Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
: Farmakologi, halaman 1
: A-1
Terminologi
1. Peroral
2. Perrektal
3. Parenteral
4. IV (IntraVena)
5. Farmakokinetik
6. FPE
7. OOA
Problem
1. Mengapa pemberian obat pada pasien dapat berbeda-beda (peroral, perrektal,
parenteral) ?
2. Apa indikasi dari cara-carapemberian obat ?
3. Apa kelebihan dan kekurangan dari ketiga cara pemberian obat tersebut ?
4. Apa perbedaan dari ketiga cara pemberian obat tersebut ?
5. Bagaimana proses metabolisme obat dalam tubuh dari ketiga cara pemberian obat
tersebut ?
6. Apa saja yang berperan dalam absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat ?
7. Apa saja organ yang berperan dalam ADME obat ?
8. Bagaimana kadar kerja obat aktif dalam darah (bioavailabilitas) ?
9. Apa yang dimaksud dengan Onset Of Action ?
10. Apa yang dimaksud dengan Duration Of Action ?
2
Hipotesis
Pemberian Obat yang berbeda tergantung pada kesadaran pasien. Pemberian obat
secara intravena dapat memberikan efek yang lebih cepat.
Nasib obat dalam tubuh disebut farmakokinetik.
Sedangkan nasib tubuh terhadap obat disebut farmakodinamik.
Untuk mencapai targetnya, obat mengalami ADME di dalam tubuh.
Mekanisme
More Info
Tidak ada
I Dont Know
1. Farmakokinetik
a. Cara pemberian obat
b. ADME
c. Interaksi obat
d. Interpretasi parometer
2. Farmakodinamik
3. Respon obat individual
4. Pengobatan Rasional
5. Efek samping obat
3
Learning Issues
IDK
1. Farmakokinetik
LI
A1. Definisi
A2. Perbedaan
B. ADME
C. Interaksi obat
D. Interpretasi parometer
B1. Definisi
B2. Organ yang terlibat
B3. Biotransformasi obat
-
Obat
Hasil metabolit
(aktif, inaktif, toksik)
C.
Interaksi
obat
yang
terjadi
pada
farmakokinetik
D1. Waktu paruh
D2. Clearence
D3. Volume distribusi
D4. Ikatan protein
D5. Bioavailabilitas
2. Farmakodinamik
responsif
25. Antagonisme
26. Kerja obat yang tida diperantarai
reseptor
27. Parameter variable
- kadar terapi
- kadar maksimal
- steady state
- efek maksimal
- sensitivitas
- dosis muat
- dosis berulang
- dosis pemeliharaan
- interval dosis
4. Pengobatan rasional
5. Efek samping obat
- mutu obat
5 tepat cara menentukan obat
51. Definisi
52. Klasifikasi
53. Mekanisme dan Faktor predisposisi
54. Definisi dan tujuan pharmacoviggilance
5
Mekanisme FARMAKOLOGI
Aiko,
mahasiswi kedokteran tingkat 4.
Berada dalam UGD,
Pasien 1
-Sadar, sulit bernafas
(IV)
-Obat per oral
Pasien 2
-kurang sadar, lemah
Pasien 3
-obat dengan infuse
-obat perectal
Farmakologi
Prinsip
farmakokinetik
a. Cara beri obat
b. proses ADME
C. interaksi obat
d. interpretasi parameter
Farmakodinamik
a. mekanisme kerja obat
b. reseptor obat
c. transmisi sinyal biologis
d. interaksi obat-reseptor
e. antagonism
f. kerja obat yang tidak
g. parameter variable
Pengobatan Rasional
(5 tepat cara menentukan obat-WHO)
Efek Samping Obat
a. definisi
b. klasifikasi
c.mekanisme dan
factor
predisposisi
h. interaksi obat pada
farmakodinamik
tujuan
Respon Obat Individual
a. factor internal
b. factor eksternal
Pembagian IDK
1. Anggitia Nurlathifah Haque (5.1-5.4)
7
Pembahasan Terminologi
Halaman 1
1. Peroral
2. Perrektal
3. Parenteral
intaramuskular
4. IV (IntraVena)
dan subkutan.
: Pemberian obat dengan cara disuntikkan.
8
5. Farmakokinetik :
6. FPE
Halaman 2
1. Reseptor Agonis
respon imun
3. Pengobatan Rasional : Pengobatan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu
yang efisien.
PEMBAHASAN IDK
1.
