Вы находитесь на странице: 1из 15

Akuntansi dalam Perspektif Politik

Disusun Oleh:
Murya Arief Basuki
S431402021

Sebagai Tugas Akhir (Pembuatan Paper) Akuntansi Sektor Publik


Dosen : Dr. Hj. Falikhatun, S.E., M.Si., Ak.

MAGISTER AKUNTANSI UNIVERSITAS SEBELAS MARET


SURAKARTA 2014

Akuntansi dalam Perspektif Politik


Oleh: Murya Arief Basuki
I. ABSTRAKSI
Telah banyak pemikir yang mencoba memberikan paradigma baru dalam
praktik akuntansi, banyak teori dan bidang praktik akuntansi, dimana
penerapan akuntansi tersebut meluas pada sosial, budaya, politik, dan
ekonomi. Sehingga munculah teori-teori akuntansi yang relevan dengan
praktik politk. Seperti teori hegemoni (Gramsci, 1937), Political Ekonomi of
Accounting, Howoods alternative accounting, Gambling Sosietal accounting
(Hayashi, 1989). Esai ini mencoba menjelaskan akuntansi dalam perspektif
politik sebagai satu alternatif dari penelitian akuntansi yang memahami dan
mengevaluasi fungsi akuntansi dalam konteks lingkungan politik.
Keyword : Akuntansi, Politik, Political Economy of Accounting
II. PENDAHULUAN
Akuntansi merupakan satu set prosedur rasional yang digunakan untuk
menyediakan informasi, yaitu informasi yang bermanfaat untuk pengambilan
keputusan dan pengendalian ( Watts aan Zimmerman 1986; Horngren dan
Foster 1991). Dalam definisi ini akuntansi menjadi sebuah sistem atau alat
yang sangat berguna bagi pengolahan keputusan dalam praktik akuntansi.
Namun definisi pertama mengenai akuntansi adalah definisi yang
dikemukakan oleh ABP Statement No. 4 dalam Smith Skousen (1995 : 3),
akuntansi adalah suatu aktivitas jasa yang berfungsi menyediakan informasi
kuantitatif, terutama yang bersifat dalam pengambilan keputusan ekonomis
dalam menetapkan pilihan-pilihan yang logis diantara berbagai tindakan
alternatif.

Definisi lain dari pegertian akuntansi adalah dari American Insitute of


Certified

Public

Accounting

(AICPA)

dalam

Harahap

(2003)

yang

mendefinisikan akuntansi sebagai seni pencatatan, penggolongan, dan


pengikhtisaran dengan cara tertentu dalam ukuran moneter, transaksi, dan
kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan termasuk menafsirkan
hasil-hasilnya.
Dan pengertian menurut Charles T. Horngren, dan Walter T.Harrison
(Horngren Harrison,2007:4) menyatakan bahwa: Akuntansi adalah sistem
informasi yang mengukur aktivitas bisnis, memproses data menjadi laporan,
dan mengkomunikasikan hasilnya kepada para pengambil keputusan.
Berbagai

sudut

pandang

diatas

masih

bersifat

homogen

yaitu

memfokuskan akuntansi pada seni pencatatan laporan keuangan. Sehingga


pandangan-pandangan
kreatifitas.

yang

homogen

tersebut

kurang

menciptakan

Sebaliknya perbedaan pandangan justru akan mendorong

semakin berkembangnya teori akuntansi dan memperkaya


kita tentang ilmu akuntansi itu sendiri.

pengetahuan

Akuntan yang masih mengikuti

paham konvensional yang melihat akuntansi sebagai fokus dalam laporan


keuangan untuk kepentingan para pemegang saham atau pemilik modal,
justru mempersempit daya cipta mereka, padahal akuntansi sekarang sudah
mengarah ke peran pelaku dan konteks sosial, ekonomi, budaya, dan politik
serta ideologi dimana akuntansi diterapkan.
Sejak tahun 1980-an, mulai ada perhatian dari para peneliti akuntansi
dalam memahami nilai akuntansi dalam pengertian yang lebih luas, misalnya
dalam konteks sosial, ekonomi, politik dan organisasi. Adanya perhatian
semacam ini berakibat pemahaman akuntansi menjadi berubah, yaitu
akuntansi mulai dipahami sebagai entitas yang selalu berubah, akuntansi
tidak lagi dipandang sebagai produk jadi atau statis dari suatu masyarakat,
tetapi dipandang sebagai produk yang selalu mengalami perubahan setiap
waktu tergantung pada lingkungan dimana ia hidup dan dipraktekan

III.

