Вы находитесь на странице: 1из 27

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen Keperawatan merupakan suatu proses bekerja dengan
melibatkan anggota keperawatan dalam memberikan pelayanan Asuhan
Keperawatan Profesional. Pemberian pelayanan keperawatan profesional perawat
diharapkan mampu menyelesaikan tugasnya dalam memberikan asuhan
keperawatan untuk meningkatkan derajat pasien menuju arah kesehatan yang
optimal (Nursalam, 2002). Pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional
berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan
dan

perubahan

memerlukan

pengelolaan

secara

profesional

dengan

memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia.


Praktek keperawatan profesional yang diterapkan di rumah sakit
diharapkan dapat memperbaiki asuhan keperawatan yang diberikan untuk pasien
dimana lebih diutamakan pelayanan yang bersifat interaksi antar individu.
Pernyataan tersebut juga sesuai dengan ciri-ciri dari pelayanan keperawatan
profesional yaitu memiliki otonomi, bertanggung jawab dan bertanggung gugat
(accountability), menggunakan metode ilmiah, berdasarkan standar praktik dan
kode etik profesi, dan mempunyai aspek legal. MPKP merupakan suatu praktek
keperawatan yang sesuai dengan kaidah ilmu menejemen modern dimana kaidah
yang dianut dalam pengelolaan pelayanan keperawatan di ruang MPKP adalah
pendekatan yang dimulai dengan perencanaan. Perencanaan di ruang MPKP
adalah kegiatan perencanaan yang melibatkan seluruh personil (perawat) ruang
MPKP mulai dari kepala ruang, ketua tim dan anggota tim (perawat asosiet).

Dalam menerapkan praktek keperawatan profesional karena bisa memberikan


asuhan keperawatan yang terbaik kepada klien namun karena berbagai kendala
terutama reward yang belum didapatkan dan dirasakan oleh perawat MPKP maka
menjadikan motivasi dari perawat menurun dan tidak bersemangat dalam
menerapkan MPKP.
Pelayanan keperawatan yang diberikan di ruang MPKP memiliki pedoman
dan dasar yang dapat dipertanggungjawabkan bukan atas dasar kehendak perawat
sendiri dimana pelayanan yang diberikan disesuaikan dengan masalah pasien
sehingga asuhan keperawatan yang diberikan dapat efektif dan efisien sesuai
sasaran masalah yang terjadi pada pasien. Asuhan keperawatan yang diberikan
pada pasien yaitu meliputi pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual jadi meliputi
segala aspek kehidupan dari pasien tersebut baik dari kesehatan fisik/jasmaninya,
pikirannya, interaksi sosialnya maupun keagamaannya.
Sebagaimana kita ketahui bahwa sistem pelayanan kesehatan mengalami
perubahan mendasar dalam memasuki abad ke 21. Perubahan tersebut sebagai
dampak dari perubahan sosial politik, kependudukan serta perkembangan
pengetahuan dan teknologi. Dari ketiga perubahan membawa implikasi terhadap
perubahan sistem pelayanan kesehatan atau keperawatan sebagai tantangan bagi
tenaga keperawatan Indonesia dalam proses profesionalisasi. Manajemen
Keperawatan harus

dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata yaitu

dirumah sakit dan komunitas sehingga perawat perlu memahami konsep dan
aplikasinya. Konsep yang harus dikuasai adalah konsep tentang pengelolaan
bahan, konsep manajemen keperawatan, perencanaan, yang berupa rencana

