen di dalam kawat. Akan tetapi hal ini berpotensi langsung pada
peningkatan biaya produksi. Penelitian ini bertujuan untuk dapat memberikan gambaran tentang evolusi fasa
yang terjadi antara Cu, Nb, dan Sn di dalam sistem superkonduktor Cu-Nb-Sn. Hasil ini diharapkan dapat
memprediksi intensitas dan kuantitas pembentukan senyawa Nb 3 Sn. Prediksi ini dapat dijadikan bahan
pertimbangan untuk mendesain ingot beserta jalur teknik manufaktur kawat superkonduktor yang ingin
digunakan, sehingga bisa memangkas biaya produksi. Desain ingot yang dikembangkan dalam studi penelitian
ini adalah superkonduktor berbasis Cu,Nb,Sn.
Kata kunci: MRI, NMR, Kawat superkonduktor, Internal tin, Nb-Sn, Cu-Nb-Sn
The quality of Cu-Nb-Sn superconductor wire is mainly measured from its current density (Jc). The more
Nb 3 Sn is formed, the higher Jc is. This research study departs from the problem on Nb 3 Sn formation, which
has been so far anticipated by increasing the number of monofilaments inside the wire. However this situation
yields in high production cost. This research activity is aimed to that can depict the phase evolution among Nb,
and Sn within the Cu-Nb-Sn superconducting system. The results can be used to predict the intensity as well as
quantity of Nb 3 Sn formation. Such prediction can be used to decide which ingot design and manufacturing path
shall be chosen, therefore the cost of production can be made efficientIn. In this research study, the ingot design
with the basis of Cu-Nb-Sn will be developed as supercondctor wire.
Keywords : MRI, NMR, Superconductor wire, Internal tin, Nb-Sn, Cu-Nb-Sn

Abstrak

| xxxi

METALURGI
(Metallurgy)
ISSN 0126 3188
Vol 25 No. 3 Desember 2010
Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.
UDC (OXDCF) 620
Lusiana, Edi Herianto, Sigit Dy
Pembuatan Material CaMnO 3 Sebagai Themoelektrik Type-N dari Bahan CaCo 3 dan MnCo 3 untuk Pembangkit
Listrik Tenaga Panas
Metalurgi, Volume 25 No.3 Desember 2010
Penerapan bahan thermoelektrik sangat luas, dapat digunakan sebagai penghemat bahan bakar pada kendaraan
bermotor, penyedia listrik dari panas matahari, panas tungku pembakar sampah dan lain-lain. Pembuatan
material CaMnO 3 thermoelectric type-n dari bahan CaCO 3 dan MnCO 3 pada kondisi pemampatan bahan yang
telah dihaluskan 200 Mpa dan dipanaskan pada temperatur 1300 C selama 12 jam, kemudian hasilnya di analisa
menggunakan XRD, XRF dan SEM. Dengan keberhasilan pembuatan material material CaMnO 3 thermoelectric
type-n ini disamping dapat memanfaatkan bahan baku lokal juga mendukung upaya mengurangi ketergantungan
energi kita pada bahan bakar fosil.
Kata kunci : Thermoelectrik, CaMnO 3 , Type-n, Energi
Application materials thermoelectric very broad, can be used as a fuel saver in the motor vehicle, a provider of
solar thermal electricity, heat furnaces and other junk. Making material CaMnO 3 n-type thermoelectric material
and MnCO 3 CaCO 3 on the condition that the material has been smoothed squishing 200 MPa and heated at a
temperature of 1300 C for 12 hours, then the results were analyzed using XRD, XRF and SEM. With the
success of manufacturing materials thermoelectric materials CaMnO 3 type-n in addition to utilizing local raw
materials also support efforts to reduce our energy dependence on fossil fuels.
Keywords : Thermoelectric, CaMnO 3 , n- type, Energy

