Вы находитесь на странице: 1из 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan
yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan karena masih
tingginya angka kesakitan dan angka kematian karena ISPA khususnya pneumonia,
terutama pada bayi dan balita. Di Amerika, pneumonia menempati peringkat ke-6 dari
semua penyebab kematian dan peringkat pertama dari seluruh penyakit infeksi. Di
Spanyol angka kematian akibat pneumonia mencapai 25%, sedangkan di Inggris dan
Amerika sekitar 12% atau 25-30 per 100.000 penduduk, sedangkan untuk angka
kematian akibat ISPA dan Pneumonia pada tahun 1999 untuk Negara Jepang yaitu
10%, Singapura sebesar 10,6%, Thailand sebesar 4,1%, Brunei sebesar 3,2% dan
Philipina tahun 1995 sebesar 11,1% . ISPA menyebabkan 40% dari kematian anak
usia 1 bulan sampai tahun. Hal ini berarti dari seluruh jumlah anak umur 1 bulan
sampai 4 tahun yang meninggal, lebih dari sepertiganya meninggal karena ISPA atau
diantara 10 kematian 4 diantaranya meninggal disebabkan oleh ISPA. Sebagian besar
hasil penelitian di negara berkembang menunjukkan bahwa 20-35% kematian bayi
dan anak balita disebabkan oleh ISPA. Diperkirakan bahwa 2-5 juta bayi dan balita di
berbagai negara setiap tahun mati karena ISPA (WHO, 1986).
Di Indonesia, ISPA masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang utama terutama pada bayi (0-11 bulan) dan balita (1-4 tahun). Diperkirakan
kejadian ISPA pada balita di Indonesia yaitu sebesar 10-20%. Berdasarkan hasil
SKRT, penyakit ISPA pada tahun 1986 berada di urutan ke-4 (12,4%) sebagai
penyebab kematian bayi, sedangkan pada tahun 1992 dan 1995 menjadi penyebab
kematian bayi yang utama yaitu 37,7% dan 33,5% (Depkes RI, 2001). Hasil SKRT
pada tahun 1998 juga menunjukkan bahwa penyakit ISPA merupakan penyebab
kematian utama pada bayi (36%). Dan hasil SKRT pada tahun 2001 menunjukkan
bahwa prevalensi tinggi ISPA yaitu sebesar 39% pada bayi dan 42% pada balita
(Depkes RI, 2001).
Berdasarkan hasil laporan RISKESDAS pada tahun 2007, prevalensi ISPA
tertinggi terjadi pada baduta (>35%), ISPA cenderung terjadi lebih tinggi pada

kelompok dengan pendidikan dan tingkat pengeluaran rumah tangga yang rendah. Di
Jawa Barat kejadian ISPA berada di angka 24,73%, untuk daerah Jawa Tengah sebesar
29,08. ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien ke
sarana kesehatan. Dari angka-angka di rumah sakit Indonesia didapat bahwa 40%
sampai 70% anak yang berobat ke rumah sakit adalah penderita ISPA (Depkes, 1985).
Sebanyak 40-60% kunjungan pasien ISPA berobat ke puskesmas dan 15-30%
kunjungan pasien ISPA berobat ke bagian rawat 3 jalan dan rawat inap rumah sakit
(Depkes RI, 2000).
B. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan maka beberapa masalah yang
dapat penulis rumuskan dan akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana etiologi dan klasifikasi penyakit ISPA?
2. Apa saja tanda-tanda dan bagaimana cara penularan penyakit ISPA?
3. Bagaimana pencegahan dan pengobatan penyakit ISPA?
4. Bagaimana peran perawat dalam mikrobiologi medis/klinik pada penyakit
ISPA?
C. Tujuan Masalah
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui etiologi dan klasifikasi penyakit ISPA.
2. Untuk mengetahui tanda-tanda dan cara penularan penyakit ISPA
3. Untuk mengetahui pencegahan dan pengobatan penyakit ISPA
4. Untuk mengetahui peran perawat dalam mikrobiologi medis/klinik pada
penyakit ISPA.
D. Manfaat Penulisan
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan
pembaca di bidang mikrobiologi khusunya pada penyakit infeksi melalui udara
salah satunya yaitu ISPA.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Etiologi dan Klasifikasi Penyakit ISPA


ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang di
sebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, tanpa atau disertai radang
2

parenkin paru. Selain itu juga ISPA merupakan kelompok penyakit sebagai penyebab
absensi tertinggi bila dibandingkan dengan kelompok penyakit lain.
Penyebab ISPA beranekaragam namun penyebab terbanyak adalah infeksi
virus dan bakteri. Penyebab infeksi ini dapat sendirian atau bersama-sama secara
simultan. Penyebab ISPA akibat infeksi virus berkisar 90-95% terutama ISPA Atas.
ISPA terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebeb ISPA
antara lain dari genus Streptokokus, Stafilokokus, Pnemokokus, Hemofillus,
Bordetella dan Korinobakterium. Virus penyebeb ISPA antara lain adalah golongan
Mikosovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus.
ISPA bagian atas umumnya disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA bagian
bawah dapat disebabkan oleh bakteri dan virus. ISPA bagian bawah yang disebabkan
oleh bakteri umumnya mempunyai manifestasi klinis yang berat sehingga
menimbulkan beberapa masalah dalam penanganannya. Sementara itu faktor lain
terjadinya ISPA antara lain BBLR (Berat badan lahir ringan), malnutrisi, polusi udara
dalam ruangan, tidak mendapatkan ASI penuh, padat hunian, imunisasi tidak lengkap
dan defesiensi vitamin A.
Penyakit ISPA dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko berikut :
a. Faktor yang berkaitan dengan daya tahan tubuh (host) seperti umur, Jenis kelamin,
status gizi, imunisasi, dan asupan vitamin A.
b. Faktor Lingkungan seperti perumahan (ventilas, lantai, dan kamarisasi),
kepadatan hunian, kebiasaan merokok, pendidikan Ibu, dan sosial ekonomi.
c. Agent seperti bakteri, virus dan jamur (Muluki M, 2003)
ISPA terdiri dari sekelompok klinik dengan etiologi dan perjalanan klinik yang
berbeda. Berikut ini klasifikasi dari ISPA.
Klasifikasi menurut Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi
ISPA sebagai berikut:
a. Pneumonia berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing).
b. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
c. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
3

demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis,
faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA.
Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan
usia mulai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
a. Pneumonia berat : ditandai dengan batas napas cepat untuk golongan umur
kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
b. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat
dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada tiga klasifikasi penyakityaitu :
a. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada
bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa
anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
b. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12
bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40
kali per menit atau lebih.
c. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding
dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat (Lembang, 2003).
Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomik
a. ISPA bagian atas adalah infeksi akut menyerang hidung sampai epiglotis,
misalnya:
1) Tonsilitis, penyakit ini ditandai rasa sakit pada saat menelan diikuti dengan
demam dan kelemahan tubuh, dapat disebabkan oleh virus dan bakteri.
2) Common cold adalah infeksi primer di nasofaring dan hidung yang sering
dijumpai pada balita yang disertai demam tinggi.
3) Sinusitus akut merupakan radang pada sinus, beringus, sakit kepala,
demam, malaise dan nausea.
4) Pharingitis yaitu peradangan pada mukosa pharing dengan gejala demam
disertai menggigil, rasa sakit pada tenggorokan, sakit kepala, sakit saat
menelan dan lain-lain.
4

