Вы находитесь на странице: 1из 14

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

I.

PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien. Data-data yang
dikumpulkan atau dikaji meliputi :
A. Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat
rumah, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan terakhir, nomor
registrasi, pekerjaan pasien, dan nama penanggungjawab.
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering muncul pada pasien dengan penyakit
emfisema bervariasi, antara lain: sesak nafas, batuk, dan nyeri di daerah
dada sebelah kanan pada saat bernafas. Banyak sekeret keluar ketika
batuk, berwarna kuning kental, merasa cepat lelah ketika melakukan
2.

aktivitas.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan penyakit emfisema biasanya diawali dengan sesak
nafas , batuk, dan nyeri di daerah dada sebelah kanan pada saat bernafas,
banyak secret keluar ketika batuk, secret berwarna kuning kental , merasa

3.

cepat lelah ketika melakukan aktivitas.


Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan juga apakah pasien sebelumnya pernah menderita
penyakit lain seperti TB Paru, DM, Asma, Kanker,Pneumonia dan lainlain. Hal ini perlu diketahui untuk melihat ada tidaknya faktor

4.

predisposisi.
Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama atau mungkin penyakit-penyakit lain yang mungkin
dapat menyebabkan penyakit emfisema.

C. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1.
Bernafas
Pasien umumnya mengeluh sesak dan kesulitan dalam bernafas karena
terdapat sekret. Episode batuk hilang timbul, biasanya tidak produktif
pada tahap dini, meskipun dapat menjadi produktif. Faktor keluarga

dan keturunan, misalnya defisiensi alpha 1-antitripsin penggunaan


oksigen pada malam hari atau terus menerus.
Tanda : Pernafasan biasanya cepat, dapat lambat : fase ekspirasi memanjang
dengan mendengkur, nafas bibir. Penggunaan otot bantu pernafasan,
misalnya : meninggikan bahu, rekraksi fosa supra klavikula, melebarkan
hidung.
Dada : Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP (bentuk
barrel),

atau

perbandingan diameter. AP sama

dengan

diameter

bilateral, gerakan diafragma minimal.


Bunyi nafas : mungkin redup dengan ekspirasi mengi.
Perkusi : Hipersonor pada area paru.
Warna : klien dengan emfisema kadang disebut pink puffer karena warna
kulit normal, meskipun pertukaran gas tidak normal dan frequensi pernafasan
cepat. Taktil premitus melemah.
2.
Makan dan Minum
Observasi seberapa sering pasien makan dan seberapa banyak pasien
menghabiskan makanan yang diberikan. Minum seberapa banyak dan
3.

seberapa sering pasien minum.


Eliminasi
Observasi BAB dan BAK pasien, bagaimana BAB atau BAK nya normal
atau bermasalah, seperti dalam hal warna feses /urine, seberapa sering,

4.

seberapa banyak, cair atau pekat, ada darah tau tidak,dll.


Gerak dan Aktivitas
Observasi apakah pasien masih mampu bergerak, melakukan aktivitas atau
hanya duduk saja(aktivitas terbatas). Biasanya pasien dengan anemia
mengalami kelemahan pada tubuhnya akibat kurangnya suplai oksigen ke

5.

jaringan tubuh.
Istirahat dan tidur
Kaji kebutuhan/kebiasaan tidur pasien apakah nyenyak/sering terbangun

6.

di sela-sela tidurnya.
Kebersihan Diri
Kaji bagaimana toiletingnya apakah mampu dilakukan sendiri atau harus

7.

dibantu oleh orang lain. Berapa kali pasien mandi ?


Pengaturan suhu tubuh
Cek suhu tubuh pasien, normal(36-37C), pireksia/demam(38-40C),

8.

hiperpireksia = 40C< ataupun hipertermi <35,5C.


Rasa Nyaman

Observasi adanya keluhan yang mengganggu kenyamanan pasien. Pasien


dengan penyakit emfisema biasanya mengalami sesak nafas, batuk, dan
nyeri di daerah dada.
Rasa Aman
Kaji pasien apakah merasa cemas atau gelisah dengan sakitnya.
10. Sosialisasi dan Komunikasi
Observasi apakah pasien mampu berkomunikasi dengan keluarganya,
9.

seberapa besar dukungan keluarganya.