Farmakokinetik
Kerugian
perenteral
Keuntungan
efek farmakologi cepat
dapat diberikan pada orang yg tidak sadar
Kerugian
menimbulkan rasa sakit
tidak dapat dilakukan sendiri
tidak dapat dihentikan bila terjadi reaksi alergi
biaya mahal
topical
Keuntungan
efek farmakologi cepat karena terlokasi pada tempat yang sakit.
efek sistemik minim karena tidak melalui sirkulasi hepatik.
Kerugian
timbul reaksi topical
sangat bergantung dari zat pelarutnya
B. ADME
4 tahap Obat dalam Tubuh
10
FARMAKOKINETIK
1. Definisi
Farmakokinetik adalah apa yang dialami obat yang diberikan pada suatu
makhluk, yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme(biotransformasi), dan ekskresi.
Farmakokinetik:
Perpindahan /pergerakan obat ke dalam, di dalam dan keluar dari tubuh.
11
Stomach
Duodenum Kolon
Usus halus transversum
Jejunum
Kolon asenden
Ileum Kolon desenden
Rektum
Fisiologi absorpsi
12
2. TransporAktif
13
L
u
m
e
n
Membran
sel
Dalam
apikal
sel
Obat + pembawa
Obat
Pembawa
Obat
u pembawa
spembawa
u
s
3. Transpor terfasilitasi
Konsentrasi tinggi
Konsentrasi
Lbh rendah
6. Pinocytosis
vacoule
Kebanyakan obat merupakan elektrolit lemah (asam lemah, basa lemah). Derajat
ionisasi obat bergantung pada konstanta ionisasi dan PH larutan itu berada.
Untuk asam lemah, PH tinggi akan meningkatkan ionisasi dan
mengurangi bentuk nonion (hanya bentuk nonion memiliki kelarutan lemak, diabsorbsi).
15
Transporter membran:
1. ABC (ATP Binding Cassette) memerlukan ATP
- P-glikoprotein, untuk kation organik dan zat netral yang hidrofobik dengan BM
200-1800 dalton
- Multidrug Resistance Protein, anion organik hidrofobik dan konjugat
2. Transporter uptake obat tidak perlu ATP
OATP (Organic Anion Transporting Polypeptide) Untuk anion organik, kation
organik besar, zat netral, hidrofobik dan konjugat
OAT (Organic Anion Transporter)
Untuk anion organik lipofilik
OCT (Organic Cation Transporter)
Untuk kation kecil hidrofilik
2. Distribusi
a. Protein plasma dalam darah mengikat obat dengan ikatan lemah:
b. Albumin mengikat obat-obat asam dan netral (steroid)
c. Asam lemak mempunyai tempat ikatan khusus dalam albumin:
A-glikoprotein mengikat obat basa
Corticosteroid Binding Globulin
Sex Steroid Binding Globulin
Obat yang terikat protein plasma ke seluruh tubuh, obat bebas akan
keluar ke jaringan ke tempat kerja obat, jaringan depot, ke hati (obat menjadi
metabolit yang bersama empedu mengalir ke darah) dan ke ginjal (dieksresi).
Obat yang larut air dan bersifat asam (kebanyakan) akan tetap berada di
luar sel sedangkan obat larut lemak dan basa (kebanyakan) berdifusi melewati
membran sel.
Macam-macam protein plasma
Albumin: mengikat obat-obat asam dan obat-obat netral (co/steroid) serta
bilirubin dan asam-asam lemak.
Albumin punya 2 tempat ikatan :
- Site I : mengikat warfarin, fenilbutazon, fenitoin,
dan bilirubin
- Site II : mengikat diazepam dan benzodiazepin
asam-asam karboksilat (kebanyakan
AINS),
(disebut
diszepam site)
Proses ini dikenal sebagai eliminasi lintas pertama, metabolisme obat terutama
terjadi di hati, yakni membran endoplasmic reticulum (mikrosom) dan di sitosol.
Tempat yang lain adalah : dinding usus, ginjal, paru, darah, otak, dan kulit.
Tahapan :
1. Eliminasi Presistemik
2. Eliminasi Obat oleh enzim dinding usus dan atau hati pada lintas pertama pada
pemberian oral
3. Jadi obat yang mengalami metabolisme lintas pertama, bioailabilitasnya turun
4. Dapat dihindari dengan pemberian obat secara : parenteral, sublingual, rektal,
dan bersama makanan.
