Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Dalam bidang ilmu sosiologi, antropologi, dan bidang ilmu sosial lainnya, istilah
positivisme sangat berkaitan erat dengan istilah naturalisme dan dapat dirunut
asalnya ke pemikiran Auguste Comte pada abad ke-19. Comte berpendapat,
positivisme adalah cara pandang dalam memahami dunia dengan berdasarkan sains.
Penganut paham positivisme meyakini bahwa hanya ada sedikit perbedaan (jika ada)
antara ilmu sosial dan ilmu alam, karena masyarakat dan kehidupan sosial berjalan
berdasarkan aturan-aturan, demikian juga alam.
Daftar Pustaka
Ankersmit, F.R., Refleksi Tentang Sejarah : Pendapat-pendaat Modern
tentang Filsafat Sejarah, Cet.1, Pt. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 1987
Bagus, Lorens, Kamus Filsafat, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
1996
Collins, James, A History of Modern European Philosophy, The Bruce
Publishing Company, Milwaukee, 1954
Feibleman, James K., Understanding Philosophy :A Popular History of
Ideas,Billing & Sons Ltd, London, 1986
Johnson, Doyle Paul, Teori Sosilogi : Klasik dan Modern, Jil. 1Cet. 3,
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1994
Laeyendecker, L. Tata, Perubahan dan Ketimpangan : Suatu Pengantar
Sejarah Sosiologi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1983
Taryadi, Alfons, Epistemologi Pemecahan Masalah : Menurut Karl R.
Popper, PT. Gramedia, Jakarta, 1989
Walsh,W.H., Philosophy of History : An Introduction, Harper
Torchbooks, USA, 1967
Wuisman, J.J.J.M, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, jilid 1, Lembaga Penerbit
FE UI, Jakarta, 1996
2. The Open Society and Its Enemies I, II; The Poverty of Historicism
tahun 1957
3. The Logic of Scientific Discovery tahun 1959
4. Conjectures and Refutations: the Growth of Scientific Knowledge
tahun 1963
5. Objective Knowledge, an Evolutionary Approach tahun 1972
6. The Philosophy of Karl Popper tahun 1974
Kritiknya terhadap Positivisme Logis
Asumsi pokok teorinya adalah satu teori harus diji dengan
menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan
ketidakbenarannya, dan Popper menyajikan teori ilmu pengetahuan baru
ini sebagai penolakannya atas positivisme logis yang beranggapan bahwa
pengetahuan ilmiah pada dasarnya tidak lain hanya berupa generalisasi
pengalaman atau fakta nyata dengan menggunakan ilmu pasti dan logika.
Dan menurut positivisme logis tugas filsafat ilmu pengetahuan adalah
menanamkan dasar untuk ilmu pengetahuan.
Hal yang dikritik oleh Popper pada Positivisme Logis adalah tentang
metode Induksi, ia berpendapat bahwa Induksi tidak lain hanya khayalan
belaka, dan mustahil dapat menghasilkan pengetahuan ilmiah melalui
induksi. Tujuan Ilmu Pengetahuan adalah mengembangkan pengetahuan
ilmiah yang berlaku dan benar, untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan logika, namun jenis penalaran yang dipakai oleh positivisme
logis adalah induksi dirasakan tidak tepat sebab jenis penalaran ini tidak
mungkin menghasilkan pengetahuan ilmiah yang benar dan berlaku,
karena elemahan yang bisa terjadi adalah kesalahan dalam penarikan
kesimpulan, dimana dari premis-premis yang dikumpulkan kemungkinan
tidak lengkap sehingga kesimpulan atau generalisasi yang dihasilkan
tidak mewakili fakta yang ada. Dan menurutnya agar pengetahuan itu
dapat berlaku dan bernilai benar maka penalaran yang harus dipakai
adalah penalaran deduktif.
Penolakan lainnya adalah tentang Fakta Keras, Popper berpendapat
bahwa fakta keras yang berdiri sendiri dan terpisah dari teori sebenarnya
tidak ada, karena fakta keras selalu terkait dengan teori, yakni berkaitan
harus
mengacu
pada
ilmu
Russell sadar bahwa dalam argumennya ini juga ada beberapa kelemahan
yang masih dapat dihindari, hal ini ditunjukkan bahwa bagi Russell
masih ada fakta umum. Seperti pernyataan-pernyataan umum yang tidak
harus dibentuk oleh proposisi atomis seperti semua orang akan mati, dari
proposisi ini pernyataan ini benar karena bukan terdiri dari serangkaian
fakta-fakta atomis tetapi proposisi ini benar karena adanya fakta umum
yang berlaku benar.