11. Prestasi dan Produktivitas
Prestasi apa yang pernah diraih pasien selama pasien berada di bangku
sekolah hingga saat usianya kini.
12. Ibadah
Ketahui agama apa yang dianut pasien, kaji berapa kalipasien
sembahyang, dll.
13. Rekreasi
Observasi apakah sebelumnya pasien sering rekreasi dan sengaja
meluangkan waktunya untuk rekreasi. Tujuannya untuk mengetahui teknik
yang tepat saat depresi.

14. Pengetahuan atau belajar


Seberapa besar keingintahuan pasien untuk mengatasi mual yang
dirasakan dan caranya meningkatkan nafsu makannya.Disinilah peran kita
untuk memberikan HE yang tepat.
D. Pemeriksaan Fisik
1. Rambut dan hygene kepala
Warna rambut hitam, tidak berbau, rambut tumbuh subur, dan kulit kepala
bersih.
2.

Mata ( kanan/kiri )
Posisi mata simetris, konjungtiva merah muda, skelera putih, dan pupil
isokor, dan respon cahaya baik.

3.

Hidung
Simetris kiri dan kanan, tidak ada pembengkakkan, dan berfungsi dengan
baik.

4.

Mulut dan tenggorokan

Rongga

normal, mukosa

terlihat

pecah-pecah, tonsil

tidak

ada

pembesaran.
5.

Telinga
Simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, dan pendengaran tidak
terganggu.

6.

Leher
Kelenjer getah bening, sub mandibula, dan sekitar telinga tidak ada
pembesaran.

7.

Dada/ thorak
a. Inspeksi
Pada klien dengan emfisema terlihat adanya peningkatan usaha dan
frekuensi pernapasan serta penggunaan otot bantu napas. Pada inspeksi,
klien biasanya tampak mempunyai bentuk dada barrel chest (akibat udara
yang terperangkap), penipisan massa otot, dan pernapasan dengan bibir
dirapatkan. Pernapasan abnormal tidak efektik dan penggunaan otot-otot
bantu napas (sternokleidomastoideus). Pada tahap lanjut, dispnea terjadi
saat aktivitas bahkan pada aktivitas kehidupan sehari-hari seperti makan
dan mandi. Pengkajian batuk produktif dengan sputum purulen disertai
demam mengindikasi adanya tanda pertama infeksi pernapasan
b.

Palpasi

Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya menurun.


c.

Perkusi

Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan


diafragma menurun.
d. Auskultasi
Sering didapatkan adanya bunyi napas ronkhi dan wheezing sesuai tingkat
beratnya obstruktif pada bronkhiolus. Pada pengkajian lain, didapatkan
kadar oksigen yang rendah (hipoksemia) dan kadar karbondioksida yang
tinggi (hiperkapnea) terjadi pada tahap lanjut penyakit. Pada waktunya,
bahkan gerakan ringan sekalipun seperti membungkuk untuk mengikatkan
tali sepatu, mengakibatkan dispnea dan keletihan (dispnea eksersional).

Paru yang mengalami emfisematosa tidak berkontraksi saat ekspirasi dan


bronkhiolus tidak dikosongkan secara efektif dari sekresi yangf
dihasillkan. Klien rentan terhadap reaksi inflamasi dan infeksi akibat
pengumpulan sekresi ini. Setelah infeksi ini terjadi, klien mengalami
mengi yang berkepanjangan saat ekspirasi. Anoreksia, penurunan berat
badan, dan kelemahan merupakan hal yang umum terjadi. Vena jugularis
mungkin mengalami distensi selama ekspirasi.
8.

9.

Kardiovaskular
a. Irama jantung regular; S1,S2 tunggal.
b. Nyeri dada ada, biasanya skala 6 dari 10
c. Akral lembab
d. Saturasi Hb O2 hipoksia
Persyarafan
a. Keluhan pusing ada
b. Gangguan tidur ada
10.

E.

