Вы находитесь на странице: 1из 53

DIAGNOSIS DAN

PENATALAKSANAAN ANTRAKS

SUB SMF PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI


DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM
RSPAD GATOT SOEBROTO

PENDAHULUAN
Anthraks : infeksi akut bakteri yang

disebabkan
Bacillus anthracis, sering pada hewan
ternak
(herbivora ), dan dapat menyerang manusia
lewat inokulasi, inhalasi atau tertelan
Anthrakis ( yunani) batu bara : borok
hitam pada lesi kulit
Eropah 1613 kematian pada ternak dan
manusia diduga kuman ini sebagai

Robert Koch ( 1876)

membiakkan kultur Bacillus anthracis ,


sebagai
penyebabnya
Pasteur ( 1881) imunisasi antraks
Harry Smith dan James Keppie isolasi
toksin
antraks

Bacillus anthracis : gram positif , batang ,

besar
( 1,0 -1,5 m x 3,0 - 10 m ) , berkapsul ,
aerob,
membentuk spora , yang tahan hidup di
tanah
selama beberapa puluh tahun
Kuman bersifat non motil , non hemolitik
pada agar
darah domba , dan tumbuh pada media
seperti
caput medusae dan membentuk rantai

Spora antraks menjadi bentuk vegetatif bila

masuk
kedalam lingkungan yang kaya akan asam
amino, nukleosid dan glukosa ( darah ,
jaringan
tubuh )
Bentuk vegetatif dengan cepat
bermultiplikasi dan
akan membentuk spora bila terekspose
oksigen.
Bentuk vegetatif memiliki ketahanan hidup
yang

Insidensi : 20.000 - 100.000 kasus /tahun


diseluruh dunia
USA : -127 kasus baru/tahun (sebelum abad 20
)
- < 1 kasus /tahun ( 20 tahun terakhir )
CDC : 3 kasus antraks kulit ( 1984 - 1993 )
Antraks menjadi masalah internasional sejak
september 2001 ( Tragedi WTC ):
- 12 kasus antraks , 3 orang meninggal
- 28 orang pegawai kantor senat terpapar
- penularan lewat amplop surat ( bioterorisme)

Indonesia : daerah endemis


- kasus - I : diilaporkan di teluk Betung ( 1884
)
- 11 propinsi, 4 propinsi (kasus antraks pada
manusia ) : Jawa Barat, Jawa tengah ,NTB,
NTT
- 1997 : 51 Kasus , 1998 : 20 kasus ,
1999: 55 kasus dengan kematian 1 orang
(NTT),
2000: 34 kasus, 2001 : 23 kasus kasus

PATOGENESIS
Infeksi diawali dengan masuknya spora
lewat
kulit yang lecet /abrasi , inhalasi , atau
tertelan
di fagosit makrofag kelenjar limfa
regional
germinasi spora multiplikasi
membentuk toksin dan kapsul aliran
darah
septikemi

pXO1- Toksin 2 eksotoksin


I. Toksin Edema , tdd :

Faktor Edema (FE) : Calmodulin dependent adenylate cyclase edema prominen,


inhibisi
fungsi neutrofil, menghalangi
pembentukan TNF
dan IL-6 dari monosit
sel

- Antigen protektif (AP) :Protein pengikat

II. Toksin letal , tdd :

- Faktor Letal (FL) : Zn metalloprotease


in aktifasi MAPKK menghalangi
pengenalan
intra seluler dan merangsang pembentukan
TNF - dan IL- 1 kematian
- Antigen Protektif
pXO2- Kapsul :
mensintesa kapsul poliglutamil yang
berfungsi
menghalangi fagositosis spora oleh

GAMBARAN KLINIS
Antraks Kulit

- Bentuk infeksi tersering


- Wajah , leher , kepala , lengan
- Masa inkubasi : 12 jam - 7 hari ( 3 hari )
- Riwayat kontak dengan hewan terinfeksi
atau
produknya ,
- Lewat gigitan nyamuk / serangga

- Gambaran lesi :

makula /papula, gatal , tidak nyeri , vesikel


berisi cairan seroanguinus / jernih ( hari 1-2 )

pecah , nekrosis , membesar , membentuk


ulkus
yang ditutupi borok hitam ( hari 5-7) .
-bisa di jumpai edema gelatinus dan non
pitting,
yang mengelilingi lesi. Dalam 1-2 mgg , lesi
terkelupas , 80 -90 % dapat sembuh sempurna

