Вы находитесь на странице: 1из 33

1

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan penyebab utama
kesakitandan kematian di dunia. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO,2002)
melaporkan PPOK menempati urutan kelima sebagai penyebab utama kematian
didunia dan diperkirakan pada tahun 2030 akan menjadi penyebab kematian
ketiga diseluruh dunia. Menurut perkiraan WHO, terdapat 80 juta orang
menderita PPOKderajat sedang-berat. Lebih dari 3 juta meninggal karena PPOK
pada tahun 2005,sekitar 5% dari jumlah semua kematian secara global.
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995,
PPOKbersama asma bronkial menduduki peringkat kematian kelima di
Indonesia.Prevalensi bronkitis kronik

dan PPOK berdasarkan SKRT tahun

1995 adalah 13 per1000 penduduk, dengan perbandingan antara laki-laki dan


perempuan adalah 3banding 1. Menurut SKRT tahun 2001, penyakit saluran
napas menduduki peringkatketiga penyeba b ke matian ut ama di Indonesia
setelah sistem sirku lasi, infeksparasit. Hasil survei penyakit tidak menular oleh
Direktorat Jenderal PPM & PL di 5Rumah Sakit Propinsi di Indonesia (Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,dan

Sumatera Selatan)

pada tahun 2004,

menunjukkan PPOK menempati urutan pertama penyumbang angka kesakitan


(35%), diikuti asma bronkial (33%), kanker paru (30%) dan lainnya (2%)
(Depkes RI, 2004).
Salah satu karakteristik PPOK adalah kecenderungannya untuk
eksaserbasi. Definisi eksaserbasi PPOK adalah kondisi perburukan yang bersifat
akut dari kondisi sebelumnya yang stabil dan dengan variasi harian normal dan
mengharuskan perubahan dalam pengobatan yang biasa diberikan pada pasien
PPOK (Riyanto, 2006).

Eksaserbasi dapat disebabkan infeksi atau faktor lainnya seperti polusi


udara, kelelahan atau timbulnya komplikasi. Menurut Anthonisen dkk. (1987),
kriteria PPOK eksaserbasi akut ditandai oleh meningkatnya jumlah dan
konsistensi sputum Universitas Sumatera Utaradan bertambahnya gejala sesak
napas (Setiyanto, 2008).
Eksaserbasi pada pasien PPOK harus dapat dicegah dan ditangani
secara maksimal karena dapat menurunkan fungsi paru dan kualitas hidup
pasien.Nishimura dkk. (2009) meneliti efek eksaserbasi pada status kesehatan
pasien PPOK. Status kesehatan diukur dengan Chronic Respiratory Disease
Questionnaire (CRQ) dan St. George's Respiratory Questionnaire

(SGRQ).

Eksaserbasi akut akan menurunkan status kesehatan pasien PPOK. Untuk


memperkecil timbulnya gangguan status kesehatan maka pasien PPOK harus
mencegah eksaserbasi ulangan dan mengurangi frekuensi eksaserbasi. lhord juga
mendapatkan hasil bahwa eksaserbasi pada pasien PPOK akan mempengaruhi
kualitas hidup dalam 2 tahun ke depan.

Pengukuran kualitas hidup juga

menggunakan St. George's Respiratory Questionnaire (SGRQ) Lhord dkk (2008)


.
Walaupun pasien PPOK banyak yang berobat jalan dan masih dapat
beraktivitas, namun terdapat kecenderungan pasien akan mengalami eksaserbasi
ulangan. Hal ini tergantung dari derajat penyakit dan faktor-faktor risiko
eksaserbasi. Almagro dkk. (2006) meneliti fakt or-faktor risiko dalam eksaserbasi
sehingga menyebabkan pasien PPOK dirawat inap kembali dalam jangka waktu
1 tahun. Prediktor terbaik yang ditemukan adalah kombinasi kualitas hidup yang
diukur dengan St. George's Respiratory Questionnaire, adanya riwayat pasien
PPOK dirawat inap pada tahun lalu dan adanya hiperkapnea pada saat pasien
pulang dari rumah sakit. Cao dkk. (2006) mendapatkan faktor yang
menyebabkan kecenderungan pasienPPOKeksaserbasi akut sering dirawat inap
berulang.

Kecenderungan ini dihubungkan dengan keparahan penyakit dan stres


psikososial serta kurangnya penggunaan vaksinasi.
melalui

systematic review

Bahadori dkk.

(2007)

menemukan beberapa faktor risiko yang

menyebabkan pasien PPOK eksaserbasi akut dirawat inap kembali,yaitu


peningkatan PaCO2, riwayat dirawat inap sebelumnya, dyspnea, penggunaan
kortikosteroid oral, terapi oksigen jangka panjang, Indeks Massa Tubuh (IMT)
yang rendah, aktivitas fisik kurang, dan usia tua.Dengan mengidentifikasi faktorfaktor tersebut maka dapat mengurangi jumlah dan keparahan eksaserbasi.
Universitas Sumatera Utara Akhir-akhir ini penyakit ini semakin menarik
dibicarakan karena prevalensidanangka mortalitasnya yang terus meningkat
(Riyanto, 2006). Karakt eristik umumPPOK eksaserbasi akut penting untuk
diketahui dalam hal pertimbangan

diagnosis, pengobatan, prognosis, dan

kualitas hidup pasien.


