Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
diprogramkan
sebelumnya.
Tugas
ini
bertujuan
untuk
meningkatkan ketrampilan mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmuilmu teknik sipil, khususnya mata kuliah Drainase Perkotaan.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan demi penyempurnaan tugas semacam ini
dimasa yang akan dating.
Kami sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan tugas Drainase Perkotaaan ini. Harapan
kami semoga tugas Drainase Perkotaaan ini dapat bermanfaat demi
peningkatan kemampuan kita semua terutama bagi mahasiswa teknik
sipil.
Makassar,
Januari 2004
(Rizaldy)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam
upaya
untuk
mengisi/mengurangi
masalah
genangan air hujan di berbagai kota di Indonesia, maka
pemerintah Indonesia mempunyai strategi dan program-program
di bidang Cipta Karya, dimana salah satu program tersebut adalah
Sektor Drainase.
Di tinjau dari ketersediaan prasarana drainase kota yang
ada saat ini, terdapat indikasi bahwa tingkat kebutuhan sudah
jauh diatas tingkat penyediaan, utamanya untuk kota-kota yang
sedang pesat mengalami proses pembangunan.
Sebab-sebab terjadinya banjir/genangan, pada dasarnya
dapat dibagi dua, yaitu akibat kondisi alam setempat misalnya
curah hujan yang relatif tinggi, kondisi topografi yang landai, dan
adanya pengaruh pengempangan (back water) dari sungai atau
laut. Sedang yang termaksud akibat dari tingkah laku manusia
misalnya masih adanya kebiasaan membuang sampah ke dalam
saluran/sungai, hunian di bantaran sungai, dan adanya
penyempitan saluran/sungai akibat adanya suatu bangunan
misalnya gorong-gorong atau jembatan.
Selain dari itu masalah banjir/genangan dapat pula
disebabkan oleh karena belum tertatanya dengan baik sistem
drainase yang diperlukan, atau karena kurang terpeliharanya
sistem drainase yang telah ada.
Tujuan
Drainase Perkotaan
BAB II
KRITERIA PERENCANAAN
Dalam suatu pekerjaan untuk melaksanakan perencanaan yang
mendetail suatu proyek maka diperlukan suatu pedoman perencanaan
untuk memudahkan perencanaan pedoman tersebut tersebut biasa
disebut dengan Kriteria Perencanaan.
Kriteria Perencanaan harus disesuaikan dengan keadaan lokasi
proyek, agar didapat hasil seperti yang diharapkan. Kriteria
Perencanaan untuk proyek Drainase Perkotaan terdiri dari 5 (lima)
pembahasan teknis utama yaitu:
1. Kriteria
Area)
2. Kriteria
3. Kriteria
4. Kriteria
5. Kriteria
Drainase Perkotaan
Drainase Perkotaan
telapak)
Drainase Perkotaan
Ytr
Tr
)
Tr 1
dimana :
Xtr = besar aliran/curah hujan untuk periode ulang tr
tahun
= curah hujan maksimum rata-rata selama
x
pengamtan
Sd = Standar Deviasi
k
= faktor frekuensi
Sn & Tn merupakan fungsi dari besarnya data
Ytr = Reduced Variate
Tabel 2-1 : Reduced Variate (YT)
Return Periode (years) =
T
2
5
10
20
25
50
100
200
Keterangan :
Reduced Variate = Yr
0,3665
1,4999
2,2502
2,9702
3,1985
3,9019
4,6001
5,2958
Drainase Perkotaan
a
t b
dimana :
a =
b =
(i )(it ) N (i 2t )
N (i 2 ) (i )(i )
b. Formula Sherman
I =
dimana :
a
tn
Drainase Perkotaan
log a =
n =
c. Formula Ishiguro
I =
a
t b
dimana :
a =
(i t )(i 2 ) (i t )(i )
N (i 2 ) (i )(i )
b =
(i )(i t ) N (i 2t )
N (i 2 ) (i )(i )
I
t
I
R24 24
.
