Вы находитесь на странице: 1из 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Tinjauan Umum Darah
1.1.1. Definisi Darah
Darah adalah jaringan tubuh yang yang berbeda dengan jaringan
tubuh lain, berada dalam bentuk konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem
tertutup yang dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi
transpor sebagai bahan serta fungsi homeostatis (Sadikin M, 2002). Darah
diproduksi dalam sumsum tulang dan nodus limpa. Volume darah manusia
sekitar 7% - 10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter, jumlah ini
berbeda tiap-tiap orang. Darah terdiri dari 2 komponen yaitu plasma darah
dan butir-butir darah. Plasma darah adalah bagian cair darah yang sebagian
besar terdiri atas air, elektrolit dan protein darah. Butir-butir darah (Blood
corpuscles) terdiri atas 3 elemen yaitu eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel
darah putih), dan trombosit (butir pembeku/platelet). (Handayani W dan
Haribowo A.S, 2008).

1.1.2. Fungsi Darah


Dalam keadaan fisiologis, darah selalu berada dalam pembuluh darah,
sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai berikut:
1. Sebagai alat pengangkut yang meliputi hal-hal berikut ini:
a. Mengangkut gas oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2).

b. Mengangkut sisa-sisa atau ampas dari hasil metabolisme jaringan


berupa urea, kreatinin dan asam urat.
c. Mengangkut sari makanan yang diserap melalui usus untuk disebarkan
ke seluruh jaringan tubuh.
d. Mengangkut hasil-hasil metabolisme jaringan.
2. Mengatur keseimbangan cairan tubuh.
3. Mengatur panas tubuh.
4. Berperan serta dalam mengatur pH cairan tubuh.
5. Mempertahankan tubuh dari serangan penyakit infeksi.
6. Mencegah perdarahan (Handayani W. dan Haribowo A.S, 2008).

1.1.3. Komponen sel darah


1.1.3.1. Eritrosit
Sel darah darah merah (eritrosit) tidak memiliki inti sel, eritrosit
mempunyai kandung protein hemoglobin, yang mengangkut sebagian besar
oksigen dari paru ke seluruh sel tubuh. Sel eritrosit diproduksi di sumsum
tulang (Corwin, EJ, 2007). Eritrosit terbentuk melalui beberapa tahapan yaitu
pembelahan dan perubahan morfologi sel-sel berinti dimulai dari proeritoblas
sampai ortokromatik eritroblas, kemudian membentuk eritrosit tidak berinti
yang disebut retikulosit dan akhirnya menjadi eritrosit (Boedina SK, 1988).
Morfologi dari eritrosit dapat diamati dengan cara mikroskopis
dengan pembuatan sediaan apus dengan pengecatan Wright Giemsa atau
dengan pengecatan yang lain. Eritrosit memiliki bentuk bikonkav dengan

diameter 7-9 m. Sediaan darah apus yang telah dilakukan pengecatan


dengan Giemsa maka eritrosit yang normal akan tampak warna kemerahmerahan dengan tepi agak lebih gelap dan terlihat warna menjadi lebih pucat
pada bagian tengah.
Apabila pada pemeriksaan darah tepi dengan eritrosit sebagian besar
mempunyai diameter <7 m disebut dengan istilah mikrositosis. Hal ini dapat
dijumpai pada anemia difisiensi besi, thalasemia, dan anemia karena penyakit
menahun. Sedangkan apabila eritrosit dengan diameter lebih dari 9 m atau
lebih besar dari ukuran normal maka disebut makrositosis, hal ini bisa
dijumpai pada anemia megaloblastik. Eritrosit yang menunjukkan zone
tengah yang lebih pucat dan lebar disebut juga sebagai eritrosit hipokrom,
merupakan petunjuk bahwa kadar hemoglobin eritrosit itu rendah. Apabila
sebaliknya dengan kondisi terdapat eritrosit muda yang ukurannya lebih besar
dari pada eritrosit normal dan berwarna kebiru-biruan biasa disebut dengan
polikromasi, hal ini bisa dijumpai pada retikulositosis (Boedina SK, 1988).
Menghitung jumlah eritrosit dapat dilakukan dengan cara manual
dan

automatik.

Menghitung

jumlah

eritrosit

dengan

cara

manual

menggunakan volume yang kecil dan pengenceran yang tinggi memakan


waktu dan ketelitiannya kurang, sehingga sekarang ini jarang digunakan.
Sebelum ada cara automatik pemeriksaan manual masih sering dipakai namun
hanya sedikit yang menunjukkan hasil yang teliti dan dapat dipercaya. Pada
umumya pemeriksaan manual memberikan hasil yang meragukan (Writmann
FK, 1989), oleh karena itu dibuatlah alat hitung automatik, dengan alat ini

10

maka penghitungan sel menjadi lebih mudah, cepat dan teliti bila
dibandingkan dengan cara manual. Meskipun demikian pemeriksaan manual
tetap masih dipertahankan karena sebagai metode rujukan (Wirawan. R dan
Silman.E, 1992). Nilai normal eritrosit sekitar 4-5 x 106 per mm3 darah
(M.Biomed C dan Lestari E, 2011).
Peningkatan jumlah eritrosit dijumpai pada polistemia vera,
dehidrasi, dan hipoksia. Sedangkan penurunan jumlah eritrosit dapat dijumpai
pada anemia, perdarahan, hemolisis dan malnutrisi (Uthman E, 2001).
Pemakaian

antikoagulan

Na2EDTA

berlebih

menyebabkan

penurunan dan perubahan degeneratif eritrosit oleh Na2EDTA yang bersifat


hiperosmolar,

sehingga

menyebabkan

eritrosit

mengerut

dan

dapat

menyebabkan penurunan jumlah eritrosit karena tidak terhitung oleh alat


automatik hematology analyzer (wirawan R, 2004).

