Вы находитесь на странице: 1из 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seiring kemajuan teknologi dan pertumbuhan jumlahmanusia, semakin
banyak pula jumlah sampah yang dihasilkan. Terutama di Indonesia, Negara
berpenduduk terbanyak ketiga di dunia, yang memproduksi sampah sebanyak 167
ribu ton/hari atau setara dengan 800 gram/hari/orang. Menuntut manusia untuk
peduli, meminimalisir produksi sampah dan mengolah sampah dengan baik.
Dilihat dari segi ekonomis pada umumnya sampah dianggap tidak memiliki nilai
jual. Oleh karena itu, kita harus mulai memandang sampah sebagai sumber daya.
Kebiasaan membuang sampah harus kita ganti menjadi mengolah sampah.
Penanganan sampah dengan baik diharapkan dapat menjaga kelestarian
lingkungan dan dapat mendatangkan nilai-nilai positif baru.
Penanganan sampah yang tidak diolah dengan baik akan menimbulkan
masalah, terutama bagi mereka yang bermukim di sekitar penimbunan dan
pembuangan sampah akhir. Gas metan yang dihasilkan dari timbunan sampah
dapat meningkatkan potensi kebakaran dan dapt meningkatkan konsentrasi gas
rumah kaca. Selain itu, daya rusak gas metan terhadap ozon 21 kali lebih kuat
dibandingkan gas karbon dioksida (CO2). Lalu, bau tak sedap yang keluar dari
tumpukan sampah jelas menimbulkan damapk tak nyaman dan tak sehat bagi
masyarakat di sekitarnya.
Selain itu, baik disadari ataupun tidak, sampah dapat mencemari air,
tanah, maupun udara. Oleh karena itu kita sebagai manusia dan warga dunia sudah
semestinya melakukan segala upaya untuk memproses sampah sehingga memiliki
nilai jual, salah satunya adalah dengan membuat kompos dari sampah-sampah
organic. Hal ini akan berjalan dengan efektif apabila kita terbiasa mengolah
sampah sejak dini.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan membahas lebih jauh
tentang kompos.
1

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dirumuskan masalh sebagai
berikut:
1.2.1. Bagaimana cara mengolah sampah organic di lingkungan sekolah?
1.2.2. Apa dampak pengolahan sampah di lingkungan sekolah bagi siswa?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk mengetahui:
1.3.1. Cara pebgolahan sampah organic
1.3.2. Dampak pengolahan sampah organic bagi siswa
1.4. Manfaat
Manfaat penulisan karya tulis ini adalah untuk:
1.4.1. Memberikan informasi tentang cara pengolahan sampah organic
1.4.2. Meningkatkan kepedulian siswa terhadap kebersihan lingkungan
1.4.3. Membantu mengatasi masalah lingkungan hidup

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sampah
Sampah merupakan material/bahan sisa baik padat maupun cair yang
terbuang atau dibuang dari suatu aktivitas manusia atau proses alam yang tidak
atau belum memiliki nilai ekonomis.
Berdasarkan sumbernya, sampah dibedakan menjadi sampah alam,
sampah manusia, sampah konsumsi, sampah nuklir, sampah industri, dan sampah
pertambangan. Sampah alam adalah sampah yang diproduksi di kehidupan liar
yang diintegrasikan melalui proses daur ulang alami. Sampah manusia adalah
sampah yang dihasilkan oleh pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah
konsumsi adalah sampah yang dihasilkan oleh pengguna barang(manusia) dalam
pengertian lain, sampah yang dibuang ke tempat sampah. Sampah nuklir adalah
sampah hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang menghasilkan uranium dan
thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup. Sampah indutri adalah
sampah yang dihasilkan dari kegiatan produksi besar yang biasa dilakukan di
dalam pabrik. Sampah pertambangan adalah sampah yang dihasilkan para
penambang dari kegiatan pertambangan.
Menurut bentuknya, sampah dapat dibedakan menjadi sampah padat dan
sampah cair. Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia,
urine, dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga, sampah dapur,
sampah kebun, plastic, metal, gelas, dan lain-lain.
Menurut bahannya, sampah padat dapat digolongkan menjadi sampah
organik (degradable) dan sampah anorganik (undegradable). Sampah organik
merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan
organik dan dapat diuraikan, seperti sisa sayuran, kotoran hewan, sisa kertas,
potongan kayu dari peralatan rumah tangga, potongan ranting pohon, rumput saat
pembersihan kebun. Sampah organik adalah sampah yang berasal dari barang
yang tidak mengandung bahan-bahan organik.

Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), sampah


padat dapat dibagi juga menjadi sampah biodegradable yaitu sampah yang dapat
diuraikan secara sempurna oleh proses biologi baik anaerob maupun aerob dan
sampah non-biodegradable yaitu sampah yang tidak bias diuraikan oleh proses
biologi.
Sampah non-biodegradable dapat dikelompokkan lagi menjadi sampah
recyclable dan sampah non-recyclable. Sampah recyclable adalah sampah yang
dapat diolah dan digunakan kembali karena memiliki nilai secara ekonomi seperti
plastik, kertas, pakaian, dam lain-lain. Sampah non-recyclable adalah sampah
yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat diolah atau diubah kembali
seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal, dan lain-lain.
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak
dipergunakan lagi dan dibuang ke tempat pembuangan sampah. Sampah cair dapat
dibedakan menjadi limbah hitam dan limbah rumah tangga. Limbah hitam adalah
sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini mengandung pathogen
berbahaya. Sedangkan, limbah rumah tangga adalah sampah sair yang dihasilkan
dari dapur, kamar mandi, dan tempat cucian. Sampah ini mungkin tidak
mengandung pathogen berbahaya.
Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari
aktivitas industri yang biasa dikenal dengan sebutan limbah. Hampir semua
produk indutri akan menjadi sampah pada suatu waktu ,dengan jumlah sampah
yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi.
Sampah memiliki pengaruh buruk terhadap berbagai segi kehidupan
manusia. Sampah alam dalam jumlah besar di daerah pemukiman akan sangat
mengganggu pemandangan dan tidak enak dilihat. Sampah manusia dapat menjadi
bahaya serius bagi kesehatan karena dapat menjadi vektor (sarana perkembangan)
penyakit yang disebabkan virus dan bakteri. Sampah industri bertanggung jawab
besar dalam pencemaran lingkungan yang terjadi, khususnya pencemaran udara.
Sampah nuklir sangat berbahaya bagi lingkungan hidup dan manusia. Oleh karena
itu, sampah nuklir disimpan di tempat-tempat yang tidak berpotensi tinggi untuk
melakukan aktivitas, seperti bekas tambang garam atau dasar laut.

Sampah-sampah tersebut semakin lama semakin banyak dan terasa


mengganggu. Sebenarnya ada banyak cara pengolahan sampah, diantaranya
penimbunan darat, pembakaran, metode daur ulang, pengolahan kembali secara
fisik, pengolahan biologis, pemulihan energi, dan lain-lain.

2.2 Penanganan Sampah


2.3 Kompos
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran
bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai
macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau
anaerobik (J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah proses dimana
bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikrobamikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat
kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos
dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang
seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan
aktivator pengomposan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Wikipedia,rata-rata
persentase bahan organik sampah mencapai 80%, sehingga pengomposan
merupakan alternatif penanganan yang sesuai.
Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik
maupun anaerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Aktivator
pengomposan yang sudah banyak beredar antara lain PROMI (Promoting
Microbes), OrgaDec, SuperDec, ActiComp, BioPos, EM4, Green Phoskko
Organic

Decomposer

dan

SUPERFARM

(Effective

Microorganism)atau

menggunakan cacing guna mendapatkan kompos (vermicompost). Setiap


aktivator memiliki keunggulan sendiri-sendiri.
Pengomposan secara aerobik paling banyak digunakan, karena mudah
dan murah untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu
sulit. Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorganisme di dalam bahan itu

sendiri dengan bantuan udara. Sedangkan pengomposan secara anaerobik


memanfaatkan

mikroorganisme

yang

tidak

membutuhkan

udara

dalam

mendegradasi bahan organik.


Ada dua jenis kompos yaitu kompos padat dan kompos cair. Kompos
padat adalah kompos yang berbentuk padatan (tanah), sedangkan kompos cair
adalah cairan yang dihasilkan dalam proses pengomposan ( dekomposisi) secara
aerob ( aerasi maksimal) dalam komposter. Kompos ibarat multi-vitamin untuk
tanah pertanian. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang
perakaran yang sehat Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan
kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk
mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat
bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini
membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan
senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah
juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.
Disamping itu, kita juga dapat melihat mutu kompos yaitu:
1.
Kompos yang bermutu adalah kompos yang telah terdekomposisi dengan
sempurna serta tidak menimbulkan efek-efek merugikan bagi pertumbuhan
2.

tanaman.
Penggunaan kompos yang belum matang akan menyebabkan terjadinya
persaingan bahan nutrien antara tanaman dengan mikroorganisme tanah yang

mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman


3.
Kompos yang baik memiliki beberapa ciri sebagai berikut :
o
Berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah,
o
Tidak larut dalam air, meski sebagian kompos dapat membentuk
o

suspensi,
Nisbah C/N sebesar 10 20, tergantung dari bahan baku dan

o
o
o

derajat humifikasinya,
Berefek baik jika diaplikasikan pada tanah,
Suhunya kurang lebih sama dengan suhu lingkungan, dan
Tidak berbau.

