Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Tinjauan Umum Darah
1.1.1. Definisi Darah
Darah adalah jaringan tubuh yang yang berbeda dengan jaringan
tubuh lain, berada dalam bentuk konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem
tertutup yang dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi
transpor sebagai bahan serta fungsi homeostatis (Sadikin M, 2002). Darah
diproduksi dalam sumsum tulang dan nodus limpa. Volume darah manusia
sekitar 7% - 10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter, jumlah ini
berbeda tiap-tiap orang. Darah terdiri dari 2 komponen yaitu plasma darah
dan butir-butir darah. Plasma darah adalah bagian cair darah yang sebagian
besar terdiri atas air, elektrolit dan protein darah. Butir-butir darah (Blood
corpuscles) terdiri atas 3 elemen yaitu eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel
darah putih), dan trombosit (butir pembeku/platelet). (Handayani W dan
Haribowo A.S, 2008).
automatik.
Menghitung
jumlah
eritrosit
dengan
cara
manual
10
maka penghitungan sel menjadi lebih mudah, cepat dan teliti bila
dibandingkan dengan cara manual. Meskipun demikian pemeriksaan manual
tetap masih dipertahankan karena sebagai metode rujukan (Wirawan. R dan
Silman.E, 1992). Nilai normal eritrosit sekitar 4-5 x 106 per mm3 darah
(M.Biomed C dan Lestari E, 2011).
Peningkatan jumlah eritrosit dijumpai pada polistemia vera,
dehidrasi, dan hipoksia. Sedangkan penurunan jumlah eritrosit dapat dijumpai
pada anemia, perdarahan, hemolisis dan malnutrisi (Uthman E, 2001).
Pemakaian
antikoagulan
Na2EDTA
berlebih
menyebabkan
sehingga
menyebabkan
eritrosit
mengerut
dan
dapat
1.1.3.2. Leukosit
Darah tepi mengandung leukosit yang jumlahnya berkisar 450011.000 sel/mm3 (Writmann FK, 1989).
Sel darah putih (leukosit) dibentuk disumsum tulang dari sel-sel
progenitor. Pada proses diferensiasi selanjutnya, sel-sel progenitor menjadi
golongan yang tidak bergranula yaitu, limfosit T dan B, monosit, dan
magrofag, atau golongan yang bergranula yaitu, neutrofil, basofil, dan
eosinofil. Peranan sel darah putih adalah untuk mengenali dan melawan
11
1.1.3.3. Trombosit
Trombosit adalah fragmen dari megakariosit yang ditemukan didarah
tepi yang berperan dalam pembekuan darah (M.Biomed C dan Lestari E,
2011).Trombosit disebut juga platelet atau keping darah. Sebenarnya,
12
trombosit tidak dapat dipandang sebagai sel utuh karena ia berasal dari sel
raksasa yang berada di sumsum tulang, yang dinamakan megakariosit. Dalam
pematangannya, megakariosit ini pecah menjadi 3000-4000 serpihan sel,
yang dinamai sebagai trombosit. Trombosit berbentuk seperti cakram
bikonveks (dalam keadaan inaktif) dengan diameter 2-3 m dan volume 8-10 fl
(Firkin BG, 1994).
Umur trombosit setelah pecah dari sel asalnya dan masuk darah ialah
antara 8 sampai 14 hari.Jumlah trombosit normal adalah antara 150.000450.000/mm3 dengan rata-rata 250.000/mm3 (Sadikin MH, 2002).
Fungsi utama trombosit adalah pembentukan sumbatan mekanis
selama respon hemostatik normal terhadap luka vaskular. Trombosit
berfungsi penting pada usaha tubuh untuk mempertahankan jaringan bila
terjadi luka. Trombosit ikut serta dalam usaha menutup luka, sehingga tubuh
tidak mengalami kehilangan darah dan terlindung dari penyusupan benda atau
sel asing. Trombosit melekat (adesi) pada permukaan asing terutama serat
kolagen. Disamping melekat pada permukaan asing, trombosit akan melekat
pada trombosit lain (agregasi). Selama proses perubahan bentuk trombosit
yang menyebabkan trombosit akan melepaskan isinya. Masa agregasi
trombosit akan melekat pada endotel, sehingga terbentuk sumbat trombosit
yang dapat menutup luka pada pembuluh darah, sedangkan pembentukan
sumbat trombosit yang stabil melalui pembentukan fibrin (Sadikin MH,
2002).