Perkemihan B4 (bladder)
a. Kebersihan normal
b. Bentuk alat kelamin normal
c. Uretra normal
11. Pencernaan
a. Anoreksi disertai mual
b. Berat badan menurun
12. Muskuloskeletal/integument
a. Berkeringat
b. Massa otot menurun
Data Penunjang
1.
Analisa gas darah
- Pa O2

: rendah (normal 80 100 mmHg)

- Pa CO2

: tinggi (normal 36 44 mmHg).

- Saturasi hemoglobin menurun.


- Eritropoesis bertambah
2.

Sputum :

Kultur

untuk

menentukan

adanya

infeksi,

mengidentifikasi patogen
3.
Tes fungsi paru: Untuk menentukan penyebab dispnoe,
4.

melihat obstruksi.
Foto sinar X rontgen

II.
1.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ketidakefektifan pola napas
Definisi : inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat
Berhubungan dengan :
Ansietas
Posisi tubuh
Deformitas tulang
Deformitas dinding dada
Keletihan
Perventilasi
Sindrom hipoventilasi
Gangguan muskuloskeletal
Kerusakan neurologis
Imaturitas neurologis
Disfungsi neuromuskular
Obesitas
Nyeri
Keletihan otot pernapasan
Cedera medula spinalis
Ditandai dengan :
-

Perubahan kedalaman pernapasan


Perubahan ekskursi dada
Mengambil posisi tiga titik
Bradipnea
Penurunan tekanan ekspirasi
Penurunan tekanan inspirasi
Penurunan ventilasi semenit
Penurunan kapasitas vital
Dispnea
Peningkatan diameter anterior- posterior
Pernapasan cuping hidung
Ortopnea
Fase ekspirasi memanjang
Pernapasan bibir
Takipnea
Penggunaan otot aksesorius untuk pernapasan

2.

Gangguan pertukaran gas


Definisi : kelebihan

atau

defisit

pada

oksigenasi

dan/atau

karbondioksida pada membran alveolar-kapiler


Berhubungan dengan :
Perubahan membran alveolar-kapiler
Ventilasi-perfusi
Ditandai dengan

3.

PH darah arteri abnormal


pH arteri abnormal
pernapasan abnormal (mis, kecepatan, irama,kedalaman,)
warna kulit abnormal (mis, pucat, kehitaman)
Konfusi
Sianosis ( pada neonatus saja)
Penurunan karbon dioksida
Diaforesis
Dispnea
Sakit kepala saat bangun
Hiperkapnea
Hipoksemia
Hipoksia
Iritabilitas
Napas cuping hidung
Gelisah
Somnolen
Takikardia
Gangguan penglihatan
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan:
Factor biologis
Factor ekonomi
Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi utrient
Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
Ketidakmampuan menelan makanan
Factor psikologis
Ditandai dengan:
-

Kram abdomen
Nyeri abdomen
Menghindari makan
Merasakan ketidakmampuan untuk mengingesti makanan
Melaporkan perubahan sensasi rasa
Melaporkan kurangnya makanan
Merasa kenyang segera setelh mengigesti makanan
Objektif
Tidak tertarik untuk makan

eliminasi

4.

Kerapuhan kapiler
Diare dan/atau steatore
Adanya bukti kekurangan makanan
Kehilangan rambut yang berlebihan
Bising usus hiperaktif
Kurang informasi, malinformasi
Kurangnya minat pada makanan
Miskonsepsi
Konjungtiva dan membrane mukosa pucat
Tonus otot buruk
Luka, rongga mulut inflamasi
Kelemahan otot yang dibutuhkn untuk menelan atau mengunyah

Intoleran Aktivitas
Berhubungan dengan :
-

Kelemahan umum
Ketidakseimbangan antara suplai dam kebutuhan oksigen

Ditandai dengan

5.