24 t
2
3
dimana :
I
= intensitas curah hujna (mm/jam)
t
= waktu hujan atau durasi (menit)
R24 = curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
Drainase Perkotaan
2.3.3
2.3.4
Periode Ulang
Periode ulang ditetapkan berdasarkan kebutuhan
drainase pada suatu daerah sesuai Catchment Area seperti
pada tabel di bawah ini :
Tabel 2-2 : Periode Ulang
JENIS KOTA
Metropoitan
Kota Besar
Kota Sedang
Kota Kecil
Kota
Sangat
Kecil
10
1
1
1
1
2
2
2
2
CATCHMENT
10 100
25
25
25
12
1
AREA (Ha)
100 > 500
500
5 10
10 25
25
5 15
25
10
12
25
1
Drainase Perkotaan
Sx =
Yt Yn
Sn
X 2 X . X
n 1
dimana :
Xt = Besaran yang diahrapkan terjadi dalam t tahun
X = Harga pengamatan rata-rata
t = Periode ulang
K = Faktor frekuensi
Yt = Reduced Variate (lihat tabel 2.1)
Yn = Reduced Mean (lihat tabel 2.3)
Sn = Reduced standard deviasi (lihat tabel 2.4)
Sx = Standard deviasi
Tabel 2-3
REDUCED MEAN (Yn)
n
10
20
30
40
50
60
70
0
0,4952
0,5236
0,5362
0,5436
0,5485
0,5521
0,5548
1
0,4996
0,5252
0,5371
0,5442
0,5489
0,5524
0,5550
2
0,5035
0,5268
0,5380
0,5448
0,5493
0,5527
0,5552
3
0,5070
0,5283
0,5388
0,5453
0,5497
0,5530
0,5555
4
0,5100
0,5296
0,5396
0,5458
0,5501
0,5533
0,5557
5
0,5128
0,5300
0,5400
0,5468
0,5504
0,5535
0,5559
6
0,5157
0,5820
0,5410
0,5468
0,5508
0,5538
0,5561
7
0,5181
0,5882
0,5418
0,5473
0,5511
0,5540
0,5563
8
0,5202
0,5343
0,5424
0,5477
0,5515
0,5543
0,5565
9
0,5220
0,5353
0,5430
0,5481
0,5518
0,5545
0,5567
Drainase Perkotaan
80
90
0,5569
0,5586
0,5570
0,5589
0,5572
0,5589
0,5574
0,5591
0,5576
0,5592
0,5578
0,5593
0,5580
0,5595
0,5581
0,5596
0,5583
0,5598
0,5585
0,5599
Tabel 2-4
REDUCED STANDARD DEVIATION (Sn)
n
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0
0,9496
1,0628
1,1124
1,1413
1,1607
1,1747
1,1854
1,1938
1,2007
1
0,9676
1,0696
1,1159
1,1436
1,1623
1,1759
1,1863
1,1945
1,2013
2
0,9833
1,0754
1,1193
1,1458
1,1638
1,1770
1,1873
1,1953
1,2020
3
0,9971
1,0811
1,1226
1,1480
1,1658
1,1782
1,1881
1,1959
1,2026
2. Metode Hasper
Rumus :Rt
=
4
1,0000
1,0864
1,1255
1,1499
1,1667
1,1793
1,1890
1,1967
1,2032
5
1,0206
1,0915
1,1285
1,1519
1,1681
1,1803
1,1898
1,1973
1,2036
6
1,0316
1,0961
1,1313
1,1538
1,1696
1,1814
1,1906
1,1980
1,2044
7
1,0411
1,1004
1,1339
1,1557
1,1708
1,1824
1,1915
1,1987
1,2049
8
1,0493
1,1047
1,1363
1,1574
1,1721
1,1834
1,1923
1,1994
1,2055
9
1,0565
1,1080
1,1388
1,1590
1,1734
1,1844
1,1930
1,2001
1,2060
R + Sn . Ut
dimana :
Rt =
R =
Sn
Standard
deviasi
untuk
tahun
pengamatan
Ut =
Sn =
2 U 1
U 2
dimana :
R1 = Curah hujan maksimum I
R2 = Curah hujan maksimum II
U1 = Standart variabel untuk periode ulang R1
U2 = Standart variabel untuk periode ulang R2
Drainase Perkotaan
Untuk nilai U dan T dapat dilihat pada tabel 2.5 di bawah ini.
