Вы находитесь на странице: 1из 62

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

BAB I
PENDAHULUAN
1

Umum
Beton merupakan pencampuran bahan bahan agregat halus dan kasar
yaitu pasir, batu, batu pecah atau bahan semacam lainnya, dengan
menambahkan secukupnya bahan perekat semen, dan air sebagai bahan
pembantu guna keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan dan
perawatan beton berlangsung. Agregat kasar dan halus, disebut sebagai
bahan susun kasar campuran yang merupakan komponen utama beton.
Nilai kekuatan serta daya tahan ( durability ) beton merupakan fungsi dari
banyak faktor, diantaranya ialah nilai banding campuran dan mutu bahan
susun, metode pelaksanaan pengecoran, pelaksanaan finishing, temperatur
dan kondisi perawatan pengerasannya.
2

Tujuan
Tujuan umum dari perencanaan dan pengawasan struktur pada dasarnya
harus memperhitungkan daya tahan dan nilai ekonomi yang meliputi dayalayan, kekuatan yang cukup, fungsi, estetika dan ekonomi.

Daya layan
Supaya dapat memberikan daya-layan yang baik, struktur beton
harus mempunyai defleksi dan deformasi yang tidak terlalu besar
pada kondisi beban kerja. Defleksi yang besar dapat menimbulkan
retak retak pada dinding dan elemen elemen nonstruktur lainnya.
Retak pada bahan tarik harus sekecil-kecilnya, terutama untuk
struktur penampung air dan basement, sehingga kebocoran dapat
dicegah.

Kekuatan yang cukup


Kekuatan yang dimaksudkan agar bangunan dapat menahan beban
puncak selama usia bangunan. Sebagaimana diketahui bahwa
kekuatan elemen elemen struktur, misalnya balok dibatasi oleh
kapasitas penampang kritis dalam menahan momen maksimum.
Sedangkan

kapasitas

penampang

dipengaruhi

oleh

panjang

penyaluran, dan detail penjangkaran tulangan dan jenis material.


Unsur

yang

juga

berkaitan

dengan

kekuatan

struktur

adalah

daktilitas.

Fungsi

CV. MANDIRI JAYA

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

Dalam hal ini, unsur estetika dan pemanfaatan bangunan harus


dipenuhi. Karena suatu bangunan dapat dikatakan berfungsi baik
selain dari segi kekuatan bila mendatangkan kenyamanan bagi setiap
orang

atau

penghuni

dalam

beraktivitas.

Selain

itu,

harus

diperhatikan perubahan pemanfaatan (penggunaan) selama usia


bangunan, dan cara mengadaptasi perubahan tersebut. Secara
eksterm dapat dikatakan bahwa bila suatu proyek tidak dapat
berfungsi

dengan

baik,

berarti

perencana

lalai

dalam

mempertahankan fungsi fungsi bangunan.

Estetika
Estetika merupakan faktor yang sangat penting yang mempengaruhi
keberhasilan

karya

arsitektur,

meskipun

sampai

taraf

tertentu

estetika merupakan kebijaksanaan (jugdement ), oleh karena itu


bersifat subjektif. Estetika dapat dikatakan sebagai kombinasi antara
tujuan bangunan dan lokasi proyek didalam lingkungannya. Estetika
dapat

menciptakan

bangunan,

kesan

pemakai,

dan

tertentu
atau

yang

positif

penyewa.

bagi

Tetapi,

pemilik

sering

kali

bertentangan dengan persyaratan struktur.

Ekonomi
Pendekatan yang lebih mutakhir adalah meninjau

proses proses

dalam konteks siklus pembangunan gedung tersebut. Dalam hal ini,


proses pembangunan tidaklah berakhir dengan serah terima proyek
kepada

klien,

tetapi

juga

mencakup

aspek

pengguanaan,

pemeliharaan, pembongkaran di masa datang, dan pembangunan


kembali, termasuk aspek efisiensi energi. Sasaran ekonomi dapat
dicapai dengan membandingkan biaya keseluruhan dari desain
tersebut.
3

Tinjauan Umum
a. Pengawasan Lapangan
Pada dasarnya seorang owner menginginkan agar hasil yang diperoleh
dapat

mencapai

standar

yang

sebaik-baiknya,

yang

tentu

akan

memberikan kepuasan baginya. Sedangkan pelaksana merupakan suatu


badan

komersil

yang

bekerja

dengan

harapan

dapat

mencapai

keuntungan yang sebesar-besarnya. Dalam hal ini sangatlah penting


keberadaan konsultan pengawas, karena dalam proses pelaksanaan
pekerjaan dapat mengarahkan kesalahan yang ada kepada hasil dan
kualitas pekerjaan yang lebih baik dan benar berdasarkan desain
struktur dan rencana kerja.
CV. MANDIRI JAYA

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

Hal hal yang harus dilakukan dan diperhatikan dalam proses


pengawasan adalah :
Mengawasi jalannya pekerjaan, menjaga kuantitas dan kualitas serta
memperhatikan jangka waktu pelaksanaan dan anggaran biaya.
Mengawasi dan meneliti bahan bangunan serta penyesuaian yang
terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan dilapangan.
Menyusun berita acara / laporan realisasi kemajuan pekerjaan.
Mengawasi dan mencatat pekerjaan yang kurang atau pekerjaan
tambahan dilapangan.
Memberikan petunjuk kepada pelaksana dalam teknis pelaksanaan
agar tidak menyimpang dari anwijzing.
Menyelenggarakan

bimbingan

dan

mengadakan

pengawasan

terutama dalam pelaksanaan pekerjaan.


Menyelenggarakan surat surat berupa teguran dan himbauan yang
bersangkutan dengan kontraktor dalam pembenahan masalah
dilokasi proyek.
Meninjau perkembangan dan memeriksa tanda tanda pembayaran
dari pekerjaan.
Membuat gambar gambar tambahan yang masih diperlukan untuk
menjelaskan apa yang sudah dinyatakan dalam gambar gambar
detail.
Memeriksa kalau perlu memperbaiki gambar gambar kerja yang
dibuat oleh perencana dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
Mencatat atau membuat laporan harian / mingguan / bulanan dimana
di dalamnya dicatat pekerjaan pekerjaan tambahan atau kurang
dalam menyelesaikan keuangan yang timbul karenanya.
Menguji pekerjaan yang diserahkan dan menyediakan gambar
gambar yang mungkin diperlukan.
Memeriksa pelaksanaan pekerjaan.
b. Spesifikasi pekerjaan konstruksi gedung.
Spesifikasi proyek yang dilakukan pada perencanaan gedung adalah :
1.

Pekerjaan pesiapan

2.

Pekerjaan tanah dan struktur bawah :


a

Pekerjaan Pemancangan

Pekerjaan tanah
Galian tanah
Urugan tanah
Buang sisa tanah galian

CV. MANDIRI JAYA

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

Pekerjaan pasangan dan Pile cap


Urugan pasir padat bawah pondasi menerus
Pasangan batu kosong
Pasangan batu kali
Lantai kerja
Poer beton
Balok kopel beton
Sheet pile pengaman galian
Bobok kepala tiang bored pile

Pekerjaan basement
Begisting dari pasangan bata
Plesteran dinding
Water proofing penutup screed ( di luar STP)
Pasangan water stop
Dinding beton tebal 30 cm
Lantai beton tebal 30 cm
Kolom beton
Beton pit lift tebal 30 cm
Tangga beton
Dinding beton
Ramp
Kamprot plester + kawat ayam pada dinding soldier.

3.

Pekerjaan struktur atas dan kap


Kolom beton
Balok beton
Plat lantai beton
Dinding + plestreran
Tangga beton
Rinkbalk beton

4 Pedoman perencanaan stuktur beton untuk bangunan gedung


1

Ruang lingkup
Pedoman ini meliputi persyaratan persyaratan umum serta ketentuan
teknis perencanaan dan pelaksanaan struktur beton untuk bangunan
gedung atau struktur bangunan lain yang mempunyai kesamaan
karekter dengan struktur bangunan gedung.

CV. MANDIRI JAYA

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

Acuan normatif
Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan persyaratan selanjutnya,
maka

sebagai

dasar

pelaksanaan

digunakan

peraturan

sebagai

berikut :
-

RSNI Tahun 2003, Tata cara perencanaan struktur beton untuk


bangunan gedung.

SNI 03-4810-1998, Metode pembuatan dan perawatan benda uji di


lapangan.

SNI 03-4433-1997, Spesifikasi beton siap pakai.

SNI 03-3403-1994, Metode pengujian kuat tekan beton inti.

SNI 03-2834-1992, Tata cara pembuatan rencana campuran beton


normal.

SNI 03-2492-1991, Metode pembuatan dan perawatan benda uji baton


di laboratorium.

SNI 03-2496-1991, Spesifikasi bahan tambahan pembentuk gelembung


untuk beton.

SNI 03-2458-1991, Metode pengujian pengambilan contoh untuk


campuran beton segar.

SNI 03-1726-1989, Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk


rumah dan gedung.

SNI 03-1727-1989, Tata cara perencanaan pembebanan untuk rumah


dan gedung.

ASTM A 617M, Standar spesifikasi untuk serat baja ulir dan polos untuk
beton.

ASTM A 706M, Standar spesifikasi untuk serat baja ulir dan polos
paduan rendah untuk beton prategang.

ASTM C 33, Standar spesifikasi agregat untuk beton.

ASTM C 39-93a, Standar metode uji untuk kuat tekan benda uji silinder
beton.

ASTM C 494, Standar spesifikasi bahan tambahan kimiawi untuk beton.

CV. MANDIRI JAYA

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

BAB II
PRINSIP PRINSIP PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG
2.1

Umum
Dalam perencanaan bangunan, baik itu sebagai rumah tinggal, perkantoran,
perbelanjaan, sekolah, rumah sakit ataupun bangunan dengan fungsi yang
lain, memerlukan suatu konstruksi yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan
yang diperlukan. Konstruksi harus mampu menahan beban vertikal maupun
horisontal. Elemen elemen dari struktur harus mampu memberikan
respons terhadap semua hal hal di atas. Setiap bagian dari elemen harus
mempunyai satu kesatuan dengan bagian lainnya agar dapat menerima dan
menahan beban beban di atas dan meneruskannya dengan aman ke
permukaan tanah.

2.2 Beban beban yang bekerja


Beban yang ditinjau dalam perencanaan ini meliputi :

Beban vertikal
Terdiri dari beban mati + beban hidup yang sesuai dengan PPIUG 1983

Beban horizontal
Tediri dari beban gempa dan beban angin.
2.3 Analisa dan perencanaan superstruktur
2.3.1

Perencanaan atap.
Rangka atap bertumpu pada kolom. Analisa gaya gaya batang akibat
beban

mati,

beban

hidup

dan

beban

angin

dilakukkan

dengan

menggunakan program SAP 2000 v8.02 dan untuk perhitungan desain


stabilitas batang mengacu pada peraturan American Institute of Steel

CV. MANDIRI JAYA

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

Construction ( AISC ) dan Peraturan Perencanaan Bangunan Baja


Indonesia ( PPBBI ).
Suatu perencanaan konstruksi atap atau konstruksi kap terdiri atas :
a

Rasuk kap atau dengan singkat rasuk, yaitu konstruksi datar secara tegak, yang
tegak lurus pada arah sumbu dari pekerjaan bangunan itu mendukung atap yang
sebenarnya.

Gordeng, yaitu gelagar yang sejajar dengan sumbu konstruksi kap yang
mendukung bidang atap.
c

Separ atau sepur, yaitu balok yang dipasang terletak pada gordeng
tegak lurus pada sumbu memanjang dari konstruksi atap.

Batang tarik
Perencanaan batang tarik merupakan salah satu masalah teknik
struktur yang paling sederhana dan bersifat langsung. Karena stabilitas
bukan merupakan hal utama, perencanaan batang tarik pada hakekatnya
menentukan luas penampang lintang batang yang cukup untuk menahan
beban

( yang diberikan ) dengan faktor keamanan yang memadai

terhadap keruntuhan.
Prosedur

perencanaan

yang

umum

sebenarnya

berdasarkan

kekuatan batas ( ultimate ). Batang tarik tanpa lubang ( seperti yang


disambung dengan las ) akan mencapai kekuatan batas bila serat
penampang lintang batang meleleh, dengan kata lain distribusi tegangan
tarik bersifat merata pada kekuatan batas. Kekuatan bisa dinyatakan
sebagai
Tu = FyAg
Untuk batang tarik yang berlubang seperti akibat lubang paku keling
atau baut, atau untuk batang berulir, luas penampang lintang yang
diredusir ( yang disebut luas netto ) digunakan dalam perhitungan.
Kekuatan batang tarik yang berlubang atau berulir bisa dituliskan
sebagai
Tu = FyAn

T=

FyAn
FS
= FtAn

Dimana, Tu = Kekuatan batas


Fy = Tegangan leleh
Ag = Luas bruto
An = Luas netto
FS = Faktor keamanan
Ft = Tegangan ijin
Harga FS yang sesuai bisa ditentukan dengan teori, kemungkinan atau
dari pengalaman sebelumnya. Yang terakhir telah biasa dipakai dalam
CV. MANDIRI JAYA

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

perencanaan struktur baja diman FS dasar untuk ragam keruntuhan yang


daktil ditetapkan sebesar 1.67 oleh spesifikasi AISC. Sehingga dari
persamaan diatas didapat tegangan ijin Ft ialah Fy/1.67 atau 0.60 Fy
Dalam perencanaan batang tarik yang harus diperhatikan adalah
mengenai keruntuhan ( retak ) pada batang, karena apabila pada suatu
batang terdapat lebih dari suatu lubang dan lubang lubang tersebut
tidak terletak pada suatu garis satu garis yang tegak lurus arah
pembebanan, aka banyaknya garis keruntuhan yang potensial akan lebih
dari satu. Dimana garis keruntuhan yang menentukan adalah garis yang
menghasilkan luas netto terkecil.

p
A

C B
p

Gambar 3. 1 Garis keruntuhan pada penampang netto


Batang tekan
Kalau

sebuah

batang

dibebani

pada

tekanan

maka

akan

menyebabkan sumbu batang dan garis tekan tidak pernah berimpitan


sama sekali, dimana akan terdapat juga suatu momen lengkung. Setiap
batang dapat ditunjukkan suatu beban kritis , dimana tidak mungkin
terdapat kesetimbangan. Beban ini disebut dengan beban tekuk
k
CV. MANDIRI JAYA

Pk
F
8

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

Dimana,

= kekuatan tekuk

Pk

= beban tekuk

= luas penampang

Semakin besar beban tekuk akan menyababkan garis tekan


menyimpang dari sumbu batang dan penyimpangan ini akan bertambah
sangat cepat, sehingga hal ini menyebabkan batang itu menekuk.
kekuatan tekuk ternyata bergantung kepada panjangnya tekuk dari
batang dan momen kelambaman minimal.

Dimana,

Im in
F

imin

imin

Imin

= momen kelambaman minimal

jari jari kelambaman minimal

Dan kelangsingan dari batang tekuk

Lk
= i min
Lk

panjang batang tekuk

Oleh karena tekanan dan sumbu batang pada sebuah batang tekan
yang dilakukkan tidak akan berimpitan seluruhnya, maka sangat penting
untuk mengambil kelangsingan tidak lebih dari =

250, sedangkan

harga harga untuk > 200 masih dapat dipakai hanya untuk batang
batang tekan dalam hubungan angin atau untuk batang batang dalam
apa yang dinamakan hubungan tekuk, dimana hanya bekerja gaya-gaya,
kalau konstruksi itu benar benar menekuk.
Batang

tekan

harus

direncanakan

sedemikian

rupa

sehingga

terjamin stabilitasnya ( tidak ada bahaya tekuk).