Reaksi metabolisme yang terpenting adalah oksidasi oleh enzim cytochrome
P450 (CYP) dalam Reticulum Endoplasmic (mikrosom) hati. Beberepa macam Isoenzim
CYP yang penting untuk metabolisme obat, yaitu :
1. CYP3A4/5 (~30% dari total CYP dalam hati) : memetabolisme ~50% obat untuk
manusia, jadi merupakan enzim metabolisme yang terpenting. Isoenzim ini juga
terdapat di epitel usus halus (~70% dari total CYP di usus halus) dan ginjal.
2. CYP2D6 (~2-4% dari total CYP dalam hati) : merupakan CYP yang pertama
dikenal dengan nama debrisoquine hydroxilase, memetabolisme ~15-25% obat.
3. CYP2C (~20%) :CYP2C8 dan CYP2C19 (CYP2C8/9 memetabolisme ~15%
obat)
4. CYP1A1/2(~12-13%) : dulu disebut cytochrome P448, memetabolisme ~5%
obat.
5. CYP2E1 (~6-7%), memetabolisme ~2%obat.
CYP yang terdapat di dinding usus ~20-50% dari CYP dalam hati.
Contoh Obat yang menghambat CYP3A4 dan P-gp
1. Diltiazem, verapamil
2. Siklosporin, kortisol
3. Ritonavir, nelvinavir
4. Eksresi
Ada beberapa cara:
Obat dieksresi melalui ginjal dalam bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya.
Melalui 3 tahap: filtrasi glomerulus, sekresi tubulus proksimal, dan reabsorbsi
pasif tubulus.
a. Filtrasi glomerulus menghasilkan ultrafiltrat yaitu plasma minus protein (obat bebas
ke dalam ultrafiltrat, yang terikat protein tetap dalam darah)
b. Sekresi aktif melalui transporter membran MRP (penisilin, glukuronat, sulfat) dan Pglikoprotein (kuinidin, digoksin)
18
c. Reabsorbsi pasif bergantung PH, misal: obat (asam kuat dan basa kuat) terionisasi
sempurna pada PH ekstrem urin akibat asidifikasi dan alkalinisasi (4,5 7,5).
melalui empedu usus feses
P-gp dan MRP terdapat di membran kanalikulus sel hati dan mensekresi aktif
obat dan metabolit ke dalam empedu.
Eksresi paru terutama untuk eliminasi gas anastetik umum.
Eksresi dalam ASI, saliva, keringat dan air mata sangat kecil jumlahnya.
FILTRASI:
Glomerular Filtrasi.
Molekul melewati pori-pori ginjal.
Drugs filtered in an
uncharged state may be
reabsorbed by the kidney;
however, drugs in a
charged state will be
excreted.
C. Interaksi Obat
Interaksi langsung
Interaksi secara fisik/kimiawi antar obat dalam lumen saluran cerna
sebelum absorpsi dapat mengganggu proses absorpsi.
Contoh: obat A(digoksin,linkomisin), obat B(kaolin-pektin), menimbulkan efek:
obat A diadsorpsi oleh obat B, jumlah absorpsi obat A menurun.
Perubahan pH urin
Perubahan ini akan menghasilkan perubahan bersihan ginjal(melalui
perubahan jumlah reabsorpsi pasif di tubuli ginjal)yang berarti secara
klinik hanya bila: (1) fraksi obat yang diekskresi utuh oleh ginjal cukup
besar(lebih dari 30%),dan (2) obat berupa basa lemah dengan pKa 7,510 atau asam lemah dengan pKa 3,0-7,5.
D. Interpretasi parometer
1. Waktu Paruh ( t )
-
Waktu yang dibutuhkan untuk mengubah jumlah obat dalam tubuh menjadi
separuhnya selama eliminasi.
21
Organ eliminasi hanya dapat membersihkan obat dari darah bila ada kontak
langsung organ eliminasi tersebut
Menunjukkan waktu yang diperlukan untuk mencapai 50% dari keadaan stabil
yg baru setelah perubahan kecepatan pemberian obat
RUMUS t
t = 0,7 X Vd
CL
-
Ket :
Vd = Volume Distribusi
CL = Clearence ( bersihan )
Konstanta 0,7 merupakan natural logarithma dari 2 (Karena eliminasi obat
dapat dijelaskan dengan proses eksponensial, waktu yang digunakan untuk
penurunan dua kali lipat adalah proporsional dengan ln (2) ).
2. Bersihan ( Clearence )
-
Bersihan abnormal terjadi bila terdapat kerusakan fungsi berat dari ginjal,hati
atau jantung.
