Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
EPIDEMIOLOGI
Insidesi AE belum diketahui, tetapi biasa terjadi pada bayi yang sedang
memasuki usia masa meminum susu, beberapa hari hingga beberapa minggu, dan
lebih sering terjadi pada wanita.3,9
ETIOLOGI
Etiologi AE merupakan autosomal recessive hasil dari kegagalan
mengabsorpsi zinc, sedangkan AZD karena penurunan asupan zinc, malabsorpsi,
mengonsumsi alkohol yang sudah kronis, peningkatan pengeluaran urin (nefrotik
sindrom), hipoalbumin, terapi penisilin, peningkatan katabolisme (trauma, burn,
pasca operasi), anemia hemolitik; remaja yang mempunyai diet buruk.3,10
PATOGENESIS
Patogenesis terjadinya AE yaitu pasien tidak dapat mengabsorpsi cukup
zat besi dari makanan. Ligan spesifik yang terlibat dalam mekanisme transport zat
besi yang memungkinkan untuk terjadi ketidakabnormalitasan masih belum
diketahui. Hal ini juga masih belum diketahui bagaimana defisiensi zat besi dapat
mempengaruhi kulit dan lesi lainnya.3,6,7,8,10
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan umum
Pada pemeriksaan umum ditemukan photofobia, suasana hati yang kurang
baik, mudah tersinggung, sedangkan pada anak anak sering merengek, menangis,
dan kegagalan dalam pertumbuhan.3
Pemeriksaan dermatologi
Kulit : makula dan plak kering, bersisik, berbatas tegas dan merah terang,
berkembang menjadi vesikobulosa, pustul, erosi, dan krusta. Terutama di bagian
perioral dan area anogenital, kemudian di scalp, tangan dan kaki, regio fleksural,
dan batang tubuh. Lesi dapat menjadi infeksi sekunder yang diinfeksi oleh
candida albikan, S. aureus. Lesi AE terdistribusi simetris di perioral, akral, dan
area perineal.3,6,7,8
Rambut dan kuku : diffuce alopecia, paronichia, kuku kasar, hingga bisa terjadi
kehilangan kuku.3
Membran mukus : Merah, lidah mengkilat, erosi.3
PEMERIKSAAN LAB
Hasil pemeriksaan lab didapatkan3 :
CBC : Anemia
kimia : penurunan serum / level zinc plasma
Urin : penurunan zinc urin keluar
DIAGNOSIS BANDING
Acrodermatitis enteropathica sering dibandingkan dengan penyakit :
-
Atopic dermatitis
Seborrheic dermatitis
psoriasis
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan melalui penemuan klinis dan dideteksi dengan
rendahnya konsentrasi level zinc dalam plasma.6
PROGNOSIS
Setelah dilakukan penggantian zinc, tanda dan gejala AE dapat sembuh
dalam satu hingga dua minggu, sedangkan diare, perasaan mudah tersinggung
dapat membaik dalam 24 jam.3
TATALAKSANA
Pemberian asupan atau suplement zinc salts IV 2 hingga 3 kali dapat
menormalkan kecukupan zinc dalam hitungan beberapa hari atau beberapa
minggu. Dalam penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya pasien mengalami
perbaikan setelah diberikan penggantian zinc sulfat 50mg dua kali sehari dalam 6
bulan.3,6,7
2.2
ACRODERMATITIS
CONTINUA OF
HALLOPEAU
(ACH)
ACRODERMATITIS PERSTANT
DEFINISI
Acrodermatitis continua of hallopeau (ACH) pertamakali ditemukan oleh
Hallopeau pada tahun 1890 sebagai erupsi pustular yang steril di bagian distal
phalang. Merupakan gejala kronis pustulasi dari nail folds, nail bed, dan ujung
jari sehingga mengakibatkan lepasnya kuku-kuku jari, penyakit ini dapat pula
dihubungkan dengan psoriasis pustular.3,11
ETIOLOGI
Etiologi penyebab ACH sampai saat ini belum diketahui.3,11
MANIFESTASI KLINIS
Acrodermatitis continua hallopeau (ACH) dikarakteristikan dengan adanya
pustul yang multiple, dengan skuama pada dasar yang eritem. Biasa terjadi pada
distal satu phalang atau dua phalang jari. Pustul tampak seperti danau dan dalam
beberapa waktu akan menyebar ke bagian yang lebih proksimal. Tempat
predileksinya biasa terjadi di lengan, forearm, dan kaki. Atrofi kulit dan sklerosis
pada umumnya dapat terlihat, hal ini mengakibatkan pasien merasa sangat nyeri
dan terganggu.12,13
HISTOPATOLOGI
Histopatologi ACH terlihat stratum korneum yang parakeratosis dan
adanya kumpulan dari sel-sel neutrofil di subcorneum. Hal ini sering disalah
diagnosiskan sebagai paronikia yang diakibatkan oleh bakteri ataupun jamur.12,13
DIAGNOSIS BANDING
Akrodermatitis Continua Hallopeau sering dibandingkan dengan penyakit
mucocutaneous candidiasis.