xxxii | Majalah Metalurgi, V 25.3.2010, ISSN 0126-3188

METALURGI
(Metallurgy)
ISSN 0126 3188
Vol 25 No. 3 Desember 2010
Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.
UDC (OXDCF) 620
Saefudin, Ika Kartika (Puslit Metalurgi LIPI)
Analisa Retak pada Pelat Tipis Paduan Al -17Mg-1Si Hasil Pembekuan Cepat dengan Twin Roll Pengecor
Metalurgi, Volume 25 No.3 Desember 2010
Pembuatan pelat tipis dengan twin roll pengecor pada paduan aluminium mempunyai beberapa keuntungan
seperti mempercepat proses pembekuan, rendahnya biaya peralatan juga dapat menekan biaya produksi. Pada
penelitian pembuatan pelat tipis paduan Al-17Mg-1Si hasil proses pembekuan cepat dengan twin roll telah
terjadi retak sepanjang sisi pelat tipis. Pelat tipis yang dihasilkan mempunyai tebal berkisar 1 mm dengan lebar
sekitar 50 mm. Hasil uji keras dengan Vickers pada posisi tebal pelat menunjukkan harga kekerasan rata-rata
adalah 175,1 HVN. Hasil metalografi dengan SEM menunjukkan fasa yang terbentuk adalah Al dendritik
sebagai matriks dan partikel Mg2Si yang bersifat getas. Mg2Si teramati bersegregasi sepanjang sisi dan sudut
kristal -Al matriks. Analisa komposisi kimia dengan EDX pada permukaan area tebal pelat menghasilkan
kandungan unsur Mg dan Si yang tinggi. Kelarutan Mg dan Si yang tinggi cenderung akan membentuk fasa
eutektik Mg 2 Si yang mempunyai suhu cair yang lebih rendah dibandingkan Al matriks. Oleh karenanya
fasa eutektik Mg 2 Si akan mengalami pembekuan lebih cepat dibandingkan Al matriks. Fenomena rapuh
panas akan terjadi dan menghasilkan retak sepanjang sisi pelat tipis paduan Al-17Mg-1Si melalui proses
pembekuan cepat dengan twin roll pengecor.
Kata kunci : Paduan Al-17Mg-1Si, Proses pembekuan cepat dengan twin roll pengecor, Fasa eutektik Mg 2 Si,
Rapuh panas, Retak
There are several advantages to produce aluminum alloys strip by using twin roll caster such as rapidly
solidification process, low equipment cost and reduce production cost. In the study of manufacturing of Al17Mg-1Si alloy strip from rapid solidification by twin roll caster, fracture was occurred along side of strip.
Product of strip has a thickness approximately around 1 mm and 50 mm of wide. Vickers hardness result on
strip thickness area shows an average hardness around 175.1 HVN. Metallography examination using SEM
shows Al dendritic phase as a matrix and Mg 2 Si eutectic particles which are attributed to brittleness.
Mg 2 Si particles show segregate along edge and angle of -Al matrix. Chemical composition analysis by EDX
on the surface of thickness area of Al-17Mg-1Si alloy strip obtains high content of Mg and Si elements. Highly
solidify of Mg and Si elements leads to form Mg 2 Si eutectic phase, which has lower melting point compared to
Al matrix. Therefore, eutectic phase would rapidly solidify than Al matrix. Hot shortness phenomena will
occur and perform cracking along edge area of Al-17Mg-1Si alloy strip throughout rapid solidification process
by twin roll caster.
Keywords : Al-17Mg-1Si alloy, Rapid solidification process by twin roll caster, Mg 2 Si eutectic phase, Hot
shortness, Cracking

Abstrak

| xxxiii

METALURGI
(Metallurgy)
ISSN 0126 3188
Vol 25 No. 3 Desember 2010
Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.
UDC (OXDCF) 620.112
Sulistioso GS, Andika WP, Irma Suparto,Silmi Mariya (PTBIN BATAN)
Sintesis, Analisis Korosi dan Toksisitas pada Material Biokompatibel Co-Cr-Mo
Metalurgi, Volume 25 No.3 Desember 2010
Telah dilakukan uji korosi dan toksisitas pada hasil pembuatan paduan material implan Co-Cr-Mo. Komposisi
paduan yang dibuat adalah 30 35% Cr, 5% Mo, 0.5 0.6% Mn, 0.2 0.3% Si, 1.5 1.6% N, dan sisanya
Co. Karakterisasi hasil analisis fasa dengan XRD menunjukkan pola difraksi di mana fasa tidak muncul dan
fasa yang dominan adalah fasa sebagai konsekuensi dari penambahan unsur N. Pengamatan mikrostruktur
dengan mikroskop optik menunjukkan struktur cor dan sampel Co-Cr-Mo hasil peleburan tidak berpori.
Berdasarkan hasil analisis korosi diperoleh laju korosi pada media air demin adalah 0,0249 mpy dan pada
media larutan tubuh buatan (simulated body fluid atau SBF) adalah 0,036 mpy. Uji toksisitas secara in vitro
pada kultur sel endotel CPAE (ATCC-CCL 209) berumur 24 jam menunjukkan tidak adanya perubahan
morfologi dan kematian sel setelah 72 sampai dengan 144 jam pasca penambahan sampel. Hasil ini
menunjukkan bahwa material Co-Cr-Mo dengan penambahan tidak menimbulkan toksisitas terhadap kultur sel
endotelial sampai dengan 6 hari inkubasi.
Kata kunci : Co-Cr-Mo , Korosi, Toksisitas in vitro, Kultur sel endotel CPAE
Analysis of corrosion and toxicity of Co-Cr-Mo as implant materials has been performed. The alloy
composition was 30 - 35% Cr, 5% Mo, 0.5 - 0.6% Mn, 0.2 - 0.3% Si, 1.5 - 1.6% N, and Co as the balance.
Characterization of phase analysis by XRD through its diffraction patterns indicates that phase does not
appear as a consequence of the addition of N. Microstructure observations of the samples by optical
microscope showed that the structure of Co-Cr-Mo cast was not porous. Corrosion analysis showed that the
corrosion rate in demineralized water was 0.0249 mpy and in simulated body fluid (SBF) was 0.036 mpy. In
vitro toxicity assay in 24 hours endothelial cell CPAE (ATCC CCL-209) showed that there were no
morphologic changes or cell death after 72 up to 144 hours of sample incubation. It concludes that Co-Cr-Mo
material was not toxic to endothelial cell culture for at least six days.
Keywords : Co-Cr-Mo , Corrosion , In vitro toxicity, Endothelial cell culture CPAE

