Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
AKREDITASI : SK 187/AU1/P2MBI/08/2009
Penanggung Jawab:
Kapuslit Metalurgi LIPI
Dewan Redaksi :
Ketua Merangkap Anggota:
Ir. Bambang Sriyono Dipl.Ing.
Anggota:
Dr. Ir. Rudi Subagja
Dr. Ir. F. Firdiyono
Dr. Agung Imadudin
Dr. Efendi Mabruri
Ir. Adil Jamali, M.Sc (UPT BPM LIPI)
Prof. Riset. Dr. Ir. Pramusanto
(Puslitbang TEKMIRA)
Prof. Dr. Ir. Johny Wahyuadi, DEA (UI)
Dr. Ir. Sunara, M.Sc (ITB)
Sekretariat Redaksi:
Dedi Irawan, ST
Daniel Panghihutan Malau, ST
Arif Nurhakim, S.Sos
Penerbit:
Pusat Penelitian Metalurgi LIPI
Kawasan
PUSPIPTEK,
Serpong,
Gedung 470
Telp: (021) 7560911, Fax: (021) 7560553
Alamat Sekretariat:
Pusat Penelitian Metalurgi LIPI
Kawasan
PUSPIPTEK,
Serpong,
Gedung 470
Telp: (021) 7560911, Fax: (021) 7560553
E-mail: metalurgi_magz@yahoo.com
Majalah ilmu dan teknologi terbit
berkala setiap tahun, satu volume
terdiri atas 3 nomor.
Pembuatan
Material
CaMnO 3
sebagai Thermoelektrik Type-N dari
Bahan CaCO 3 dan MnCO 3 untuk
Pembangkit Listrik Tenaga Panas
Lusiana dan Kawan-kawan...... 147
Sintesis,
Analisis
Korosi
dan
Toksisitas
pada
Material
Biokompatibel Co-Cr-Mo
Sulistioso GS dan Kawan-kawan.......163
Indeks
PENGANTAR REDAKSI
Syukur Alhamdulillah Majalah Metalurgi Volume 25 Nomor 3, Desember 2010 kali
ini menampilkan 6 buah tulisan.
Makalah pertama, yaitu Analisa Kerusakan Lapisan Kobalt pada Piringan Katup Buang
Mesin Diesel yang disampaikan oleh Ika Kartika, Budi Priyono, Cahyo Sutowo, Edi PU,
dan Tri Arini. Fatayalkadri Citrawati dan Bambang Sriyono menulis tentang Perilaku
Oksidasi Baja Tahan Karat Feritik Fe-Cr-Mo Selama Proses Aniling pada Temperatur
1.200C. Makalah selanjutnya ditulis oleh Pius Sebleku tentang Pembentukan Fasa
Intermetalik Nb3Sn pada Proses Pembuatan Kawat Superkonduktor dengan Metoda Internal
Tin. Sementara itu, Lusiana, Edi Herianto, dan Sigit Dwi Y menyajikan tulisan Pembuatan
Material CaMnO3 Sebagai Themoelektrik Type-N dari Bahan CaCO 3 dan MnCO 3 untuk
Pembangkit Listrik Tenaga Panas. Saefudin dan Ika Kartika menyampaikan tulisan tentang
Analisa Retak pada Pelat Tipis Paduan Al -17Mg-1Si Hasil Pembekuan Cepat dengan Twin
Roll Pengecor. Tulisan berikutnya disajikan oleh Sulistioso G.S., Andika W..P, Irma
Suparto, dan Silmi Mariya dengan tulisan Sintesis, Analisis Korosi, dan Toksisitas pada
Material Biokompatibel Co-Cr-Mo.
Semoga penerbitan Majalah Metalurgi volume ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan dunia penelitian di Indonesia.
REDAKSI
Pengantar Redaksi|
xxvii
METALURGI
(Metallurgy)
ISSN 0126 3188
Vol 25 No. 3 Desember 2010
Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.
