Вы находитесь на странице: 1из 8

China and Russia veto US/UK-backed Security Council

draft resolution on Myanmar


12 January 2007 China and Russia today vetoed a draft resolution in the
Security Council the first use of multiple vetoes at the Council since
1989 that had called on Myanmar to release all political prisoners, begin
widespread dialogue and end its military attacks and human rights abuses
against ethnic minorities.
Sponsored by the United States and the United Kingdom, the text received
nine votes in favour, the necessary number for a majority. Those in favour
were Belgium, France, Ghana, Italy, Panama, Peru, Slovakia, the UK and
the US. But the permanent members China and Russia issued vetoes, and
South Africa also voted against the resolution. There were three
abstentions: Indonesia, Qatar and the Republic of the Congo.
Opponents of the text said that while Myanmar was experiencing clear
social and economic problems, the country was not a serious threat to
international peace and security and therefore the issue should not be
dealt with by the Security Council.
Speaking before the vote, Chinese Ambassador Wang Guangya said the
problems in Myanmar were largely the internal affairs of a sovereign State
and the Government and other groups should be allowed to continue their
efforts towards reconciliation.
Russian Ambassador Vitaly Churkin said the issue would be better handled
by other UN organs, particularly the Human Rights Council, the General
Assembly and humanitarian agencies such as the World Health
Organization (WHO).
The ambassadors also said the resolution would hamper diplomatic efforts
being carried out through the good offices of the Secretary-General, which
included the recent visit to Myanmar by Under-Secretary-General for
Political Affairs Ibrahim Gambari.
After the vote, US Acting Ambassador Alejandro Wolff and UK Ambassador
Emyr Jones Parry both expressed deep disappointment, saying the
resolution would have sent a much-needed signal from Council members.
Mr. Wolff said Myanmars military regime arbitrarily arrests, tortures,
rapes and executes its own people, wages war on minorities within its own
borders, and builds itself new cities, while looking the other way as
refugee flows increase, narcotics and human trafficking grow, and
communicable diseases remain untreated.
But Myanmars Ambassador Kyaw Tint Swe said the draft resolution was
based on patently false information and, citing UN Development
Programme (UNDP) data, said his country was making economic gains. He
added that the Council was clearly exceeding its mandate by considering
the issue.

The draft text called on Myanmar to release all political prisoners,


including the Nobel Peace Prize Laureate Aung San Suu Kyi, who has been
under house arrest for 10 of the past 16 years, and to allow the National
League for Democracy (NLD) and other political parties to operate freely.
It also demanded an end to human rights violations against the members
of ethnic minorities, including widespread rape and other forms of sexual
violence carried out by members of the armed forces.
Last September the Council agreed to focus on the situation inside
Myanmar in a vote taken during a procedural meeting, in which no
members vote has the power of veto.
The most recent Council veto was used in November, when the US
blocked a draft resolution that would have called, among other measures,
for the withdrawal of Israeli forces in the Gaza Strip. Sponsored by Qatar,
that text followed an Israeli military operation in the town of Beit Hanoun
that killed 18 civilians.
The last time multiple vetoes were used was in 1989, when the US, the UK
and France blocked a resolution on the situation in Panama. The last time
China and Russia both vetoed a resolution was in 1972, and that
concerned the Middle East.
Source
:
http://www.un.org/apps/news/story.asp?
NewsID=21228#.UmdSR_XC2Vp Diakses pada tanggal 22 Oktober 2013

Analisis Berita Terkait Rusia dan China yang


Menggunakan Hak Vetonya Untuk Memveto Resolusi
Dewan Keamanan PBB Tentang Kasus di Myanmar
Myanmar merupakan salah satu negara di kawasan Asia Tenggara
yang tergabung kedalam Organisasi ASEAN. Myanmar pada awalanya
dikenal sebagai Burma. Dimana Burma merupakan negara yang dikenal
sebagai negara yang ramah dengan budaya ketimurannya, namun
memiliki konflik internal tersendiri yaitu mengenai pelanggarn Hak Asasi
Manusia terhadap kaum minoritas disana. Rasialisme di Myanmar yang
dahulunya

dikenal

sebagai

Burma

sudah

ada

sejak

lama.

Selain

permasalahan rasialisme, Burma juga memiliki masalah lain. Masalah itu


adalah dimana terjadi peristiwa kudeta terhadap pemerintahan sipil yang
sah.

