Вы находитесь на странице: 1из 35

ANALISIS RENCANA INVESTASI PD PEMBANGUNAN & ANEKA USAHA

KOTA PEMATANGSIANTAR

LAPORAN AKHIR

BAB
2
GAMBARAN UMUM DAN KRITERIA
INVESTASI
2.1

GAMBARAN UMUM KOTA PEMATANGSIANTAR

Kota Pematangsiantar secara geografis terletak di bagian tengah


Sumatera Utara, terletak pada garis 2 53 20 Lintang Utara (LU) dan
99 1 00 - 99 6 35 Bujur Timur (BT) pada peta bumi dan berada di
tengah-tengah

kabupaten

Simalungun.

Letak

geografis

Kota

Pematangsiantar ditunjukkan pada Peta 1.2.


Wilayah

administrasi

Kota

Pematangsiantar

terbagi

menjadi

kecamatan. Luas wilayah administrasi Kota Pematangsiantar adalah


79,971 km2 (lihat Tabel 1.1 dan Peta 1.2).

2.1.1.

Kondisi Geografis

Berdasarkan kondisi eksisting topografi dan kelerengan yang ada di


Kota Pematangsiantar yang selanjutnya disebut morpologi, sangat
beragam dari landai, bergelombang, curam hingga sangat curam. Hal
ini mengindikasikan potensi pengembangan wilayah jika dimanfaatkan
secara optimal maka akan sangat menguntungkan.
Berdasarkan kondisi eksisting Kota Pematangsiantar, Wilayah Kota
Pematangsiantar dialiri oleh banyak sungai yang merupakan sumber
air bagi penduduk untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, seperti
sumber air baku, irigasi pertanian, MCK maupun kebutuhan lainnya.
Pola aliran sungai di wilayah Kota Pematangsiantar pada umumnya
didominasi oleh pola aliran dendritik. Namun demikian, pada beberapa

BAPPEDA KOTA PEMATANGSIANTAR

26

ANALISIS RENCANA INVESTASI PD PEMBANGUNAN & ANEKA USAHA


KOTA PEMATANGSIANTAR

LAPORAN AKHIR

bagian, terutama di bagian selatan wilayah ini tampak pola aliran


trelis. Pola aliran ini pada umumnya Dikontrol oleh struktur geologi di
samping jenis litologi dan topografi permukaan di daerah aliran.
Selain adanya sungai, di dalam suatu wilayah juga terdapat DAS
(Daerah Aliran Sungai) ataupun WAS (Wilayah Aliran Sungai).

DAS

yang terdapat di Kota Pematangsiantar adalah DAS Bah Bolon. DAS ini
pada

dasarnya

tidak

hanya

terdapat

atau

melalui

Kota

Pematangsiantar, karena DAS ini terdiri dari beberapa sungai yang


terdapat di beberapa wilayah kabupaten di Sumatera Utara, yaitu
Sungai Kualau Tanjung, Sungai Suka, Sungai Kiri, dan Sungai Bah
Bolon.
Hasil

interpretasi

menunjukkan

bahwa

terdapat

24

kategori

pemanfaatan ruang di Kota Pematangsiantar, yang dibagi dalam 3


kategori yaitu non-urban, urban dan utilitas. Penggunaan lahan
terbesar di Kota Pematangsiantar adalah sawah dengan luas 2.750,02
Ha (34,39%), diikuti oleh permukiman dengan luas 2.008,16 Ha
(25.11%), kebun sawit dengan luas 1.025,39 Ha (12.82%) dan kebun
campuran dengan luas 1.210,10 Ha (15,13%). Adapun penggunaan
lahan lainnya antara lain meliputi proporsi yang rendah, seperti jalan
(3.13%), perdagangan dan jasa (2.37%), industri (1.86%), pendidikan
(1.07%).

BAPPEDA KOTA PEMATANGSIANTAR

26

ANALISIS RENCANA INVESTASI PD PEMBANGUNAN & ANEKA USAHA


KOTA PEMATANGSIANTAR

LAPORAN AKHIR

Gamba
r1

2013
2033
BAPPEDA KOTA PEMATANGSIANTAR

26

ANALISIS RENCANA INVESTASI PD PEMBANGUNAN & ANEKA USAHA


KOTA PEMATANGSIANTAR

LAPORAN AKHIR

Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Pematangsiantar


No.

Kecamatan

SIANTAR MARIHAT

Kelurahan

Sukamaju
Pardamean
Sukaraja
BP. Nauli
Mekar Nauli
Parhorasan Nauli
Suka Makmur
SIANTAR
Simarimbun
Nagahuta
MARIMBUN
Pematang Marihat
Tong Marimbun
Marihat Jaya
Nagahuta Timur
SIANTAR SELATAN Aek Nauli
Martimbang
Kristen
Toba
Karo
Simalungun
SIANTAR BARAT
Sipinggol-pinggol
Teladan
Dwikora
Proklamasi
Timbanggalung
Simarito
Banjar
Bantan
SIANTAR UTARA
Martoba
Melayu
Baru
Suka Dame
Bane
Sigulang-gulang
Kahean
SIANTAR TIMUR
Kebun Sayur
Tomuan
Pahlawan
Siopat Suhu
Merdeka
Pardomuan
Asuhan
SIANTAR
Sumber Jaya
Nagapita
MARTOBA
Pondok Sayur
Tambun Nabolon
Nagapitu
Tambun Tonga
Tanjung Pinggir
SIANTAR
Bah Kapul
Gurilla
SITALASARI
Bukit Shofa
Setia Negara
Bah Sorma
JUMLAH

Luas(Km
)
7,825

Persenta
se
9,78

18,006

22,52

2,020

2,53

3,205

4,01

3,650

4,56

4,520

5,65

18,022

22,45

22,723

28,41

79,971

100

Keterangan : Kota Pematangsiantar Dalam Angka, 2013.

2.1.2.

Gambaran Umum Demografis

BAPPEDA KOTA PEMATANGSIANTAR

26

ANALISIS RENCANA INVESTASI PD PEMBANGUNAN & ANEKA USAHA


KOTA PEMATANGSIANTAR

LAPORAN AKHIR

Pada Tahun 2008, penduduk Kota Pematangsiantar berjumlah 249.985


jiwa

dengan

kepadatan

sebesar

3.126

jiwa/km2

Pematangsiantar Dalam Angka Tahun 2009).

(sumber:

Kota

Hal ini berarti bahwa

jumlah penduduk Kota Pematangsiantar mencakup 1,92 % dari jumlah


penduduk Provinsi Sumatera Utara, sementara kepadatan penduduk
kota lebih tinggi dari kepadatan penduduk provinsi (179 jiwa/km 2).
Sementara

pada

tahun

2012

penduduk

kota

Pematangsiantar

berjumlah 236.947 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 2.963


jiwa/km2 (sumber: Kota Pematangsiantar Dalam Angka Tahun 2013), itu
artinya terjadi pengurangan kepadatan penduduk sekitar 13.038 jiwa
selama kurun waktu 4 tahun dari tahun 2008 ke tahun 2012.
Penduduk Kota Pematangsiantar tersebar pada 8 kecamatan, dimana
Kecamatan Siantar Utara merupakan kawasan yang menampung
jumlah penduduk terbesar, yaitu 46.613 jiwa, sementara Kecamatan
Siantar Marimbun merupakan kawasan yang menampung jumlah
penduduk terkecil, yaitu 14.88 jiwa.

Adapun kepadatan penduduk

tertinggi terjadi di Kecamatan Siantar Barat dan Siantar Utara, yaitu


masing-masing 11.066 jiwa/km2 dan 12.771 jiwa/km2, dimana hal ini
menunjukkan

bahwa

konsentrasi

penduduk

tertinggi

di

Kota

Pematangsiantar berlangsung pada kedua kecamatan tersebut.