A
Dimana, N = gaya tekan pada batang
A = luas penampang batang

= tegangan dasar (tegangan ijin)


= factor tekuk yang tergantung dari kelangsingan () dan
jenis bajanya.(harga terdapat pada table 2, 3, 4, dan 5
PPBBI 84 halaman 11).
Gording
Dalam merencanakan gording, biasanya berupa sik atau channel.
Untuk

gording

berupa

sin,

digunakan

rumus

pendekatan

untuk

menentukan ukuran profil :


CV. MANDIRI JAYA

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

Ukuran siku pada bidang tegak lurus atap L/45

Ukuran siku pada bidang /atap L/60

1
WL
10

Momen maksimum pada gording =

Dimana, W = beban total pada gording ( termasuk angin )


L = bentang gording
Untuk penempatan gording, as gording melalui titik pertemuan batang
batang. Atau kadang-kadang,

titik atas gording berada pada garis

vertikal yang melalui titik pertemuan.


Dalam perencanaan gording harus diperhatikan :
a

Jarak gording yang dianjurkan.


Pada tepi atas dan tepi bawah atap, jarak gording diambil setengah
dari pada berikut :
Tabel 3.1. Tipe dan jarak gording maksimum
Tipe
SW

Jarak gording maksimum

G
22
SW
G

2,1 m

24

1,8 m

SW

1,4 m

1,0 m

26
SW
G
28
Sudut kemiringan minimum
Tabel 3.2. Sudut kemiringan minimum
Lebar

bentangan

1 sisi atap
Sudut

kemiringan

40
m

minimum
Pada sumbu Y adalah sumbu lemah , sehingga akibat uraian
gaya dalam arah sumbu Y, maka gording akan melendut besar. Untuk
memperkecil lendutan arah Y, perlu dipasang trekstang baja penampang
bulat ( berulir atau tidak ), yang menghubungkan gording satu dengan
yang lain. Antara gording teratas yang berada pada satu sisi atap dengan
CV. MANDIRI JAYA

10

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

gording teratas yang berada pada sisi lain atap, dihubungkan juga oleh
trekstang.
Biasanya jarak-jarak lubang pada gording ( untuk dilalui oleh trekstang )
diambil maksimum 7,5 cm.

Sambungan
Dalam konstruksi rangka-batang, batang-batang tarik dan desak
bertemu pada suatu titik yang dapat dihubungkan secara terpisah
dengan alat-alat sambung pada plat buhul atau bila dipakai las, las
memungkinkan menghubungkan batang-batang ini secara langsung
tanpa pemakaian plat tambahan.
Suatu sambungan dikatakan dibebani secara konsentris bila resultan
gaya (aksial) melalui sentroid kelompok alat sambung atau susunan las.
1 Sambungan baut dan paku keling
Karena tarikan awal yang ditimbulkan oleh paku keling dan baut
hitam adalah tidak tentu dan mungkin sangat kecil, maka dianggap tidak
ada tahanan geser pada bidang-bidang kontak, dan slip dapat terjadi
pada beban-beban geser yang rendah. Ini membawa paku keling atau
baut pada system dukung.
Paku keling dan baut hitam cocok untuk sambungan sambungan
tipe tarik untuk beban-beban statis dan tegangan untuk paku keling
berdasarkan luas tampang kotor dengan diameter nominal, dan untuk
baut berdasarkan luas yang ditentukan oleh diameter maksimum bagian
berulir.
Tegangan tegangan yang diizinkan dalam menghitung kekuatan baut,
menurut PPBBI Pasal 8.2.1 adalah sebagai berikut :
Tegangan geser yang diizinkan : = 0,6 .
Tegangan tarik yang diizinkan :

ta

= 0,7 .

Kombinasi tegangan geser dan tegangan tarik yang diizinkan :

2 1,56 2

Tegangan tumpu yang diizinkan :

tu

= 1,5 untuk s1 2a ...(1)

tu

= 1,2 untuk1,5 d s1 2d.(2)

Dimana :
CV. MANDIRI JAYA

11

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

s1

jarak dari sumbu baut yang paling luar ke tepi bagian yang

disambung.
d

s1

diameter

/ 1,5 ), dimana persamaan (1)

tegangan dasar (

menggunakan tegangan dasar dari bahan baut, sedangkan


persamaan (2) menggunakan tegangan dasar bahan yang
disambung.
Dan tegangan tegangan yang diizinkn dalam menghitung
kekuatan paku keling, menurut PPBBI Pasal 8.3.1 adalah :
Tegangan geser yang diizinkan : = 0,8 .
Tegangan tarik yang diizinkan :

ta

= 0,8 .

Kombinasi tegangan geser dan tegangan tarik yang diizinkan :

2 3 2

Tegangan tumpu yang diizinkan :

tu

= 2 untuk s1 2d ...(1)

tu

= 1,2 untuk1,5 d s1 2d.(2)


s

jarak dari paku keling yang paling luar

ke tepi bagian yang disambung

/ 1,5 ), dimana

tegangan dasar (

persamaan (1) menggunakan tegangan

=
2

diameter

dasar dari bahan baut, sedangkan


persamaan (2) menggunakan tegangan
dasar bahan yang disambung.

Sambungan las
Sambungan las terdiri dari lima jenis dasar las dengan pelbagai

macam variasi dan kombinasi yang banyak jumlahnya. Kelima jenis dasar
ini adalah sambungan sebidang (butt), lewatan(lap), tegak(T), sudut, dan
sisi.
2.3.2 Perencanaan kubah

CV. MANDIRI JAYA

12

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

Tegangan tegangan yang timbul pada suatu kubah cangkang dianalisis


dengan teori membran dari cangkang. Kubah diberi ciri oleh tiga
parameter geometric yang dinyatakan dengan :
R = jari jari kubah

= sudut antara garis normal dan sumbu vertikal, dan

= sudut horizontal

Gaya membrane pada setiap titik pada kubah meliputi gaya gaya
meridional

N dan gaya keliling N yang konstan untuk semua nilai ,

dengan sesuatu nilai tertentu. Komponen komponen gaya dapat


dihitung dengan :
N = g/R ( 1 + cos )
N = Qr/2
Dimana g adalah bobot mati cangkang perluas satuan permukaan dan q
adalah beban terpasang per luas satuan pada denah.

N = g/R .cos - 1 cos

N =
Cangkang

qR
cos 2
2
bulat

didesain

dengan

suatu

tinggi

rise)

sebesar

seperdelapan diameter dasar yang sesuai dengan suatu nilai = 284.


Karena cangkang ini dangkal, beban beban mati dan hidup dapat
dianggap terbagi secara merata diatas bidang permukaan. Untuk nilai
yang kurang dari 45, gaya keliling bersifat tekan sedangkan gaya
meridional bersifat tekan untuk semua nilai .

ql

Rkubah
qd
N

CV. MANDIRI JAYA

Penampang
Rdasar(Rd)

13

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

N
Denah

Gambar 3.2 Membran pada Cangkang Bulat


Kubah dangkal meneruskan desakan yang besar ke tumpuan dinding dan
dengan demikian balok cincin diberikan pada dasar kubah.
Tarikan melingkar pada balok cincin ditentukan dengan :
N = ( W/2) cos
Dimana W adalah beban total pada kubah yang dinyatakn sebagai
W = 2R2wd( 1 cos )
Dan Wd = beban total ( B.M + B.H ) per luas satuan permukaan

= sudut semi-sentral

kalau,
Pe = gaya prategang efektif yang diperlukan untuk melawan
tarikan melingkar.

= faktor kehilangan

fct = tegangan tekan yang diperkenankan pada beton pada saat


transfer
Ac = luas beton pada balok cincin
Maka,

Ac =

N
f ct

2.3.3 Perencanaan balok


Balok pada bagian atap menerima langsung beban beban dari
pelat atap, berat balok sendiri dan meneruskannya ke kolom. Balok lantai
selain memikul beban lantai dan berat sendiri balok, masih harus pula
memikul beban yang disebabkan oleh tembok yang berada di atasnya,
untuk selanjutnya diteruskan kebagian balok yang berada di bawahnya.
CV. MANDIRI JAYA

14

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

Untuk perhitungan tebal pelindung / selimut beton menurut SK SNI 1991


pasal 3.16.7 untuk balok adalah 40 mm. Sedangkan untuk perencanaan
lebar balok berdasarkan hubungannya dengan dmin

yang ekonomis,

yaitu hmin selimut beton. Dimana , h min = ( 1,5 s/d 2,0 )b.
Untuk komponen struktur satu arah yang tidak menahan atau
bersatu dengan suatu partisi atau konstruksi lain yang dapat rusak akibat
lendutan yang besar, dapat memakai persyaratan dalam table 3.1.
persyaratan ini merupakan batasan minimum dari dimensi komponen
struktur, kecuali bila perhitungan lendutan menunjukan bahwa ketebalan
( tinggi ) yang lebih kecil dapat digunakan tanpa menimbulkan pengaruh
yang merugikan. Dalam hal ini lendutan harus dihitung berdasarkan
metode

atau

formula

standar

untuk

lendutan

elastis,

dengan

memperhitungkan pengaruh retak dan tulangan terhadap kekakuan


komponen struktur.

Tabel 3.1. tebal minimum pratekan atau pelat satu arah bila lendutan
tidak dihitung
Tebal minimum, h

Komponen
struktur

Dua

Satu ujung

Kedua ujung

kantileve

tumpuan

menerus

menerus

Komponen tidak mendukung atau menyatu dengan


partisi atau konstruksi lain yang akan rusak karena
Lendutan yang besar

Pelat solit
satu arah
Balok atau
pelat jalur satu

L/20

L/24

L/28

L/10

L/16

L/18.5

L/21

L/8

arah
Sumber : SK SNI T-15-1991-03 tabel 3.2.5(a)

Nilai kelangsingan tersebut berlaku untuk beton normal dan tulangan


dengan fy = 400 Mpa ( 4000 kg/cm 2). Untuk fy yang lain dapat digunakan

0.4

faktor pengali

fy

700 yang akan menghasilkan nilai apapun.

Analisa dan Desain Balok


Diagram

regangan

dan

blok

tegangan

akibat

momen

lentur

suatu

penampang balok T dan L dapat dilihat sebagai berikut :

CV. MANDIRI JAYA

15

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

Dalam memikul beban, maka balok yang berbentuk huruf T dan L diatas
terdapat dua kemungkinan sifatnya, yaitu :
1

Bila sumbu netral lebih kecil atau sama dengan tebal slab t, balok
dapat dianalisis sebagai balok biasa dengan lebar balok sama dengan
lebar flens efektif be.

Bila letak sumbu netral jauh dibadan balok, a t, analisis harus


dilakukan dengan memperhatikan daerah tekan, bentuk penampang T.
Untuk kasus (1) : a t dan c 1t

Gambar 3.3 Ukuran penampang, distribusi regangan dan gaya internal


Keseimbangan gaya internal, C = T
0.85.fc.a.b = As.fy

As. fy
E . f ' c.b
a = 0,85
fy
dan = f ' c

As
Bila = Eb.d

Maka, momen nominal penampang :


be

Mn = As.fy.(d a/2)c = 0.003


0.85 fc
0.85 fc
Karena dalam kasus ini a t. penampang dianggap sebagai balok
Cf biasa
( berpenampang segiempat).

t
d
2
Mn ada= 0,85. fc. be.t.

( d hf/2)
(d a/2)

Setelah Mu dihitung dengan analisis struktur yang sesuai, kemudian


As

tetapkan :

s y
bw

Mn
Bila Mn

ada

Mn

perlu

perlu

Mu
=

Tegangan pada
Flens Mn1

Tegangan pada
Flens Mn2

, maka digunakan desain balok biasa.

Koefisien perlawanan Rn, dimana :

CV. MANDIRI JAYA

Cw

16

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

Rn = . fc . (1 0,59. )
Untuk menjamin penampang yang perkuatan kurang ( underreinforced ),
menetapkan batasan sebagai :
maks = 0,75 b
dengan

b = 1 .
Bila

0,85 f ' c

fy

600
. 600 fy

penampang tersebut adalah perkuatan berlebihan

( overrinforced). Umumnya tidaklah ekonomis mendesain balok dengan


penampang yang kecil, tetapi membutuhkan baja tulangan yang lebih
banyak. Tetapi, rasio tulangan tadi tidak boleh lebih kecil dari :

min

1 .4
fy
=

Dengan fy dalam satuan Mpa.


Batasan minimum ini berlaku untuk tulangan positif atau momen positif
( SNI 1991 Pasal 3.3.5 ), kecuali bila luas baja tulangan minimum yang
dipasang lebih besar daripada satu pertiga luas yang dibutuhkan menurut
anlisis.
As = . Bw.d
Untuk kasus (2) : a t dan c 1t
Bagian Flens
Mn = Asf.fy.(d t/2)
Dengan Asf adalah luas tulangan yang pada kondisi tegangan leleh fy akan
mengimbangi gaya tekan pada bagian flens gantung yang bertegangan
0,85fc.
Bagian Web
Luas tulangan sisanya, As Asf, pada kondisi tegangan leleh fy akan
diimbangi oleh bagian balok segiempat.
Mn = Asf.fy.(d t) + (As Asf).fy.(d a/2)
Harga momen ini harus dikalikan factor reduksi 0,8 untuk mendapatkan
kekuatan lentur rencana atau momen ultimit. Untuk menjamin daktilitas
yang baik, keruntuhan tarik lebih dikehendaki.
Perencanaan Geser
Kekuatan geser beton dengan atau tanpa tulangan adalah sama, yaitu
merupakan nilai gaya geser yang menyebabkan keretakan miring. Dalam

CV. MANDIRI JAYA

17

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

hal ini, tulangan geser dianggap hanya menahan kelebihan gaya geser
dari yang dapat ditahan oleh beton tanpa tulangan.
Langkah langkah perencanaan penampang terhadap gaya geser
adalah :
1

Hitung gaya gese terfaktor Vu pada penampang penampang kritis di


sepanjang batang / elemen.

Untuk suatu penampang kritis, hitung kekuatan geser beton Vc

1
Vc = 6

f ' c.

bw.d.

Vu
3 Hitung gaya geser nominal Vn =
2
4 Bila (Vn Vc) 3
2
Bila (Vn Vc) 3

f ' c.

f ' c.

bw.d ,ukuran balok diperbesar

bw.d ,tentukan jumlah tulangan geser untuk

menahan kelebihan tegangan.


Bila Vu Vc, gunakan tulangan geser minimum Vu = Vn
Dimana,
Vu

gaya geser terfaktor yang bekerja pada penampang yang

ditinjau
Vn =

kuat geser nominal = Vc + Vs

Vc =

kekuatan geser nominal yang diberikan oleh beton

Vs =

kekuatan geser nominal yang diberikan oleh tulangan

badan
Bila Vu Vc,hitung tulangan geser struktural dengan tulangan geser

Vu

Vc

d . fy
Av =
5) Untuk kondisi tersebut diatas, berlaku ketentuan sebagai berikut :
a

Jika Vu Vc, perlu tulangan badan/sengkang dengan gaya yang


harus ditahan oleh sengkang sebesar :

Vu
Vc

Vs =
Av . fy.d
s
Untuk sengkang vertikal, Vs =
CV. MANDIRI JAYA

18

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

Vu

Vc .s

fy.d
Av =
Av. fy.d .(sin cos )
s
Untuk sengkang miring, Vs =
Vu

Vc .s

Av = fy.d .(sin cos )


Untuk tulangan miring, Vs = Av.fy.sin
Khusus untuk tulangan miring, harga Vs harus lebih kecil dari :

1
4
dengan : s =
=

f ' c.

bW.d

jarak sengkang
sudut kemiringan sengkang

Nilai Vs dari kedua persamaan di atas, harus lebih kecil dari :

2
3
b

f ' c.

bW.d

Jika Vu Vc, dan jika Vu Vc, secara teoritis tidak perlu


tulangan badan, tetapi hanya disarankan sengkang minimum.

Jika Vu Vc, tidak memerlukan sengkang.


Tulangan geser minimum :

bW .S
Minimum Av = 3. fy
Berdasarkan SNI 1991 pasal 3.4.5 butir 4, jarak tulangan geser harus
mengikuti ketentuan sebagai berikut:
1

Jarak tulangan geser yang dipasang tegak lurus terhadap sumbu


aksial komponen struktur tidak boleh melebihi d atau 600 mm
S

maks

= d atau

maks

= 600 mm.

