Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
Rumusan Masalah
1.3
Tujuan Makalah
BAB II PEMBAHASAN MASALAH
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
2.10
2.11
3.1
Kesimpulan
3.2
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Otonomi berasal dari kata autonomos atau autonomia (yunani) yang berarti keputusan
sendiri (self ruling). Otonomi yaitu hak untuk memerintah dan menentukan nasibnya sendiri.
Di Indonesia, otonomi daerah sebenarnya mulai bergulir sejak keluarnya UU No.1 Tahun
1945, kemudian UU No.2 Tahun 1984 dan UU No.5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok
pemerintahan di daerah. Semuanya berupaya menciptakan pemerintahan yang cenderung ke
arah disentralisasi. Namun pelaksanaannya mengalami pasang surut, sampai masa reformasi
bergulir. Pada masa ini keluarlah UU No.2 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan
pemerintahan pusat. Sejak itu, penerapan otonomi daerah berjalan cepat.
Prinsip otonomi daerah adalah pemerintahan daerah diberi wewenang untuk mengelola
daerahnya sendiri. Hanya saja ada beberapa bidang yang tetap ditangani pemerintah pusat,
yaitu agama, peradilan, pertahanan, dan keamanan, moneter/fiscal, politik luar negeri dan
dalam negeri serta sejumlah kewenangan bidang lain (meliputi perencanaan nasional dan
pengendalian pembangunan secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi
Negara dan lembaga perekonomian Negara, pembinaan sumber daya manusia,
pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, dan konversi serta
standarisasi nasional).
Keadaan geografis Indonesia yang berupa kepulauan berpengaruh terhadapmekanisme
pemerintahan Negara Indonesia. Dengan keadaan geografis yang berupakepulauan ini
menyebabkan pemmerintah sulit mengkoordinasi pemerintahan yang ada didaerah. Untuk
memudahkan pengaturan atau penataan pemerintahan maka diperlukanadanya suatu sistem
pemerintahan yang dapat berjalan secara efisien dan mandiri tetapitetap terawasi dari pusat.
Di
era
reformasi
memungkinkancepatnya
ini
sangat
penyaluran
dibutuhkan
aspirasi
rakyat,
sistem
namun
pemerintahan
tetap
berada
di
yang
bawah
Sebab
seperti
yang
kita
ketahui
bahwa
terdapat
beberapa
daerahyang
pembangunannya memang harus lebih cepat daripada daerah lain. Karena itulahpemerintah
pusat membuat suatu sistem pengelolaan pemerintahan di tingkat daerah yangdisebut otonomi
daerah.
Pada kenyataannya, otonomi daerah itu sendiri tidak bisa diserahkan begitu sajapada
pemerintah daerah. Selain diatur dalam perundang-undangan, pemerintah pusat juga harus
mengawasi keputusan-keputusan yang diambil oleh pemerintah daerah. Apakah sudah sesuai
dengan tujuan nasional, yaitu pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Republik Indonesia
yang berdasar pada sila Kelima Pancassila, yaitu Keadilan SosialBagi Seluruh Rakyat
Indonesia.
Tuntutan akan pengelolaan pmerintahan daerah yang mandiri dengan semangat otonomi
daerah semakin marak. Namun demikian, kebijakan otonomi daerah disalah artikan oleh jajaran
pengelola pemerintah di daerah. Otonomi daerah dipahami sebagai kebebasan mengelola
sumber daya daerah yang cenderung melahirkan pemerintahan daerah yang tidak profesional
dan tidak terkontrol. Hal yang sangat mengkhawatirkan, seiring dengan pelaksanaan otonomi
daerah adalah lahirnya perundang-undangan daerah yang cenderung bertolak belakang
dengan semangat konstitusi negara dan dasar negara yang dapat mengancam keutuhan NKRI.
2.2
Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
1.3
Tujuan Makalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
2.1 Hakikat Otonomi Daerah
Otonomi berasal dari kata autonomos atau autonomia (yunani) yang berarti keputusan
sendiri (self ruling). Otonomi yaitu hak untuk memerintah dan menentukan nasibnya sendiri.
Sedangkan Desentralisasi adalah pelimbahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah.
Ada beberapa alasan mengapaIndonesia perlu desentralisasi.Pertama, kehidupan
berbangsa dan bernegara hanya terpusat di Jakarta. Kedua, pembagian kekayaan tidak merata
dan tidak adil. Ketiga, Kesenjangan sosial antar satu daerah dengan daerah lain sangat
mencolok.