b. SPA bagian bawah adalah infeksi saluran pernapasan dari epiglotis sampai alveoli
paru, misalnya:
1) Bronchitis akut adalah demam yang disertai batuk-batuk, sesak napas,
dahaknya sulit keluar karena menjadi lengket, ditemukan adanya ronki
basah dan wheezing.
2) Pneomonia adalah radang paru-paru disertai eksudasi dan konsolodasi,
panyakit penyakit ini muncul karena akut dengan demam, penderita pucat,
batuk-batuk dan pernapasan menjadi cepat.
3) Bronkopnemonia adalah peradangan paru-paru, biasanya dimulai di
bronkioli terminal, gejalanya adalah demam, sesak napas, batuk dengan
dahak yang kuning kehijauan dan biasanya berupa serangan yang
datangnya secara tiba-tiba.
4) Tubercolosis paru adalah penyakit yang disebabkan M. Tuberculosis,
gejalanya batuk biasanya disertai darah, panas, nyeri dada, kurus akibat
kurang nafsu makan.
Klasifikasi berdasarkan derajat keparahan penyakit:
a. ISPA ringan, penatalaksaan cukup dengan tindakan penunjang tanpa
pengobatan anti mikroba. Tanda dan gejalanya: batuk, pilek, sesak dengan
ataupun tanpa napas, keluarnya cairan dari telinga yang lebih dari 2
minggu tanpa rasa sakit di telinga.
b. ISPA sedang, penatalaksanaannya memerlukan pengobatan anti mikroba,
tetapi tidak perlu dirawat. Tanda dan gejalanya: pernapasan cepat (lebih
dari 50 kali permenit), wheezing, napas menciut-ciut dan panas.
c. ISPA berat, kasus ISPA yang perlu pananganan langsung oleh tenaga
madis atau tenaga kesehatan. Tanda dan gejalanya: penarikan dada ke
dalam pada saat penarikan napas, pernasan ngorok, tak mau makan, kulit
kebiru-biruan, dehidrasi, kesadaran menurun.
Perlu diingat, bahwa sebenarnya tidak semua batuk, pilek dan panas
disebabkan oleh kuman penyakit, tetapi dapat juga disebabkan karena seseorang tidak
tahan terhadap sesuatu, misalnya makanan tertentu, udara dingin, debu, dan
sebagainya. Namun penyebab yang paling umum adalah kuman penyakit.ISPA dapat
5

menyerang anak-anak dan orang dewasa. Tetapi bagi kita sangat penting
memperhatikan ISPA pada anak-anak, karena penyakit ini merupakan salah satu
penyebab penting kematian pada anak-anak, terutama pada bayi dan anak-anak di
bawah umur lima tahun (Balita).
B. Tanda-tanda dan Cara Penularan Penyakit ISPA
Menurut berat ringannya penyakit, ISPA dibagi menjadi tiga golongan yaitu:
a. Tanda-tanda ISPA ringan, jika ditemukan salah satu atau tebih dari tanda-tanda
berikut:
1. Batuk
2. Serak : anak bersuara parau saat mengeluarkan suara (saat berbicara atau
menangis).
3. Pilek : mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.
4. Panas(demam): suhu badan lebih dari 37 0 atau jika dahi anak diraba dengan
punggung tangan panas terasa panas.
b. Tanda-tanda ISPA sedang, jika dijumpai tanda-tanda ISPA ringan disertai satu atau
lebih tanda-tanda berikut:
1. Pernafasan lebih dari 50x per menit pada anak yang berumur kurang dari satu
tahun, atau lebih dari 40x per menit pada anak yang berumur satu tahun atau
lebih. Cara menghitung pernafasan adalah dengan menghitung jumlah tarikan
nafas dalam satu menit. Untuk ini maka diperlukan arloji.
2. Suhu lebih dari 39oC (diukur dengan alat pengukur suhu badan/termometer).
3. Tenggorokan berwarna merah.
4. Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak.
5. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
6. Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
Dari tanda-tanda ISPA perlu berhati-hati karena jika anak menderita ISPA
ringan, tetapi penderita mengalami: Panas badannya lebih dari 390C atau gizinya
kurang, atau umurnya 4 bulan atau kurang, maka anak tersebut menderita ISPA
sedang dan harus mendapat pertolongan dari pertugas kesehatan (perawat, bidan).
c. Tanda-tanda ISPA Berat, jika dijumpai tanda-tanda ISPA ringan atau ISPA sedang
disertai satu atau lebih tanda-tanda berikut:
6

1.

Bibir atau kulit biru.

2.

Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernafas.

3.

Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun.

4.

Pernafasan berbunyi bercuit-ciut, dan anak tampak gelisah.

5.

Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernafas.

6.

Nadi cepat lebih dari 160x permenit atau tak teraba.

7.

Tenggorokan berwarna merah.

Selain itu terdapat juga beberapa tanda sebagai berikut:


a. Tanda-tanda klinis
1. Pada sistem pernafasan adalah: napas tak teratur dan cepat, retraksi/
tertariknya kulit kedalam dinding dada, napas cuping hidung/napas dimana
hidungnya tidak lobang, sesak kebiruan, suara napas lemah atau hilang, suara
nafas seperti ada cairannya sehingga terdengar keras
2. Pada sistem peredaran darah dan jantung : denyut jantung cepat atau lemah,
hipertensi, hipotensi dan gagal jantung.
3. Pada sistem Syaraf adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,
kejang dan coma.
4. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
b. Tanda-tanda pada anak:
1. Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah:
tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk.

2. Tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang
bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari setengah
volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, mendengkur,
mengi, demam dan dingin.
Penderita ISPA berat harus dirawat di rumah sakit atau Puskesmas, karena perlu
mendapat perawatan dengan peralatan khusus seperti oksigen dan/cairan infus.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Infeksi
7

saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi
pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.
ISPA bermula pada saat mikriorganisme atau atau zat asing seperti tetesan cairan
yang dihirup, memasuki paru dan menimbulkan radang. Bila penyebabnya virus atau
bakteri, cairan digunakan oleh organisme penyerang untuk media perkembangan. Bila
penyebabnya zat asing, cairan memberi tempat berkembang bagi organisme yang
sudah ada dalam paru-paru atau sistem pernapasan.
Umumnya penyakit pneumonia menular secara langsung dari seseorang penderita
kepada orang lain melalui media udara. Pada waktu batuk banyak virus dan kuman
yang dikeluarkan dan dapat terhirup oleh anak lain yang berdekatan dengan penderita.
C. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit ISPA
Mengingat pencegahan lebih baik dari pengobatan maka sebaiknya pengelolaan
ISPA dilaksanakan secara menyeluruh meliputi penyuluhan kesehatan yang baik,
menggalakkan imunisasi dan penatalaksanaan penderita secara medik sebagaimana
lazimnya. Walaupun morbiditas ISPA bawah relatif lebih kecil dari ISPA atas
namun fasilitas klinik yang dibutuhkan dalam penanganannya sangat tinggi.
Selayaknyalah pemberantasan ISPA bawah diprioritaskan dengan menitik beratkan
usaha penekanan morbiditas ISPA bawah baik sebagai lanjutan ISPA atas atau tidak
dan mortalitasnya.
Dalam upaya pencegahan ISPA dapat dilihat dalam lima tingkat pencegahan,
yaitu sebagai berikut:

1. Promosi Kesehatan (Health Promotion)


Promosi kesehatan untuk pencegahan penyakit ISPA dapat dilakukan dengan
berbagai upaya, antara lain:
a. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya menerapkan
pola hidup sehat dan PHBS sejak dini.
b. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang cara-cara penularan
pemberantasan serta diagnosa dini dari suatu penyakit seperti ISPA.
c. Melakukan

perbaikan

lingkungan

sosial

seperti

mengurangi

dan
8

menghilangkan kondisi sosial yang mempertinggi resiko terjadinya infeksi.


2. Perlindungan Khusus (Spesific Protection)

Perlindungan khusus dalam mencegah terjadinya penyakit ISPA dapat dilakukan


dengan upaya antara lain:
a. Perbaikan status gizi individu/perorangan ataupun masyarakat untuk
membentuk daya tahan dalam tubuh yang lebih baikdan dapat melawan agent
penyakit yang akan masuk ke dalam tubuh.
b. Pemberian ASI Ekslusif kepada bayi yang baru lahir, karena ASI banyak
mengandung kalori, protein dan vitamin yang banyak dibutuhkan tubuh,
pencegahan ini bertujuan untuk membentuk sistem kekebalan tubuh.
3. Diagnosis dini dan Pengobatan Segera (early diagnosis and prompt treatment)
Diagnosis dini dan pengobatan segera terhadap penyakit ISPA dapat dilakukan
upaya antara lain:
a.

Temukan semua penderita secara dini dan aktif dengan cara diperiksa di
sarana pelayanan kesehatan guna memastikan bahwa seseorang/bayi benarbenar tidak menderita ISPA.

b.

Melakukan pencarian penderita ISPA dan berikan segera pengobatan yang


tepat serta sediakan fasilitas untuk penemuan dan pengobatan penderita agar
tidak menularkan penyakitnya pada orang lain.

c.

Sediakan fasilitas yang memadai seperti laboratorium agar dapat melakukan


diagnosa dini terhadap penderita, kontak, dan tersangka.