PEMBAHASAN
a. Paradigma Praktik Akuntansi dalam Politik
Paradigma ini memberikan gamabaran bahwa akuntansi mempunyai

hubungan relevan dengan praktik akuntansi ataupun sebaliknya. Watskin


and

Arrington

(2005)

memberikan

wacana

bahwa

transisi

dalam

kepepimpinan kelompok politik mengubah paradigma akuntansi. Mereka


memberikan contoh NPR (National Performance Review) di Amerika.

NPR

merupakan pengembangan dari NPM (New Public Management) dalam teori


akuntansi.

NPR merupakan sebuah inisiatif untuk mereformasi birokrasi

pemerintah federal Amerika Serikat (AS) pada era pemerintahan Clinton Al


Gore (1993 2001). Tujuannya adalah membentuk birokrasi pemerintah
federal yang lebih efektif dan efisien, atau dalam bahasa orisinilnya to
create a government that works better and costs less. Untuk mencapai
tujuan ini, pada bulan Maret 1993 presiden Clinton membentuk sebuah
gugus tugas (task force) antar instansi pemerintah federal yang disebut
National Performance Review (NPR) atau Tinjauan Ulang Kinerja Nasional dan
menunjuk wakilnya Al Gore sebagai pemimpin NPR. NPR fokus pada masalah
bagaimana pemerintah seharusnya bekerja, bukan apa yang seharusnya
mereka lakukan. Mereka mengukur kinerja birokrasi pemerintah dengan
mengacu pada kinerja yang terbaik di bisnis alias sektor swasta. Walaupun
NPR merupakan bentuk manifestasi janji politik, namun hasil dari NPR adalah
budaya kerja yang mengutamakan kepuasan pelanggan serta budaya
organisasi yang mengutamakan kinerja dan produktivitas pada instansiinstansi pemerintah federal.
Bila ada ideologi politik yang berubah pada suatu negara akan diikuti
dengan perubahan penerapan praktik akuntansinya. Hal itu sejalan dengan
penelitian Ezzamel, Xiao and Pan (2007) yang meneliti hubungan antara

ideologi politik dan akuntansi

menunjukkan bahwa di setiap era ideologi

politik di cina menciptakan konteks yang kurang lebih diberikan secara


kompatibel dengan penerapan konsep akuntansi tertentu. Pada era Ideologi
Mao,

akuntansi

politik

bertumpu

pada

prinsp

class

struggle

primacy(perjuangan kelas utama), public ownership(kepemilikan publik) and


central planning(ekonomi terencana). Namun ideologi dari Mao ini tidak
pernah berhasil diterapkan karena banyak menimbulkan kontroversi. Dimulai
tahun

1978,

ideologi

deng

mulai

menggeser

ideologi

mao,

prinsip

perjuangan kelas utama digantiikan oleh keunggulan pembangunan ekonomi


bersinambungan, ekonomi terencana digantikan oleh ekonomi pasar (Deng,
1992), dan terakhir segala kepemilikan dipandang sebagai sarana untuk
mengembangkan sosialisme dan kepemilikan pribadi (Jiang, 1997). Yang
pada akhirnya ideologi akuntansi Deng ini menjadi dominan.
Akuntansi

manajemen

berkembang

dari

yang

konvesional

atau

tradisional ke modern atau yang juga sering dikenal dengan istilah akuntansi
manajemen kontemporer. Pada paradigma ini, untuk menjadi unggul dalam
persaingan, maka para pelaku bisnis harus mengubah cara/gaya berfikir (the
way of thinking) tentang bisnis. Menurut Johnson (1992), kajian tentang
bagaimana informasi pada level proses dapat memungkinkan para karyawan
untuk mencapai atau menjadikan perusahaan, yang mempunyai fleksibilitas
dan pertanggungjawaban untuk bersaing di tingkat bisnis global. Bottom-Up
Empowerment Cycle berfokus pada konsumen dan proses, dan bukan pada
hasil

keuangan

saja.