Kudeta militer yang terjadi di Myanmar dipimpin oleh Jenderal Ne

Win terhadap pemerintahan sipil yang saat itu dipimpin oleh U Nu pada
tahun 1962.1 Kudeta militer ini kemudian menghasilkan pemerintahan
Myanmar

yang

baru,

yaitu

pemerintahan

junta

militer

Myanmar.

Pemerintahan junta militer Myanmar ini kemudian dikenal sebagai The


State Peace and Development Council (SPDC).2
Setelah pemerintahan junta militer Myanmar memimpin, nama negara
yang tadinya Burma diubah menjadi Myanmar. Perubahan nama negara
dari Burma menjadi Myanmar dilakukan oleh pemerintahan junta militer
1 https://komahiumy.wordpress.com/2009/03/04/myanmar-%E2%80%9Cnegerisang-junta-militer%E2%80%9D/ Diakses pada tanggal 22 Oktober 2013
2 Ibid.

dibawah kepemimpinan Jenderal Saw Maung pada tanggal 18 Juni 1989.


Perubahan

nama

menghilangkan

negara

kesan

menjadi

rasial

yang

Myanmar
melekat

ditujukan

pada

untuk

nama

Burma.

Berdasarkan data dari CIA, 68% dari total penduduk negara ini adalah
etnis Burma atau Bama. Itu berarti nama Burma hanya mewakili etnis
Bama dan terkesan negara ini adalah milik etnis Bama, sementara Burma
merupakan negara dengan penduduk yang multi etnis, terdapat etnis
minoritas lainnya. Maka dari itu perubahan nama tersebut bertujuan agar
etnis non-Burma mempunyai rasa menjadi bagian dari negaranya.3
Meskipun tujuan pemerintahan junta militer mengganti nama Burma
mnejadi

Myanmar

karena

menghindari

rasisme,

namun

ternyata

pemerintahan junta militer ini justru merupakan pemerintahan yang


paling rasis diantara pemerintahan-pemerintahan sebelumnya yang ada
di Burma. Permasalahan kaum minoritas menjadi sangat kompleks ketika
kemudian pemerintah militer Myanmar juga mengganti nama negaranegara bagian yang ada diwilyahnya berdasarkan nama etnis mayoritas
yang berdiam diwilayah tersebut. Dari hal ini saja suudah dapat dilihat
betapa rasisnya pemerintahan militer Myanmar ini. Ditambah lagi
pemerintah Myanmar juga melakukan serangan serta pelanggaran HAM
terhadap kaum minoritas tersebut sehingga permasalahan mengenai
rasisme yang ada di Myanmar tidak juga dapat segera terselesaikan.
Melihat kenyataan yang ada, maka kemudian tergelitiklah negaranegara yang tergabung kedalam Dewan Keamana PBB untuk menjatuhkan
resolusi kepada Myanamr dengan harapan agar permasalahan yang ada
di negara itu menjadi hilang. Draft resolusi yang kemudian diajukan
adalah mengenai perintah kepada pemerintah Myanmar untuk segera
melepaskan

semua

tahanan

politiknya,

selain

itu

juga

mendesak

pemerintah Myanmar untuk segera menyebarluasakan dialog, mengakhiri


serangan militer dan menghentikan tindakan pelanggaran HAM terhadap
kaum minoritas seperti yang sebelumnya dilakukan. Draft resolusi yang
diajukan ini sponsori oleh USA dan UK, dan setelah dilakukan pemungutan
3 Ibid.