Sengkang miring dan tulangan longitudinal yang dibengkokkan harus


dipasang dengan jarak sedemikian rupa sehingga setiap garis miring
45, yang ditarik dari tengah tinggi komponen d ke tulangan
longitudinal, harus memotong setidak-tidaknya satu tulangan geser.

CV. MANDIRI JAYA

19

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

1
3 Bila Vs > 3

f 1c.bW .d

, jarak sengkang dari ketentuan diatas harus

dibuat dua kali lebih rapat.

2.3.4 Perencanaan pelat lantai


Menurut SK SNI T-15-1991-03 hal. 18: tebal dari plat yang menghubungkan
tumpuan pada semua sisinya harus memenuhi:

fy

Ln 0,8

1500

1
36 5 m 0,12 1

h =
tetapi tidak boleh kurang dari:

fy

Ln. 0,8

1500

36 9
hmin =
dan tidak perlu lebih dari:

fy

Ln. 0,8

1500

36
hmaks =
.
Dalam segala hal, tebal minimum plat tidak boleh kurang dari harga
berikut:
Untuk m < 2,0 . 120 mm
Untuk m 2,0 . 90 mm
Menurut SK SNI 1991 mengizinkan pengikutan pada setiap sisi dari badan
balok untuk bekerja sebagai bagian dari balok. Lebar bagian slab yang
dianggap bekerjasama dengan balok membentuk penampang balok
berflens, harus memenuhi persyaratan berikut ( SNI Pasal 3.1.10 ) :
Balok T
Lebar balok efektif be 16t + bW
be Ln + bW
be L
Balok L
Lebar efektif be 16t + bW
be 0.5.Ln + bW
be 1/12 L + bW

CV. MANDIRI JAYA

20

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

Untuk balok tunggal yang flensnya diperlukan hanya untuk menambah


daerah tekan, tebal flens ini tidak boleh kurang dari kali lebar badan
balok , dan lebar efektif flens tidak lebih dari 4 kali lebar badan balok.
T 0.5.bw dan be 4.bw
Momen inersia dari penampang balok dengan flens terhadap sumbu pusat

adalah:

K.

Ib =

1
.bW .h3
12

Dimana : K = suatu ketetapan tanpa dimensi sebagai fungsi dari

be

1
bW

dan

be t

1 4 6

bW
h

t
h

t
t
4.
h
h
be t
1
bW
h

be t
1
b
W
h

dimana, h = tinggi total balok


t = tebal total pelat
be = lebar efektif flens
bw = lebar badan balok

1
.L.t 3
Momen inersia tiap panel / pelat adalah Is = 12
Rasio kekakuan lentur balok ( Ecb . Ib ) terhadap kekakuan lentur portal
( Ecs . Is ) dengan lebar yang dibatasi dalam arah lateral oleh sumbusumbu dari panel yang berbatasan ( bila ada ) pada tiap sisi balok, yaitu:

Ecb.Ib
= Ecs.Is ;

Ecb = modulus elastisitas balok beton


Ecs = modulus elastisitas pelat beton
dianggap Ecb = Ecs.

Dan nilai rata-rata dari untuk semua balok dari suatu panel :

= n

LL
perbandingan dari bentang panjang dan bentang pendek = Ls

CV. MANDIRI JAYA

21

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

dimana, LL = panjang bersih bentang terpanjang dari panel

Ls = panjang bersih bentang terpendek dari panel

Tebal pelat direncanakan, kemudian dikontrol dimana:


hmin h hmaks
Untuk memungkinkan penentuan nilai momen-momen dari masingmasing arah pelat diberikan table koefisien momen lentur. Setiap panel
pelat dianalisis tersendiri berdasarkan kondisi tumpuan bagian tepinya.
Tepi-tepi ini dapat dianggap terletak bebas, terjepit penuh, atau terjepit
elastis. Jepitan penuh terjadi bila penampang pelat diatas tumpuan
tersebut tidak dapat berputar sudut akibat pembebanan pada pelat. Hal ini
terjadi, misalnya apabila bagian tepi pelat menjadi satu kesatuan monolit
dengan balok pemikul yang relatif sangat kaku, atau apabila penampang
pelat

dii

atas

tumpuan

itu

merupakan

bidang

simetri

terhadap

pembebanan dan terhadap dimensi pelat. Jepitan elastis terjadi bila bagian
pelat tersebut menjadi satu kesatuan monolit dengan balok yang relatif
tidak terlalu kaku dan sesuai dengan kekakuannya memungkinkan pelat
tersebut untuk berputar sudut pada tumpuannya. Sedangkan, tepi tepi
pelat yang menumpu atau tertanam di dalam tembok bata, harus
dianggap sebagai tepi yang terletak yang bebas.
Untuk analisis momen pelat digunakan metode Tabel Marcus.

2.3.5 Perencanaan kolom


Sebagai bagian dari suatu kerangka bangunan, kolom menempati
posisi penting di dalam sistem struktur bangunan. Kegagalan kolom akan
berakibat langsung pada runtuhnya komponen struktur lain yang
berhubungan dengannya, atau bahkan merupakan batas total keseluruhan
struktur bangunan. SK SNI T15-1991-03 memberikan defenisi, kolom
adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga
beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang
paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.
Untuk menaksir perencanaan kolom, ditinjau kolom yang dianggap
memikul kolom beban gravitasi terbesar. Beban yang dipikul menurut
PPIUG 1983 hal 11,12,dan 17 adakah sebagai berikut :
Berat beban hidup untuk gedung
CV. MANDIRI JAYA

250

Kg/m
22

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

pertemuan..
Berat volume beton

240

bertulang

Berat plafond +

11

Kg/m
2

Kg/m
2

ducting..
Berat penutup lantai ( finishing lantai )

24

Kg/m
2

Berat dinding pasangan batu merah

250

Kg/m
2

( bata )..
Kontrol pembebanan :

Menurut SNI 1991 Pasal 3.2.2.1, kuat perlu untuk menahan beban mati DL
dan beban hidup LL paling tidak harus sama dengan :
U = 1,2 DL + 1,6 LL
Menurut SNI 1991 Pasal 3.3.3.5.1, kuat tekan rancang komponen struktur
tidak boleh lebih dari :
Pnmaks = 0,85 ((0.85fc(Ag Ast)) + fy.Ast)
Dim

ana,

factor reduksi = 0,65 .SNI 1991

hal. 15
f

kuat tekan beton yang

diisyaratkan

c
f

tegangan leleh yang diisyaratkan

luas penampang bruto

luas tulangan = t.Ag

y
A
g
A
s
t

rasio tulangan untuk luas total


tulangan,

t
=

Ast/(bh)

0.02

Syarat :
U Pnmaks
Dalam analisis, kolom ujung atas ( kepala ) dan kolom ujung bawah
ditahan terhadap goyangan atau biasa disebut braced frame. Bila dalam
suatu bangunan selain portal terdapat dinding dinding atau struktur inti
terhadap gerak transverse relatif tinggi dibanding dengan portal, maka
struktur demikian dikatakan struktur dengan pengaku
CV. MANDIRI JAYA

( braced frame ).
23

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

Beban kritis atau beban tekuk


Beban kritis atau beban tekuk pada sebuah kolom adalah :

Pc =
Denga

2 EI
2
lc

Pc

= Beban tekuk

EI

= Kekakuan kolom

lc

= Panjang tekuk = k.lu

lu

= Panjang kolom yang tidak ditopang, dimana

n,

harus ditetapkan sebagai panjang antara


muka lantai /balok dengan bagian bawah dan
kolom bagian atas atau muka lantai / balok
bagian dan kolom bagian bawah.
k

= Suatu factor dimana untuk struktur kolom


dengan pengaku 1, bergantung pada tingkat
jepitan kolom pada sambungan balok.
Nilai k = 1 harus ditetapkan, bila melalui
suatu perhitungan tidak menghasilkan nilai
yang lain. Pada grafik alignment ( diagram
nomogram) dimana factor k merupakan fungsi
dari .

EI k
lk

=
Kekakuan relatif

EI k
lk

Untuk struktur pengaku, pebandingan kekakuan balok terhadap kolom


lebih dipentingkan daripada keseluruhan kekakuann yang sebenarnya.
Dengan demikian, untuk struktur dengan pengaku dianggap sebagai
berikut

Untuk kolom

Ec

Ig

Eik =
Dengan
,

CV. MANDIRI JAYA

Ec

1 d

= modulus elastisitas beton,menurut SNI Pasal


3.1.5.1

24

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

= 4700
Ig

f 'c

Mpa

= momen inersia penampang beton utuh dan


diandaikan tak bertulang, untuk kolom
berpenampang persegi

1 3
bh
= 12
d

= Adalah faktor yang menunjukkan hubungan


antara beban mati ( sendiri ) dan beban
keseluruhan

Beban mati selalu ada dan permanen. Beban permanen menimbulkan


gejala rangkak yang akan mengakibatkan kekakuan EI menurun. Kolom
yang umumnya dibebani beban mati relatif besar mempunyai EI relatif
kecil, dibanding dengan kolom yang terutama diberi beban hidup.

Bila d semakin meningkat, maka EI akan menurun. Dalam bentuk rumus,

1,2 DL
1,2 DL 1,6 LL

Untuk balok bertulangan ( tarik lentur ) tunggal bentuk pendekatan yang

Ec I g

5
aman adalah EI = 1 d
Memperkenankan pengabaian hitungan kelangsingan, bila persyaratan
dibawah ini memadai, yaitu

M1
k.lu

M
2
r 34 12.
Dengan, r = Radius girasi dalam arah lentur dan boleh dianggap sebesar
r = 0,3h ( penampang persegi )

Pada sumbu vertikal dinyatakan nilai

Pu
. Agr. 0.85. f ' c

. Nilai ini adalah suatu

besaran yang tidak berdimensi, dan ditentukan baik oleh faktor beban
aksial maupun mutu beton serta ukuran penampang.

CV. MANDIRI JAYA

25

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

Pada sumbu horizontal dinyatakan nilai

Pu
et
. Agr. 0.85. f ' c h
.
, inipun

merupakan suatu besaran yang tidak berdimensi. Dalam et, telah

Mu
diperhitungkan eksentrisitas e = Pu
Bila dari suatu perhitungan ditunjukkan bahwa pada kedua ujung
kolom tidak terdapat momen, atau eksentrisitas yang didapat kurang dari
(15 0.03h)mm, maka untuk M 2 harus didasarkan pada suatu eksentrisitas
minimum sebesar(15 0.03h).
Besaran pada kedua sumbu dapat dihitung dan ditentukan,
kemudian suatu nilai r dapat dibaca. Penulangan yang diperlukan adalah
.r, dengan bergantung pada mutu beton sesuai yang ditunjukkan pada
grafik dalam.
Untuk kolom yang diperkenankan menganggap faktor reduksi
kekuatan = 0,65 untuk harga Pu 0.10.Agr.fc, sedangkan untuk harga
Pu = 0 nilai ditingkatkan secara linear menjadi = 0,80.

6. Perencanaan portal
Di dalam perencanaan konstruksi, Analisa momen lentur portal akibat
beban beban vertikal dapat dilakukan dengan metode analisa gempa
respon spektrum yang sepenuhnya dianalisis oleh program SAP2000
dengan

hanya

menginput grafik

percepatan

terhadap

waktu

pada

pembagian wilayah/zone gempa di Indonesia.

7. Perencanaan tangga
Direncanakan sebagai konstruksi tangga melayang ( free standing stairs).
Anggapan anggapan yang digunakan yaitu tumpuan bawah dari pelat
tangga dianggap terjepit dan tumpuan bagian atas adalah sendi. Pelat
tangga pada bagian atas menumpu pada balok bordes membagi beda
elevasi lantai atas 2 bagian yang sama. Didalam bordes dianggap ada
balok yang berfungsi menahan momen puntir yang terjadi.

2.4 Analisa dan Perencanaan Substruktur


a. Pemilihan jenis pondasi
Dalam merencanakan suatu bangunan, gedung, jembatan, jalan raya
dan pelabuhan serta bangunan sipil lainnya, diinginkan suatu bangunan
yang ekonomis yaitu, : bangunan-bangunan dengan biaya yang minimum
CV. MANDIRI JAYA

26

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

tetapi cukup kuat dan tahan lama sesuai dengan fungsi bangunan itu
sendiri. Untuk memenuhi keadaan diatas perlu adanya pengetahuan tentang
ilmu keteknikan, hampir disetiap bangunan bangunan sipil terdiri atas 2
bagian utama, yaitu :

Superstruktur meliputi, bangunan sebelah atas dari muka tanah.


Substruktur meliputi, bangunan yang terletak dibawah muka tanah
yang menunjang berdirinya bangunan atas, yang selanjutnya akan
diuraikan pada pembahasan tentang pondasi.
Dalam memilih pondasi yang memadai, perlu diperhatikan apakah

pondasi itu cocok untuk berbagai keadaan dilapangan memungkinkan


diselesaikan secara ekonomis sesuai dengan jadwal kerjanya. Bila keadaan
tersebut turut dipertimbangkan, maka dalam menentukan jenis pondasi
yang akan digunakan perlu diperhatikan batasan batasan sebagai
berikut :

Keadaan tanah dasar pondasi

Batasan batasan akibat dari beban bangunan atas

Batasan batasan dengan keadaan sekitarnya

Waktu dan biaya pekerjaan

Keadaan tanah dasar pondasi


Keadaan tanah dasar pondasi merupakan factor utama yang harus
diperhatikann dalam menentukan jenis pondasi yang akan digunakan.
Misalnya, jika tanah harus berada dekat permukaan tanah dan mampu
memikul beban beban yang terjadi maka pondasi dapat langsung
dibangun di atas tanah tersebut. Tetapi apabila kondisi tanah yang
tidak memungkinkan untuk menahan gaya gaya yang terjadi akibat
beban, misalnya ; terjadi penurunan yang besar maka diperlukan suatu
konstruksi seperti tiang pancang atau kaison untuk meneruskan gaya
tersebut ke lapisan tanah yang lebih dalam dan mampu memikul gaya
gaya yang terjadi sepenuhnya.

Batasan batasan akibat dari beban bangunan atas, yaitu :

Kondisi beban, mis : besar penyebaran dam arahnya

Sifat dinamis bangunan atas, mis : kekakuannya

Fungsi dari bangunan tersebut, mis : bangunan yang direncanakan


tidak memperbolehkan terjadinya penurunan, maka seringkali biya
pembuatan pondasinya menjadi amat tinggi, tergantung pada jenis
pondasi yang digunakan

Batasan batasan dengan keadaan sekitarnya


Pada

situasi

dimana

kondisi

lingkungan

tidak

memungkinkan

pelaksanaan salah satu jenis pondasi. Khususnya bila pekerjaan


CV. MANDIRI JAYA

27

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

konstruksi yang dilaksanakan di dalam kota dapat mengganggu


ketertiban umum.

Waktu dan biaya pekerjaan


Pembatasan waktu yang diberikan dalm mengerjakan suatu bangunan
dituangkan dalam time schedule. Oleh sebab itu, jenis pondasi yang
akan digunakan perlu disesuaikan dengan waktu yang ditentukan.
Demikan pula dengan biaya pekerjaan.
Berdasarkan batasan batasan diatas dan kedalaman tanah dasar
maka pondasi dapat dibedakan atas dua jenis :
a. Pondasi dangkal, digunakan apabila keadaaan tanah dasarnya dapat
menahan beban-beban yang terjadi pada bangunan atas dan letaknya
tidak dalam
D B , D 5B
b. Pondasi

dalam,

digunakan

apabila

keadaaan

tanah

dasar

didekat

permukaan tidak memenuhi persyaratan dan tanah dasar dengan kualitas


yang baik terletak jauh dari permukaan tanah
Penggunaan pondasi dalam dilaksanakan, walaupun keadaan tanah
dasar didekat permukaan tanah cukup memenuhi , tetapi ditinjau dari segi
fungsi bangunan tersebut untuk melayani masyarakat umum, misalnya

rumah sakit, perpustakaan ,dll.


D 4 s/d 5b

b.

