Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Latar belakang
Miastenia Gravis adalah suatu penyakit autoimun yang disebabkan oleh gangguan
transmisi neuromuskuler yang dimediasi oleh antibody pada reseptor asetilkolin di
neuromuscular junction. 1
Dikenal 4 golongan miastenia gravis, yaitu Golongan I dengan gejala hanya
terdapat pada otot ocular, Golongan IIA miastenia gravis umum ringan, Golongan IIB
miastenia gravis umum sedang, Golongan III miastenia gravis umum akut yang berat,
yang juga mengenai otot-otot pernafasan, Golongan IV miastenia gravis kronik yang
berat.1,6
Miastenia gravis tidak jarang dijumpai dengan angka prevalensi paling sedikit 1
dalam 10.000. kelainan ini dapat mengenai individu pada semua kelompok umur, tetapi
terdapat puncak insidensi pada perempuan di usia dua puluhan atau tiga puluhan dan
pada laki-laki di usia lima puluhan dan enam puluhan. Secara keseluruhan perempuan
lebih sering terkena daripada laki-laki dengan perbandingan 3:2. Miastenia dapat
berhubungan dengan rematoid arthritis, tumor thyroid, tirotoxicosis dan Lupus
eritematosus diseminata. 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Miastenia Gravis adalah suatu penyakit autoimun yang disebabkan oleh gangguan
transmisi neuromuskuler yang dimediasi oleh antibody pada reseptor asetilkolin di
neuromuscular junction yang menunjukkan beberapa gejala klinis, namun yang paling
penting adalah ditandai dengan kelemahan otot-otot volunter. Kelemahan otot tersebut
terutama pada saat beraktifitas, yang mana dapat kembali normal dengan istirahat, dan
kekuatan otot tersebut dapat meningkat secara dramatis dengan pemberian obat
antikolinesterase seperti neostigmin. 1,3
KLASIFIKASI 1,6
Osserman membagi miastenia gravis menjadi 4 golongan, yaitu :
Golongan I
Golongan IIA
Golongan IIB
Golongan III
Golongan IV
c. Miastenia congenital
Biasanya muncul pada saat atau tak lama setelah bayi lahir. Tak ada kelainan
imunologik dan antibodi anti-reseptor asetilkolin tidak ditemukan. Jenis ini
biasanya ticlak progresif
d. Miastenia familial
Sebenarnya, jenis ini merupakan kategari diagnostik yang tidak je las. Biasa terjadi
pada miastenia kongenital dan jarang terjadi pada miastenia gravis dewasa.
e. Sindrom miastenik (Eaton-Lambert syndrome)
Jenis ini merupakan gangguan presinaptik yang dicirikan oleh terganggunya
pengeluaran asetilkolin dari ujung saraf. Sering kali berkaitan dengan karsinoma
bronkus (small cell carsinoma). Gambaran kliniknya berbeda dengan miastenia
gravis. Pada umumnya penderita mengalami kelemahan otot-otot proksimal tanpa
disertai atrofi, gejala-gejala orofaringeal dan okular tidak mencolok, dan refleks
tendo menurun atau negatif. Sering ka1i penderita mengeluh mulutnya kering.
f. Miastenia gravis antibodi-negatif
Kurang lebih 1/4 dari para penderita miastenia gravis tidak menunjukkan adanya
antibodi. Pada umumnya keadaan demikian ini terdapat pada pria dari golongan I
(okular) dan II B. Tiadanya antibodi tidak menunjukkan bahwa penderita tidak akan
memberi respons terhadap pemberian prednison, obat sitostatik, plasma feresis, atau
timektomi.
g. Miastenia gravis terinduksi penisilamin
D-penisilamin (D-P) digunakan untuk mengobati artritis reumatoid, penyakit
Wilson, dan sistinuria. Setelah penderita menerima D-P beberapa bulan, penderita
dapat mengalami miastenia gravis yang secara perlahan-lahan akan menghilang
setelah D-P dihentikan.
h. Botulisme
Antibody adalah suatu substansi yang dibuat oleh system imun tubuh untuk
melawan infeksi. Kelenjar timus sangat penting dalam perkembangan system imun
pada awal kehidupan. Pada beberapa penderita miastenia gravis dewasa didapatkan
pertumbuhan abnormal dari kelenjar timusnya (tumor jinak kelenjar timus). Walaupun
hubungan antara kelenjar timus dengan miastenia gravis masih belum jelas, para
ilmuwan berpendapat kelenjar timus kemungkinan bertanggung jawab atas system imun
yang menyerang reseptor asetilkolin.