xxxiv | Majalah Metalurgi, V 25.3.2010, ISSN 0126-3188

SINTESIS, ANALISIS KOROSI DAN TOKSISITAS PADA


MATERIAL BIOKOMPATIBEL Co-Cr-Mo
Sulistioso GS1), Andika WP2), Irma Suparto3,4), Silmi Mariya3)
1) PTBIN BATAN
2) P2M LIPI
3) Departemen Kimia, FMIPA IPB
4) Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) LPPMIPB Bogor

Intisari
Telah dilakukan uji korosi dan toksisitas pada hasil pembuatan paduan material implan Co-Cr-Mo.
Komposisi paduan yang dibuat adalah 30 35% Cr, 5% Mo, 0.5 0.6% Mn, 0.2 0.3% Si, 1.5 1.6% N, dan
sisanya Co. Karakterisasi hasil analisis fasa dengan XRD menunjukkan pola difraksi di mana fasa tidak muncul
dan fasa yang dominan adalah fasa sebagai konsekuensi dari penambahan unsur N. Pengamatan mikrostruktur
dengan mikroskop optik menunjukkan struktur cor dan sampel Co-Cr-Mo hasil peleburan tidak berpori.
Berdasarkan hasil analisis korosi diperoleh laju korosi pada media air demin adalah 0,0249 mpy dan pada media
larutan tubuh buatan (simulated body fluid atau SBF) adalah 0,036 mpy. Uji toksisitas secara in vitro pada kultur
sel endotel CPAE (ATCC-CCL 209) berumur 24 jam menunjukkan tidak adanya perubahan morfologi dan
kematian sel setelah 72 sampai dengan 144 jam pasca penambahan sampel. Hasil ini menunjukkan bahwa
material Co-Cr-Mo dengan penambahan tidak menimbulkan toksisitas terhadap kultur sel endotelial sampai
dengan 6 hari inkubasi.
Kata kunci : Co-Cr-Mo , Korosi, Toksisitas in vitro, Kultur sel endotel CPAE

Abstract
Analysis of corrosion and toxicity of Co-Cr-Mo as implant materials has been performed. The alloy
composition was 30 - 35% Cr, 5% Mo, 0.5 - 0.6% Mn, 0.2 - 0.3% Si, 1.5 - 1.6% N, and Co as the balance.
Characterization of phase analysis by XRD through its diffraction patterns indicates that phase does not
appear as a consequence of the addition of N. Microstructure observations of the samples by optical microscope
showed that the structure of Co-Cr-Mo cast was not porous. Corrosion analysis showed that the corrosion rate
in demineralized water was 0.0249 mpy and in simulated body fluid (SBF) was 0.036 mpy. In vitro toxicity assay
in 24 hours endothelial cell CPAE (ATCC CCL-209) showed that there were no morphologic changes or cell
death after 72 up to 144 hours of sample incubation. It concludes that Co-Cr-Mo material was not toxic to
endothelial cell culture for at least six days.
Keywords : Co-Cr-Mo , Corrosion , In vitro toxicity, Endothelial cell culture CPAE

PENDAHULUAN
Penggunaan material implan sebagai
endoprostetik pada tubuh manusia
mensyaratkan biokompatibilitas yang baik,
kuat, dan tahan terhadap korosi, khususnya
dalam media cairan tubuh Material yang
umum digunakan sebagai material implan
adalah stainless steel, paduan logam
berbasis Co dan titanium. Paduan titanium
memiliki tingkat biokompatibilitas dan

ketahanan korosi yang baik, tetapi


harganya sangat mahal. Paduan Co-Cr-Mo
memiliki tingkat biokompatibilitas yang
lebih rendah daripada paduan titanium,
akan tetapi memiliki sifat mekanik yang
lebih baik dan harganya lebih murah
dibandingkan dengan paduan titanium.
Sedangkan jika dibandingkan dengan
stainless steel, paduan CoCrMo memiliki
sifat biokompatibilitas, ketahanan korosi
dan sifat mekanik yang lebih baik,