strategis melalui pendekatan : pengumpulan data, analisis SWOT dan penyusunan


langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan secara operasional, khususnya dalam
pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dan melakukan
pengawasan dan pengendalian (Nursalam, 2002).
Kualitas pelayanan keperawatan pada saat ini melibatkan pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku dari praktisi, klien, keluarga dan dokter, dengan
metode acuan keperawatan profesional (MAKP), model pemberian asuhan
keperawatan yang saat ini sedang menjadi trend dalam keperawatan Indonesia
adalah model asuhan keperawatan profesional dengan metode pemberian Primary
Nursing. Salah satu kritik yang dikemukakan mengenai model keperawatan ini
adalah bentuk terlalu kompleks dan teoritis, akan tetapi bila seluruh pembicaraan
mengenai model ini mendorong perawat untuk memperjelas keyakinan dan
pekerjaannya, meningkatkan kemampuannya dalam mendiskusikan masalah yang
melibatkan sikap politis dan pribadi yang lebih terbuka dan membantu para
perawat tersebut lebih bertanggung gugat secara profesional terhadap tindakannya
(Salvage, 1985). Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 09-14 April 2015 di
ruang Nurul Jannah Lantai 3 RS Islam Malahayati didapatkan 100% perawat
berpendapat bahwa metode pemberian askep yang digunakan di Ruangan adalah
model MAKP keperawatan tim.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan, mahasiswa
diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan
dengan menggunakan Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP) Primer.
b. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktek klinik manajemen keperawatan,
mahasiswa mampu :
1. Melaksanakan pengkajian di Ruang Nurul Jannah Lantai 3.
2. Melaksanakan analisis situasi berdasarkan analisa SWOT.
3. Menentukan rumusan masalah.
4. Menyusun rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional : Timbang
terima,

ronde

keperawatan,

sentralisasi

obat,

supervisi

keperawatan, Discharge Planning, dokumentasi keperawatan.


5. Mengevaluasi pelaksanaan rencana strategi operasional ruangan
berdasarkan

hasil

pengkajian

Model Asuhan

Keperawatan

Profesional : timbang terima, ronde keperawatan, sentralisasi obat,


supervisi

keperawatan,

Discharge

keperawatan.

Planning,

dokumentasi

C. Manfaat
a. Bagi Pasien
Tercapainya kepuasan pasien yang optimal selama pasien dirawat di
ruangan.
b. Bagi Perawat
1. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
2. Terbinanya hubungan antara perawat dengan perawat, perawat
dengan tim kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta
keluarga.
3. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.
c. Bagi Rumah Sakit
1. Mengetahui masalah-masalah yang ada di Ruang Perawatan Nurul
Jannah yang berkaitan dengan pelaksanaan asuhan keperawatan
profesional.
2. Dapat menganalisis masalah yang ada dengan metode SWOT serta
menyusun rencana strategi.
3. Mempelajari penerapan Model Keperawatan Profesional (MAKP).

BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Teoritis
1. Manajemen
Suatu lingkup kerja yang mencakup banyak orang didalamnya dibutuhkan
suatu pengorganisasian dan metode untuk mencapai tujuan bersama yang
diinginkan serta pengaturan untuk mencapai hasil yang baik. Manajemen
merupakan suatu metode yang dipakai untuk membuat suatu sistem berjalan
sesuai dengan visi dan misi yang ada.
Menurut Gillies (2005), manajemen didefinisikan sebagai suatu proses
dalam menyelesaikan masalah pekerjaan melalui orang lain. Manajemen
merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu
kegiatan di organisasi. Didalam manajemen tersebut mencakup kegiatan POAC
(Planning, Organizing, Actualing, Controlling) terhadap staf, sarana dan prasarana
dalam mencapai tujuan organisasi (Grant dan Massey, 1999 dalam Nursalam,
2008).
2. Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Gillis,
2005).
Dalam suatu manajemen keperawatan diperlukan adanya manajer atau
kepemimpinan

yang

merencanakan,

mengorganisasi,

memimpin,

dan

mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk memberikan asuhan


keperawatan yang efektif dan efisien bagi individu, keluarga dan masyarakat
karena pada dasarnya manusia unik dan memiliki kecenderungan serta
kepentingan berbeda, jika tidak ada yang mengatur dan mewadahi kepentingan