Rumus :
Penyakit hati mengurangi bersihan & memperpanjang waktu paruh sebagai obat
22
Sampai saat ini belum ada penanda bersihan hati, seperti bersihan kreatinin
sebagai penanda bersihan obat oleh ginjal
3. Volume Distribusi ( Vd )
-
Vd = X
C
Dimana : X adalah jumlah obat dalam tubuh
C adalah konsentrasi obat dalam darah
-
- Obat yang memiliki Vd tinggi memiliki konsentrasi obat yang tinggi dalam
jaringan ekstravaskular ( akibat rendahnya kadar dalam plasma)
Co : Digoksin
- Obat yang memiliki Vd rendah memiliki konsentrasi obat yang tinggi dalam
jaringan vaskular ( akibat kuatnya ikatan obat dengan membran plasma )
Co : warfarin, tolbutamid, dan salisilat
4. Ikatan protein
Dalam darah, obat akan diikat oleh protein plasma dengan berbagai
ikatan lemah (ikatan hidrofobik, van der Waals, hydrogen dan ionik)
Beberapa macam protein plasma :
1. Albumin : mengikat obat-obat asam dan obat-obat netral serta bilirubin dan
asam-asam lemak.
2. -glikoprotein (1-acid glycoprotein) : mengikat obat-obat basa
3. CBG (corticosteroid-binding globulin) : khusus mengikat kortikosteroid
4. SSBG (sex steroid-binding globulin) : khusus mengikat hormone kelamin.
Ikatan dengan protein plasma ini kuat untuk obat yang lipofilik dan lemah untuk yang
hidrofilik.
Ikatan protein plasma sering disebut sebagai suatu faktor yang memainkan peran
farmakokinetik, farmakodinamik dan interaksi obat. Namun, tidak ada contoh-contoh
23
obat yang relevan secara klinik yang secara jelas dapat diterangkan sebagai akibat
perubahan-perubahan dalam ikatan protein plasma.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ikatan protein :
1. Konsentrasi albumin
Level albumin yang rendah pada bebagai penyakit, menyebabkan konsentrasi
total obat yang rendah.
2. Konsentrasi 1-asam glikoprotein
Suatu protein pengikat obat yang penting dengan sisi ikatan untuk obat-obatan
seperti kuinidin, lidokain dan propanolol. Glikoprotein ini meningkatkan kelainankelainan inflamasi akut dan menyebabkan perubahan besar dalam konsentrasi
total obat dalam plasma, walaupun eliminasi obat tidak berubah.
3. Ikatan protein dengan kapasitas terbatas
Pengikatan obat-obat pada protein plasma mempunyai kapasitas yang terbatas.
Konsentrasi terapeutik dari salisilat, disopiramid, dan prednisolon menunjukkan
ikatan protein yang bergantung pada konsentrasi. Konsentrasi obat yang tidak
terikat (unbound drug) ditentukan oleh kecepatan dosis dan bersihan yang tidak
berubah untuk obat-obat dengan rasio ekstrasi rendah ini, peningkatan dalam
kecepatan dosis akan menyebabkan perubahan dalam konsentrasi unbound
drug yang secara farmakodinamik sangat penting. Konsentrasi total obat akan
meningkat tidak secepat peningkatan kecepatan dosis karena ikatan protein
mendekati kejenuhan pada konsentrasi tinggi.
5. Bioavailabilitas
Bioavailibilitas atau availibilitastemik (=F)
Menunjukan fraksi dari dosis obat yang mencapai peredaran darah sistematik dalam
bentuk aktif. Jika obat dalam bentuk aktif diberikan secara IV maka F=1, tetapi bila
diberikan atau disuntikkan dalam bentuk derivate yang perlu dikonsentrasi dalam tubuh,
maka F=fraksi yang dikonversi menjadi bentuk aktif.
Jika diberikan per oral, F biasanya kurang dari 1 dan besarnya tergantung pada jumlah
obat yang dapat menembus dinding saluran cerna (jumlah obat yang diabsorbsi) dan
jumlah obat yang mengalami eliminasi presistemik atau eliminasi first pass atau
metabolisme lintas pertama. Karena kedua faktor inilah, bioavailibilitas obat yang
diberikan per oral dapat berkurang hingga 100%.
Besarnya bioavailibilitas suatu obat oral digambarkan oleh AUC (area under the curve
atau luas area di bawah kurva kadar obat dalam plasma terhadap waktu) obat oral
tesebut dibandingkan dengan AUC-nya pada pemberian IV. Ini disebut bioavailibilitas
oral dan merupakan bioavailibilitas absolute dari obat oral tersebut.