Tabel 2.2
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan Tahun 2012
No.

Kecamatan

Luas Wilayah

Jumlah Penduduk

Kepadatan

(km2)
7.825
18.00
6
2.020
3.205

(Jiwa)
18.191
14.884

(Jiwa/km2)
2.325
827

17.150
35.467

1.
2.

Siantar Marihat
Siantar Marimbun

3.
4.

Siantar Selatan
Siantar Barat

5.

Siantar Utara

3.650

46.613

6.
7.

Siantar Timur
Siantar Martoba

38.613
38.750

8.

Siantar Sitalasari

4.520
18.02
2
22.72
3
79.79
1

8.490
11.06
6
12.77
1
8.543
2.150

27.279

1.200

236.94
7

2.963

Total

BAPPEDA KOTA PEMATANGSIANTAR

26

ANALISIS RENCANA INVESTASI PD PEMBANGUNAN & ANEKA USAHA


KOTA PEMATANGSIANTAR

LAPORAN AKHIR

Sumber : Kota Pematangsiantar Dalam Angka, 2013.

Dari angka tersebut di atas, dapat dilihat bahwa kepadatan penduduk


per

kecamatan

menggambarkan

intensitas

kegiatan

perkotaan.

Kecamatan yang mengalami kepadatan penduduk tinggi, yaitu Siantar


Barat, Siantar Utara, Siantar Selatan dan Siantar Timur merupakan
kawasan pusat kota (Central Business Distrik) dinama kegiatan
perdagangan

dan

jasa

terkonsentrasi.

Di

sisi

lain,

kecamatan-

kecamatan yang mengalami kepadatan penduduk sedang dan rendah


merupakan area yang didominasi oleh permukiman maupun pertanian.
2.1.3.

Laju Pertumbuhan

Untuk Kota Pematangsiantar, analisis laju pertumbuhan penduduk


dilakukan dalam rentang waktu 4 dekade, yaitu tahun 1971-2010.
Data yang digunakan adalah data Sensus Penduduk Pada Tahun 1971,
1980, 1990, 2000 dan 2010. Analisis dilakukan dengan mentabulasi
data jumlah penduduk per 10 tahun dalam rentang waktu tersebut,
dan selanjutnya mengkalkulasi laju pertumbuhan per 10 tahun dan laju
keseluruhan. Dan untuk dua tahun terakhir
mengenai

laju

pertumbuhan

penduduk

yakni 2011, 2012

Kota

Pematangsiantar

dilakukan dengan menggunakan metode prediksi dengan perhitungan


yang biasa dilakukan untuk mengetahui laju pertumbuhan penduduk.
Untuk

mendapatkan

gambaran

yang

lebih

tajam,

analisis

laju

pertumbuhan penduduk Kota Pematangsiantar dilakukan dengan


membandingkannya dengan laju pertumbuhan Provinsi Sumatera
Utara.

Data pertumbuhan penduduk Kota Pematangsiantar dan

Provinsi Sumatera Utara masing-masing ditunjukkan pada Tabel 2.3


dan Tabel 2.4.
Tabel 2.3
Perkembangan Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota
Pematangsiantar
Laju Per
Tahun
1.82
4.59

Jumlah
Pddk
129,232
150,376
219,328

BAPPEDA KOTA PEMATANGSIANTAR

Pertambaha
n

Laju Per 10
Thn

21,144
68,952

16.36
45.85

Laju total
1.78

26

ANALISIS RENCANA INVESTASI PD PEMBANGUNAN & ANEKA USAHA


KOTA PEMATANGSIANTAR

1.01
-0.27
2012

241,524
234,885
236.893
236,497

LAPORAN AKHIR

22,196
-6,639
-2,008
-0,396

10.12
-2.75
-

Sumber : Sensus Penduduk Tahun 1971, 1980, 1990, 2000, 2010.

Tabel 2.4
Perkembangan Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Provinsi Sumatera Utara
Tahun

Pertambah
an

1971

Jumlah
Pddk
6,621,831

1980

8,360,894

1,739,063

26.26

1990

10,256,02
7
11,513,97
3
12,985,07
5
13,103,59
6*
13,248,38
6*

1,895,133

22.67

1,257,946

12.27

1,471,102

12.78

0,118,521*

0,14479*

2000
2010
2011
2012

Laju Per
10 Thn

Laju Total
1.90

Sumber : Sensus Penduduk Tahun 1971, 1980, 1990, 2000, 2010.


*) pertumbuhan penduduk 2011,2012 bersumber pada Sumatera Utara dalam Angka
2013

Berdasarkan

kedua

tabel

di

atas,

dapat

diamati

bahwa

Kota

Pematangsiantar mengalami penurunan laju pertumbuhan penduduk


selama periode 1971-2010 (Gambar 1.1). Pada periode awal (19711980), Kota Pematangsiantar mengalami laju pertumbuhan sebesar
1,82% per tahun, pada periode 1980-1990 sebesar 4,59% per tahun,
pada periode 1990-2000 sebesar 1,01% per tahun, dan pada periode
2000-2010 menjadi -0,27% per tahun. Kondisi ini berbeda dengan pola
pertumbuhan

pada

tingkat

provinsi,

dimana

laju

pertumbuhan

penduduk relatif stabil dan positif pada setiap dekade (Gambar 1.1 dan
Gambar 1.2).

Selama periode 1971-2010 Kota Pematangsiantar

mengalami laju pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 1,78%, lebih

BAPPEDA KOTA PEMATANGSIANTAR

26

ANALISIS RENCANA INVESTASI PD PEMBANGUNAN & ANEKA USAHA


KOTA PEMATANGSIANTAR

LAPORAN AKHIR

rendah dari laju pertumbuhan Provinsi Sumatera Utara yaitu sebesar


1,9%.
Dari angka di atas dapat disimpulkan bahwa Kota Pematangsiantar
mengalami

pertumbuhan

pertumbuhan

negatif

dalam

penduduk
10

yang

tahun

lambat,

terakhir.

bahkan

Pertumbuhan

penduduk juga berpola non-linier, dimana terjadi percepatan pada 20


tahun pertama dan perlambatan pada 20 tahun kedua.
Rendahnya laju pertumbuhan penduduk disebabkan 2 faktor. Pertama,
terjadinya arus migrasi keluar (out-migration) yang cukup kuat menuju
kota-kota besar lainnya, seperti Medan atau kota-kota di Pulau Jawa.
Arus migrasi yang tercermin dari struktur umur penduduk yang
disebabkan oleh keinginan mencari pendidikan yang lebih baik
maupun pekerjaan. Kedua, kuatnya daya tarik hinterland, khususnya
Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun, sebagai lokasi tempat
tinggal. Kondisi ini menyebabkan banyak penduduk yang bekerja di
Kota Pematangsiantar namun menetap di Kecamatan Siantar (Kawasan
Jl. Asahan).

Dengan demikian wilayah Kota Pematangsiantar sendiri

bukan menjadi alternatif utama bagi calon penduduk, sehingga


mencegah meningkatnya arus penduduk masuk.
2.1.4.
A.