suara untuk menentukan apakah Draft Resolusi ini di setujui atau tidak,
ternyata hasil yang didapatkan adalah, sembilan negara mendukung
supaya draft resolusi ini disetuji. Kesembilan negara tersebut adalah, USA,
UK, Prancis, Belgia, Itali, Panama, Peru, Ghana, dan Slovakia. Kemudian
ada tiga negara yang abstain yaitu Indonesia, Republik Kongo, dan Qatar.
Sementara tiga negara yang lain menolak draft resolusi yang ditawarkan.
Ketiga negara itu adalah, Republik Afrika Selatan, dan dua negara anggota
tetap Dewan Keamanan PBB yang memiliki Hak Veto yaitu Rusia dan
China.
Sebelum pemungutan suara dilangsungkan, Duta Besar China Wang
Guangya mengatakan bahwa masalah di Myanmar sebagian besar
merupakan urusan internal dari suatu Negara yang berdaulat dan
Pemerintah serta kelompok lain harus diizinkan untuk melanjutkan upaya
mereka menuju rekonsiliasi. Sementara Duta Besar Rusia Vitaly Churkin
mengatakan masalah ini akan lebih baik ditangani oleh organ PBB lainnya,
khususnya Dewan Hak Asasi Manusia, Majelis Umum dan lembaga
kemanusiaan seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Lalu para duta
juga mengatakan resolusi itu akan menghambat upaya diplomatik yang
dilakukan melalui jasa baik Sekretaris Jenderal, termasuk kunjungan ke
Myanmar oleh Wakil Sekretaris-Jenderal untuk Urusan Politik Ibrahim
Gambari.4
Apabila mengamati pernyataan dari duta besar kedua negara yang
memveto

draft

resolusi

tersebut,

dapat

dikatakan

bahwa

mereka

merepresentasikan kepentingan masyarakat dunia yang mengingkan


tetap terjaganya perdamaian yang ada didunia ini. Seperti yang dikatakn
oleh Dubes China untuk PBB, bahwa Alasan China memveto draft tersebut
adalah

karena

PBB

bukan

lembaga

yang

seharusnya

tidak

bisa

mengintervensi urusan dalam negeri negara lain. Sedangkan apabila


4 http://www.un.org/apps/news/story.asp?NewsID=21228#.UmdSR_XC2Vp

Diakses pada tanggal 22 Oktober 2013

dilihat dari tujuan draft resolusi yang ditawarkan lebih kepada upaya
intervensi Dewan Keaman PBB terhadap permasalahan yang ada di
Myanmar. Karena China menganggap bahwa permasalahan yang ada di
Myanmar adalah masalah yang harus diselesaikan oleh sebuah negara
yang berdaulat, sehingga tidak dibutuhkan intervensi dari pihak lain.
Selain itu China juga menyampaikan bahwa seharusnya PBB menhargai
serta mendorong upaya yang dilakukan oleh pemerintahan junta militer
Myanmar untuk melakukan rekonsilisasi.
Senada dengan yang disampaikan oleh Dubes China untuk PBB,
Dubes Rusia juga menyampaikan alasan-alasan mengapa kemudian Rusia
memveto draft resolusi ini, adalah juga untuk menjaga perdamaian dunia.
Karena apabila draft resolusi ini disetujui, maka kemungkinan akan
dipatuhi oleh Myanmar pun juga rendah, dan apabila resolusi yang
diberikan oleh DK PBB ini tidak dilaksanakan maka akan ada resolusi lain
dan mungkin resolusi yang diberikan adalah pengiriman pasukan DK PBB
ke Myanmar untuk menumpas pemerintahan junta militer Myanmar.
Apabila hal ini samapi terjadi maka perdamaian dunia tidak akan pernah
tercipta, dan bahkan upaya untuk menyelesaikan masalah yang ada di
Myanmar akan gagal dan akan muncul permasalahan baru yang
dimungkinkan adalah Myanmar akan menjadi medan aksi bagi negaranegara besar untuk menunjukan eksistensi power yang mereka miliki.
Sehingga menurut pendapat saya apa yang dilakukan oleh Rusia dan
China

sudah

menunjukan

serta

merepresentasikan

kepentingan

masyarakat dunia, karena PBB sendiri juga sedang mengupayakan


penggunaan jasa baik untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di
Myanmar.
Kemudian berdasarkan artikel diatas ditambah dengan artikel-artikel
lain yang saya pernah baca dan analisa mengenai penggunaan Hak Veto
oleh anggota tetap DK PBB, maka saya pribadi sangat menginginkan
supaya DK PBB di restrukturisasi. Mengingat kredibilitas DK PBB sekarang
sangat dipertanyakan, akibat dari keputusan-keputusan yang mereka
ambil sebagian besar tidak merepresentasikan kepentingan masyarakat