Hal kedua Russell juga mengakui adanya fakta-fakta negatif., karena
itulah satu-satunya cara untuk menerangkan kebenaran dan
ketidakbenaran proposisi-proposisi negatif. Dan terakhir Russell harus
mengakui adanya fakta-fakta khusus yang lebih mengacu pada suatu
kepercayaan atau suatu fakta psikis (mental fact)
Kritik-kritik terhadap Teori Atomisme Logis
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa atomisme logis mengandung
suatu metafisika, alasannya adalah teori ini mau menjelaskan struktur
hakiki dari bahasa dan dunia, atau dengan kata lain teori ini menjelaskan
bagaimana akhirnya halnya dengan realitas seluruhnya.
Dunia dapat diasalkan kepada fakta-fakta atomis, jelas sekali merupkana
suatu pendapat metafisis. Metafisika yang terdapat dalam teori Russell
merupakan suatu pluralisme radikal, sama sekali bertentangan dengan
monisme yang menandai idealisme, khususnya idealisme Bradley.
Atomisme logis menggunakan suatu kriterium untuk menentukan makna.
Suatu proposisi mengandung makna kalau dapat ditunjukkan suatu fakta
atomis yang sepadan dengannya atau kalau suatu proposisi majemuk
terdiri dari proposisi-proposisi atomis yang masing-masing sepadan
dengan suatu fakta atomis. Akan tetapi proposisi yang dinyatakan oleh
atomisme logis tidak dapat disamakan dengan kedua jenis proposisi ini.
Tidak ada fakta atomis yang membuat proposisi-proposisi yang
membentuk teori proposisi atomisme logis itu menjadi benar atau tidak
benar. Akibatnya perlu disimpulkan bahwa proposisi-proposisi atomisme
Analisa Kritis
Mengenai pendapat Russell tentang tipe Tradisional Klasik memang ada
benarnya karena pada tipe ini mereka lebih menekankan pada pemikiranpemikiran yang sudah lama adanya, dan belum tentu tepat dan dapat
menentukan benar atau salah suatu fakta. Dengan kata lain pendekatan
filsafat yang sudah usang belum tentu tepat untuk diterapkan pada masa
tertentu, terkadang apa yang ditawarkan oleh filusuf-filisuf terdahulu
haya dapat berlaku pada jamannya.
Memang logika pada saat ini sudah digunakan, karena Aristoteles sudah
memulainya, namun logika disini digunakan hanya untuk
mengkonstruksi fakta melalui negasi saja. Atau dengan kata lain dunia
dibentuk melalui pernyataan saja tanpa memperhatikan pengalaman yang
kongkrit.
Pada dasarnya pendekatan yang ditawarkan oleh Russell adalah
pendekatan logika yang atomis, dimana pendekatan ini lebih
mengandalkan pendekatan yang sangat matematis. Disatu sisi pendekatan
yang dilihat dari sudut matematis lebih sistematis. Biasanya filsafat dan
permasalahannya jika dikaji dengan menggunakan pendekatan yang
secara sistematis umumnya lebih sistematis, alur berfikir sangat runtut.
Namun kelemahannya ada beberapa permasalahan filsafat yang tidak
dapat didekati dengan pendekatan yang bersifat matematis seperti
metafisis, atau mengenai ontologi. Maka kebanyakan para filusuf yang
menekankan kajian filsafatnya dengan metode logika, mereka tidak
terlalu ambil pusing dengan metefisis atau segala hal yang berbau dengan
idealisme. Sesuatu itu harus dapat dipertanggungjawabkan dengan
proposisi-proposisi yang tepat dan benar. Sehingga fakta-fakta yang hadir
dapat diwakilkan dengan proposisi-proposisi yang benar dan sahih.
AUGUSTE COMTE
5Jun2008 Filed under: Philosophers, Social Philosophy Author: Arif
Riwayat Hidup
Auguste Comte dilahirkan di Montpellier, Prancis tahun 1798,
keluarganya beragama khatolik dan berdarah bangsawan. Dia
mendapatkan pendidikan di Ecole Polytechnique di Prancis, namun tidak
sempat menyelesaikan sekolahnya karena banyak ketidakpuasan didalam
dirinya, dan sekaligus ia adalah mahasiswa yang keras kepala dan suka
memberontak.
