Вы находитесь на странице: 1из 11

MAKALAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN KOMODITI

PERKEBUNAN HILIR KARET


SANDAL JEPIT

DISUSUN OLEH:
M. Bazar Ahmadi

(131710101076)

Kamalia Istiqomah

(131710101073)

Umi Hanik

(131710101016)

Diyana Dwi C.

(131710101034)

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karet (Hevea brasiliensis) merupakan tanaman perkebunan yang penting
baik bagi perekonomian masyarakat maupun sumber devisa non migas bagi
negara. Tanaman karet berasal dari lembah Amazon, Brazilia yang mempunyai
curah hujan antara 2000-3000 mm/thn dan hari hujan antara 120-170 hari/thn
(Sutardi, 1981).
Indonesia sendiriadalah salah satu negara yang memiliki
perkebunan karet paling luas di dunia. Sebagian besar areal perkebunan
karet Indonesia terletak di Pulau Sumatera (70%), Kalimantan (24%) dan Jawa
(4%). Daerah-daerah tersebut memiliki curah hujan antara 1500- 4000 mm/thn
dengan rata-rata bulan kering 0-4 bulan per tahun dan mempunyai elevasi <500
m dpl. Thailand, India, dan China sedang mengembangkan karet di daerah
semiarid, elevasi tinggi, dan daerah sub tropis (Vijayakumar et al., 2000).
Namun bila dibandingkan dengan negara lain produsen karet seperti:
Malaysia dan Thailand, tingkat produktivitas karet di tanah air jauh lebih rendah,
baik dalam kuantitas maupun kualitas. Sementara itu Menurut data International
Rubber Study Group (2004), dalam kurun waktu 5 tahun terakhir konsumsi karet
alam di dalam negeri meningkat rata-rata sebesar 10,98% per tahun, sedangkan di
dunia Internasional meningkat rata-rata 4,72% per tahun.
Perkembangan olahan karet di Indonesia masih bisa bertahan di pasar
internasional. Produk-produk olahan karet seperti sandal jepit dapat menembus
pasar ekspor.Sandal jepit dipakai dengan meletakkan poros bagian depan tali
sandal di antara ibu jari dan telunjuk kaki, sehingga tidak terlepas sewaktu dipakai
berjalan.Bagian bawah sandal umumnya rata (tidak memiliki hak), sedangkan
bagian atas sandal tidak memiliki penutup. Sandal jepit dipakai dengan
meletakkan poros bagian depan tali sandal di antara ibu jari dan telunjuk kaki,
sehingga tidak terlepas sewaktu dipakai berjalan. Selain dipakai di dalam ruang
atau kamar mandi, sandal jepit digunakan di luar rumah pada kesempatan tidak

resmi, dan kegiatan rekreasi seperti di pantai atau kolam renang. Penyajian yang
di landasi inovasi unik akan semakin menggenjot olahan karet ini di Nusantara
bahkan di perdagangan Internasional. Pengolahan yang baik juga harus di
perhatikan demi menjaga kualitas tetap unggul.Pada makalah ini dijelaskan proses
pembuatan sandal jepit dengan menggunakan bahan dasar karet.
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi dari sandal jepit.
b. Untuk mengetahui bahan-bahan yang di gunakan dalam pembuatan sandal
jepit.
c. Untuk mengetahui proses pembuatan sandal jepit secara umum.

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sandal Jepit
Sandal jepit atau sandal Jepang adalah sandal berwarna-warni dari karet
atau karet sintetis. Tali sandal berbentuk huruf "v" menghubungkan bagian depan
dan bagian belakang sandal. Bagian bawah sandal umumnya rata (tidak memiliki
hak), sedangkan bagian atas sandal tidak memiliki penutup. Sandal jepit dipakai
dengan meletakkan poros bagian depan tali sandal di antara ibu jari dan telunjuk
kaki, sehingga tidak terlepas sewaktu dipakai berjalan. Selain dipakai di dalam
ruang atau kamar mandi, sandal jepit digunakan di luar rumah pada kesempatan
tidak resmi, dan kegiatan rekreasi seperti di pantai atau kolam renang. Dalam
perkembangannya, alas atau sol sandal dibuat dari gabus. Bagian penutupnya dari
kulit yang dijahit dengan bagian atasnya. Bagian jari kaki dibiarkan terbuka,
dilengkapi sabuk atau tali agar tak mudah lepas dari kaki pemakai. Sol sandal juga
dibuat dari karet, plastik, kayu, ban bekas, anyaman tali, atau anyaman rumput
(Bisma, 2013)
2.2 Bahan-bahan Pembuatan Sandal Jepit
2.2.1 Karet Brown Crepe
Bahan dasar pembuatan sandal yaitu berasal dari karet alam. Karet alam
merupakan polimer yang bersifat elastis, sehingga dinamakan pula sebagai
elastomer. Sifat-sifat mekanik yang baik dari karet dapat digunakan untuk
berbagai keperluan yang umum. Karet alam pada suhu kamar tidak berbentuk
kristal padat, tetapi juga tidak dalam bentuk cairan. Semua karet dapat menyerap
minyak baik dalam jumlah besar maupun dalam jumlah kecil. Penyerapan cairan
menyebabkan volume karet meningkat. Ikatan kuat seperti ikatan silang antara
rantai-rantai karet mencegah molekul-molekul karet mengelilingi molekulmolekul cairan dan membatasi perubahan bentuk.
Struktur molekulnya berupa jaringan (network) dengan berat molekul
tinggi dan dengan tingkat kristalisasi yang relatif tinggi, sehingga mampu

