Вы находитесь на странице: 1из 27

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat


rahmat dan hidayah-Nya

sehingga tugas Drainase Perkotaaan ini

dapat kami selesaikan dengan baik.


Tugas Drainase Perkotaan ini merupakan realisasi dari kuliah
yang

diprogramkan

sebelumnya.

Tugas

ini

bertujuan

untuk

meningkatkan ketrampilan mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmuilmu teknik sipil, khususnya mata kuliah Drainase Perkotaan.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan demi penyempurnaan tugas semacam ini
dimasa yang akan dating.
Kami sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan tugas Drainase Perkotaaan ini. Harapan
kami semoga tugas Drainase Perkotaaan ini dapat bermanfaat demi
peningkatan kemampuan kita semua terutama bagi mahasiswa teknik
sipil.

Makassar,

Januari 2004

(Rizaldy)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam
upaya
untuk
mengisi/mengurangi
masalah
genangan air hujan di berbagai kota di Indonesia, maka
pemerintah Indonesia mempunyai strategi dan program-program
di bidang Cipta Karya, dimana salah satu program tersebut adalah
Sektor Drainase.
Di tinjau dari ketersediaan prasarana drainase kota yang
ada saat ini, terdapat indikasi bahwa tingkat kebutuhan sudah
jauh diatas tingkat penyediaan, utamanya untuk kota-kota yang
sedang pesat mengalami proses pembangunan.
Sebab-sebab terjadinya banjir/genangan, pada dasarnya
dapat dibagi dua, yaitu akibat kondisi alam setempat misalnya
curah hujan yang relatif tinggi, kondisi topografi yang landai, dan
adanya pengaruh pengempangan (back water) dari sungai atau
laut. Sedang yang termaksud akibat dari tingkah laku manusia
misalnya masih adanya kebiasaan membuang sampah ke dalam
saluran/sungai, hunian di bantaran sungai, dan adanya
penyempitan saluran/sungai akibat adanya suatu bangunan
misalnya gorong-gorong atau jembatan.
Selain dari itu masalah banjir/genangan dapat pula
disebabkan oleh karena belum tertatanya dengan baik sistem
drainase yang diperlukan, atau karena kurang terpeliharanya
sistem drainase yang telah ada.

1.2. Maksud dan Tujuan


Maksud :

Tugas ini merupakan bagian dari mata kuliah Drainase


Perkotaan dan merupakan prasyarat untuk mengikuti
ujian.

Tujuan

Tujuan dari tugas Drainase Perkotaan ini adalah


sebagai berikut :
Analisa data curah hujan dari stasiun wilayah yang
direncanakan.
Menghitung intensitas curah hujan.
Menghitung debit rencana.
Mendimensi saluran drainase.

Drainase Perkotaan

Membuat gambar rencana.

BAB II
KRITERIA PERENCANAAN
Dalam suatu pekerjaan untuk melaksanakan perencanaan yang
mendetail suatu proyek maka diperlukan suatu pedoman perencanaan
untuk memudahkan perencanaan pedoman tersebut tersebut biasa
disebut dengan Kriteria Perencanaan.
Kriteria Perencanaan harus disesuaikan dengan keadaan lokasi
proyek, agar didapat hasil seperti yang diharapkan. Kriteria
Perencanaan untuk proyek Drainase Perkotaan terdiri dari 5 (lima)
pembahasan teknis utama yaitu:
1. Kriteria
Area)
2. Kriteria
3. Kriteria
4. Kriteria
5. Kriteria

Penentuan/Pembagian Daerah Layanan (Sub. Catchment


Pengukuran Topografi
Hidrologi
Hidrolika saluran dan bangunan
Struktur.

2.1. Kriteria Penentuan Pembagian Daerah Layanan


(Sub. Catchment Area)
Dalam menentukan luasan catchment area dari sebuah
saluran yang melayani suatu areal tertentu, perlu diperhatikan
sistem drainase pada kota tersebut secara keseluruhan.
Mengingat masing-masing areal pelayanan dari setiap saluran
merupakan sebuah subsistem dari sistem drainase kota sebagai
suatu kesatuan. Penentuan besarnya catchment area sangat
tergantung dari beberapa faktor, antara lain :
a. Kondisi topografi daerah proyek.
b. Sarana/prasarana drainase yang sudah ada.
c. Sarana/prasarana jalan yang sudah ada dan akan dibangun.
d. Sarana/prasarana kota lainnya seperti jaringan listrik, air
bersih, telepon, dan lain-lain.
e. Ketersediaan lahan alur saluran.

Drainase Perkotaan

2.2 Kriteria Pengukuran Topograf


Pengukuran topografi saluran adalah untuk mendapatkan
situasi memanjang dan melintang saluran serta situasi bangunan
yang ada dan yang akan direncanakan. Sebagai referensi untuk
pelaksanaan pengukuran topografi digunakan titik-titik tetap yang
telah ada di kota yang bersangkutan.
Metode pengukuran yang dilakukan meliputi :
Pengukuran Polygon/Perbaikan Peta
Pengukuran Water Pass (Levelling)
Cross Section
Pemasangan Bench Mark (BM)
Titik Referensi
2.2.1 Pengukuran Polygon/Perbaikan Peta
Pengukuran ini pada base line yang ddibuat
disebelah saluran (pada bahu jalan atau tanggul) melalui
patok-patok dengan prosedur sudut polygon diukur seri
ganda (biasa/luar biasa dengan menggunakan Theodolit
(To).
2.2.2 Pengukuran Water Pass/Levelling
Pengukuran Water Pass ini menggunakan alat uur
Automatic Levelling seperti B2 Sokhisha dan Topcon.
Pengukuran dilakukan pada titik polygon dan diikat ke titik
referensi yang dipakai.

2.2.3 Cross Section


Cross Section dilakukan setiap interval maksmum
100 meter dengan metode stadia survey dimana titik cross
jalur sudah dikontrol elevesinya dengan alat Automatic
Levelling.
2.2.4 Pemasangan Bench Mark (BM)
Pemasangan Bench Mark (BM) dilakukan pada
tempat-tempat yang aman dan diikat ke sistem koordinat
yang ada. BM ini dibuat dari kolom beton 20/20 cm dengan
tinggi 1,00 m, dan bagian yang tertanam dalam tanah 70

Drainase Perkotaan

cm yang pangkalnya dibuat kaki (pondasi


bersilang untuk pemberat dan stabilitas.

telapak)

2.2.5 Titik Referensi


Titik refensi yang digunakan untuk pekerjaan
Drainase adalah titik tetap yang ada di dalam kota.