B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep dasar dan melaksanakan asuhan
keperawatan pada Tn.R dengan diagnosa PPOK
2. Tujuan Khusus
a) Mampu melakukan Pengkajian pada Tn.R dengan diagnosa PPOK.
b) Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.R dengan diagnosa
PPOK.
c) Mampu merencana asuhan keperawatan pada Tn.R dengan diagnosa PPOK.
d) Mampu mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan pada Tn.R
dengan diagnose PPOK.
e) Mampu mengevaluasikan hasil asuhan keperawatan pada Tn.R dengan
diagnosa PPOK.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Penyakit Paru Obstruktif

Kronik (PPOK) adalah penyakit paru

kronik yang progresif, artinya penyakit ini berlangsung seumur hidup dan
semakin memburuk secara lambat dari tahun ke tahun. Dalam perjalanan
penyakit ini terdapat fase-fase eksaserbasi akut. Berbagai faktor berperan pada
perjalanan penyakit ini, antara lain faktor resiko yaitu faktor yang
menimbulkan atau memperburuk penyakit seperti kebiasaan merokok, polusi
udara, polusi lingkungan, infeksi, genetik dan perubahan cuaca. ( Roezin,
2010).
Derajat obtruksi saluran nafas yang terjadi, dan identifikasi
komponen yang memugkinkan adanya reversibilitas. Tahap perjalanan
penyakit dan penyakit lain diluar paru seperti sinusitis dan faringitis kronik.
Yang pada akhirnya faktor-faktor tersebut membuat perburukan makin lebih
cepat terjadi. Untuk melakukan penatalaksanaan PPOK perlu diperhatikan
faktor-faktor tersebut, sehingga pengobatan PPOK menjadi lebih baik(Desen,
2008).
Penyakit paru obstruksi kronik adalah klasifikasi luas dari gangguan
yang mencakup bronkitis kronik, bronkiektasis, emfisema dan asma, yang
merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas
dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru(Rusdiana, 2006).
Penyakit paru obstruksi kronik adalah kelainan paru yang ditandai
dengan gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspirasi yang
disebabkan oleh adanya penyempitan saluran napas dan tidak banyak
mengalami perubahan dalam masa observasi beberapa waktu(Roezin, 2010)
3.Etiologi

Menurut Roezin (2010), etiologi nya adalah:


Etiologi penyakit ini belum diketahui. Penyakit ini dikaitkan dengan
faktor-faktor risiko yang terdapat pada penderita antara lain:
1. Merokok sigaret yang berlangsung lama
2. Polusi udara
3. Infeksi peru berulang
4. Umur
5. Jenis kelamin
6. Ras
7. Defisiensi alfa-1 antitripsin
8. Defisiensi anti oksidan
Pengaruh dari masing-masing faktor risiko terhadap terjadinya PPOK
adalah saling memperkuat dan faktor merokok dianggap yang paling dominan
3. Patofisiologi
Fungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua yang
disebabkan elastisitas jaringan paru dan dinding dada makin berkurang. Dalam
usia yang lebih lanjut, kekuatan kontraksi otot pernapasan dapat berkurang
sehingga sulit bernapas.
Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang, yakni
jumlah oksigen yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh.
Konsumsi oksigen sangat erat hubungannya dengan arus darah ke paru-paru.

Berkurangnya fungsi paru-paru juga disebabkan oleh berkurangnya fungsi


sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru.
Faktor-faktor risiko tersebut diatas akan mendatangkan proses inflamasi
bronkus dan juga menimbulkan kerusakan pada dinding bronkiolus terminalis.
Akibat dari kerusakan akan terjadi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus
terminalis), yang mengalami penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi.
Udara yang mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada saat ekspirasi
banyak terjebak dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air trapping).
Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan
segala akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan
kesulitan ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungsifungsi paru: ventilasi, distribusi gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan
mengalami gangguan (Brannon, et al, 2002).

4. Manifestasi Klinis

Perkembangan gejala-gejala yang merupakan cirri-ciri PPOK adalah


malfungsi kronis pada sistem pernapasan yang manifestasi awalnya ditandai
dengan batuk-batuk dan produksi dahak yang semakin menjadi terutama pada
pagi hari.Sesak napas,sampai menggunakan otot-otot pernapasan tambahan
untuk bernapas.
Batuk

dan

produksi

dahak(Pada

batuk

yang

dialami

perokok)memburuk menjadi batuk persisten yang disertai dengan produksi


dahak yang semakin banyak.Biasanya pasien akan sering mengalami infeksi
pernapasan dan kehilangan berat badan yang cukup drastic,sehingga pada
akhirnya pasien tersebut tidak akan mampu secara maksimal melaksanakan
tugas-tugas

rumah

tangga

atau

yang

menyangkut

tanggung

jawab

pekerjaannya.Pasien mudah sekali merasa lelah dan secara fisik banyak yang
tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari.
Pada pasien PPOK banyak yang mengalami penurunan berat badan
yang drastis akibat dari hilangnya nafsu makan karena produksi dahak yang
semakin melimpah,penurunan daya tahan tubuh,penurunan kemampuan
pencernaan sekunder karena tidak cukup oksigenasi sel dalam system
gastrointestinal.Pasien PPOK lebih membutuhkan banyak kalori karena lebih
banyak mengeluarkan tenaga dalam melakukan pernapasan
5. Komplikasi
1. HipoxemiaHipoxemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang
dari 55 mmHg, dengan nilai saturasi Oksigen <85%. Pada awalnya klien
akan mengalami perubahan mood, penurunan konsentrasi dan pelupa. Pada
tahap lanjut timbul cyanosis.