Bioavailibilitas absolute obat oral = F
24
AUC oral
AUC IV
Bioavailibilitas suatu sedian obat (preparat dagang) disebut bioavailibilitas produk yang
bersangkutan. Ini ditentukan selain oleh bahan baku obatnya, juga ditentukan oleh
formulasi obat tersebut. Besrnya dibandingkan dengan bioavailibilitas produk penemu
sehingga merupakan bioavailibilitas relative dari produk tersebut.
Bioavailibilitas relative produk oral X
AUC pada oral produk X
=
AUC oral produk inovator
Dua faktor yang mempengaruhi bioavailibilitas obat oral :
1. Tingkat absorbsi
Setelah pemberian oral, suatu obat dapat diabsorbsi secara tidak lengkap.
Misalnya, hanya 70% dari suatu dosis digoksin yang dapat diabsorbsi, ini
terutama disebabkan oleh kurangnya absorbs melalui usus dan sebagian
digoksin mengalami metabolisme oleh bakteri di usus. Obat lain yang terlalu
hidrofilik atau lipofilik juga mempunyai bioavailibilitas yang rendah karena
absorbs yang tidak lengkap. Jika terlalu hidrofilik, obat sukar menembus sel
membrane yang bersifat lipid, jika terlalu lipofilik, kurang melarut ketika
memembus lapisan air di sekitar sel.
2. Eliminasi first pass.
Setelah absorbsi melalui dinding usus halus, darah portal akan membawa obat
ke hati sebelum masuk ke dalam sirkulasi sistematik. Suatu obat dapat
dimetabolisasi di dinding usus atau bahkan di darah portal. Tetapi umumnya, hati
adalah alat yang bertanggung jawab atas metabolisme obat sebleum obat
mencapai sirkulasi sistematik. Hati dapat mengeluarkan obat ke dalam empedu.
Semua ini dapat mengurangi bioavailibailitas dan semua proses tersebut dikenal
dengan proses eliminasi first pass. Pengaruh FPE oleh hati terhadap
bioavailibilitas obat dinyatakan sebagai rasio ekstraksi (ER) :
ER =
C L hati
Q
6. Eliminasi
-
Eliminasi adalah gabungan dari proses metabolisme dan ekskresi utuh obat
farmakokinetik.
Pada metabolisme, proses terutama terjadi di hati. Tempat metabolisme lainnya
(ekstrahepatik) adalah dinding usus, ginjal, paru, darah, otak, kulit dan juga
lumen di kolon (oleh flora usus).
Sementara pada ekskresi, organ terpentingnya adalah ginjal.
Ekskresi obat melalui ginjal dapat terjadi dalam bentuk utuh maupun bentuk
metabolitnya. Ekskresi dalam bentuk utuh maupun bentuk aktif merupakan
proses eliminasi melalui ginjal.
Ekskresi melibatkan tiga prosses : filtrasi glomerulus, sekresi aktif di
tubulus proksimal dan reabsorbsi disepanjang tubulus. Ekskresi melalui ginjal
akan berkurang jika terdapat gangguan fungsi ginjal.
2. Farmakodinamik
A.Mekanisme kerja obat
mekanisme kerja obat
obat menimbulkan efek melalui interaksi dengan reseptornya pada sel organisme
interaksi obat dengan respetor menimbulkan perubahan biokimiawi dan fisiologi
setiap komponen makromolekul fungsional dapat berperan sebagai reseptor
obat, tetapi sekelompok reseptor obat dapat berperan sebagai reseptor fisiologis
untuk ligand endogen
obat yang efeknya menyerupai endogen disebut agonis
obat yang tidak mempunyai aktivitas aktivitas intrinsik sehingga menimbulkan
efek dengan menghambat kerja agonis disebut antagonis
obat yang jika berikatan dengan reseptor fisiologik akan menimbulkan efek
intrinsik yang berlawanan dengan efek agonis disebut agonis negatif
27
potensial membran atau komposisi ion contoh, reseptor nikotinik, reseptor untuk
gamma-aminobutirat a,dsbg
reseptor yang terdapat dalam sitoplasma merupakan protein terlarut pengikat
dna yang mengatur transkripsi gen-gen tertentu
second messenger sitoplasma. penghantaran sinyal biologis dalam sitoplasma
dilangsungkan dengan kerja second messenger antara lain berupa siklin-amp,
diasilgliserol,dll
siklin amp (c-amp) ialah second messenger yang pertama kali ditemukan .