1.1.3.2. Leukosit
Darah tepi mengandung leukosit yang jumlahnya berkisar 450011.000 sel/mm3 (Writmann FK, 1989).
Sel darah putih (leukosit) dibentuk disumsum tulang dari sel-sel
progenitor. Pada proses diferensiasi selanjutnya, sel-sel progenitor menjadi
golongan yang tidak bergranula yaitu, limfosit T dan B, monosit, dan
magrofag, atau golongan yang bergranula yaitu, neutrofil, basofil, dan
eosinofil. Peranan sel darah putih adalah untuk mengenali dan melawan

11

mikroorganisme pada reaksi imun dan untuk membantu proses peradangan


dan penyembuhan (Corwin, EJ, 2007).
Hitung jumlah leukosit merupakan pemeriksaan yang digunakan
untuk menunjukkan adanya infeksi dan dapat juga untuk mengikuti
perkembangan dari suatu penyakit tertentu. Dua metode yang digunakan
untuk menghitung jumalah leukosit yaitu metode manual atau mikroskopis
dan automatik untuk metode elektronik (Wirawan. R dan Silman.E, 1992).
Leukositosis adalah peningkatan jumlah sel darah dalam sirkulasi.
Hal ini merupakan respons normal terhadap infeksi atau proses peradangan.
Sedangakan penurunan jumlah leukosit dibawah nilai normal adalah
leukopenia, hal ini dapat disebabkan misalnya infeksi virus, penyakit atau
kerusakan sumsum tulang, radiasi atau kemoterapi. Penyakit sistemik yang
parah misalnya lupus eritrematosus, penyakit tiroid, dan sindrom cushing,
dapat menyebabkan penurunan jumlah leukosit (Corwin, EJ, 2007).
Pemakaian antikoagulan EDTA berlebihan menyebabkan perubahan
pada morfologi neutrofil, seperti pembengkakan, hilangnya lobus neutrofil
dan sel mengalami disintegrasi yang dapat menyebabkan penurunan jumlah
leukosit (Narayanan S, 2000).

1.1.3.3. Trombosit
Trombosit adalah fragmen dari megakariosit yang ditemukan didarah
tepi yang berperan dalam pembekuan darah (M.Biomed C dan Lestari E,
2011).Trombosit disebut juga platelet atau keping darah. Sebenarnya,

12

trombosit tidak dapat dipandang sebagai sel utuh karena ia berasal dari sel
raksasa yang berada di sumsum tulang, yang dinamakan megakariosit. Dalam
pematangannya, megakariosit ini pecah menjadi 3000-4000 serpihan sel,
yang dinamai sebagai trombosit. Trombosit berbentuk seperti cakram
bikonveks (dalam keadaan inaktif) dengan diameter 2-3 m dan volume 8-10 fl
(Firkin BG, 1994).
Umur trombosit setelah pecah dari sel asalnya dan masuk darah ialah
antara 8 sampai 14 hari.Jumlah trombosit normal adalah antara 150.000450.000/mm3 dengan rata-rata 250.000/mm3 (Sadikin MH, 2002).
Fungsi utama trombosit adalah pembentukan sumbatan mekanis
selama respon hemostatik normal terhadap luka vaskular. Trombosit
berfungsi penting pada usaha tubuh untuk mempertahankan jaringan bila
terjadi luka. Trombosit ikut serta dalam usaha menutup luka, sehingga tubuh
tidak mengalami kehilangan darah dan terlindung dari penyusupan benda atau
sel asing. Trombosit melekat (adesi) pada permukaan asing terutama serat
kolagen. Disamping melekat pada permukaan asing, trombosit akan melekat
pada trombosit lain (agregasi). Selama proses perubahan bentuk trombosit
yang menyebabkan trombosit akan melepaskan isinya. Masa agregasi
trombosit akan melekat pada endotel, sehingga terbentuk sumbat trombosit
yang dapat menutup luka pada pembuluh darah, sedangkan pembentukan
sumbat trombosit yang stabil melalui pembentukan fibrin (Sadikin MH,
2002).

13

Hitung jumlah trombosit sangat penting untuk menunjang diagnosa


gangguan perdarahan. Untuk menghitung jumlah trombosit, pungsi vena
harus hati-hati tanpa menimbulkan trauma dan darah harus dihisap dengan
cepat dan segera dicampur dengan antikoagulan dengan adekuat. Hindari
pengocokan yang berlebihan karena akan menyebabkan perlekatan trombosit
sehingga hasil penghitungan tidak tepat (Riswanto, 2013).
Peningkatan jumlah trombosit disebut trombositosis, misalnya
dijumpai pada trombositemia idiopatik dan setelah splenektomi. Penurunan
jumlah trombosit atau trombositopenia dapat dijumpai pada penyakit infeksi
tertentu, misalnya demam berdarah dengue yang disebabkan oleh virus
dengue, adalah penyakit yang dapat menurunkan jumlah trombosit darah
sampai ke tingkat yang rendah. Akibatnya, penderita akan sangat rentan akan
perdarahan yang sukar dihentikan. Trombositopenia dapat menyebabkan
epistaksis, perdarahan pada saluran cerna.Perdarahan kecil di bawah kulit
juga sering terjadi. Keadaan lain yang dapat menyebabkan trombositopenia
ialah trombositopenia purpura, anemia aplastik, leukimia akut, dan kadangkadang setelah kemoterapi dan terapis radiasi (Sadikin MH, 2002).
Pemberian antikoagulan Na2EDTA kurang dari yang dibutuhkan
akan menyebabkan hitung jumlah trombosit menurun karena terjadi
mikrotrombi di dalam penampung yang dapat menyumbat alat, sedangkan
apabila dalam pemberian antikoagulan berlebih akan menyebabkan sel
mengalami pembengkakkan kemudian disintegrasi, membentuk fragmen
dalam ukuran yang sama dengan trombosit sehingga terhitung oleh alat