Laporan verbal tentang keletihan atau kelemahan


Frekuensi jantung atau respons TD terhadap aktivitas abnormal
Rasa tidak nyaman saat bergerak atau dipsnea
Perubahan-perubahan EKG mencerminkan iskemia;distrimia
Risiko tinggi terhadap infeksi
Faktor risiko :
Tidak adekuatnya pertahanan utama (penurunan kerja silia, menetapnya
-

6.

sekret)
Tidak adekuatnya imunitas (kerusakan jaringan, peningkatan pemajanan

pada lingkungan)
Proses penyakit kronis
Malnutrisi
Koping individu inefektif
Berhubungan dengan :
Krisis situasional/maturasional
Perubahan hidup beragam
Relaksasi tidak adekuat
Sistem pendukung tidak adekuat
Sedikit atau tak pernah olah raga
Nutrisi buruk
Harapan yang tak terpenuhi
Kerja berlebihan
Persepsi tidak realistik
Metode koping tidak efektif
Ditandai dengan

Menyatakan ketidakmampuan untuk mengatasi dan meminta bantuan


Ketidakmampuan untuk memenuhi harapan peran/kebutuhan dasar atau

pemecahan masalah
Perilaku merusak terhadap diri sendiri, makan berlebih, hilang napsu makan,
merokok/minum berlebihan, cenderung melakukan penyalahgunaan alkohol
Kelemahan/insomia kronik, ketegangan oto, sering sakit kepala/leher,
kekuatiran/gelisah/cemas/tegangan emosi kronik, depresi.
III.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


a.
Ketidakefektifan pola napas
Intervensi
1)
Membandingkan status sekarang dengan status sebelumnya untuk
mendapatkan perubahan dalam status pernapasan. NIC: Asthma management
Rasional : Untuk mengetahui perkembangan kondisi pasien
2)
Mengajarkan teknik yang benar untuk menggunakan obat dan peralatan
(misalnya menarik nafas, nebulizer, aliran maksimum).
Rasional : Agar keluarga dan pasien mengetahui cara menggunakan peralatan dan
obat dengan benar.
3)
Memantau kecepatan, irama, kedalaman, dan upaya untuk bernapas.
Rasional : Untuk mengetahui apakah px masih mengalami kesulitan
bernafas
Mengamati gerakan dada, termasuk simetri, penggunaan dari otot bantu

4)

pernapasan, dan penarikan otot supraclavikular dan intercostals.


Rasional : Untuk mengetahui perkembangan penyakit px
5)
Memberikan cairan hangat untuk minum, dengan tepat.
Rasional : Untuk mengurangi gejala batuk
6)
Catat adanya pergerakan dada, lihat pergerakan dada yang asimetris,
menggunakan otot bantu dan retraksi otot supraklavikular serta intercosta
Rasional : Ketidaksimetrisan pada dada dan penggunaan otot bantu
7)
8)

pernapasan pada pasien mengindikasikan adanya gangguan pernapasan


Monitor kemampuan pasien untuk batuk efektif
Rasional : Batuk efektif dapat membantu mengeluarkan dahak bila ada
Memberitahukan tentang diagnosis, pengobatan, dan pengaruh dari gaya

hidup.
Rasional : Agar px mengetahui penyakitnya, pengobatan yang harus
9)

dijalani, penyebabnya agar px dapat mengubah gaya hidupnya.


Membantu dalam mengenal tanda/gejala dari reaksi asthma mendatang dan

pelaksanaan dari ketepatan pengukuran respon.


Rasional : Menghindari faktor predisposisi yang dapat meningkatkan gejala asma.

10) Melatih pernapasan /relaksasi.


Rasional : Untuk membantu pasien memulai pernapasan secara normal
11) Menentukan dan memperbarui pengobatan asthma,dengan tepat.
Rasional :

Memberikan pengobatan yang tepat sesuai perkembangan

penyakit pasien
12) Monitor RR, irama, kedalaman, dan usaha respirasi
Rasional : Untuk mengetahui frekuensi pernafasan sudah normal apa belum
13) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Rasional : Untuk mengetahui ada kelainan pada saluran pernapasan
14) Monitor tingkat kegelisahan, kecemasan
Rasional : Kecemasan dan kegelisahan dapat memacu terjadinya sesak
b.

Gangguan pertukaran gas berhubungan


Intervensi
1)
Kaji frequensi kedalaman pernafasan catat penggunaan otot bantu nafas, nafas
bibir.
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distres pernafasan dan/atau kronisnya
proses penyakit.
2)
Kaji/awasi secara rutin warna kulit dan membran mokusa.
Rasional : Sianosis mungkin perifer atau sentral mengindikasikan beratnya
hipoksemia.
3)
Tinggikan kepala bantu klien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas,
dorong nafas dalam perlahan atau nafas bibir sesuai kebutuhan individu.
Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan
nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas dan kerja nafas.
4)
Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara atau bunyi abnormal.
Rasional : Bunyi nafas mungkin redup karena penurunan aliran udara. Adanya
mengindikasi spasme bronkus/tertahannya sekret.
5)

Awasi tingkat kesadaran/status mental.