Penyelidikan tanah
Penyelidikan kondisi bawah tanah di tempat merupakan pra syarat

bagi perencanaan elemen bangunan bawah ( substructure). Selain itu,


informasi yang memadai diperlukan untuk pengkajian kemungkinan
( feasibility) dan ekonomi dari proyek yang di usulkan.
Elemen elemen penyelidikan lapangan sangat bergantung pada jenis
proyek tetapi umumnya harus memberikan :
1 Informasi untuk menentukan jenis pondasi yang diperlukan ( dangkal
atau dalam )
2 Informasi

yang

memungkinkan

konbsultan

geoteknik

membuat

rekomendasi mengenai kapasitas beban yang diijinkan pada elemen


pondasi atau tanah ( atau tanah ).
3 Data / pengujian laboratorium yang memadai untuk menaksir penurunan
( settlement )

CV. MANDIRI JAYA

28

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

4 Letak muka air tanah ( atau penentuan apakah muka air tanah berada
dalam daerah konstruksi )
5 Informasi untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah penggalian
( papan turap dan pengeluaran air )
6 Identifikasi masalah yang potensial ( penurunan , retak-retak, dan lain
sebagainya)
7 Identifikasi masalah lingkungan dan pemecahannya.
Agar bangunan dapat berdiri dengan stabil dan tidak timbul penurunan
(settlement) yang terlalu besar, maka pondasi bangunan harus mencapai
lapisan tanah yang cukup padat, untuk mengetahui letak/kedalaman lapisan
tanah padat dan kapasitas daya dukung tanah ( bearing capacity) yang di
izinkan,

maka

perlu

dilakukan

penyelidikn

tanah

yang

mencakup

penyelidikan dilapangan (lokasi rencana bangunan) dan penelitian di


laboratorium.
Penyelidiakn lapangan yang paling umum dilaksanakan adalah :
1

Pemboran ( Driling )

Pengambilan Contoh Bahan Tanah ( Soil Sampling )

Pengujian Penetrasi ( Penetration Test )

1). Pemboran ( Drilling )


Pemboran merupakan bagian yang penting dari penyelidikan tanah,
dari pemboran dapat diketahui lapisan lapisan tanah dibawah lokasi
rencana bangunan, dan dari lubang bor ( boreholes ) dapat diperoleh
contoh contoh tanah yang diperlukan untuk penyelidikan tanah
selanjutnya di Laboratorium Mekanika Tanah.
2). Pengambilan Contoh Bahan Tanah
pengambilan contoh bahan dilaksanakan untuk mendapatkan contoh
tanah tidak terusik ( undisturbed soil sample ) dan contoh tanah
terusik ( disturbed soil sample )
a

Contoh tanah tidak terusik


Contoh tanah tidak terusik adalah contoh tanah yang masih
menunjukkan sifat asli ( alamiah dari tanah di tempat asalnya), jadi
belum mngalami perubahan struktur, kepadatan/ikatan antar butir
tanah, kadar air atau susunan kimianya.
Contoh tanah tidak terusik dari tanah kohesif sangat berguna untuk
penelitian kekuatan ( kuat geser dan kohesi ), kompresibilitas dan
permeabilitas, tiga sifat teknik yang penting untuk perencanaan
pondasi.

Contoh tanah terusik

CV. MANDIRI JAYA

29

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

Contoh tanah terusik adalah contoh tanah yang diambil tanpa


usaha mempertahankan sifat sifat asli tanah, dan biasa hanya
digunakan untuk penelitian / analisa distribusi ukuran butiran, batas
Atterberg ( batas cair dan index plastisitas), klasifiakasi tanah dan
pengujian tanah di laboratorium.

3 Pengujian penetrasi
Pengujian penetrasi yang dilaksanakan dapat dibagi menjadi pengujian
Penetrasi Statis dan Pengujian Penetrasi Dinamis.
a Pengujian Penetrasi Statis
Pengujian penetrasi statis yang umum dilaksanakan di Indonesia
dengan menggunakan alat sondir ( Dutch Static Penetrometer ),
cara kerjanya ialah ujung alat sondir yang berupa konus ditekan
masuk kedalam tanah, gaya yang digunakan untuk menekan konus
sondir ke bawah diukur dengan suatu alat pengukur tekanan
( manometer gauge ) yang menunjukkan nilai tahanan konus
dalam kg/cm2, nilai tahanan konus sondir yang terbaca pada
lapisan tanah yang dijumpai.
b

Pengujian Penetrasi Dinamis


Pengujian penetrasi dinamis banyak dikerjakan di Amerika Serikat
dan terkenal dengan sebutan SPT (Standar Penetration Test), prinsip
cara kerjanya ialah tabung silinder contoh standar ( standard split
spoon

sampler

dipukul

masuk

kedalam

tanah

dengan

menggunakan alat penumbuk seberat 140 pound ( 63,5 kg ) yang


dijatuhkan dari ketinggian 30 inch ( 76 cm ), dan dihitung banyak
pukulan yang diperlukan untuk menumbuk masuk tabung silinder
sedalam 1 foot ( 30,5 cm ) yang ditentukan sebagai nilai N dengan
satuan pukulan /kaki ( blows per foot )

Faktor utama dalam perencanaan pondasi


Ada 2 (dua) hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan pondasi :
Daya dukung tanah dibawah pondasi
Daya dukung tanah adalah tegangan maksimum yang dapat dipikul
oleh tanah tanah tersebut tanpa terjadinya kelongsoran. Bila beban diatas
pondasi ditambah sedikit demi sedikit maka pondasi akan turun, yang
akhirnya terjadi kelongsoran. Besarnya beban ini disebut beban longsor dan
tegangan yang terjadi akibat beban longsor disebut beban longsor dan
tegangan

CV. MANDIRI JAYA

yang

terjadi

akibat

beban

longsor

disebut

daya

dukung

30

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

keseimbangan dari tanah ( ultimate bearing capacity) dan keadaan tanah


pada saat air berada pada kondisi plastis.
Daya dukung tanah yang diizinkan :

daya dukung tan ah keseimbang an


faktor keseimbang an
Daya dukung tanah keseimbangan dapat ditentukan dengan beberapa
metode. Salah satu diantaranya dikembangkan oleh Karl Terzaghi dengan
anggapan bahwa

: dasar pondasi kasartidak ada gerakan mendatar

tanah

kekuatan

geser

yang

terletak

diatas

dasar

pondasi

tidak

diperhitungkan), tanah merupakan bagian dari pondasi.

Penurunan pondasi
Dalam hal ini penurunan pondasi sudah tidak diperhitungkan karena

tanah sudah mengalami pemadatan akibat bangunan sebelumnya

2.4.1 Pengertian pondasi telapak


Pondasi telapak yang memiliki beban sebuah kolom tunggal dinamakan
pondasi telapak sebar, karena fungsinya adalah untuk menyebarkan beban
kolom secara lateral kepada tanah, supaya intensitas tegangan di turunkan
ke suatu nilai yang dapat dipikul oleh tanah dengan aman.
Pondasi telapak umumnya dibangun diatas tanah pendukung pondasi
dengan

membuat

suatu

tumpuan

yang

bentuk

dan

ukurannya

(dimensinya) sesuai dengan beban bangunan dan daya dukung tanah


pondasi itu. Pondasi itu bersatu dengan bagian utama bangunan sehingga
merupakan suatu kesatuan konstruksi yang monolit.
Pondasi telapak direncanakan untuk menahan beban mati penuh yang
dihantarkan oleh kolom. Kontribusi beban hidup dapat merupakan baik
jumlah penuh untuk bertingkat satu atau bertingkat dua maupun sebuah
nilai

terduksi,

seperti

yang

diperbolehkan

oleh

peraturan

bangunan

setempat untuk konstruksi bertingkat banyak.


Mekanisme pendukung pondasi langsung, berdasarkan pada prinsip
bahwa beban vertikal dan momen yang bekerja pada pondasi, sebagian
besar ditahan oleh daya dukung ( bearing capacity) tanah pondasi pada
dasar pondasi, dan beban mendatar sebagian besar oleh hambatan geser
( sliding resistance ) dari dasar pondasi. Jika pondasi ini tertanam dalam,
geseran atau tekanan tanah di muka pondasi juga ikut menahan beban,
tetapi bila pondsi ini tertanam dangkal, gaya penahan ini umumnya kecil
dan tanah di muka pondasi kadang kadang akan mengalami pengikisan

CV. MANDIRI JAYA

31

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

dan pengaruh cuaca, sehingga dalam perencanaan, gaya penahan ini


diabaikan.

2.4.2 Dasar pertimbangan pemilihan pondasi


Basarnya hambatan konus pada kedalaman tanah tertentu, daya
dukung tanah dapat diperoleh dan jenis pondasi yang digunakan dapat di
tentukan.
Berdasarkan analisa penyelidikan tanah dan beban beban yang terjadi
pada bangunan, maka pondasi yang digunakan adalah pondasi telapak.

2.4.3 Dasar dasar perencanaan pondasi telapak


Pondasi telapak harus direncanakan sedemikian rupa sehingga
keadaan keadaan berikut ini dapat dipenuhi.
a

Struktur secara keseluruhan adalah stabil dalam arah vertikal, arah


mendatar dan terhadap guling.

Pergeseran bangunan,( besarnya penurunan, sudut kemiringan dan


pergeseran mendatar ), harus lebih kecil dari nilai yang diizinkan bagi
bangunan atas. Pada pondasi telapak biasa, pergeseran ini tidak
dihitung.

Bagian bagian pondasi harus memiliki harus memiliki kekuatan yang


diperlukan.

Pembebanan
Beban yang terjadi pada bangunan atas, yang dilimpahkan pada pondasi
meliputi :
a

Beban mati
Semua beban yang berasal dari berat bangunan dan/atau unsur
bangunan, termasuk segala unsur tambahan tetap yang merupakan satu
kesatuan dengan konstruksi.

Beban hidup
Semua beban yang tidak tetap yang akan membebani bangunan
dan/atau unsur bangunan tidak termasuk beban angin, beban gempa
dan pengaruh pengaruh khusus, mis : akibat selisih suhu, penurunan
pondasi dll. Semua beban pada bangunan dan atau unsur bangunan
yang disebabkan oleh pengaruh gempa.
Pondasi telapak harus direncanakan sedemikian rupa sehingga keadaankeadaan berikut ini dapat dipenuhi.
CV. MANDIRI JAYA

32

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

Kekuatan tanah dan tegangan tanah dibawah pondasi

Kekuatan geser

Penulangan lentur yang disediakan

Pnjangkaran kedalam pondasi, atau pemindahan beban dari kolom


ke pondasi

Penjaluran tulangan

1 Kekuatan dan Tegangan Tanah


Karakteristik

tanah

untuk

setiap

daerah

sangat

bervariasi,

tergantung pada jenis geologi, proses sedimentasi, pola transportasi,


dan sebagainya. Sifat sifat fisik dan juga tingkah laku tanah terhadap
pembebanan tidak dapat diketahui dengan pasti dan memerlukan
pemeriksaan atau tes yang teliti. Melalui studi mekanika tanah, daya
dukung ultimit dari lapisan tanah dapat ditentukan. Selanjutnya,
kapasitas daya dukung izin yang dipakai untuk desain diperoleh dengan
cara membagi nilai daya dukung ultimit itu dengan angka keamanan
tertentu.
Dalam

perencanaan,

terdistribusi
trapesium

merata untuk
atau

segitiga

biasanya

tegangan

pembebanan
untuk

tanah

sentris dan

pembebanan

diasumsikan
terdistribusi

eksentris.

Untuk

perhitungan momen pada pondasi setempat, asumsi tegangan merata


semacam ini biasanya akan aman. Tegangan izin tanah qa umunya
dihitung berdasarkan beban kerja, sementara perencanaan pondasi
berdasarkan kekuatn ultimit.
Untuk pendugaan daya dukung tanah pada pondasi telapak dapat
digunakan formulasi Meyerhoff berikut ini.

qa

N
5

qa

N B 0.3

8
B

B 1.20 meter
2

B 1.20 meter
qa = Daya dukung ijin ( kg/cm2 )

Dimana :

= Nilai SPT, nilai pendekatan

qc
4

Qc = Hambatan konis alat sondir ( kg/cm2 )


B = Lebar rencana pondasi telapak ( m )

2 Kekuatan geser

CV. MANDIRI JAYA

33

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

Pada pelat dan pondasi telapak, kuat geser terhadap beban


terpusat, ditentukan oleh kondisi aksi balok dan aksi dua arah. Untuk
aksi balok, tarik diagonal harus diperiksa dengan menggunakan
tegangan izin slab satu arah, yaitu

Vc
Dimana,

fc
bw
d

1
= 6

f ' c.bw .d

= kuat tekan beton


= lebat balok
= tinggi efektif balok

Kondisi ini biasanya menentukan untuk pondasi telapak yang panjang


dan sempit.

3 Penulangan lentur
Desain penulangan yang layak akan selalu menghasilkan kekuatan
penampang dengan perkuatan-kurang (underreinforced), dengan jenis
keruntuhan tarik. Titik kritis untuk momen terletak pada masing
masing muka kolom, dan memerlukan tulangan bawah dua arah.
Perhitungan momen dapat dilakukan dengan mudah, dengan meninjau
jenis distribusi tegangan tanahnya. Banyaknya tulangan pada masingmasing arah harus mampu menahan momen pada arah itu, dan dapat
dimengerti bahwa tulangan dalam arahy misalnya dapat berguna pula
untuk mencegah perubahan tulangan dalam arahx dan sebaliknya.
Pada pondasi bujur sangkar, karena besarnya momrn pada kedua
arah x dan y adalah sama, tinggi efektif yang lebih kecil sebaiknya
digunakan untuk perhitungan. Pada pondasi bujur sangkar, pemakaian
tulangan yang sama pada kedua arah dapat berguna untuk mencegah
kesalahan penempatan di lapangan.
Untuk pondasi segiempat dua arah, sebagian tulangan total yang
diberikan harus tersebar merata dalam suatu lebar jalur ( sumbunya
berimpit dengan sumbu kolom atau pedestal ) yang sama dengan
panjang ari sisi pendek pondasi telapak. Sisa tulangan yang dibutuhkan
dalam arah pendek harus disebarkan merata diluar lebar jalur tersebut.

Tulangan pada lebar jalur


2

Tulangan total arah memendek 1


Banyaknya

tulangan

minimum

diatur

menurut

1,4/fy

atau

alternatifnya luas tulangan As paling sedikit harus lebih besar 4/3 dari
yang diperlukan menurut analisis.

CV. MANDIRI JAYA

34

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

4 Pemindahan gaya-gaya pada dasar kolom


Pemindahan gaya dan momen dari kolom ke pondasi telapak
diusahakan melalui beton, dan mungkin dengan tulangan, atau melalui
pasak, ataupun alat sambung mekanis. Teganagn yang terjadi pada
beton, yaitu pada bidang kontak antara kolom ( elemen struktural yang
ditumpu ) dan pondasi tidak boleh melampaui kekuatan dukung
rencana beton 0,85 fc A1( lihat Pasal 3.3.15 SNI T15-1991-03).
Kekuatan dukung rencana beton ini boleh ditingkatkan dengan
factor

A2 / A1 bila permukaan pendukung lebih lebar dari permukaan

beban pada semuanya sisinya, tetapi nilai faktor

A2 / A1 tidak

boleh

lebih dari 2.A1 adalah luas daerah yang dibebani. A2 adalah luas
maksimum

dari

sebagian

permukaan

pendukung

yang

secara

geometris serupa dan konsentris dengan daerah yang dibebani.


Pn = 0,85.fc.A1
Pn = 0,85.fc.A1

A2 / A1

Tulangan pasak/dowel, ataupun alat sambung mekanis antara elemen


struktur yang ditumpu dan yang mendukung harus cukup untuk
memindahkan :
a

Semua gaya tekan yang melampaui kekuiatan dukung beton dari


kedua elemen tersebut

Semua gaya tarik pada bidang kontak

5 Penjaluran tulangan
Dalam SNI T-15-1991-03 Pasal 3.5.3, panjang penjaluran dasar ldb
harus diambil sebesar :

ldb = ( 0,25.fy.db ) / fc
dengan, ldb = panjang penjaluran dasar
db

= diameter tulangan

Ab = luas penampang satu tulangan


Fy

= kuat leleh baja

Fc = kuat tekan beton

CV. MANDIRI JAYA

35

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

Pada pondasi kolom tunggal, panjang penjaluran adalah dari muka kolom ke tepi
pondasi di kurangi tebal beton.