Informasi

dari

konsumen

dan

proses

digabung/dikumpulkan dan digunakan oleh orang-orang yang terlibat dalam


suatu tim kerja (work force) yang menghadapai konsumen dan menjalankan
proses.
Praktik akuntansi kontemporer ini meluas ke dalam ranah sektor Pubik.
Namun masih terdapat keragaman dalam impelementasi. Studi dari Boczko
(2000)

yang

menunjukkan

merupakan
bahwa

tentang

akuntansi

klasifikasi

kontemporer

akuntansi
internasional

kontemporer,
masih

ada

keragaman. Boczko menggunakan teori ekonomi politik neo marxisme dan


mengeksplorasi bagaimana gagasan struktur dan hirarki kelembagaan
ekonomi

liberalisme,

klasifikasi

prioritas

sosial,

dan

pemahaman

keanekaragaman akuntansi kontemporer. Hasil menunjukkan bahwa studi


klasifikasi tersebut berdampak pada pengaturan sosial, politik dan ekonomi
oleh karena perubahan yang berprioritas modal.

b. Political Economy of Accounting (PEA)


Belum banyak ditemukan penelitian yang secara teknis menggali
tentang

akuntansi

politik,

namun

penelitian

dilakukan

melalui

pengembangan penerapan prinsip-prinsip akuntansi yang dinamis pada


ranah politik. Tidak ditemukan dua gabungan kata Akuntansi Politik dalam
berbagai penelitian bidang akuntansi.
Adalah mungkin sumber yang bisa dijadikan acuan sebagai metodologi
penelitian akuntansi politik merujuk pada teori Political Economy Accounting,
PEA didefinisikan sebagai sebuah pendekatan normatif, deskriptif, dan kritis
terhadap

penelitian

akuntansi.

Pendekatan

PEA

mencoba

untuk

menjelaskan dan menerjemahkan peran dari laporan akuntansi dalam


pendistribusian laba, kekayaan, dan kekuatan dalam masyarakat. Dalam
pelaksanaannya,
institusional

dari

suatu

pendekatan

masyarakat

PEA

sebagai

akan

model

menjadikan

yang

akan

struktur

membantu

melaksanakan peran tersebut dan memberikan suatu kerangka kerja untuk


memeriksa seperangkat institusi, akuntansi, dan laporan akuntansi yang
baru.

Fakta yang merujuk pada pandangan ideologi masyarakat terdapat


kelompok-kelompok yang saling bertentangan dengan kekuatan yang
bermacam-macam dan berusaha untuk meraih dominasi, yang mungkin
selanjutnya akan mengarah pada bentuk-bentuk eksploitasi, pengasingan,
dan ketidakadilan. Dalam hal ini akuntansi memainkan sebuah peranan
ideologis dalam melegitimasi ideologi dari prinsip pengorganisasian dasar
dan dalam hubungan antara golongan-golongan di dalam masyarakat dan
memperkuat kembali distribusi kekuatan yang tidak merata. Akuntansi
sebagai suatu ideologi berada di dalam bidang akuntansi ekonomi politis.
Herman menjelaskan pendekatan PEA