dunia. Meskipun pada contoh kasus di atas menurut pendapat saya DK


PBB terkhususnya China dan Rusia sudah melaksanakan tugasnya untuk
menggunakan Hak Veto demi kepentingan masyarakat dunia, namun
seperti yang saya sampaikan sebelumnya, pengambilan keputusan yang
tidak berdasarkan kepentingan masyarakat dunia ternyata lebih banyak
dan ternyata Hak Veto yang digunakan lebih kepada usaha untuk tetap
menjaga kepentingan nasional negara-negara besar pemegang Hak Veto.
Restrukturisasi saya rasa sangat diperlukan agar tidak ada lagi
dominasi kelima negara besar pemegang Hak Veto dalam setiap
pengambilan keputusan. Dari kelima negara pemegang Hak Veto, yaitu
Perancis, China, UK, USA, dan Rusia, sering mengedepankan usaha untuk
menyukseskan kepentingan nasionalnya didalam setiap pengambilan
keputusan di DK PBB, mereka menggunakan power atau kekuasaannya
yang didasarkan atas kepemilikian Hak Veto yang mereka miliki untuk
mendapatkan keuntungan.
Kombinasi kelima negara pemegang Veto juga menurut saya kurang
pas, mengingat bahwa negara-negara seperti UK, Perancis, dan USA
sendiri tergabung kedalam sebuah pakta pertahanan yaitu NATO, dimana
pakta pertahanan ini sering mendapatkan intervensi dari kepentingan
USA. Sementara China dan Rusia meskipun memiliki paham ideologi yang
sama

yaitu

komunis,

lebih

banyak

berdiri

sendiri

dalam

setiap

pengambilan keputusan dalam DK PBB. Melihat kombinasi ini maka dapat


disimpulkan bahwa Amerika Serikat memiliki peranan yang sangat besar
dalam DK PBB. Selain karena merupakan negara donatur terbesar yang
menyumbang dana untuk PBB, Amerika Serikat juga memilki sekutu
terdekat dalam DK PBB yang apabila disatukan maka akan memiliki suara
mayoritas dan akan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam DK PBB.
Jadi kombinasi ini seharusnya ditambah.
Usulan mengenai restrukturisasi dengan melakukan penambahan
anggota tetap DK PBB sendiri sebenarnya sudah digelintirkan. Dimana
ada beberapa usulan yang pernah disampaikan. Dimana salah satu
usulannya

adalah

dengan

memasukan

Jerman,

Jepang,

India

dan

perwakilan dari dunia islam untuk masuk menjadi anggota tetap DK PBB.
Namun apabila melihat kombinasi usulan diatas saya rasa juga masih
kurang pas, mengingat ternyata perwakilan Eropa akan ditambah lagi,
serta perwakilan dari Asia Timur juga akan ditambah lagi. Menurut
pendapat saya, menambahkan anggota tetap DK PBB memang baik,
namun yang perlu ditambah hanya perwakilan dari dunia islam, Asia
Selatan beserta Asia Tenggara, dan Amerika Latin. Mengapa kemudian
Afrika tidak saya masukan karena menurut saya negara-negara yang ada
di Afrika masih belum memiliki kemampuan yang cukup untuk dapat
menjalankan tugas berat sebagai anggota tetap DK PBB.
Kandidat-kandidat calon negara yang menurut saya cocok adalah,
untuk perwakilan dunia islam adalah Iran. Meskipun Iran banyak
mendapatkan pertentangan akibat usahanya untuk mengembangkan
tekhnologi nuklir, namun Iran saya nilai memiliki kemampuan yang sudah
cukup

serta

dapat

mempertahankan

serta

merepresentasikan

kepentingan dunia islam, karna pendirian negaranya yang baik. Untuk


perwakilan Asia Selatan dan Asia Tenggara, Indian menjadi kandidat kuat
selain Indonesia, mengingat peran kedua negara ini cukup besar
dikawasan,

serta

memiliki

kemampuan

yang

sudah

cukup

untuk

melaksanakan tugas menjadi anggota tetap DK PBB baik dari segi


ekonomi maupun militer. Untuk Amerika Latin calon kuatnya adalah Brazil.
Selain merupakan negara yang besar, Brazil juga memiliki kemampuan
yang mumpuni baik dibidang militer maupun ekonomi yang dapat
menunjang negara tersebut apabila nantinya menjadi anggota tetap DK
PBB. Brazil sendiri juga cenderung lebih netral dalam menanggapi setiap
permasalahan yang ada.

Вам также может понравиться