14

penghitung elektronik, sehingga berakibat peningkatan palsu jumlah hitung


trombosit, bila disintegrasi membentuk fragmen yang berbeda dengan ukuran
trombosit akan menyebabkan penurunan jumlah hitung trombosit (Wirawan
R, 2004).
1.2. Metode Pemeriksaan Jumlah Hitung Sel Darah
1.2.1. Cara Manual
Cara menghitung jumlah eritrosit, leukosit dan trombosit dapat
dilakukan dengan metoda manual menggunakan mikroskop. Keuntungan dari
penghitungan manual adalah bahwa mesin penghitung automatik tidak dapat
diandalkan dalam menghitung sel abnormal. Dalam hal ini diperlukan
pemeriksaan manual terhadap apusan darah. Pemeriksaan secara mikroskopik
akan memberikan informasi mengenai lekosit-lekosit yang abnormal dan
variasi bentuk eritrosit. Pemeriksaan manual juga dapat memberikan
informasi mengenai adanya jenis sel lain yang biasanya tidak dijumpai dalam
darah tepi, misalnya sel plasma. Selain itu, adanya trombosit yang
menggerombol (clumps) yang menyebabkan rendahnya jumlah trombosit
pada pemeriksaan automatik dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan apusan
darah (Sainssyiah, 2010). Keuntungan lain dari pemeriksaan manual yaitu
harga cukup murah, dapat dilakukan di semua laboratorium termasuk
laboratorium kecil yang tidak ada aliran listrik(Wirawan. R dan Silman.E,
1992).
Prinsip dari pemeriksaan hitung jumlah sel manual adalah dengan
melakukan pengenceran darah dengan larutan tertentu. Jumlah sel darah

15

dalam volume pengenceran tersebut dihitung dengan menggunakan kamar


hitung(improved Neubauer) Penghitungan jumlah sel yaitu dilakukan dengan
membagi jumlah sel yang dihitung dengan volume sel yang dihitung
dikalikan faktor pengenceran (Wirawan. R dan Silman.E, 1992).
1.2.2. Metode Automatik
Pemeriksaan

hematologi

merupakan

pemeriksaan

rutin

yang

dilakakukan dihampir semua pasien di laboratorium klinik. Pemeriksaan


hitung jumlah sel darah dilakukan secara automatik menggunakan alat
hematology analyzer. Tes hitung jumlah sel darah cara automatik akurasinya
jauh lebih baik dibandingkan perhitungan manual. Dalam pemeriksaan hitung
jumlah sel secara automatik tidak akan mengalami kesulitan mengenai
pengenceran sampel dan standarisasi alat. Cara ini meningkatkan kecepatan
pemeriksaan dan ketelitian dibanding dengan cara manual (Writmann FK,
1989).
Prinsip pengukuran sel darah dengan menggunakan alat hitung
automatik dapat berbeda-beda dari alat yang satu dengan yang lainnya.
Beberapa metode yang sering digunakan dalam pemeriksaan hematologi
adalah :
1. Metode impedansi elektrik
Metode impedansi elektrik adalah salah satu metode yang digunakan
dalam menghitung jumlah dan mengukur sel darah, dimana sebelum
pemeriksaan sampel diencerkan dengan menggunakan larutan yang
mempunyai konduktivitas tertentu dan merupakan konduktor listrik yang

16

kurang baik kemudian sel darah dialirkan melalui lubang kecil yang disebut
orifice yang mempunyai ukuran tertentu. Pada saat yang sama, suatu arus
listrik dialirkan melalui elektroda yang dipasang pada sisi luar dan sisi dalam
orifice, karena sel darah adalah penghantar listrik yang buruk, sehingga jika
sel darah masuk melalui orifice tadi arus listrik yang mengalir akan
terganggu, gangguan ini menimbulkan suatu pulsa listrik. Jumlah pulsa listrik
yang terukur persatuan waktu (frekuensi pulsa) dideteksi sebagai jumlah sel
yang melalui celah tersebut. Sedangkan besarnya perubahan tegangan listrik
(amplitudo) yang terjadi, merupakan ukuran volume dari masing-masing sel
darah. Besarnya pulsa akan sesuai dengan besarnya jumlah dan besarnya sel
darah yang lewat. Jika sel darah besar, maka pulsa yang ditimbulkan besar,
sebaliknya jika sel darah kecil maka pulsapun kecil. Dengan demikian dapat
mengenali jenis-jenis sel menurut ukuran dan menghitung jumlahnya
(Mengko R., 2013).

Gambar 1. Metode impedansi dalam penghitungan jumlah sel dan ukuran


(Mindray, 2010)

17

2. Metode flowcytometry
Flow cytometri adalah metode pengukuran (metri) jumlah dan sifatsifat sel (cyto) yang dibungkus oleh aliran cairan (flow) melalui celah sempit.
Ribuan sel dialirkan melalui celah tersebut sedemikian rupa sehingga sel
dapat lewat satu per satu, kemudian dilakukan penghitungan jumlah sel dan
ukurannya. Alat ini juga dapat memberikan informasi intraseluler, termasuk
inti sel. Secara umum, metode flow cytometri adalah pemeriksaan di mana
sel-sel dari sampel masuk dalam suatu flow chamber, dibungkus oleh cairan
pembungkus, kemudian dialirkan melewati suatu celah atau lubang dengan
ukuran kecil yang memungkinkan sel lewat satu demi satu, kemudian
dilakukan pengukuran. Aliran yang keluar sel tersebut kemudian melewati
medan listrik dan dipisahkan menjadi tetesan-tetesan sesuai dengan
muatannya, kemudian ditampung ke dalam beberapa saluran pengumpul yang
terpisah. Ini disebut cell sorting (Koeswardani R, et al, 2001).
Prinsip yang digunakan dalam metode ini adalah pendaran cahaya /
(light scattering) yang terjadi ketika sel mengalir melewati celah dan berkas
cahaya yang difouskan ke sensing area yang ada pada aperture tersebut.
Apabila cahaya mengenai sel, maka cahaya akan dihamburkan, dipantulkan,
atau dibiaskan kesemua arah. Kemudian hamburan cahaya yang mengenai sel
akan ditangkap oleh detektor yang ada pada sudut-sudut tertentu sehingga
menimbulkan pulsa. Pulsa cahaya yang berasal dari hamburan cahaya,
intensitas warna, atau fluorensi, akan diubah menjadi pulsa listrik. Pulsa ini
dipakai untuk menghitung jumlah, ukuran, maupun inti sel yang merupakan