tersebut maka manajemen tidak dapat dijalankan, oleh karena itu dibutuhkan
seorang manajer agar tujuan dan kepentingan tiap didalamnya sesuai dengan visi
dan misi yang dituju.
3. Fungsi Manajemen Keperawatan
Fungsi manajemen keperawatan adalah memudahkan perawat dalam menjalankan
asuhan keperawatan yang holistik sehingga seluruh kebutuhan klien dirumah sakit terpenuhi.
Terdapat beberapa elemen dalam manajemen keperawatan berdasarkan fungsinya yaitu
planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), staffing (kepegawaian), directing
(pengarahan), controlling (pengendalian / evaluasi).
a. Perencanaan
Menurut Swanburg (2000), perencanaan adalah memutuskan seberapa luas akan
dilakukan, bagaimana melakukannya dan siapa yang melakukannya. Fungsi perencanaan
merupakan suatu penjabaran dari tujuan yang ingin dicapai, perencanaan sangat penting untuk
melakukan tindakan. Didalamn proses keperawatan perencanaan membantu perawat
dalam menentukan tindakan yang tepat bagi klien akan menerima pelayanan
keperawatan yang mereka butuhkan dan sesuai dengan konsep dasar keperawatan.
Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa
perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.

b. Pengorganisasian
Organisasi Menurut Stoner adalah suatu pola hubungan-hubungan yang
melalui mana orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama
Organisasi Menurut James D. Mooney Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan
manusia untuk mencapai tujuan bersama
Organisasi Menurut Chester I. BernardOrganisasi merupakan suatu sistem aktivitas
kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih Maka dapat disimpulkan organisasi
adalah dua orang atau lebih yang punya tujuan visi dan misi yang telah disepakati bersama
dalam rangka mencapai tujuan. Pengorganisasian dilakukan dengan tujuan membagi suatu
kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatanyang lebih kecil.
Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan
menentukanorang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi
tersebut.
Pengorganisasiandapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus
dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya,bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan,
siapa yang bertanggung
c. Pengarahan
Pengarahan atau directing adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua
anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial
dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating artinya adalah menggerakkan orang-orang agar
mau bekerja dengan sendirinya atau penuh kesadaran secarabersama-sama untuk mencapai
tujuan yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah
kepemimpinan (leadership).
d. Pengevaluasian
Evaluating adalah proses pengawasan dan pengendalian performa perusahaan untuk
memastikan bahwa jalannya perusahaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Seorang manajer dituntut untuk menemukan masalah yang ada dalam operasional
perusahaan kemudian memecahkannya sebelum masalah itu menjadi semakin besar.

B. Input
1. Profil Ruangan
a. Visi RS Islam Malahayati
Menjadi RS yang dapat memberikan pelayanan kesehatan bagi
semua orang.
b. Misi RS Islam Malahayati
- Memberikan pelayanan kesehatan menyeluruh yang bermutu dan
-

terjangkau dan berorientasi kepada kepuasan pelanggan.


Meningkatkan sumber daya manusia profesional.
Meningkatkan kualitas sarana/prasarana pelayanan secara terus

menerus dari berkesinambungan.


- Meningkatkan kesejahteraan dan kepuasan pegawai.
c. Motto RS Islam Malahayati
Ikhlas (Iman - Kualitas - Harapan - Lugas - Akrab - Sejahtera).
2. Denah Ruangan
Lokasi penerapan proses profesi manajemen keperawatan yang
digunakan dalam kegiatan profesi keperawatan mahasiswa S1
Keperawatan STIKes Haji Sumatera Utara di ruang Nurul Jannah RS
Islam Malahayati yang terletak dengan uraian sebagai berikut :
Lab. Avicena

Kelas III
Ruang 301

Kelas III
Ruang 302
Informasi
Kelas III
Ruang 306

Kelas I
Ruang 304
Nurse
Station
Lift

Ruang
a. Ruangan terletak di lantai 3, sebelah kanan pada305
pintu lift
b. Sebelah selatan berbatasan dengan ruangan lantai 3 baru
c. Sebelah timur berbatasan dengan laboratorium avicena