BAB III
METODE PELAKSANAAN FISIK
3.1

UMUM
Kontaktor harus mempersiapkan semua bahan-bahan untuk beton dan
harus mencetak, mencampur, mengecor, memperbaiki, menyelesaikan
dan melaksanakan semua pekerjaan insidentil lainnya pada semua
konstruksi beton.
Semua bahan dan konstruksi, kecuali ditentukan lain, harus sesuai dengan
reviasi terakhir dari standar berikut :
-

Peraturan bangunan Nasional dan pelengkap.

CV. MANDIRI JAYA

36

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

Undang-undang

dan

peraturan-peraturan

pemerintah

dibidang

perumahan.
-

Peraturan umum untuk bahan bangunan. NI 3.

Peraturan beton bertulang Indonesia, PBI, 1971 NI 2.

Bilamana peraturan-peraturan tersebut diatas bukan merupakan syaratsyarat

yang

dapat

dipergunakan,

maka

pelaksanaan

konstruksi

berdasarkan 1973 Edition of the Uniform Building Code yang diterbitkan


oleh Konferensi Pejabat-Pejabat Bangunan Internasional.
Sebelum memulai pelaksanaan pembetonan yang sebenarnya maka
kontraktor harus menyusun

suatu program pembetonan yang terinci

dengan maksud untuk merencanakan pengecoran yang efektif.setiap


minggu Kontraktor harus membuat salinan atas catatan mengenai jumlah
dan jenis kelas beton yang dicor, untuk diserahkan kepada direksi.
Catatan-catatan

ini

harus

dilampiri

dengan

sebuah

gambar

yang

menunjukkan kemajuan mingguan.

3.2

BAHAN-BAHAN
a. Semen.
Semua semen yang dipergunakan untuk pekerjaan pembetonan harus
dengan standar semen Portland kelas I-Z 475 (PBI, 1971-NI-2). Semua
pekerjaan tersebut hendaknya hanya menggunakan

satu jenis semen.

Semen tersebut harus dilindungi terhadap kelembaban sampai pada saat


dipergunakan.

Dan

semen

yang

telah

menggumpal

tidak

boleh

dipergunakan lagi. Zak semen harus disimpan sedemikian rupa atas


persetujuan Direksi sehingga memudahkan untuk pemeriksaan dan
pengambilan contoh.
b. Agregat (kerikil dan Pasir)
Agregat harus keras, tahan lama dan bersih serta tidak mengandung
bahan-bahan yang merugikan serta dapat mempengaruhi kekuatan beton.
Agregat harus sesuai persyaratan bab 3, PBI 1971-NI-2, kecuali ukuran
agregat kasar maksimum ditentukan dalam sub-sub 5.6. agregat harus
diperoleh dari sumber bahan yang diijinkan Direksi.
c. A i r
Air harus bersih dan bebas dari bahan organic, alkali, garam-garaman dan
kotoran lain yang tidak diperkenankan.

CV. MANDIRI JAYA

37

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

d. Air Entraining Agent


Suatu Air Entraining Agent harus dipergunakan untuk memberikan
suatu kadar udara total 3 sampai 5 %. Pemilik berhak, setiap saat, untuk
mengambil contoh dan menguji the Air Entraining Agent yang telah
disebutkan diatas tidak boleh digunakan tampa ada ijin dari Direksi. The
Air Entraining Agent harus ditambahkan pada jumah posisi air
campuran. Larutan tersebut harus dikumpulkan dengan suatu alat
pengumpul mekanik yang mampu mengukur secara akurat.
e. Bahan tambahan.
Berdasrkan pendapat kontraktor, atau permintaan Direksi, pemberian
bahan tambahan boleh ditambahkan pada beton untuk memperbaiki
campuran. Pengaruh pengurangan

air dan menambah kualitas beton,

tetapi setiap penambahan bahan tambah atas biaya kontraktor. Bahan


tersebut harus menggunakan jenis hydroxylated carboxyclic acid atau
jenis ligning sulfonate, tetapi tidak mengandung calcium chloride.
Kwalitas semen yang dipergunakan harus sesuai dengan campuran yang
diprgunakan bahan tambahan atau tidak dan harus instruksi pabrik.
Penggunaan

campuran

tambahan

harus

dihindari

bilamana

memungkinkan.
f. Calcium chloride.
Penggunaan calcium clorida dalam beton tidak diperbolehkan.
g. Baja Tulangan.
Baja tulangan harus polos atau digunakan baja tulangan jenis lainnya
dengan suatu ketentuan minimum sekurang-kurangnya 2200 kg/cm2 dan
harus sesuai dengan persyaratan PBI 1971 NI 2.

3.3

PERBANDINGAN CAMPURAN
a. U m u m
Beton

harus

merupakan

campuran

dari

semen,

bahan

tambahan,

aggregate dan air. Beton ini harus memiliki kualitas yang ditentukan.
Perbandingan yang tepat dalam memnggunakan bahan-bahan ini dalam
setiap bagian pekerjaan yang berbeda harus ditentukan oleh kontraktor
dengan mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi. Pada dasarnya
campuran tersebut harus direncanakan untuk mendapatkan suatu mutu
beton yang dikehendaki sehingga diperoleh kepadatan yang maksimum
dan

permukaan

yang

rata.

Rencana

campuran

menggunakan lebih dari 40 % pasir dari berat total


CV. MANDIRI JAYA

beton

dengan

campuran agregat
38

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

kasar dan halus tidak diperbolehkan. Perbandingan tersebut harus dirubah


tanpa atau dengan petunjuk Direksi.
b. Faktor air semen dan kekutan tekan.
Kekuatan tekan minimum dan faktor air semen untuk beton tidak boleh
kurang dari yang ditentukan didalam syarat-syarat berikut ini. Direksi
dapat memerintahkan untuk menambah kadar semen untuk setiap kelas
beton agar diperoleh kualitas yang lebih baik dari yang ditentukan, bila
direksi

menganggap

menambah

kekuatan

bahwa
yang

dengan

penambahan

deperlukan.

Kuantitas

tersebut

dapat

semen

yang

ditambahkan tersebut. Jika diperintahakan, harus diberikan kontraktor


tampa adanya pembeyaran tambahan dari pemilik. Ratio kadar air semen
maksimum adalah 55 liter air per 100 kg semen.
3.4.

KONSISTENSI
Banyaknya air yang dipergunakan untuk mencampur suatu campuran
beton harus dalam jumlah yang cukup dengan suatu priode campuran
yang normal, untuk menghasilkan suatu mutu beton yang menurut
penilaian Direksi dapat dikerjakan tampa adanya pemisahan agregat dan
dapat dipadatkan dengan metode getaran untuk mendapatkan kepadatan,
kekedapan dan kerataan permukaan yang diinginkan. Kuantitas air harus
dirubah seperlunya, dengan vibrasi secara alamiah atau mengurangi kadar
kelembaban dari agregat untuk menjaga hasil campuran yang merata dari
suatu konsistensi yang diinginkan. Kosistensi beton dalam pengecoran
berturut-turut harus ditentukan dengan Pengujian slump dari campuran
beton (PBI 1971 NI-2). Untuk berbagai macam campuran beton, slump
akan ditentukan oleh Direksi atau menurut table berikut:

3.5

RENCANA CAMPURAN
Kontraktor harus menyerahkan contoh agregat halus dan kasar serta
semen kelaboratorium yang disetujui olek Direksi, yang akan dipergunakan
dalam pekerjaan. Dari hasil analisa dan pengujian yang telah dilakukan
oleh laboratorium, maka kontraktor harus membuat rencana campuran
beton untuk mendapatkan suatu persyaratan kekuatan beton dan slump
yang ditentukan. Kontrator harus menyiapka 6 silinder uji dari setiap

CV. MANDIRI JAYA

39

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

rencana campuran dari contoh-contoh yang telah diperoleh, dan 3 silinder


uji untuk beton yang berumur 7 heri dan 3 silinder uji lainnya untuk
campuran beton yang berumur 28 hari. Dari hasil pengujian Rencana
Campuran

harus

diserahkan

kepada

Direksi

untuk

mempeoleh

persetujuannya sebelum pengecoran beton dilaksanakan. Semua biaya


yang diperlukan untuk menyediakan contoh, rencana campuran dabn
pengujian dilaboratorium harus ditanggung oleh Kontraktor.
Jumlah semen dan setiap agregat yang dipergunakan untuk campuran
beton harus ditentukan dengan menggunakan alat penimbang langsung
yang disediakan oleh kontraktor dan atas ijin persetujuan Direksi.
Banyaknya air yang dimasukkan kedalam cempuran beton harus diukur
dengan suatu meter air yang memadai atau peralatan ukur lainnya yang
diperbolehkan oleh Direksi dan mampu mengukur air dalam jumlah yang
bervariasi dengan toleransi 1%.

3.6

KELAS BETON

3.7

PAPAN CETAKAN (BEKESTING)

3.7.1 U m u m
Cetakan beton untuk membentuk dan mendapatkan bentuk beton
pada jalur yang diperlukan harus digunakan bila mana diperlukan.
Kontraktor harus bertanggung jawab untuk membuat swemua cetakan
CV. MANDIRI JAYA

40

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

yang diperlukan. Sebaliknya untuk setiap cetakan yang dianggap tidak


aman dan tidak sesuai akan ditolak oleh Direksi dan Kontraktor harus
memindahkan cetakan tersebut dan menggantinya dengan biayua
Kontraktor. Papan cetakan harus disediakan sedemikian banyaknya
sehingga cukup untuk semua pekerjaan pembuatan cetakan dan tidak
mengganggu kemajuan pekerjaan yang diinginkan. Bilamana masih ada
cetakan yang diperlukan untuk menjaga kemajuan pekerjaan, maka
Kontraktor harus menyediakan cetakan tersebut dengan biaya sendiri.
Rencana dan pemeriksaan cetakan beton, penopang dan menyangga
harus sesuai dengan standar yang dipergunakan.
3.7.2 Bahan-bahan
Kecuali dijinkan oleh Direksi, maka semua cetakan, penopang dan
penyangga yang diperlukan dilapangan harus bahan-bahan yang baru.
Semua cetakan harus licin
permukaannya dan terbuat dari lembaran plywood yang berkualitas baik
seperti yang ditentukan oleh Direksi dengan tebal sedemikian, sehingga
mampu menahan beton cor dan tidak timbul perubahan bentuk.
3.7.3 Perencanaan
a. Semua cetakan beton harus memberikan bentuk dan ukuran yang
diperlukan serta harus sesuai dengan garis dan kemiringan yang
diperlukan dan kuat serta kokoh pada posisinya pada saat dilakukan
pengocoran dan vibrasi beton. Alat-alat yang cocok dan efektif harus
disediakan untuk semua cetakan untuk menahan ujung-ujung panel
yang berdekatan dan bagin-bagian yang kedap secara bersama-sama
dan pada suatu garis yang tepat untuk menjaga bentuk atau cacatcacat pada permukaan beton pada saat pekerjaan beton telah selesai
dikerjakan. Plywood dengan tebal 15 mm atau lebih boleh langsung
dengan penyangga dan memberikan rongga yang cukup untuk
mencegah

perubahan-perubahan

bentuk

dalam

beton.

Kemudian

cetakan harus kedap agar mencegah adanya kebocoran air dan semen
selama dalam proses pengocoran dan vibrasi beton. Lobang pembersih
harus disediakan pada bagian bawah pada cetakan yang dapat
diangkat, jumlah dan lokasi harus mendapat ijin dari Direksi.
b. Sambungan konstruksi beton tidak diperbolehkan pada lokasi-lokasi
lain, selain ditentukan oleh Direksi secara tertulis. Apabila pengankat
kedua ditempatkan pada beton yang telah mengeras, perhatian khusus
harus diberikan dalam hal jumlah, lokasi dan kekerasan dari pengikan
dari bagian atas dari pengangkat lama dan bagian bawah dari yang
CV. MANDIRI JAYA

41

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

baru untuk menghindari hal-hal yang tidak menguntungkan pada


beton. pipe stubs dan angkur baut harus dipasang pada cetakan bila
diperlukan.

c. Kecuali ditentukan lain, sudut-sudut luar dari bagian-bagian beton


harus dibentuk miring selebar 20 mm. sudut-sudut miring tersebut
tidak boleh disayat, kecuali ditunjukkan lain.
3.7.4 Pengikat cetakan
Pengikat cetakan yang dipadukan dengan penahan air harus dilengkapi
dengan suatu penyumbat atau alat-alat lain yang memadai untuk
membentuk suatu lobang konis (conical hole)

yang menjamin bahwa

pengikat cetakan tersebut dapat dipatahkan pada bagian muka beton


tersebut. Diameter maksimum batang pengikat yang dapat dipindahpindahkan yang mempunyai penampang lingkaran tidak lebih dari 40 mm,
yang dapat meninggalkan lobang dan bentuk yang teratur untuk
pembesaran. Lobang-lobang yang ditinggalkan oleh pengikat dapat
dipatahkan atau mengikat cetakan, hendaknya diperbesar lubangnya
dengan menggunakan alat pembesar lubang (remer) yang sesuai sehingga
dapat menghasilkan permukaan lubang yang bersih dan kasar sebelum
diisi dengan mortar. Pengikat kawat untuk cetakan tidak diperbolehkan.
untuk mengikat. Tidak ada alat-alat pengikat cetakan selain dari metal
yang tertanam dalam beton atau pada bagian lain yang tinggal pada
beton, atau semua pengikat yang dipindahkan sedemikian rupa sehingga
meninggalkan suatu lubang yang melalui ruas bagian dalam (interior) dari
bagian

beton.

Penggunaan

pengikat

yang

mudah

patah

yang

menyebabkan beton pecah tidak diperkenankan. Apabilla cetakan baja


yang digunakan, maka rubber grommets harus diberikan pengikatpengikat yang menembus cetakan tersebut dengan maksud untuk
mencegah kehilangan pasta semen. Bilaman batang mental tersebut
diperpanjang dengan menembus beton, yang akan dipergunakan untuk
menopang atau memperkuat cetakan, maka batang tersebut harus tetap
tertanam dan berakhir tidak kurang dari 25 mm dibawah dari permukaan
cetakan atau permukaan beton.
3.7.5 Permukaan vertikal
Semua permukaan vertikal dari bagian beton harus dicetak, kecuali
pengecoran beton pada tanah yang ditunjukkan dalam gambar atau
ditentukan

oleh

Direksi.