2.3 Kriteria Hidrologi


2.3.1 Data Curah Hujan
Data curah hujan yang diperlukan adalah data curah
hujan pengamatan periode jangka pendek, yakni dalam
satuan menit. Data yang dipergunakan diperoleh dari
stasiun
pengamatan
curah
hujan
otomatis
yang
digambarkan dalam bentuk grafik. Stasiun yang dipilih
adalah
stasiun
yang
terletak
di
daerah
perencanaan/observasi (Point Rainfall) dan pada staiun
yang berdekatan dan masih memberi pengaruh pada
daerah perencanaan dengan syarat benar-benar dapat
mewakili kondisi curah hujan daerah tersebut.
Tahap awal yang perlu dilakukan dalam pemilihan
data curah hujan yang akan dipakai dalam analisa adalah
meneliti kualitas data curah hujan, yakni mengenia lokasi
pengamatan, lama pengamatan yang didapat di Andal
adalah lebih besar dari 15 tahun. Semakin banyak data
dan lebih lama periode pengamatan akan lebih akurat
karena
kemungkinan
kesalahan/penyimpangan
bisa
diperkecil.
Apabila data curah hujan pengamatan jangka pendek
tidak didapatkan pada daerah perencanaan, maka analisa
Intenstas
Curah
Hujan
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan data curah hujan pengamatan maksimum
selama 24 jam.
2.3.2

Analisa Curah Hujan


1. Analisa Frekuensi
Analisa Frekuensi adalah analisa kejadian yang
diharapkan terjadi rata-rata sekali N tahun atau dengan
kata lain periode berulangnya sekian tahun.

Drainase Perkotaan

Metode analisa frekuensi yang diterapkan pada


perencanaan sistem drainase adalah dengan cara
Eksterm Value dari E. G. Gumbel, yakni suatu
metode distribusi frekuensi yang mendasarkan pada
karakteristik dari penyebaran dengan menggunakan
suatu koreksi yang veriabel dan menggunakan distribusi
dari harga-harga maksimum. Rumus umum untuk
menghitung analisa frekuensi adalah :
Xtr = x + k.Sd
Ytr Yn
Sn

Ytr

= - (0,834 + 2,303 log.log

Tr
)
Tr 1

dimana :
Xtr = besar aliran/curah hujan untuk periode ulang tr
tahun
= curah hujan maksimum rata-rata selama
x
pengamtan
Sd = Standar Deviasi
k
= faktor frekuensi
Sn & Tn merupakan fungsi dari besarnya data
Ytr = Reduced Variate
Tabel 2-1 : Reduced Variate (YT)
Return Periode (years) =
T
2
5
10
20
25
50
100
200
Keterangan :

Reduced Variate = Yr
0,3665
1,4999
2,2502
2,9702
3,1985
3,9019
4,6001
5,2958

Untuk setiap perhitungan yang mempergunakan


Tabel 2-1 dapat pula dipakai rumus

2. Intensitas Curah Hujan


Intensitas curah hujan adalah curah hujan yang
terjadi pada satu satuan waktu. Intensitas Curah hUjan
diperhitungkan terhadap lamanya hujan (durasi) dan

Drainase Perkotaan

frekuensinya atau dikenal dengan Lengkung Intensitas


Durasi frekuensi (IDF Curve). Intensitas curah hujan
diperlukan untuk menentukan besar aliran permukaan
(run off).
Pada
perhitungan
intensitas
curah
hujan
diperlukan data curah hujan jangka pendek (5-60
menit), yang mana data curah hujan jangka pendek ini
hanya didapat dari data pengamatan curah hujan
otomatic dari kertas diagram yang terdapat pada
peralatan pencatatan.
Apabila data curah hujan yang tersedia hanya
merupakan data pencatatan curah hujan rata-rata
maksimum harian (R24) maka dapat digunakan rumus
Bell.
Pi = (0,21 Ln T 0,52) (0,54 t0,25 0,50) P60 (T)
dimana :
Pi
= presipitasi/intensitas curah hujan t menit
dengan periode ulang T tahun
60
P (T) = perkiraan curah hujan jangka waktu 60 menit
dengan periode ulang T tahun
Perhitungan intensitas curah hujan dengan data
pengamatan jangka pendek sesuai durasi dipakai
rumus-rumus sbb :
a. Formula Talbot
I =

a
t b

dimana :
a =

(it )(i 2 ) (i 2t )(i )


N (i 2 ) (i )(i )

b =

(i )(it ) N (i 2t )
N (i 2 ) (i )(i )

b. Formula Sherman
I =
dimana :

a
tn

Drainase Perkotaan

(log i )(log t ) 2 (log t. log i )(log t )


N (log t ) 2 (log t )(log t )

log a =

n =

(log i )(log t ) N (log t. log i )


(log t ) 2 (log t )(log t )

c. Formula Ishiguro
I =

a
t b

dimana :
a =

(i t )(i 2 ) (i t )(i )
N (i 2 ) (i )(i )

b =

(i )(i t ) N (i 2t )
N (i 2 ) (i )(i )

I
t
I

= intensitas curah huajn (mm/menit)


= lamanya curah hujan atau durasi (menit)
= presipitasi/intensitas curah hujan jangka
pendek t menit
a, b, n = konstanta yang bergantung pada lamanya
curah hujan
N
= jumlah pengamatan
Seandainya data curah hujan pengamatan janga
pendek tidak didapat pada daerah perencanaan, maka
analisa intensitas curah hujan dapat dilakukan dengan
menggunakan
data
curah
hujan
pengamatan
maksimum selama 24 jam dan selanjutnya dihitung
dengan memakai formula Dr. Mononobe.
I =

R24 24
.