2. Asidosis Respiratory

timbulakibat

dari

peningkatan

nilai

PaCO 2

(hiperkapnia). Tanda yang muncul antara lain : nyeri kepala, fatique,


lethargi, dizzines, tachipnea.
3. InfeksiRespiratory infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan
produksi mukus, peningkatan rangsangan otot polos bronchial dan edema
mukosa. Terbatasnya aliran udara akan meningkatkan kerja nafas dan
timbulnya dyspnea.
4. Gagal jantung terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit
paru), harus diobservasi terutama pada klien dengan dyspnea berat.
Komplikasi ini sering kali berhubungan dengan bronchitis kronis, tetapi
klien dengan emfisema berat juga dapat mengalami masalah ini.
5. Cardiac Disritmiatimbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek
obat atau asidosis respiratory.
6. Status Asmatikus merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan
asthma bronchial. Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam
kehidupan dan seringkali tidak berespon terhadap therapi yang biasa
diberikan. Penggunaan otot bantu pernafasan dan distensi vena leher
seringkali terlihat.
6. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala akan mengarah pada dua tipe pokok:
1. Mempunyai gambaran klinik dominant kearah bronchitis kronis (blue
bloater).
2. Mempunyai gambaran klinik kearah emfisema (pink puffers).
Tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut:
1. Kelemahan badan

10

2. Batuk
3. Sesak napas
4. Sesak napas saat aktivitas dan napas berbunyi
5. Mengi atau wheeze
6. Ekspirasi yang memanjang
7. Bentuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut
8. Penggunaan otot bantu pernapasan
9. Suara napas melemah
10. Kadang ditemukan pernapasan paradoksal
11. Edema kaki, asites dan jari tabuh
7. Penatalaksanaan
Secara umum penatalaksanaan PPOK adalah:
a. Usaha-usaha pencegahan,terutama ditujukan terhadap memburuknya
penyakit:
1). Hubungan petugas kesehatan dan penderita berupa penjelasan mengenai
sebab sebab,factor-faktor yang memperburuk keadaan penyakit penderita.
2). Penghentian merokok secara total:karena asap rokok menyebabkan iritasi
yang menahun pada mukosa saluran napas yang mengakibatkan
batuk,bertambahnya produksi sputum dan spasme bronkus,merusak silia dan
menggangu pengeluaran secret yang wajar.
3). Menghindari bahan iritasi lainnya dan polusi udara .

11

b. Mobilisasi dahak:ditujukan untuk mengurangi keluhan,batukbatuk,pengeluaran sputum dan yang melebarkan saluran napas antara lain:
1). Ekspektoransia:pengenceran dan mobilisasi dahak merupakan tujuan
pengobatan yang paling penting.Hidrasi yang cukup membantu
mengencerkan lender sehingga mudah dalam mengeluarkannya
2). Obat-obat mukolitik diantaranya Acetil sistein dan bromheksin
3). Nebulisasi:inhalasi uap air atau dengan aerosol melalui nebulizer dengan
ditambahkan obat bronkodilator dan mukolitik
Penanganan terhadap komplikasi.
c. Komplikasi yang sering adalah hipoksemia dan cor pulmonal.Pemberian
O2 dosis rendah 1-2 liter/menit selama 12-18 jam.Diuretik merupakan
pilihan utama pada pasien dengan cor pulmonal yang disertai gagal jantung
kanan.Pemberian digitalis harus hati-hati karena efek toksis mudah terjadi
akibat hipoksemia dan gangguan elektrolit.
8. Pemeriksaan Diagnostik
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:
1. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada
fase akut, tetapi juga fase kronik.
2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.
3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi
lebih awal.
Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut:
1. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan
merokok, menghindari polusi udara.
2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.

12

3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi


antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat
sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas
atau pengobatan empirik.
4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan
kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih
kontroversial.
5. Pengobatan simtomatik.
6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan
dengan aliran lambat 1 - 2 liter/menit.
Tindakan rehabilitasi yang meliputi:
1. Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret
bronkus.
2. Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan
pernapasan yang paling efektif.
3. Latihan dengan beban oalh raga tertentu, dengan tujuan untuk
memulihkan kesegaran jasmani.
4. Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita dapat
kembali mengerjakan pekerjaan semula
B. Asuhan Keperawatan Penyakit
1. Pengkajian

13

Pengkajian adalah dasar utama atau langkah awal dari proses keperawatan
secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data atau informasi tentang
klien yang dibutuhkan dan dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan
(Gaffar, 2004)
Pengkajian dilakukan secara langsung dan tidal langsung melalui observasi
keadaan umum klien, wawancara dengan klien dan keluarga pemeriksaan fisik
dari kepala sampai ujung kaki dengan tehnik inspeksi, palpasi, auskultasi, dan
perfusi.
2. Diagnosa Keperawatan
a.Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi,
peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif, kelelahan/berkurangnya
tenaga dan infeksi bronkopulmonal.
b.Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi, tidak
mengetahui sumber informasi.
c.Ganggua pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan, pengaturan
posisi.
3. Perencanaan
N

Diagnosa

Tujuan

Keperawatan

Hasil

o
1.