walaupun harganya
lebih tinggi
dibandingkan stainless steel [1-3] . Syarat
mendasar dari biomaterial berbasis logam
adalah sifat anti karat yang tinggi. Selain
itu, sifat yang utama harus dimiliki oleh
biomaterial berbasis logam adalah
kesuaian dengan sel hidup (excellent
biocompatibility). Hal ini penting karena
biomaterial ditanam dalam tubuh atau
mulut serta berhubungan langsung dengan
sel hidup tubuh manusia. Logam tersebut
tidak boleh melepaskan ion-ion yang
bersifat racun atau karsinogen bagi sel dan
tubuh manusia [4]. Reaksi korosi material
implan
dapat
menimbulkan
reaksi
peradangan (inflamasi) di sekitar jaringan
yang diimplankan sehingga apabila
digunakan dalam jangka waktu lama akan
sangat berbahaya bagi tubuh [5].
Saat ini penelitian dalam bidang
material implan masih jarang dilakukan di
Indonesia. Dalam makalah ini akan
dilaporkan penelitian pembuatan dan
karakterisasi sifat korosi dan toksisitas dari
paduan Co-Cr-Mo. Aplikasi dari paduan
Co-Cr-Mo sebagai material implan adalah
sebagai tempurung lutut buatan (knee cap)
atau sebagai sambungan tulang pinggul
buatan (hip joint). Paduan Co-Cr-Mo
dibuat dengan metoda peleburan (casting)
menggunakan arc melting furnace.
Komposisi paduan CoCrMo dibuat
berdasarkan standar paduan Co-Cr-Mo
ASTM F75, tetapi dimodifikasi dengan
menaikkan kandungan Cr dan N [6]. Pada
paduan ASTM F75, fasa yang dominan
adalah fasa (struktur kristal hcp) dan
fasa yang rapuh (struktur kristal
tetragonal)
di
sepanjang
daerah
interdendritic. Penambahan krom (Cr)
dapat meningkatkan kekuatan paduan CoCr-Mo sekaligus menstabilkan fasa
(struktur kristal fcc). Dengan demikian,
peningkatan kadar Cr dan N diharapkan
dapat meningkatkan kekuatan luluh (yield
strength) dan kekuatan tarik (tensile
strength) paduan Co-Cr-Mo, tanpa perlu
dilakukannya proses cold working seperti
tempa (forging). Komposisi paduan yang
dibuat pada penelitian ini adalah 30 35%

Cr, 5% Mo ; 0,5 0,6% Mn ; 0,2 0,3%


Si ; 1,5 1,6% N, dan sisanya Co. Uji
korosi akan dilakukan dalam media larutan
tubuh buatan atau SBF (Simulated Body
Fluid) dan uji toksisitas akan dilakukan
secara in vitro pada kultur sel endotel
CPAE (ATCC-CCL 209).
PROSEDUR PERCOBAAN
Pembuatan sampel dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut, mulamula
seluruh unsur pemadu ditimbang sesuai
dengan persentasenya dengan jumlah total
30 g , kemudian di aduk dengan ball
miling, pada kecepatan 400 rpm selama 30
menit. Setelah itu, seluruh serbuk yang
sudah diaduk dikompaksi dengan ukuran
masingmasing pelet 56 g. Tahapan akhir
adalah seluruh peletpelet tersebut dilebur
di dalam arc melting furnace dalam
suasana inert dengan dialiri gas argon.
Pencampuran unsur N dilakukan dengan
menggunakan paduan CrN. Contoh ingot
hasil peleburan dapat dilihat pada Gambar
1.

D = 25mm

Gambar 1. Sampel CoCrMo dengan penambahan


unsure Mn ,Si dan N. Hasil peleburan dengan Tri
Arc Melting Furnace

Analisis fasa dari paduan Co-Cr-Mo


dilakukan dengan metoda difraksi sinar X
menggunakan alat difraksi Sinar X merk
Shimadzu tipe 610-XD .Analisis fasa
dilakukan pada sampel Co-Cr-Mo dengan
dan tanpa penambahan unsur nitrogen (N),
dengan kondisi sampel berbentuk padatan.
Uji korosi sampel Co-Cr-Mo dilakukan
dengan metoda Potensiostat, menggunakan
alat potensiostat Galvanostat merk EG
and G. Ukuran sampel untuk uji korosi
adalah diameter 14 mm dan tebal 1 5

164 | Majalah Metalurgi, V 25.3.2010, ISSN 0126-3188/ hal 163-168

HASIL PERCOBAAN
Pola difraksi sinar X tanpa
penambahan unsur N dan pola difraksi
sinar X dengan penambahan unsur N
ditunjukkan pada Gambar 2A dan 2B.

logam
140
120
100
Intensitas

mm. Pada penelitian ini media yang


digunakan adalah cairan tubuh buatan.
Uji toksisitas dilakukan dengan secara
in vitro menggunakan media kultur sel
endotel CPAE. Biocompatibilitas suatu
bahan pada tempat implant, akan
melibatkan suatu interaksi yang kompleks
antar sel dan jaringan. Prosedur pengujian
toksisitas yang digunakan sebagai berikut,
mulamula sampel Co-Cr-Mo dipotong
potong kecil dengan ukuran 2 x 5 x 1 mm,
kemudian
dibungkus
rapat
untuk
disterilisasi dengan iradiasi sinar gama
dengan dosis 25 kGy. Setelah itu, sampel
yang sudah disterilisasi diuji toksisitasnya
secara in vitro dengan meletakkannya
dalam kultur sel CPAE yang telah
berkonfluensi 50% (24 jam usia kultur
sel).. Pemilihan sel endotel CPAE
dilakukan karena di dalam tubuh proses
pembentukan pembuluh darah baru sangat
penting untuk memberi nutrisi dan
membuang limbah. Pembuluh darah juga
sensitif terhadap kontak dengan benda
asing[1] . Material komponen tempurung
lutut buatan ini akan tertanam (implantasi)
dalam tubuh untuk jangka waktu yang
sangat lama. Maka diharapkan tidak ada
toksisitas dari material implant Co-Cr-Mo
dalam tubuh, yang dalam hal ini
diwakilkan oleh kultur sel endotel.