Komplikasi
1. Infeksi sekunder streptokokus/
Stafilokokus :
nyeri , purulen, limfangitis , demam
berulang

2. Edema maligna didaerah leher dan dada


kesulitan bernafas

3. Arteritis temporalis dan parut pada


kornea
4. Bakteremia ( 10 - 20 %)

Antraks Gastrointestinal
- jarang di jumpai

- lewat makanan / daging yang mengandung


spora
yang diolah tidak sempurna
- Thailand 1982 24 kasus , komsumsi daging
kerbau yang dimasak tidak sempurna
- masa inkubasi : 2 -5 hari
- Gejala klinis : mual , muntah , demam , nyeri
abdomen , konstipasi / diare , melena
,hematokesia,

- lesi primer : ulkus pada ileum terminal ,


saekum ,
gaster
- Mikroskopis : Basil pada mukosa /sub mukosa
jar.
Limfe dan kel.limfe mesenterik
- Komplikasi : perforasi , bakteremia
- Mortalitas > 50 %
Antraks orofaringeal :
- ulkus yg ditutupi pseudomembran pada
mulut
/orofaring
- sakit tenggorokan , demam, disfagi ,

Antraks Inhalasi
- Sangat jarang , sangat fatal ( mortalitas 90

%)

- Gejala awal sulit dikenali : mirip flu


- 2500 - 10.000 ( 55.000) spora , ukuran 1-5
m
- Infeksi alami pada industri wool
Wool soorters diseases
- Russia ,1979 79 kasus aerosol antraks , 68
orang
meninggal, masa inkubasi 10 hari ( 6 mgg) ,

- Kera Resus : Germinasi spora di ruang

alveoli
hingga 60 hari lama pemberian AB
- WHO : 50 Kg spora antraks 250.000
infeksi /
100.000 meninggal
US - COTA : 100 kg spora antraks 130.000 3.000.000 kematian
CDC : Biaya serangan bioterorisme :$ 26
milyar /
100 ribu orang yang terpapar
antraks

Table1.Man ifestasi Klinis dar i Antraks Inhalasi (diku tip dari

Manifestations
First stage: insidious onset (1- 4 d)

16

Table 2. Manifestasi Rad iologis dan


Patologis dari Antraks Inhalasi (dikutip dari 16 )

Manifestations
Pathology

Malaise
Fatigue

Hemorrhagic mediastinitis

Myalgia
Nonproductive cough
Precordial pressur e

Ede ma of mediastinum

Fever
Sec ond stage: rapid deterioration (24 h)

Pulmonary edema

Diffuse hemorrhagic lymphadenitis

Leptomeningeal edema and he morrhage

Pleural effusions
Hemorrhagic meningitis

Acute dyspnea
Cyanosis
Stridor
Diaphoresis

Radiology

Fever
Mediastinal hemorrhage

Pleural effusions

Mediastinal widening on chest radiograph


Meningismus
Septic shock
Coma

Widene d mediastinum

Pneumonia*

* Less common.

DIAGNOSA
Bakteriologis :

A. pengecatan gram : gram positif , besar,


kapsul
B. Kultur;
- Agar darah domba
- Mc Konkey : tidak tumbuh
- 5% CO2 ( NaCO3) : kapsul besar
- Uji lisis gamma phage atau pengecatan
Ab

Serologis
I. ELISA : bernilai retrospektif

- Sens : AP ( 63 - 93 %) antraks kulit


AP( 67 - 94 % ) antraks orofaring
- Thailand : AP ( 72 % ) ,FL ( 42 % ) , FE
( 26% ),
Ag Kapsul ( 95 - 100 % )
II. Anthraxin skin test : Sens: 82 % kasus
akut ,
99 % pada akhir mgg ke
-4

DIAGNOSA DIFERENSIAL

Pada tabel - 3

Tabel 3. Diagnosa Diferensial dari gambaran klinis antraks(dikutip dari 8)


