Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Dosen pembimbing:
drg. Ryana Budi P.
Disusun oleh:
Alvianita Nurjanah
Anisa Safitri
Adi Nugroho
Amalia Puteri Fidriani
Anggita Rizky Rizali Noor
Amalia Arumsari
Arief Budiman
Audy Liberena
Ageng Rahma Hijahanis I.
Arcadia Sulistijo Junior
Apriliana Santoso
G1G013011
G1G013012
G1G013014
G1G013016
G1G013022
G1G013029
G1G013046
G1G013047
G1G013056
G1G013055
G1G013059
Dosen pembimbing:
drg. Ryana Budi Purnama
Disusun oleh:
Alvianita Nurjanah
Anisa Safitri
Adi Nugroho
Amalia Puteri Fidriani
Anggita Rizky Rizali Noor
Amalia Arumsari
Arief Budiman
Audy Liberena
Ageng Rahma Hijahanis I.
Arcadia Sulistijo Junior
Apriliana Santoso
G1G013011
G1G013012
G1G013014
G1G013016
G1G013022
G1G013029
G1G013046
G1G013047
G1G013056
G1G013055
G1G013059
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil aalamin, segala puji bagi Tuhan yang Maha Esa.
Berkat rahmat dan karunia-Nya, kami Kelompok A1 dapat melaksanakan
Praktikum Saliva I sehingga dapat menyusun laporan kelompok ini dengan
lancar.
Terimakasih kami ucapkan kepada drg. Ryana Budi Purnama dan drg.
Cintantya Intan selaku dosen pembimbing praktikum atas bimbingan yang telah
diberikan kepada mahasiswa. Tanpa bimbingan beliau, proses praktikum dan
penyusunan laporan kelompok ini tidak akan mencapai hasil yang diinginkan.
Tak lupa terimakasih kepada orang tua yang telah memberikan motivasi dan
dukungan berupa moril maupun materiil.
Kami menyadari bahwa penyusunan laporan ini belum sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun kami
harapkan demi hasil laporan yang lebih baik di masa yang akan datang. Akhir
kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam penyusunan laporan ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... v
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................................ 2
D. Manfaat .............................................................................................................. 2
BAB II. LANDASAN TEORI .................................................................................... 3
A. Saliva .................................................................................................................. 3
B. Komposisi Saliva ............................................................................................... 4
C. Faktor sekresi saliva ........................................................................................... 4
D. Derajat pH Saliva ............................................................................................... 6
E. Faktor yang mempengaruhi Curah saliva .......................................................... 7
F.
iii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil percobaan ............................................................................................. 11
Tabel 2. Hasil percobaan rata-rata .............................................................................. 11
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Saliva merupakan cairan oral kompleks tak berwarna yang berada di
dalam rongga mulut dan disekresikan oleh kelenjar saliva mayor dan minor.
Kelenjar saliva mayor terdiri dari glandula parotis, glandula submandibularis,
dan glandula sublingualis. Sedangkan kelenjar minor terletak di dalam mukosa
atau submukosa yang hanya menyumbangkan 5% dari sekresi kelenjar saliva
selama 24 jam. Terdapat pula sumbangan saliva dari cairan krevikular dalam
jumlah yang sedikit. Pengeluaran saliva pada orang dewasa sekitar 0,3-0,4
ml/menit tanpa stimulasi dan jika dengan stimulasi laju sekresinya sebanyak 1-2
ml/menit (Amerogan, 1991). Seseorang dapat dikatakan hiposalivasi jika laju
salivanya di bawah 0,1 ml/menit tanpa stimulasi dan di bawah 0,7 ml/menit
dengan stimulasi (Amerogan, 1991).
Sekresi glandula saliva dapat terjadi oleh beberapa faktor di antaranya
adalah stimulus dari mekanik, kimiawi, neuronal, psikis, postur tubuh, obatobatan, ukuran dan berat kelenjar saliva, latihan fisik, alkohol, penyakit
sistemik, usia, jenis kelamin (Almeida, dkk., 2008). Menurunnya pH saliva dan
jumlah saliva akan meningkatkan risiko karies yang tinggi. Sedangkan
meningkatnya pH saliva (basa) akan mengakibatkan pembentukan karang gigi.
Umumnya cairan viskus pada saliva mengandung 99,5% air dan 5% sisanya
adalah mukoprotein, immunoglobulin, karbohidrat, komponen-komponen
anorganik seperti Ca, P, Na, Mg, Cl, Fe. Sedangakan pada cairan serusnya
mengandung enzim pencernan yaitu enzim ptialin dan enzim lipase (Almeida,
dkk., 2008).
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diperoleh rumusan masalah
sebagai berikut:
1.