berfungsi mengaktifkan c-amp-dependent protein kinaseyang mengatur faal
protein intrasel dengan cara fosforilasi
ion ca2+ sitoplasma merupakan second messenger lain yang berfunsi dalam
aktivasi beberapa jenis enzim, menggiatkan aparat kontraktil sel otot,
mencetuskan penglepasan histamin, dsbg
inositol triphospatase dan diasilgliserol, merupakan second messenger pada
transmisi sinyal di alfa1 adrenoreseptor, reseptor vasopresin, asetilkolin,
histamin, dsbg
no (nitric oxide) berperan dalam pengaturan dalam sistem kardiovasuler,
imunologi, susunan dan susunan saraf. no juga berperan dalam sejumlah proses
patologis seperti syok septik, hipertensi dan stroke.
D.Interaksi obat-reseptor
Interaksi obat
adalah peristiwa di mana aksi suatu obat diubah atau dipengaruhi oleh obat lain
yang diberikan bersamaan.
Dampak negatif dari interaksi, kemungkinan akan timbul sebagai :
Terjadinya efek samping
Tidak tercapainya efek samping yang diinginkan
Ada 2 jenis obat yang terlibat, yaitu :
1. Obat Objek, yakni obat yang aksinya/efeknya dipengaruhi/diubah oleh obat lain
Perubahan dosis yang sedikit saja, dapat menyebabkan perubahan besar pada
efek klinik yang timbul
Obat dengan ratio toksik terapik yang rendah, artinya dosis toksis dan dosis
terapik perbandingannya tidak besar
2. Obat Presipitian, yakni obat yang mempengaruhi/mengubah aksi/efek obat lain
29
Obat dengan ikatan protein yang kuat, maka akan menggusur ikatan protein obat
lain yang lebih lemah
Kemampuan menghambat atau merangsang enzim yang memetabolisir obat
dalam hati
Dapat mempengaruhi fungsi ginjal sehingga eliminasi obat-obat lain dapat
dimodifikasi
Interaksi yang terjadi pada obat dalam tubuh ada 3 macam, yaitu :
1. Interaksi Farmaseutik/Inkompatibilitas
Terjadi di luar tubuh (sebelum obat diberikan) antara obat yang tidak dapat
dicampur
Menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara fisik atau kimiawi
Interaksi antar obat suntik dan interaksi obat suntik dengan cairan infus yang
berakibat inaktivasi obat
2. Interaksi Farmakokinetik
Terjadi jika salah satu obat memperngaruhi
1. Absorpsi
2. Distribusi
3. Metabolisme
4. Ekskresi ginjal
Akibatnya, terjadi peningkatan toksisitas atau penurunan efektivitas obat tersebut
3. Interaksi Farmakodinamik
Interaksi reseptor
Interaksi pada sistem reseptor yang sama biasanya merupakan
antagonisme antara agonis dan antagonis/bloker, dengan sifat kompetitif dan
non- kompetitif
Interaksi fisiologik
Dapat menghasilkan peningkatan atau penurunan respon (potensiasi atau
antagonisme)
E.Antagonisme
1. Antagonisme pada sistem fisiologik yang sama, tetapi pada sistem reseptor yang
berlainan
Co: efek histamin dan autakoid lainnya yg di lepaskan tubuh sewaktu terjadi syok
anafilatik dapat di antagonisasi dengan pemberian adrenalin
2.
Antagonisme melalui sistem reseptor yang sama (antagonisme antara
agonis dengan antagonisnya)
Co: efek histamin yg di lepaskan dalam reaksi alergi dapat di cegah dengan
pemberian antihistamin, yg menduduki reseptor yg sama
Antagonisme dibagi menjadi 2 macam antagonism :
30
Reseptor Obat
makromolekul seluler tempat obat terikat untuk menimbulkan efeknya. Merupakan
reseptor Fisiologik. Protein seluler yg secara normal berfungsi sebagai reseptor bagi
ligand endogen. Ikatan obat : ikatan ion, hidrogen, hidrofobik, van der Walls, kovalen ;
umumnya campuran
Berfungsi sebagai pengikatan ligand yg sesuai (o/ ligand binding domain dan
penghantaran sinyal (o/ efektor domain) yg dpt scr langsung menimbulkan efek intrasel
atau scr tdk langsung memulai sintesis/pelepasan molekul intrasel lain.