HUBUNGAN ANTARA T dan U
T
1,00
1,01
1,02
1,03
1,04
1,05
1,06
1,08
1,10
1,15
1,20
1,25
1,30
1,35
1,40
1,50
1,60
1,70
1,80
1,90
2,00
2,20
2,40
2,60
2,80
3,00
3,20
3,40
3,60
3,80
4,00
4,50
5,00
5,50
6,00
6,50
7,00
7,50
8,00
9,00
10,00
11,00
12,00
13,00
U
- 1,86
- 1,35
- 1,28
- 1,23
- 1,19
- 1,15
- 1,12
- 1,07
- 1,02
- 0,93
- 0,85
- 0,79
- 0,73
- 0,68
- 0,63
- 0,54
- 0,46
- 0,40
- 0,33
- 0,28
- 0,22
- 0,13
- 0,04
0,04
0,11
0,17
0,24
0,29
0,34
0,39
0,44
0,55
0,64
0,73
0,81
0,88
0,95
1,01
1,06
1,17
1,26
1,35
1,43
1,50
T
15,00
16,00
17,00
18,00
19,00
20,00
21,00
22,00
23,00
24,00
25,00
26,00
27,00
28,00
29,00
30,00
31,00
32,00
33,00
34,00
35,00
36,00
37,00
38,00
39,00
40,00
41,00
42,00
43,00
44,00
45,00
46,00
47,00
48,00
49,00
50,00
52,00
54,00
56,00
58,00
60,00
62,00
64,00
66,00
U
1,63
1,69
1,74
1,80
1,85
1,89
1,94
1,98
2,02
2,06
2,10
2,13
2,17
2,19
2,24
2,27
2,30
2,33
2,36
2,39
2,41
2,44
2,47
2,49
2,51
2,54
2,56
2,59
2,61
2,63
2,65
2,67
2,69
2,71
2,73
2,75
2,79
2,83
2,86
2,90
2,93
2,96
2,99
3,00
T
70
72
74
76
78
80
82
84
86
88
90
92
94
96
98
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190
200
220
240
260
280
300
350
400
450
500
600
700
800
900
1000
5000
10000
50000
80000
U
3,08
3,11
3,13
3,16
3,16
3,21
3,23
3,26
3,28
3,30
3,33
3,35
3,37
3,39
3,41
3,43
3,53
3,62
3,70
3,77
3,84
3,91
3,97
4,03
4,09
4,14
4,24
4,33
4,42
4,50
4,57
4,77
4,88
5,01
5,13
5,33
5,51
5,56
5,80
5,92
7,90
8,83
11,08
12,32
Drainase Perkotaan
14,00
1,57
68,00
3,05
500000
13,74
3. Metode Iwai
Rumus :
XT b
xo b
c log
log xo
1
n
log xi
n 1
Perkiraan harga b
b
1 n
n
.bi m
m i 1
10
Perkiraan harga Xo :
Xo
= log (Xo + b)
=
1 n
log( xi b)
n n 1
Perkiraan harga c :
1
2n( Xa Xo 2 )
n 1
dimana :
Xs = harga pengamatan dengan nomor urutan m
dari yang terbesar
Xt = harga pengamatan dengan nomo urutan m dari
yang terkecil
n
= banyaknya data
Drainase Perkotaan
4. Metode Weduwen
Rumus :
Rn
= Mn.