dengan menekankan pada

institusional masyarakat dan menggunakan sebuah

model konflik

di

masyarakat dapat menghasilkan kerangka untuk studi yang berusaha


mempelajari pengaruh kepentingan seksional sempit dalam mendefinisikan
masalah akuntansi dan pilihan cara untuk menyelesaikan masalah yang ada.
Riset tentang proses penemuan masalah akuntansi juga mempertimbangkan
bagaimana sponsorship finansial bisa memicu beberapa tipe riset akuntansi.
c. Karasteristik dari PEA
Riset dengan menggunakan pendekatan akuntansi ekonomi politik
dapat memperluas penelitian yang melihat fungsi akuntansi dalam struktur
dan lingkungan institusional dimana akuntansi dipraktekkan. Penelitian
tentang akuntansi akan bermanfaat jika menggunakan pendekatan yang
menekankan pada sisi institusional dan pengaruhnya, investigasi antar
berbagai disiplin ilmu, dan penelitian tentang proses menuju keseimbangan
yang dinamis.
Meskipun terdapat banyak perbedaan variasi ekonomi politik (Frey,
1978), kebanyakn variasi tersebut menekankan pada hubungan antara
kekuatan politik dan ekonomi dalam masyarakat. Dalam hubungannya
dengan penaksiran nilai dari laporan akuntansi perusahaan, PEA menyatakan
bahwa nilai akan muncul sebagaimana nilai tersebut terbentuk (dan

membentuk) baik dalam arena politik maupun ekonomi. Beberapa bentukbentuk dari pendekatan ekonomi politik akuntansi, yaitu 1). Penelitian
tentang akuntansi harus memperhatikan kekuatan dan konflik dalam
masyarakat, 2) sejarah spesifik dan lingkungan institusional masyarakat di
mana PEA dipraktikkan, 3) Pandangan emansipatif atas motivasi manusia
dan peraturan akuntansi dalam masyarakat.
D.J. Cooper dan M.J. Sherer bahkan menyajikan tiga karakteristik dari
akuntansi ekonomi politis.
1.

PEA hendaknya mengakui kekuatan dan konflik yang terjadi dalam


masyarakat dan maka dari itu hendaknya berfokus pada dampak-dampak
dari laporan akuntansi pada pembedaan laba, kekayaan, dan kekuatan
dalam masyarakat. Fitur ini secara langsung bertentangan dengan konsep
pluralis yang cenderung untuk memiliki pandangan bahwa masyarakat
dikendalikan oleh kaum elite yang terdefinisi dengan jelas atau terdapat
konflik sosial yang terus-menerus antara golongangolongan yang pada

2.

dasarnya antagonistis.
PEA hendaknya mengakui lingkungan historis dan institusional yang
spesifik dari masyarakat di mana ia beroperasi, yaitu bahwa (a) ekonomi
didominasi

oleh

perusahaan-perusahaan

besar,

(b)

ketidaksetaraan

(disequilibrium) merupakan suatu fitur permanen dari ekonomi, dan (c)


negara memainkan peran yang sangat penting dalam mengelola ekonomi,
dalam ketidakmampuan untuk mengendalikan tingkat pembelanjaannya,
dalam melindungi kepentingan-kepentingan komersial dari perusahaanperusahaan besar, dalam menjaga keharmonisan sosial dan legitimasinya
sendiri, dan pada saat yang bersamaan ikut campur tangan dalam
3.

menentukan kebijakan-kebijakan akuntansi.


PEA hendaknya menerapkan pandangan yang lebih emansipatif akan
motivasi manusia dan peranan dari akuntansi. Akuntansi hendaknya diakui
sebagai pelaku (agen) yang memengaruhi dan menjadi penyebab dari baik
motivasi

maupun

pengasingan

dalam

pekerjaan

dan

pencarian

kepentingan diri sendiri serta memainkan fungsi yang aktif secara sosial
daripada fungsi pasif. Misalnya: Dalam cara yang sama seperti profesi
medis memiliki perhatian yang logis berkaitan dengan perumahan, kondisi
sosial dan kesehatan umum dari masyarakat, begitu pula profesi akuntansi
memiliki perhatian yang logis berkaitan dengan lingkungannya secara
langsung (misalnya, sektor perdagangan dan keuangan dari ekonomi).
Usaha-usaha untuk mengatasi permasalahan-permasalahan teknik tanpa
mempertimbangkan lingkungan ini dapat menghasilkan pemecahan yang
tidak sempurna dan tidak lengkap dikarenakan adanya penerimaan'dari
institusi-institusi dan praktik-praktik yang ada saat ini.
d. Mana yang lebih baik ? Akuntansi Politik atau Politik Akuntansi
Akuntansi politik dapat diartikan secara harfiah bagaimana praktik
akuntansi dapat digunakan untuk mendukung kegiatan politik. Seperti yang
dijelaskan pada esai Watskin and Arriington (2004), memberikan penafsiran
tentang