&

Kriteria
Intervensi & Rasional

TJ:Pencapaian bersihan a. Beri pasien 6 sampai


Bersihan jalan napas tidak
efektif

berhubungan

dengan

bronkokontriksi,

peningkatan
sputum,

produksi
batuk

tidak

jalan
KH:Agar

napas
jalan

normal kembali.

klien. 8

gelas

nafas kecuali

cairan/hari
terdapat

kor

pulmonal.
b. Ajarkan dan berikan

14

dorongan
efektif,kelelahan/berkuran

penggunaan

teknik

gnya tenaga dan infeksi

pernapasan

diafragmatik.

bronkopulmonal.

c. Bantu

dalam

pemberian

tindakan

nebuliser, inhaler dosis


terukur, atau IPPB
d. Lakukan

drainage

postural dengan perkusi


dan vibrasi pada pagi
hari dan malam hari
sesuai yang diharuskan.
e. Instruksikan

pasien

untuk menghindari iritan


seperti
aerosol,

asap

rokok,

suhu

yang

ekstrim, dan asap.

TJ:Klien
Kurang
berhubungan
kurangnya
mengetahui
informasi.

pengetahuan
dengan
informasi,tidak
sumber

dapat
a.Bantu pasien mengerti

meningkatkan
pengetahuannya.
KH:Agar
mengetahui
informasi.

klien

dapat
sumber

tentang

tujuan

jangka

panjang

dan

jangka

pendek; ajarkan pasien


tentang

penyakit

dan

perawatannya.
b. Diskusikan keperluan
untuk berhenti merokok.
Berikan

informasi

15

tentang

sumber-sumber

kelompok.
3

Gangguan

pola

berhubungan

tidur TJ:Kebutuhan
dengan terpenuhi.

ketidaknyamanan, pengaturan KH:Agar


posisi.

tidur a.Bantu

klien

latihan

relaksasi ditempat tidur.


klien

tidur yang cukup.

dapat b.Lakukan

pengusapan

punggung saat hendak


tidur

dan

anjurkan

keluarga

untuk

melakukan

tindakan

tersebut.
c.Atur

posisi

yang

nyaman menjelang tidur,


biasanya

posisi

high

fowler.
d.Lakukan penjadwalan
waktu tidur yang sesuai
dengan

kebiasaan

pasien.
4. Implementasi
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun
dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan
yang diharapkan (Nursalam, 2001).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah intelektual untuk melengkapi proses asuhan
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaanya yang berhasil dicapai. Meskipun

16

evaluasi diletakkan pada akhir asuhan keperawatan, evaluasi merupakan


bagian integral pada setiap tahap asuhan keperawatan (Nursalam, 2001)

BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Desember 2014 adapun data yang
didapat adalah bahwa pasien masuk di ruang rawat IGD Rumah Sakit Umum
Daerah Zainoel Abidin Banda Aceh dengan dengan diagnosa medis PPOK.
Pasien bernama Tn. R yang berjenis kelamin laki-laki berusia 64 tahun,
sudah menikah, beragama Islam, suku Aceh, pendidikan terakhir SMA dan bekerja
sebagai Swasta. Pasien berkomunikasi dengan bahasa Indonesia dan juga dapat
berbahasa Aceh. Pasien tinggal di Sukajaya Muara Tiga kab.Pidie
Pasien diantar ke IGD pada pukul 08.00 WIB tanggal 3 Desember 2014
dengan keluhan sesak nafas,keluarga pasien mengatakan pasien sesak nafas sekitar
9 jam sebelum masuk rumah sakit. Hasil pengamatan di dapat pasien sesak nafas.
Keluarga mengatakan pasien sebelumnya pasien belom pernah dirawat
dengan penyakit yang sama. Keluarga pasien mengatakan pasien sebelumnya tidak
ada alergi terhadap obat, makanan, dan lain-lain.
Saat pasien sedang diobservasi, pasien diantar oleh keluarganya. Pasien
sedang dalam keadaan sadar tetapi pasien kesulitan dalam bernafas, keadaan
umum pasien lemah, kesadaran pasien delirium. Pemeriksaan tanda-tanda vital
didapat hasil dengan suhu tubuh 36,1oC,tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 84
x/menit, dan pernapasan 25 x/menit. Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
pada pasien.

17

Sistem penglihatan, posisi mata kanan dan kiri simetris, kelopak mata
normal, pergerakan bola mata normal, konjungtiva berwarna merah muda, otototot mata normal, fungsi penglihatan normal dan tidak ada pemakaian kaca-mata
ataupun lensa kontak.

16

Genogram Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga (Genogram)
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti
saya.