24 t

2
3

dimana :
I
= intensitas curah hujna (mm/jam)
t
= waktu hujan atau durasi (menit)
R24 = curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)

Drainase Perkotaan

2.3.3

Hubungan Antara Intensitas, Durasi, dan Frekuensi


Data dasar yang dipakai untuk menurunkan
hubungna antara intensitas, durasi, dan frekuensi hujan
adalah data rekaman curah hujan dengan hasil akhir
disajikan dalam bentuk tabel dan kurva. Data tersebut
sangat dipengaruhi oleh letak serta kerapatan stasiun
curah hujan, ketepatan mengukur dan lamanya/panjang
pengamatan.
Cara Analisa Seri Waktu
Cara ini dapat dilakukan apabila semua data lengkap,
pertama setiap durasi hujan tertentu dengan intensitas
maksimum tahunannya dicatat dan ditabulasikan, satu
data mewakili satu tahun. Disusun secara berurut dan
dihitung analisa frekuensinya, susun durasi hujan menurut
frekuensi.
Turunkan intensitas curah hujan (mm/jam) kemdian
diplot dalam salib sumbu dengan durasi sebagai axis dan
intensitas sebagai ordinat

2.3.4

Periode Ulang
Periode ulang ditetapkan berdasarkan kebutuhan
drainase pada suatu daerah sesuai Catchment Area seperti
pada tabel di bawah ini :
Tabel 2-2 : Periode Ulang
JENIS KOTA
Metropoitan
Kota Besar
Kota Sedang
Kota Kecil
Kota
Sangat
Kecil

10
1
1
1
1

2
2
2
2

CATCHMENT
10 100
25
25
25
12
1

AREA (Ha)
100 > 500
500
5 10
10 25
25
5 15
25
10
12
25
1

Sumber : Urban Drainage Guidelines and Design Standards

Pada tahun 1993 Makasar masuk kategori kota


metropolitan denganjumlah penduduk kurang lebih 1 juta
jiwa. Namun dalam perhitungan desain masih dianggap

Drainase Perkotaan

kota besar. Karena keterbatasan dana dan lahan serta


sistem pengaliran yang ada adalah gravitasi.
2.3.5

Metode Analisa Curah Hujan


Dalam menganalisa data curah hujan, terlebih
dahulu di analisa sifdat statistik dari data curah hujan yang
ada dengan menggunakan Metode Parameter Statistik.
Seteleh di analisa kemudian digunakanlah metode analisa
curah hujan yang ada seperti metode Normal, metode Log
Normal, metode Gumbel, dan metode Log Pearson Type III.
Dari ke empat metode analisa curah hujan di atas dipakai
yang paling cocok dengan sifat statistik dari data curah
hujan yang tadi sudah dianalisa dengan menggunakan
Parameter Statistik.
1. Metode Gumbel
Rumus :
Xt = X + K.Sx
K =

Sx =

Yt Yn
Sn

X 2 X . X
n 1

dimana :
Xt = Besaran yang diahrapkan terjadi dalam t tahun
X = Harga pengamatan rata-rata
t = Periode ulang
K = Faktor frekuensi
Yt = Reduced Variate (lihat tabel 2.1)
Yn = Reduced Mean (lihat tabel 2.3)
Sn = Reduced standard deviasi (lihat tabel 2.4)
Sx = Standard deviasi
Tabel 2-3
REDUCED MEAN (Yn)
n
10
20
30
40
50
60
70

0
0,4952
0,5236
0,5362
0,5436
0,5485
0,5521
0,5548

1
0,4996
0,5252
0,5371
0,5442
0,5489
0,5524
0,5550

2
0,5035
0,5268
0,5380
0,5448
0,5493
0,5527
0,5552

3
0,5070
0,5283
0,5388
0,5453
0,5497
0,5530
0,5555

4
0,5100
0,5296
0,5396
0,5458
0,5501
0,5533
0,5557

5
0,5128
0,5300
0,5400
0,5468
0,5504
0,5535
0,5559

6
0,5157
0,5820
0,5410
0,5468
0,5508
0,5538
0,5561

7
0,5181
0,5882
0,5418
0,5473
0,5511
0,5540
0,5563

8
0,5202
0,5343
0,5424
0,5477
0,5515
0,5543
0,5565

9
0,5220
0,5353
0,5430
0,5481
0,5518
0,5545
0,5567

Drainase Perkotaan

80
90

0,5569
0,5586

0,5570
0,5589

0,5572
0,5589

0,5574
0,5591

0,5576
0,5592

0,5578
0,5593

0,5580
0,5595

0,5581
0,5596

0,5583
0,5598

0,5585
0,5599

Tabel 2-4
REDUCED STANDARD DEVIATION (Sn)

n
10
20
30
40
50
60
70
80
90

0
0,9496
1,0628
1,1124
1,1413
1,1607
1,1747
1,1854
1,1938
1,2007

1
0,9676
1,0696
1,1159
1,1436
1,1623
1,1759
1,1863
1,1945
1,2013

2
0,9833
1,0754
1,1193
1,1458
1,1638
1,1770
1,1873
1,1953
1,2020

3
0,9971
1,0811
1,1226
1,1480
1,1658
1,1782
1,1881
1,1959
1,2026

2. Metode Hasper
Rumus :Rt
=

4
1,0000
1,0864
1,1255
1,1499
1,1667
1,1793
1,1890
1,1967
1,2032

5
1,0206
1,0915
1,1285
1,1519
1,1681
1,1803
1,1898
1,1973
1,2036

6
1,0316
1,0961
1,1313
1,1538
1,1696
1,1814
1,1906
1,1980
1,2044

7
1,0411
1,1004
1,1339
1,1557
1,1708
1,1824
1,1915
1,1987
1,2049

8
1,0493
1,1047
1,1363
1,1574
1,1721
1,1834
1,1923
1,1994
1,2055

9
1,0565
1,1080
1,1388
1,1590
1,1734
1,1844
1,1930
1,2001
1,2060

R + Sn . Ut

dimana :
Rt =

Curah hujan dengan periode ulang tertentu

R =

Curah hujan maksimum rata-rata

Sn

Standard

deviasi

untuk

tahun

pengamatan
Ut =
Sn =

Standart variabel untuk periode ulang tertentu


1 R1 R R 2 R

2 U 1
U 2

dimana :
R1 = Curah hujan maksimum I
R2 = Curah hujan maksimum II
U1 = Standart variabel untuk periode ulang R1
U2 = Standart variabel untuk periode ulang R2

Drainase Perkotaan

Untuk nilai U dan T dapat dilihat pada tabel 2.5 di bawah ini.
HUBUNGAN ANTARA T dan U
T
1,00
1,01
1,02
1,03
1,04
1,05
1,06
1,08
1,10
1,15
1,20
1,25
1,30
1,35
1,40
1,50
1,60
1,70
1,80
1,90
2,00
2,20
2,40
2,60
2,80
3,00
3,20
3,40
3,60
3,80
4,00
4,50
5,00
5,50
6,00
6,50
7,00
7,50
8,00
9,00
10,00
11,00
12,00
13,00