Reseptor obat ada beberapa macam, antara lain adalah :
Reseptor enzim
Menimbulkan fosforilasi protein efektor (tirosin kinase, tirosin fosfatase, serin
kinase)
Ligand endogen : insulin, EGF, PDGF, ANF,TGF-
Struktur :
Tempat ikatan ligand
Tempat katalitik sbg enzim
Dihubungkan rantai peptida yg hidrofob
31
Reseptor sitokin
Ligand endogen : insulin, interferon, eritropoetin, hormon pertumbuhan,
diferensiasi, dsb
Aktivitas fosforilasi di JAK fosforilasi STAT protein ke nukleus transkripsi gen
32
o
o
o
o
34
G.Parameter variable
1. Kadar Terapi (Cther)
Pemantauan kadar terapi obat seringkali diperlukan pada obat-obat
tertentu untuk mendapatkan efek yang optimal.
Obat yang membutuhkan pemantauan kadar terapi adalah obat yang
antara lain
mempunyai batas kadar terapi yang sempit
variasi individual yang besar
metabolismenya dapat mengalami kejenuhan
gejala
intoksikasi
sulit
diamati
atau
tidak
sejalan
dengan
meningkatnya dosis
35
berapapun
penambahan
dosis
penambahan
seorang
konsentrasi
penderita
tidak
obat.
Jika
memberikan
yang
diperlukan
untuk
menghasilkan
50%
dari
efek
maksimum.
6. Dosis Muat
Merupakan cara mencapai kadar tunak langsung dg dosis pertama
terutama untuk obat-obat
Dosis Loading = Vd x TC
Keterangan : Vd= Volume distribusi; TC= konsentrasi target.
7. Dosis Pemeliharaan (Maintenance Dose)
Dosis obat yang diperlukan untuk memelihara atau mempertahankan efek
klinik atau konsentrasi terapeutik obat.
Pada interaksi farmakodinamik tidak terjadi perubahan kadar obat dalam darah,
tetapi terjadi perubahan efek obat yang disebabkan oleh obat presipitan, karena
pengaruhnya pada tempat kerja obat.
36
Interaksi langsung terjadi apabila dua obat atau lebih bekerja pada tempat atau
reseptor yang sama, atau bekerja pada tempat yang berbeda tetapi dengan hasil efek
yang sama atau hampir sama. Interaksi dua obat pada tempat yang sama tampil
sebagai antagonis atau sinergisme. Interaksi langsung ini dapat terbagi menjadi :
A. Antagonis pada tempat yang sama
yaitu keadaan efek dua obat pada tempat yang sama saling berlawanan atau
menetralkan.
Contoh :
1.Pembalikan (penetralan) efek opiat oleh obat nalokson.
2.Pengobatan aritmia yang disebabkan intoksikasi antidepresan triklisik dengan
obat
fisotigmin.
3.Pengobatan keracunan pestisida organofosfat dengan sulfas atropin untuk
menetralisir
efek-efek kolinergik yang terjadi
B. Sinergisme pada tempat yang sama
Yaitu interaksi dimana efek dua obat yang bekerja sama saling memperkuat.
Contoh :
1.Efek obat pelemas otot depolarisasi akan diperkuat oleh antibiotika
aminoglikosida,
kolistin dan polimiksin. Karena keduanya bekerja pada tempat yang sama
yakni pada
motor end plate otot seran lintang.
2.Kombinasi obat beta-blocker dan Ca chanel blocker seperti verapamil dapat
menyebabkan aritmia. Keduanya bekerja pada jaringan konduksi otot jantung
yang
sama.
C. Sinergisme pada tempat yang berbeda dari efek yang sama atau hampir sama.
Obat-obat yang efek akhir yang sama atau hampir sama, walaupun ternyata
kerja dan reseptornya berlainan kalau diberikan bersamaan akan memberikan
efek yang saling memperkuat, misalnya :
37
kepatuhan pasien
kesalahan medikasi
Dosis yang diminum
kecepatan di absorbsi
timbulnya toleransi
Intensitas efek
interaksi obat
keadaan fngsional
38
efek plasebo
-Pertimbangan farmakokinetik
Absorbsi, > penyerapan obat dari tempat pemberian sampai ke system sistemik > yaitu
kecepatan pengosongan lambung.
Distribusi > perpindahan obat dari saluran sistemik ke tempat aksinya > waktu paruh
lama, maka kecepatan distribusi obat dan akumulasinya semakin cepat (terjadinya efek
toksik).