KEADAAN PEREKONOMIAN

Sektor Pertanian
Sektor pertanian Kota Pematangsiantar
meliputi sub sektor tanaman pangan,
tanaman perkebunan, peternakan dan
perikanan. Komoditas yang dihasilkan
meliputi padi, biji sawit, yang sebagian
besar diolah dan dipasarkan melalui
sentra-sentra

pemasaran

di

Kota

Pematangsiantar.
Secara keseluruhan, sektor pertanian memberikan nilai output 103
miliar rupiah, atau 2,99% dari total PDRB Kota Pematangsiantar. Sektor
ini juga menjadi lapangan pekerjaan bagi penduduk sebanyak 17.587

BAPPEDA KOTA PEMATANGSIANTAR

26

ANALISIS RENCANA INVESTASI PD PEMBANGUNAN & ANEKA USAHA


KOTA PEMATANGSIANTAR

LAPORAN AKHIR

jiwa (8,8% dari total angkatan kerja). Karena itu pengembangan sektor
ini cukup strategis baik bagi perekonomian kota maupun mata
pencaharian penduduk. Namun pada tahun 2012 sektor pertanian Kota
Pematangsiantar relatif kecil yakni hanya 2,55% dari total PDRB
dengan sumbangan peternakan 1,48% diikuti oleh subsektor tanaman
bahan makanan 1,06%. Meskipun sektor pertanian semakin menurun
dari tahun ke tahun, sektor pertanian Kota Pematangsiantar tetap
memiliki arti penting lain yang membuatnya strategis bagi kebijakan
pengembangan Kota Pematangsiantar, yaitu:
1. Sektor pertanian, khususnya sub sektor tanaman pangan,
memiliki

nilai

strategis

secara

nasional

sehingga

keberadaannya harus dipertahankan (sesuai dengan UU No. 41


Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan) demi ketahanan pangan nasional.
2. Sebagian besar lahan pertanian di Kota Pematangsiantar
merupakan sawah beririgasi teknis, sehingga memang sudah
diarahkan sebagai salah satu sentra pertanian oleh pemerintah.
Dengan

demikian,

alih

fungsi

lahan

pertanian

tersebut

menyebabkan konflik terhadap kebijakan pemerintah.


3. Luas lahan pertanian di Kota Pematangsiantar mengalami
fluktuatif dari tahun ketahun, hal ini terlihat pada tahun 2009
Lahan pertanian di Kota Pematangsiantar mencakup area yang
luas, yaitu 4.308 Ha (sumber: Kota Pematangsiantar Dalam
Angka, 2009), kemudian bertambah menjadi 5.084 Ha pada
tahun 2010, sementara pada tahun 2011 lahan pertanian di
Kota Pematangsiantar mengalami penurunan yakni menjadi
4.475, di tahun 2012 perkembangan luas lahan pertanian
kembali mengalami penurunan menjadi 3.896 atau sekitar
14,86% (sumber: Kota Pematangsiantar Dalam Angka, 2013) .
Wilayah

pertanian

tersebar

di

beberapa

kecamatan

dan

umumnya mengambil tempat di sekitar jalur sungai. Hal ini


membuat keberadaannya sangat berpotensi untuk sekaligus

BAPPEDA KOTA PEMATANGSIANTAR

26

ANALISIS RENCANA INVESTASI PD PEMBANGUNAN & ANEKA USAHA


KOTA PEMATANGSIANTAR

LAPORAN AKHIR

menjadi ruang terbuka hijau dan melindungi ekosistem sungai


dari kegiatan perkotaan.
B. Sektor Industri
Sektor

industri

industri

merupakan

sektor

penting

di

Kota

Pematangsiantar karena telah menjadi salah satu sektor pendorong


pada periode awal perkembangan kota. Secara historis, industri Kota
Pematangsiantar dikenal menghasilkan rokok putih dan tepung tapioka
yang dipasarkan hingga ke mancanegara.

Dewasa ini, terdapat

berbagai jenis industri seperti industri makanan, industri tekstil,


industri logam, serta meliputi industri besar/sedang dan industri kecil.
Tabel 2.5
Jumlah Unit Industri Besar/Sedang dan Industri Kecil Tahun 2012
No.

Kelompok

Industri

Jumlah Industri
Besar

Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau

2
0

Industri Tekstil, Pakaian Jadi, dan Kulit

Industri Kayu dan Barang-barang Dari Kayu

Industri Kertas Percetakan dan Penerbitan

Industri Kimia, Minyak Bumi, Batu Bara, Karet dan Plastik

6
7
8

Ind. Barang Galian Bukan Logam Kecuali Brg dari Minyak


Bumi dan Bt. Bara
Industri Logam Dasar
Industri
Barang-Barang
dari
Logam,
Mesin
dan
Perlengkapannya

Industri Pengolahan lainnya

Jumlah / Total

3
5

0
2

Kecil
1
7
2
4
5
3
5
5
8

4
8
0
0
1
4
9
1
9
5
2
6

Sumber : Kota Pematangsiantar Dalam Angka, 2013.

Secara keseluruhan, sektor industri memberikan nilai output sebesar


882 miliar rupiah, atau 25,5% dari total PDRB Kota Pematangsiantar.
Sektor ini juga menjadi lapangan pekerjaan bagi penduduk sebanyak

BAPPEDA KOTA PEMATANGSIANTAR

26

ANALISIS RENCANA INVESTASI PD PEMBANGUNAN & ANEKA USAHA


KOTA PEMATANGSIANTAR

LAPORAN AKHIR

18.785 jiwa (9,41%% dari total angkatan kerja).

Karena itu sektor

industri memiliki arti penting bagi Kota Pematangsiantar:


1. Menjadi penyumbang PDRB kedua terbesar (setelah sektor
perdagangan) di Kota Pematangsiantar
2. Merupakan sektor basis sehingga keberadaannya merupakan
penentu bagi berbagai sektor/tenaga kerja non basis.
3. Sektor industri Kota Pematangsiantar merupakan bagian dari
sistem agro bisnis Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi, dimana
berbagai

industri

seperti

pengolahan

tepung

tapioka,

pengolahan jagung dsb, merupakan sub sistem pengolahan.


4. Sektor industri merupakan mata pencaharian penduduk yang
terdidik.
C. Sektor Perdagangan
Sektor perdagangan memegang peranan penting dan menjadi sektor
dengan pertumbuhan paling pesat selama satu dekade terakhir.
Sektor ini pada awalnya digerakkan oleh kegiatan perdagangan grosir
maupun retail yang berlokasi di sekitar Pasar Horas dan Pasar
Parluasan,

namun

selanjutnya

berkembang

sehingga

mencakup

perdagangan modern, seperti supermarket, rumah makan, dengan


merk nasional dan internasional. Kegiatan perhotelan juga terlihat
mengalami perkembangan dengan lokasi saling berdekatan dengan
perdagangan dan rumah makan. Saat ini kegiatan perdagangan,
rumah makan dan hotel tersebar di 4 kecamatan pusat kota, Siantar
Utara, Siantar Timur, Siantar Selatan dan Siantar Barat.
Pada Tahun 2008, sektor perdagangan menghasilkan nilai output
sebesar 1,05 triliun rupiah, atau 30,33% dari total PDRB Kota
Pematangsiantar. Pertumbuhan sektor perdagangan dari tahun ke
tahun terus meningkat. Pada tahun 2012 tercatat sektor perdagangan
memberikan kontribusi sebesar 35,91%, subsektor perdagangan besar
dan eceran memberikan kontribusi 34,29%, restoran 1,10% dan
subsektor perhotelan berkontribusi sebesar 0,53%. Untuk itulah sektor
perdagangan

menjadi

BAPPEDA KOTA PEMATANGSIANTAR

sektor

penyumbang

terbesar

dalam

26

ANALISIS RENCANA INVESTASI PD PEMBANGUNAN & ANEKA USAHA


KOTA PEMATANGSIANTAR

LAPORAN AKHIR

pembentukan PDRB kota. Sektor perdagangan memiliki arti penting


bagi Kota Pematangsiantar yaitu:
1. Sektor ini menjadikan Kota Pematangsiantar sebagai pusat
koleksi dan distribusi komoditas pertanian dan industri bagi
wilayah Dataran Tinggi Sumatera Utara terutama Kabupaten
Simalungun, Toba Samosir, Samosir, Humbang Hasundutan dan
Tapanuli Utara.
2. Sektor ini menjadi mata pencaharian terbesar penduduk Kota
Pematangsiantar.