bagaimana

akuntansi

memiliki

kekuatan

luar

biasa

dalam

memegang peranan dalam pengambilan kebijakan politik. Akuntansi yang


dipandang sebagai akuntansi politik ini bertujuan untuk menghindari
penyimpangan kegiatan politik, yang dinilai melalui penilaian kinerja. Dalam
esainya Watskin and Arrington 2004, juga menjelaskan bahwa karakteristik
politik postmodern (Wolin) dan pencabangan liberalisme (Connolly) dapat
dipahami sebagai transisi perubahan pengembangan akuntansi dalam
praktik-praktik politik yang menyimpang. Hal itu terlihat bahwa akuntansi
dapat mengarahkan kehidupan politik ke kehidupan yang lebih baik.
Dimana melalui teknik akuntansi fenomena politik dan ekonomi (seperti
prestasi kerja, biaya, efisiensi, output, kekayaan, pengangguran, dll.) harus
di ukur dan dipertanggungjawabkan kepada. Sehingga legitimasi politik dan
ekonomi dipandang tergantung pada fenomena kritik akuntansi.
Berbeda dengan definisi akuntansi politik, politik akuntansi dapat
didefinisikan sebagai ekspansi kegiatan politik untuk menggagalkan praktik

akuntansi yang telah berjalan dan merubah praktik akuntansi. Bisa juga
akuntansi dijadikan sebagai alat untuk janji manifestasi politik. Atau bahkan
akuntansi dijadikan sebagai senjata untuk menjatuhkan lawan politik. Satu
dari contoh riset yang mengkaji budaya politik dan ekonomi mampu
menggagalkan

penerapan

akuntansi

manajemen

adalah

riset

dari

Wickramasinghe and Hopper (2003). Dengan menggunakan teori Mode of


Production (MOP) dalam pengembangan studi, dan budaya antropologi.
Peneliti

mencoba

mengkaji

studi

kasus

longitudinal

pengendalian

manajemen di Mill tekstil di sebuah desa tradisional Sinhala di Sri Lanka.


Dimana

upaya-upaya

untuk

memaksakan

akuntansi

manajemen

konvensional gagal karena perlawanan buruh. The Mill sebagai perusahaan


publik yang didirikan oleh pemerintah, menerapkan akuntansi manajemen
sebagai perwujudan dari MOP Kapitalis dan Budaya Industri Modern. Namun
akuntansi manajemen ini mendapatkan perlawanan dari budaya tradisional
pedesaan, karena terjadi kesenjangan sosial antara buruh dan pemilik asing.
Suatu ideologi politik dapat mempengaruhi penerapan akuntansi di
sebuah negara, sehingga terlihat peran politik dalam mempengaruhi
penerapan prinsip-prinsip akuntansi. Sebagai contoh penerapan prinsipprinsip akuntansi di Indonesia yang berubah sesuai dengan perkembangan
ideologi dan akuntansi di dunia barat yang memang menjadi sebuah
tuntutan dalam kerjasama perekonomian antar negara. Pertama, penerapan
prinsip akrual yang sudah berjalan kurang lebih sepuluh tahun semenjak
dikeluarkannya PP 24 Tahun 2005, merupakan esensi teknik akuntansi yang
mendapat pengaruh dari perkembangan akuntansi dunia barat. Keunggulan
penggunaan basis akrual ini adalah informasi yang disajikan dalam Neraca
akan lebih komprehensif karena mempresentasikan seluruh sumber daya
yang dimiliki entitas. Kedua,