UDC (OXDCF) 620.18
Ika Kartika, Budi Priyono, Cahyo Sutowo, Eddy P. Utomo dan T. Arini (Puslit Metalurgi LIPI)
Analisa Kerusakan Lapisan Kobalt pada Piringan Katup Buang Mesin Diesel
Metalurgi, Volume 25 No.3 Desember 2010
Kerusakan telah terdeteksi pada lapisan piringan katup buang mesin diesel. Kerusakan teramati berupa retak,
terlepasnya lapisan piringan katup buang serta adanya deposit pada permukaan dasar katup buang. Permukaan
patahan memperlihatkan beberapa indikasi yang menunjukkan terjadinya aus. Untuk mengidentifikasi
penyebab kerusakan beberapa pengujian telah dilakukan seperti pengamatan visual secara makro, analisa
komposisi kimia, kekerasan mikro dengan vickers, metalografi, fraktografi patahan dengan SEM dan analisa
kualitatif deposit dengan EDX. Hasil analisa komposisi kimia menunjukkan bahwa lapisan katup buang
terbuat dari paduan kobalt Stellite-1, sedangkan piringan katup buang terbuat dari baja cor tahan panas paduan
Cr-Ni-Mn. Fraktografi pada permukaan area patahan menunjukkan lapisan piringan katup buang telah
mengalami keausan sliding. Fenomena ini lebih jauh dapat mengakibatkan patah lelah pada area tersebut.
Kata kunci: Lapisan piringan katup buang, Material tahan aus berbasis kobalt, Fenomena sliding wear, Patah
lelah
Fracture was detected on exhaust valve plate coating layer of engine diesel. These fractures are showed as a
crack, loss of exhaust valve coating layer and deposit content on the face of exhaust valve. Fracture surface
exhibits several indications of wear failure modes. In order to identify cause of failure, several examinations
are carried out such as macro visual, chemical analysis, vickers micro hardness, metallography, fractography
by SEM and deposit analysis by EDX qualitatively. The results of chemical composition present that material
for exhaust valve coating layer is made from Stellite-1 cobalt alloy, whereas exhaust valve plate is heat
resistant cast steel of Cr-Ni-Mn alloy. Fractography on surface fracture area visually showed wear damage,
while by SEM demonstrates that sliding wear was occurred on the coating layer of exhaust valve plate. Further
this phenomenon can also lead to the fatigue fracture on that area.
Keywords: Exhaust valve plate, Wear resistant material of cobalt base alloy, Sliding wear phenomena, Fatigue
fracture
Abstrak
| xxix
METALURGI
(Metallurgy)
ISSN 0126 3188
Vol 25 No. 3 Desember 2010
Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.
UDC (OXDCF) 620.17
Fatayalkadri Citrawati dan Bambang Sriyono (Puslit Metalurgi LIPI)
Perilaku Oksidasi Baja Tahan Karat Feritik Fe-Cr-Mo Selama Proses Aniling pada Temperatur 1200C
Metalurgi, Volume 25 No.3 Desember 2010
Salah satu proses fabrikasi baja tahan karat austenitik bebas Ni, melibatkan proses aniling temperature tinggi
dengan atmosfer nitrogen, namun pembentukan senyawa oksida selama proses berlangsung pada permukaan
baja tahan karat feritik Fe-Cr-Mo dapat menghambat proses difusi nitrogen ke dalam logam. Untuk baja tahan
karat feritik, senyawa oksida yang dominan terbentuk adalah senyawa Cr 2 O 3 . Senyawa ini dapat terbentuk
pada temperatur tinggi dengan keberadaan oksigen pada tekanan tertentu. Perilaku pembentukan senyawa
oksida kromium ini mengikuti grafik parabolik. Pada percobaan ini, ketebalan rata-rata maksimum yang
dibentuk oleh senyawa-senyawa oksida pada Baja A (27% berat Cr) dicapai pada lama waktu proses 24 jam,
selanjutnya ketebalannya menurun seiring dengan semakin lamanya waktu proses, perilaku ini juga terjadi
pada Baja B (21% berat Cr). Perbedaan signifikan dari kedua baja ini terletak pada ketebalan lapisan oksida
yang terbentuk, pada waktu proses selama 8 jam, Baja A memiliki ketebalan lapisan oksida lebih tinggi,
semakin lama waktu proses dialami oleh kedua baja, Baja B memiliki ketebalan lapisan oksida yang lebih
tinggi, yaitu untuk waktu proses 12 jam, 24 jam, 48 jam dan 72 jam. Kemungkinan hal ini disebabkan karena
pada Baja A, kandungan Cr yang lebih tinggi jika berinteraksi dengan oksigen untuk waktu yang lebih lama,
lebih banyak yang bereaksi membentuk CrO 3 gas atau gas-gas senyawa oksida kromium lainnya.