menyalurkan gaya-gaya bahkan melawannya jika diberi beban statis maupun


dinamis. Hal ini menyebabkan karet alam memiliki kekuatan tarik (tensile
strength), daya pantul tinggi (rebound resilience), kelenturan (flexing), daya
cengkeram yang baik, kalor timbul yang rendah (heat build up), elastisitas tinggi,
daya lekat, daya redam, dan kestabilan suhu yang relatif baik (bursting). Sifat-sifat
unggul ini menyebabkan karet alam banyak digunakan untuk barang-barang
industri terutama ban (Hani, 2009). Karet alam dapat diolah menjadi berbagai
bentuk bahan olahan karet (BOKAR) lateks dan atau gumpalan yang dihasilkan
pekebun kemudian diolah lebih lanjut secara sederhana sehingga menjadi bentuk
lain yang bersifat lebih tahan untuk disimpan serta tidak tercampur dengan
kontaminan (Direktorat Mutu dan Standarisasi Kementerian Pertanian, 2011).
Salah satu olahan karet alam yaitu Brown Crepe.
Sandal jepit ternyata terbuat dari getah karet, getah karet yang digunakan
untuk bahan sandal adalah jenis karet brown crepe, salah satu olahan getah karet
alam. Jenis ini merupakan crepe yang berwarna cokelat. Disebut estate brown
crepe karena banyak dihasilkan oleh perkebunan-perkebunan besar atau estate.
Jenis ini juga dibuat dari bahan yang kurang baik atau jelek seperti yang
digunakan untuk pembuatan off crepe serta dari sisa lateks, lump atau koagulum
yang berasal dari prakoagulasi, dan scrap atau lateks kebun yang sudah kering di
atas bidang penyadapan.
2.2.2 Plastik PE
Polietilena (PE) adalah salah satu jenis paling banyak dipakai dalam
kehidupan sehari-hari seperti kantong plastik yang terbuat dari density
polyethylene (LDPE) (Peacokk, 2000). Polietilen adalah

polimer dari

monomer etilen yang dibuat dengan proses polimerisasi adisi dari gas etilen
yang diperoleh dari hasil samping industri minyak dan batubara. Polietilen
merupakan film yang lunak, transparan dan fleksibel, mempunyai kekuatan
benturan dan kekuatan sobek yang baik.

Pemanasan polietilen

akanmenyebabkan plastik ini menjadi lunak dan cair pada suhu 110oC.

Sifat permeabilitasnya yang rendah dan sifat mekaniknya yang baik, maka
polietilen denganketebalan 0.001 0.01 inchi banyak digunakan unttuk
mengemas bahan pangan. Plastik polietilen termasuk golongan termoplastik
sehingga dapat dibentuk menjadikantung dengan derajat kerapatan yang baik
(Sulchan,2007).
Tipe plastik dapat dibagi menjadi dua kategori utama yaitu plastik
thermoseting atau termoset dan thermoplastik . plastik Polietilen ini termasuk
pada tipe thermoplastik , plastik yang termasuk pada jenis tersebut mempunyai
karakteristik yaitu dapat kembali ke bentuk semula atau aslinya melalui
pemanasan, mudah diolah dan dibentuk seperti bentuk menjadi film, fiber,
kemasan (packaging).
2.2.3 Plastik EVA
Etilen-Vinil Asetat (EVA). EVA mengandung 20% vinil asetat, dan
mempunyai sifat yang mirip dengan polietilen densitas rendah, tetapi lebih
transparan dan luwes pada suhu rendah. Kekurangan EVA adalah daya
permeabilitasnya terhadap uap air dan gas tinggi (Sulchan, 2007)
2.3 Proses Pembuatan Sandal jepit
Proses pembuatan sandal jepit di PT Sinar Jaya Prakarsa sebagai berikut
dengan diawali dengan terlebih dahulu memindahkan karet mentah yang berada di
gudang bahan baku ke bagian pemotongan untuk menyiapkan karet tersebut
dalam proses produksi. Adapun tahapan-tahapan yangterjadi dalam proses
produksi sandal jepit menurut kurniawaty (2006) adalah sebagai berikut:

Proses pemotongan awal

pencampuran
pengerolan
Pemotongan lembaran karet
pengepresan

pendinginan
Pemotongan spon dan inspeksi
pelubangan
perakitan
Packaging dan inspeksi

Proses pemotongan awal


Karet mentah yang telah diambil dari gudang bahan baku akan dipotong
dan ditimbang dalam ukuran0ukuran yang lebih kecil agar lebih mudah
diproduksi. Pemotongan ini dilakukan dengan menggunakan mesin
pemotong yang dioperasikan oleh operator dengan memasukkan karet

mentah secara bertahap ke dalam mesin potong.


Proses pencampuran
Setelah karet dan bahan-bahan kimia ditimbang dalam ukuran tertentu,
keseluruhan bahan tersebut dimasukan ke dalam mesin pengaduk bahan
atau yang disebut Rubber Intensive Mixer. Di dalam mesin ini, semua

bahan baku akan diaduk dan sekaligus mengalami proses pemasakan


karena gesekan pengaduk mesin akan menghasilkan panas sebesar kurang
3

lebih 100oC.
Proses pengerollan
Karet campuran yang dihasilkan oleh mesin pengaduk akan langsung
mengalir ke dalam Roll Mill yaitu mesin yang berfungsi untuk mengeroll
karet menjadi lembaran-lembaran karet. Karet yang masuk ke mesin ini
akan diroll sebanyak beberapa kali untuk menghasilkan lembaran karet

yang teksturnya halus.


Proses Pemotongan lembaran Karet
Lembaran-lembaran karet yang telah dihasilkan oleh Roll Mill akan masuk
ke dalam Cutting Machine untuk dipotong menjadi lembaran persegi yang
rapi dengan ukuran tertentu. Setelah lemabaran karet yang sudah rapi ini
jadi, maka karet ini akan dipindahkan oleh opearator dengan menggunakan

trolly ke bagian pengompresan.


Proses Pengompresan
Karet akan disusun beberapa lapis (5 lapis) kemudian dimasukan ke dalam
mesin kompres untuk memperoleh tekstur tertentu pada kedua permukaan
karet. Hasilnya adalah seperti corak-corak gelombang kasar yang biasa
kita lihat pada sandal jepit. Hal ini tentu saja bertujuan agar sandal tersebut
tidak licin ketika kita gunakan. Proses pengompresa ini akan berlangsung

selama 6 menit 40 detik dengan suhu setinggi 160oC.


Proses Pendinginan
Disini lembaran karet yang telah dicetak dalam corak-corak tertentu akan
ditumpuk dalam suatu ruang untuk didinginkan. Proses pendinginan ini
dilakukan dengan cara men-dryer/ menganginkan karet tersebut
menggunakan kipas khusus yang dipasang disepanjang salah satu sisi
ruangan. Proses ini bertujuan agar lembaran karet yang meregang akibat
panas pada saat pengompresan mengalami pengerasan dan agar bentuk
lembaran yang memuai dapat kembali ke bentuk yang rata. Lembaran
karet yang telah jadi sampai tahap ini disebut dengan spon dan juga

merupakan prosuk setengah jadi.


Proses pemotongan Spon

Pada tahap ini, spon akan dimasukan ke dalam mesin Hidrolik Plong untuk
dicetak/ dipotong menjadi bentuk-benyuk taplak sandal. Pada bagian ini,
juga sekaligus dilakukan pengontrolan terhadap kualitas produk yang
8

dihasilkan, sehingga produk-produk yang cacat akan disisihkan.


Proses Pelubangan
Taplak-taplak sandal tersebut akan dilubangi dengan menggunakan mesin
bor, sehingga membentuk 3 lubang yang diperlukan sebagai tempat untuk

memasang pengait sandal.