Keterangan :
Laki-laki Meningggal
Perempuan Meninggal
Pasien

Laki-laki hidup

18

Sistem pendengaran, keadaan daun telinga normal, terdapat serumen


berbau dan konsistensi normal, bentuk telinga tengah normal, tidak ada cairan
yang keluar dari telinga, fungsi pendengaran normal, tidak ada gangguan
keseimbangan dan pasien tidak memakai alat bantu pendengaran. Begitu juga
dalam hal berbicara juga tidak ada masalah.
Sistem pernafasan, jalan nafas tidak bersih,ada sesak, frekuensi nafas
pasien 25 x/menit, irama teratur, tidak ada batuk dan sputum, suara nafas ronchi,
ada pemakaian alat bantu nafas berupa oksigen dan pasien mengatakan kesulitan
saat bernafas.
Nadi pasien 84 x/menit dengan irama teratur dan denyut nadi kuat. Tekanan
darah pasien 120/70 mmHg, warna kulit coklat dan tidak ada oedema pada
seluruh tubuh dan alat ekstremitas pasien serta tidak terdapat perdarahan pada
pasien.
Sistem pencernaan, ketika diperiksa lidah pasien tampak bersih,tidak ada
lesi pada mukosa dan mukosa mulut berwarna merah muda.Sistem integumen,
turgor kulit pasien baik dengan suhu 36,1 oC, warna kulit coklat,
B. Data Tambahan (Pemahaman tentang penyakt)
Klien mengatakan tidak mengerti bagaimana perawatan yang harus dilakukan
pada penyakit PPOK (penyakit pernafasan obtruksi kronik). Klien tampak
bingung dan tidak mengerti cara perawatanya.
C. Data Penunjang (Pemeriksaan diagnostikyang menunjang masalah lab,
Radiologi, Endoskopi, dll)
Darah lengkap
Hematokrit hasil 32 Normal 34-40 %
HB hasil 12,4 normal 13,0-17,0 gr/dl
Trombosit 292 normal 150-400
Leukosit 8,9 normal 41- 10,5 x 10/ul

19

Fungsi ginjal
Creatinin hasil 1,1 normal 0,6-11 mg/dl
Ureum hasil 21 normal 20-45 mg/dl
Kimia Darah
Clorida darah hasil 107
Kalium darah hasil 4.0 normal 3,5-4,5 mg/dl
Natrium darah hasil 149 normal 135-145 mg/dl
D. Penatalaksanaan (Terapi/ pengobatan termasuk diet)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Ranitidin 1 A/12 jam


Ondansentrol 1 A/12 jam
OMZ 1 A/12 jam
IVFD RL 20 tts/i
Nebule Combivent 1 fls/8 jam
Nebule Pulmicor 1 fls/12 jam
Ceftriaxone 1 gr/12 jam
Curcuma tab 3x1

E. DATA FOKUS
Data Subjektif

Data Objektif

20

Klien

mengeluh

bernafas.

sesak

saat Klien kesulitan dalam bernafas,


Klien tampak bingung tetang penyakit

Klien mengatakan tidak mengerti yang dialaminya,dan dia sering bertanya


bagaimana cara perawatan yang kepada perawat dan dokter tentang
benar

tentang

penyakitnya penyakitnya.

pengetahuan tentang penyakitnya Klien kesulitan sewaktu tidur.


kurang

Tanda-tanda vital sign antara lain

Klien mengatakan susah tidur TD ; 120 / 70 mmHg, N 84 x / menit, T;


pada malam hari

36,1oC, RRi ; 25 x / menit.


Tinggi badan : 164 Cm.

C. ANALISA DATA
N

Data

Masalah

Etiologi

21

O
1.

DS:Klien mengeluh kesulitan Peningkatan

Bersihan

dalam bernafas
DO:klien tampak sesak nafas.
TTV:
TD : 120 / 70 mmHg,
N:84 x / menit,
T : 36,1 oC,
RR : 25 x / menit
- Secret/lendir (+)

produksi

nafas tidak efektif

DS : Klien mengatakan

Kurang

Terbatasnya

tidak mengerti bagaimana

pengetahuan

sumber informasi.

perawatan

yang

harus

dilakukan pada penyakit


PPOK.
DO:
- Klien
-

tampak

bingung.
Klien sering bertanya
tanya tentang penyakit
yang dideritanya.

jalan

mokus/peningkata
n secresi lender

22

DS : Klien mengatakan sulit Gangguan

pola Insomnia

untuk memulai tidur.


tidur
DO : Klien biasanya mulai
tertidur lewat tengah malam.
- Klien tidur siang
-

hanya 2 jam.
Klien tidur

malam

hanya 5 jam.

I. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi,
peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif, kelelahan/berkurangnya
tenaga dan infeksi bronkopulmonal.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi, tidak
mengetahui sumber informasi.
3. Ganggua pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan,Insomnia.

23

Perencanaan Pelaksanaan

Diagnosa

Tujuan

Keperawatan

Hasil

o
1.