Rmaks II
Mp
dimana:
Rn = Curah hujan dengan periode ulang n tahun
Mn = Koefisien perbandingan curah hujan dengan
periode ulang n
Mp = Koefisien perbandingan curah hujan dengan
periode ulang
R maks II = Curah hujan maksimum kedua
Tabel 2-6
Koefisien Mn dan Mp
Untuk Perhitungan Curah Hujan Maksimum
Menurut Metode Ir. J.P. Der Weduwen
Mn
p
1/5
1/4
1/3
1/2
1
2
3
4
5
10
15
20
25
30
40
50
60
70
80
90
100
Mp
0,238
0,262
0,291
0,336
0,41
0,49
0,541
0,579
0,602
0,705
0,766
0,811
0,845
0,875
0,915
0,948
0,975
1
1,02
1,03
1,05
Drainase Perkotaan
(Cs)
3,0
2,5
2,2
2,0
1,8
1,6
1,4
1,2
1,0
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0,0
-0,1
-0,2
-0,3
-0,4
-0,5
-0,6
-0,7
-0,8
-0,9
-1,0
-1,2
-1,4
-1,6
-1,8
-2,0
-2,2
-2,5
-3,0
10
50
-0,396
-0,360
-0,330
-0,307
-0,282
-0,254
-0,225
-0,195
-0,164
-0,148
-0,132
-0,116
-0,099
-0,083
-0,066
-0,050
-0,033
-0,170
0,000
0,170
0,033
0,050
0,066
0,083
0,099
0,116
0,132
0,148
0,164
0,195
0,225
0,254
0,282
0,307
0,330
0,360
0,396
20
0,420
0,518
0,574
0,609
0,643
0,675
0,705
0,732
0,758
0,769
0,780
0,790
0,800
0,808
0,816
0,824
0,830
0,836
0,842
0,846
0,850
0,853
0,855
0,856
0,857
0,857
0,856
0,854
0,852
0,844
0,832
0,817
0,799
0,777
0,752
0,711
0,636
10
1,180
1,250
1,284
1,302
1,318
1,329
1,337
1,340
1,400
1,339
1,336
1,333
1,328
1,323
1,318
1,309
1,301
1,292
1,282
1,270
1,258
1,245
1,231
1,216
1,200
1,183
1,166
1,147
1,128
1,086
1,041
0,994
0,945
0,895
0,844
0,771
0,660
Sumber : Hidrologi Jilid 1 (Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data), hal 219
Rumus :
200
1000
0,5
4,970
4,652
4,444
4,298
4,147
3,990
3,828
3,661
3,489
3,401
3,312
3,223
3,132
3,041
2,949
2,856
2,763
2,670
2,576
2,482
2,388
2,294
2,220
2,108
2,016
1,926
1,837
1,749
1,664
1,501
1,351
1,216
1,097
0,995
0,907
0,800
0,667
0,1
7,250
6,600
6,200
5,910
5,660
5,390
5,110
4,820
4,540
4,395
4,250
4,105
3,960
3,815
3,677
3,525
3,380
3,235
3,090
3,950
2,810
2,678
2,540
2,400
2,275
2,150
2,035
1,910
1,800
1,625
1,465
1,280
1,130
1,000
0,910
0,802
0,668
Drainase Perkotaan
Log X
s
Log X
Log X
LogXi
n
( LogXi Log X ) 2
n 1
n. ( LogXi Log X )3
(n 1)(n 2)( sLog X )3
Debit Aliran
1. Debit Puncak
Untuk menghitung debit puncak rencana digunakan
Rasional
Method
(RM)
dimana
data
hidrologi
memberikan kurva intensitas durasi frekuensi (IDF) yang
seragam dengan debit puncak dari curah hujan ratarata sesuai wahtu konsentrasi.