Manifestasi
Antraks Kulit

Antraks Gastrointestinal

Antraks Inhalasi

Antraks Meningeal

Penyakit
Ecthyma Gangrenosum
Rat-bite fever
Ulceroglandular tularemia
Plague
Glanders
Rickettsialpox
Orf
Limfadengitis stafilokokkus
TBC kulit
Lepra
Buruli ulcer
Tifoid
Tularemia intestinal
Gastroenteritis akut
Peritonitis
Obstruksi mekanis
Ulkus peptikum/duodenum
Mediastinitis bacterial akut
Pneumonia mikoplasma
Penyakit legionaire
Psittacosis
Tularemia
Q fever
Viral pneumoni
Histoplasmosis (mediastinitis fibrosa)
Coccidioidomycosis
Ruptura aneurisma aorta
Sindroma vena kava superior
Silikosis
Sarkoidosis
Perdarahan sub arakhnoid
Meningitis bakteri
Aseptik meningitis

Organisme Penyebab
Pseudomonas Aeroginosa
Streptobacillus moniliformis
Spirillum minor
Francisella tularensis
Yersinia pestis
Pseudomonas pseudomallei
Rickettsia akari
Parapox virus
Staphylococcus aureus
Mycobacterium tuberculosis
Mycobacterium leprae
Mycobacterium ulceran
Salmonella typhi
Francisella tularensis

Mycoplasma pneumoniae
Legionella pneumophilia
Chlamydia psittaci
Francisella tularensis
Coxiella burnetti
Influenza virus, hanta virus, adeno virus, respiratory
syncytial virus, cytomegalo virus, varicella-joster virus

Histoplasma capsulatum
Coccidioides immitis

TERAPI
Anti Biotik ( AB)
- Penisilin : obat pilihan selama beberapa
dekade
sangat jarang resisten
- in vitro : sensitif thd: siprofloksasin ,
ofloksasin,
,Tetrasiklin ,levofloksasin,kloramfenikol ,
makrolid , aminoglikosida,klindamisin ,
imipenem , rifampisin , ,vankomisin ,
sefazolin
generasi I sefalosporin

-AB intra vena : antraks inhalasi ,


gastrointestinal
meningitis , dan antraks kulit yg disertai
gejala
sistemik
-Lama pemberian AB selama 2 minggu
setelah
gejala klinis menghilang

Antraks inhalasi ( bioterorisme) tabel - 6


- Porfilaksis ( bioteroris ) tabel - 7
- Antraks kulit ringan : siprofloksasin oral 2x 500
mg
- meningitis : siprofloksasin + penisilin ( IV)
Kortikosteroid : Edema luas , meningitis
deksametason : 0,75 - 0,90 mg/kg bb/oral, IM ,
IV
atau Prednison : 1-2 mg /kg bb/hari ( dewasa )

Therapy suportif : menjaga Keseimbangan cairan


dan
elektrolit , dan patensi saluran nafas
Anti toksin : Medicardium Supositori ( Mg di
Potasium
EDTA ) diberi tiap 2 jam hingga masa
kritis
dilewati

Tabel - 5 Terapi farmakologis infeksi dan gejala sisa (dikutip dari 7 )


Terapi

Dosis Dewasa

Dosis Anak-anak

Penisilin V

200-500 mg/oral, 4 x/hari

25-50 mg/KgBB/hari/oral, dibagi 2-4 dosis

Penisilin G

8 jt-12 jt U total/IV terbagi dlm dibagi 4-6 dosis

100.000-150.000 U/KgBB dibagi 4-6 dosis

Streptomisin

30 mg/KgBB/IM, IV/hari-gentamisin dpt juga digunakan


(sbg kombinasi dgn penisilin)

Tetrasiklin

250-500 mg/oral, IV, dibagi 4 dosis

Tidak direkomendasikan

Doksisiklin

200 mg/oral, IV(dosis awal), dilanjutkan 50-100 mg tiap


12 jam

Eritromisin

250 mg/oral tiap 6 jam

Tdk direkomendasikan < 9 thn


BB < 45 Kg: 2,5 mg/KgBB tiap 12 jam
BB > 45 Kg = dosis dewasa
40 mg/KgBB/hari/IV dibagi 4 dosis

Eritromisin Laktobionat
Klorampenikol

15-20 mg/KgBB/IV/hari
(max 4 gr /hari)
50-100 mg/kgBB/hari/oral, IV dibagi 4 dosis

20-40 mg/kgBB/hari/IV dibagi 4 dosis


(dihabiskan 1-2 jam infus)
50-75 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis

Siprofloksasin

250-750 mg/oral, 2 x/hari

20-30 mg/kgBB terbagi 2


dianjurkan
usia < 18 thn

Pengobatan dari infeksi

Profilaksis
Doksisiklin

100 mg/oral, 2 x/hari selama 4 minggu

Siprofloksasin

500 mg/oral, 2 x/hari selama 4 minggu

Kortikosteroid untuk edema berat


Deksametason

0,75-0,90 mg/kgBB/hari/oral, IV, IM dibagi 4 dosis

0,25-0,5 mg/kgBB tiap 6 jam

Preknison

1-2 mg/kgBB atau 5-60 mg/oral/hari

0,5-2 mg/kgBB/hari

dosis, tdk

Tabel - 7 . Rekomendasi terapi antimikroba profilksis paska terpajan(dikutip dari 7 )

Bentuk Terapi

Dewasa (termasuk wanita hamil &


imunokompromis)

Anak-anak

Terapi awal

Siprofloksasin, 500 mg/oral tiap 12


jam atau doksisiklin100 mg/oral
tiap 12 jam.

Siprofloksasin,
10-15
mg/kg BB
perhari/oral, tiap 12 jam atau diksisiklin
100 mg/oral, 2 x /hari
(> 8 thn & > 45 Kg)

Terapi optimal bila strain


terbukti sensitif

Amoksisilin, 500 mg/oral tiap 8


jamatau doksisiklin, 100 mg/oral,
tiap 12 jam

Amoksisilin, 500 mg/oral/8 jam (BB 20


Kg), 40 mg/Kg BB/oral/8 jam (< 20 Kg)

PENCEGAHAN
Vaksinasi

- AVA : AS, Inggeris , Rusia


- mengandung AP
- Orang resiko tinggi
- sub kutan , 0,5 ml , pada mgg ke - 0,
2,4,dan
diulang pada bulan ke - 6, 12, 18
- Proteksi 100 % sampai pada mgg ke - 8
dan
88 % pada mgg ke 100

Dekontaminasi :

- Pemanasan kering ( dry heat ) : 140


jam

C/3

- Air mendidih : 10 menit


- Autoclave : 121

C / 15 menit

- Larutan Sporosidal : Hipoklorit 0,5 % dengan


pengenceran 1 : 10

KESIMPULAN
Antraks merupakan bentuk infeksi

zoonosis,
ditularkan lewat inhalasi ,inokulasi atau
tertelan
Antraks dapat digunakan sebagai senjata
bioterorisme yang mengenai lebih banyak
orang
pengobatan yang lebih serius dan mahal
Diagnosa antraks berdasarkan gejala
klinis ,

Pengobatan berupa pemberian AB ,


kortikosteroid , terapi suportif dan anti toksin
Pencegahan berupa : penguburan bangkai
ternak yg terinfeksi , vaksinasi ternak ,vaksinasi
orang yg beriko tinggi

11 Warga Sragen Positif Terserang Anthrax

SRAGEN - Hasil laboratorium Balai Besar Veteriner di Wates Yogyakarta


menyatakan luka korengan dan melepuh yang dialami 11 warga di dua dusun di
Desa Brojol, Kecamatan Miri, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, akibat serangan
bakteri anthrax yang ditularkan melalui sapi yang sudah meninggal.
Sebelumnya ke 11 warga ini dinyatakan positif terkena bakteri setelah
menyembelih sapi yang sudah meninggal dan memakan dagingnya. Penegasan
itu dikemukakan Kepala Balai Besar Veteriner Yogyakarta Dokter Hewan
Ahmad Junaedi di hadapan Wakil Bupati Sragen, Daryanto dan pejabat
Muspida dalam sidak ke Desa Brojol, Sabtu (21/5/2011).
"Kejadian waktu sapi meninggal milik warga dan dilakukan penelitian ternyata
positif anthrax," kata Ahmad Junaedi.
Menurut dia, kasus mewabahnya anthrax di Sragen tidak hanya terjadi kali ini
saja, melainkan juga menimpa warga Desa Ketro Kecamatan Tanon pada 2010
lalu yang menyebabkan seorang warga meninggal dunia. "Semua sapi asal
Sragen saat ini dilarang dibawa keluar daerah untuk diperjual belikan sebelum
diobati dan divaksinasi," tegasnya.
Sementara itu 11 warga Dusun Rejosari dan Dusun Bibis saat ini kondisinya
berangsur membaik. Meski satu warga masih dirawat di RSUD karena kondisi
lukanya berada di sebelah mata bagian kanan. Posko kesehatan warga juga
masih disiagakan hingga tujuh hari ke depan, untuk memantau kesehatan
masyarakat.

Вам также может понравиться