3. Struktur Organisasi Ruangan

Kepala Ruangan

PJ

PJ

PJ

PJ

PP

PP

PP

PP

PP

PP

PP

PP

PP

PP

PP

PP

10

4. Ketenagaan ruangan

21

Medis

86

Keperawatan
25

Non
Keperawatan
183

Non Kesehatan

Analisis ketenagaan perawat di RS Islam Malahayati terdiri dari


tenaga medis yang berjumlah 21 orang. Sedangkan tenaga paramedis
keperawatan sebanyak 183 orang. Dan tenaga non keperawatan sebanyak 25
orang. Tenaga non kesehatan berjumlah 86 orang. Tingkst pendidiksn,
penerimaan-orientasi, promosi, mutasi, pengembangan
5. Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Perawat
Klasifikasi pasien berdasarkan tingkat ketergantungan dengan metode
Douglas(1984)
NO
1.

KLASIFIKASI DAN KRITERIA


Minimal care (1-2 jam)
1. Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, mandi, ganti
pakaian dan minum
2. Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan
3. Observasi tanda vital setiap shif
4. Pengobatan minimal, status psikologi stabil
5. Persiapan prosedur pengobatan

11

Intermediet care (3-4 jam)


1. Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum
2. Obsrvasi tanda vital tiap 4 jam
3. Pengobatan lebih dari satu kali
4. Pakai foley kateter
5. Pasang infuse, intake output dicatat
6. Pengobatan perlu prosedur
3
Total care (5-6 jam)
1. Dibantu segala sesuatunya
2. Posisi diatur
3. Observasi tanda vital tiap 2 jam
4. Pasang NGT
5. Terapi intavena, pakai suction
6. Kondisi gelisah/ disorientasi/ tidak sadar
Kebutuhan tenaga perawat diruang Nurul Jannah dari hasil pengkajian adalah
sebagai berikut:
17 April 2015
Klasifikasi
Pasien
Total Care

Jumla
h
Pasien
2

Pagi

Sore

Malam

2 X 0,36= 0,72

2 X 0,36= 0,72

2 X 0,20= 0,4

Partial Care

11

11 X 0,27= 2,97

11

Minimal

5 X 0,17= 0,85

1,65

1,1

5 X 0,14 = 0,7

3,07

0,35
1,85

Care
Total
18
Total tenaga perawat
Dinas pagi

: 4 Orang

Dinas sore

: 3 Orang

4,54

Dinas Malam : 2 Orang


Jumlah

: 9 Orang

12

0,15= 11 X 0,10=

X 0,07=

6. Fasilitas ruangan
a. Peralatan
Tabel 2.5 Peralatan di Ruang Nurul Jannah RS Islam Malahayati
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Nama Barang

Jumlah

Kondisi

Tempat tidur dewasa


28 buah
Baik
Meja Pasien
28 buah
Baik
Kipas Angin
4 buah
Baik
Brancahart
1 buah
Baik
Standart infus
20 buah
Baik
Tabung O2
5 buah
Baik
Kamar mandi dan WC
6 Buah
Baik
Wastafel
1 buah
Baik
Kursi Roda
2 buah
Baik
b. Fasilitas untuk petugas kesehatan, meliputi :
i.
Ruang Kepala Ruangan tidak terpisah dengan nurse station.
ii.
Kamar mandi dan WC ada di dekat nurse station.
iii.
Ruang konsultasi dokter gabung dengan nurse station.
c. Fasilitas untuk pasien, meliputi :
i.
Ruang rawat inap yang terdiri dari Ruang kelas II dan III
ii.
Kamar mandi dan WC ada dalam masing-masing ruangan.
d. Fasilitas dan sarana di Ruang Nurul Jannah RS Islam Malahayati

13

Tabel 2.6 Fasilitas dan Sarana di Ruang Nurul Jannah RS Islam Malahayati
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Fasilitas
Stetoscope
Tensi meter air raksa
Bak Instrumen Besar
Bak Instrumen Kecil
Tempat Korentang
Korentang
Termometer axilla
Pinset anatomi
Pinset cirugi
Gunting Perban
Bengkok
Tromol Besar
Masker O2
Ambubag
Sprei
Stick Laken
Sarung Bantal
Selimut
Perlak