Debit puncak dapat diformulasikan sebagai berikut :
Q = 0,00278 . Cs . C . I . A
dimana :
Q = Debit puncak rencana (m3/detik)
I = Intensitas (mm/jam) diperoleh
berdasarkan waktu konsentrasi
A = Luas catchment area (Ha)
Cs = Storage Cofficient
dari
IDF
curve
Drainase Perkotaan
KOEFISIEN
0,70
0,95
0,50
0,70
0,30
0,50
0,40
0,60
0,25
0,40
0,50
0,70
0,50
0,80
0,60
0,90
0,10
0,25
0,10
0,25
0,25
0,40
0,10
0,30
Sumber : Urban Drainage Guidelines and
KARAKTERISTIK
KOEFISIEN
Permukaan Aspal
Permukaan Beton
Permukaan Batu
Buatan
Permukaan Kerikil
Alur Setapak
Atap
Lahan Tanah Berpasir :
Kemiringan 2%
Kemiringan 2-7%
Bertrap 7%
Lahan Tanah Keras :
Kemiringan 2%
Kemiringan 2-7%
Bertrap 7%
0,70 - 0,95
0,80 0,95
0,70 0,85
0,15 0,35
0,10 0,85
0,75 0,95
0,05 0,10
0,10 0,15
0,15 0,20
0,13 0,17
0,18 0,22
0,25 0,35
Design Standards
Drainase Perkotaan
2.tc
2.tc td
dimana :
tc = waktu pengumpulan total (waktu konsentrasi)
td = waktu pengaliran pada saluran sampai titik yang
ditinjau
Keterangan :
Rumus Rasional Method sesuai digunakan untuk daerah
pengaliran yang kecil dengan batasan 20 sampai 300
Ha, sedangkan untuk Rasional Modifikasi dapat
digunakan untuk daerah pengaliran sampai 1300 Ha.
Sedangkan untuk daerah pengaliran yang lebih besar
dari itu maka digunakan Snyder Synthetic Unit
Hydrograph Method.
5. Metode Hydroraph dari SCS (US Soil Conservation
Service)
Salah satu metode ysng digunsksn dslsm
perhiutngna debit puncak dengna Hydrograph aliran
adalah metode SCS. Rumus ini dipakai untuk
menghitung debit dengan luas Catchment Area lebih
besar dari 1300 Ha.
Rumus tersebut adalah :
Qp =
0,02081. A.Q
Tp
dimana :
Qp = Debit puncak banjir (m3/detik)
A = Luas daerah tangkapan (Ha)
Tp = Waktu puncak hydrograph aliran (jam)
D/2 + log Time atau 0,70 Tc
D = Lamanya terjadi hujan
Q = Aliran permukaan/limpasan langsung (Direct Run
Off)
( P I A )2
Q =
( P LA ) S
Drainase Perkotaan
S =
1000
CN
N =
25400
254 / S
dimana :
IA = Abstraksi awal (IA = 2,5 mm
Indonesia)
= 0,2 S
P = Hujan harian maksimum
CN = Curva Number (Lihat Tabel)
S = Daya Tampung Maksimum (cm)
Tp = D/2 + log Time atau 0,70 x Tc
D = Lamanya hujan
untuk
DAS
Drainase Perkotaan
2. Kapasitas Saluran
Rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah
pengaliran dalam saluran adalah Rumus Manning :
2
Q =
A.R 3 .S
n
Tanah 0,025
4. Kecepatan Dalam Saluran
Kecepatan aliran dalam saluran direncanakan
sedemikian rupa, sehingga tidak menimbulkan erosi
pada dasar dan dinding saluran serta tidak terjadi
penumpukan sedemikian/kotoran di hulu saluran.