Pada

Tahun

2008,

sektor

perdagangan

menyerap tenaga kerja sebesar 77.375 jiwa atau 38,76% dari


total tenaga kerja.
3. Sektor perdagangan meliputi kegiatan perdagangan kaki lima
yang memiliki elastisitas penyerapan tenaga kerja yang tinggi.
D. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Sektor keuangan menghasilkan nilai output sebesar 411,1 miliar
rupiah, atau 11,89% dari total PDRB Kota Pematangsiantar, sehingga
menjadikannya sebagai sektor keempat terbesar dalam pembentukan
PDRB. Pada tahun 2012 sektor keuangan memberikan kontribusi
sebesar 14,11% terhadap total PDRB. Sektor keuangan merupakan
salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan output paling
signifikan disamping sektor perdagangan. Dilihat dari nilai tambah
sektor ini sendiri, subsektor bank berkontribusi sebesar 54,46%
kemudian diikuti subsektor sewa bangunan 21,39%, sektor lembaga
non bank 13,73%, jasa perusahaan 9,50%, dan perusahaan jasa
penunjang keuangan 0,92% yang berkontribusi paling kecil kepada
sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (Sumber data :
PDRB Kota Pematangsiantar 2007-2012)
Perkembangan sektor keuangan merupakan dampak langsung dari
pertumbuhan perekonomian kota, sehingga pertumbuhan sektor ini
diduga akan terus berlangsung.
E. Sektor Jasa-Jasa

BAPPEDA KOTA PEMATANGSIANTAR

26

ANALISIS RENCANA INVESTASI PD PEMBANGUNAN & ANEKA USAHA


KOTA PEMATANGSIANTAR

Sektor

LAPORAN AKHIR

jasa-jasa

menghasilkan

nilai

output

sebesar 418,6 miliar rupiah, atau 12% dari total


PDRB

Kota

Pematangsiantar,

sehingga

menjadikannya sebagai sektor ketiga terbesar


dalam pembentukan PDRB.
Sektor jasa-jasa meliputi jasa pemerintahan
dan

jasa

kemasyarakatan

(pendidikan,

kesehatan, peribadatan dsb). Pada tahun 2012 sektor jasa-jasa


memberikan sumbangan sebesar 12,53% dengan kontribusi subsektor
pemerintahan 9,11% dan subsektor swasta 3,42% dari keseluruhan
total PDRB (Sumber data : PDRB Kota Pematangsiantar 2007-2012)
Salah satu faktor yang mendorong besarnya kontribusi sektor jasa-jasa
dalam perekonomian Pematangsiantar adalah karena banyaknya unitunit

kegiatan

skala

besar

seperti

perguruan

tinggi

(mis.

STT

Nomensen, Universitas Simalungun), Rumah Sakit Umum dan pusatpusat

peribadatan.

Faktor

lainnya

adalah

banyaknya

kantor

pemerintahan dimana sebagian merupakan perwakilan dari tingkat


provinsi (balai/kanwil) maupun instansi Pemkab Simalungun.

Di sisi

lain, berbagai fasilitas pendidikan, kesehatan dan peribadatan tersebut


secara historis memiliki peran dan kualitas yang menentukan dalam
skala regional.

Sebagai contoh, STT Nomensen telah menjadi salah

satu sekolah tinggi agama paling berpengaruh di Provinsi Sumatera


Utara, sementara SMUN 2 dan SMU Budi Mulia telah menjadi unggulan
dalam skala regional. Demikian pula RSU Djasemen Saragih dan RSU
Horas Insani memiliki wilayah pelayanan skala regional.
Secara keseluruhan kondisi ini menjadikan sektor

jasa-jasa

menghasilkan output ekonomi dan lapangan kerja yang signifikan.


Dalam waktu mendatang, pengembangan sektor tersebut perlu
diakomodasi secara spasial dalam bentuk alokasi ruang secara
memadai.
2.2

KEADAAN PD PEMBANGUNAN DAN ANEKA USAHA

BAPPEDA KOTA PEMATANGSIANTAR

26

ANALISIS RENCANA INVESTASI PD PEMBANGUNAN & ANEKA USAHA


KOTA PEMATANGSIANTAR

LAPORAN AKHIR

Saat ini Perusahaan Daerah Pembangunan dan Aneka Usaha


baru dibentuk di Kota Pematangsiantar dan telah disahkan
dengan dikeluarkannya Perda tentang pembentukan Badan
Usaha Milik Daerah ini. Dalam upaya menggali sumber-sumber
Pendapatan

Asli

Daerah,

Pemerintah

Daerah

Kota

Pematangsiantar melalui Peraturan Daerah yang dibentuk untuk


melegalisasi

sebuah

Perusahaan

Daerah

yaitu

Perusahaan

Daerah Pembangunan dan Aneka Usaha akan mengelola semua


asset yang diberikan oleh Pemerintah Kota Siantar. Badan Usaha
ini akan mengelola unit usaha dibidang berikut:

Perumahan dan permukiman


Transportasi dan ekspedisi
Perhotelan dan kepariwisataan
Perparkiran
Konstruksi
Kesehatan dan farmasi
Pendidikan dan pelatihan
Perkantoran dan pertokoan
Pertanian dan perkebunan
Pertambangan dan energi
Kebersihan dan pertamanan
Perbankan dan asuransi
Percetakan
Informasi dan telekomunikasi
Perbengkelan
Olah raga
Perdagangan dan industry manufaktur
Makanan dan minuman
Jasa lainnya.
Pada saat ini PD Pembangunan dan Aneka Usaha diharapkan
dapat menjadi salah satu sumber PAD Kota Pematangsiantar.
Dalam

usaha

Pembangunan

pembentukan
dan

Aneka

awalnya,
Usaha

pengoperasian

akan

diberikan

PD

asset

Pemerintah Kota Pematangsiantar yang saat ini kurang produktif,


yaitu:
Terminal Tanjung Pinggir
Rumah Toko di jl Ahmad Yani

BAPPEDA KOTA PEMATANGSIANTAR

26

ANALISIS RENCANA INVESTASI PD PEMBANGUNAN & ANEKA USAHA


KOTA PEMATANGSIANTAR

LAPORAN AKHIR

SD Regrouping (4 Sekolah Dasar)


Rumah Potong Hewan
Terminal Sukadame
Bagian depan Rumah Sakit Daerah
Pasar Hongkong (Psr Diponegoro)
Taman Hewan Pematangsiantar
Jika pengelolaan unit-unit usaha PD. Pembangunan dan Aneka
Usaha tersebut dikelola dengan profesional dan manajemen
yang baik, maka PD. Pembangunan dan Aneka Usaha Kota
Pematangsiantar dapat menjadi sebuah perusahaan yang dapat
berkembang, maju, mandiri dan berdaya saing. Selain asset
lahan dan bangunan Pemerintah Kota Pematangsiantar akan
memberikan dana penyertaan modal sebesar 50 Milyar dalam
jangka waktu 10 tahun dan pada awal tahun akan diberikan
sebesar 10 Milyar rupiah.