Tidak

kurang

dari

25

mm

beton

harus

ditambahkan pada bagian beton sebagaimana yang ditunjukkan, bilamana


CV. MANDIRI JAYA

42

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

beton tersebut diperkenankan dicor pada tanah yang telah diratakan


sebagai pengganti cetakan. Ijin yang demikian hanya dapat diberikan
untuk bagian-bagian dari beton dengan ketinggian yang terbatas dan
bilamana sifat-sifat tanah sedemikian rupa sehingga dapat diratakan pada
jalur yang diinginkan dan dapat berdiri dengan aman tanpa adanya
kelongsoran, sampai beton selesai dicor.
3.7.6 Pemeliharaan Cetakan
Cetakan harus selalu diojaga dalam kondisi/keadaan yang baik, khususnya
mengenai ukuran, bentuk, kekuatan, kekerasan, keliatan dan kerataan
permukaan. Ketika pengocoran berlangsung cetakan harus tetap pada
garis dan tingkat kemiringan yang telah ditentukan. Sebelum beton dicor,
cetakan harus dibersihkan sebaik-baiknya. Permukaan cetakan harus
diberikan minyak atau pelumas lainnya yang disetujui oleh Direksi.
Kelibihan pelumas harus dapat dipindahkan dengan sebaik-baiknya
sebelum memulai pengocoran. Mula-mula semua cetakan hendaknya
diberi suatu minyak oleh pabri atau oleh Kontraktor sekurang-kurangnya 2
minggu sebelum dipergunakan. Pemukaan tulangan baja atau barabgbarang metal alinnya yang harus ditanam dalam beton hendaknya dijaga
agar terhindar dari minyak. Cetakan boleh dipergunakan kembali jika
kondisinya baik dan jika diijinkan olek Direksi.
Pasir-pasir harus dapat dipergunakan, bila menurut pendapat direksi
diperlukan untuk memperoleh suatu permukaan yang sama pada semua
permukaan beton yang tampak. Permukaan beton tersebut ditentukan
dengan secara permanen sebagai permukaan beton yang tampak. Dalam
hal cetakan beton untuk permukaan dinding bagian dalam dari bangunan
hidrolis, dengan tidak digunakannya pengikat batang, lobang-lobang harus
ditutup dengan penutup metal atau dengan cara lain yang disetujui
Direksi.
3.7.7 Pembongkaran Cetakan
Petunjuk Direksi mengenai pembongkaran cetakan harus dipatuhi, dan
pekerjaan ini harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari cacat
pada beton. Tidak ada berat yang diperbolehkan untuk diletakkan diatas
beton yang masih muda. Dalam hal plat atap dan plat lantai, maka
cetakan harus berada ditempatnya sampai silinder uji untuk beton
tersebut telah mencapai suatu kekuatan tekan minimum sebesar 75 % dari
kekuatan beton berumur 28 hari. Disyaratkan bahwa cetakan tak boleh
terganggu atau terbongkar dalam suatu panel/unit yang tersendiri
sebelum beton

yang

berdekatan

dengan

panel/unit tersebut telah

mencapai suatu kekuatan 210 kp/cm2 dan tetap ditempatkan untuk


CV. MANDIRI JAYA

43

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

sekurang-kurangnya 14 hari. Waktu yang diperlukan untuk mencapai


kekuatan tersebut akan ditentukan oleh Direksi. Untuk hal tersebut Direksi
akan melakukan beberapa pengujian silinder terhadap beton yang
dipergunakan. Bila waktu tersebut telah ditentukan lebih dari 14 hari,
maka waktu tersebut dipergunakan sebagai waktu minimum. Cetakan
untuk dinding dan kolom vertikal harus tetap pada posisinya sekurangkurangnya 3 hari setelah beton dicor. Cetakan untuk semua bagian
pekerjaan yang selanjutnya tidak disebutkan secara khusus, harus tetap
pada tempatnya untuk priode waktu yang ditentukan oleh Direksi.
3.8

PEMASANGAN TULANGAN BETON


a. Pembersihan
Baja tulangan sebelum dipasang pada tempatnya harus bebas dari karat
dan cat-cat, serta selimut/ lapisan yang dapat mengurangi ikatan. Bila ada
penundaan dalam pengocoran betonn maka baja tulangan harus diperiksa
kembali dan dibersihkan seprlunya.
b. Pengecoran
Baja tulangan harus diletakkan pada posisinya secara teliti sesuai dengan
gambar dan diikat suatu sama lain dengan menggunakan ikatan kawa atau
penjepit yang sesuai pada setiap titik persimpangan tulangan, dan tidak
boleh diletakkan bersinggung dengan cetakan. Kawat-kawat pengikat
tersebut harus dibengkokkan menjauhi cetakan dengan maksud untuk
mempersiapkan selimut beton yang telah ditentukan.
Kecuali ditentukan lain, sebagai tambahan untuk memperkuat pengikatan
baja tulangan pada posisinya, maka perlu ditambahkan :
-

Pada plat, baja penopang dengan diameter 13 mm yang berjarak 90 cm


maksimum dari pusat ke pusa untuk menopang tulangan atas dari plat.

Pada dinding dengan 2 lapis tulangan digunakan penahan dengan


bentuk U atau Z yang berdiameter 6,5 mm, pada jarak 180 cm dari
pusat ke pusat pada setiap jalurnya.

c. Selimut Beton
Kecuali ditentukan lain pada gambar, maka tulangan harus dipasang
dengan selimut beton dengan jarak bersih dalam centimeter sebagai
berikut :
Keterangan Pekerjaan
Beton yang ditempatkan pada tanah
Semua permukaan yang bersinggung dengan air

Selimut beton
8.0 cm
5.0 cm

atau minyak
CV. MANDIRI JAYA

44

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

Sisi bawah plat yang berada diatas air, balok dan

4.0 cm

kolom yang tidak tampak dalam tanah atau air.


Permukaan yang tampak dan semua permukaan

2.5 cm

bagian dalam serambi pipa dan ruangan yang


kering.

d. Toleransi.
Toleransi dalam pemasangan tulangan harus :
Keterangan Pekerjaan

Selimut beton

Untuk bagian-bagian yang dalamnya 60 cm atau

0.6 cm

kurang
Untuk bagian-bagian yang dalamnya lebih dari 60

1.2 cm

cm

e. Dowe1
Dowe1 harus berdiameter dan berjarak sama dengan batangnya dan
yang dipasang saling bertumpuan satu sama lain. Kecuali ditentukan lain.
Maka susunan dan perletakan harus 64 kali diameter batang minimum.
Dowe1 harus diikat dengan kawat atau kecuali sudah terikat pada
tepatnya. Dowe1 harus dipasang sebelum pengecoran beton. Dowe1
tidak boleh didorong kedalam cor-coran beton yang masih basah.
f. Sambungan Batang Tulangan.
Kecuali ditentukan lain dalam gambar, sambungan batang tulangan
vertikall dalam kolom dan semua penyambung batang tulangan lainnya
harus disusun yang panjangnya 64 kaki diameter minimumbatang.
Panjang sambungan batang tulangan dari diameter yang berbeda harus
berdasarkan pada diameter yang lebih besar. Sambungan batang tulangan
dengan las juga boleh dilakukan dengan syarat sesuai dengan peraturan
yang ada.
g. Persetujuan Direksi.
Pengecoran beton tidak boleh dilakukan sebelum baja tulangan yang
sudah dipasang pada tempatnya. Telah diperiksa dan diteliti oleh Direksi
dan telah dinyatakan siap untuk dicor. Sebelumnya Direksi harus diberi
contoh catatan-catatn dari pemasangan baja tulangan yang telah dipasang
untuk keperluan pemeriksaan.
h. Pelurusan.
CV. MANDIRI JAYA

45

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

Baja tulangan tidak boleh diluruskan sedemikian rupa sehingga dapat


menyebabkan cacat pada tulangan. Batang-batang baja tulangan yang
bengkok tetapi tidak ditunjukkan dalam gambar, tidak boleh dipergunaka.

3.9

SAMBUNGAN-SAMBUNGAN KONSTRUKSI
a. U m u m
Sambungan-sambungan konstruksi harus mendapat persetujuan dari
Direksi

terlebih

dahulu.

Pegerjaan

khusus

harus

dilakukan

dalm

mempersiapkan permukaan beton pada sanbungan-sambungan, bilamana


pengikatan

antara

dua

bidang

sambungan

beton

tersebut

sangat

diperlukan. Kecuali ditentukan lain dalam gambar, semua sambungan


yang memerlukan water-stop, permukan sambungan dari cor-coran yang
pertama harus dilapisi dengan suatu pengikat yang telah disetujui oleh
Direksi dan dipergunakan sesuai rekomendasi dari pabrik. Pengikat
tersebut harus suatu larutan yang berwarna dan tidak dapat berubah
warna selama kurang lebih 6 bulan bila terkena sinar matahari.
Permukaan dari alur untuk sealent tidak boleh dilapisi dengan bahan
apapun. Pembetonan berikutnya pada water-stop harus dilaksanakan
sesuai dengan bagian (C) dibawah ini :
b. Sambungan Konstruksi dengan sealent
Bilamana ditunjukkan, sambungan konstruksi pada plat lantai harus
dilakukan dengan alur-alur yang akan diisi dengan suatu sambungan
konstruksi dengan sealent. Bahan-bahan yang dipegunakan untuk
mempersiapkan alur tersebut harus ditinggalkan dalam celah sampai
menjelang dibersihkan dan diisi dengan sealent.

Setelah cetakan

dibongkar dari celah atau alur tersebut, semua kotoran dan serabutserabut yang tertinggal harus dibersihkan dan alur tersebut harus
disemprot dengan pasir (sandblasting). Alur tersebut dibiarkan menjadi
kering dan sesudahnya dibersihkan dengan ditiup dan segera sesudahnya
dilapisi dengan sambungan konstruksi jenis sealent. Lapisan pertama
dipergunakan harus diperoleh dari pabrik yang memproduksi sealent.
Tidak ada sealent yang diijinkan untuk digunakan tampa menggunakan
lapisan pertama. Pelaksanaan pemberian sealent harus dilakukan
dengan teliti sampai alur tersebut penuh dengan sealent bagian-bagian
yang

akan

diberi

sealent

harus

dibersihkan

dengan

cermat,

sebagaimana tata cara yang akan dijelaskan secara khusus oleh pabrik.
CV. MANDIRI JAYA

46

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

sealent harus dari bahan polyurethane polymer yang direncanakan


untuk mengikat beton yang terus menerus terendam dalam air. Bahanbahan yang berdasarkan cerita tidak dapat dipergunakan dengan baik
untuk pengikatan pada sambungan-sambungan untuk bangunan hidrolis,
tidak diperkenankan untuk dipergunakan. Khusus untuk bahan sealent
yang diminta, kontraktor harus menyerahkan data-data yang cukup
kepada

Direksi

persyaratan

untuk

umum

persetujuannya,

yang

diperlukan.

yang

memenuhi

Bahan-bahan

persyaran-

tersebut

harus

memenuhi hal-hal sebagai berikut :


Keterangan

Syarat

Waktu yang bekerja

45 90 menit

Waktu yang diperlukan untuk mengeras

Maksimum 30 jam

A
( pada 25 C sebanyak 200 gr )
Kekerasan ultimate

20 40 dari A

Daya regang

Minimum 16 kg/cm2

Ketahanan dari sobekan

Minimum 120 kg/cm tebal

Laporan pengujian telah disyahkan oleh papbik yanag memproduksi


selent tersebut yang menyatakan telah memenuhi syarat syarat
tersebut diatas, harus diserahkan oleh Kontraktor sebelum sealent
tersebut digunakan dalam pekerjaan. Lapisan dasar dan selent harus
disimpan dengan teliti sesuai rekomendasi dari pabrik . sebelum suatu
sealent disimpan, pekerja yang melaksanakan pekerjaan tersebut harus
diberikan petunjuk-petunjuk yang jelas tentang cara-cara pemakaian
sebagaimana ditunjukkan oleh pabrik. Semua sealent harus dirawat
selama 7 hari sebelum bangunan tersebut diisi dengan air.

c. Waterstop

Bahan dan pembuatannya.

Waterstop harus plastis dan terbuat dari campuran suatu elastomeric


polyvnylchoride

dengan

(resins),stabilisator,

dan

plastis
bahan

yang

lainnya

yang

diperlukan,
dipergunakan

damar
untuk

memenuhi persyaratan yang perlukan. Bahan-bahan buangan yang


diperoleh kembali tidak boleh dipergunakan lagi. Pabrik waterstop harus
menyerahkan

laporan

pengujian

dari

pembuatan

waterstop

yang

dikerjakan dan sertifikat tertulis yang menyatakan bahwa bahan-bahan


yang didatangkan dari tempat pekerjaan telah memenuhi syarat phisik
sebagai berikut :
CV. MANDIRI JAYA

47

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

Sifat-sifat phisik dan bahan :

Nilai

Daya regang minimum ( kg/cm2 )

120

Daya memanjang ( % )

350

Kekuatan dalam lenturan minimum ( kg/cm2)

28

Sewa yang dipercepat :

Nilai

Daya regang minimum ( kg/cm2 )

105

Daya memanjang ( % )

300

Waterstop yang telah jadi :

Nilai

Daya regang minimum ( kg/cm2 )

100

Daya memanjang ( % )

280

Sambungan dan pertemuan


Khusus untuk penggunaan waterstop dipekerjaan konstruksi, potongan
dari waterstop sebagai contoh harus diserahkan kepada Direksi untuk
persetujuannya. Contoh ini harus sesuai dengan yang dibuat oleh pabrik
dan sesuai dengan kelengkapan yang disyaratkan dalam kontrak. Selama
pengujian tegangan tarik pada potongan melintang harus tidak kurang dari
42 kg/cm2. sambungan-sambungan dan pertemuan dilapangan harus
dikerjakan

sesuai

dengan petunjuk dari

pabrik

yang memproduksi

waterstop dengan menggunakan termostatically controlled heating iron.

Flat strip waterstop


Unutk flat strip waterstop harus mempunyai ketebalan kurang dari 5 mm.
Alat-alat yang sesuai harus disediakan pada pemasangan flat strip
waterstop dalam beakisting (cetakan), untuk mencegah tertekuknya
waterstop karena pengocoran beton. Waterstop yang dipasang horisontal
harus diikat pada tempatnya dengan kuat dan terus menerus pada bagian
atas waterstop. Waterstop yang dipasang vertikal harus diikat dengan
kawat yang ringan pada setiap 45 cm yang menembus tepi dari waterstop
dan diikat pada tulangan. Pengecoran beton disekitar waterstop harus
dilakukan dengan tangan dibawah dari waterstop unruk menghindari
adanya gelembung undara dan rongga-rongga batu.

3.10 PERSYARATAN PERLINDUNGAN TERHADAP KARAT


Pipa, saluran-saluran, pasak penyambung dan bahan-bahan lainnya yang
bersifat besi yang akan dipasang dalam beton, harus ditempatkan
sedemikian rupa pada posisinya dan diberi penopang sebelum pengecoran
CV. MANDIRI JAYA

48

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

beton dikerjakan yang memungkinkan masih terdapat ruang bebas


minimum 5 cm, antara bahan-bahan tersebut diatas dengan tulangan.
Untuk memperkuat bahan-bahan tersebut dengan keling atau las tidak
diperkenankan.
3.11 MEMPERSIAPKAN PERMUKAAN UNTUK PEMBETONAN
a. Setiap permukaan harus disemprot dengan air sampai cukup basah
khususnya untuk pengecoran beton dan permukaan tersebut harus
dijaga agar tetap basah atau lembab dengan menyemprotan secara
berkala sampai waktu pengecoran dilaksanakan. Permukaan tersebut
harus bebas dari air yang menggenang, lumpur, dan debu-debu pada
waktu pengecoran.
b. Pengecoran yang dilakukan pada pemukaan beton yang lama yang
telah dicor terdahulu, bila menurut pendapat Direksi tidak akan dapat
mengikat dengan sempurna terhadap pengecoran beton yang baru,
maka akan dianggap sebagai sambungan konstruksi. Permukaan dari
sambungan

horisontal

harus

diratakan

dengan

kayu

untuk

menghasilkan permukaan rata dan lisin. Permukaan beton yang terdiri


dari agregat kasar harus dibersihkan.kecuali bila dalam gambar
ditentukan bahwa permukaan sambungan tersebut akan dicat, maka
permukaan tersebut harus dibersihkan dari lapisan semen dan pasir
sebagai akibat penetrasi air keatas permukaan beton, beton-beton
yang lepas dan rusak dan bahan-bahan lainnya. Pembersihan tersebut
harus dilakukan penyemprotan dengan pasir (sandbliasting) dan
selanjutnya terus dicuci. Semua genangan air yang terdapat pada
permukaan beton harus dihilangkan sebelum pengecoran dilakukan.
Setelah seluruh permukaan telah siap untuk dilakukan pengecoran,
semua sambunagan konstruksi yang horisontal harus dilapisi dengan
cairan semen kira-kira dengan ketebalan 2,5 mm dan sesudahnya
segera dilakukan pegecoran.
c. Apabila pengecoran beton akan dihentikan dalam waktu yang cukup
lama maka permukaan beton harus dibentuk dengan menggunakan
cetakan atau alat lainnya dan hal tersebut harus mengikuti petunjuk
dan persetujuan dari Direksi.
d. Semua pengecoran dapat dilakukan setelah semua cetakan, tulangan
dari bagian lain telah dipasang pada tempatnya serta permukaanya
telah disiapkan dengan baik dan telah mendapat persetujuan dari
Direksi. Semua permukaan dari cetakan, tulangan-tulangan dan alatalat lainnya yang dipasang tertanam dalam betonharus dibersihkan
dari

pasta

beton

yang

telah

mengering

sebelum

dilaksanakan

pengecoran pada tempat disekitarnya.