U
- 1,86
- 1,35
- 1,28
- 1,23
- 1,19
- 1,15
- 1,12
- 1,07
- 1,02
- 0,93
- 0,85
- 0,79
- 0,73
- 0,68
- 0,63
- 0,54
- 0,46
- 0,40
- 0,33
- 0,28
- 0,22
- 0,13
- 0,04
0,04
0,11
0,17
0,24
0,29
0,34
0,39
0,44
0,55
0,64
0,73
0,81
0,88
0,95
1,01
1,06
1,17
1,26
1,35
1,43
1,50

T
15,00
16,00
17,00
18,00
19,00
20,00
21,00
22,00
23,00
24,00
25,00
26,00
27,00
28,00
29,00
30,00
31,00
32,00
33,00
34,00
35,00
36,00
37,00
38,00
39,00
40,00
41,00
42,00
43,00
44,00
45,00
46,00
47,00
48,00
49,00
50,00
52,00
54,00
56,00
58,00
60,00
62,00
64,00
66,00

U
1,63
1,69
1,74
1,80
1,85
1,89
1,94
1,98
2,02
2,06
2,10
2,13
2,17
2,19
2,24
2,27
2,30
2,33
2,36
2,39
2,41
2,44
2,47
2,49
2,51
2,54
2,56
2,59
2,61
2,63
2,65
2,67
2,69
2,71
2,73
2,75
2,79
2,83
2,86
2,90
2,93
2,96
2,99
3,00

T
70
72
74
76
78
80
82
84
86
88
90
92
94
96
98
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190
200
220
240
260
280
300
350
400
450
500
600
700
800
900
1000
5000
10000
50000
80000

U
3,08
3,11
3,13
3,16
3,16
3,21
3,23
3,26
3,28
3,30
3,33
3,35
3,37
3,39
3,41
3,43
3,53
3,62
3,70
3,77
3,84
3,91
3,97
4,03
4,09
4,14
4,24
4,33
4,42
4,50
4,57
4,77
4,88
5,01
5,13
5,33
5,51
5,56
5,80
5,92
7,90
8,83
11,08
12,32

Drainase Perkotaan

14,00

1,57

68,00

3,05

500000

13,74

3. Metode Iwai
Rumus :
XT b

xo b

c log
log xo

1
n

log xi
n 1

Perkiraan harga b
b

1 n
n
.bi m

m i 1
10

Perkiraan harga Xo :
Xo

= log (Xo + b)
=

1 n
log( xi b)
n n 1

Perkiraan harga c :
1

2n( Xa Xo 2 )
n 1

dimana :
Xs = harga pengamatan dengan nomor urutan m
dari yang terbesar
Xt = harga pengamatan dengan nomo urutan m dari
yang terkecil
n

= banyaknya data

m = n/10, angka bulat (dibulatkan ke angka yang


terdekat)
xo = arc log xi
xi = hujan maksimum 24 jam
XT = hujan perencanaan untuk periode ulang T
tahun

Drainase Perkotaan

4. Metode Weduwen
Rumus :
Rn

= Mn.

Rmaks II
Mp

dimana:
Rn = Curah hujan dengan periode ulang n tahun
Mn = Koefisien perbandingan curah hujan dengan
periode ulang n
Mp = Koefisien perbandingan curah hujan dengan
periode ulang
R maks II = Curah hujan maksimum kedua
Tabel 2-6
Koefisien Mn dan Mp
Untuk Perhitungan Curah Hujan Maksimum
Menurut Metode Ir. J.P. Der Weduwen

Mn
p
1/5
1/4
1/3
1/2
1
2
3
4
5
10
15
20
25
30
40
50
60
70
80
90
100

Mp
0,238
0,262
0,291
0,336
0,41
0,49
0,541
0,579
0,602
0,705
0,766
0,811
0,845
0,875
0,915
0,948
0,975
1
1,02
1,03
1,05

Drainase Perkotaan

5. Metode Log Pearson Type III


Tabel 2-7: Nilai Cs dan k Distribusi Log-Pearson III
Kemencengan

(Cs)
3,0
2,5
2,2
2,0
1,8
1,6
1,4
1,2
1,0
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0,0
-0,1
-0,2
-0,3
-0,4
-0,5
-0,6
-0,7
-0,8
-0,9
-1,0
-1,2
-1,4
-1,6
-1,8
-2,0
-2,2
-2,5
-3,0

10

50
-0,396
-0,360
-0,330
-0,307
-0,282
-0,254
-0,225
-0,195
-0,164
-0,148
-0,132
-0,116
-0,099
-0,083
-0,066
-0,050
-0,033
-0,170
0,000
0,170
0,033
0,050
0,066
0,083
0,099
0,116
0,132
0,148
0,164
0,195
0,225
0,254
0,282
0,307
0,330
0,360
0,396

20
0,420
0,518
0,574
0,609
0,643
0,675
0,705
0,732
0,758
0,769
0,780
0,790
0,800
0,808
0,816
0,824
0,830
0,836
0,842
0,846
0,850
0,853
0,855
0,856
0,857
0,857
0,856
0,854
0,852
0,844
0,832
0,817
0,799
0,777
0,752
0,711
0,636

10
1,180
1,250
1,284
1,302
1,318
1,329
1,337
1,340
1,400
1,339
1,336
1,333
1,328
1,323
1,318
1,309
1,301
1,292
1,282
1,270
1,258
1,245
1,231
1,216
1,200
1,183
1,166
1,147
1,128
1,086
1,041
0,994
0,945
0,895
0,844
0,771
0,660

Periode Ulang (tahun)


25
50
100
Peluang (%)
4
2
1
2,278
3,152
4,051
2,262
3,048
3,845
2,240
2,977
3,705
2,219
2,912
3,605
2,193
2,848
3,499
2,163
2,780
3,388
2,128
2,706
3,328
2,087
2,626
3,149
2,043
2,542
3,022
2,180
2,498
2,957
1,998
2,453
2,891
1,967
2,407
2,824
1,939
2,359
2,755
1,910
2,311
2,686
1,880
2,261
2,615
1,849
2,211
2,544
1,818
2,159
2,472
1,785
2,107
2,400
1,751
2,054
2,326
1,716
2,000
2,252
1,680
1,945
2,178
1,643
1,890
2,104
1,606
1,134
2,209
1,567
1,777
1,955
1,528
1,720
1,880
1,488
1,663
1,806
1,448
1,606
1,773
1,407
1,549
1,660
1,366
1,492
1,588
1,282
1,379
1,449
1,198
1,270
1,318
1,116
1,166
1,197
1,035
1,069
1,087
0,959
0,980
0,990
0,888
0,900
0,905
0,793
0,798
0,799
0,666
0,666
0,667

Sumber : Hidrologi Jilid 1 (Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data), hal 219