18

ciri dari masing-masing sel. Hamburan cahaya dengan arah lurus (forward
scettered light) mendeteksi volume dan ukuran sel. Sedangkan cayaha yang
dihamburka dengan sudut 90 derajad menunjukkan informasi dari isi granula
sitoplasma. Pada metode ini juga dapat dilakukan pewarnaan dengan cara
menambahkan pewarna pada reagen. Sel yang telah diberi warna akan
memberikan pendaran cahaya yang berbeda-beda, sehingga akan lebih
banyak informasi untuk mendeteksi atau membedakan berbagai jenis sel
(Mengko R., 2013).

Gambar 2. Ilustrasi sudut hamburan cahaya pada metode flowcytometry


(Mengko R., 2013).
1.3. Faktor-fatktor yang Mempengaruhi Pemeriksaan Eritrosit, Leukosit dan
Trombosit dalam Laboratorium
1.3.1. Pra Analitik
Keselahan pada proses pra analitik dalam pemeriksaan laboratorium
dapat memberikan kontribusi sekitar 62% dari total keseluruhan pemeriksaan
Laboratorium (Mengko R., 2013).
Proses pra analitik meliputi persiapan pasien, pengambilan /
pengumpulan spesimen, pengiriman spesimen ke laboratorium, penanganan

19

spesimen dan termasuk dalam pemberian antikoagulan serta penyimpanan


spesimen (Riswanto, 2010).
1. Persiapan Pasien
Ada beberapa sumber kesalahan yang kurang terkontrol dari proses
pra analitik yang dapat mempengaruhi pemeriksaan laboratorium seperti
aktivitas fisik, puasa, diet, stres, efek posisi, menstruasi, kehamilan, gaya
hidup (konsumsi alkohol, rokok, kopi, obat), usia, jenis kelamin, pasca
transfusi, pasca donasi, pasca operasi dan lainnya. Karena hal-hal tersebut
memiliki pengaruh yang kuat terhadap beberapa pemeriksaan hematologi,
maka pasien harus selalu dipertimbangkan sebelum pengambilan sampel
(Riswanto, 2010).
2. Persiapan Pengumpulan Sampel
Spesimen yang akan diperiksa laboratorium haruslah memenuhi
persyaratan yaitu volume mencukupi, kondisi baik/tidak lisis, dan segar/tidak
kadaluwarsa, pemakaian antikoagulan atau pengawet yang tepat, ditampung
dalam wadah yang memenuhi syarat, dan identitas benar sesuai dengan data
paien (Riswanto, 2010).
3. Pengambilan Spesimen
Hal-hal yang harus diperhatikan pada pengambilan spesimen adalah :
a. Tehnik atau cara pengambilan. Pengambilan spesimen harus dilakukan
dengan benar sesuai dengan standard operating procedure (SOP) yang
ada.
b. Cara menampung spesimen dalam wadah/penampung.

20

1) Seluruh sampel harus masuk ke dalam wadah (sesuai kapasitas),


jangan ada yang menempel pada bagian luar tabung untuk
menghindari bahaya infeksi.
2) Wadah harus dapat ditutup rapat dan diletakkan dalam posisi
berdiri untuk mencegah spesimen tumpah.
3) Darah harus segera dimasukkan dalam tabung setelah sampling.
4) Lepaskan jarum, alirkan darah lewat dinding tabung perlahan-lahan
agar tidak terjadi hemolisis.
5) Pastikan jenis antikoagulan dan volume darah yang ditambahkan
tidak keliru.
6) Homogenisasi segera darah yang menggunakan antikoagulan
dengan lembut perlahan-lahan. Jangan mengkocok tabung keraskeras agar tidak hemolisis.
b. Sumber-sumber kesalahan pada pengambilan spesimen darah :
1) Pemasangan turniquet terlalu lama
2) Pengambilan darah terlalu lama (tidak sekali tusuk kena) dapat
menyebabkan trombosit menurun.
3) Pengambilan darah pada jalur infus dapat menyebabkan eritrosit,
leukosit, dan trombosit menurun.
4) Homogenisasi darah dengan antikoagulan yang tidak sempurna
atau keterlambatan homogenisasi menyebabkan terbentuknya
bekuan darah (Riswanto, 2010).

21

4. Antikoagulan
Antikoagulan adalah zat yang digunakan untuk mencegah proses
pembekuan darah dengan cara mengikat kalsium atau dengan menghambat
pembentukan trombin yang diperlukan untuk mengkonversi fibrinogen
menjadi fibrin dalam proses pembekuan (Riswanto, 2010). Jenis antikoagulan
yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang diminta.
Perbandingan volume darah dan antikoagulan harus sesuai dan tepat karena
dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan yang tidak sesuai dengan kenyataan
(Wirawan. R dan Silman.E, 1992). Ada beberapa antikoagulan yg banyak
digunakan utk pemeriksaan laboratorium, diantaranya ;
a. EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetatic Acid )
Antikoagulan EDTA dapat digunakan dalam dua bentuk yaitu
berupa cair dan zat kering. Sampai saat ini EDTA dalam bentuk serbuk
masih banyak digunakan di berbagai laboratorium dan untuk memudahkan
pengukuran maka dibuat menjadi larutan 10% (Gandasubrata, 2010).
Antikoagulan EDTA umumnya tersedia dalam bentuk garam
sodium (natrium) atau potassium (kalium), mencegah koagulasi dengan
cara mengikat atau mengkhelasi kalsium. EDTA memiliki keunggulan
dibanding dengan antikoagulan yang lain, yaitu tidak mempengaruhi selsel darah, sehingga ideal untuk pengujian hematologi, seperti pemeriksaan
hemoglobin, hematokrit, KED, hitung lekosit, hitung trombosit, retikulosit,
apusan darah, dan penentuan golongan darah