GEJALA KLINIS
Biasanya otot-otot yang seringkali terserang adalah otot-otot mata dan lebih
sedikit mengenai otot wajah, otot rahang, otot tenggorok dan otot leher, namun pada
kasus yang lebih jarang keluhan awalnya pada otot tungkai dan lengan, namun seiring
dengan bertambah beratnya penyakit, otot otot yang lain dapat pula ikut terkena.
dengan
terbloknya
aktivitas
asetilkolinesterase
akan
memperpanjang stimulasi otot dan meningkatkan kekuatan otot sementara. Pada test
edrophonium diberikan secara intra vena dengan dosis 10 mg atau 1 ml (2 mg
sebagai dosis inisial 8 mg diberikan setelah 30 detik dari dosis yang pertama
tesebut), maka dengan pasien miastenia akan didapatkan peningkatan kekuatan otot
selama 5 menit.
2. Pemeriksaan X-ray dan CT Scan
X-ray dan CT Scan pada dada digunakan untuk mendektasi untuk mendeteksi
pembesaran timus atau timoma yang biasanya ditemukan pada miastenia gravis
3. EMG
Pada pemeriksaan EMG ditemukan kontraksi ototnya melemah secara
progresif.
4. Pemeriksaan serologi
Pemeriksaan dengan radioimmunoassay ditemukan serum antibody reseptor
asetilkolin 85-90% pada pasien miastenia gravis dan kurang lebih 70 % pada pasien
yang baru mempunyai gejala pada otot mata.
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
PENATALAKSANAAN.2
A. Tatalaksana Umum
1. Obat Antikolinesterase
Seperti Neostigmine (prostigmin) dan pyridostigmine (mestinon) merupakan
analog dari neostigmin. Obat ini mencegah pemecahan asetilkolin sehingga
asetilkolin terakumulasi dan terakumulasi pada neuromuscular junction dan
memperlama aktivitas asetilkolin, hal ini menyebabkan otot dapat berkontraksi
lebih lama. Antikolinesterase memberikan perbaikan bermakna pada beberapa
pasien dan sedikit, bahkan tidak berpengaruh sama sekali pada pasien lainnya.
Antikolinesterase dipengaruhi oleh infeksi, menstruasi, stres emosional dan cuaca
panas. Obat ini mempunyai efek sampimg antara lain hipersalivasi, nyeri abdomen,
mual, muntah dan diare. Untuk mengurangi efek samping gastrointestinal ini,
bersama dengan antiesterase diberikan juga kaolin. Dosis neostigmin 15 mg per oral
4 kali sehari dan dinaikkan dosisnya sampai 180 mg/ hari untuk menimbulkan
perbaikan. Dosis piridostigmin 0.6- 1,5 gram/hari sampai memberikan perbaikan
maksimal.
2. Kortikosteroid
KOMPLIKASI
1. Gagal napas
2. Disfagia
3. Krisis miastenik
4. Krisis kolinergik
5. Komplikasi sekunder dari terapi obat
Penggunaan steroid yang lama :
PROGNOSIS
Dengan terapi yang adekuat sebagian pasien miastenia gravis memiliki
prognosis yang baik. Pasien pasien tersebut mendapatkan perbaikan yang nyata dan
menjalani kehidupan normal. Pada beberapa kasus dapat terjadi remisi sementara dan
sembuh total sehingga pengobatan dapat dihentikan, tapi pada kasus tertentu dapat
menyebabkan keadaan krisis (kegagalan pernapasan) yang membutuhkan tindakan
emergency.
BAB III
KESIMPULAN
Golongan IIA
Golongan IIB
Golongan III
Golongan IV
Gejala Klinis didapatkan biasanya otot-otot yang seringkali terserang adalah otototot mata dan lebih sedikit mengenai otot wajah, otot rahang, otot tenggorok dan
otot leher, namun pada kasus yang lebih jarang keluhan awalnya pada otot tungkai
dan lengan, namun seiring dengan bertambah beratnya penyakit, otot otot yang lain
dapat pula ikut terkena. Kelemahan otot tersebut terutama pada saat beraktifitas,
yang mana dapat kembali normal dengan istirahat
Penatalaksanaan
meliputi
pemberian
obat Antikolinesterase,
kortikosteroid,
Dengan terapi yang adekuat sebagian pasien miastenia gravis memiliki prognosis
yang baik. Pasien pasien tersebut mendapatkan perbaikan yang nyata dan menjalani
kehidupan normal
DAFTAR PUSTAKA
1. Adams, Raymond D, Victor Maurice, Myasthenia Gravis, Principles of
Neurology. Ed 4th.USA,1989.
2. Simon, Roger, Aminoff, Michael J, Greenberg, David. Myasthenia Gravis, Lange
Clinical Neurology. Ed 4th . USA. 1999.
3. Rowland, P,Lewis Harad, Y. Myasthenia Gravis. Merrits Neurology. Ed 7th. USA
2005.
4. Jones, Royden, H. Myasthenia Gravis. Netter Neurology International Student.
USA. 2005
5. Isselbacher, Braundwald, Wilson, Miastenia Gravis. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu
Penyakit Dalam edisi 13, volume 5. 2000
6. Harsono. Spondilitis Tuberkulosis, Kapita Selekta Neurologi. Edisi kedua.
Penerbit Universitas Gajah Mada, 2003.