2.3.1 Manfaat Kompos


Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:
Aspek Ekonomi :
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2. Mengurangi volume/ukuran limbah
6

3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek bagi tanah/tanaman:
1. Meningkatkan kesuburan tanah
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas jerap air tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
2.3.2. Proses Pengomposan
Proses pengomposan akan segera berlansung setelah bahan-bahan
mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi
dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal
proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera
dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat
dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu
akan meningkat hingga di atas 50o - 70o C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu
tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu
mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian
bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan
menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO 2, uap air dan
panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsurangsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat
lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan
terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat
mencapai 30 40% dari volume/bobot awal bahan.

Skema Proses Pengomposan Aerobik


Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen)
atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah
proses aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi
bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen
yang disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan, karena selama
proses pengomposan akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses anaerobik akan
menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam
organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S.
2.3.3. Faktor Faktor yang mempengaruhi proses pengomposan
Faktor-faktor yang memperngaruhi proses pengomposan antara lain:
1. Rasio C/N
Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: 1 hingga
40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N
untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan
cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu
tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi
berjalan lambat.
2. Ukuran Partikel
Aktivitas mikroba berada diantara permukaan area dan udara. Permukaan area
yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan
proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan
besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan
dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.
3. Temperatur/suhu

Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara


peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan
semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses
dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan
kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 - 60oC menunjukkan aktivitas
pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60oC akan membunuh
sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan
hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman
dan benih-benih gulma.
4. pH
Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum
untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. pH kotoran ternak
umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4. Proses pengomposan sendiri akan
menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai
contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan menyebabkan
penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa
yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase awal
pengomposan. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral.
Pengomposan dapat dipercepat dengan beberapa strategi. Secara umum
strategi untuk mempercepat proses pengomposan dapat dikelompokan menjadi
tiga, yaitu:
1. Memanipulasi kondisi/faktor-faktor yang berpengaruh pada proses
pengomposan.
Strategi ini banyak dilakukan di awal-awal berkembangnya teknologi
pengomposan. Kondisi atau faktor-faktor pengomposan dibuat seoptimum
mungkin.
2. Menambahkan organisme yang dapat mempercepat proses pengomposan:
mikroba pendegradasi bahan organik dan vermikompos (cacing).
3. Menggabungkan strategi pertama dan kedua.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penulisan


Metode yang digunakan dalam karya tulis ini adalah metode observasi.
Metode observasi adalah metode yang mengamati fakta-fakta yang telah ada ,
mencatat data-data yang diperlukan dan melanjutkannya dengan telaah dan
analisis lebih lanjut dengan tujuan memperoleh hasil yang mendukung(Paul John).
Sedangkan tehnik penelitian yang digunakan adalah tehnik angket. Dimana angket

10

adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan yang
diajukan kepada responden untuk mendapat jawaban(Wikipedia).

3.2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah siswa kelas X SMA FRANSISKUS tahun
pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 40 orang yang tersebar dalam 6 kelas yaitu :
*X1= 6 orang
*X2= 6 orang
*X3= 7 orang
*X4= 7 orang
*X5 = 7 orang
*X6 = 7 orang

3.3 Prosedur Pengumpulan Data


Secara rinci, prosedur penelitian dapat dilihat pada uraian berikut ini.
1. 40 siswa mengisi angket terbuka dengan menjawab pertanyaan sebagai
berikut:
Bagaimana cara mengolah sampah secara umum?
Apa dampak pengolahan sampah organik di lingkungan sekolah bagi
siswa?
2. Penulis menganalisis masing-masing jawaban dari 40 siswa tersebut.

11

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Dari angket terbuka yang disebarkan penulis menemukan berbagai
macam jawaban. Untuk pertanyaan pertama, sebagian besar dari mereka
menjawab memisahkan sampah organic dan anorganik,lalu diikuti dengan
membuat kompos dan mendaur ulang sampah. Sebagian kecil menjawab
dibakar,dibuang dan ditimbun. Selanjutnya untuk pertanyaan kedua, mereka lebih

12

menitikberatkan dampak pengolahan sampah di sekolah sebagai bentuk


kepeduliaan menjaga lingkungan dan menambah wawasan siswa dalam mengolah
kompos.