80
60
40
20
0
0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

2 theta

Gambar 2B. Pola difraksi Co-Cr-Mo setelah


ditambah unsur N

Pada Gambar 2A diatas fasa dan fasa


tampak dominan, akan tetapi fasa tidak
terlihat pada Gambar 2B. Hal ini
disebabkan penambahan unsur nitrogen
(N) dapat menstabilkan fasa austenit dan
menekan pembentukan fasa .
Sifat fisik dari sistem Co-Cr serupa
dengan Fe-Cr, karena itu penambahan
unsur N diharapkan memiliki dampak yang
serupa pada paduan Co-Cr . Penambahan
unsur krom (Cr) dapat meningkatkan
kekuatan paduan Co-Cr-Mo dan juga
menstabilkan fasa . Tetapi, penambahan
Cr ini cenderung mendorong terbentuknya
fasa yang keras tapi getas. Sehingga
penambahan Cr dan N akan meningkatkan
kekuatan luluh (yield strength) dan
kekuatan tarik (tensile strength) paduan
Co-Cr-Mo. Penambahan Cr juga akan
meningkatkan ketahanan korosi, karena Cr
akan membentuk lapisan CrO dipermukaan
sampel, yang merupakan lapis lindung dari
proses oksidasi [6].

Bag. Dalam sampel

Co Cr Mo Panjang
160
140

Intensitas (cps)

120

Bag. Luar sampel

100
80
60
40
20
0
0

20

40

60

80

100

2 theta

Gambar 2A. Pola difraksi Co-Cr-Mo sebelum


ditambah unsur N

Gambar 3. Struktur mikro CoCrMo yang ditambah


dengan Si, Mn dan N. Hasil peleburan dengan Tri
Arc Melting furnace

Sintesis, Analisis Korosi../ Sulistioso |

165

Pada Gambar 3 diatas tampak struktur


cor, berbentuk dendrit dan tidak tampak
poripori. Hal ini menunjukkan bahwa
peleburan dengan arc melting dalam
suasana argon memberikan hasil yang
baik. Bagian luar sampel mempunyai
struktur yang lebih halus karena membeku
terlebih dahulu. Sedangkan pada bagian
dalam, diperoleh butir-butirnya lebih kasar
karena panas di bagian dalam dapat
bertahan beberapa saat yang memungkin
butirbutirnya membesar.
Uji korosi dilakukan dengan alat
Potensiostat EG & G pada media air
demineralisasi dan media larutan tubuh
buatan (SBF) dengan hasil sebagaimana
berikut:
Tabel 1. Hasil uji korosi CoCrMo implan dalam
air demineralisasi dan larutan tubuh buatan (SBF)
Media
Air demineralisasi
Larutan tubuh (SBF)

Laju korosi (mpy)


0,0249
0,0360

Hasil uji korosi pada logam SS 316L,


dengan alat dan media SBF yang sama
adalah 0,138[7]. Hasil uji korosi pada Tabel
1 diatas menunjukkan ketahanan korosi
yang baik jika dibandingkan dengan
ketahanan korosi dari material SS 316L
komersil. Kandungan dari larutan SBF
yang digunakan untuk uji korosi pada suhu
37oC pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
NaCl,
NaHCO3
KCl
Na2HPO4
MgCl2.H2O

6,547 g/l;
2,268 g/l;
0,372 g/l;
0,124 g/l;
0,305 g/l;

CaCl2.2H2O
Na2SO4

0,368 g/l;
0,071 g/l.

Jumlah larutan yang digunakan untuk


setiap kali pengukuran adalah sebanyak
600 ml.
Setelah 72 jam dan 144 jam pasca
pemberian sampel, sel diamati secara
mikroskopik dengan mengamati morfologi
sel serta jumlah sel yang hidup. Hasil yang
diperoleh ditampilkan pada Gambar 4 a-d.
Hasil pengamatan 72 jam pada sumur yang
diberi sampel, sel CPAE tidak mengalami
perubahan morfologi dengan jumlah
100.000 sel per sumur yang sedikit di
bawah jumlah sel tanpa sampel, yaitu
120.000 sel per sumur. Jumlah lebih
rendah pada sumur yang ditambahkan
sampel diduga karena proses adaptasi sel
adanya benda asing di lingkungan
tumbuhnya. Dugaan ini didukung dengan
hasil pengamatan sel setelah 144 jam atau
6 hari inkubasi (Gambar 4d), yaitu
morfologi
sel
tidak
menunjukkan
abnormalitas serta jumlah sel pada kultur
yang diberi sampel sama dengan sel
control (Gambar 4a).
Hal ini menegaskan telah terjadinya
adaptasi sel terhadap benda asing karena
setelah 144 jam, sel CPAE sudah dapat
menyesuaikan diri dengan ditunjukkan
jumlah sel yang sama dengan kontrol sel.
Pemberian sampel pada kultur sel endotel
CPAE tidak mengakibatkan perubahan
morfologi sel yang normal dan jumlah sel
per sumur sama dengan kontrol yang tidak
ditambahkan sampel implan.