22

Ada tiga macam EDTA, yaitu dinatrium EDTA (Na2EDTA),


dipotassium EDTA (K2EDTA) dan tripotassium EDTA (K3EDTA).
Na2EDTA dan K2EDTA biasanya digunakan dalam bentuk kering,
sedangkan K3EDTA biasanya digunakan dalam bentuk cair.
Na2EDTA biasanya digunakan dengan konsentrasi 1 - 1,5 mg/ml
darah. Penggunaannya harus tepat karena apabila jumlah EDTA kurang,
darah dapat mengalami koagulasi. Sebaliknya, bila EDTA kelebihan,
eritrosit mengalami krenasi, trombosit membesar dan mengalami
disintegrasi. Setelah darah dimasukkan ke dalam tabung, segera lakukan
pencampuran/homogenisasi dengan cara membolak-balikkan tabung untuk
menghindari penggumpalan trombosit dan pembentukan bekuan darah
(Riswanto, 2013).
b. Sitrat
Trisodium sitrat dihidrat (Na3C6H5O7.2H2O) atau sitrat bekerja
dengan mengikat atau menghelasi kalsium. Digunakan dalam bentuk cair
sebagai trisodium sitrat dihidrat 3,2% (109 mmol/L). Antikoagulan ini
digunakan untuk pengujian sistem pembekuan darah karena paling baik
dalam memelihara faktor-faktor pembekuan darah dan mengembalikan
kalsium kedalam spesimen selama proses pemeriksaan serta dapat dengan
mudah mengembalikan efek pengikatan.
Penggunaan Natrium sitrat konsentrasi 3,8% digunakan untuk
pemeriksaan erythrocyte sedimentation rate (ESR) atau KED/LED cara

23

Westergreen. Penggunaannya adalah 1 bagian sitrat + 4 bagian darah


(Riswanto, 2013).
c. Heparin
Antikoagulan ini bersifat seperti antirombin, tidak mempengaruhi
bentuk eritrosit dan leukosit. Heparin dapat dipakai sebagai larutan
ataupun dalam bentuk kering dengan konsentrasi penggunaan adalah 1 mg
heparin kering untuk 10 ml darah. (Gandasoebrata, 2010).
Antikoagulan ini merupakan asam mukopolisacharida yang bekerja
dengan cara menghentikan pembentukan trombin dari prothrombin
sehingga menghentikan pembentukan fibrin dari fibrinogen. Ada tiga
macam heparin: ammonium heparin, lithium heparin dan sodium heparin.
Dari ketiga macam heparin tersebut, lithium heparin paling banyak
digunakan sebagai antikoagulan karena tidak mengganggu analisa
beberapa macam ion dalam darah.
Heparin banyak digunakan pada analisa kimia darah, enzim, kultur
sel, OFT (osmotic fragility test). Konsentrasi dalam penggunaan adalah 0.1
0.2 mg/ml darah. Heparin tidak dianjurkan untuk pemeriksaan apusan
darah karena menyebabkan latar belakang biru (Riswanto, 2013).
d. Oksalat
Oksalat bekerja dengan mencegah pembekuan darah dengan cara
mendapatkan kalisum dalam darah. Antikoagulan ini dapat dijumpai
sebagai ammonium, lithium, kalium (potassium) dan natrium (sodium).

24

Natrium oksalat (Na2C2O4) 0,1 N digunakan untuk pengujian faktor


pembekuan darah misalnya PPT (plasma prothrombin time) dengan
perbandingan 9 bagian darah ditambah 1 bagian Na oksalat.
Kalium oksalat digunakan bersama dengan natrium fluorida untuk
penentukan kadar glukosa darah, dimana fungsinya adalah sebagai
antiglikolisis yang mencegah metabolisme glukosa oleh sel (Riswanto,
2013).
1.3.2. Analitik
Proses analitik adalah tahap pengerjaan sampel sehingga diperoleh
hasil pemeriksaan (Depkes RI, 1999).
1. Bahan Pemeriksaan
Pemeriksaan

jumlah

eritrosit,

leukosit

dan

trombosit

dapat

menggunakan darah vena maupun darah kapiler. Pemeriksaan dengan darah


kapiler memberikan hasil lebih rendah dibandingkan darah vena. Pemeriksaan
jumlah eritrosit, leukosit dan trombosit dengan darah kapiler menggunakan
alat automatik diperlukan darah kapiler sebanyak 20 ul (Mindray, 2010)
2. Pemeliharaan dan Kalibrasi Alat
Alat pemeriksaan bila tidak dilakukan perawatan secara rutin maupun
kalibrasi maka akan mempengaruhi hasil pemeriksaan jumlah eritrosit,
leukosit dan trombosit menjadi lebih tinggi atau menjadi rendah.
Upaya untuk mengkoreksi alat hematology analyzer merupakan
sebuah upaya yang baik karena kita tahu bahwa tidak semua alat luput dari
kesalahan dan ketidaktelitian. Perlu adanya pemahaman untuk menilai dan