Rasional : Gelisah dan ansietas adalah manifestasi


memburuk

disertai

bingung/samnolen

berhubungan dengan hipoksemia.


6)

Palpasi fremitus.

umum pada hipoksia. GDA

menunjukkan

disfungsi

serebral yang

Rasional : Penurunan getaran fibrasi diduga adanya pengumpulan cairan atau udara
terjebak.
7)

Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang dan kalem. Batasi

aktivitas pasien atau dorong untuk tidur/istirahat di kursi selama fase akut. Mungkinkan
pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan tingkatkan toleransi sesuai aktivitas
individu
Rasional : selama distres pernapasan berat/akut/refraktori pasien secara total tak mampu
melakukan aktivitas sehari-hari karena hipoksia dan dispnea. Istirahat diselingi aktivitas
perawatan masih penting dari program pengobatan. Namun, program latihan ditujukan
untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa menyebabkan dispnea berat, dan
dapat meningkatkan rasa sehat.
8) Awasi GDA.
Rasional : PaCO2 biasanya meningkat dan PaO2 secara umum menurun, sehingga
hipoksemia terjadi dengan derajat lebih besar atau lebih kecil.
9)

Berikan O2 tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi

pasien.
Rasional : Dapat memperbaiki/mencegah memburuknya hipoksia.
10) Bantu intubasi
Rasional : Terjadinya/kegagalan nafas yang akan datang memerlukan upaya tindakan
penyelamatan hidup.
c.
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Intervensi :
1)
Kaji kebiasaan diet, masukan makanan, catat derajat kesulitan makan. Evaluasi
berat badan.
Rasional :Pasien distres pernafasan akut sering anoreksia karena dispneu, produksi
sputum dan obat, selain itu banyak klien PPOM mempunyai kebiasaan makan
buruk. Orang yang mengalami emfisema sering kurus dengan perototan kurang.
2)

Auskultasi bunyi bising usus.

Rasional : Penurunan/hipoaktif

bising

usus

menunjukkan mobilitas gaster

dan

konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan dengan pilihan makan yang buruk,
penurunan aktivitas dan hipoksemia.
3)

Berikan perawatan oral sering, buang sekret.

Rasional :Rasa tak enak bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap nafsu
makan dan dapat membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan nafas.
4)

Dorong periode istirahat selama 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan

makanan posisi kecil tapi sering.


Rasional : Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan memberikan
kesempatan untuk meningkatan masukan kalori total.
5)
Hindari makanan yang sangat panas atau sangat dingin.
Rasional : Suhu ekstrim dapat mencetuskan/meningkatkan spasme batuk.
6)

Konsul ahli gizi/nutrisi untuk memberikan makanan yang mudah dicerna,

secara nutrisi seimbang.


Rasional :Metode makan dan kebutuhan kalori berdasarkan pada situasi/kebutuhan
individu untuk memberikan nutrisi maksimal dengan upaya klien/penggunaan energi.
7)

Kaji

pemeriksaan

laboratorium.

Berikan

vitamin/mineral/ elektolit

sesuai

indikasi.
Rasional : Mengevaluasi/mengatasi kekurangan dan keefektifan tetap nutrisi.
8)

Beri O2 tambahan selama makan sesuai indikasi.


Rasional : Menurunkan dispneu dan meningkatkan energi untuk makan.

d.

Resiko tinggi terhadap infeksi


Intervensi
1) Awasi secara ketat suhu tubuh pasien.
Rasional : Demam dapat terjadi karena adanya infeksi.
2)
Kaji pentingnya latihan nafas, batuk efektif, perubahan posisi sering dan
masukan cairan adekuat.
Rasional : Aktivitas diatas dapat meningkatkan mobilitas dan pengeluaran sekret untuk
menurunkan resiko terjadinya infeksi paru.
3)
Observasi warna, karakter, bau sputum.
Rasional : Sekret berbau, kuning dan kehijauan menunjukkan adanya infeksi paru.
4)
Dorong keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
Rasional : Menurunkan konsumsi/kebutuhan keseimbangan oksigen dan memperbaiki
pertahanan klien terhadap infeksi meningkatkan penyembuhan.
5)
Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.
Rasional : Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan
terhadap infeksi.
6)
Dapatkan spesimen sputum dengan batuk atau penghisapan untuk pewarnaan
kuman, gram, kultur sensitivitas.