&

Kriteria
Intervensi & Rasional

TJ:Pencapaian bersihan a. Beri pasien 6 sampai


Bersihan jalan napas tidak
efektif

berhubungan

dengan

bronkokontriksi,

peningkatan
sputum,

produksi
batuk

tidak

efektif,kelelahan/berkuran
gnya tenaga dan infeksi
bronkopulmonal.

jalan
KH:Agar

napas
jalan

normal kembali.

klien. 8gelascairan/hari kecuali


nafas terdapat kor pulmonal.
b. Ajarkan dan berikan
dorongan

penggunaan

teknik

pernapasan

diafragmatik.
c. Bantu

dalam

pemberian

tindakan

nebuliser, inhaler dosis


terukur, atau IPPB
d. Lakukan

drainage

postural dengan perkusi


dan vibrasi pada pagi
hari dan malam hari
sesuai yang diharuskan.
e. Instruksikan

pasien

untuk menghindari iritan


seperti
aerosol,

asap
suhu

ekstrim, dan asap.

rokok,
yang

24

TJ:Klien
Kurang

pengetahuan

berhubungan
kurangnya

dengan
informasi,tidak

mengetahui

sumber

informasi.

dapat
a.Bantu pasien mengerti

meningkatkan
pengetahuannya.
KH:Agar

klien

mengetahui

dapat
sumber

tentang

tujuan

jangka

panjang

dan

jangka

pendek; ajarkan pasien


tentang

informasi.

penyakit

dan

perawatannya.
b. Diskusikan keperluan
untuk berhenti merokok.
Berikan

informasi

tentang

sumber-sumber

kelompok.
3

Gangguan
berhubungan

pola

tidur TJ:Kebutuhan
dengan terpenuhi.

ketidaknyamanan, pengaturan KH:Agar


posisi.

tidur a.Bantu

klien

latihan

relaksasi ditempat tidur.


klien

tidur yang cukup.

dapat b.Lakukan

pengusapan

punggung saat hendak


tidur

dan

anjurkan

keluarga

untuk

melakukan

tindakan

tersebut.
c.Atur

posisi

yang

nyaman menjelang tidur,


biasanya

posisi

high

fowler.
d.Lakukan penjadwalan
waktu tidur yang sesuai
dengan

kebiasaan

25

pasien.

Implementasi dan Evaluasi


Dx
Kep

Implementasi

Evaluasi

26

a. Beri pasien 6 sampai 8 gelas cairan/hari S

:Klien

mengeluh

kecuali terdapat kor pulmonal.

kesulitan

dalam

b. Ajarkan dan berikan dorongan penggunaan

bernafas

teknik pernapasan diafragmatik.

O : klien tampak sesak

c. Bantu dalam pemberian tindakan nebuliser,


inhaler dosis terukur.

nafas.
A: Masalah belum teratasi

d. Lakukan drainage postural dengan perkusi P : Intervensi dilanjutkan.


dan vibrasi pada pagi hari dan malam hari

-Relaksasi nafas dalam

sesuai yang diharuskan.

-Berikan posisi yang

e. Instruksikan pasien untuk menghindari

nyaman.

iritan seperti asap rokok, aerosol, suhu yang


ekstrim, dan asap.
2

a. Bantu pasien mengerti tentang tujuan S

:Klien

jangka panjang dan jangka pendek; ajarkan sudah


pasien tentang penyakit dan perawatannya.
b. Diskusikan

keperluan

untuk

mengatakan

mulai

mengerti

bagaimana

perawatan

berhenti yang harus dilakukan pada

merokok. Berikan informasi tentang penyakit penyakit PPOK.


PPOK.

O : Klien tampak tidak


binggung

dan

mulai

mengerti

cara

perawatan PPOK.
A

:Masalah

teratasi

sebagian
3

a.Bantu klien latihan relaksasi ditempat tidur.

P : Intervensi dilanjutkan
S :Klien
mengatakan

b.Lakukan pengusapan punggung saat hendak sudah mulai bisa tidur.


tidur dan anjurkan keluarga untuk melakukan O :Klien tampak lebih
tindakan tersebut.

segar dipagi harinya.

27

c.Atur posisi yang nyaman menjelang tidur, A


biasanya posisi high fowler.

:Masalah

sebagian

teratasi.

d.Lakukan penjadwalan waktu tidur yang P : Intervensi dilanjutkan.


sesuai dengan kebiasaan pasien.

Catatan Perkembangan

No
1

Tanggal

DX

Catatan Perkembangan

8 Desember I

S :Klien mengatakan sesak,pusing,tidak nafsu

2014

makan.
O.:-Klien tampak sesak nafas.
-klien tanpak lemas.
TTV klien:
-TD: 120/70 mmHg
-T : 36,1
-RR : 25 x/menit
-N : 84 x/menit

Paraf

28

A : Masalah belum teratasi.


P : intervensi dilanjutkan.
1. Pertahankan posisi yang melancarkan
pernafasan.
2. Tinggikan dan dukung klien untuk sembuh
3. Berikan obat sesuai indikasi.

S :Klien mengatakan belum bisa memahami


tentang penyakit PPOK.
O: Klien tampak kebingungan lagi dan belum
2

8 Desember II
2014

mengerti tentang informasi yang diberikan


perawat.
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.
1. Kaji tingkat pengetahuan klien.
2. Dorong

pasien

perawatan

untuk

memudahkan

dan

mendukung

diri

kemandirian.
3

8 Desember III
2014

S : Klien mengatakan tidak bisa tidur secukup


nya.
O: klien tanpak terbangun.

29

A :ganguan pola tidur belum teratasi.