25

memilah kesalahan yang mungkin terjadi saat pengerjaan dengan metode


hematology analyzer. Setiap laboratorium mengklaim bahwa hasilnya lebih
akurat bahkan pakai darah kontrol dibandingkan laboratorium lain. Alasan ini
bisa dipatahkan bila pra analitiknya buruk, misal darah tidak segera dicampur
dengan antikoagulan, kelebihan antikoagulan, tidak segera diperiksa (dalam
waktu 1 jam lebih bagus), tidak dikocok sebelum diperiksa dan botol yang
digunakan dari plastik/polietilen.
Pemeriksaan darah lengkap umumnya telah menggunakan mesin
penghitung automatik (hematology analyzer). Pemeriksaan dengan mesin
penghitung automatik dapat memberikan hasil yang cepat. Namun, alat
hitung automatik/analyzer memiliki keterbatasan ketika terdapat sel yang
abnormal, misalnya banyak dijumpainya sel-sel yang belum matang pada
leukemia, infeksi bakterial, sepsis, dan sebagainya. Dalam kasus jumlah sel
yang sangat tinggi dimana alat tidak mampu menghitungnya, maka
pemeriksaan manual menjadi pilihan untuk dilakukan (Sainssyiah, 2010).
Penyebab kesalahan pada hasil alat hitung automatik (hematology
analyzer) :
a. Salah cara sampling
b. Salah penyimpanan spesimen dan waktu pemeriksaan ditunda terlalu lama
sehingga terjadi perubahan morfologi sel darah.
c. Kesalahan tidak mengocok sampel secara homogen, terutama bila tidak
memiliki alat pengocok automatik (rotator) maka dikhawatirkan tidak

26

sehomogen saat sampel darah diambil dari tubuh pasien. Ini merupakan
kesalahan fatal yang sering terjadi pada saat pemeriksaan.
d. Kehabisan reagent lyse sehingga seluruh sel tidak dihancurkan saat
pengukuran sel tertentu.
e. Kalibrasi dan kontrol tidak benar. Tidak melakukan kalibrasi secara
berkala dan darah kontrol yang digunakan sudah mengalami expired date
tapi tetap dipakai karena menghemat biaya operasional.
f. Carry over, homogenisasi, volume kurang. Untuk alat jenis open tube
maka, penyebabnya salah saat pada memasukkan sampel pada jarum
sampling alat, misal jarum tidak masuk penuh ujungnya pada darah atau
darah terlalu sedikit dalam tabung atau botol lebar sehingga saat
dimasukkan jarum tidak terendam seluruhnya. Untuk jenis close tube
kesalahan hampir sama juga, yaitu tidak memenuhi volume minimum
yang diminta oleh alat. Untuk tipe close tube menggunakan cara predilute,
perlu dikocok dahulu saat pengenceran darah dengan diluent.
g. Alat atau reagen rusak. Alat dapat saja rusak bila suhu yang tidak sesuai
(warning : temperature ambient abnormal) dan kondisi meja yang tidak
baik. Reagensia yang digunakan jelek dan mungkin terkontaminasi oleh
udara luar karena packing yang jelek (Sainssyiah, 2010).
Perawatan alat secara rutin perlu dilakukan dengan melakukan
perawatan harian yaitu EZ cleanser yaitu untuk menghancurkan sisa bekuan
atau sisa pembuangan darah yang tidak sempurnadan melakukan kalibrasi
dengan menggunakan kalibrator komersial atau sampel darah segar. Kalibrasi

27

diperiksa secara teratur dengan menggunakan program pemantapan mutu


yang biasa dilakukan setiap laboratorium, sesuai dengan persyaratan
laboratorium yang baik, verifikasi yang mencakup quality control harian pada
setiap shift dan juga pada setiap perubahan nomor lot reagen. Alat yang
digunakan untuk penelitian ini sudah dilakukan pemeliharaan alat secara rutin
dan kalibrasi.
3. Kualitas Reagen
Reagen (diluent, lyse, rinse) harus diperlakukan sesuai aturan yang
diberikan pabrik pembuatnya termasuk cara penyimpanan, penggunaan dan
expired nya.
Pemakaian reagen yang sudah rusak oleh karena sudah expired
maupun salah dalam suhu penyimpanan akan menyebabkan penurunan
jumlah eritrosit, leukosit dan trombosit. Hal ini dapat diatasi dengan
pemakain reagen yang tidak expired dan penyimpanan reagen pada suhu yang
sudah ditentukan pabrik pembuatnya yaitu pada suhu 15-300C (Cell-Dyn,
2007).

4. Pemeriksa
Faktor pemeriksa juga dapat berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan
jumlah eritrosit, leukosit dan trombosit, bila sampel tidak dicampur/dikocok
dengan benar sebelum sampel diperiksa atau pada saat sampel dihisap oleh
penghisap sampel tidak sampai dasar tabung sampel atau hanya pada
permukaan tabung sampel, maka hasil pemeriksaan jumlah trombosit menjadi

28

rendah. Hal ini memerlukan pemeriksa yang berpengalaman dan terlatih


(Cell-Dyn, 2007)
1.3.3. Pasca Analitik
Proses pasca analitik adalah tahap akhir pemeriksaan yang
dikeluarkan untuk meyakinkan bahwa hasil pemeriksaan yang dikeluarkan
benar-benar valid atau dapat dipertanggungjawabkan.
Kegiatan pencatatan dan pelaporan di laboratorium harus dilakukan
dengan cermat dan teliti karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan dan
dapat mengakibatkan kesalahan dalam penyampaian hasil pemeriksaan
(Depkes RI, 1999).