4.2 Pembahasan
Pada segmen ini,penulis ingin mengupas lebih lanjut tentang jawabanjawaban yang telah diperoleh dari hasil angket. Untuk pertanyaan nomor
satu,mayoritas menjawab dengan cara memilah-milah sampah organic dan
anorganik. Hal ini termasuk langkah awal yang baik karena setidaknya mereka
sudah menyadari bahwa sampah tidak dapat diolah dengan baik jika tidak dipilahpilah. Contoh konkretnya di sekolah kami sudah mengelompokan kotak sampah
menjadi 3 bagian,yaitu organik, anorganik tisu dan kertas serta anorganik plastik.
Lalu mendapat kedua yaitu membuat kompos dan mendaur ulang. Dari pendapat
tersebut, penulis yakin bahwa siswa-siswi sudah dapat mengambil nilai gunanya.
Kompos yang dibuat dapat menyuburkan tanaman dan apabila dijual juga dapat
mendatangkan penghasilan. Selain itu, benda-benda yang sudah tidak berguna
seperti plastik dapat didaur ulang menjadi barang baru yang lebih berguna.
Sedangkan jawaban minoritas berupa dibakar,dibuang dan ditimbun
menggambarkan bahwa sebagian kecil siswa belum berpikiran untuk
menindaklanjuti masalah sampai titik akhir.
Untuk jawaban pertanyaan kedua yaitu meningkatkan kepeduliaan siswa
dalam menjaga lingkungan dan menambah wawasan siswa dalam mengolah
sampah, dapat kita lihat bahwa siswa dapat mengambil segi positif dari kegiatan
pengolahan sampah di sekolah . Siswa yang awalnya tidak pernah berpikir untuk
menjaga kebersihan lingkungan menjadi lebih peduli dalam ikut serta dalm aksi
menjaga lingkungan hidup. Siswa juga semakin mengetahui cara-cara mengolah
sampah sehinggan sampah yang awalnya tidak berguna dapat menjadi lebih
berguna.

4.3 Kesimpulan

13

Dari hasil angket dan pembahasan, dapat kita simpulkan bahw cara
pengolahan sampah yang baik adalah dengan memilah-milah sampah kedalam 3
golongan terlebih dahulu lalu memproses sampah di setiap golongan untuk hasil
maksimal. Seperti mengolah sampah organic menjadi kompos.
Lalu dampak pengolahan sampah organic di sekolah sudah cukup baik,
karena sebagian besar responden mengakui dampak positif psikologis berupa
penanaman rasa cinta lingkungan, sadar dan peduli, serta pengetahuan mengolah
sampah organic menjadi kompos.

4.4 Saran
Bagi siswa, tanamkanlah rasa cinta lingkungan, karena bumi tempat kita
tinggal juga butuh perawatan dan pelestarian. Kita tidak boleh egois dengan
mengeksploitasi seluruh sumber daya yang ada dan bahkan tidak peduli dengan
sampah hasil aktivitas kita sendiri. Betapa baiknya jika kita juga memikirkan
tentang nasib anak cucu kita di masa mendatang. Terutama disini yang ditekankan
adalah masalah kepedulian terhadap smapah, dimana kita dituntut untuk tidak lari
dari maslah tetapi mencoba menghadapinya dengan solusi terbaik
Bagi orang tua dan guru, berikanlah contoh yang baik dalam menjaga
kelestarian lingkungan dan tingkatkan rasa peduli terhadap lingkungan hidup
dalam diri anda. Setelah anda berprinsip kuat dalam menjaga kebersihan dan
kelestarian lingkungan, anda akan dapat menanamkan prinsip yang sama ke dalam
diri para generasi muda dengan lebih mudah
Bagi pemerintah, galakkan program cinta lingkungan dan mulailah peduli
dengan masalah lingkungan yang dapat berakibat fatal. Seperti program
pemerintah yang pernah dilakukan yaitu menanam sejuta pohon. Hal ini perlu
lebih ditingkatkan dalam perawatan dan kesinambungan penjalanan program.
Pemerintah dituntut untuk berperan aktif dan menghasilkan kebijakan-kebijakan
baru yang mengutamakan kepentingan bumi, bukan kepentingan pribadi atau
kelompok tertentu. Tentu tak mudah untuk mengatasi masalah ini, tetapi dengan

14

pengorganisiran yang baik disertai keinginan yang mantap, pemerintah tentu akan
dapat memimpin Indonesia, sebagai satu kesatuan yang baik, ke jalan yang lebih
baik.

15

Вам также может понравиться