Rumus :

200

1000

0,5
4,970
4,652
4,444
4,298
4,147
3,990
3,828
3,661
3,489
3,401
3,312
3,223
3,132
3,041
2,949
2,856
2,763
2,670
2,576
2,482
2,388
2,294
2,220
2,108
2,016
1,926
1,837
1,749
1,664
1,501
1,351
1,216
1,097
0,995
0,907
0,800
0,667

0,1
7,250
6,600
6,200
5,910
5,660
5,390
5,110
4,820
4,540
4,395
4,250
4,105
3,960
3,815
3,677
3,525
3,380
3,235
3,090
3,950
2,810
2,678
2,540
2,400
2,275
2,150
2,035
1,910
1,800
1,625
1,465
1,280
1,130
1,000
0,910
0,802
0,668

Drainase Perkotaan

Log X
s

Log X

Log X

LogXi
n

( LogXi Log X ) 2

n 1

n. ( LogXi Log X )3
(n 1)(n 2)( sLog X )3

Log XTr = Log X + k.(gLog X )


2.3.6

Debit Aliran
1. Debit Puncak
Untuk menghitung debit puncak rencana digunakan
Rasional
Method
(RM)
dimana
data
hidrologi
memberikan kurva intensitas durasi frekuensi (IDF) yang
seragam dengan debit puncak dari curah hujan ratarata sesuai wahtu konsentrasi.
Debit puncak dapat diformulasikan sebagai berikut :
Q = 0,00278 . Cs . C . I . A
dimana :
Q = Debit puncak rencana (m3/detik)
I = Intensitas (mm/jam) diperoleh
berdasarkan waktu konsentrasi
A = Luas catchment area (Ha)
Cs = Storage Cofficient

dari

IDF

curve

2. Koefsien Pengaliran (Run Off Cofficient)


Pada saat terjadi hujan pada umunya sebagian air
hujan akan menjadi limpasan dan sebagian mengalami
infiltrasi dan evaporasi. Bagian hujan yang mengalir di
atas permukaan tanah dan saat sesudahnya merupakan
limpasan/pengaliran. Besarnya koefisien pengaliran
untuk daerah perencanaan disesuaikan dengan
karakteristik daerah pengaliran yang dipengaruhi oleh
tata guna lahan (Land Use) yang terdapat dalam
wilayah pengaliran tersebut.
Besarnya koefisien pengaliran dapat dilihat pada tabel
2.8

Drainase Perkotaan

Tabel 2-8 : Besarnya Koefisien Pengaliran


KONDISI
Pusat Perdagangan
Lingkungan Sekitar
Rumah-rumah Tinggal
Kompleks Perumahan
Daerah Pinggiran
Apartemen
Indusrti Berkembang
Industri Besar
Taman Pekuburan
Taman Bermain
Lapangan dan Rel Kereta
Daerah Belum
Berkembang

KOEFISIEN

0,70
0,95
0,50
0,70
0,30
0,50
0,40
0,60
0,25
0,40
0,50
0,70
0,50
0,80
0,60
0,90
0,10
0,25
0,10
0,25
0,25
0,40
0,10
0,30
Sumber : Urban Drainage Guidelines and

KARAKTERISTIK

KOEFISIEN

Permukaan Aspal
Permukaan Beton
Permukaan Batu
Buatan
Permukaan Kerikil
Alur Setapak
Atap
Lahan Tanah Berpasir :
Kemiringan 2%
Kemiringan 2-7%
Bertrap 7%
Lahan Tanah Keras :
Kemiringan 2%
Kemiringan 2-7%
Bertrap 7%

0,70 - 0,95
0,80 0,95
0,70 0,85
0,15 0,35
0,10 0,85
0,75 0,95
0,05 0,10
0,10 0,15
0,15 0,20
0,13 0,17
0,18 0,22
0,25 0,35

Design Standards

3. Waktu Konsentrasi (tc)


Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan
oleh air untuk mengalir dari titik terjauh dari catchment
menuju suatu titik tujuan. Besar waktu konsentrasi
dihitung dengan rurmus :
tc = to + td
dimana :
tc = waktu konsentrasi (menit)
to = waktu pengaliran air pada permukaan tanah
dapat dianalisa dengan gambar
td = waktu pengaliran pada saluran, besarnya dapat
dianalisa dengan rumus
td = Ls/v
dimana :
Ls = jarak aliran dari tempat masuknya air sampai ke
tempat yang di tuju (m)
v = kecepatan aliran (m/detik)
4. Koefsien Penampungan
Makin besar Catchment Area, maka perlu adanya
gelombang banjir harus diperhitungkan, untuk itu

Drainase Perkotaan

pengaruh tampungan saluran di saat mengalami puncak


pengaliran debit dihitung dengan menggunakan
Rasional Method dengan mengalikan suatu koefisien
daya tampung daerah tangkapan hujan, sehingga
bentuk perhitungan menggunakan Metode Rasional
Modifikasi (MRM), besar koefisien tersebut :
Cs =

2.tc
2.tc td

dimana :
tc = waktu pengumpulan total (waktu konsentrasi)
td = waktu pengaliran pada saluran sampai titik yang
ditinjau
Keterangan :
Rumus Rasional Method sesuai digunakan untuk daerah
pengaliran yang kecil dengan batasan 20 sampai 300
Ha, sedangkan untuk Rasional Modifikasi dapat
digunakan untuk daerah pengaliran sampai 1300 Ha.
Sedangkan untuk daerah pengaliran yang lebih besar
dari itu maka digunakan Snyder Synthetic Unit
Hydrograph Method.
5. Metode Hydroraph dari SCS (US Soil Conservation
Service)
Salah satu metode ysng digunsksn dslsm
perhiutngna debit puncak dengna Hydrograph aliran
adalah metode SCS. Rumus ini dipakai untuk
menghitung debit dengan luas Catchment Area lebih
besar dari 1300 Ha.
Rumus tersebut adalah :
Qp =

0,02081. A.Q
Tp

dimana :
Qp = Debit puncak banjir (m3/detik)
A = Luas daerah tangkapan (Ha)
Tp = Waktu puncak hydrograph aliran (jam)
D/2 + log Time atau 0,70 Tc
D = Lamanya terjadi hujan
Q = Aliran permukaan/limpasan langsung (Direct Run
Off)
( P I A )2
Q =
( P LA ) S