Kata kunci : Baja tahan karat feritik, Oksidasi, Aniling, Temperatur tinggi, Perlakuan panas
One of Ni free austenitic stainless steel fabrication methods involves high temperature annealing process in
nitrogen atmosphere, however the formation of oxide compound during the process on ferritic stainless steel
Fe-Cr-Mo surface is able to prevent nitrogen to diffuse into the steel. For ferritic stainless steel, the most
dominant oxide compound form is Cr 2 O 3 . This compound is able to form at high temperature along with the
presence of oxygen at certain level of pressure. The behaviour of this oxide compound follows parabolic law.
In this experiment, the maximum average thickness formed by the oxide compounds on Steel A (27 w%t Cr)
was achieved when the steel processed for 24 hours, afterwards the thickness decrease as the process time
increase, this behaviour also found in Steel B (21 wt% Cr). The significant difference between these steels laid
on their oxide thickness, during 8 hours process, Steel A oxide thickness is higher than that of Steel B, the
longer the process hour applied to both steels, Steel B has higher oxide thickness than Steel A, this is for 12
hours, 24 hours, 48 hours and 72 hours processing time. This might happened due to the formation of volatile
species in Steel A during longer processing time, such as CrO 3 gas or other volatile oxide compounds of
chromium.
Keywords : Ferritic stainless steel, Oxidation, Annealing, High temperature, Heat treatment
METALURGI
(Metallurgy)
ISSN 0126 3188
Vol 25 No. 3 Desember 2010
Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.
Abstrak
| xxxi
METALURGI
(Metallurgy)
ISSN 0126 3188
Vol 25 No. 3 Desember 2010
Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.
UDC (OXDCF) 620
Lusiana, Edi Herianto, Sigit Dy
Pembuatan Material CaMnO 3 Sebagai Themoelektrik Type-N dari Bahan CaCo 3 dan MnCo 3 untuk Pembangkit
Listrik Tenaga Panas
Metalurgi, Volume 25 No.3 Desember 2010
Penerapan bahan thermoelektrik sangat luas, dapat digunakan sebagai penghemat bahan bakar pada kendaraan
bermotor, penyedia listrik dari panas matahari, panas tungku pembakar sampah dan lain-lain. Pembuatan
material CaMnO 3 thermoelectric type-n dari bahan CaCO 3 dan MnCO 3 pada kondisi pemampatan bahan yang
telah dihaluskan 200 Mpa dan dipanaskan pada temperatur 1300 C selama 12 jam, kemudian hasilnya di analisa
menggunakan XRD, XRF dan SEM. Dengan keberhasilan pembuatan material material CaMnO 3 thermoelectric
type-n ini disamping dapat memanfaatkan bahan baku lokal juga mendukung upaya mengurangi ketergantungan
energi kita pada bahan bakar fosil.
Kata kunci : Thermoelectrik, CaMnO 3 , Type-n, Energi
Application materials thermoelectric very broad, can be used as a fuel saver in the motor vehicle, a provider of
solar thermal electricity, heat furnaces and other junk. Making material CaMnO 3 n-type thermoelectric material
and MnCO 3 CaCO 3 on the condition that the material has been smoothed squishing 200 MPa and heated at a
temperature of 1300 C for 12 hours, then the results were analyzed using XRD, XRF and SEM. With the
success of manufacturing materials thermoelectric materials CaMnO 3 type-n in addition to utilizing local raw
materials also support efforts to reduce our energy dependence on fossil fuels.