Dalam upaya mencapai tujuan untuk menjadi Perusahaan Daerah yang


professional dan mandiri maka PD Pembangunan dan Aneka Usaha
memiliki rencana kerja utama yaitu :
Melakukan perencanaan, pembangunan, pemeliharaan dan/atau
mengelola

asset

daerah

yang

diberikan

oleh

Pemko

Pematangsiantar
Membantu menciptakan

distribusi barang dan jasa


Melakukan kerjasama dengan

membangun kepada para pihak


Melaksanakan upaya pemberdayaan pengusaha loKal.
Melakukan usaha perdagangan barang dan jasa professional

berskala pasar semi modern dan modern


Melakukan usaha lain dan penyertaan modal pada badan usaha

stabilitas

harga

pihak

dan

ketiga

kelancaran

yang

bersifat

lain, yang tidak bertentangan dengan maksud dan tujuan

didirikannya Perusahaan Daerah


Perusahaan Daerah dapat mengembangkan usahanya dengan
membentuk cabang, unit-unit usaha dan perwakilan serta anak
perusahaan yang berbentuk hukum perseroan terbatas (PT).

BAPPEDA KOTA PEMATANGSIANTAR

26

ANALISIS RENCANA INVESTASI PD PEMBANGUNAN & ANEKA USAHA


KOTA PEMATANGSIANTAR

LAPORAN AKHIR

Rencana Struktur Organisasi PD Pembangunan dan Aneka Usaha

Gambar 2.2. Struktur Organisasi PD Pembangunan


dan Aneka Usaha

BAPPEDA KOTA PEMATANGSIANTAR

26

ANALISIS RENCANA INVESTASI PD PEMBANGUNAN & ANEKA USAHA


KOTA PEMATANGSIANTAR

2.3

LAPORAN AKHIR

IDENTIFIKASI ASET PD PEMBANGUNAN DAN ANEKA

USAHA
Aset-aset yang akan dikelola oleh PD Pembangunan dan Aneka Usaha
adalah sebagai berikut:
1. Rumah Potong Hewan
Rumah Potong Hewan terletak di Jalan Melanthon Siregar, Kecamatan
Siantar Marihat, Kota Pematangsiantar Provinsi Sumatera Utara.
Rumah Potong Hewan ini memiliki luas total lahan seluas 12.290 m
dan luas bangunan yang ada seluas 1.953 m.
Gambar 2.3. Kondisi Aset RPH

Kondisi lapangan rumah potong hewan


yang kosong dan tidak produktif

Kondisi tempat pemotongan hewan

2. Rumah Toko
Aset ini meliputi tanah seluas 345 m, luas tanah seluas 675 m.
Bangunan ruko terdiri atas bangunan gedung permanen 2 lantai.
Lokasi ruko ini sangat strategis untuk peruntukan usaha karena
terletak dekat dengan pusat kota dan dekat dengan berbagai fasilitas
kebutuhan masyarakat. Lokasinya berada di jalan Jend. Ahmad Yani.

BAPPEDA KOTA PEMATANGSIANTAR

26

ANALISIS RENCANA INVESTASI PD PEMBANGUNAN & ANEKA USAHA


KOTA PEMATANGSIANTAR

LAPORAN AKHIR

Gambar 2.4. Kondisi Aset Rumah Toko

Kondisi Bangunan Rumah Toko

Kondisi bangunan yang permanen

3. Eks Terminal Sukadame


Aset ini meliputi tanah seluas 1.155 m dan bangunan semipermanen.
Pada saat ini aset tersebut digunakan sebagai kios perdagangan dan
terminal agrobisnis. Lokasi objek terletak di dalam eks terminal
sukadame, Kecamatan Siantar Barat Kota Pematangsiantar.
Gambar 2.5. Kondisi Eks Terminal Sukadame

Kondisi terminal Agrobisnis

Aset Sub Terminal Agrobisnis dimiliki


oleh Pemerintah Kota Pematangsiantar

4. Regrouping SD (4 sekolah SD)

BAPPEDA KOTA PEMATANGSIANTAR

26

ANALISIS RENCANA INVESTASI PD PEMBANGUNAN & ANEKA USAHA


KOTA PEMATANGSIANTAR

LAPORAN AKHIR

Aset ini tersebar di Kota Pematangsiantar, tepatnya ada 4 sekolah


yang akan dikelola oleh PD Pembangunan dan Aneka Usaha. Pada saat
ini aset tersebut tidak digunakan sebagai fasilitas sekolah. Sebagian
asset memiliki kualitas gedung yang masih bagus sementara ada juga
asset yang dalam kondisi yang tidak layak.
Gambar 2.6. Kondisi Regrouping SD

gedung eks sekolah dasar yang sudah


direnovasi

Bangunan gedung berada diantar


gedung sekolah yang lain

5. Terminal Tanjung Pinggir


Asset ini merupakan lokasi terminal regional yang direncanakan
sebelumnya. Namun operasional terminal tidak berjalan karena belum
siapnya atau belum tersosialisasikannya pemindahan terminal yang
ada saat ini. Kondisi terminal kosong dan masih banyak lahan kosong
yang belum digunakan.
Gambar 2.7. Kondisi Terminal Tanjung Pinggir

Kondisi bangunan yang masih rapi

Perkerasan jalan sudah permanen

6. Rumah Sakit (gedung bagian depan)

BAPPEDA KOTA PEMATANGSIANTAR

26

ANALISIS RENCANA INVESTASI PD PEMBANGUNAN & ANEKA USAHA


KOTA PEMATANGSIANTAR

LAPORAN AKHIR

Aset ini masih mamiliki gedung bangunan yang relatif terawat dan
memiliki halaman kosong yang luas. Posisinya sangat strategis karena
berada di jalan merdeka yang merupakan pusat kegiatan perdagangan
di Kota Pematangsiantar.
Gambar 2.8. Kondisi Rumah Sakit (gedung bagian depan)

Kondisi bangunan Depan RS

Lahan kosong di depan RS

7. Pasar Hongkong (Pasar Diponegoro)


Aset ini meliputi tanah seluas 1.000 m, bangunan terdiri atas kios
beserta sarana pelengkap yang terdiri dari toilet dan sarana umum
lainnya dan sarana parkir (perkerasan). Total luas bangunan sama
dengan luas lahan seluas 1.000 m.
Gambar 2.9. Kondisi Pasar Hongkong (Pasar Diponegoro)

Kondisi parkir pasar

Kondisi kios dan lokasi parkir yang


terbatas

BAPPEDA KOTA PEMATANGSIANTAR

26

ANALISIS RENCANA INVESTASI PD PEMBANGUNAN & ANEKA USAHA


KOTA PEMATANGSIANTAR

LAPORAN AKHIR

8. Taman Hewan Pematangsiantar


Taman Hewan Pematang Siantar (THPS) atau sebelumnya dikenal juga
sebagai Kebun Binatang Siantar dan Kebun Binatang Pematang
Siantar, adalah kebun binatang yang terletak di kota Pematangsiantar.
Kebun binatang ini resmi dibuka untuk umum pada tanggal 27
November 1936 dengan luas areal sekitar 4.5 hektare. THPS berlokasi
di Jl. Kapt. MH. Sitorus No. 10, Kota Pematang Siantar, Provinsi
Sumatera Utara. Sampai saat ini THPS masih mempertahankan
statusnya sebagai kebun binatang yang terlengkap dan terbaik di
wilayah Sumatera Utara.
Gambar 2.10. Kondisi Taman Hewan Pematangsiantar

Kondisi gapura THPS

2.4

Kondisi didalam THPS

STRATEGI PENGEMBANGAN PD PEMBANGUNAN

Strategi pengembangan PD Pembangunan dan Aneka Usaha dibagi


atas 4 strategi yaitu strategi marketing, strategi Research and
Development, strategi Struktural dan strategi financial.
a. Marketing Strategies
Kampanye promosi untuk setiap unit usaha PD Pembangunan
dan Aneka Usaha :

Promosi melalui pendekatan ke organisasi dan komunitas


publik.