Drainase Perkotaan

S =

1000
CN

N =

25400
254 / S

dimana :
IA = Abstraksi awal (IA = 2,5 mm
Indonesia)
= 0,2 S
P = Hujan harian maksimum
CN = Curva Number (Lihat Tabel)
S = Daya Tampung Maksimum (cm)
Tp = D/2 + log Time atau 0,70 x Tc
D = Lamanya hujan

untuk

DAS

Klasifikasi Kelompok Jenis Tanah Hidrologi :


1. Kelompok A : Terdiri dari tanah-tanah berpotensi rendah ,
daya resapan besar, walauoun kondisi basah. Pada umumnya
tersiri dari pasir sampai kerikil yang cukup dalam dengan
tingkat transmisi yang tinggi (cepat mngering dengan baik).
2. Kelompok B : Terdiri dari tanah-tanah dengan daya laju
penyusupan (infiltrasi) sedang keadaan basah. Umumnya
semakin dalam semakin kering dengna tekstur halus sampai
kasar dan tingkat transmisi airnya rendah.
3. Kelompok C :
Terdiri ddri tanah-tanah dengan daya laju
penyusupan yang lambat pada dalam keadaan basah.
Biasanya mempunyai lapisan tanah liat yang menghambat
proses pengeringan vertikal tekstur agak halus sampai cukup
halus dengna transmisi airnya lambat.
4. Kelompok D :
Terdiri dari tanah-tanah dengan potensi
limpasan tinggi, mempunyai daya laju penyusupan (infiltrasi)
yang sangat lambat saat basah, umumnya terdiri dari tanah
liat dengan penyerapan air yang tinggi (daya swelling) dimana
permukaan air tanah (water table)sangat tinggi di atas
permukaan atau tanah-tanah dangkal, tingkat transmisi airnya
sangat lambat.

Drainase Perkotaan

2.4 Kriteria Hidrolika Saluran dan Bangunan


2.4.1 Hidrolika Saluran
1. Penentuan Dimensi Saluran
B dan h saluran dapat ditentukan dengan rumus
sebagai berikut:
Bentuk trapesium
b 2h
h (1 m 2 ) 0.5
2
Q
A
A = (b+(m x h)) x h
V

2. Kapasitas Saluran
Rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah
pengaliran dalam saluran adalah Rumus Manning :
2

Q =

A.R 3 .S
n

Dengan asumsi aliran dalam tampang saluran adalah


Aliran Seragam.
3. Koefsien Kekasaran Manning
Besarnya koefisien kekasaran Manning (n) diambil :

Pasangan batu kali/gunung tidak diplester 0,20

Pasangan batu kali/gunung diplester 0,018

Tanah 0,025
4. Kecepatan Dalam Saluran
Kecepatan aliran dalam saluran direncanakan
sedemikian rupa, sehingga tidak menimbulkan erosi
pada dasar dan dinding saluran serta tidak terjadi
penumpukan sedemikian/kotoran di hulu saluran.
Kecepatan aliran yang diizinkan dalam saluran diambil :
Kecepatan maksimum =
3,0 m/detik pakai lining
Kecepatan maksimum =
1,6 m/detik tanpa lining
Kecepatan minimum = 0,3 m/detik pakai lining
Kecepatan minimum = 0,6 m/detik tanpa lining
Kemiringan
dasar
saluran
direncanakan
sedemikian rupa, sehingga akan memberikan kecepatan

Drainase Perkotaan

aliran yang besarnya terdekat diantara nilai toleransi


kecepatan maksimum dan minimum.
5. Kemiringan Talud
Besarnya kemiringan talud disesuaikan dengan
ruang yang tersedia (lebar tanah) dan juga kestabilan
tanahnya. Untuk kemiringan talud direncanakan 0,33
0,25 untuk saluran lining (pasangan) dan 1,00 0,33
untuk saluran tanah. Untuk kondisi-kondisi tertentu
talud tegak dapat diterapkan.
6. Tinggi Jagaan (Fre Board)
Fungsi jagaan digunakan untuk menjaga adanya
faktor-faktor yang kemungkinan adanya penambahan
debit, untuk jagaan di sini diambil :
Saluran primer
: 0,20 0,30 m
Saluran sekunder : 0,10 0,20 m
Saluran tersier
: 0,10 m
Atau disesuaikan dengan kondisi muka tanah yang ada.
Dapat juga dihitung dengan rumus :
w

c.h

dimana :
w = Free Board (m)
h = tinggi muka air rencana (m)
0,
0,14
Q <
8
c =
0
0,
0,14
8
Q
8
c =
0
0,23
Q
8
c =
0
7. Keliling Basah dan Jari-jari Hidrolis
Keliling basah
P = b + 2 h (m2 + 1)0,5
Jari-jari hidrolis
A
R=
P

0,2
3

Drainase Perkotaan

2.4.2 Hidrolika Bangunan


1. Gorong-gorong
Gorong-gorong adalah suatu bangunan yang berfungsi
mengalirkan air drainase di bawah jalan raya atau jalan
kereta api. Untuk drainase perkotaan di kotamadya
Makassar dipakai tipe segi empat dengan konstruksi
retaining wall dan lantai dari pasangan batu yang
penutupnya terbuat dari beton campuran 1:2:3 dan
diperhitungkan sebagai jembatan kelas I. Jarak antara
jalan dan puncak gorong-gorong (t) diusahakan
minimum 0,6 m
a. Tipe Submerged
Tipe ini dipakai di tempat-tempat datar, dimana
elevasi muka air di saluran drainase terlalu tinggi,
maka gorong-gorong dipasang pada elevasi yang
agak rendah untuk mendapatkan t minimum.
b. Tipe Unsubmerged
Tipe ini dipakai apabila tinggi elevasi muka air
saluran drainase relatif rendah terhadap elevasi jalan
yaitu setinggi t minimum sehingga mudah tercapai.
2. Perhitungan Kehilangan Energi
a. Akibat Pemasukan
2

(V2 V1 )
hc = Cc x
2g

dimana :
hc = kehilangan tinggi akibat gesekan (m)
Cc = 0.3
hf =

2.g ..n 2
R.V3

hf = kehilangan energi dalam gorong-gorong (m)


n = koefisien kekasaran Manning untuk goronggorong
R = jari-jari hidrolis (m)
P = kecepatan
air
di
dalam
gorong-gorong
(m/detik)
g = 10 m/detik2