Pelaksanaan desentralisasi haruslah dilandasi argumentasi yang kuat. Di antara
argumentasi dalam memilih desentralisasi-otonomi daerah adalah :
1.
secara
akuntabel
dan
rasional
sehingga
masyarakat
luas
dapat
Stabilitas politik.
Menurut Sharpe, stabilitas nasional mestinya berawal dari stabilitas
Kesetaraan politik
Akuntabilitas politik
Hakikat
Otonomi
adalah
memberikan
kewenangan
kepada
pemerintah daerah untuk kreatif dan inovatif dalam rangka memperkuat NKRI
dengan berlandaskan norma kepatutan dan kewajaran dalam tata kehidupan
bernegara.
2.3
2.4
Memperhatikan
aspek
demokrasi,
keadilan
pemerataan,
serta
potensi
dan
keanekaragaman budaya
2.
3.
Otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada kabupaten dan kota, pada provinsi
merupakan otonomi terbatas
4.
5.
6.
Harus meningkatkan peranan dan fungsi badan legislatif daerah ( fungsi anggaran,
pengawasan dan legislasi )
7.
8.
Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan, tidak hanya dari pemerintah kepada
daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada desa.
2.5
a.
Kewenangan yang besifat lintas-kabupaten dan kota, seperti kewenangan dalam bidang
pekerjaan umum,perhubungan , kehutanan dan perkebunan
b.
pengelolaan pelabuhan regional, pengendalian lingkungan hidup, promosi dagang dan budaya,
penanganan penyakit menular, dan penataan tata ruang provinsi
c.
Kewenangan kelautan
d.
Kewenangan yang tidak atau belum dapat ditangani daerah kabupaten dan daerah kota
diserahkan kepada provinsi dengan pernyataan dari daerah otonom kabupaten atau kota
tersebut.
Pemerintah pusat memiliki kewenangan mengawasi daerah otonom, tetapi pengawasan
ini diimbangi dengan kewenangan daerah otonom yang lebih besar atau sebaliknya, sehingga
terjadi keseimbangan kekuasaan. Keseimbangan yang dimaksud adalah pengawasan tidak lagi
dilakukan secara struktural, yaitu bupati dan gubernur bertindak sebagai wakil pemerintah pusat
sekaligus kepala daerah otonom, dan tidak lagi secara preventif perundang-undangan, yaitu
setiap perda memerlukan persetujuan pusat untuk dapat berlaku.
2.6
berkualitas dan terjangkau. Kedua, penyerahan 11 jenis kewenangan itu kepada daerah otonom
kabupaten dan kota akan membuka kesempatan bagi aktor politik lokal dan sumber daya
manusia yang berkualitas di daerah untuk mengajukan prakarsa, berkreativitas, dan melakukan
inovasi. Hal ini berarti unsur-unsur budaya lokal berupa pengetahuan, keahlian dan kearifan
lokal akan dapat didayagunakan secara maksimal. Ketiga, karena distribusi SDM yang
berkualitas tidak merata. Keempat, pengangguran dan kemiskinan sudah menjadi masalah
yang tidak saja hanya ditanggung kepada pemerintah pusat semata.
2.7
waktu
yang
sudah
sangat
lama
dan
berpengalaman
dalam
administrasi
orde baru. Untuk menghindari hal tersebut, pilar-pilar penegakan demokrasi dan masyarakat
madani.
2.8
1.
Fasilitas
Pemerintah berfungsi memgasilitasi segala kegiatan di daerah, terutama dalam bidang
perekkonomian.Segala bentuk perizinan sebaiknya dipermudah dan fasilitas perpajakan yang
merangsang penanaman modal. Hal ini merupakan langkah tepat untuk menciptakan lapangan
pekerjaan sehingga pengangguran dapat berkurang.
2.
3.
4.
5.
Pemda harus komunikatif dengan LSM / NGO, terutama dalam bidang perburuhan dan
lingkungan hidup
Pemda dituntut memahami semua aspirasi yang berkembang di kalangan perburuhan.
Pemda
hendaknya
menjadi
jembatan
antar
kepentingan
dunia
usaha
dengan
Pilkada yaitu pemilihan kepala daerah Dan wakilnya yaitu pemilihan Gubernur dan
wakilnya maupunpemilihan Bupati dan wakilnya yang merupakan perwujudan pengembalian
hak-hak rakyat dalam memilih pemimpin di daerah.Pilkada langsung merupakan instrumen
politik dari rakyat dalam kerangka kepemimpinan kepala daerah. Legistimasi adalah komitmen
untuk mewujudkan nilai-nilai dan norma-norma yang berdimensi hukum, moral, dan sosial.