Prinsip Value for Money yaitu sebuah sistem

pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer
publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial. Prinsip ini
bertujuan

memenuhi

kehendak

masyarakat

mencakup

pertanggungjawaban

mengenai

pelaksanaan kegiatan pemerintahan yaitu: ekonomis (hemat cermat) dalam pengadaan dan
alokasi sumber daya, efisien (berdaya guna) dalam penggunaan sumber daya dalam arti
penggunaannya diminimalkan dan hasilnya dimaksimalkan (maximizing benefits and minimizing
costs), serta efektif (berhasil guna) dalam arti mencapai tujuan dan sasaran. Prinsip ini sudah
diterapkan di berbagai instansi publik di Pemerintah Indonesia melalui sistem remunerasi, dan
juga diterapkan pada kabinet kerja jokowi yaitu kabinet profesional dan mengurangi
bagi-bagi kursi menteri dengan mitra koalisi.
Hal tersebut sejalan dengan temuan penelitian Anh and Nguyen
(2013),

mereka

melakukan

studi

analisis

yang

memberikan

kajian

komprehensif tentang perubahan yang terjadi dalam peraturan akuntansi di


Vietnam sejak pertangahan 1980. Kerjasama Vietnam dengan negara barat
selama dua dekade terakhir, serta penerapan prinsip liberalisasi ekonomi
merubah sistem akuntansi sesuai dengan perkembangannya. Walaupun
sistem saat ini yang berjalan adalah adalah campuran unsur konseptual dan
formal yang diambil dari akuntansi Barat, namun beberapa fitur dasar dan
praktik dipertahankan dari sistem yang lama (Gaya Soviet dan Prancis).
Dalam

teori

hegemoni

yang

merupakan

gagasan

dari

Antonio

Gramsci(1891-1937), bahwa hegemoni didefinisikan sebagai dominasi satu


kelompok terhadap kelompok lainnya dengan atau ancaman kekerasan,
sehingga ide-ide yang disampaikan oleh kelompok dominan terhadap
kelompok yang didominasi diterima sebagai sesuatu yang wajar. Fakta
menunjukkan bahwa dominasi dunia barat dalam perkembangan ilmu
akuntansi

secara

tak

langsung

memaksa

negara

berkembang

untuk

merubah sistem akuntansinya. Sebagai contoh penerapan IFRS. Hal ini


menunjukkan akuntansi sering menjadi konstituitif dan transformatif dalam
mengikuti perkembangan hegemoni politik, sejalan dengan penelitian
Watskin and Arrington (2004) dan Alawattage dan Wickramasinghe (2006).
Alawattage dan Wickramasinghe (2006). Dalam esainya membahas
studi empiris : peran non-konstitutif akuntansi dalam hegemoni politik di

perkebunan teh Sri Lanka. Hasil menunjukkan bagaimana kontrol buruh


dalam praktik akuntansi diwujudkan dalam konteks sejarah dan sosial politik
yang kompleks yang membentuk pada hegemoni politik sebagai modus
dominan kontrol di perkebunan teh. Yang

berbeda dengan pengalaman

Barat bahwa akuntansi memainkan peran konstitutif dalam kontrol tenaga


kerja, peran konstitutif hegemoni politik yang direpresentasikan dengan
perhitungan 'Benar' atau 'alami'.

IV.

KESIMPULAN
Akuntansi dalam perspektif politik merupakan studi alternatif dari

penelitian akuntansi yang memahami dan mengevaluasi fungsi akuntansi


dalam konteks lingkungan politik. Telah banyak berbagai studi akuntansi
yang terkait dengan politik. Dalam berbagai studi akuntansi tersebut, definisi
akuntansi berkembang yang semula hanya pelaporan pencatatan keuangan
menjadi sebuah definisi yang kompleks yang dapat digunakan sebagai pisau
bermata dua dalam kegiatan politik pemerintahan. Akuntansi disini menjadi
dua peran yang berbeda, akuntansi yang hanya menjadi alat untuk
pelaporan sebagai implikasi dari kegiatan politik dan akuntansi yang menjadi
alat untuk mendominasi kekuasaan. Sisi baik dari akuntansi ini adalah jika
akuntansi diterapkan sebagai alat untuk meningkatkan kinerja politik, namun
sisi buruknya adalah akuntansi diterapkan untuk tujuan pengembangan
kegiatan politik dalam teori hegemoni yang hal itu dianggap wajar. Namun
penerapan semua itu tergantung dari fungsi dan tujuan pemerintah dalam
kegiatan berpolitik, apakah fokus pada kesejahteraan rakyat (Watskin and
Arrington, 2007. Haque et.all, 2011)

atau hanya untuk keuntungan kaum kapitalis

tertentu (Hayashi, 1989. Abeysekera, 2003. Watskin and Arrington, 2007).