Metabolisme > merupakan proses perubahan obat menjadi metabolitnya ( aktif dan
non aktif). Semakin besar dosis suatu obat, maka kemungkinan metaboilit aktif semakin
banyak, maka respon juga akan semakin besar.
Ekskresi, berkaitan dengan eliminasi. Dimana semakin cepat eliminasi suatu obat,
maka durasinya juga semakin cepat.
-Pertimbangan farmako dinamik
Hubungan antar konsentrasi obat dan besarnya respon
Semakin besar konsentrasi, semakin cepat efek maksimal yang ditimbulkan
Faktor lain yang mempengaruhi hasil terapi
Usia > perubahan komposisi tubuh dan fungsi orban pengeleminasi obat
Anak anak :
Bukan sekedar menurunkan dosis berdasarkan bobot tubuh dan luas permukaan
Farmakodinamik : munculnya hasil terapi dan efek samping yang tidak diinginkan
Eg : antihistamin / babrbiturat pada dewaasa > efek sedasi
Pada anak > hiperaktif
Lanjut usia :
Penurunan massa tubuh non lemak, albumin serum dan air total serta
peningkatan presentase lemak tubuh > perubahan distribusi obat
Obat > kelarutan dalam lipid serta ikatan protein
Fakmakodinamik :
Eg : obat yang menekan sistem saraf pusat > peningkatan efek konsentrasi pada
plasma
Jenis kelamin :
Tikus jantan dewasa jauh lebih cepat memetabolisme obat daripada tikus betina
dewasa
Berkaitan dengan hormon androgen >
Interaksi obat obatan
Penggunaan beberapa obat secara bersamaan untuk mengobati penyakit yang
diderita seseorang dalam waktu bersamaan
Interaksi farmakokinetik obat obatan : absorbsi, distribusi, metabolisme, dan
eksresi hasilnya dapat peningkatan atau penurunan
39
Interaksi farmakodinamik obat : sejumlah obat yang bekerja pada reseptor yang
sama yang umumnya memiliki efek aditif pada lokasi berbeda si satu organ
Kombinasi dengan dosis tepat > obat baru
Efek plasebo : hubungan antar dokter dan pasien. Sebagai perubahan mood,
efek subjektif lain, dan efek objektif dibawah pengaruh otonom
Toleransi : timbul terhadap efek obat yang berkaitan secara farmakologis
(terutama yg bekerja pada reseptor yang sama) dan dosis obat harus
ditingkatkan untuk memelihara efek teurapetik yang diharapkan
Faktor genetik
Penentu utama variabilitas normal efek obatt dan bertanggung jawab atas
sejumlah perbedaan aktivitas farmakologi kualitatif dan kuantitatif yang menonjol
Diet dan faktor lingkungan
Sayur mayur cruciterous > induksi enzim CYP1A
Jus buah anggur > menghambat metabolisme enzim CYP3A
Perokok memetabolisme enzim lebih cepat daripada yg tidak merokok
Pekerja industri terpapar pestisida lebih cepat memetabolisme daripada yg tidak
terpapar
4. Pengobatan Rasional
-
permasalahan pasien
Diagnosis
tujuan terapi
4.
pemilihan obat
-
serta biaya).
* diberikan dosis yang tepat
* tersedia setiap saat dengan harga yang terjangkau
* meminimalkan efek samping dan alergi obat
5.
-
pelaksanaan terapi
Fokomelia pada anak karena ibunya menggunakan talidomid pada masa awal
kehamilan.
samping,
yang
sebelumnya
belum
diketahui
atau
tidak
lengkap
terdokumentasi.
Biasanya diperlukan lebih dari satu laporan kasus, tergantung dari tingkat
keparahan dan kualitas informasi yang didapatkan.
42
43
Pharmacoviggilance
-
44
KESIMPULAN
Pemberian Obat yang berbeda tergantung pada kesadaran
pasien. Pemberian obat secara intravena dapat memberikan efek yang
lebih cepat. Nasib obat dalam tubuh disebut farmakokinetik. Sedangkan
nasib tubuh terhadap obat disebut farmakodinamik. Untuk mencapai
targetnya, obat mengalami ADME di dalam tubuh.
45
DAFTAR PUSTAKA
Dorland
Farmakologi dan Terapi FKUI. Ed.5. 2008
Katzung, Betram G. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi VI. 1997.
EGC:
Jakarta.
http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/principle-ofdrug-
action-bw.pdf
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/11_EMIT.pdf/11_EMIT.html
47