13
14
15
hematologi
merupakan
pemeriksaan
rutin
yang
16
kurang baik kemudian sel darah dialirkan melalui lubang kecil yang disebut
orifice yang mempunyai ukuran tertentu. Pada saat yang sama, suatu arus
listrik dialirkan melalui elektroda yang dipasang pada sisi luar dan sisi dalam
orifice, karena sel darah adalah penghantar listrik yang buruk, sehingga jika
sel darah masuk melalui orifice tadi arus listrik yang mengalir akan
terganggu, gangguan ini menimbulkan suatu pulsa listrik. Jumlah pulsa listrik
yang terukur persatuan waktu (frekuensi pulsa) dideteksi sebagai jumlah sel
yang melalui celah tersebut. Sedangkan besarnya perubahan tegangan listrik
(amplitudo) yang terjadi, merupakan ukuran volume dari masing-masing sel
darah. Besarnya pulsa akan sesuai dengan besarnya jumlah dan besarnya sel
darah yang lewat. Jika sel darah besar, maka pulsa yang ditimbulkan besar,
sebaliknya jika sel darah kecil maka pulsapun kecil. Dengan demikian dapat
mengenali jenis-jenis sel menurut ukuran dan menghitung jumlahnya
(Mengko R., 2013).
17
2. Metode flowcytometry
Flow cytometri adalah metode pengukuran (metri) jumlah dan sifatsifat sel (cyto) yang dibungkus oleh aliran cairan (flow) melalui celah sempit.
Ribuan sel dialirkan melalui celah tersebut sedemikian rupa sehingga sel
dapat lewat satu per satu, kemudian dilakukan penghitungan jumlah sel dan
ukurannya. Alat ini juga dapat memberikan informasi intraseluler, termasuk
inti sel. Secara umum, metode flow cytometri adalah pemeriksaan di mana
sel-sel dari sampel masuk dalam suatu flow chamber, dibungkus oleh cairan
pembungkus, kemudian dialirkan melewati suatu celah atau lubang dengan
ukuran kecil yang memungkinkan sel lewat satu demi satu, kemudian
dilakukan pengukuran. Aliran yang keluar sel tersebut kemudian melewati
medan listrik dan dipisahkan menjadi tetesan-tetesan sesuai dengan
muatannya, kemudian ditampung ke dalam beberapa saluran pengumpul yang
terpisah. Ini disebut cell sorting (Koeswardani R, et al, 2001).
Prinsip yang digunakan dalam metode ini adalah pendaran cahaya /
(light scattering) yang terjadi ketika sel mengalir melewati celah dan berkas
cahaya yang difouskan ke sensing area yang ada pada aperture tersebut.
Apabila cahaya mengenai sel, maka cahaya akan dihamburkan, dipantulkan,
atau dibiaskan kesemua arah. Kemudian hamburan cahaya yang mengenai sel
akan ditangkap oleh detektor yang ada pada sudut-sudut tertentu sehingga
menimbulkan pulsa. Pulsa cahaya yang berasal dari hamburan cahaya,
intensitas warna, atau fluorensi, akan diubah menjadi pulsa listrik. Pulsa ini
dipakai untuk menghitung jumlah, ukuran, maupun inti sel yang merupakan
18
ciri dari masing-masing sel. Hamburan cahaya dengan arah lurus (forward
scettered light) mendeteksi volume dan ukuran sel. Sedangkan cayaha yang
dihamburka dengan sudut 90 derajad menunjukkan informasi dari isi granula
sitoplasma. Pada metode ini juga dapat dilakukan pewarnaan dengan cara
menambahkan pewarna pada reagen. Sel yang telah diberi warna akan
memberikan pendaran cahaya yang berbeda-beda, sehingga akan lebih
banyak informasi untuk mendeteksi atau membedakan berbagai jenis sel
(Mengko R., 2013).
19
20
21
4. Antikoagulan
Antikoagulan adalah zat yang digunakan untuk mencegah proses
pembekuan darah dengan cara mengikat kalsium atau dengan menghambat
pembentukan trombin yang diperlukan untuk mengkonversi fibrinogen
menjadi fibrin dalam proses pembekuan (Riswanto, 2010). Jenis antikoagulan
yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang diminta.
Perbandingan volume darah dan antikoagulan harus sesuai dan tepat karena
dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan yang tidak sesuai dengan kenyataan
(Wirawan. R dan Silman.E, 1992). Ada beberapa antikoagulan yg banyak
digunakan utk pemeriksaan laboratorium, diantaranya ;
a. EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetatic Acid )
Antikoagulan EDTA dapat digunakan dalam dua bentuk yaitu
berupa cair dan zat kering. Sampai saat ini EDTA dalam bentuk serbuk
masih banyak digunakan di berbagai laboratorium dan untuk memudahkan
pengukuran maka dibuat menjadi larutan 10% (Gandasubrata, 2010).