Jumlah
2 buah
3 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
2 buah
2 buah
2 buah
2 buah
3 buah
1 buah
43 buah
1 buah
14 buah
14 buah
14 buah
14 buah
10 buah

14

Kondisi
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik

e. Fasilitas Alat Rumah Tangga


No
1
2
3
4

Fasilitas
Lemari Es
Tempat Sampah
Rak Sepatu
Dispenser

Jumlah
1 buah
8 buah
8 buah
1 buah

Kondisi
Baik
Baik
Baik
Baik

C. Proses
1. Perencanaan
Visi misi diruangan sampai saat ini belum ada. Visi misi yang digunakan
masih mengacu kepada visi misi rumah sakit. Dan diruangan tidak terdapat visi
misi yang ditempel didinding diruangan yang dapat terbaca dengan mudah oleh
semua orang. Perawat pelaksana belum menunjukkan dan bekerja berdasarkan
visi misi yang ada. Dokumentasi asuhan keperawatan sesuai format yang
disepakati sesuai dengan SOP dan SAK ada yang dari Kemenkes dan ada yang
dari rumah sakit sendiri. Adanya mekanisme mengambil keputusan disesuaikan
dengan kondisi. Pemberian tugas tergantung banyaknya jumlah pasien yang
dirawat. Operan dilakukan secara tertulis dalam buku laporan harian dan buku
harian. Operan yang dilakukan kurang maksimal karena pada saat operan tidak
memberi salam, tidak memperkenalkan perawat yang akan dinas pada shift
berikutnya, tidak menanyakan bagaimana keluhan pasien, kurang memperhatikan
kebutuhan pasien.

15

2. Pengorganisasian
Adanya mekanisme mengambil keputusan disesuaikan dengan kondisi.
Pemberian tugas tergantung banyaknya jumlah pasien yang dirawat. Operan
dilakukan secara tertulis dalam buku laporan harian dan buku harian. Operan yang
dilakukan kurang maksimal karena pada saat operan tidak memberi salam, tidak
memperkenalkan perawat yang akan dinas pada shift berikutnya, tidak
menanyakan bagaimana keluhan pasien, kurang memperhatikan kebutuhan
pasienStruktur ketenagaan yang ada yaitu terdiri satu karu, empat penanggung
jawab, dan enam belas perawat pelaksana. Tidak ada struktur organisasi yang
dipasang didinding ruangan (nurse station). Pembagian tanggung jawab terhadap
pasien dilakukan berdasarkan ruangan, tetapi setiap perawat pelaksana wajib
mengetahui pasien yang berada diruangan lainnya. Pada struktur organisasi
diruangan belum menunjukkan penerapan metode tim. Setiap perawat mempunyai
uraian tugas dan tanggung jawab masing-masing. Perhitungan jumlah tenaga
sudah sesuai dengan rasio pasien dengan menguunakan standart minimal dengan
metode douglas tetapi kepuasan pasien masih belum terpenuhi secara keseluruhan.
3. Pengarahan
Komunikasi antara staf atau perawat berjalan dengan baik. Pada saat
timbang terima pasien perawat melaporkan tindakan yang telah dilakukan dan
yang akan dilakukan oleh perawat pada shift berikutnya. Pendelegasian diruangan
masih belum ada tetapi hanya dilakukan dengan cara lisan. Peningkatan motivasi
dilakukan oleh rumah sakit baik secara langsung maupun tidak langsung,
misalnya secara rutin mengadakan pelatihan dan pembinaan. Perawat yang
kinerjanya baik mendapatkan reword.
4. Pengendalian

16

Tim pengendalian mutu sudah ada tetapi pelaksanaan pengendalian mutu


masih belum optimal. Sistem pelaporan dan pencatatan kegiatan mutu sudah ada.
Struktur kerja dan format juga ada. Asuhan keperawatan yang diberikan sudah
mengacu pada SAK dan SOP.
D. Output
1. Indikator mutu umum RS (BOR, LOS, TOI, BTO)
a. Bed Occupancy Rate (BOR) adalah presentasi pemakaian tempat tidur
pada satu satuan waktu. Angka BOR rendah menunjukkan kurangnya
pemanfaatan fasilitas perawatan RS oleh masyarakat. Angka BOR
yang

tinggi

>

85%

menunjukkan

tingkat

pemanfaatan

TT

(pengembangan RS) yang tinggi, sehingga perlu penambahan TT.