Seorang kepala daerah yang memiliki legitimasi adalah kepala daerah yang terpilihdengan
prosedur yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan serta melalui proses kampanye
dan pemilihan yang demokratis dan sesuai dengan norma-norma sosial dan didukung suara
trerbanyak.
Penyelenggara pilkada harus memenuhi beberapa kriteria :
1.
Langsung
Rakyat mempunyai hak memberikan suaranya secara langsung dengan hati nuraninya,
tanpa perantara.
2.
Umum
Pemilihan berlaku bagi semua warga negara, tanpa deskriminasi suku, ras, agama,
golongan,kedaerahan,pekerjaan,dll
3.
Bebas
Warga negara bebas menentukan pilihannnya tanpa tekanan dari siapapun.
4.
Rahasia
Dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin pilihannya tidak akan diketahui orang lain
dengan cara apapun.
5.
Jujur
Setiap penyelenggara pilkada, aparat pemerintah,calon / peserta pilkada,pengawas,
pemantau, pemilih serta semua pihak yang terkait harus bersikap dan bertindak jujur sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
6.
Adil
Setiap pemilih dan peserta pilkada mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari
kecurangan pihak manapun.
Dari beberapa penilitian ditemukan hubungan antara prakondisi demokrasi dan efektivitas
pemilihan langsung yang terbentuk tidak bersifat linear melainkan hubungan timbal balik. Jika
prakondisi demokrasi buruk, pemilihan langsung kepala daerah kurang efektifdalam
peningkatan demokrasi, begitu juga sebaliknya.
2.10
1.
Pilkada langsung merupakan jawaban atas tuntutan aspirasi rakyat karena pemilihan
presiden dan wakil presiden, DPR, DPD, bahkan kepala desa selama ini telah dilakukan secara
langsung.
2.
Pilkada langsung merupakan perwujudan konstitusi dan UUD 1945. Seperti telah
diamanatkan Pasal 18 Ayat (4) UUD 1945, Gubernur, Bupati dan Wali Kota, masing-masing
sebagai kepala pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.
Hal ini telah diatur dalam UU No 32 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan,
Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
3.
Pilkada langsung sebagai sarana pembelajaran demokrasi (politik) bagi rakyat .Ia menjadi
media pembelajaran praktik berdemokrasi bagi rakyat yang diharapkan dapat membentuk
kesadaran kolektif segenap unsur bangsa tentang pentingnya memilih pemimpin yang benar
sesuai nuraninya.
4.
5.
beberapa. Mereka sebagian besar para pemimpin partai politik besar yang memenangi Pemilu
2004. Karena itu, harapan akan lahirnya pemimpin nasional justru dari pilkada langsung ini.
Sedangkan kelemahan pilkada langsung antara lain : Dana yang dibutuhkan, membuka
kemungkinan konflik elite dan massa, aktivitas rakyat terganggu.
Dalam pelaksanaan pilkada di lapangan banyak sekali ditemukan penyelewengan
penyelewengan. Kecurangan ini dilakukan oleh para bakal calon seperti :
1.
Money politik
Sepertinya money politik ini selalu saja menyertai dalam setiap pelaksanaan
pilkada.Dengan memanfaatkan masalah ekonomi masyarakat yang cenderung masih rendah,
maka dengan mudah mereka dapat diperalat dengan mudah. Contoh yang nyata saja yaitu di
lingkungan desa Karangwetan, Tegaltirto, Berbah, Sleman, juga terjadi hal tersebut. Yaitu salah
satu dari kader bakal calon membagi bagikan uang kapada masyarakat dengan syarat harus
memilih bakal calon tertentu. Tapi memang dengan uang dapat membeli segalanya. Dengan
masih rendahnya tingkat pendidikan seseorang maka dengan mudah orang itu dapat diperalat
dan diatur dengan mudah hanya karena uang.
Jadi sangat rasional sekali jika untuk menjadi calon kepala daerah harus mempunyai uang yang
banyak. Karena untuk biayaini, biaya itu.
2.
Intimidasi
Intimidasi ini juga sangat bahaya. Sebagai contoh yaitu pegawai pemerintah melakukan
intimidasi terhadap warga agar mencoblos salah satu calon. Hal ini sangat menyeleweng dari
aturan pelaksanaan pemilu.
3.
4.
Kampanye negatif
Kampanye negatif ini dapat timbul karena kurangnya sosialisasi bakal calon kepada
masyarakat. Hal ini dikarenakan sebagian masyarakat masih kurang terhadap pentingnya
informasi. Jadi mereka hanya manut dengan orang yang di sekitar mereka yang menjadi
panutannya. Kampanye negatif ini dapat mengarah pada munculnya fitnah yang dapat merusak
integritas daerah tersebut.
