Вы находитесь на странице: 1из 37

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minyak mentah atau yang biasa disebut dengan crude oil ini berbentuk
cairan kental hitam dan berbau kurang sedap, yang selain mengandung
kotoran, juga mengandung mineral-mineral yang larut dalam air. Minyak ini
belum dapat digunakan untuk bahan bakar atau berbagai keperluan lainnya,
tetapi harus melalui pengolahan terlebih dahulu. Minyak mentah ini
mengandung sekitar 500 jenis hidrokarbon dengan jumlah atom karbon 1 50.
Pada prinsipnya pengolahan minyak bumi dilakukan dengan dua langkah,
yaitu desalting dan distilasi.
Proses konversi bertujuan

untuk

memperoleh

fraksi-fraksi

dengan

kuantitas dan kualitas sesuai permintaan pasar. Sebagai contoh, untuk


memenuhi kebutuhan fraksi bensin yang tinggi, maka sebagian fraksi rantai
panjang perlu diubah/dikonversi menjadi fraksi rantai pendek. Di samping itu,
fraksi bensin harus mengandung lebih banyak hidrokarbon rantai bercabang /
alisiklik / aromatik dibandingkan rantai lurus. Jadi, diperlukan proses konversi
untuk penyusunan ulang struktur molekul hidrokarbon. Beberapa jenis proses
konversi dalam kilang minyak yaitu : perengkahan, reforming, alkilasi, dan
sebagainya. Pada makalah ini akan dibahas mengenai proses reforming. Proses
reforming ini digunakan untuk menghasilkan komponen hidrokarbon yang
mempunyai nilai oktan yang tinggi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan proses reforming?
2. Bagaimanakah sifat fisik dan kimia bahan baku maupun produk yang
dihasilkan?
3. Proses apa sajakah yang dapat dilakukan pada proses reforming?
4. Apa saja kegunaan dari produk yang dihasilkan pada proses reforming?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1. Memahami proses reforming
2. Mengetahui sifat fisik dan kimia bahan baku dan produk
3. Memahami proses yang dapat dilakukan pada proses reforming.
4. Mengetahui kegunaan produk pada proses reforming.
1

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Reforming
Reforming adalah perubahan dari bentuk molekul bensin yang bermutu
kurang baik (rantai karbon lurus) menjadi bensin yang bermutu lebih baik (rantai
karbon bercabang). Kedua jenis bensin ini memiliki rumus molekul yang sama
bentuk strukturnya yang berbeda. Oleh karena itu, proses ini juga disebut
isomerisasi. Reforming dilakukan dengan menggunakan katalis dan pemanasan.
Reforming adalah suatu proses untuk merubah struktur senyawa
hidrokarbon dalam fraksi minyak menjadi komponen blending gasoline yang
mempunyai oktan tinggi. Perubahan susunan struktur molekul yang terjadi paling

dominan dalam reaksi tersebut adalah dehidrogenasi naftena membentuk aromatik


menurut reaksi berikut :
CH
HC
H3C (CH2)4 CH3

CH

+
HC

4 H2

CH
CH

Reforming bertujuan mengubah struktur molekul rantai lurus menjadi


rantai bercabang/alisiklik/aromatik. Sebagai contoh, komponen rantai lurus (C 5C6) dari fraksi bensin diubah menjadi aromatik.
Macam macam proses reforming:
1. Reforming Termis, terdiri dari :
Proses Polyforming
2. Reforming Katalis, terdiri dari:
a. Katalis Unggun Diam, terdiri dari:
- Reactor Tanpa Swing, terdiri dari:
Proses Catforming
Proses Houdriforming
Proses Platforming
Proses Sinclair Baker
Proses Platinum
- Reaktor dengan Swing, terdiri dari:
Proses Hydroforming
Proses Powerforming
Proses Ultraforming
b. Katalis Unggun Bergerak
Proses Hyperforming
3

Proses Thermofor (TCR)


c. Kalatis Unggun Terfluidisasi, terdiri dari:
Proses Fluid Hydroforming
d. Reforming dengan Daur Ulang, terdiri dari:
Proses Iso Plus Houdriforming
Proses Reforming
2.2 Sifat Fisik dan Kimia Bahan Baku dan Produk
2.2.1 Sifat Fisik dan Kimia Bahan Baku
1. Naftena

Gambar 1. Siklo-Heksana atau naftena - C6H12


Naftena adalah senyawa hidrokarbon jenuh yang membentuk struktur
cincin dengan rumus molekul CnH2n. Senyawa-senyawa kelompok naftena
yang banyak ditemukan adalah senyawa yang struktur cincinnya tersusun dari
5

atau

atom

karbon.