29

1.4. Kerangka teori

Faktor-faktor yang mempengaruhi


pemeriksaan jumlah Eritrosit, Leukosit dan
Trombosit

Pra Analitik

1) Persiapan Pasien
2) Persiapan
Pengumpulan Sampel
3) Pengambilan Sampel
4) Antikoagulan

Analitik

Pasca Analitik

1) Bahan Pemeriksaan
2) Pemeliharaan dan Kalibrasi
Alat
3) Kualitas Reagen
4) Pemeriksa

Variasi Antikoagulan :
Antikoagulan EDTA 5%
1) 5 ul
2) 10 ul
3) 20 ul
Antikoagulan EDTA 10%
1) 5 ul
2) 10 ul
3) 20 ul
Antikoagulan EDTA 20%
1) 5 ul
2) 10 ul
3) 20 ul

Jumlah Eritrosit
Jumlah Leukosit
Jumlah Trombosit
Trombosit

1.5. Kerangka konsep

Variasi Konsentrasi dan


Volume Antikoagulan
EDTA
Variable bebas (independent)

Jumlah Eritrosit
Jumlah Leukosit
Jumlah Trombosit
Variable tergantung (dependent)

30

1.6. Hipotesa
1.6.1. Hipotesis Mayor
Ada Perbedaan jumlah sel darah berdasarkan variasi konsentrasi dan
volume antikoagulan Na2EDTA metode impedansi elektrik
1.6.2. Hipotesis Minor
a. Ada perbedaan jumlah eritrosit berdasarkan variasi konsentrasi dan
volume antikoagulan Na2EDTA metode impedansi elektrik.
b. Ada perbedaan jumlah leukosit berdasarkan variasi konsentrasi dan
volume antikoagulan Na2EDTA metode impedansi elektrik.
c. Ada perbedaan jumlah trombosit berdasarkan variasi konsentrasi dan
volume antikoagulan Na2EDTA metode impedansi elektrik.