CV. MANDIRI JAYA

49

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

3.12 PEMBEBASAN RUANG PENGECORAN DARI AIR


Tidak ada pengecoran yang dapat dilakukan pada suatu konstruksi
sebelum air yang ada didalam ruangan yang telah dikeluarkan atau
disalurkan dengan pipa atau pelat lainnya. Pengecoran yang dilakukan
dibawah air harus mendapat persetujuan dari Direksi, dan hanya atas
petunjuknya atau tampa ijin dari Direksi bila air masih terus masuk
kedalam ruangan pengecoran, harus dibebaskan sampai pengecoran awal
dapat dilaksanakan dengan baik. Tiodak diperbolehkan adanya air yang
mengalir diatas permukaan beton tersebut dengan kecepatan tertentu
yang dapat merusakkan permukaan beton yang telah selesai dicor.
Pemompa atau pengering dengan cara yang lainnya untuk menguras air
harus atas dasar persetujuan dari Direksi.
3.13 PENCAMPURAN DAN PENGADUKAN
Semen, pasir dan kerikil harus dicampur sedemikian rupa dan banyaknya
air yang ditambahkan harus sedemikian rupa sehingga menghasilkan
suatu campuran yang homogen dan merata. Kotoran-kotoran dan bendabenda yang lainnya yang tidak digunakan harus dikeluarkan dengan hatihati. Semua beton harus dicampur dalam suatu bak pencampur dengan
ukuran dan tipe yang disetujui oleh Direksi dan yang dapat menjamin
adanya pencampuran dari semua komponen-komponen bahan dengan
distribusi yang merata selama pengadukan sedang berlangsung. Hanya air
secukupnya haruis digunakan untuk mendapatkan campurang yang
memenuhi kosistensi yang disyaratkan dalam pasal 5.3.pengadukan pada
tiap bak pengaduk harus dilakukan terus menerus selam 1

menit

setelah semua bahan, termasuk air, telah berada dalam pengaduk


(molen). Selama waktu pengadukan tersebut, kecepatan putaran dari
pengaduk (molen) harus pada putaran yang direncanakan untuk itu atau
pada kecepatan yang dapat menghasilkan suatu pasta beton dengan
kosistensi yang merat pada akhir dari pengadukan. Bilamana diperlukan
untuk menjamin hasil pengadukan yang diharapkan, pengadukan yang
berlebihan atau pencampurang ytang berlebihan tidak diperkenankan.
Pencatat waktu dan pengukur berat dari molen selengkapnya harus
dipasang pada molen dan digunakan untuk setiap pencampuran dan
pengadukan. Beton yang telah mengeras atau campuran semen dan pasir
yang telah mengeras tidak boleh ditambah dalam pengaduk (molen).
Penambahan air dan pengadukan kembali dari suatu adukan yang
sebagian yang telah mengeras tidak diperbolehkan.
3.14 PENGANGKUTAN DAN PENGECORAN
CV. MANDIRI JAYA

50

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

a. semua beton yang tidak memenuhi syarat yang ditentukan baik


sebelum dan sesudah pengecoran harus diganti dan segera dikeluarkan
dari tempat pekerjaan. Beton yang tidak memenuhi syarat atau rendah
mutunya harus dikeluarkan dan diganti dengan yang baru atas biaya
dari Kontraktor. Pengecoran tidak boleh dilaksanakan kecuali dengan
hadirnya wakil dari Direksi. Pengecoran tidak boleh dilaksanakan
selama kondisi cuaca panas dan angin yang tidak menguntungkan
untuk menjaga kualitas pengecoran sebagaimana yang ditentukan oleh
Direksi. Khusus untuk pengecoran, dalam tempo 24 jam sebelum
Kontraktor harusmemberitahu Direksi secara tertulis.
b. Pengecoran tidak boleh dilaksanakan dengan menjatuhkan diatas
tulangan atau kedalam cetakan yang dalam, baik ada tulangan atau
tidak, yang dapat menyebabkan terjadinya pemisahan agregat dari
pasta semen, yang dapat merusakkan batang tulangan dan sisi cetakan
dan atau pengecoran beton yang dilakukan dengan cara sedemikian
rupa sehingga dapat mengurangi akumulasi dari pasta semen diatas
permukaan cetakan. Dalam hal yang demikian itu, penggunaan alatalat tertentu sangat dianjurkan misalnya digunakan torong dan bila
diperlukan dengan pipa penghantar dari karet atau logam untuk
pengecoran beton dalam cetakan. Cara demikian untuk menghindari
terjadinya pemisahan agregat.
Dalam hal tersebut diatas tinggi jauh dari beton tidak boleh lebih dari 1
meter dibawah ujung dari talang, torong atau gerobak. Beton harus
didistribusi yang merata selama proses pengecoran. Pengecoran beton
dalam cetakan hanya diperkenankan setinggi 60 cm dalam lapisan
horisontal dan pengerjaan harus dilaksanakan dengan hati-hati untuk
menghindari terjadinya lapisan yang miring atau sambungan konstruksi
yang miring, kecuali hal yang demikian memang diperlukan untuk bagianbagian yang miring. Setiap lapisan dapat dicor bila lapisan yang terlalu
masih lunak. Rata-rata pengecoran dalam cetakan (beakistng) tidak boleh
lebih 1 m vertika pada tiap jam.
c. Semua ujung-ujung dari talang dan lobang torong dan ujung-ujung
pelepasan lainnya dari sistem pengangkutan, sistem alat pengangkat
dan pengecoran milik Kontraktor, harus dipersiapkan dan direncanakan
sedemikian, sehingga beton yang melewati sistem tersebut tidak
terjadi pemisahan didalam bak-bak penampung yang diakibatkan
karena tinggi jatuh dari bahan tersebut cukup tinggi. Pengangkutan
dengan ban bejalan (conveyor belt) dilakukan dengan tipe yang telah
disetujui Direksi. Talang yang lebih panjang dari 15 meter tidak boleh
dipergunakan. Kemiringan munimum dari talang harus sedemikian
sehingga beton yang ada didalam kosistensi yang persyaratkan dapat
CV. MANDIRI JAYA

51

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

mengalir dengan baik.apabila ban berjalan (conveyor belt) digunakan


harus dibersihkan dengan mengoprasikan suatu alat sehingga tidak ada
pasta semen yang melekat pada ban berjalan (conveyor belt). Semua
ban berjalan dan talang harus ditutup. Penerangan yang cukup harus
diberikan pada bagian dalam dari cetakan (beakisting) sehingga beton
dapat dcor dengan baik dan teliti.

3.15 PENGECORAN BETON DALAM CUACA YANG SANGAT PANAS


Penanganan yang teliti harus diberikan unutk menjegah pengiringan yang
terlalu cepat dari beton cor yang baru, apabila temperatur disekitar
cetakan (bekisting) lebih dari 32 C atau bila ditunjukkan bahwa
temperatur dari beton yang akan dicor tidak lebih dari 32 C. beton yang
segar akan dibentuk dengan segera setelah pengecoran dan perawatan
segera dimulai pada permukaan beton yang segar telah mengeras
secukupnya. Pengecoran beton tidak dipekenankan, apabila menurut
pendapat Direksi, kontraktor tidak mempunyai fasilitas yang memadai
untik pengecoran, perawatan dan penyelesaian dari beton yang sesuai
dengan persyaratan-persyaratan :
a. Semua perintah pengecoran pada semua bagian pekerjaan harus
menunjuk pada persetujuan Direksi. Dalam hal untuk memperkecil
akibat

dari

sebagaimana

penyusutan,
yang

beton

dibatasi

harus

oleh

dicor

dalam

sambungan

suatu

konstruksi

unit
yang

dij\tunjukkan dalm gambar. Pengecoran dari unit-unit tersebut harus


dilakukan

dengan

unit-unit

yang

berganti-ganti

dengan

cara

sedemikian rupa tiap unit cor akan dirawat dalam waktu tidak kurang 7
hari sebelum unit0unit berikutnya dicor, kecuali pada bagian dinding
vertikal tidak boleh dicor sampai kaki dinding telah dirawat selama
tidak kurang dari 14 hari dan sudut-sudut bagian dari dinding vertikal
tidak

diperkenankan

dicor

sampai

semua

panel

dinding

yang

berdekatan telah dirawat tidak kurang dar 14 hari.


b. Permukaan

dari

beton

harus

diratakan

bilamana

pengecoran

dihentikan. Untuk menjamin permukaan yang rata pada permukaan


sambungan dinding yang tampak, papan tipis dengan ketebalan tidak
kurang dari 20 mm harus diletakkan pada permukaan dari cetakan.
Pengecoran dilaksanakan sekitar 13 mm diatas sisi bawah dari papan.
Skitar 1 jam setelah pengecoran beton, papan tersebut harus diambil
dan ketidak teraturan dari bentuk pada sudut yang diakibatkan oleh
papan tersebut harus diratakan dengan cetok dan semua lapisan
semen dan pasir yang mengering diatas permukaan harus dibersihkan.

CV. MANDIRI JAYA

52

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

3.16 PEMADATAN BETON


Sebagaimana betyon yang dicor dalam cetakan atau galian, setiap corcoran harus dipadatkan dengan sebaik-baiknya sampai pada kedalaman
yang diperlukan. Pemadatan dilakukan sampai betul-betul padat, masa
yang homogen, pengisian sampai penuh pada sudut-sudut, sekeliling
tulangan harus terisi penuh olek pasta beton menghilangkan kantongkantong udara, dan mengeluarkan dan membuang kelebihan air yang
tampak dipermukaan beton selama pengecoran.
a. Pengecoran yang dilakukan disekitar waterstop harus dikerjakan
dengan hati-hati. Pengerjaan pemadatan harus dilakukan dengan teliti,
dengan menggunakan batang tulangan dan vibrasi sampai nyata-nyata
semua udar dan rongga-rongga udara diantara batu telah hilang.
Apabila digunakan waterstop, pengerjaan beton disekitar waterstop
harus dilakukan dengan tangan agar semua udara dan rongga-rongga
udara diantara batu hilang.
b. Pengecoran dinding harus divibrasi didalam dan pada saat bersamaan
dibuat lajur yang miring, diaduk dengan batang, atau dikerjakan
dengan batang pemadat, sekop kecil,atau dengan alat yang bercabang
sampai cetakan atau galian terisi penuh dan semua permukaan ditutup
dengan rapat. Lapisan berikutnya dari beton tidak boleh dicor sampai
pada lapisan yang baru dicor tersebut telah dikerjakan sebagaimana
dipersyaratkan. Kecuali digunakan dalam hal-hal khusus yang dianggap
tidak dapat dilaksanakan oleh Direksi, kontarktor harus menggunakan
vibrasi dibagian dalam dengan virator berkecepatan tinggi dan dari tipe
yang disetujui dan dalam jumlah yang cukup, serta dengan vibrator
cadangan

bila

diperlukan,

untuk

menyelesaikan

sesuai

dengan

persyaratan dalam waktu 15 menit setelah beton dalam keadaan


konsistensi yang disyaratkan telah dicor dalam cetakan. Kepala vibrator
harus dijaga agar tidak terlalu berlebihan atau pengerjaannya dengan
suatu cara sedemikian sehingga menyebabkan terjadinya pemisahan
unsur-unsur utama dari beton atau cendrung terbawa sejumlah air
kepermukaan dari beton.
3.17 PERAWATAN DAN WATERPROOFING
a. U m u m
Semua beton harus dirawat tidak kurang dari 14 hari setelah pengecoran,
yang sesuai dengan metode yang ditetapkan dibawah ini untuk bagian
pekerjaan yang berlainan dan diuraikan secara terinci dalam bagian
berikut ini :
Permukaan yang dirawat atau waterproof

CV. MANDIRI JAYA

Metode

53

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

Cetakan kayu yang tidak diserut

Sambungan konstruksi diantara kaki dan


dinding
Diantara lantai dan kolom

Beton pelindung dan thrust blocks

Semua permukaan beton yang tidak


diberikan
Secara khusus utk semua pekerjaan dlm pasal ini

Lantai dalam bangunan hidrolis dan bagian


luar
Permukaan dari atap yang tampak

Bagian luar permukaan dinding yang tidak tampak

Bagian luar permukaan atap yang tidak tampak

b. Metode 1
Cetakan dari kayu harus dibasahi segera setelah beton selesai dicor dan
harus dijaga agar selalu basah sampai dibongkar. Apabila cetakan
dibongkar dalam waktu 14 hari dari pengecoran, perawatan harus
dilakukan terus menerus sesuai dengan prosedur yang tepat.
c. Metode 2
Permukaan harus ditutup dengan kain goni yang harus dijaga agar selalu
basah selama masa perawatan, sampai pengecoran beton di dinding telah
dilaksanakan.
Tidak ada bahan campuran yang digunakan dalam perawatan permukaan
pada metode 2.
d. Metode 3
Permukaan ditutup dengan tanah yang basah tidak kurang dari 4 jam dan
tidak lebih 24 jam setelah beton dicor.
e. Metode 4
Permukaan harus disemprot dengan cairan yang sejenis dengan cat, dari
bahan

campuran

pengikatan

pada

untuk

perawatan

permukaan

beton.

yang

tidak

berakibat

Penyemprotan

tersebut

adanya
harus

dilaksanakan sesuai dengan petunjuk pbrik yang memproduksi bahan


tersebut dengan maksimum penyemprotan seluas 5 m 2/Ltr, dengan cara
sedemikian agar permukaan dapat tertutup dengan suatu lapisan yang
CV. MANDIRI JAYA

54

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

tipis dan dapt menutup seluruh permukaan dengan baik. Bahan campuran
untuk perawatan tersebut harus mendapat persetujuan dari direksi.
Bilamana metode perawatan dengan menggunakan bahan campuran
tersebut

maka

pemeriksaan

yang

cermat

harus

dibrikan

untuk

menghindari kerusakan pada lapisan tersebut selama waktu perawatan.


Kerusakan kerusakan yang terjadi pada lapisan pelindung tersebut
sebelum berakhirnya masa perawatan harus segera diperbaiki dengan
cara yang sesuai dengan metode pelaksanaan pemberian bahan campura
pada perawatan tambahan.
Bila penggunaan bahan campuran untuk perawatan terdapat kesalahan
pelaksanaan pada permukaan beton yang telah dicor dan telah melekat
pada permukaannya maka bahan campuran tersebut harus dikupas lagi
dengan sandblasting yang basah khusunya untuk pengecoran beton baru.
Bila penggunaan bahan campuran untuk perawatan telah ditentukan,
maka hal itu harus dilaksanakan dalam waktu 2 jam setelah selesainya
pengecoran dan dalam waktu 2 jam setelah pembongkaran cetakan.
Perbaikan yang diperlukan untuk mendapatkan bentuk permukaan yang
diinginkan,

harus

dilaksanakan

dalam

waktu

jam

yang

disebut

diatas.akan tetapi apabila pelaksanaan perbaikan tersebut tidak dapat


dilaksanakan dalam waktu 2 jam, maka perbaikan tersebut harus ditunda
sampai perawatan tersebut telah selesai dilakukan. Bila perbaikan tersebut
dikerjakan pada daerah yang telah diberikan perawatan dengan bahan
campuran tersebut, maka pada daerah tersdebut pertama-tama harus di
sandblasting ysng basah untuk menghilangkan lapisan bahan campuran
tersebut, dan perbaikan selanjutnya harus mengikuti cara yang diberikan
dalam pasal 3.19.
f.