Rumus :

pasien
x 100
bed

Tanggal
09 April 2015

pasien
20

bed
28

BOR = ( pasien : bed) x 100%


BOR= (20 : 28) x 100% = 72%

10 April 2015

22

28

BOR = ( 22:28 ) x 100% = 79%

11 April 2015

21

28

BOR= (21:28) x100% =75%

12 April 2015

17

28

BOR = (17 : 28) x 100% = 61%

13 April 2015

20

28

BOR= (20 : 28) x 100% =72%

14 April 2015

21

28

BOR= (21:28) x100% =75%

15 April 2015

21

28

BOR= (21:28) x100% =75%

16 April 2015
22
28
BOR= (22:28) x100% =79%
Salah satu indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS
adalah BOR. Secara teoritis BOR optimal adalah 70-85%, yang artinya semakin
tinggi angka BOR akan mempengaruhi TOI sehingga akan berakibat
meningkatnya tingkat stres kerja dan kinerja perawat. Tetapi disisi lain
peningkatan BOR akan mempengaruhi income RS.
17

b. Average Leght of Stay (ALOS) yaitu rata-rata lama rawatan seorang


pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi
juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan
pada diagnosis tertentu. ALOS ini harus bersama dengan BTO dan TOI.
Jumla h h ari perawatan pasien keluar
Rumus : Jumla h pasien keluar( h idup+mati )
Kasus terbanyak pasien yang dikelola oleh mahasiswa di Ruang Nurul
Jannah adalah yang rerata lama perawatannya sebagai berikut :
Jumlah hari perawatan pada pasien keluar = .... hari dan jumlah pasien yang sudah
keluar adalah .... orang.
Indikator ALOS dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila
diterapkan pada diagnosis tertentu yang dijadikan tracer (yang perlu pengamatan)
lebih lanjut dan dapat memberikan gambaran tingkat efisiensi (Depkes RI, 2005).

18

Tanggal

pasien
keluar

hari

ALOS = ( hari
rawatan : pasien

09 April 2015

keluar)
0

10 April 2015

5 hari

11 April 2015

15

3,75 hari

12 April 2015

19

3,8 hari

13 April 2015

3 hari

14 April 2015

12

4 hari

15 April 2015

13

4, 3 hari

16 April 2015

7 hari

c. Turn Over Interval (TOI) adalah rata-rata hari tempat tidur tidak
ditempati dari saat diisi ke saat diisi berikutnya. Manfaat TOI bersama
LOS merupakan indikator tentang efisiensi penggunaan tempat tidur.
Interpretasi TOI dengan cara semakin besar nilai yang didapat maka
efisiensi penggunaan tempat tidur semakin jelek. Bisa dimulai bila
bersama dengan BTO dan LOS.
19

Rumus :

(Jumlah TT x hari) hari perawatan RS


Jumlah pasien keluar (hidup+ mati)

Keterangan : TT (pengembangan RS)


Diruang Nurul Jannah RS Islam Malahayati dengan 28 TT dengan jumlah
hari perawatan dalam 8 hari 165 pasien, pasien keluar hidup + mati 18 orang,
maka TOI =

( Jumlah TT x hari ) hari perawatan RS


Jumlah pasien keluar ( hidup +mati )
=

( 28 x 8 hari )165
=59 : 18=3 hari
18

d. Bed Turn Over (BTO) adalah frekuensi penggunaan tempat tidur.