V. DAFTAR PUSTAKA
Abeysekera, I. 2003. Political economy of accounting in intellectual capital
reporting. Research Online. University of Wollongong
Anh, Doan Ngoc Phi And Nguyen, Duc-Tho. 2013. Accounting in a developing
transitional economy: the case of Vietnam. Asian Review of Accounting.
Vol. 21 pp. 74 - 95
Ann L. Watskins And C. Edward Arrington. 2007. Accounting, New Public
Management and American Politics: Theoretical Insights into the National
Performance Review. Critical Perspectives on Accounting. Vol. 18 pp. 33
58
Boczko, T.

1997. Social Change and the Regulation of Accounting

Knowledge. Research Paper 1. University of Lincolnshire and Humberside


Boczko, T. And Willmott, H. 1998.

Preserving a Myth: a Critique of

Classifications of Contemporary Accounting Systems. Paper Presented at


the Workshop on Accounting Regulation. March. Sienna. Italy
Cooper C. 1995. Ideology, hegemony and accounting discourse: a case study
of the National Union of Journalists. Critical Perspectives on Accounting.
Vol. 6 pp. 175209
Danture Wickramasinghe, D. And Hopper, T. 2005. A cultural political
economy of management accounting controls: a case study of a textile
Mill in a traditional Sinhalese village.Critical Perspectives on Accounting.
Vol.16 pp. 473503

Ezzamel, M., Zezhong X. J. And Pan, Aixiang. 2007. Political ideology and
accounting regulation in China. Accounting, Organizations and Society .
Vol. 32 pp. 669700
Hayashi, T. 1989. On Islamic Accounting: Its Future Impact on Western
Accounting. The Institute of Middle Eastern Studies. International
University of Japan. Japan
Haque, F., Arum, T., And Kirkpatrick, C. 2011. The political economy of
corporate governance in developing economies: The case of Bangladesh.
Research in International Business and Finance. Vol 25 pp 169182
http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2014/04/16/definisi-akuntansimenurut-para-ahli-648201.html. Diakses Desember 2014
http://hermandarwis.blogspot.com/2012/02/akuntansi-ekonomi-politikalternatif.html. Diakses Desember 2014
Ramanna, K. 2008. The implications of unverifiable fair-value accounting:
Evidence from the political economy of goodwill accounting. Journal of
Accounting and Economics. Vol. 45 pp. 253281
Robert Ochoki Nyamori. 2009. Making development accountable : A critical
analysis of the systems of accounting and accountability for the
Constituency Development Fund in Kenya. Journal of Accounting &
Organizational Change. Vol. 5 pp. 197 227
Rosenau, Pauline Marie. 1992. Post-Modernism and the Social Sciences:
insigts, Inroads, and Instruction. Princeston, NJ : Princeton University
Press
Rosser, A., 1999. The political Economy of Accounting Reform in Developing
Countries: The Case of Indonesia, Asia Research Centre Working Paper
No. 93, Murdoch University, Australia.

Walter T. Harrison And Charles T. Horngren. 2008. Financial Accounting (7th


Edition). Prentice Hall
Watts, Ross L. And Jerold L. Zimmerman. 1986. Positive accounting Theory.
Englewood Cliffs: Prentice-Hall Inc
Wickramasinghe, D. And C. Alawattage.2008. Appearance of accounting in a
political hegemony. Critical Perspectives on Accounting . Vol. 19 pp. 293
339
Zhang, G. , Ahmed, K. And Boyce, G. 2013. Institutional changes in university
accounting

education

in

post-revolutionary

China

From

political

orientation to internationalization. Critical Perspectives on Accounting

Вам также может понравиться