2.11
2.11.1
2.11.2
BAB III
PENUTUPAN
3.1
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
Otonomi adalah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk kreatif
dan inovatif dalam rangka memperkuat NKRI dengan berlandaskan norma kepatutan dan
kewajaran dalam tata kehidupan bernegara.
Visi otonomi daerah dirumuskan dalam tiga ruang lingkup utama yaitu politik, ekonomi,
sosial dan budaya.
Peraturan perundang-undangan pertama yang mengatur pemerintahan daearh pasca
proklamasi kemerdekaan adalah UU No. 1 tahun 1945. kemudian diganti dengan UU No. 22
tahun 1948. UU ini, muncul beberapa UU tentang pemerintah daerah, yaitu UU No 1 tahun
1957, UU No 18 Tahun 1965 dan UU No. 5 Tahun 1974. Tiga tahun setelah implementasi UU
No.22 Tahun 1999, dilakukan peninjauan dan revisi terhadap UU yang berakhir pada lahirnya
UU No.32 Tahun 2004 juga mengatur tentang pemerintah daerah.
Prinsip-prinsip
pelaksanaan
otonomi
daerah
yang
adalah
sebagai
berikut
Kelebihan diadakannya pilkada langsung adalah kepala daerah terpilih akan memiliki
mandat dan legitimasi yang samngat kuat, kepala daerah terpilih tidak perlu terikat pada
konsesi partai-partai atau faksi-faksi politik yang telah mencalonkannya, sistem pilkada
langsung lebih akuntabel karena adanya akuntabilitas politik, Check and balancesantara
lembaga legislatif dan eksekutif dapat lebih berjalan seimbang, kriteria calon kepala daerah
dapat dinilai secara langsung oleh rakyat yang akan memberikan suaranya, pilkada langsung
sebagai wadah pendidikan politik rakyat, kancah pelatihan dan pengembangan demokrasi,
pilkada langsung sebagai persiapan untuk karir politik lanjutan, membangun stabilitas poilitik
dan mencegah separatisme, kesetaraan politik dan mencegah konsentrasi di pusat.
Sedangkan kelemahan pilkada langsung antara lain : Dana yang dibutuhkan, membuka
kemungkinan konflik elite dan massa, aktivitas rakyat terganggu.
Kelebihan otonomi daerah adalah bahwa dengan otonomi daerah maka pemerintah
daerah akan mendapatkan kesempatan untuk menampilkan identitas lokalyang ada di
masyarakat, kebijakan-kebijakan pemerintah akanlebih tepat sasaran. Kelemahan dari otonomi
daerah adalah adanya kesempatan bagioknum-oknum di pemerintah daerah untuk melakukan
tindakan yang dapat merugikaNegara dan rakyat seperti korupsi, kolusi dan nepotisme. Selain
itu terkadang ada kebijakan-kebijakan daerah yang tidak sesuai dengan konstitusi Negara yang
dapatmenimbulkan pertentangan antar daerah satu dengan daerah tetangganya, atau
bahkandaerah dengan Negara, Otonomi daerah juga menimbulkan persaingan antar daerah
yang terkadang dapat memicu perpecahan.
3.2
Saran
Pemerintah pusat tetap harus mengatur dan menjalankan urusan di beberapa sektor di
tingkat kabupaten dan menjamin bahwa pemerintah lokal punya kapasitas dan mekanisme
bagi pengaturan hukum tambahan atas bidang-bidang tertentu danpenyelesaian perselisihan.
Selain itu, pemerintah pusat juga harus menguji kembali dan memperketat kriteria pemekaran
wilayah dengan lebih mengutamakan kelangsungan hidup ekonomi kedua kawasan yang
bertikai, demikian pula tentang pertimbangan keamanan.
Kalau perlu, sebaiknya pemerintah pusat membuat suatu lembaga independen ditingkat
daerah
untuk
mengawasi
jalannya
pemerintahan.
Tidak
hanya
mengawasi
dan menindak pelanggaran korupsi seperti yang tengah gencar dilakukan KPK, tetapi juga
mengawasi setiap kebijakan dan jalannya pemerintahan dimana lembaga ini dapat melaporkan
segala tidakan-tindakan pemeritah daerah yang dianggap merugikan rakyat didaerah itu sendiri.
Perlu adanya bentuk pengawasan yang baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat
sehingga jangan sampai terjadi berbagai kebijakan yang merusak lingkungan yang terjadi di
setiap
kabupaten
atau
kota yang
ada
di Indonesia.
Pemerintah
Pusat
harus
aktif