166 | Majalah Metalurgi, V 25.3.2010, ISSN 0126-3188/ hal 163-168

Gambar 4. a) kultur sel CPAE 24 jam, b) kultur sel CPAE 144 jam c) kultur sel CPAE setelah penambahan
sampel 72 jam d) kultur sel CPAE setelah penambahan sampel 144 jam

KESIMPULAN
Paduan Co-Cr-Mo dengan komposisi :
30 35% Cr ; 5% Mo ; 0,5 0,6% Mn ;
0,2 0,3% Si ; 1,5 1,6% N, dan sisanya
Co yang dibuat dengan metoda peleburan
(casting) menggunakan alat Tri Arc
Melting Furnace , komposisi tersebut
merupakan modifikasi dari komposisi
ASTM F75. Paduan Co-Cr-Mo pada
penelitian ini mempunyai ketahanan korosi
yang baik, fasa yang dominan adalah fasa
dan tidak menyebabkan toksisitas terhadap
kultur sel endotel CPAE.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Buddy D.Ratners, Allan S. Hoffman,
Frederick J.Schoen , Jack E. Lemon.
2004 Biomaterials Science, An
Introductions to Materials in
Medicine 2nd Edition. Elsevier.
California USA.
[2] David A. Puleo, Rena Bizios, Kay
C.Dee. 2002. Tissue Biomaterials
Interactions, an introductions .,
John Wiley & SonsNew Yersey
USA.
[3] David Bomba, Miha Brojan, Peter
Fajfar, Franc Kosel, Rado Turk, 2007
Review of materials in medical
applications, RMZ Materials and
Geoenveron ment, Vol. 54, No. 4, pp.
471-499.

[4] Syarif Junaidi . 2009/08/Biomaterial


Berbasis
Logam.
http://www.infometrik.com/
biomaterial-berbasis-logam/Aplikasi
Teknologi, Featured, Material Sains
.Diakses April 2011.
[5] Manivasagam G, Dhinasekaran D,
Rajaminickam A. 2010. Biomedical
implants:
corrosion
and
its
prevention a review. Recent Patents
on Corrosion Science 2: 40-54.
[6] S-.H. Lee, N. Nomura, A. Chiba 2007,
Microstructures and Mechanical
properties of biomedical Co-Cr-Mo
alloys with combination of N addition
and Cr-enrichment. 1st Asian
Biomaterials Congress, December 68, , Tsukuba, Japan.
[7] Dedi Setiawan , 2009 . Pengaruh
Nitridasi
Terhadap
Ketahanan
Korosi Stainless Steel AISI 316L
Dalam Cairan Tubuh Tiruan. Tesis,
Jurusan Fisika. FMIPA ITS
Surabaya.

Sintesis, Analisis Korosi../ Sulistioso |

167

168 | Majalah Metalurgi, V 25.3.2010, ISSN 0126-3188/ hal 163-168

Indeks Penulis
A
Andika WP

I
163

Ika Kartika 119, 155


Irma Suparto 163

B
Bambang Sriyono 129
Bintang Adjiantoro
153
Budi Priyono 119

Lusiana

147

C
Cahyo Sutowo

Pius Sebleku

139

119

Saefudin 115
Sigit DY 147
Silmi Mariya 163
Sulistioso GS 163

Eddy P. Utomo 119


Edi Herianto 147

F
Fatayalkadri Citrawati

129

T
T. Arini

119

Indeks

| Majalah Metalurgi, V 25.3.2010, ISSN 0126-3188

Indeks
Kawat superkonduktor

129, 130, 131, 132, 133, 134,


135, 136, 137, 138
Annealing 129
Al-17Mg-1Si alloy 155

139, 140, 142,


143
Korosi
119, 120, 121, 123, 124, 127,
154, 163, 164, 165, 166, 167
Kultur sel endotel CPAE
163, 164, 165,
166, 167

A
Aniling

Baja tahan karat feritik

129, 130, 137

C
CaMnO 3

147, 148, 149, 150, 151, 152,


153, 154
Cracking 125, 155
Co-Cr-Mo 163, 164, 165, 167
Cu-Nb-Sn 139, 140, 144
Corrosion 121, 138, 163, 167

163

Fasa eutektik Mg 2 Si 155, 160


Fenomena sliding wear 119, 126, 127
Fatigue fracture 119
Ferritic stainless steel 129, 138

H
High temperature 128, 129, 138, 139
Heat treatment 128, 129, 142, 144
Hot shortness 155

Internal tin 139, 140, 143


In vitro toxicity 163

Material tahan aus berbasis kobalt


123
MRI 121, 128, 129, 130
Mg2Si eutectic phase 155

119,

Nb-Sn 139, 140, 141, 143, 144


NMR 139, 140
n- type 147

E
Energi 120, 123, 147, 148
Energy 123, 147
Exhaust valve plate
119
Endothelial cell culture CPAE