BAPPEDA KOTA PEMATANGSIANTAR

26

ANALISIS RENCANA INVESTASI PD PEMBANGUNAN & ANEKA USAHA


KOTA PEMATANGSIANTAR

LAPORAN AKHIR

Promosi melalui eventevent yang diadakan di area unit


usaha PD Pembangunan dan Aneka Usaha.

Promosi melalui periklanan (billboard) untuk tiap unit


usaha.

Menciptakan dan mengedepankan Brand produk yang baru.


b. R&D Strategies
Mengedepankan riset tentang keinginan Pasar yang ada saat
ini.
Mengedepankan riset tentang keinginan Pasar yang ada saat
ini.
Memanfaatkan Teknologi Informasi (IT) dalam menjalankan
operasional perusahaan
Memastikan nilai perusahaan yang baru kepada seluruh pekerja
dalam perusahaan
c. Organizational/Structural Strategies
Membentuk sistem perusahaan dengan mengurangi sistem
yang terpusat
Menyusun

struktur

perusahaan

menjadi

lebih

kecil

dan

terintegrasi.
Level manajer lebih diberi tanggungjawab pekerjaan dan
kebebasan

dalam mengambil keputusan dan dituntut untuk

melaksanakan tugas berdasarkan hasil pekerjaan dibarengi


dengan peningkatan kapasitas dan kapabilitas.
d. Financial Strategies
Memanfaatkan IT untuk mengurangi sistem administrasi yang
berbelit-belit.
Inisiatif untuk mengurangi biaya produksi.
Melaksanakan Feet and Proper test terhadap perekrutan SDM
yang baru agar diperoleh SDM yang produktif.

BAPPEDA KOTA PEMATANGSIANTAR

26

ANALISIS RENCANA INVESTASI PD PEMBANGUNAN & ANEKA USAHA


KOTA PEMATANGSIANTAR

LAPORAN AKHIR

Menghilangkan sistem pembayaran/keuangan yang berbelitbelit yang mengakibatkan kinerja tiap unit usaha semakin
kompleks (Efisien, Efektif dan Produktif).
2.5

RENCANA PENGEMBANGAN PD PEMBANGUNAN DAN

ANEKA USAHA
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan daerah telah
memberikan pengertian tentang perusahaan daerah, dimana dititik
beratkan kepada faktor permodalan yang dinyatakan untuk seluruhnya
atau sebagiannya merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otda
Nomor 43 Tahun 2000 tentang Pedoman Kerjasama Perusahaan
Daerah dengan Pihak Ketiga Pasal 1, menetapkan bahwa: Perusahaan
daerah adalah semua badan usaha yang modalnya merupakan
kekayaan daerah yang dipisahkan dan pendiriannya diprakarsai oleh
daerah
Ada beberapa hal mengenai perusahaan daerah yaitu sebagai berikut :
1. Perusahaan Daerah adalah kesatuan produksi yang bersifat:
Memberi

jasa,

Menyelenggarakan

pemanfaatan

umum,

memupuk pendapatan.
2. Tujuan perusahaan daerah untuk turut serta melaksanakan
pembangunan daerah khususnya dan pembangunan kebutuhan
rakyat dengan menggutamakan industrialisasi dan ketentraman
serta ketenangan kerja menuju masyarakat yang adil dan
makmur.
3. Perusahaan daerah bergerak dalam lapangan yang sesuai
dengan

urusan

rumah

tangganya

menurut

perundang-

undangan yang mengatur pokok-pokok pemerintahan daerah.


4. Cabang-cabang

produksi

yang

penting

bagi

daerah

dan

mengusai hajat hidup orang banyak di daerah, yang modal

BAPPEDA KOTA PEMATANGSIANTAR

26

ANALISIS RENCANA INVESTASI PD PEMBANGUNAN & ANEKA USAHA


KOTA PEMATANGSIANTAR

untuk

seluruhnya

merupakan

LAPORAN AKHIR

kekayaan

daerah

yang

dipisahkan.
Dalam konteks wilayah Kota Pematangsiantar, saat ini Perusahaan
Daerah yang telah beroperasi di Kota Pematangsiantar adalah
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Uli. Seiring dengan
perkembangan Kota Pematangsiantar dan dalam rangka meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat, diadakan sebuah instansi khusus yang
mengelola usaha pembangunan dengan lebih fleksibel di Kota
Pematangsiantar untuk lebih mengembangkan perekonomian daerah.
Adapun

maksud

dan

tujuan

pendirian

Perusahaan

Daerah

Pembangunan dan Aneka Usaha Kota Pematangsiantar ini adalah:


a. Menyediakan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan
lingkup usahanya
b. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
c. Turut serta melaksanakan pembangunan daerah dan menunjang
kebijakan program pemerintah dalam pelayanan umum di
bidang ekonomi.
d. Pembangunan di bidang pembangunan serta dibidang usaha
barang dan jasa yang berkaitan dengan pengelolaan badan
usaha

dengan

menerapkan

prinsip-prinsip

manajemen

perusahaan yang baik


e. Memanfaatkan sumber daya dan asset yang dimiliki Perusahaan
Daerah guna meningkatkan produktivitas barang dan jasa yang
bermutu tinggi.
f. Memanfaatkan sumber daya lokal yang dihasilkan masyarakat
Kota Pematangsiantar dan hinterland-nya guna meningkatkan
nilai tambah barang dan jasa.
Ruang

lingkup

usaha

atau

jenis

usaha

Perusahaan

Daerah

Pembangunan dan Aneka Usaha Kota Pematangsiantar ini adalah:


a.
b.
c.
d.
e.

Perumahan dan permukiman


Transportasi dan ekspedisi
Perhotelan dan kepariwisataan
Perparkiran
Konstruksi

BAPPEDA KOTA PEMATANGSIANTAR

26

ANALISIS RENCANA INVESTASI PD PEMBANGUNAN & ANEKA USAHA


KOTA PEMATANGSIANTAR

LAPORAN AKHIR

f. Kesehatan dan farmasi


g. Pendidikan dan pelatihan
h. Perkantoran dan pertokoan
i. Pertanian dan perkebunan
j. Pertambangan dan energi
k. Kebersihan dan pertamanan
l. Perbankan dan asuransi
m. Percetakan
n. Informasi dan telekomunikasi
o. Perbengkelan
p. Olah raga
q. Perdagangan dan industry manufaktur
r. Makanan dan minuman
s. Jasa lainnya.

2.6

PENDEKATAN UMUM ANALISIS INVESTASI

Berdasarkan masalah yang akan diteliti, kerangka konsep penelitian ini


menggunakan pendekatan dengan Input, Proses, Output, dimana
faktor

internal

pengambilan
Perusahaan

dan

faktor

keputusan
Daerah

eksternal
didalam

Pembangunan

sebagai

Analisis
dan

pendukung
Rencana

Aneka

untuk

Investasi

Usaha

Kota

Pematangsiantar.
Untuk mendapatkan hasil penelitian ini melalui analisis situasi dari
faktor internal yang meliputi biaya operasional Rumah Potong Hewan,
Rumah Toko dan Terminal Sukadame

di Kota Pematangsiantar serta

sumber dana sedangkan faktor eksternal didapatkan gambaran dari


data

demografi,

sarana

prasarana,

fasilitas

usaha,

selanjutnya

diuraikan lagi dengan melihat analisa kebutuhan jenis usaha, trend,


dan kemampuan pembiayaan sampai kebutuhan akan perlunya
pembentukan Badan Usaha Milik Daerah. Dengan mempertimbangkan
hal tersebut diatas maka akan diuraikan kerangka pembahasan studi
ini dalam Bagan Alur di bawah ini :