4. Pemberantasan cacat (disability limitation)


Penyakit ISPA jika tidak diobati secara baik dan teratur akan dapat mengakibatkan
kematian. Pemberantasan cacat dalam mencegah terjadinya penyakit ISPA dapat
dilakukan dengan berbagai upaya diantaranya:
a. Mencegah proses lebih lanjut dengan cara melakukan pengobatan secara
berkesinambungan sehingga dapat tercapai proses pemulihan yang baik.
b. Melakukan perawatan khusus secara berkala guna memperoleh pemulihan
kesehatan yang lebih baik.
9

5. Rehabilitasi (Rehabilitation)

Rehabilitasi dalam mencegah terjadinya penyakit ISPA dapat dilakukan dengan


rehabilitasi fisik /medis apabila terdapat gangguan kesehatan fisik akibat penyakit
ISPA.
Secara pencegahan terhadap ISPA dapat dilakukan dengan hal-hal sebagai berikut:
Menjaga keadaan gizi agar tetap baik, immunisasi, menjaga kebersihan
perorangan dan lingkungan, mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
D. Peran Perawat dalam Mikrobiologi Medis / Klinik pada Penyakit ISPA
Perawat dapat melakukan tinddakan-tindakan dibawah ini kepada pasien :
1. Terapi
Terapi yg diberikan pada penyakit ini biasanya pemberian antibiotik walaupun
kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa
pemberian

obat

obatanterapeutik,

pemberian

antibiotik

dapat

mempercepat

penyembuhan penyakit ini dibandingkan hanya pemberian obat obatan symptomatic,


selain itu dengan pemberian antibiotik dapat mencegah terjadinya infeksi lanjutan dari
bakterial, pemberian, pemilihan antibiotik pada penyakit ini harus diperhatikan
dengan baik agar tidak terjadi resistensi kuman/baterial di kemudian hari. Namun
pada penyakit ISPA yg sudah berlanjut dengan gejala dahak dan ingus yg sudah
menjadi hijau, pemberian antibiotik merupakan keharusan karena dengan gejala
tersebut membuktikan sudah ada bakteri yg terlibat.

2. Pengobatan pada ISPA


Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik melalui jalur infus , di
beri oksigen dan sebagainya.
Pneumonia: diberi obat antibiotik melaui mulut. Pilihan obatnya Kotrimoksasol, jika
terjadi alergi / tidak cocok dapat diberikan Amoksilin, Penisilin, Ampisilin.
Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah,
untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak
mengandung zat yang merugikan. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu
10

parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan
didapat adanya bercak nanah disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher,
dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi
antibiotik selama 10 hari.
Untuk perawatan ISPA dirumah ada beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang
perawat untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA, antara lain :
a. Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan
parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera
dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara
pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan
diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada
air (tidak perlu air es).
b. Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk
nipis sendok teh dicampur dengan kecap atau madu sendok teh , diberikan tiga
kali sehari.
c. Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih
sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu
tetap diteruskan.
d. Pemberian Minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari
biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan
menambah parah sakit yang diderita.
e. Lain lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat,
lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna
11

untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah.


Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan
tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka
dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang
mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh
tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang
mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas
kesehatan untuk pemeriksaan ulang.
3.

Pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan :


Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
Immunisasi.
Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.
Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
Pemeriksaan sterilitas kamar operasi dan kamar isolasi
Pemeriksaan sterilitas ICU/PICU/NICU dan ruang perawatan penderita resiko
tinggi lainnya (Perawatan Bayi Resiko Tinggi, HND, dll.)
Pemeriksaan potensi desinfektan/antiseptik.
Pemeriksaan air dan limbah Rumah Sakit.
Pemeriksaan makanan/minuman.
Tindakan sterilisasi kamar operasi / ruangan perawatan / peralatan yang
kotor/septik, dan ruangan isolasi.
Deteksi mikroba rumah sakit pada petugas/ruangan peralatan yang dicurigai
sebagai
mata
rantai
sumber
infeksi
nosokomial
yang
bersifat
sporadik/endemik/epidemik. (ESPO/ Epidemiology
Surveillance by Priority Obyectives)
Tes hasil sterilisasi (sampling) peralatan/instrumen dari
Instalasi Sterilisasi (CSSD/Central Supply Sterility Department)
Pembuatan laporan populasi/pola kepekaan bakteri terhadap antibiotik yang
dipakai secara periodik sebagai educated-guess di rumah sakit terutama pada
ruang perawatan penderita dengan resiko tinggi (ICU, dll.) dan dievaluasi tiap
bulan (ESPO).
Mengawasi mekanisme dan alur pemakaian antibiotik secara rasional dan
bijaksana oleh para klinisi melalui koordinasi dengan Panitia Farmasi dan Terapi,
serta Apotik Rumah Sakit.