Lapisan piringan katup buang


119, 120,
121, 122, 123, 124, 125, 126, 127

O
Oksidasi

121, 129, 131, 133, 135, 137,


143, 165
Oxidation 129, 138

P
Paduan Al-17Mg-1Si 155, 156, 158, 159
Patah lelah. 119, 124, 126, 128
Perlakuan panas 129
Proses pembekuan cepat dengan twin roll
pengecor
155, 156, 158, 159

R
Rapuh panas 155
Retak 119, 121, 124, 125, 128, 155, 156,
157, 158, 159, 160, 161
Rapid solidification process by twin roll
caster 155

Indeks

S
Sliding wear phenomena 119
Superconductor wire 139, 145

T
Temperatur tinggi
Thermoelectrik

Toksisitas in vitro 163


Type-n 147, 153
Thermoelectric 147, 148, 154

119, 120, 123, 124,


129, 130
147

| Majalah Metalurgi, V 25.3.2010, ISSN 0126-3188

Wear resistant material of cobalt base alloy


119

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA


PUSAT PENELITIAN METALURGI
Kawasan PUSPIPTEK Serpong 15314, Tlp.021-7560911 Fax. 021-7560553

PANDUAN BAGI PENULIS


1. Penulis yang berminat menyumbangkan hasil karyanya untuk dimuat di dalam majalah
Metalurgi, diharuskan mengirim naskah asli dalam bentuk final baik hardcopy atau
softcopy (dalam file doc), disertai pernyataan bahwa naskah tersebut belum pernah
diterbitkan atau tidak sedang menunggu penerbitannya dalam media tertulis manapun.
2. Penulis diminta mencantumkan nama tanpa gelar, afiliasi kedudukan dan alamat emailnya
setelah judul karya tulisnya, dan ditulis dengan Times New Roman (TNR), jarak 1 spasi,
font 12.
3. Naskah harus diketik dalam TNR font 12 dengan satu (1) spasi. Ditulis dalam bentuk
hardcopy dengan kertas putih dengan ukuran A4 pada satu muka saja. Setiap halaman
harus diberi nomor dan diusahakan tidak lebih dari 30 halaman
4. Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris, harus disertai dengan
judul yang cukup ringkas dan dapat melukiskan isi makalah secara jelas. Judul ditulis
dengan huruf kapital menggunakan TNR font 14 dan ditebalkan. Untuk yang berbahasa
Indonesia, usahakanlah untuk menghindari penggunaan bahasa asing.
5. Isi naskah terdiri dari Judul naskah, Nama Pengarang dan Institusi beserta email,
Intisari/Abstract, Pendahuluan, Tata Kerja/Prosedur Percobaan, Hasil Percobaan,
Pembahasan, Kesimpulan dan Saran, Daftar Pustaka, Ucapan Terimakasih dan Riwayat
Hidup. Pakailah bahasa yang baik dan benar, singkat tapi cukup jelas, rapi, tepat dan
informatif serta mudah dicerna/dimengerti. Sub judul ditulis dengan huruf kapital TNR font
12, ditebalkan tanpa penomoran urutan sub judul, misalnya :
PENDAHULUAN
PROSEDUR PERCOBAAN, dan seterusnya.
6. Naskah harus disertai intisari pendek dalam bahasa Indonesia dan abstract dalam bahasa
Inggris ditulis TNR 10 jarak 1 spasi diikuti dengan kata kunci/keywords ditulis miring. Isi
dari intisari/abstract merangkum secara singkat dan jelas tentang :
Tujuan dan Ruang Lingkup Litbang
Metoda yang Digunakan
Ringkasan Hasil
Kesimpulan
7. Isi pendahuluan menguraikan secara jelas tentang :
Masalah dan Ruang Lingkup
Status Ilmiah dewasa ini
Hipotesis
Cara Pendekatan yang Diharapkan
Hasil yang Diharapkan
8. Tata kerja/prosedur percobaan ditulis secara jelas sehingga dapat dipahami langkahlangkah percobaan yang dilakukan.
9. Hasil dan pembahasan disusun secara rinci sebagai berikut :
Data yang disajikan telah diolah, dituangkan dalam bentuk tabel atau gambar, serta diberi
keterangan yang mudah dipahami. Penulisan keterangan tabel diletakkan di atas tabel,
rata kiri dengan TNR 10 dengan spasi 1. Kata tabel ditulis tebal. Akhir ketrangan tidak
diberi tanda titik .