Antikoagulan EDTA umumnya tersedia dalam bentuk garam
sodium (natrium) atau potassium (kalium), mencegah koagulasi dengan
cara mengikat atau mengkhelasi kalsium. EDTA memiliki keunggulan
dibanding dengan antikoagulan yang lain, yaitu tidak mempengaruhi selsel darah, sehingga ideal untuk pengujian hematologi, seperti pemeriksaan
hemoglobin, hematokrit, KED, hitung lekosit, hitung trombosit, retikulosit,
apusan darah, dan penentuan golongan darah
22
23
24
jumlah
eritrosit,
leukosit
dan
trombosit
dapat
25
26
sehomogen saat sampel darah diambil dari tubuh pasien. Ini merupakan
kesalahan fatal yang sering terjadi pada saat pemeriksaan.
d. Kehabisan reagent lyse sehingga seluruh sel tidak dihancurkan saat
pengukuran sel tertentu.
e. Kalibrasi dan kontrol tidak benar. Tidak melakukan kalibrasi secara
berkala dan darah kontrol yang digunakan sudah mengalami expired date
tapi tetap dipakai karena menghemat biaya operasional.
f. Carry over, homogenisasi, volume kurang. Untuk alat jenis open tube
maka, penyebabnya salah saat pada memasukkan sampel pada jarum
sampling alat, misal jarum tidak masuk penuh ujungnya pada darah atau
darah terlalu sedikit dalam tabung atau botol lebar sehingga saat
dimasukkan jarum tidak terendam seluruhnya. Untuk jenis close tube
kesalahan hampir sama juga, yaitu tidak memenuhi volume minimum
yang diminta oleh alat. Untuk tipe close tube menggunakan cara predilute,
perlu dikocok dahulu saat pengenceran darah dengan diluent.
g. Alat atau reagen rusak. Alat dapat saja rusak bila suhu yang tidak sesuai
(warning : temperature ambient abnormal) dan kondisi meja yang tidak
baik. Reagensia yang digunakan jelek dan mungkin terkontaminasi oleh
udara luar karena packing yang jelek (Sainssyiah, 2010).
Perawatan alat secara rutin perlu dilakukan dengan melakukan
perawatan harian yaitu EZ cleanser yaitu untuk menghancurkan sisa bekuan
atau sisa pembuangan darah yang tidak sempurnadan melakukan kalibrasi
dengan menggunakan kalibrator komersial atau sampel darah segar. Kalibrasi
27
4. Pemeriksa
Faktor pemeriksa juga dapat berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan
jumlah eritrosit, leukosit dan trombosit, bila sampel tidak dicampur/dikocok
dengan benar sebelum sampel diperiksa atau pada saat sampel dihisap oleh
penghisap sampel tidak sampai dasar tabung sampel atau hanya pada
permukaan tabung sampel, maka hasil pemeriksaan jumlah trombosit menjadi
28
29
Pra Analitik
1) Persiapan Pasien
2) Persiapan
Pengumpulan Sampel
3) Pengambilan Sampel
4) Antikoagulan
Analitik
Pasca Analitik
1) Bahan Pemeriksaan
2) Pemeliharaan dan Kalibrasi
Alat
3) Kualitas Reagen
4) Pemeriksa
Variasi Antikoagulan :
Antikoagulan EDTA 5%
1) 5 ul
2) 10 ul
3) 20 ul
Antikoagulan EDTA 10%
1) 5 ul
2) 10 ul
3) 20 ul
Antikoagulan EDTA 20%
1) 5 ul
2) 10 ul
3) 20 ul
Jumlah Eritrosit
Jumlah Leukosit
Jumlah Trombosit
Trombosit
Jumlah Eritrosit
Jumlah Leukosit
Jumlah Trombosit
Variable tergantung (dependent)
30
1.6. Hipotesa
1.6.1. Hipotesis Mayor
Ada Perbedaan jumlah sel darah berdasarkan variasi konsentrasi dan
volume antikoagulan Na2EDTA metode impedansi elektrik
1.6.2. Hipotesis Minor
a. Ada perbedaan jumlah eritrosit berdasarkan variasi konsentrasi dan
volume antikoagulan Na2EDTA metode impedansi elektrik.
b. Ada perbedaan jumlah leukosit berdasarkan variasi konsentrasi dan
volume antikoagulan Na2EDTA metode impedansi elektrik.
c. Ada perbedaan jumlah trombosit berdasarkan variasi konsentrasi dan
volume antikoagulan Na2EDTA metode impedansi elektrik.