Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Diagnosis
Diagnosis DM harus didasarkan atas
pemeriksaan kadarglukosa darah, tidak dapat
ditegakkan hanya atas dasar adanya glukosuriasaja.
Dalam menegakkan diagnosis DM harus diperhatikan
asal bahan darahyang diambil dan cara pemeriksaan
yang dipakai. Untuk diagnosis DM,pemeriksaan yang
dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan
caraenzimatik dengan bahan glukosa darah plasma
vena. Untuk memastikandiagnosis DM, pemeriksaan
glukosa darah seyogyanya dilakukan dilaboratorium
klinik yang terpercaya . Untuk memantau kadar
glukosa darahdapat dipakai bahan darah kapiler. Saat
ini banyak dipasarkan alatpengukur kadar glukosa
darah cara reagen kering yang umumnya
sederhanadan mudah dipakai. Hasil pemeriksaan kadar
glukosa darah memakaialat-alat tersebut dapat
dipercaya sejauh kalibrasi dilakukan denganbaik dan
cara pemeriksaan sesuai dengan cara standar yang
dianjurkan.Secara berkala , hasil pemantauan dengan
cara reagen kering perludibandingkan dengan cara
konvensional.
A. Pemeriksaan Penyaring
Pemeriksaanpenyaring yang khusus ditujukan untuk
DM pada penduduk umumnya(mass-screening =
pemeriksaan penyaring) tidak dianjurkan
karenadisamping biaya yang mahal, rencana tindak
lanjut bagi mereka yangpositif belum ada. Bagi mereka
yang mendapat kesempatan untukpemeriksaan
penyaring bersama penyakit lain (general check up) ,
adanyapemeriksaan penyaring untuk DM dalam
rangkaian pemeriksaan tersebutsangat dianjurkan.
Patogenesis
1. Edukasi
Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola
gaya hidup dan perilaku telah terbentuk dengan
mapan.
Pemberdayaan
penyandang
diabetes
memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga dan
masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien dalam
menuju perubahan perilaku. Untuk mencapai
keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi
Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes
Melitus Tipe 2 di Indonesia 2006 yang komprehensif
dan upaya peningkatan motivasi.
3. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani
secara teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih
30 menit), merupakan salah satu pilar dalam
pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti
berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun
harus tetap dilakukan. Latihan jasmani selain untuk
menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat
badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga
akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan
jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang
bersifat aerobik seperti: jalan kaki, bersepeda santai,
jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya
disesuaikan dengan umur dan status kesegaran
jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas
latihan jasmani bisa ditingkatkan, sementara yang
sudah mendapat komplikasi DM dapat dikurangi.
Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau
bermalasmalasan.
4. Intervensi Farmakologis
Intervensi farmakologis ditambahkan jika
sasaran glukosa darah belum tercapai dengan
pengaturan makan dan latihan jasmani.
Obat pertama yang dapat digunakan adalah
obat hipoglikemik oral. Berdasarkan cara kerjanya,
OHO dibagi menjadi 4 golongan yaitu : A. pemicu
sekresi insulin (insulin secretagogue) antara lain
sulfonilurea dan glinid; B. penambah sensitivitas
terhadap insulin: metformin, tiazolidindion; C.
penghambat glukoneogenesis
(metformin); D.
penghambat
absorpsi
glukosa:
penghambat
glukosidase alfa.
C. Penghambat glukoneogenesis
Metformin mempunyai efek utama mengurangi
produksi glukosa hati (glukoneogenesis), di samping
juga memperbaiki ambilan glukosa perifer. Terutama
dipakai pada penyandang diabetes gemuk. Metformin
dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan
fungsi ginjal (serum kreatinin > 1,5 mg/dL) dan hati,
serta pasien-pasien dengan kecenderungan hipoksemia
(misalnya penyakit serebro- vaskular, sepsis, renjatan,
gagal jantung). Metformin dapat memberikan efek
samping mual. Untuk mengurangi keluhan tersebut
dapat diberikan pada saat atau sesudah makan.
Pencegahan
Pencegahan terhadap penyakit diabetes melitus
dapat dilakukan dengan beberapa cara, dan terbagi
menjadi beberapa tipe.
Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan
kepada orang-orang yang termasuk ke dalam kategori
beresiko tinggi, yaitu orang-orang yang belum terkena
penyakit ini tapi berpotensi untuk mendapatkannya.
Untuk pencegahan secara primer, sangat perlu
diketahui terlebih dahulu faktor-faktor apa saja yang
berpengaruh terhadap terjadinya diabetes melitus,
serta upaya yang dilakukan untuk menghilangkan
faktor-faktor tersebut. Edukasi berperan penting dalam
pencegahan secara primer.
Pencegahan sekunder merupakan suatu upaya
pencegahan dan menghambat timbulnya penyakit
dengan deteksi dini dan memberikan pengobatan sejak
awal. Deteksi dini dilakukan dengan pemeriksaan
penyaring. Hanya saja pemeriksaan tersebut
membutuhkan biayayang cukup besar. Pengobatan
penyakit sejak awal harus segera dilakukan untuk
mencegah kemungkinan terjadinya penyakit menahun.
Edukasi
mengenai
diabetes
melitus
dan
pengelolaannya, akan mempengaruhi peningkatan
kepatuhan pasien untuk berobat.
Pencegahan tersier merupakan suatu
pencegahan dengan tujuan mencegah terjadinya
kecacatan lebih lanjut dan merehabilitasi penderita
sedini mungkin sebelum penderita mengalami
kecacatan yang menetap. Pencegahan semacam ini
yang disebut dengan pencegahan tersier. Contohnya
saja, acetosal dosis rendah (80 325 mg) dapat
diberikan secara rutin bagi pasien diabetes melitus
yang telah memiliki penyakit makroangiopati
(pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi,
pembuluh darah otak, pembuluh darah kapiler retina
mata, pembuluh darah kapiler ginjal). Pelayanan
Prognosis
Diabetes melitus tipe 2 jarang menyebabkan
komplikasi akut yang menyebabkan kematian yang
mendadak. Sebagian besar kematian pada diabetes
melitus
tipe
dua
disebabkan
oleh
ketidakterkontrolannya gula darah. Oleh karena itu,
menjaga kadar gula darah plasma dalam batas normal
akan memperlambat timbulnya komplikasi kronis.
Sebagian besar komplikasi kronis baru akan terlihat
setelah 10-15 tahun apabila gula darah tidak dikontrol
dengan baik. Apabila kadar gula darah dikontrol
dengan baik, maka morbiditi dan mortaliti dari
diabetes melitus akan jauh berkurang dibandingkan
dengan pasien yang tidak terkontrol. Pencegahan dan
pencyuluhan juga menjadi sangat penting untuk
mengedukasi pasien tentang penyakit yang
dideritanya.
Kesimpulan
Diabetes Melitus menjadi masalah utama di
negara berkembang maupun negara maju karena
jumlahna yang terus meningkat, terutama dinegara
berkembang karena berubahnya pola hidup dan gaya
hidup. Diabetes melitus tipe 2 merupakan diabetes
melitus yang disebabkan oleh berkurangnya respon
jaringan terhadap insulin. Penatalaksanaan dibagi
menjadi 4 pilar utama yaitu olahraga, diet, edukasi,
dan pengungaan terapi farmakologis. Dengan
mengunakan
keemat
dasar
penatalaksanaan
diharapkan komplikasi baik akut maupun kronis dapat
berkurang secara signifikan