2.
3.
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas diperoleh tujuan dibuatnya laporan
ini adalah untuk :
1.
2.
3.
D.
Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari pembuatan laporan ini di antaranya
adalah :
1.
2.
3.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Saliva
Saliva adalah sekresi dalam mulut yang dikeluarkan oleh tiga pasang
kelenjar utama yaitu: kelenjar parotis, submandibularis, dan sublingualis.
Kelenjar-kelenjar tersebut terletak di luar mulut dan menyalurkannya ke dalam
mulut melalui duktusnya masing-masing (Sherwood, 2001; Irianto, 2004).
Saliva merupakan cairan viskus jernih pada oral yang bersifat kompleks, yaitu
terdiri atas campuran sekresi dari glandula salivarius mayor dan minor yang ada
pada mukosa oral (Sumawinata, 2004). Sekitar 90 persen saliva dihasilkan pada
saat aktivitas makan yang merupakan reaksi atas rangsangan berupa pengecapan
dan pengunyahan makanan. Hal tersebut karena saat mengunyah makanan
terdapat banyak rangsangan berupa pengecapan dan penekanan sehingga
banyak menghasilkan saliva (Kidd dan Bechal, 1992).
Saliva yang dihasilkan oleh tiga pasang saliva mayor yaitu kelenjar
parotis, kelenjar sublingual dan kelenjar submandibularis serta kelenjar-kelenjar
saliva minor yang tersebar di bibir, gingiva, dasar mulut, leher, palatum durum,
palatum molle, lidah, tonsil, dan orofaring. Sekresi kelenjar saliva dikontrol
oleh saraf simpatis dan parasimpatis. Saraf simpatis menginervasi kelenjar
parotis, submandibularis. Saraf parasimpatis selain menginervasi ketiga kelenjar
di atas juga menginervasi kelenjar saliva minor yang berada di palatum. Saraf
parasimpatis bertanggung jawab pada sekresi saliva yaitu volume saliva yang
dihasilkan oleh sel sekretori (Angela, 2005). Sekresi saliva tanpa stimulasi
secara normal pada orang dewasa berkisar antara 0,3-0,4 ml/menit, sedangkan
sekresi saliva apabila distimulasi normalnya adalah 1-2 ml/menit atau dalam
sehari saliva dapat mencapai 800-1500 ml (Soesilo, dkk., 2005).
Saliva berfungsi untuk melindungi gigi dan mukosa mulut, membantu
menelan, berbicara, dan awal proses pencernaan sebelum masuk ke
gastrointestinal. Salah satu fungsi penting dari saliva adalah melindungi
Komposisi Saliva
Saliva mengandung berbagai zat yang digolongkan kedalam beberapa
bagian yaitu :
1.
2.
3.
Molekul organik yang terdiri dari glukosa, asam amino, urea, dan lemak
4.
persen air dan 1 persen bahan molekul organik (glikoprotein, lipid) dan
elektrolit (kalsium, fosfat).
C.
Saliva dapat disekresi akibat adanya rangsangan yang diterima oleh saraf
simpatis dan parasimpatis yang berujung di kelenjar-kelenjar saliva. Pada
dasarnya dalam keadaan normal rangsangan tersebut tetap ada walaupun sedikit
untuk menjaga agar mulut dan kerongkongan basah setiap waktu (Sherwood,
2001).
Berbagai faktor yang mempengaruhi sekresi saliva antara lain :
1.
Terapi radiasi
Radiasi pada kelenjar saliva dapat menurunkan sekresi saliva yang
berakibat pada xerostomia. Kelenjar dapat mengalami inflamasi akut
kemudian atrofi dan fibrosis. Akibatnya kelenjar mensekresi saliva lebih
sedikit dengan perubahan komposisi saliva yaitu penurunan sekresi IgA,
kapasitas buffer dan pH menjadi lebih rendah (Amerongan, 1991).
2.
3.
4.
Obat-obatan
Beberapa jenis obat-obatan dapat mempengaruhi sekresi saliva. Jenis
obat yang menurunkan sekresi saliva merupakan obat yang menekan
kerja saraf otonom dan obat yang secara tidak langsung mempengaruhi
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh atau dengan mempengaruhi
aliran darah ke kelenjar. Selain itu obat-obatan juga dapat meningkatkan
Keadaan fisiologis
Laju aliran saliva juga dipengaruhi oleh keadaan fisiologis. Pada saat
berolahraga dan bernafas melalui mulut dapat menjadikan mulut kering.
Keadaan stres, depresi, dan putus asa dapat menyebabkan pengaruh pada
sistem saraf (Haskell dan Gayford, 1990).
6.