Drainase Perkotaan

b. Akibat Pengeluaran
2

(V2 V1 )
ho = 0,5 x
2g

dimana :
ho = kehilangan tinggi akibat pengeluaran (m)
V2 = kecepatan di dalam gorong-gorong (m/detik)
V3 = kecepatan air di hilir (m/detik)
g = 10 m/detik2
2.4.3 Bangunan Terjun
Bangunan terjun (vertical drops) dibuat khususnya
untuk saluran sekunder dan tersier yang mengalami
penampang. Pada saat terjadi muka air tinggi (debit
puncak) di saluran, aliran di saluran drainase tidak
mengakibatkan terjunan air muka . Kemudian pada kondisi
dimana aliran di saluran drainase lebih kecil dari debit
puncak, maka penurunan (drop) muka air akan terjadi.
Biasanya penurunan muka air itu berkisar dari 0 0,60 m
maksimum. Apabila penurunan (terjunan) maksimum
terjadi, berarti debitnya sangat kecil atau 0.
Untuk bangunan terjun jenis ini maka tidak
diperlukan
perhitungan
peredaman
energi
(energi
dissipation). Terjunan ini dasar saluran, disarankan untuk
sekunder maksimum 0,6 m dan untuk tersier maksimum
0,4 m. Untuk pasangan terjun seperti ini, disarankan
dengan dinding pasangan batu tegak dengan lantai di hulu
dan hilirnya dan pengaman tebing. Bangunan terjun ini
akan berfungsi sebagai transisi.
2.4.4 Pemasukan (Inlet)
Apabila ada renacana pemasukan dari saluran ke
saluran, dimana yang masuk itu tidak termasuk dalam
desain saat ini, maka pekerjaan yang akan datang dibuat
sepanjang 5 m.

Drainase Perkotaan

2.4.5 Out Fall


1. Out Fall ke Sungai
Bangunan ini dibuat di tempat pertemuan antara
saluran drainase sekunder dengan sungai. Bangunan ini
diperlukan untuk menghindari kerusakan akibat
scouring. Fungsi dari outlet ini adalah untuk
memindahkan air banjir dari elevasi yang lebih tinggi ke
elevasi yang lebih rendah dan meredam energi yang
ditimbulkannya. Konstruksi ini dibuat dari pasangan
batu dengan campuran 1 semen : 4 pasir . dalam
analisa stabilitas harus diambil keadaan yang paling
tipis.
2. Out Fall ke Laut
Saluran-saluran sekunder mengalirkan air menuju
laut dengan debit yang deras sehingga pada bagian hilir
sangat dipengaruhi oleh kondisi pasang surut. Untuk
mencegah efek dari aliran yang deras tersebut, maka
perlu adanya bangunan out fall yang mana memerlukan
data-data detail sbb:
Kondisi pantai yang digunakan dan pemeliharaannya
Bentuk dan jalur out fall yang memungkinkan
Dasar penempatan yang alami
Pergerakan air pada titik pembuangan
3. Hidrolika Out Fall
Perhitungan hidrolika untuk out fall yang perlu
diperhatikan
adalah loncat air sebagai fungsi
momentum yang perlu diredam. Loncatan hidrolika
terjadi pada lantai horizontal, sehingga dapat dihitung
berdasarkan bilangan Froude (Fr).
Fr =

V
g .h

dimana :
V = kecepatan air saat mulai terjadi loncatan (m/detik)
g = percepatan gaya gravitasi (m/detik2)
h = kedalaman air pada loncatan pertama (m)
Bilangan Froude dapat juga digunakan untuk
menghitung kedalaman hidrolik yang kedua dengan
memakai rumus :
h2 =

h1
2

1 8Fr 1
2

Drainase Perkotaan

Dari kedalaman air ada h2 daapt diperhitungkan Tail


Water (TW) yang terjadi di sepanjang kolam olakan.
Dengan menambahkan 5% pada kedalaman h2,
maka dalam Tail Water yang terjadi pada loncatan
hidrolik yang kedua adalah :
TW = 1,05.h2
Dari pengujian kedalama air akibat loncatan
hidrolik maka panjang lantai olakan dapat dihitung
dengan rumus :
L = 5 ( h + X ) (Forster and Sterinde)
dimana :
h1 = tinggi air saat loncatan hidrolik pertama (m)
h2 = tinggi air saat loncatan hidrolik kedua (m)
X = tinggi Trap ujung lantai olakan
L = panjang kolam olakan (m)
2.4.6 Bak Kontrol (Manhole)
Bak kontrol pada umumnya digunakan pada sistem
sambungan pipa pembuang sebagai fasilitas pada
perubahan dimensi dan tingkatam tipe bak kontrol yang
umum digunakan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.9 : Ukuran dan Jarak Manhole
Ukuran Pipa (mm)

Jarak Maksimum (m)

375 atau lebih kecil


450 900
1050 atau lebih besar

120
150
180

Sumber : Urban Drainage Guidelines and Design Standards

Faktor-faktor yang memperhitungkan dalam perencanaan


manhole adalah sebagai berikut :
1. Kehilangan energi
2. Beban-beban vertikal
3. Beban permukaan dari dua arah
Sedangkan stabilitas tidak perlu diperhitungkan
secara keseluruhan sebab dikelilingi oleh tanah tipe
manhole .

Drainase Perkotaan

Type Manhole untuk saluran pembuang :


a. Berbentuk lonjong dengan diameter yang tetap
b. Berbentuk setengah kerucut
c. Bentuk berubah (dari potongan 4 feet ke 3 feet )
d. Menggunakan penutup beton yang bisa digerakkan .
(ft x 0,304 f = dalam meter x 2,54 = cm)

2.5. Struktur
Kriteria desain sturktur dibutuhkan untuk perencanaan
konstruksi bangunan pada perencanaan drainase perkotaan,
khususnya pada perhitungan struktural.
2.5.1 Rencana Beban (Design Load)
1. Beban Sendiri
Beban/berat sendiri adalah beban mati yang
berasal dari konstruksi itu sendiri. Biasanya setiap
bahan mempunyai unit weight (berat/volume) yang
berbeda, dan ini bisa dilihat pada tabel 2.5.1.
Tabel 2.10 : Unit weight bahan konstruksi
Bahan
Air
Beton biasa
Beton bertulang
Aspal beton
Pasangan batu
Bangunan besi
Besi tuang
Kayu
Lapisan bata
Tanah biasa
Tanah urug padat