Keywords : Thermoelectric, CaMnO 3 , n- type, Energy
METALURGI
(Metallurgy)
ISSN 0126 3188
Vol 25 No. 3 Desember 2010
Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.
UDC (OXDCF) 620
Saefudin, Ika Kartika (Puslit Metalurgi LIPI)
Analisa Retak pada Pelat Tipis Paduan Al -17Mg-1Si Hasil Pembekuan Cepat dengan Twin Roll Pengecor
Metalurgi, Volume 25 No.3 Desember 2010
Pembuatan pelat tipis dengan twin roll pengecor pada paduan aluminium mempunyai beberapa keuntungan
seperti mempercepat proses pembekuan, rendahnya biaya peralatan juga dapat menekan biaya produksi. Pada
penelitian pembuatan pelat tipis paduan Al-17Mg-1Si hasil proses pembekuan cepat dengan twin roll telah
terjadi retak sepanjang sisi pelat tipis. Pelat tipis yang dihasilkan mempunyai tebal berkisar 1 mm dengan lebar
sekitar 50 mm. Hasil uji keras dengan Vickers pada posisi tebal pelat menunjukkan harga kekerasan rata-rata
adalah 175,1 HVN. Hasil metalografi dengan SEM menunjukkan fasa yang terbentuk adalah Al dendritik
sebagai matriks dan partikel Mg2Si yang bersifat getas. Mg2Si teramati bersegregasi sepanjang sisi dan sudut
kristal -Al matriks. Analisa komposisi kimia dengan EDX pada permukaan area tebal pelat menghasilkan
kandungan unsur Mg dan Si yang tinggi. Kelarutan Mg dan Si yang tinggi cenderung akan membentuk fasa
eutektik Mg 2 Si yang mempunyai suhu cair yang lebih rendah dibandingkan Al matriks. Oleh karenanya
fasa eutektik Mg 2 Si akan mengalami pembekuan lebih cepat dibandingkan Al matriks. Fenomena rapuh
panas akan terjadi dan menghasilkan retak sepanjang sisi pelat tipis paduan Al-17Mg-1Si melalui proses
pembekuan cepat dengan twin roll pengecor.
Kata kunci : Paduan Al-17Mg-1Si, Proses pembekuan cepat dengan twin roll pengecor, Fasa eutektik Mg 2 Si,
Rapuh panas, Retak
There are several advantages to produce aluminum alloys strip by using twin roll caster such as rapidly
solidification process, low equipment cost and reduce production cost. In the study of manufacturing of Al17Mg-1Si alloy strip from rapid solidification by twin roll caster, fracture was occurred along side of strip.
Product of strip has a thickness approximately around 1 mm and 50 mm of wide. Vickers hardness result on
strip thickness area shows an average hardness around 175.1 HVN. Metallography examination using SEM
shows Al dendritic phase as a matrix and Mg 2 Si eutectic particles which are attributed to brittleness.
Mg 2 Si particles show segregate along edge and angle of -Al matrix. Chemical composition analysis by EDX
on the surface of thickness area of Al-17Mg-1Si alloy strip obtains high content of Mg and Si elements. Highly
solidify of Mg and Si elements leads to form Mg 2 Si eutectic phase, which has lower melting point compared to
Al matrix. Therefore, eutectic phase would rapidly solidify than Al matrix. Hot shortness phenomena will
occur and perform cracking along edge area of Al-17Mg-1Si alloy strip throughout rapid solidification process
by twin roll caster.
Keywords : Al-17Mg-1Si alloy, Rapid solidification process by twin roll caster, Mg 2 Si eutectic phase, Hot
shortness, Cracking
Abstrak
| xxxiii
METALURGI
(Metallurgy)
ISSN 0126 3188
Vol 25 No. 3 Desember 2010
Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.