Usia
Faktor usia juga berpengaruh terhadap sekresi dan komposisi saliva.
Penuaan mengaibatkan kelenjar mengalami penurunan fungsi serta atrofi.
Hal tersebut mengakibatkan cairan saliva menjadi lebih sedikit dan lebih
kental (Edwina dan Joyston, 1991).
D.
Derajat pH Saliva
Saliva dapat diukur tingkat keasamannya secara sederhana menggunakan
indikator pH. Besarnya nilai pH mulut tergantung dari saliva sebagai buffer
yang mereduksi formasi plak. Pembentukan asam oleh bakteri di dalam plak
maka akan terjadi penurunan pH dengan adanya penurunan pH akan
menyebabkan kadar asam menjadi tinggi didalam mulut akibatnya pH saliva
menjadi asam. Derajat keasaman pH dan kapasitas buffer saliva ditentukan oleh
susunan kualitatitf dan kualitatif elektrolit di dalam saliva terutama ditentukan
oleh susunan bikarbonat, karena susunan bikarbonat sangat konstan dalam
saliva dan berasal dari kelenjar saliva. Derajat keasaman saliva dalam keadaan
normal antara 5,6-7,0 dengan rata-rata pH 6,7. Beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya perubahan adalah pH saliva antara lain rata-rata
kecepatan aliran saliva, mikoorganisme rongga mulut, dan kapasitas buffer
saliva. Selain itu terdapat juga senyawa organik yang mempengaruhi pH saliva
yaitu gugus bikarbonat, fosfat, asam karbonat, dan urea (Suryadinata, 2012).
Derajat keasaman (pH) saliva optimum untuk pertumbuhan bakteri 6,5-7,5 dan
apabila rongga mulut pH-nya rendah antara 4,5-5,5 akan memudahkan
pertumbuhan
kuman
asidogenik
seperti
Streptocuccus
mutans
dan
Lactobacillus. Jika pH saliva menurun atau bersifat asam disertai jumlah sekresi
saliva yang kurang dapat menyebabkan karies gigi, sedangkan jika pH saliva
terlalu meningkat atau bersifat basa akan menyebabkan pembentukan karang
pada gigi (Pedersen, 2007).
Menurut Apriyono dan Fatimatuzahro (2011) keasaman saliva atau pH
saliva merupakan faktor yang sangat penting pada rongga mulut khususnya
pada proses demineralisasi gigi. Perubahan pH saliva dipengaruhi oleh susunan
kuantitatif dan elektrolit serta kapasitas buffer di dalam saliva. Dalam keadaan
normal, pH saliva berkisar antara 6.8-7.2.
E.
Derajat Hidrasi
Pada keadaan dehidrasi, saliva menurun hingga mencapai nol. Derajat
hidrasi atau cairan tubuh merupakan faktor yang paling penting karena
apabila cairan tubuh berkurang 8% maka kecepatan aliran saliva
berkurang hingga mencapai nol. Sebaliknya kecepatan aliran saliva yang
meningkat akan mengakibatkan hiperhidrasi.
2.
Posisi Tubuh
Posisi tubuh dalam keadaan berdiri merupakan posisi dengan kecepatan
aliran saliva tertinggi bila dibandingkan dengan posisi duduk dan
berbaring. Pada posisi berdiri, kecepatan aliran saliva mencapai 100%,
pada posisi duduk 69% dan pada posisi berbaring 25%.
3.
Paparan Cahaya
Dalam keadaan gelap, kecepatan aliran saliva mengalami penurunan
sebanyak 30-40%.
4.
Obat
Atropin dan obat kolinergik lainnya menurunkan sekresi saliva.
6.
Usia
Kecepatan aliran saliva pada usia lebih tua mengalami penurunan,
sedangkan pada anak dan dewasa kecepatan aliran saliva meningkat.
7.
Efek psikis
Efek psikis seperti berbicara tentang makanan dan melihat makanan
dapat meningkatkan aliran saliva. Sebaliknya berfikir makanan yang
tidak disukai dapat menurunkan sekresi saliva.
8.
Hormonal
Pada saat menopause, status hormon-hormon kelamin akan berubah. Hal
ini membuat sekresi saliva menurun.
9.
Jenis kelamin
Curah saliva pada pria lebih tinggi dari daripada wanita meskipun
keduanya mengalami penurunan setelah radioterapi. Disebabkan karena
ukuran kelenjar saliva pria lebih besar daripada kelenjar saliva wanita.
F.
insulin serta sangat disarankan untuk mencegah gigi berlubang (Schreiber dan
Servan, 2010).