TREATMENT
Pengobatan
methotrexate
(10-25
mg/
minggu),
dan
Psoralen-UVA
10
11
EPIDEMIOLOGI
Terjadi pada anak usia 6 bulan hingga 12 tahun dengan insidensi paling
tinggi pada usia 1-6 tahun.3,16
ETIOLOGI
Papular Acrodermatitis of Chilhood (PAC) dapat disebabkan oleh3:
Virus : Epstein Barr Virus, CMV, hepatitis B virus, parainfluenza virus, rotavirus,
adenovirus, pox virus, echovirus, hepatitis A virus, hepatitis C virus.
Bakteri : Mycoplasma pneumoniae, Borrelia burgdoferi, Bartonella henselae,
streptokokkus grup A.
Vaksin : Influenza, tetanus, dipteri, BCG, oral polio.
12
PATOGENESIS
Papular acrodermatitis of childhood dikarenakan adanya respon imun
terhadap viremia yang sementara.3
MANIFESTASI KLINIS
Tempat predileksi PAC yaitu di wajah, bokong, dan ekstensor ekstrimitas.
Hanya terdapat papul monomorfik, discrete, nonconfluent, simetris, eritem,
berdiameter 2 hingga 5 mm, tidak gatal, dan persist selama 3 hingga 5 minggu.
PAC hanya mengenai kulit dan tidak mengenai membran mukus.3,14
13
14
DIAGNOSIS BANDING
Gianotti-crosti syndrome sering dibandingkan dengan penyakit hand, foot and
mouth disease : suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh enterovirus,
dikarakteristikan oleh adanya lesi vesikel, ulser di bagian distal ekstrimitas.16
DIAGNOSIS
Belum ada golden standar untuk menegakan diagnosis, namun beberapa
literatur mengatakan bahwa diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan
riwayat perjalanan penyakit. Dalam banyak kasus, GCS dapat sembuh dengan
sendirinya, tanpa adanya bekas luka dalam 10-60 hari.14
PENATALAKSANAAN
Gianotti Crosti syndrome merupakan suatu penyakit yang dapat sembuh
dengan sendirinya, tidak adanya pengobatan khusus kecuali untuk pengobatan
gejalanya. Penatalaksanaan bergantung pada etiologi yang diderita oleh pasien
Oral atau topikal antihistamin dapat meringankan gejala pruritus. Topikal
kortikosteroid dapat diberikan satu kali sehari selama 1 hingga 2 minggu untuk
meringankan lesi. Kortikosteroid istemik dapat diberikan untuk kasus yang
berat..14,16
DAFTAR PUSTAKA
15
[Diunduh
13
November
2014].
Tersedia
dari:
http://dergipark.ulakbim.gov.tr/tbtkmedical/article/view/5000031841
7. Maverakis E, Lynch PJ, Fazel N. Acrodermatitis Enteropathica. Dermatology
Online Journal. 2007:13(3):11-13. [Diunduh 19 November 2014]. Tersedia
dari : https://escholarship.org/uc/item/66v664n2?query=acrodermatitis
8. Suchitra N, Srreejith P, Pappachan JM. Acrodermatitis enteropathica like skin
eruption. Dermatology online Journal. 2007:13(3):20-22. [Diunduh 19
ovember 2014]. Tersedia dari:
https://escholarship.org/uc/item/30x073xr?query=acrodermatitis
16
November
2014].
Tersedia
dari:
http://www.dermatol-
sinica.com/web/data/200859031746.pdf
13. Rosenberg BE, Strober BE. Acrodermatitis Continua. Dermatology Online
Journal. 2004: 10(3); 9-10. [Diunduh 19 November 2014]. Tersedia dari :
https://escholarship.org/uc/item/1cz4r861?query=acrodermatitis
14. Baleviciene G, Schwartz. Papular Acrodermatitis of Childhood. Pediatric
Dermatology. 2001. Vol 67. p 291-293. Diunduh 13 November 2014. Tersedia
dari : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11324389
15. Roxburgh. Two cases of acrodermatitis perstans. Proc R Soc Med. 1927.
21(2):
181-183.
[Diunduh
19
November
2014].
Tersedia
dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2101617/)
16. Juillete. Gianotti-Crosti syndrome. Canadian family physician. 2009; 55: 716.
Diunduh
20
November
2014.
Tersedia
dari:
http://www.cfp.ca/content/55/7/716.full.pdf
17
18