UDC (OXDCF) 620.112
Sulistioso GS, Andika WP, Irma Suparto,Silmi Mariya (PTBIN BATAN)
Sintesis, Analisis Korosi dan Toksisitas pada Material Biokompatibel Co-Cr-Mo
Metalurgi, Volume 25 No.3 Desember 2010
Telah dilakukan uji korosi dan toksisitas pada hasil pembuatan paduan material implan Co-Cr-Mo. Komposisi
paduan yang dibuat adalah 30 35% Cr, 5% Mo, 0.5 0.6% Mn, 0.2 0.3% Si, 1.5 1.6% N, dan sisanya
Co. Karakterisasi hasil analisis fasa dengan XRD menunjukkan pola difraksi di mana fasa tidak muncul dan
fasa yang dominan adalah fasa sebagai konsekuensi dari penambahan unsur N. Pengamatan mikrostruktur
dengan mikroskop optik menunjukkan struktur cor dan sampel Co-Cr-Mo hasil peleburan tidak berpori.
Berdasarkan hasil analisis korosi diperoleh laju korosi pada media air demin adalah 0,0249 mpy dan pada
media larutan tubuh buatan (simulated body fluid atau SBF) adalah 0,036 mpy. Uji toksisitas secara in vitro
pada kultur sel endotel CPAE (ATCC-CCL 209) berumur 24 jam menunjukkan tidak adanya perubahan
morfologi dan kematian sel setelah 72 sampai dengan 144 jam pasca penambahan sampel. Hasil ini
menunjukkan bahwa material Co-Cr-Mo dengan penambahan tidak menimbulkan toksisitas terhadap kultur sel
endotelial sampai dengan 6 hari inkubasi.
Kata kunci : Co-Cr-Mo , Korosi, Toksisitas in vitro, Kultur sel endotel CPAE
Analysis of corrosion and toxicity of Co-Cr-Mo as implant materials has been performed. The alloy
composition was 30 - 35% Cr, 5% Mo, 0.5 - 0.6% Mn, 0.2 - 0.3% Si, 1.5 - 1.6% N, and Co as the balance.
Characterization of phase analysis by XRD through its diffraction patterns indicates that phase does not
appear as a consequence of the addition of N. Microstructure observations of the samples by optical
microscope showed that the structure of Co-Cr-Mo cast was not porous. Corrosion analysis showed that the
corrosion rate in demineralized water was 0.0249 mpy and in simulated body fluid (SBF) was 0.036 mpy. In
vitro toxicity assay in 24 hours endothelial cell CPAE (ATCC CCL-209) showed that there were no
morphologic changes or cell death after 72 up to 144 hours of sample incubation. It concludes that Co-Cr-Mo
material was not toxic to endothelial cell culture for at least six days.
Keywords : Co-Cr-Mo , Corrosion , In vitro toxicity, Endothelial cell culture CPAE
Intisari
Telah dilakukan uji korosi dan toksisitas pada hasil pembuatan paduan material implan Co-Cr-Mo.
Komposisi paduan yang dibuat adalah 30 35% Cr, 5% Mo, 0.5 0.6% Mn, 0.2 0.3% Si, 1.5 1.6% N, dan
sisanya Co. Karakterisasi hasil analisis fasa dengan XRD menunjukkan pola difraksi di mana fasa tidak muncul
dan fasa yang dominan adalah fasa sebagai konsekuensi dari penambahan unsur N. Pengamatan mikrostruktur
dengan mikroskop optik menunjukkan struktur cor dan sampel Co-Cr-Mo hasil peleburan tidak berpori.