Sorbitol merupakan pemanis buatan pegganti gula. Sorbitol digolongkan
sebagai gula alkohol. Menurut penelitian gula jenis ini merupakan gula buatan
yang paling banyak dipakai di Indonesia (Huowink, 1993). Struktur sorbitol
sangat mirip dengan glukosa, hanya saja gugus aldehid pada glukosa diganti
dengan alkohol. Sorbitol bersifat non-karsinogenik (tidak menyebabkan
kanker). Penyerapan sorbitol pada tubuh berlangsung lambat maka pada
metabolisme hanya sedikit menghasilkan kalori (Darmawan, 2005).
Manitol merupakan gula buatan golongan alkohol. Manitol dibuat dari
ekstrak rumput laut. Manitol dikatakan sebagai pemanis buatan yang bergizi
dibandingkan aspartam dan sakarin. Gula manitol juga diserap lambat oleh
tubuh sehingga kalori yang dihasilkan sedikit maka cocok untuk orang-orang
yang memiliki diabetes (Jaeggle, 2009).
G.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
PERCOBAAN
1.
2.
3.
4.
PERCOBAAN 1 :
TANPA STIMULASI
PERCOBAAN 2 :
STIMULASI KAPAS
PERCOBAAN 3 :
STIMULASI XYLITOL
PERCOBAAN 4 :
STIMULASI SUKROSA
10
Probandus
pH
VOLUME/
5 MENIT
Audy
1,6 ml
Ageng
4,2 ml
Arca
6,1 ml
Anggita
3,4 ml
Amalia
2 ml
Audy
8,4 ml
Ageng
9,2 ml
Arca
11,8 ml
Anggita
11,8 ml
Amalia
6,1 ml
Audy
11,8 ml
Ageng
17,2 ml
Arca
5,4 ml
Anggita
11,4 ml
Amalia
12,9 ml
Audy
9,6 ml
Ageng
15,4 ml
Arca
9,8 ml
Anggita
11 ml
Amalia
9,8 ml
11
PERCOBAAN 5 :
5.
STIMULASI BUAH
SEGAR
Audy
4 ml
Ageng
15 ml
Arca
4,8 ml
Anggita
14,4 ml
Amalia
8,1 ml
PERCOBAAN
1.
2.
3.
4.
5.
PERCOBAAN 1 :
TANPA STIMULASI
PERCOBAAN 2 :
STIMULASI KAPAS
PERCOBAAN 3 :
STIMULASI XYLITOL
PERCOBAAN 4 :
STIMULASI SUKROSA
PERCOBAAN 5 :
STIMULASI BUAH SEGAR
pH
VOLUME/
5 MENIT
6,6
3,46 ml
7,8
9,46 ml
11,74 ml
7,4
11,12 ml
9,26 ml
Pembahasan
Praktikum ini membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
sekresi saliva. Praktikum tersebut melakukan 5 percobaan dengan perbedaannya
adalah bahan-bahan yang digunakan untuk menstimulus sekresi saliva.
Percobaan awal merupakan variabel kontrol dimana saliva tidak distimulus
dengan apapun, atau sekresi saliva dibiarkan apa adanya. Percobaan kedua
merupakan percobaan dengan probandus mengunyah kapas. Percobaan ketiga
probandus mengunyah permen karet, dimana dalam komposisinya mengandung
12
13
keempat
dengan
stimulasi
sukrosa.
Sukrosa
banyak
14
BAB IV
PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan laporan yang telah disusun dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1.
2.
3.
B.
Saran
Saliva merupakan cairan oral yang sangat penting bagi metabolisme dan
pertahanan tubuh manusia. Sebagian orang tidak mengetahui tentang fungsi
15
16
DAFTAR PUSTAKA
Almeida, P.D.V., Grgio, A.M.T., Machado, M..N., deLima, A.A.S., Azevedo,
L.R., 2008, Saliva Composition and Functions: A Comprehensive Review, J
Contemp Dent Pract March, (9) 3 : 072-080.
Al-Saif, K.M., 1991, Clinical Management of Salivary Deficiency : A Review
Article, The Saudi Dent J, 3 (2) : 77-80.
Amerogan, A.V.N., 1991, Ludah dan Kelenjar Ludah, Yogyakarta : UGM Press.
Apriyono, D.K., Fatimatuzzahro, N., 2011, Pengaruh Kumur-kumur dengan Larutan
Triclosan 3% terhadap pH Saliva, CDK, 38 (7) : 426-428.
Davies, A., Finlay, I., 2005, Oral Care in Advanced Disease, New York : Oxford.
Edwina,
A.M.,
Joyston,
B.S.,
1991,
Dasar-dasar
Karies
Penyakit
dan
E.A.M.,
Bechal,
S.J.,
1992,
Dasar-dasar
Karies
Penyakit
dan
LAMPIRAN