Unit Weight
(kg/m3)
1000
2200 2300
2400
2000
2200
7850
7250
1000
1700
1750
1900

Sumber : Urban Drainage Guidelines and Design Standards

2. Beban Luar
a. Tekanan Air.

Drainase Perkotaan

Semua sturktur permanen ataupun tidak


permanen yang terendam harus direncanakan untuk
tekanan hidrostatis sebesar 1000 kg.m2 per meter
kedalaman.
b. Tekanan angkat (Uplift Presure)
Tekanan angkat dipakai untuk merancang
semua struktur yang seluruhnya atau sebagian
terendam dalam air. Tekanan angkat diperhitungkan
efektif pada bidang dasar 100% apabila struktur
seluruhnya terendam air satu pihak, atau muatan air
yang berbeda pada sisi yang berlawanan, tekanan
angkat berubah sebanding dengan tinggi hidrostatik
pada kedua sisi struktrur.
c. Tekanan Tanah
Tekanan tanah aktif dapat dihitung dengan
rumus Rankine. Diagram tekanan diasumsikan
sebagai segitiga, sama dengan tekanan air, dengan
gaya resultante bekerja 1/3 h diatas atas diagram.
2.5.2 Material Konstruksi
1. Beton dan Besi Bertulang
Mutu beton dan besi tulangan harus disesuaikan
dengan bahan yang tersedia di lapangan. Untuk
kotamadya Makassar, dipakai mutu beton K 175 dan mutu
besi U24, sedang analisa perhitungannya dipakai PBI
(1971).
2. Pasangan Batu
Pasangan batu untuk saluran dipakai 1 semen : 4
pasir. Pasangan batu untuk gorong-gorong yaitu 1
semen : 3 pasir.

Вам также может понравиться

  • Susunan Acara Walimatul Syafar
    Susunan Acara Walimatul Syafar
    Документ1 страница
    Susunan Acara Walimatul Syafar
    Mirnanda Cambodia
    Оценок пока нет
  • Panduan Merajut Untuk Pemula
    Panduan Merajut Untuk Pemula
    Документ17 страниц
    Panduan Merajut Untuk Pemula
    Mirnanda Cambodia
    Оценок пока нет
  • Cara Flash
    Cara Flash
    Документ2 страницы
    Cara Flash
    Mirnanda Cambodia
    Оценок пока нет
  • Pepes Bakar Ikan Gurami
    Pepes Bakar Ikan Gurami
    Документ2 страницы
    Pepes Bakar Ikan Gurami
    Mirnanda Cambodia
    Оценок пока нет
  • Soal Politeknik
    Soal Politeknik
    Документ26 страниц
    Soal Politeknik
    Mirnanda Cambodia
    Оценок пока нет
  • Makalah Strategi Pembelajaran
    Makalah Strategi Pembelajaran
    Документ8 страниц
    Makalah Strategi Pembelajaran
    Mirnanda Cambodia
    Оценок пока нет
  • Nothing To Lose
    Nothing To Lose
    Документ1 страница
    Nothing To Lose
    Mirnanda Cambodia
    Оценок пока нет
  • Pepes Bakar Ikan Gurami
    Pepes Bakar Ikan Gurami
    Документ2 страницы
    Pepes Bakar Ikan Gurami
    Mirnanda Cambodia
    Оценок пока нет
  • HECras Materi
    HECras Materi
    Документ30 страниц
    HECras Materi
    Mirnanda Cambodia
    Оценок пока нет
  • Nothing To Lose
    Nothing To Lose
    Документ1 страница
    Nothing To Lose
    Mirnanda Cambodia
    Оценок пока нет
  • Surface Water Modeling System
    Surface Water Modeling System
    Документ20 страниц
    Surface Water Modeling System
    Mirnanda Cambodia
    Оценок пока нет
  • Panduan Merajut Untuk Pemula
    Panduan Merajut Untuk Pemula
    Документ17 страниц
    Panduan Merajut Untuk Pemula
    Mirnanda Cambodia
    Оценок пока нет
  • DAS Citarum Hulu, Tengah, Hilir
    DAS Citarum Hulu, Tengah, Hilir
    Документ7 страниц
    DAS Citarum Hulu, Tengah, Hilir
    Mirnanda Cambodia
    Оценок пока нет
  • Tugas k3lh
    Tugas k3lh
    Документ15 страниц
    Tugas k3lh
    Mirnanda Cambodia
    Оценок пока нет
  • Panduan Merajut Untuk Pemula
    Panduan Merajut Untuk Pemula
    Документ17 страниц
    Panduan Merajut Untuk Pemula
    Mirnanda Cambodia
    Оценок пока нет
  • Debit Rancangan
    Debit Rancangan
    Документ39 страниц
    Debit Rancangan
    Mirnanda Cambodia
    0% (1)
  • Surat Untukmu Puisi
    Surat Untukmu Puisi
    Документ123 страницы
    Surat Untukmu Puisi
    Mirnanda Cambodia
    100% (1)
  • Buku Harian Ayah
    Buku Harian Ayah
    Документ2 страницы
    Buku Harian Ayah
    Mirnanda Cambodia
    Оценок пока нет
  • Kunci TOEFL Structure
    Kunci TOEFL Structure
    Документ52 страницы
    Kunci TOEFL Structure
    Mirnanda Cambodia
    0% (1)
  • Latihan TOEFL
    Latihan TOEFL
    Документ5 страниц
    Latihan TOEFL
    Mirnanda Cambodia
    Оценок пока нет
  • Pengertian Sungai
    Pengertian Sungai
    Документ16 страниц
    Pengertian Sungai
    Tawakkal Johar
    Оценок пока нет
  • Note
    Note
    Документ10 страниц
    Note
    Mirnanda Cambodia
    Оценок пока нет
  • 1
    1
    Документ1 страница
    1
    Mirnanda Cambodia
    Оценок пока нет
  • Alternatif Software Karaoke
    Alternatif Software Karaoke
    Документ3 страницы
    Alternatif Software Karaoke
    Mirnanda Cambodia
    Оценок пока нет
  • Laporan Keuangan
    Laporan Keuangan
    Документ12 страниц
    Laporan Keuangan
    Mirnanda Cambodia
    Оценок пока нет
  • Buku Harian Ayah
    Buku Harian Ayah
    Документ2 страницы
    Buku Harian Ayah
    Mirnanda Cambodia
    Оценок пока нет
  • 1
    1
    Документ1 страница
    1
    Mirnanda Cambodia
    Оценок пока нет
  • Pengertian Diagram Pohon
    Pengertian Diagram Pohon
    Документ2 страницы
    Pengertian Diagram Pohon
    Mirnanda Cambodia
    Оценок пока нет
  • Macam-Macam Resep Ikan
    Macam-Macam Resep Ikan
    Документ25 страниц
    Macam-Macam Resep Ikan
    Mirnanda Cambodia
    Оценок пока нет