Proses Penyablonan
Proses ini hanya terjadi pada jenis produk bersablon, dimana taplak sandal
yang telah dilubangi akan dibawa ke bagiansablon untuk disablon dan
dikeringkan di Oven. Setelah melewati tahap sablon, baru kemudian
mengalami proses perakitan dan packaging. Sedangkan untuk sandal jepit

polos tidak melalui tahapan ini.


10 Proses Perakitan
Setelah taplak sandal dilubangi, maka akandipasangi pengait sandal.
Pengait sandal (tercetak merk Swallow) ini tidak dibuat sendiri oleh
perusahaan, melainkan merupakan komponen produk yang dibeli dari
perusahaan lain. Setiap perakitan satu taplak sandal oleh operator akan
memakan waktu sebanyak 6 detik, dengan memperhitungkan gerakangerakan yang ergonomis agar menghemat waktu.
11 Proses Packaging
Sandal jepit yang telah selesai dirakit akan dikemas ke dalam plastik
kemas dan kemudian diangkut ke gudang bahan baku. Pengemasan ini
dilakukan dalam tiga tahap, yaitu pengemasan sepasang sandal,
pengemasan setengah lusin dan pengemasan karung, dimana setiap pasang
sandal dikemas dalam satu plastik kemas, kemudian setiap setengah lusin
dikemas jadi satu dalam sebuah plastik kemas lagi dan setiap 20 lusin
dikemas dalam satu karung. Pada bagian ini juga dilakukan inspeksi sekali
lagi pada produk.

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sandal jepit atau sandal Jepang adalah sandal berwarna-warni dari karet
atau karet sintetis. Tali sandal berbentuk huruf "v" menghubungkan bagian depan
dan bagian belakang sandal.
Bahan-bahan yang di gunakan dalam pembuatan Sandal Jepit adalah
Karet Brown Crepe, karena Struktur molekulnya berupa jaringan (network)
dengan berat molekul tinggi dan dengan tingkat kristalisasi yang relatif tinggi,
sehingga mampu menyalurkan gaya-gaya bahkan melawannya jika diberi beban
statis maupun dinamis. Selain itu di gunakan juga plastik Polietilena (PE)tipe
thermoplastik , yang mempunyai karakteristik dapat kembali ke bentuk semula
melalui pemanasan, mudah diolah dan dibentuk seperti bentuk menjadi film, fiber,
kemasan (packaging).Digunakan juga plastik Etilen-Vinil Asetat (EVA). EVA
mengandung 20% vinil asetat.
Adapun tahapan-tahapan produksi sandal jepit menurut kurniawaty (2006)
adalah sebagai berikut:
1. Proses pemotongan awal
2. Proses pencampuran
3. Proses pengerollan
4. Proses Pemotongan lembaran Karet
5. Proses Pengompresan
6. Proses Pendinginan
7. Proses pemotongan Spon
8. Proses Pelubangan
9. Proses Penyablonan
10. Proses Perakitan
11. Proses Packaging

DAFTAR PUSTAKA
Bisma, R. 2013. Sejarah Sandal. (online) http://rangg.blogspot.com/. Diakses : 22
April 2015
Direktorat Mutu dan Standarisasi Kementerian Pertanian. 2011. Bahan Olahan
Karet (BOKAR). Pedoman Teknis Pengawasan Mutu Bahan Olahan
Karet (BOKAR). Jakarta
Hani,2009. Komposisi Kimia Lateks Karet Alam. Hani.blog.www.google.co.id.
Diakses:22 Aprol 2015
International Rubber Study Group (IRSG). 2004. Rubber. International Rubber
Study Group Wembley. London.
Kurniawaty, Ratna. 2006. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi untuk
Memenuhi Kebutuhan Bahan Baku Produksi pada PT Sinar Jaya
Prakarsa. Jakarta: Universitas Bina Nusantara
Peacokk, T. and S. Saito. 2000. Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta: Pradnya
Paramita
Sulchan, M., Endang N.W. 2007. Keamanan Pangan kemasan Plastik dan
Stryofoam. Semarang: Universitas Diponegoro
Sutardi 1981. Faktor Ekologi daerah budidaya karet di Jawa dan beberapa
pengembangan di luar Jawa. Pertemuan Teknis Perkebunan II. Research
Centre Getas.
Vijayakumar, K.R. Chandrasehkar, T.R. and Varghese Philip. 2000. Agroclimate
In Natural Rubber. Rubber Research of Indi.

Вам также может понравиться