BAPPEDA KOTA PEMATANGSIANTAR

26

ANALISIS RENCANA INVESTASI PD PEMBANGUNAN & ANEKA USAHA


KOTA PEMATANGSIANTAR

LAPORAN AKHIR

Analisis Kebutuhan BUMD

A
Layout

Kesimpulan dan Saran

BAPPEDA KOTA PEMATANGSIANTAR

26

ANALISIS RENCANA INVESTASI PD PEMBANGUNAN & ANEKA USAHA


KOTA PEMATANGSIANTAR

LAPORAN AKHIR

Gambar 2.11 Prosedur Penelitian Analisis


Parkir,sewa

Biaya Investasi Awal / Pembangunan PD Pembangunan dan Aneka


Usaha

Pendapatan

Penentuan Tingkat Pertumbuhan Pendap

Tidak

Tidak Layak

BAPPEDA KOTA PEMATANGSIANTAR

26

ANALISIS RENCANA INVESTASI PD PEMBANGUNAN & ANEKA USAHA


KOTA PEMATANGSIANTAR

LAPORAN AKHIR

Gambar 2.12 Prosedur Penelitian Kelayakan Finansial PD Pembangunan


dan Aneka Usaha

2.7

METODOLOGI

2.7.1 Rancangan Penelitian


Penyusunan studi kelayakan ini merupakan studi kasus dengan
penelitian kwantitatif yang dilakukan di Kota Pematangsiantar dengan
menggunakan analisis trend pada faktor internal dan eksternal serta
analisa pembiayaan untuk menentukan kelayakan investasi pada PD
Pembangunan dan Aneka Usaha Kota Pematangsiantar.
2.7.2 Persiapan Pelaksanaan Kegiatan
Persiapan yang dilakukan antara lain menyangkut hal-hal sebagai
berikut :
a.

Persiapan Administrasi; masalah administrasi yang harus


diselesaikan terutama meliputi adminsitrasi kontrak dan legalitas
personil yang akan ditugaskan untuk melaksanakan pekerjaan ini,
baik legalitas di lingkungan intern Konsultan maupun legalitas yang
diperlukan untuk berhubungan dengan pihak lain yang terkait.

b.

Persiapan
mampu

Personil;

menangani

penyusunan

pekerjaan

ini

yang

Tim

Pelaksana

meliputi

yang

kualifikasi

(kompetensi) dan jumlah tenaga. Setelah tim terbentuk, langkah


selanjutnya

adalah

BAPPEDA KOTA PEMATANGSIANTAR

menyusun

jadwal

pelaksanaan

pekerjaan,

26

ANALISIS RENCANA INVESTASI PD PEMBANGUNAN & ANEKA USAHA


KOTA PEMATANGSIANTAR

LAPORAN AKHIR

dengan mendasarkan pada alokasi waktu yang telah realisistis dan


optimum, baik secara keseluruhan maupun secara parsial sesuai
dengan tugas masing-masing Tenaga Ahli

dalam melaksanakan

pekerjaan.
c.

Persiapan

Peralatan;

seluruh

peralatan,

baik

untuk

keperluan kantor maupun untuk survei lapangan, disiapkan dengan


teliti agar dapat segera digunakan pada saat diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan.
Selain

persiapan

ketiga

hal

tersebut,

adalah

penting

untuk

mengadakan penyusunan data dan informasi yang diperlukan guna


menunjang

pekerjaan,

dengan

membedakan

atas

jenis-jenis

data/informasi mana yang tersedia dan yang belum tersedia serta


data/informasi mana harus diusahakan ketersediaannya. Dilakukan
pula

inventarisasi

informasi

yang

diperlukan

untuk

peninjauan

lapangan (survei pendahuluan/reconnaissance survey) pada lokasi


asset PD Pembangunan dan Aneka Usaha.
2.7.3 Lokasi Penelitian
Studi kelayakan dilakukan di lokasi asset daerah yang akan diserahkan
kepada PD Pembangunan yang ada di Kota Pematangsiantar yang
berlokasi di kecamatan yang ada di Kota Pematangsiantar, dengan
fokus penelitian dilakukan pada kelayakan investasi PD Pembangunan
dan Aneka Usaha Kota Pematangsiantar yang terdiri dari :
Terminal Tanjung Pinggir
Rumah Toko
SD Regrouping
Rumah Potong Hewan
Terminal Sukadame
Bagian depan Rumah Sakit Daerah
Pasar Hongkong (Psr Diponegoro)
Taman Hewan Pematangsiantar

BAPPEDA KOTA PEMATANGSIANTAR

26

ANALISIS RENCANA INVESTASI PD PEMBANGUNAN & ANEKA USAHA


KOTA PEMATANGSIANTAR

LAPORAN AKHIR

Sementara analisis investasi awal yang akan dikaji dan dilihat


kelayakan investasinya adalah kondisi asset dari masing-masing unit
usaha yang akan dikelola oleh PD Pembangunan dan Aneka Usaha
untuk kebutuhan Kota Pematangsiantar.
2.7.4 Pengumpulan Data
Penentuan sumber data dapat bersifat primer dan sekunder. Kedua
data tersebut dilakukan pada saat kondisi sekarang atau data terbaru.
Ketelitian

dan

kesahihan

data

perlu

diteliti

jikalau

adanya

kemungkinan kesalahan karena adanya perubahan data base yang


telah dikumpulkan.
Untuk

mendapatkan

informasi

dalam

penelitian

ini

dilakukan

pengumpulan data primer yaitu : Data primer didapat dengan


melakukan survei kondisi eksisting pengelola asset terpilih yang akan
dirubah menjadi BUMD dan kondisi asset dari masing-masing unit
usaha yang akan dikelola oleh PD Pembangunan dan Aneka Usaha.
Data sekunder yaitu : pengumpulan data internal melalui wawancara
pada pihak pihak terkait, pengumpulan laporan rencana-rencana
yang ada kaitannya dengan pembangunan PD Pembangunan dan
Aneka Usaha, juga data pendukung lainnya dari bagian pembiayaan
berupa informasi perkiraan biaya operasional dari masing-masing unit
usaha di Kota Pematangsiantar.
Pengumpulan
demografi

data

yaitu

eksternal

sosio

yang

ekonomi

berhubungan

masyarakat

di

dengan

data

wilayah

Kota

Pematangsiantar bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), dalam


kurun waktu tahun 2008 2013, pendukung data lain yaitu data-data
dari Bappeda seperti biaya gedung dan lahan per meter persegi,
perkiraan biaya operasional dan suku bunga di Kota Pematangsiantar
yang berlaku saat ini.
2.7.5 Pengolahan data

BAPPEDA KOTA PEMATANGSIANTAR

26

ANALISIS RENCANA INVESTASI PD PEMBANGUNAN & ANEKA USAHA


KOTA PEMATANGSIANTAR

LAPORAN AKHIR

Kegiatan pengolahan data meliputi tahapan sebagai berikut :