Rasional : Dilakukan untuk mengidentifikasi organisme penyebab dan kerentanan


terhadap berbagai anti mikrobial.
7)
Berikan antimikrobial/antibiotik sesuai indikasi.
Rasional : Dapat diberikan pada organisme khusus yang terindentifikasi dengan kultur
dan sensitivitas, atau diberikan secara profilatik karena resiko tinggi.
e.

Intoleransi aktivitas
Intervensi
1)
Jelaskan aktivitas dan faktor yang meningkatkan kebutuhan oksigen : merokok,
suhu yang ekstrim, stres.
Rasional :Merokok

suhu

ekstrim,

dan stress

menyebabkan

vasokontriksi yang

meningkatkan beban kerja jantung dan kebutuhan oksigen.


2)

Secara bertahap tingkatkan aktivitas harian sesuai peningkatan toleransi klien.

Rasional : Mempertahankan pernafasan lambat sedang dari latihan yang diawasi


memperbaiki kekuatan otot asesori dan fungsi pernafasan.
3)

Pertahankan terapi oksigen tambahan, sesuai kebutuhan.

Rasional : Oksigen tambahan meningkatkan kadar oksigen yang bersirkulasi dan


memperbaiki toleransi aktivitas.
4)

Berikan dukungan emosional dan semangat.

Rasional : Rasa takut terhadap kesulitan bernafas dapat menghambat peningkatan


aktivitas.
f.

Koping Individu Inefektif


Intervensi :
1)

Kajikefektifanstrategikopingdenganmengobservasiperilaku,

mis.,kemampanmenyatakanperasaandanperhatiankeinginanberpartisipasidalamrencanape
ngobatan.
Rasional
mengtasihipertensikronik,

:mekanismeadaptifperluuntukmengubahpolahidupseseorang,
danmengintregrasikanterapi

diharuskankedalamkehidupansehari-hari
2)
Dorongpasienuntukmengevaluasiprioritas/tujuanhidup.
yang andalakukanmerupakanapa yang andainginkan?
Rasional
:foksperhatianpasienpadarealitassituasi

yang

yang

Tanyakansepertiapakah
ada

relative

terhadappandanganpasiententangapa yang diinginkan. Etikakerjakeras, kebutuhanuntuk


control dan focus keluargadapatmengarahpadakurangperhatianpadakebutuhan-kebutuhan
personal.

3)

Bantu pasienuntukmengidentifikasidanmulaimerncanakanperubahanhidup yang

perlu. Bantu untukmenyesuaikan, ketimbangmembatalkantujuandiri/keluarga.


Rasional :perubahan yang perluharusdiprioritaskansecara realistic untukmenghindari rasa
tidakmenentudantidakberdaya
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2011.LP

Asma.(dalamhttp://askepreview.wordpress.com/2011/07/13/lp-asma/.

Diakses tanggal 17 September 2013 (16:30).


Brunner & Suddarth.2001. Keperawatan Medikal Bedah Jilid 1. Jakarta : EGC
Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakara : EGC
Hudack&gallo(1997). Keperawatan Kritis Edisi VI Vol I. Jakarta. EGC.
NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran. EGC
Nanda NIC-NOC.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan DiagnosaMedis Edisi
Revisi Jilid 1. Jakarta : ECG
Purnomo.2008. Faktor Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma
Bronkial

Pada

Anak

(Studi

Kasus

Di

Rs

Kabupaten

Kudus).

(dalam

http://eprints.undip.ac.id/18656/1/P_U_R_N_O_M_O.pdf).Diakses tanggal 17 September


2013 ( 16:10)
Smeltzer, C . Suzanne,dkk.2002.Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol 1.
Jakarta :EGC

Вам также может понравиться