Metode 5

Segera setelah

pengecoran

selesaui diratakan maka harus segera

diberikan lapisan bahan campuran untuk perawatan tersebut yang sesuai


dengan sub-paragraf e. Tidak kurang 1 jam ataupun tidak lebih dari 4 jam
setelah dilaksanakannya pelapisan dengan bahan campuran tersebut,
permukaan harus dibasahi dengan air yang disemprotkan seperti kabut,
dan lapisan perawatan beton harus ditempatkan pada papan. Lapisan
perawatan tersebut harus terdiri salah satu dari 2 tipe berikut ini :
-

Lembaran tebal dari kertas waterproof yang diletakkan saling bertumpu


dan dengan sambungan antara bidang yang tertutupo dengan pita
penutup yang lebar 5 cm ataupun pinggiran yang saling menutup tidak

CV. MANDIRI JAYA

55

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

kurang 7 cm dan dikencangkan bersama dengan semen waterproof


untuk membentuk sambungan menerus yang kedap air.
-

Lembaran

dari

polyethylene

yang

transparan

yang

mempunyai

ketebala tidak kurang 0.152 mm ( 6 mils ) diletakkan saling bertumpu


dan dengan sambungan-sambungan antara lembaran yang tertutup
dengan pita acetat dengan lebar 25 mm.
Perawatan dengan menggunakan penutup tersebut harus dibiarkan pada
tempatnya selama 14 hari masa perawatan dan tidak boleh dibongkar
sampai beton yang berdekatan telah dicor. Bilamana lapisa penutup
tersebut sobek atau rusak maka kontraktor harus segera mengganti
bagian yang rusak tersebut.
Selama 7 hari pertama dari masa perawatan, tidak diperkenankan adanya
lalulintas pejalan kaki dan penempatan sementara dari bahan-bahan yang
memberikan tekanan yang ringan diperkenankan hanya pada bagian atas
dari lembaran plywood yang mempunyai ketebalan minimum 15 mm, yang
diletakkan diatas lapisan penutup darin perawatan tersebut.
g. Metode 6
Permukaan harus disemprot dengan suatu bahan yang terdiri dari suatu
aspal emulsi, segera setelah cetakan (bekisting) untuk dinding telah
dibongkar. Pelaksanaan penyemprotan harus dalam 2 lapisan. Lapisan
pertama harus dicampur dengan air sampai bagian dan harus dapat
disemprotkan untuk mendapatkan hasil semprotan seluas 2.5 m 2/ltr dari
campuran tersebut. Lapisan yang kedua harus terdiri dari bahan yang
telah ditentukan untuk digunakan, tidak dicampur dengan air, dan harus
disemprotkan untuk mendapatkan semprotan maksimum seluas 2 m 2/ltr.
Segera setelah lapisan aspal emulsi telah selesai dikerjakan, daerah yang
berada dalam lapisan tersebut haruys dilapisi dengan white-wash. Suatu
formula untuk campuran white-wash boleh digunakan yang dapat
menghasilkan lapisan yang merata dengan permukaan yang putih dan
ditinggalkan sedemikian sampai pengurugan. Apabila white-wash gagal
untuk ditinggalkan pada permukaan sampai pengurugan dikerjakan,
kontraktor harus melaksanakan penambahan white-wash sebagaimana
diperintahkan oleh direksi.
h. Metode 7

CV. MANDIRI JAYA

56

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

Segera setelah beton dicor, harus dibasahi dengan air yang disemprotkan
yang membentuk suatu kabut air dan lapisan tipis dari air harus selalu
dijaga

pada

permukaan

sampai

suatu

larutan

waterproofing

telah

dilaksanakan. Permukaan harus disemprot dengan larutan watreproofing


dalam waktu 12 jam setelah finishing dan kemudian harus dilapisi dengan
whitewash yang sesuai dengan sub-paragraf (9) diatas.
Dalam waktu 36 jam setelah finishing permukaan beton telah selesai dan
setelah watreproofing telah selesai dikerjakan permukaan pada bidang
beton tersebut harus ditutup dengan karung goni. Karung goni harus
diletakkan diatas beton dengan cara sedemikian sehingga pinggirnay
saling menutup satu sama lain dan tidak akan tercabut atau terbuka oleh
angin. Karung goni harus dijaga selalu basah sampai pengurugan terakhir
dengan tanah telah dikerjakan.

3.18 PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN BETON


Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan akibat
cuaca panas yang berlebihan, kurang lembab, tekanan terlalu berlebihan,
atau akibat lainnya sebelum diserahkannya kepada Pemilik Proyek.
Pemeliharaan khusus harus diberikan untuk menghindari kerusakan
permukaan lainnya. Beton yang rusak atau sebelumnya dijumpai telah
cacat atau menjadi rusak pada waktu diserahkannya seluruh pekerjaan
atau kedapatan menyimpang dari garis atau kemiringan yang telah
ditentukan, atau penyebab-penyebab lain yang tidak sesuai dengan
persyaratan, harus diperbaiki atau dibongkar dan diganti dengan beton
yang sesuai dengan persyaratan atas biaya kontraktor.
3.19 PENYELESAIAN PERMUKAAN BETON
a. Semua permukaan yang telah selesai dikerjakan harus memenuhi
bentuk,

kelurusan,

kemiringan,

penampang

dengan

akurat

sebagaimana ditunjukkan dalam perencanaan atau yang dijelaskan


oleh Direksi. Permukaan harus bebas dari gumpalan gumpalan beton
akibat kleluar dari celah cetakan, tonjolan-tonjolan, bergelombang,
membentuk garis lurus yang disebabkan oleh lekukan pada permukaan
dinding, membentuk seperti rumah lebah akibat udara yang tertinggal,
atau permukaan-permukaan yang tiodak rata lainnya, dan harus
menghasilkan suatu penyelesaian permukaan yang rata, keras dan
tanpa sambungan.
b. Kecuali ditentukan lain dalam paragraf ini, permukaan beton bagian
atas yang tidak dibatasi oleh cetakan harus diselesaikan menjadi
CV. MANDIRI JAYA

57

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

permukaan yang rata dan dikerjakan dengan peralatan yang sesuai.


Pengerjaan beton pada permukaan tersebut diatas yang berlebihan
tidak

diperkenankan.

Semua

permukaa

harus

dikerjakan

secara

monolotis. Penggunaan semen dan pasir halus dengan maksud untuk


mengeringkan permukaan beton yang basah tidak diperkenankan. Plat
lantai

dan

bagian

atas

dinding

yang

tampak

serta

pinggiran-

pinggirannya harus dikerjakan dengan cetok. Pada plat lantai yang


tersebut pada bagian diatas boleh dikerjakan dengan batang perata
beton setelah dibuat mal. Selanjutnya pada pengerjaan berikutnya,
semua permukaan beton yang miring dikerjakan dengan menggunakan
sapu lidi yang membentuk permukaan yang kasar.
3.20 PENGERJAAN BETON YANG CACAT
a. Segera setelah cetakan dibongkar, semua permukaan beton yang
tampak harus diperiksa dengan teliti da semua bidang yang tidak
teratur harus segera diratakan dengan cara yang sesuai untuk
menjamin permukaan yang licin, merata dan tanpa sambungan.
Plesteran atau penambalan permukaan yang licin tidak diperkenankan.
Perbaikan tidak boleh dilakukan sebelum diperiksa oleh Direksi dan
hanya yang ditunjukkannya yang dikerjakan. Apabila pada beton
terdapat rongga-rongga, berlubang, sarag lebah atau cacat-cacat yang
serupa, harus dibongkar semuannya dan diganti. Semua perbaikan dan
penggantian harus segera dilaksanakan oleh kontraktor atyas biaya
sendiri.
b. Lobang-lobang yang disebabkan oleh batang pegikat harus diperbesar
degan

alat

pembesar

lobang

yang

sesuai

agar

menghasilkan

permukaan yang bersih dan kasar. Kemudian lubang tersebut harus


segera diperbaiki dengan cara yang disetujui dengan menggunakan
bahan mortar yang masih kering. Lobang-lobang yang diakibatkan oleh
alat-alat pengikat cetakan yang mempunyai penampang lintang
persegi panjang dan bentuk lain yang tidak sesuai, yang memiliki
kedalaman yang lebih besar dari pada dimensi permukaan yang
terkecil, tidak boleh diperbesar tetapi harus diperbaiki dengan suatu
cara yang diijinkan dengan menggunakan bahan mortar yang kering.
c. Semua perbaikan harus dikerjakan dan dibentuk sedemikian rupa
sehingga pekerjaan akhir sesuai dengan persyaratan yang ditentukan
dalam pasal 3.18 dengan menggunaka metode yang diijinkan, yang
tidak mempengaruhi ikatan beton, menyebabkan penurunan, atau
retak-retak rambut. Permukaan dari perbaikan tersebut harus dapat
CV. MANDIRI JAYA

58

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

menerima jenis dan banyaknya pengerjaan perbaikan yang sama,


sebagaimana yang diperlukan pada penampang yang diperbaiki.
d. Sebelum pengisian suatu bangunan dengan air, maka retak-retak yang
ada harus dibentuk Y dan dapat diisi dengan sealent dari sambugan
konstruksi yang sesuai dengan rekomendasi pabrik yang memproduksi
sealent.
3.21 FLENS PUDDLE DAN BALOK PENOPANG PIPA
Perlengkapan flens puddle untuk dinding bangunan boleh dari tipe flens
tunggal atau flens ganda. Bilamana tipe flens tunggal dipergunakan maka
harus diletakkan sedemikian rupa sehingga berada pada tengah-tengah
dinding. Bilamana tipe flens ganda dipergunakan maka harus diletakkan
sedemikian rupa sehingga permukaan setiap flens

bagian luar rata

dengan permukaan dinding tersebut. Blok penopang pipa harus disiapkan


kontraktor, bilamana dalam ruangan diperlukan untuk menopang pipa
seperlunya,

baik

selama

pengerjaan

maupun

setelah

konstruksi.

Kontraktor harus bertanggung jawab sepenuhnya bila terjadi kerusakan


pipa yang disebabkan oleh kelalaiannya untuk menyediakan penopang
pipa yang memadai. Blok penopang harus dibuat dari beton K-175.
3.22 PENGUJIAN LAPANGAN
Untuk

menentukan

tegangan

tekan

dalam

kg/cm 2

akan

dilakukan

pengujian dengan silinder beton berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Dua


silinder beton penguji tersebut harus dibuat untuk setiap 40 m 3 beton dari
setiap klas beton yang dicor. Sebuah silinder harus diuji untuk umur beton
7 hari dan lainnya umur 28 hari. Laporan hasil pengujian harus diserahkan
berupa duplikat kepada Direksi. Setiap saat tegangan beton berumur 7
hari harus dibawah 70% dari tegangan beton yang berumur 28 hari.
Direksi dapat memerintahkan segera untuk menambah semen kedalam
campuran. Campuran yang digunakan dapat berubah sewaktu-waktu,
menurut pendapat Direksi perubahan demikian diperlukan untuk menjamin
kualitas beton yang diharapkan, kepadatan, kedap air, permukaan yang
licin dan kuat, dan kontraktor tidak berhak memperoleh tambahan biaya
atas perubahan tersebut. Kontraktor harus membayar semua biaya
pengujian silinder baik pengujian untuk silinder yang berumur 7 hari
maupun yang berumuer 28 hari untuk setiap 40 m 3 dari setiap klas beton
yang dicor. Pengujian silinder yang diperlukan diluar dari yang ditentukan
akan dibayar sebagai pembayaran tambahan dalam kontrak.
3.23 BETON UNTUK KEPERLUAN KHUSUS

CV. MANDIRI JAYA

59

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

3.23.1

Beton Dengan Campuran Kasar

Beton dengan campuran kasar yang dipergunakan untuk drainase bawah


tanah, harus terdiri dari campuran semen : agregat adalah 1 : 8. Agregat
harus bergradasi dari 18 mm sampai 10 mm. Hanya air yang secukupnya
untuk menjamin pencampuran antara semen dan agregat yang sempurna.
Pertama-tama setengah volume air yang diperlukan dituang ke dalam
mixer, setelah agregat dan semen telah diperiksa dengan benar. Setelah
sebagian pencampuran tersebut telah diaduk secukupnya maka sisa air
harus ditambahkan sampai mencapai konsistensi yang memadai.
3.23.2

Beton Untuk Lantai Kerja

Beton untuk lantai kerja dalam manhole dan pekerjaan struktur harus
terbuat dari beton K-125 kecuali ditentukan lain. Beton tersebut harus
dicor dengan workability yang rendah sampai kira-kira pada bentuk yang
diperlukan bilamana beton masih nampak kurang keras maka harus
diselesaikan dengan beton K-175 dengan ketebalan tidak kurang dari 50
mm dengan menggunakan cetok dan sampai ketinggian yang ditentukan
dalam gambar.
3.23.3Beton Air Entrained
Beton untuk semua struktur yang telah ditentukan, harus meliputi air
entraining

agent

yang

diperkenankan

yang

memungkinkan

untuk

menghasilkan air entrainment 5% dengan toleransi 0.5%.


Campuran tersebut harus benar-benar direncanakan, bila dipergunakan
agregat alam bergradasi serta air entraining agent.
Setiap saat Pemililk berhak untuk meminta contoh air entraining agent
yang dipergunakan.
Pemakaian air entraining agent harus ditentukan dengan suatu alat yang
dapat mengatur banyaknya pemakaian bahan tersebut dan ditambahkan
ke dalam air pencampur.
Air entraining agent tidak boleh dipergunakan tanpa adanya persetujuan
tertulis dari Direksi.
3.23.4

Beton Yang Dipompa

Bilamana pemompaan beton diperkenankan untuk dipergunakan maka


kelonggaran persyaratan tidak diperkenankan. Penanganan khusus harus
diberikan pada gradasi dari agregat yang tepat untuk mencegah adanya
bleeding

dan

atau

penguraian

selama

pelaksanaan

pemompaan.

Pemberian bahan-bahan tambahan yang dapat mengurangi air atau


bahan-bahan lainnya, termasuk flyash, untuk memperbaiki karateristik
aliran beton, hanya diperbolehkan bila hal itu ditunjukkan bahwa tidak
CV. MANDIRI JAYA

60

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

akan menimbulkan pengaruh yang berlawanan dari beton baik dalam


tahap plastis maupun pada akhir pekerjaan.
3.23.5

Beton Cetak

Beton cetak harus diperoleh dari suatu pabrik yang disetujui atau
dikerjakan oleh tenaga kerja khusus yang trampil dan harus mempunyai
bentuk dan ukuran yang tepat, permukaan yang betul-betul licin dan
bebas dari cacat-cacat, rongga-rongga udara dan cacat-cacat lainnya, baik
yang berbentuk sebelumnya atau sesudah berakhirnya pelaksanaan
konstruksi. Beton cetak harus memenuhi persyaratan yang diijinkan.
3.23.6

Beton Blok dan Bagian Bagiannya

Agregat kasar dari batu kapur yang lunak dan tahan cuaca tidak
diperkenankan

untuk

digunakan

pada

beton

blok

dan

bagian

bagiannya. Agregat yang halus terdiri dari pasir yang dihasilkan dari
proses disintegrasi alam. Beton blok dan bagian bagiannya harus diuji
terhadap daya serap airnya dan tidak melebihi dari 2.5% setelah 10 menit
ataupun

6.5%

setelah

dilakukannya

perendaman

selama

24

jam,

persentase tersebut diperoleh dari berat kering atas bagian dari bahan
yang diuji tersebut.
3.24 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
3.24.1

Umum

a. Beton Termasuk Pekerjaan Pemasangan Cetakan (Bekesting)


Volume yang dibayar berdasarkan meter cubic beton dari beton yang
sesuai dengan klasnya, yang telah dicor dan telah diterima oleh Direksi,
bila tidak ditentukan lain dalam Rencana Anggaran Biaya (Bill of Quantity).
Tidak ada pengukuran yang dikerjakan terhadap pekerjaan-pekerjaan yang
dinyatakan lump sum pada Rencana Anggaran Biaya.
b. Tulangan Beton
Banyaknya tulangan akan dihitung berdasarkan berat tulangan yang
ditunjukkan dalam gambar dan sesuai dengan susunan yang telah
disetujui oleh Direksi atau menurut petunjuk tertulis dari Direksi yang telah
dipasang dan disetujuinya. Satuan berat yang dipergunakan berdasarkan
satuan berat yang ditentukan.

CV. MANDIRI JAYA

61

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung

CV. MANDIRI JAYA

62

Вам также может понравиться