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA


PUSAT PENELITIAN METALURGI
Kawasan PUSPIPTEK Serpong 15314, Tlp.021-7560911 Fax. 021-7560553

PANDUAN BAGI PENULIS


Contoh : Tabel 1. Harga kekerasan baja SS 316L
Penulisan keterangan gambar ditulis di bawah gambar, rata kiri dengan TNR 10 jarak 1
spasi, format in line with text. Kata gambar ditulis tebal. Akhir ketrangan tidak diberi
tanda titik.
Contoh : Gambar 1. Struktur mikro baja SS 316L
Pada bagian pembahasan terlihat adanya kaitan antara hasil yang diperoleh dengan
konsep dasar dan atau hipotesis
Kesesuaian atau pertentangan dengan hasil litbang lainnya
Implikasi hasil litbang baik secara teoritis maupun penerapan
10. Kesimpulan berisi secara singkat dan jelas tentang :
Esensi hasil litbang
Penalaran penulis secara logis dan jujur, fakta yang diperoleh
11. Penggunaan singkatan atau tanda-tanda diusahakan untu memakai aturan nasional atau
internasional. Apabila digunakan sistem satuan maka harus diterapkan Sistem Internasional
(SI)
12. Kutipan atau Sitasi
Penulisan kutipan ditunjukkan dengan membubuhkan angka (dalam format superscript)
sesuai urutan.
Angka kutipan ditulis sebelum tanda titik akhir kalimat tanpa spasi, dengan tanda kurung
siku dan tidak ditebalkan (bold).
Jika menyebut nama, maka angka kutipan langsung dibubuhkan setelah nama tersebut.
Tidak perlu memakai catatan kaki.
Urutan dalam Daftar Pustaka ditulis sesuai dengan nomor urut kutipan dalam naskah.
Contoh: Struktur mikro baja SS 316L[2].
13. Penyitiran pustaka dilakukan dengan memberikan nomor di dalam tanda kurung. Daftar
pustaka itu sendiri dicantumkan pada bagian akhir dari naskah. Susunan penulisan dari
pustaka sebagai berikut :
1. Buku dengan satu pengarang atau dua pengarang (hanya nama pengarang yang
dibalik) :
[1] Peristiwady, Teguh. 2006. Ikan-ikan Laut Ekonomis Penting di Indonesia : Petunjuk
Identifikasi. Jakarta : LIPI Press.
[2] Bambang, Dwiloka dan Ratih Riana. 2005. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta :
Rineka Cipta.
2. Buku dengan tiga pengarang atau lebih
[1] Suwahyono, Nurasih dkk. 2004. Pedoman Penampilan Majalah Ilmiah Indonesia.
Jakarta : Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah, LIPI.
3. Buku tanpa nama pengarang, tapi nama editor dicantumkan.
[1] Brojonegoro, Arjuno dan Darwin (Ed.). 2005. Pemberdayaan UKM melalui Program
Iptekda LIPI, Jakarta : LIPI Press.
4. Buku tanpa pengarang, tapi ditulis atas nama Lembaga.
[1] Pusat Bahasa Departemen Pendidikan dan Nasional. 2006. Kamus Besar bahasa
Indonesia Jakarta : Balai Pustaka.

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA


PUSAT PENELITIAN METALURGI
Kawasan PUSPIPTEK Serpong 15314, Tlp.021-7560911 Fax. 021-7560553

PANDUAN BAGI PENULIS


5. Artikel dari Jurnal/majalah dan koran (bila tanpa pengarang)
[1] Haris, Syamsudin. 2006.,,Demokratisasi Partai dan Dilema Sistem Kepartaian di
Indonesia. Jurnal Penelitian Politik.: 67-76 Jakarta.
6. Artikel dari bunga rampai
[1] Oetama, Yacob. 2006.,, Tradisi Intelektualitas, Taufik Abdullah, Jurnalisme Makna.
Dalam A.B. Lapian dkk. (Ed.), Sejarah dan Dialog Peradaban. Jakarta : LIPI Press.
7. Bahan yang belum dipublikasikan atau tidak diterbikan
[1] Wijana, I dewa Putu. 2007.,,Bias Gender pada Bahasa Majalah Remaja. Tesis,
Fakultas Ilmu Budaya Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
8. Bahan yang belum dipublikasikan atau tidak diterbikan
[1] Wijana, I dewa Putu. 2007.,,Bias Gender pada Bahasa Majalah Remaja. Tesis,
Fakultas Ilmu Budaya Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
9. Tulisan Bersumber dari Internet
[1] Rustandy, Tandean. 2006 Tekan Korupsi Bangun Bangsa.
(http://www.kpk.go.id/modules/news/article.php?storyid=1291, diakses 14 Januari
2007)
14. Ucapan terimakasih ditulis dengan huruf kapital TNR font 12 dan ditebalkan. Isi dari
ucapan terimakasih ditulis dengan TNR 12 dan spasi 1.
15. Naskah yang dinilai kurang tepat untuk dimuat di dalam majalah akan dikirim kembali
kepada penulis. Saran-saran akan diberikan apabila ketidak tepatan tersebut hanya
disebabkan oleh format atau cara penyajian.
16. Penulis bertanggung jawab penuh atas kebenaran naskahnya.
17. Setiap penerbitan tidak ada dua kali atau lebih penulis utama yang sama. Apabila ada, salah
satu naskahnya penulis utama tersebut ditempatkan pada penulis kedua.

Serpong, 8 Juni 2009


Redaksi Majalah Metalurgi

Вам также может понравиться