Manfaat penghitungan angka ini apabila digunakan bersama indikator
lain yaitu TOI dan ALOS untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan
tempat tidur RS.
Rumus :

Jumlah hari penderita yang keluar(hidup+mati)


JumlahTT pada tahun yang sama

Ruangan mempunyai 28 tempat tidur pada minggu tersebut jumlah


pasien rawat inap 40 orang. Keluar hidup 18 dan keluar mati 0 orang.
Jadi hasilnya 74:28=3 hari

20

2. Audit dokumentasi (instrumen A depkes)


KRITERIA
Ya
Tidak
Total

FREKUENSI
23
1
24

PERCENTASE
95,83%
4,17
100%

3. Indikator penyakit (ILO, dekubitus, pasien jatuh)


a. Infeksi Luka Operasi (ILO) yang diobservasi dengan tanda-tanda
infeksi

meliputi

kemerahan,

panas,

bengkak,

fungsiolesa,

kehilangahn fungsi.
Rumus :

Jumlah kejadian infeksi lukaoperasi


x 100
Jumlah pasien yang dilakukan tindakan operasi

Standart < 5%.


b. Dekubitus
Jumlah kejadian dekubitus adalah yang merupakan jumlah
kejadian baru dekubitus yang terjadi selama periode waktu
tertentu.
Pasien yang beresiko terjadi dekubitus adalah pasien baru,
setelah dilakukan pengkajian memiliki satu atau lebih faktor resiko
4. Indikator pelayanan (kepuasan pasein)
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan dengan menggunakan
kuesioner dengan 25 pertanyaan yang dibagikan kepada 20 pasien.
Diperoleh peroleh hasil 80% merasa sudah puas terhadap pelayanan
yang di dapat dari perawat ruangan.

21

BAB III
ANALISIS SITUASI

A. Evaluasi Timbang Terima


Tabel evaluasi pelaksanaan timbng terima tugas jaga operan diruang Nurul
Jannah:
KRITERIA
Selalu(3)
Sering(2)
Kadang(1)
Tidak Pernah(0)
Total

FREKUENSI
4
0
2
5
26

PERCENTASE
36,36%
0%
18,19%
45,45%
100%

Berdasarkan hasil observasi tanggal 6-11 April 2015, timbang terima diruang
Nurul jannah dilakukan setiap pergantian shift yang diikuti oleh semua perawat
yang bertugas di masing - masing shift, dan timbang terima dilaksanakan dengan
kunjungan ke ruangan pasien. Beberapa kelemahan timbang terima pasien di
ruang Nurul Jannah adalah isi timbang terima pasien, meliputi salam, nama
pasien, kondisi pasien, masalah keperawatan, intervensi yang telah dan yang
belum dilakukan tidak dijelaskan pada saat timbang terima pasien.
Selain itu kekurangan pada saat timbang terima adalah tidak memperkenalkan
tim yang akan bertukar dinas. Kegiatan timbang terima yang dilakukan di runag
Nurul Jannah selalu di pimpin oleh kepala ruangan terutama pada pergantian shift
malam ke pagi dan shift pagi ke sore. Proses timbang terima yang efektif dan
terstruktur akan memperkuat status professional perawat dalam pelayanan
kesehatan era modern.
B. Evaluasi Penyusunan Pedoman Informasi Pasien Baru
KRITERIA

FREKUENSI
22

PERCENTASE

Ya
Tidak
Total

6
4
10

60%
40%
100%

C. Evaluasi Dokumentasi Keperawatan


KRITERIA
Ya
Tidak
Total

FREKUENSI
23
1
24

PERCENTASE
95,83%
4,17
100%

Pendokumentasian yang berlaku diruang Nurul Jannah adalah system SOR


(Sources Oriented Record) yaitu system pendokumentasian yang berorientasi dari
berbagai tenaga kesehatan, misalnya dari docter, perawat, ahli gizi dll.
Berdasarkan hasil observasi pada status pasien , didapatkan pendokumentasian
yang lengkap.