Вам также может понравиться

  • Metode Ivy - Laporan Lengkap Hematologi II
    Metode Ivy - Laporan Lengkap Hematologi II
    Документ16 страниц
    Metode Ivy - Laporan Lengkap Hematologi II
    Inesfa Mega Lestari
    Оценок пока нет
  • Trombosit 2
    Trombosit 2
    Документ9 страниц
    Trombosit 2
    Lina Nurkhasanah
    Оценок пока нет
  • BAB IIv
    BAB IIv
    Документ15 страниц
    BAB IIv
    NURSAPITRI
    Оценок пока нет
  • Parasitologi Medik
    Parasitologi Medik
    Документ31 страница
    Parasitologi Medik
    Aef Hilmi
    Оценок пока нет
  • Trombosit
    Trombosit
    Документ28 страниц
    Trombosit
    Chy Buhang
    Оценок пока нет
  • 2 LAPORAN Morfologi Eri
    2 LAPORAN Morfologi Eri
    Документ18 страниц
    2 LAPORAN Morfologi Eri
    Wullant Kesumasarii
    Оценок пока нет
  • Kelainan Eritrosit (Poikilo, Aniso Dan Warna)
    Kelainan Eritrosit (Poikilo, Aniso Dan Warna)
    Документ14 страниц
    Kelainan Eritrosit (Poikilo, Aniso Dan Warna)
    Risca Dana Paramitha
    100% (1)
  • Sel-Sel Darah
    Sel-Sel Darah
    Документ4 страницы
    Sel-Sel Darah
    Al Kadri
    Оценок пока нет
  • Makalah Anisositosis Praktikum
    Makalah Anisositosis Praktikum
    Документ9 страниц
    Makalah Anisositosis Praktikum
    DeniDiana
    Оценок пока нет
  • Kti Nazar 22
    Kti Nazar 22
    Документ14 страниц
    Kti Nazar 22
    fajri
    Оценок пока нет
  • 10.bab Ii
    10.bab Ii
    Документ14 страниц
    10.bab Ii
    Valencia Diana Pattipeilohy
    Оценок пока нет
  • Definisi Trombosis
    Definisi Trombosis
    Документ5 страниц
    Definisi Trombosis
    NikenAriskaPrawesti
    Оценок пока нет
  • Kelainan Eritrosit
    Kelainan Eritrosit
    Документ20 страниц
    Kelainan Eritrosit
    puriartini-1
    100% (1)
  • Bab 2
    Bab 2
    Документ14 страниц
    Bab 2
    Sasmitha Andriana
    Оценок пока нет
  • Makalah Anisositosis
    Makalah Anisositosis
    Документ10 страниц
    Makalah Anisositosis
    Dwi Sri
    Оценок пока нет
  • Tinjauan Pustaka
    Tinjauan Pustaka
    Документ18 страниц
    Tinjauan Pustaka
    Jamaludin Winarhadi Kusumo
    Оценок пока нет
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Документ12 страниц
    Bab Ii
    Daffa Ahmad Ghazy
    Оценок пока нет
  • Gangguan Sistem Hematologi
    Gangguan Sistem Hematologi
    Документ63 страницы
    Gangguan Sistem Hematologi
    indrayani selly
    Оценок пока нет
  • ANISOSITOSIS
    ANISOSITOSIS
    Документ6 страниц
    ANISOSITOSIS
    Putu Murnitha Sari Rahayu
    100% (2)
  • Patofisiologi Sistem Hematologi Revisi
    Patofisiologi Sistem Hematologi Revisi
    Документ23 страницы
    Patofisiologi Sistem Hematologi Revisi
    Arif Ashari
    100% (2)
  • LAPORAN PENDAHULUAN AML Nadia
    LAPORAN PENDAHULUAN AML Nadia
    Документ64 страницы
    LAPORAN PENDAHULUAN AML Nadia
    Nadia Syafa Farihah
    Оценок пока нет
  • Laporan Praktikum Fisman Percobaan Darah 1
    Laporan Praktikum Fisman Percobaan Darah 1
    Документ16 страниц
    Laporan Praktikum Fisman Percobaan Darah 1
    Eyren
    Оценок пока нет
  • Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Trombositopenia
    Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Trombositopenia
    Документ36 страниц
    Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Trombositopenia
    Chyntia Utami
    100% (1)
  • LP Anemia Indri
    LP Anemia Indri
    Документ35 страниц
    LP Anemia Indri
    indrinurmalasari
    Оценок пока нет
  • Kelompok 3 Trombosit
    Kelompok 3 Trombosit
    Документ8 страниц
    Kelompok 3 Trombosit
    Pinkaapp 28
    Оценок пока нет
  • TROMBOSIT
    TROMBOSIT
    Документ8 страниц
    TROMBOSIT
    arsitadevy
    Оценок пока нет
  • ERITROSIT
    ERITROSIT
    Документ13 страниц
    ERITROSIT
    Hidayatus sariroh
    Оценок пока нет
  • Makalah Dic
    Makalah Dic
    Документ22 страницы
    Makalah Dic
    Doni Virgus Sungkar
    100% (1)
  • Leukemia Sdki, Nicnoc
    Leukemia Sdki, Nicnoc
    Документ62 страницы
    Leukemia Sdki, Nicnoc
    umisaadah
    Оценок пока нет
  • H2TL
    H2TL
    Документ24 страницы
    H2TL
    Neng Widya
    Оценок пока нет
  • Bab Ii Leukemia Anak
    Bab Ii Leukemia Anak
    Документ19 страниц
    Bab Ii Leukemia Anak
    Peb Mrbn
    Оценок пока нет
  • Sel Darah Merah Dan Kelainannya
    Sel Darah Merah Dan Kelainannya
    Документ5 страниц
    Sel Darah Merah Dan Kelainannya
    Puspita Novi
    Оценок пока нет
  • Laporan Praktikum Percobaan Darah 1
    Laporan Praktikum Percobaan Darah 1
    Документ18 страниц
    Laporan Praktikum Percobaan Darah 1
    Endrianto
    100% (4)
  • Isi Vaskuler DVT
    Isi Vaskuler DVT
    Документ38 страниц
    Isi Vaskuler DVT
    kartika asli
    Оценок пока нет
  • Makalah Trom Bositopenia
    Makalah Trom Bositopenia
    Документ20 страниц
    Makalah Trom Bositopenia
    Safira Angelia Saragih
    Оценок пока нет
  • Laporan Praktikum Hematologi 4
    Laporan Praktikum Hematologi 4
    Документ16 страниц
    Laporan Praktikum Hematologi 4
    angga
    Оценок пока нет
  • Kelompok16 - Kelainan Sel Eritrosit
    Kelompok16 - Kelainan Sel Eritrosit
    Документ32 страницы
    Kelompok16 - Kelainan Sel Eritrosit
    Nima Aufa
    100% (1)
  • APUSAN DARAH Kelainan Eritrosit
    APUSAN DARAH Kelainan Eritrosit
    Документ32 страницы
    APUSAN DARAH Kelainan Eritrosit
    Djihan Fahira
    Оценок пока нет
  • Perbedaan Hasil Hitung Trombosit Metode Rees Ecker Dengan Metode Alat Otomatik (Kti 2)
    Perbedaan Hasil Hitung Trombosit Metode Rees Ecker Dengan Metode Alat Otomatik (Kti 2)
    Документ7 страниц
    Perbedaan Hasil Hitung Trombosit Metode Rees Ecker Dengan Metode Alat Otomatik (Kti 2)
    dudy arman
    Оценок пока нет
  • LEUKEMIA
    LEUKEMIA
    Документ30 страниц
    LEUKEMIA
    Uswatun Hasanah
    Оценок пока нет
  • Makalah Biokimia Darah Dan Plasma Darah 2
    Makalah Biokimia Darah Dan Plasma Darah 2
    Документ14 страниц
    Makalah Biokimia Darah Dan Plasma Darah 2
    Dinda Nur Aida
    Оценок пока нет
  • Anemia Makrositik (Sindrom Mielodisplastik, Leukemia Akut)
    Anemia Makrositik (Sindrom Mielodisplastik, Leukemia Akut)
    Документ39 страниц
    Anemia Makrositik (Sindrom Mielodisplastik, Leukemia Akut)
    Anjeli Rampian
    Оценок пока нет
  • Isi Kelomppok 26-30
    Isi Kelomppok 26-30
    Документ66 страниц
    Isi Kelomppok 26-30
    Syahri Dzikri
    Оценок пока нет
  • Hematopoesis Unila
    Hematopoesis Unila
    Документ20 страниц
    Hematopoesis Unila
    M Fathul Arif
    Оценок пока нет
  • LP Anemia
    LP Anemia
    Документ56 страниц
    LP Anemia
    ikrifaimuhammad
    Оценок пока нет
  • BAB II-dikonversi
    BAB II-dikonversi
    Документ15 страниц
    BAB II-dikonversi
    Fitriyani
    Оценок пока нет
  • 10.perkembangan Sel-Sel Darah
    10.perkembangan Sel-Sel Darah
    Документ20 страниц
    10.perkembangan Sel-Sel Darah
    Repilia Apriana
    Оценок пока нет
  • Laporan Trombosit
    Laporan Trombosit
    Документ21 страница
    Laporan Trombosit
    Hardy Young Hostel
    Оценок пока нет
  • FIX - Case Report - Bab 2
    FIX - Case Report - Bab 2
    Документ23 страницы
    FIX - Case Report - Bab 2
    Ilham Nugroho
    Оценок пока нет
  • Makalah ITP
    Makalah ITP
    Документ25 страниц
    Makalah ITP
    trendyx
    67% (3)
  • Anemia 1
    Anemia 1
    Документ24 страницы
    Anemia 1
    Devi STIKes Rana Wijaya
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan DBD
    Laporan Pendahuluan DBD
    Документ20 страниц
    Laporan Pendahuluan DBD
    krisna bagus widodo
    100% (2)
  • Laporan Pendahuluan Anemia Gravis
    Laporan Pendahuluan Anemia Gravis
    Документ29 страниц
    Laporan Pendahuluan Anemia Gravis
    Aja Arifin
    Оценок пока нет
  • LP DHF
    LP DHF
    Документ9 страниц
    LP DHF
    Lisda Yanti
    Оценок пока нет
  • Nurfikah Yahya-D1B123063 RPL
    Nurfikah Yahya-D1B123063 RPL
    Документ3 страницы
    Nurfikah Yahya-D1B123063 RPL
    Vika Humairah Yahya
    Оценок пока нет
  • Bab 2
    Bab 2
    Документ20 страниц
    Bab 2
    wonwonjeon8
    Оценок пока нет