1. Memeriksa dan meneliti apakah data yang sudah ada lengkap
dan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitian.
2. Mengelompokkan data yang ada dikelompokkan ke bagian
bagian

yang

lebih

spesifik

untuk

memudahkan

dalam

menganalisanya.
2.7.6 Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis, dengan tahapan sebagai
berikut :
1. Dilakukan cleaning terhadap data yang telah diperoleh dari
lembar pengumpul data sehingga terjamin validitas data, apabila
terdapat data yang meragukan dilakukan klarifikasi dengan
sumber data baik.
2. Dilakukan entry data terhadap data yang telah diperoleh dari
data primer maupun sekunder dengan menggunakan software
yang sesuai, untuk analisis trend dengan menggunakan program
forecasting linier regresi dan program sphreadsheet untuk
menghitung keuangannya.
3. Dari seluruh data yang telah terkumpul dan telah dilakukan
entry, maka selanjutnya dilakukan analisa kuantitatif dalam
bentuk

tabulasi

analisa

transportasi

untuk

mendapatkan

keputusan pengembangan yang diperoleh dari data dengan lima


tahun terakhir. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis
karakteristik fasilitas sarana dan prasarana, analisis peramalan
kebutuhan perusahaan daerah dengan penejelasan sebagai
berikut :
a. Analisis Lembaga Usaha di Kota Pematangsiantar.
Analisis yang dilakukan adalah dengan melakukan
pembobotan dan scoring tehadap variabel masing-masing
alternative lembaga/badan yang telah dipilih. Penentuan
lembaga pengelola

unit usaha harus memperhatikan

beberapa hal berikut ini dan hal ini yang akan dijadikan

BAPPEDA KOTA PEMATANGSIANTAR

26

ANALISIS RENCANA INVESTASI PD PEMBANGUNAN & ANEKA USAHA


KOTA PEMATANGSIANTAR

LAPORAN AKHIR

variable penentuan bentuk lembaga pengelola unit usaha,


variable lembaga yang akan ditentukan skornya adalah:

rencana

kebutuhan

merupakan

bagian

lembaga
dari

pengelola

rencana

umum

yang
Pemko

Pematangsiantar.

rencana umum tata ruang.

Efektifitas Lembaga/badan pengelola unit usaha.

keterpaduan lembaga/badan dalam mengelola unit


usaha baik intra maupun antar usaha yang ada di Kota
Pematangsiantar.

kondisi topografi, lokasi unit usaha.

kelestarian lingkungan.

b. Analisis Karakteristik Fasilitas Bangunan Aset Usaha


Analisis awal yang dipergunakan adalah mencocokkan
data konstruksi/layout bangunan asset yang akan dikelola
oleh Pembangunan dan fasilitas yang diperlukan untuk
bangunan unit usaha baru, setelah itu diakumulasikan nilai
per meter persegi bangunan dan nilai lahan usaha.
Analisis faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan
eksternal (kesempatan dan ancaman) unit usaha di Kota
Pematangsiantar.
c. Analisis
Kelayakan

Finansial

Investasi

pada

PD

Pembangunan dan Aneka Usaha.


Biaya investasi/Initial Cost dihitung berdasarkan Rencana
Anggaran Biaya yang berlaku saat ini. Sedangkan suku
bunga yang dipakai adalah suku bunga yang berlaku saat
ini atau dari data BPS Kota Pematangsiantar. Pendapatan
yaitu dari tarif sewa gedung, parkir dan semua hal yang
menghasilkan pendapatan bagi pengelolaan unit usaha.
Setelah didapat biaya biaya tersebut nilainya diajukan
dalam bentuk Present dan dituangkan dalam bentuk Cash
Flow diagram, kemudian dihitung NPV dan BC ratio.

BAPPEDA KOTA PEMATANGSIANTAR

26

ANALISIS RENCANA INVESTASI PD PEMBANGUNAN & ANEKA USAHA


KOTA PEMATANGSIANTAR

LAPORAN AKHIR

Langkah terakhir adalah menganalisis kelayakan serta


sensitivitas untuk mengambil suatu simpulan dan saran.
Sensitivitas terhadap dirinya sendiri, yaitu sensivitas pada
kondisi BEP (Break Even Point) yaitu pada saat NPV = 0.
Menganalisa sensitivitas dapat dilakukan terhadap initial
cost. Sensitivitas terhadap benefit, sensitivitas terhadap
operasional ataupun sensitivitas terhadap suku bunganya
(Glatman, 2006)
2.8

KRITERIA PENILAIAN INVESTASI

Untuk mengurangi resiko atau ketidakpastian dalam penanaman suatu


investasi dalam hal ini investasi pada PD Pembangunan dan Aneka
Usahadi Kota Pematangsiantar, sebaiknya dilakukan kajian terhadap
faktor yang berpengaruh terhadap kelayakan suatu kegiatan, dapat
dilakukan pengembangan kriteria dari masing masing faktor
tersebut. (Umar, 2001) antara lain seperti :
a. Faktor Ekonomi
1) Net Present Value (NPV) artinya selisih antara Present
Value

dari

penerimaan

investasi

dengan

penerimaan

nilai

kas

sekarang

bersih

(aliran

dari
kas

operasional maupun aliran kas) di masa yang akan


datang.

Untuk

menghitung

nilai

sekarang

perlu

ditentukan tingkat bunga yang relevan.


NPV merupakan net benefit yang telah didiskon dengan
menggunakan social opportunity cost of capital sebagai
diskon faktor.

BAPPEDA KOTA PEMATANGSIANTAR

26

ANALISIS RENCANA INVESTASI PD PEMBANGUNAN & ANEKA USAHA


KOTA PEMATANGSIANTAR

LAPORAN AKHIR

Rumus:

Dimana:
NB
= Net benefit = Benefit Cost
C
= Biaya investasi + Biaya operasi
= Benefit yang telah didiskon
= Cost yang telah didiskon
i
= diskon faktor
n
= tahun (waktu
Kriteria:
NPV > 0 (nol) usaha/proyek layak (feasible) untuk dilaksanakan
NPV < 0 (nol) usaha/proyek tidak layak (feasible) untuk dilaksanakan
NPV = 0 (nol) usaha/proyek berada dalam keadaan BEP dimana
TR=TC dalam bentuk present value.

Untuk menghitung NPV diperlukan data tentang perkiraan


biaya investasi, biaya operasi, dan pemeliharaan serta
perkiraan benefit dari proyek yang direncanakan.
2) Internal

Rate

Return

(IRR)

menunjukkan

besarnya

keuntungan yang akan didapat dibandingkan dengan rate


bunga yang berlaku, artinya, apabila IRR lebih kecil dari
bunga bank yang berlaku, lebih baik investasi yang akan
ditanam dalam proyek disimpan dalam Bank karena lebih
memberikan

keuntungan.

Apabila

sama

dengan

nol

berarti keuntungan proyek akan sama dengan apabila kita


menyimpan investasi ke dalam bank. Sedangkan bila nilai

BAPPEDA KOTA PEMATANGSIANTAR

26

ANALISIS RENCANA INVESTASI PD PEMBANGUNAN & ANEKA USAHA


KOTA PEMATANGSIANTAR

LAPORAN AKHIR

IRR yang dihasilkan tersebut lebih besar dari tingkat


bunga yang disyaratkan berarti lebih baik menjalankan
proyek tersebut dibandingkan bila kita menyimpannya di
bank.
IRR adalah suatu tingkat discount rate yang menghasilkan
NPV = 0 (nol).
Jika IRR > SOCC maka proyek dikatakan layak
IRR = SOCC berarti proyek pada BEP
IRR < SOCC dikatakan bahwa proyek tidak layak.

Rumus :

dimana:

i1 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1


i2 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2

3) Benefit Cost Ratio (BCR)


Benefit Cost Ratio adalah Perbandingan antara Present
Value Benefit dibagi dengan Present Value Cost. Hasil BCR
dari suatu proyek dikatakan layak secara finansial bila
nilai BCR adalah lebih besar dari 1. Nilai ini dilakukan
berdasarkan

nilai

sekarang,

yaitu

dengan

membandingkan selisih manfaat dengan biaya yang lebih


besar dari nol dan selisih manfaat dan biaya yang lebih
kecil dari nol. Persamaan umum untuk metoda ini adalah
sebagai berikut :

Nilai B/Cnet yang lebih kecil dari satu menunjukkan


investasi yang buruk. Hal ini menggambarkan bahwa
keuntungan yang diperoleh oleh badan usaha lebih kecil
daripada investasi yang diberikan pada badan usaha.

BAPPEDA KOTA PEMATANGSIANTAR

26

Вам также может понравиться