Kecepatan aliran yang diizinkan dalam saluran diambil :
Kecepatan maksimum =
3,0 m/detik pakai lining
Kecepatan maksimum =
1,6 m/detik tanpa lining
Kecepatan minimum = 0,3 m/detik pakai lining
Kecepatan minimum = 0,6 m/detik tanpa lining
Kemiringan
dasar
saluran
direncanakan
sedemikian rupa, sehingga akan memberikan kecepatan
Drainase Perkotaan
c.h
dimana :
w = Free Board (m)
h = tinggi muka air rencana (m)
0,
0,14
Q <
8
c =
0
0,
0,14
8
Q
8
c =
0
0,23
Q
8
c =
0
7. Keliling Basah dan Jari-jari Hidrolis
Keliling basah
P = b + 2 h (m2 + 1)0,5
Jari-jari hidrolis
A
R=
P
0,2
3
Drainase Perkotaan
(V2 V1 )
hc = Cc x
2g
dimana :
hc = kehilangan tinggi akibat gesekan (m)
Cc = 0.3
hf =
2.g ..n 2
R.V3
Drainase Perkotaan
b. Akibat Pengeluaran
2
(V2 V1 )
ho = 0,5 x
2g
dimana :
ho = kehilangan tinggi akibat pengeluaran (m)
V2 = kecepatan di dalam gorong-gorong (m/detik)
V3 = kecepatan air di hilir (m/detik)
g = 10 m/detik2
2.4.3 Bangunan Terjun
Bangunan terjun (vertical drops) dibuat khususnya
untuk saluran sekunder dan tersier yang mengalami
penampang. Pada saat terjadi muka air tinggi (debit
puncak) di saluran, aliran di saluran drainase tidak
mengakibatkan terjunan air muka . Kemudian pada kondisi
dimana aliran di saluran drainase lebih kecil dari debit
puncak, maka penurunan (drop) muka air akan terjadi.
Biasanya penurunan muka air itu berkisar dari 0 0,60 m
maksimum. Apabila penurunan (terjunan) maksimum
terjadi, berarti debitnya sangat kecil atau 0.
Untuk bangunan terjun jenis ini maka tidak
diperlukan
perhitungan
peredaman
energi
(energi
dissipation). Terjunan ini dasar saluran, disarankan untuk
sekunder maksimum 0,6 m dan untuk tersier maksimum
0,4 m. Untuk pasangan terjun seperti ini, disarankan
dengan dinding pasangan batu tegak dengan lantai di hulu
dan hilirnya dan pengaman tebing. Bangunan terjun ini
akan berfungsi sebagai transisi.
2.4.4 Pemasukan (Inlet)
Apabila ada renacana pemasukan dari saluran ke
saluran, dimana yang masuk itu tidak termasuk dalam
desain saat ini, maka pekerjaan yang akan datang dibuat
sepanjang 5 m.
Drainase Perkotaan
V
g .h
dimana :
V = kecepatan air saat mulai terjadi loncatan (m/detik)
g = percepatan gaya gravitasi (m/detik2)
h = kedalaman air pada loncatan pertama (m)
Bilangan Froude dapat juga digunakan untuk
menghitung kedalaman hidrolik yang kedua dengan
memakai rumus :
h2 =
h1
2
1 8Fr 1
2
Drainase Perkotaan
120
150
180
Drainase Perkotaan
2.5. Struktur
Kriteria desain sturktur dibutuhkan untuk perencanaan
konstruksi bangunan pada perencanaan drainase perkotaan,
khususnya pada perhitungan struktural.
2.5.1 Rencana Beban (Design Load)
1. Beban Sendiri
Beban/berat sendiri adalah beban mati yang
berasal dari konstruksi itu sendiri. Biasanya setiap
bahan mempunyai unit weight (berat/volume) yang
berbeda, dan ini bisa dilihat pada tabel 2.5.1.
Tabel 2.10 : Unit weight bahan konstruksi
Bahan
Air
Beton biasa
Beton bertulang
Aspal beton
Pasangan batu
Bangunan besi
Besi tuang
Kayu
Lapisan bata
Tanah biasa
Tanah urug padat
Unit Weight
(kg/m3)
1000
2200 2300
2400
2000
2200
7850
7250
1000
1700
1750
1900
2. Beban Luar
a. Tekanan Air.
Drainase Perkotaan