P : Intervensi dilanjutkan

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan kasus yang dikaji serta membandingkan
dengan teori yang didapat, untuk mengetahui sejauh mana factor pendukung,
factor penghambat dan solusinya dalam menyelesaikan asuhan keperawatan pada
klien Tn.R dengan diagnosa PPOK di Ruang Geulima II. Rumah Sakit umum
daerah Zainoel Abidin Banda Aceh.
Dalam pembahasan ini mencakup semua tahap proses keperawatan yang
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi.
A.Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang dilakukan pada Tn.R dilakukan berdasarkan pengamatan dan
wawancara kepada pasien dan keluarga. Dalam proses pengkajian, pasien dan
keluarga sangat kooperatif dengan penulis.

30

Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan, keluhan sesak nafas.Pasien telah


mengalami seperti ini sejak 2 hari yang lalu.Pasien mengataan sebelumnya
pasien belum pernah dirawat dengan penyakit yang sama. Pasien mengatakan
tidak ada riwayat kecelakaan dan juga sebelumnya tidak ada alergi terhadap obat,
makanan, dan lain-lain.
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan, sesak nafas sudah 2 hari
sebelumnya, terasa sesak di bagian dada, pasien mengatakan tidak bisa tidur dan
kurangnya pemahaman tentang penyakit. Dari hasil observasi pasien tampak
ksesak nafas, wajah tampak pucat dan pasien kesulitan melakukan perawatan
diri, pasien tidak dapat menghabiskan porsi yang disediakan, hasil pemeriksaan
RR pasien 25x/menit Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas (NANDA,
2005-2006)
29

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi,


peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif, kelelahan/berkurangnya
tenaga dan infeksi bronkopulmonal.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi, tidak
mengetahui sumber informasi.
3. Ganggua pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan, pengaturan posisi.
Menurut asumsi penulis, pasien telah kekurangan suplai untuk itu penulis
memperioritaskan pemenuhan kebutuhan oksigen. RR pasien lebih tinggi dari
normal 25 x / menit, sehingga penulis mengangkat diagnosa bersihan jalan nafasi,
ditambah lagi kurangnya pemahaman tentang penyakit.juga disertai dengan
ganguan pola tidur.
C. Perencanaan

31

Berdasarkan diagnosa prioritas yang didapat dari pasien, penulis menyusun


perencanaan untuk mengatasi keluhan sesak nafas yang dialami pasien, ganguan
pola tidur,serta pemahaman tentang informasi.
D. Implementasi.
Implementasi yang dilakukan terhadap pasien dilakukan berdasarkan keadaan
pasien. Implementasi diutamakan pada hal-hal aktual yang dapat meringankan
kondisi

pasien.relaksasi

nafas

dalam,agar

pasien

dapat

tidur

dengan

cukup,memberikan informasi yang jelas.


D. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui hasil atau tercapainya pemecahan
masalah dari suatu tindakan yang telah dilaksanakan selama proses keperawatan
yang penulis lakukan pada klien Tn.R dengan PPOK. Hasil akhir dari asuhan
keperawatan

yang

diberikan,ialah

tercapainya

semua

tujuan

yang

diharapkan,yaitu: bersihan jalan nafas normal kembali,pasien tidur dengan


cukup,pasien dapat mengetahui/memahami tentang informasi.

32

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan suatu istilah yang sering
digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai
oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi
utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan
PPOK adalah : Bronchitis kronis, emfisema paru-paru dan asthma bronchiale (S
Meltzer, 2001 : 595).
Tetapi dalam suatu Negara, yang termasuk didalam PPOK adalah emfisema
paru- paru dan Bronchitis Kronis. Nama lain dari PPOK adalah "Chronic obstructive
airway disease " dan "ChronicObstructive Lung Diseases (COLD)"
B. Saran-saran

33

1. Diharapkan kepada perawat yang bertugas di ruangan untuk selalu mengawasi


pasien dan memberikan pelayanan yang optimal sesuai dengan kebutuhan klien,
sehingga tercapai suatu kerja sama yang baik antara klien dan perawat yang
bertugas.
2. Diharapkan kepada klien dan keluarga klien, setelah meninggalkan rumah sakit
hendaknya melakukan kontrol ulang ke rumah sakit atau puskesmas terdekat
sesuai dengan jadwal.
3. Kepada rekan-rekan mahasiswa Akademi Keperawatan Kesdam IM Banda
Aceh

khususnya

bidang

keperawatan

harus

dapat

memberikan

dan

melaksanakan keperawatan dengan kasus fraktur sesuai dengan kebutuhan dan


prioritas masalah klien.

32

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Brunner, Suddarth (2002). Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC.
Jakarta
Nanda (2009). Nursing Diagnoses Definitions and Classification (NANDA).
Riyanto (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran , Edisi 9, EGC, Jakarta.
Arina, C. A (2006). Paralisis Saraf Kranial Multipel pada Karsinoma Nasofaring,
USU Digital Library, diakses pada 19 September 2008.
Asroel, H. A (2002) Penatalaksanaan Radioterapi Pada Karsinoma Nasofaring,
USU Digital Library, diakses pada 19 September 2008.