23

D. Evalusi Penerapan MAKP


KRITERIA
Pengkajian
Diagnosa keperawatan
Perencanaan keperawatan
Implementasi
Keperawatan
Evaluasi Keperawatan
Dokumentasi
Keperawatan
Rata rata

PERCENTASE
100%
67%
100%
100%
100%
100%

94,55 %

Model asuhan kperawatan di ruang Nurul Jannah yang digunakan adalah, dan
telah terdapat tugas, peran dan wewenang yang jelas pada setiap anggota tim,
namun pada pelaksanaannya tidak sesuai dengan uraian tugas masing-masing
anggota tim, misalnya ketua tim juga melakukan tugas sebagai perawat pelaksana.
Penerapan model pelaksanaan keperawatan MAKP juga dapat dipengaruhi
oleh latar belakang pendidikan perawat ruangan, diruangan Nurul Jannah terdapat
1 orang perawat lulusan S1 keperawatan, 16 perawat lulusan D3 Keperawatan dan
1 perawat lulusan DIV Bidan Pendidik . Berdasarkan angket diketahui bahwa
penerapan MAKP di ruang Nurul Jannah termasuk kategori baik.

E. Evaluasi Tindakan Keperawatan


KRITERIA
Ya
Tidak
Total

FREKUENSI
4
1
5

24

PERCENTASE
80%
20%
100%

F. ANALISA SWOT
Komponen analisa SWOT ini terdiri dari analisa strength (kekuatan rumah
sakit), weaknes (kelemahan rumah sakit), opportunity (peluang rumah
sakit), dan threat (ancaman rumah sakit), adapun analisa SWOT pada Rs.
Islam Malahayati sebagai berikut.
A. Evaluasi Timbang Terima
1. Kekuatan : - Perawat terlibat secara atif
- Timbang terima menjadi agenda tetap dan terjadwal
disetiap shift.
- Timbang terima dilakukan oleh perawat d Nutul Janah
36,36 kategori baik
- Karu memimpin timbang terima setiap pagi
- Timbang terima juga dilakukan ke ruang perawatan
pasien
2. Kelemahan : - Tidak adanya penjelasan mengenai identitas pasien dan
perawat.

25

Pada

saat

timbang

terima

perawat

kurang

memperhatikan kebutuhan pasien.


-

Pada

saat

timbang

terima,

perawat

tidak

memperkenalkan perawat untuk shift selanjutnya.


- Pada saat timbang terima ke ruangan pasien, perawat
tidak mengucapkan salam.
3. Peluang

: - Timbang terima yang terstruktur akan memperkuat status


profesional perawat diarea modern.
- Jika perawat melakukan timbang terima kepada pasien
dengan komunikasi yang baik, perawat akan lebih
mengetahui kebutuhan pasien.

4. Ancaman

: Adanya tuntutan untuk mendapatkan perawatan yang


profesional.

B. Evaluasi Impormasi Pasien baru


1. kekuatan

: Memenuhi kebutuhan dasar pasien baru.

2. Kelemahan :Persiapan untuk pasien baru, orientasi masih minim


diberikan.
3. Peluang

: Adanya komunikasi dari IGD ke ruagan.

4. Ancaman

: Beban kerja yang banyak sehingga pasien kurang


perhatian

C. Evaluasi dokumentasi keperawatan


1. Kekuatan

: Adanya format pendokumentasian dari perawat, dokter,


maupun tim lainnya.

26

2. kelemahan : masih terdapat pendokumentasian yang belum lengkap


khususnya kelemahan umum pasien yang aktual.
3. Peluang

: Adanya pengawasan dari karu supervisi terhadap


pendokumentasian.

4. Ancaman

: Kurang kesadaran terhadap pembuatan dokumentasian.

E. Evaluasi Penerapan MAKP


1. Kekuatan
: sudah mempunyai susunan organisasi
2. kelemahan
: - Masih ada pasien yang belum puas
- terdapat SDM yang masih memiliki pendidikan DIII
Keperawatan dan kebidanan.
- metode MAKP belum terlihat jelas
3. Peluang
: terlihat kinerjaa tim yang cukup baik
4. ancaman
: persaimgam pelenyananan semakin berkualitas.

27

Вам также может понравиться