Berdasarkan hasil analisis korosi diperoleh laju korosi pada media air demin adalah 0,0249 mpy dan pada media
larutan tubuh buatan (simulated body fluid atau SBF) adalah 0,036 mpy. Uji toksisitas secara in vitro pada kultur
sel endotel CPAE (ATCC-CCL 209) berumur 24 jam menunjukkan tidak adanya perubahan morfologi dan
kematian sel setelah 72 sampai dengan 144 jam pasca penambahan sampel. Hasil ini menunjukkan bahwa
material Co-Cr-Mo dengan penambahan tidak menimbulkan toksisitas terhadap kultur sel endotelial sampai
dengan 6 hari inkubasi.
Kata kunci : Co-Cr-Mo , Korosi, Toksisitas in vitro, Kultur sel endotel CPAE
Abstract
Analysis of corrosion and toxicity of Co-Cr-Mo as implant materials has been performed. The alloy
composition was 30 - 35% Cr, 5% Mo, 0.5 - 0.6% Mn, 0.2 - 0.3% Si, 1.5 - 1.6% N, and Co as the balance.
Characterization of phase analysis by XRD through its diffraction patterns indicates that phase does not
appear as a consequence of the addition of N. Microstructure observations of the samples by optical microscope
showed that the structure of Co-Cr-Mo cast was not porous. Corrosion analysis showed that the corrosion rate
in demineralized water was 0.0249 mpy and in simulated body fluid (SBF) was 0.036 mpy. In vitro toxicity assay
in 24 hours endothelial cell CPAE (ATCC CCL-209) showed that there were no morphologic changes or cell
death after 72 up to 144 hours of sample incubation. It concludes that Co-Cr-Mo material was not toxic to
endothelial cell culture for at least six days.
Keywords : Co-Cr-Mo , Corrosion , In vitro toxicity, Endothelial cell culture CPAE
PENDAHULUAN
Penggunaan material implan sebagai
endoprostetik pada tubuh manusia
mensyaratkan biokompatibilitas yang baik,
kuat, dan tahan terhadap korosi, khususnya
dalam media cairan tubuh Material yang
umum digunakan sebagai material implan
adalah stainless steel, paduan logam
berbasis Co dan titanium. Paduan titanium
memiliki tingkat biokompatibilitas dan
walaupun harganya
lebih tinggi
dibandingkan stainless steel [1-3] . Syarat
mendasar dari biomaterial berbasis logam
adalah sifat anti karat yang tinggi. Selain
itu, sifat yang utama harus dimiliki oleh
biomaterial berbasis logam adalah
kesuaian dengan sel hidup (excellent
biocompatibility). Hal ini penting karena
biomaterial ditanam dalam tubuh atau
mulut serta berhubungan langsung dengan
sel hidup tubuh manusia. Logam tersebut
tidak boleh melepaskan ion-ion yang
bersifat racun atau karsinogen bagi sel dan
tubuh manusia [4]. Reaksi korosi material
implan
dapat
menimbulkan
reaksi
peradangan (inflamasi) di sekitar jaringan
yang diimplankan sehingga apabila
digunakan dalam jangka waktu lama akan
sangat berbahaya bagi tubuh [5].
Saat ini penelitian dalam bidang
material implan masih jarang dilakukan di
Indonesia. Dalam makalah ini akan
dilaporkan penelitian pembuatan dan
karakterisasi sifat korosi dan toksisitas dari
paduan Co-Cr-Mo. Aplikasi dari paduan
Co-Cr-Mo sebagai material implan adalah
sebagai tempurung lutut buatan (knee cap)
atau sebagai sambungan tulang pinggul
buatan (hip joint). Paduan Co-Cr-Mo
dibuat dengan metoda peleburan (casting)
menggunakan arc melting furnace.