4. Pemberantasan ISPA yang dapat dilakukan oleh perawat adalah :


Penyuluhan kesehatan yang terutama di tujukan pada para ibu.
Pengelolaan kasus yang disempurnakan.
Immunisasi
Sedangkan kegiatan yang dapat dilakukan oleh kader kesehatan adalah diharapkan
dapat membedakan kasus pneumonia (pneumonia berat dan pneumonia tidak berat)
dari kasus-kasus bukan pneumonia sehingga dapat :
12

Memberikan penjelasan dan komunikasi perihal penyakit batuk pilek biasa (bukan
pneumonia) serta penyakit pneumonia kepada ibu-ibu serta perihal tindakan yang
perlu dilakukan oleh ibu yang anaknya menderita penyakit
Memberikan pengobatan sederhana untuk kasus-kasus batuk pilek (bukan
pneumonia) dengan tablet parasetamol dan obat batuk tradisional obat batuk putih.
Merujuk kasus pneumonia berat ke Puskesmas/Rumah Sakit terdekat.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang di sebabkan
oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, tanpa atau disertai radang parenkin paru.
Selain itu juga ISPA merupakan kelompok penyakit sebagai penyebab absensi tertinggi
bila dibandingkan dengan kelompok penyakit lain.
13

Penyebab ISPA beranekaragam namun penyebab terbanyak adalah infeksi virus dan
bakteri. Penyebab infeksi ini dapat sendirian atau bersama-sama secara simultan.
Penyebab ISPA akibat infeksi virus berkisar 90-95% terutama ISPA Atas. ISPA terdiri dari
lebih 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebeb ISPA antara lain dari genus
Streptokokus, Stafilokokus, Pnemokokus, Hemofillus, Bordetella dan Korinobakterium.
Virus penyebeb ISPA antara lain adalah golongan Mikosovirus, Koronavirus,
Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus.
Perawat dapat melakukan tinddakan-tindakan dibawah ini kepada pasien :
1. Terapi
Terapi yg diberikan pada penyakit ini biasanya pemberian antibiotik
2. Pengobatan pada ISPA
Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik melalui jalur infus , di beri
oksigen dan sebagainya.
Pneumonia: diberi obat antibiotik melaui mulut. Pilihan obatnya Kotrimoksasol, jika
terjadi alergi / tidak cocok dapat diberikan Amoksilin, Penisilin, Ampisilin.
Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk
batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung
zat yang merugikan.

3. Mengatasi panas (demam)


Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu
air es).
4. Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional
5. Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulan

14

6. Pemberian Minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari
biasanya.
7. Lain lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebihlebih pada anak dengan demam.

B. Saran
Untuk mengurangi adanya penderita pasien ISPA di Indonesia dapat dilakukan hal
sebagai berikut :
Penyuluhan kesehatan yang terutama di tujukan pada para ibu.
Pengelolaan kasus yang disempurnakan.
Immunisasi
Sedangkan kegiatan yang dapat dilakukan oleh kader kesehatan adalah diharapkan
dapat membedakan kasus pneumonia (pneumonia berat dan pneumonia tidak berat)
dari kasus-kasus bukan pneumonia sehingga dapat :
Memberikan penjelasan dan komunikasi perihal penyakit batuk pilek biasa (bukan
pneumonia) serta penyakit pneumonia kepada ibu-ibu serta perihal tindakan yang
perlu dilakukan oleh ibu yang anaknya menderita penyakit
Memberikan pengobatan sederhana untuk kasus-kasus batuk pilek (bukan
pneumonia) dengan tablet parasetamol dan obat batuk tradisional obat batuk putih.
Merujuk kasus pneumonia berat ke Puskesmas/Rumah Sakit terdekat.

15

Вам также может понравиться