Вам также может понравиться

  • Masalah Gizi Pada Remaja Dan Dewasa
    Masalah Gizi Pada Remaja Dan Dewasa
    Документ12 страниц
    Masalah Gizi Pada Remaja Dan Dewasa
    Al Anzuhraful
    25% (4)
  • Jiwa - PK 1 PDF
    Jiwa - PK 1 PDF
    Документ5 страниц
    Jiwa - PK 1 PDF
    Indri Oktaviani
    Оценок пока нет
  • Relaksasi Kecemasan
    Relaksasi Kecemasan
    Документ16 страниц
    Relaksasi Kecemasan
    Annisa Nisa
    Оценок пока нет
  • Penatalaksanaan Hiv Tanpa Komplikasi
    Penatalaksanaan Hiv Tanpa Komplikasi
    Документ84 страницы
    Penatalaksanaan Hiv Tanpa Komplikasi
    Al Anzuhraful
    Оценок пока нет
  • Gizi Remaja Dan Dewasa. Ok
    Gizi Remaja Dan Dewasa. Ok
    Документ16 страниц
    Gizi Remaja Dan Dewasa. Ok
    Al Anzuhraful
    Оценок пока нет
  • Kelompok II
    Kelompok II
    Документ11 страниц
    Kelompok II
    Al Anzuhraful
    Оценок пока нет
  • Askep Infark Miokard Akut
    Askep Infark Miokard Akut
    Документ9 страниц
    Askep Infark Miokard Akut
    Al Anzuhraful
    Оценок пока нет
  • Bahasan Askep CA Lambung
    Bahasan Askep CA Lambung
    Документ9 страниц
    Bahasan Askep CA Lambung
    Al Anzuhraful
    Оценок пока нет
  • PK 1
    PK 1
    Документ10 страниц
    PK 1
    Al Anzuhraful
    Оценок пока нет
  • Sistem Saraf Pada Manusia
    Sistem Saraf Pada Manusia
    Документ5 страниц
    Sistem Saraf Pada Manusia
    Supri Cahragiel
    Оценок пока нет
  • Pengertian Sistem Saraf (Anfis)
    Pengertian Sistem Saraf (Anfis)
    Документ8 страниц
    Pengertian Sistem Saraf (Anfis)
    Al Anzuhraful
    Оценок пока нет
  • Makalah Gastritis PDF
    Makalah Gastritis PDF
    Документ40 страниц
    Makalah Gastritis PDF
    Mitra Yuni Ratnasari
    Оценок пока нет
  • t22679 PDF
    t22679 PDF
    Документ8 страниц
    t22679 PDF
    Al Anzuhraful
    Оценок пока нет
  • Asuhan Keperawatan Fraktur Femur
    Asuhan Keperawatan Fraktur Femur
    Документ43 страницы
    Asuhan Keperawatan Fraktur Femur
    Al Anzuhraful
    Оценок пока нет
  • SP Jiwa
    SP Jiwa
    Документ12 страниц
    SP Jiwa
    Al Anzuhraful
    Оценок пока нет
  • Pathoway Infark
    Pathoway Infark
    Документ1 страница
    Pathoway Infark
    Al Anzuhraful
    Оценок пока нет
  • Infark Miokard Akut Dengan Elevasi ST
    Infark Miokard Akut Dengan Elevasi ST
    Документ10 страниц
    Infark Miokard Akut Dengan Elevasi ST
    Al Anzuhraful
    Оценок пока нет
  • PK 1
    PK 1
    Документ10 страниц
    PK 1
    Al Anzuhraful
    Оценок пока нет
  • Perilaku Kekerasan
    Perilaku Kekerasan
    Документ94 страницы
    Perilaku Kekerasan
    Al Anzuhraful
    Оценок пока нет
  • Fraktur Mandibula
    Fraktur Mandibula
    Документ5 страниц
    Fraktur Mandibula
    Pekemon Shufle Asia
    Оценок пока нет
  • SP Jiwa
    SP Jiwa
    Документ12 страниц
    SP Jiwa
    Al Anzuhraful
    Оценок пока нет
  • SP Jiwa
    SP Jiwa
    Документ12 страниц
    SP Jiwa
    Al Anzuhraful
    Оценок пока нет
  • Kekurangan Vitamin A
    Kekurangan Vitamin A
    Документ5 страниц
    Kekurangan Vitamin A
    Al Anzuhraful
    Оценок пока нет
  • Jurnal Perilaku Kekerasan Bu Uji PDF
    Jurnal Perilaku Kekerasan Bu Uji PDF
    Документ22 страницы
    Jurnal Perilaku Kekerasan Bu Uji PDF
    Maharani Ayu Lestari
    Оценок пока нет
  • Buklett OKe
    Buklett OKe
    Документ10 страниц
    Buklett OKe
    Al Anzuhraful
    Оценок пока нет
  • SP Jiwa
    SP Jiwa
    Документ12 страниц
    SP Jiwa
    Al Anzuhraful
    Оценок пока нет
  • LP Komunitas Ispa
    LP Komunitas Ispa
    Документ85 страниц
    LP Komunitas Ispa
    Al Anzuhraful
    Оценок пока нет
  • Nutrisi Pada Lansia
    Nutrisi Pada Lansia
    Документ4 страницы
    Nutrisi Pada Lansia
    Putrii Joan
    Оценок пока нет
  • LP Nutrisi
    LP Nutrisi
    Документ14 страниц
    LP Nutrisi
    Imam Mujahidin
    Оценок пока нет
  • Nutrisi Pada Lansia
    Nutrisi Pada Lansia
    Документ26 страниц
    Nutrisi Pada Lansia
    Gea Pandhita S
    Оценок пока нет