Komposisi paduan CoCrMo dibuat
berdasarkan standar paduan Co-Cr-Mo
ASTM F75, tetapi dimodifikasi dengan
menaikkan kandungan Cr dan N [6]. Pada
paduan ASTM F75, fasa yang dominan
adalah fasa (struktur kristal hcp) dan
fasa yang rapuh (struktur kristal
tetragonal)
di
sepanjang
daerah
interdendritic. Penambahan krom (Cr)
dapat meningkatkan kekuatan paduan CoCr-Mo sekaligus menstabilkan fasa
(struktur kristal fcc). Dengan demikian,
peningkatan kadar Cr dan N diharapkan
dapat meningkatkan kekuatan luluh (yield
strength) dan kekuatan tarik (tensile
strength) paduan Co-Cr-Mo, tanpa perlu
dilakukannya proses cold working seperti
tempa (forging). Komposisi paduan yang
dibuat pada penelitian ini adalah 30 35%
D = 25mm
HASIL PERCOBAAN
Pola difraksi sinar X tanpa
penambahan unsur N dan pola difraksi
sinar X dengan penambahan unsur N
ditunjukkan pada Gambar 2A dan 2B.
logam
140
120
100
Intensitas
80
60
40
20
0
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
2 theta
Co Cr Mo Panjang
160
140
Intensitas (cps)
120
100
80
60
40
20
0
0
20
40
60
80
100
2 theta
165
6,547 g/l;
2,268 g/l;
0,372 g/l;
0,124 g/l;
0,305 g/l;
CaCl2.2H2O
Na2SO4
0,368 g/l;
0,071 g/l.
Gambar 4. a) kultur sel CPAE 24 jam, b) kultur sel CPAE 144 jam c) kultur sel CPAE setelah penambahan
sampel 72 jam d) kultur sel CPAE setelah penambahan sampel 144 jam
KESIMPULAN
Paduan Co-Cr-Mo dengan komposisi :
30 35% Cr ; 5% Mo ; 0,5 0,6% Mn ;
0,2 0,3% Si ; 1,5 1,6% N, dan sisanya
Co yang dibuat dengan metoda peleburan
(casting) menggunakan alat Tri Arc
Melting Furnace , komposisi tersebut
merupakan modifikasi dari komposisi
ASTM F75. Paduan Co-Cr-Mo pada
penelitian ini mempunyai ketahanan korosi
yang baik, fasa yang dominan adalah fasa
dan tidak menyebabkan toksisitas terhadap
kultur sel endotel CPAE.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Buddy D.Ratners, Allan S. Hoffman,
Frederick J.Schoen , Jack E. Lemon.
2004 Biomaterials Science, An
Introductions to Materials in
Medicine 2nd Edition. Elsevier.
California USA.
[2] David A. Puleo, Rena Bizios, Kay
C.Dee. 2002. Tissue Biomaterials
Interactions, an introductions .,
John Wiley & SonsNew Yersey
USA.
[3] David Bomba, Miha Brojan, Peter
Fajfar, Franc Kosel, Rado Turk, 2007
Review of materials in medical
applications, RMZ Materials and
Geoenveron ment, Vol. 54, No. 4, pp.
471-499.
167
Indeks Penulis
A
Andika WP
I
163
B
Bambang Sriyono 129
Bintang Adjiantoro
153
Budi Priyono 119
Lusiana
147
C
Cahyo Sutowo
Pius Sebleku
139
119
Saefudin 115
Sigit DY 147
Silmi Mariya 163
Sulistioso GS 163
F
Fatayalkadri Citrawati
129
T
T. Arini
119
Indeks
Indeks
Kawat superkonduktor
A
Aniling
C
CaMnO 3
163
H
High temperature 128, 129, 138, 139
Heat treatment 128, 129, 142, 144
Hot shortness 155
119,
E
Energi 120, 123, 147, 148
Energy 123, 147
Exhaust valve plate
119
Endothelial cell culture CPAE
O
Oksidasi
P
Paduan Al-17Mg-1Si 155, 156, 158, 159
Patah lelah. 119, 124, 126, 128
Perlakuan panas 129
Proses pembekuan cepat dengan twin roll
pengecor
155, 156, 158, 159
R
Rapuh panas 155
Retak 119, 121, 124, 125, 128, 155, 156,
157, 158, 159, 160, 161
Rapid solidification process by twin roll
caster 155
Indeks
S
Sliding wear phenomena 119
Superconductor wire 139, 145
T
Temperatur tinggi
Thermoelectrik