Comte akhirnya memulia karir profesinalnya dengan memberi les privat
bidang matematika. Namun selain matematika ia juga tertarik
memperhatikan masalah-masalah yang berkaitan dengan masyarakat
terutama minat ini tumbuh dengan suburnya setelah ia berteman dengan
Saint Simon yang mempekerjakan Comte sebagai sekretarisnya.
Kehidupan ekonominya pas-pasan, hampir dapat dipastikan hidupa
dalam kemiskinan karena ia tidak pernah dibayar sebagaimana mestinya
dalam memberikan les privat, dimana pada waktu itu biaya pendidikan di
Prancis sangat mahal.
Pada tahun 1842 ia menyelesaikan karya besarnya yang berjudul Course
of Positive Philosophy dalam 6 jilid, dan juga karya besar yang cukup
terkenal adalah System of Positive Politics yang merupakan persembahan
Comte bagi pujaan hatinya Clothilde de Vaux, yang begitu banyak
mempengaruhi pemikiran Comte di karya besar keduanya itu. Dan dari
karyanya yang satu ini ia mengusulkan adanya agama humanitas, yang
sangat menekankan pentingnya sisi kemanusiaan dalam mencapai suatu
masyarakat positifis.
Comte hidup pada masa akhir revolusi Prancis termasuk didalamnya
serangkaian pergolakan yang tersu berkesinambungan sehingga Comte
sangat menekankan arti pentingnya Keteraturan Sosial.
Pustaka
Collins, James, A History of Modern European Philosophy, The Bruce
Publishing Company, Milwaukee, 1954
Ankersmit, F.R., Refleksi Tentang Sejarah : Pendapat-pendaat Modern
tentang Filsafat Sejarah, Cet.1, Pt. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 1987
Feibleman, James K., Understanding Philosophy :A Popular History of
Ideas,Billing & Sons Ltd, London, 1986
Hadiwijono, Harun, Sari Sejarah Filsafat 2, Cet. 14, Penerbit Kanisius,
Yogyakarta, 1998
Johnson, Doyle Paul, Teori Sosilogi : Klasik dan Modern, Jil. 1Cet. 3,
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1994
Laeyendecker, L. Tata, Perubahan dan Ketimpangan : Suatu Pengantar
Sejarah Sosiologi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1983
Walsh,W.H., Philosophy of History : An Introduction, Harper
Torchbooks, USA, 1967
"KNOWLEDGE IS POWER"
Dunia medis pun berkembang pesat. Jika seratus tahun yang lalu,
penyakit flu bisa membawa kematian, maka sekarang ini, hal tersebut
nyaris tidak lagi menjadi kekhawatiran, kecuali kalau flu burung
tentunya.
Di sisi lain, ilmu pengetahuan juga memiliki dampak negatif bagi
manusia. Dampak negatif ini bisa dilihat mulai dari pencemaran
lingkungan, penciptaan senjata pemusnah massal yang bisa melenyapkan
jutaan manusia dalam sekejap mata, sampai radiasi yang bisa merusak
mata kita yang berasal dari monitor komputer.
Lalu, apa implikasi dari refleksi ini bagi kehidupan manusia secara
keseluruhan? Setidaknya, ada dua. Yang pertama, kritik terhadap
positivisme logis maupun positivisme klasik hendak menyelamatkan
manusia dari reduksi pengetahuan tentang dunianya ke dalam data-data
empiris dan analisis-analisis logis semata, sekaligus memberi ruang
untuk pengetahuan yang secara dialektis mampu mencakup keseluruhan
(hal. 226).
Yang kedua, refleksi yang dilakukan Mikhael Dua ini juga dapat
membantu kita untuk menempatkan kembali ilmu pengetahuan di dalam
totalitas kehidupan manusia yang pada hakekatnya bersifat dialektis.
Tidak ada sebuah teori, demikian tulisnya, yang berdiri sendiri tanpa
dilihat dalam kerangka dialektis tersebut dengan teori-teori yang lain.
(hal. 240)
Penulis
Reza Antonius Alexander Wattimena, Pengajar Filsafat Ilmu Universitas Atma Jaya,
Jakarta