Contohnya

adalah

siklopentana

(C5H10),

metilsiklopentana (C6H12) dan sikloheksana (C6H12). Umumnya, di dalam


minyak bumi mentah, naftena merupakan kelompok senyawa hidrokarbon
yang memiliki kadar terbanyak kedua setelah n-parafin.
Naftena memiliki sifat antara lain memiliki warna merah kecoklatan,
kestabilan yang cukup tinggi, tidak cocok dengan agen dengan oksidasi tinggi ,
sangat berbahaya apabila dihirup atau dihisap karena mengandung karsinogen.
Titik didihnya 70 - 180C. Kontak dengan kulit dapat menyebabkan kekeringan
dermatitis.
4

Naftena adalah material yang memiliki titik didih antara gasolin dan
kerosin. Beberapa naphta digunakan sebagai :
- Pelarut dry cleaning (pencuci)
- Pelarut karet
- Bahan awal etilen
- Dalam kemileteran digunakan sebagai bahan bakar jet dikenanl sebagai jP-4
2. Katalis
Katalis yang dapat digunakan pada proses reforming ini yaitu:
a. Platina
Keterangan Umum Unsur
Nama, Lambang, Nomor
atom

platina, Pt, 78

Deret kimia

transition metals

Golongan, Periode, Blok

10, 6, d

Penampilan

grayish white

Massa atom

195.084(9) g/mol

Konfigurasi elektron

[Xe] 4f14 5d9 6s1

Jumlah elektron tiap kulit

2, 8, 18, 32, 17, 1

Ciri-ciri fisik
Fase

solid

Massa jenis (sekitar suhu


kamar)

21.45 g/cm

Massa jenis cair pada titik


lebur

19.77 g/cm

Titik lebur

2041.4 K
(1768.3 C, 3214.9
F)

Titik didih

4098 K
(3825 C, 6917 F)

Kalor peleburan

22.17 kJ/mol

Kalor penguapan

469 kJ/mol

Kapasitas kalor

(25 C) 25.86 J/
(molK)

Gambar 2. Katalis Platina


Platinum adalah logam dengan putih keperak-perakan yang indah.
Mudah ditempa dalam keadaan murni. Platinum memiliki koefisien muai
yang hampir sama dengan kaca silika-natroium karbonat, dan karenanya
digunakan untuk membuat elektroda bersegel dalam sistem kaca. Logam

ini tidak teroksidasi di udara pada suhu berapapun, tapi termakan oleh
halogen, sianida, sulfur dan basa kaustik.
Platinum tidak dapat larut dalam asam klorida dan asam nitrat, tapi
melarut dengan aqua regia membentuk asam kloroplatinumt. Dalam
kondisi yang sangat halus, platinum merupakan katalis yang sempurna,
yang banyak digunakan untuk menghasilkan asam sulfat. Juga digunakan
sebagai katalis dalam pemecahan produk minyak bumi. Platinum juga
banyak diminati untuk dimanfaatkan sebagai katalis dalam sel bahan bakar
dan peralatan anti polusi untuk mobil.
Anoda platinum digunakan secara ekstensif dalam sistem
perlindungan katoda untuk kapal besar dan bejana yang melewati lautan,
pipa, baja dermaga dan lain-lain. Kawat platinum yang sangat halus akan
berkilau merah terang bila ditempatkan dalam uap metil alkohol, di mana
platinum berperan sebagai katalis, untuk mengubah alkohol menjadi
formaldehida.

Fenomena

ini

digunakan

secara

komersial

untuk

memproduksi pemantik api rokok dan penghangat tangan. Hidrogen dan


oksigen dapat meledak dengan adanya platinum

b. Molybdenum

Gambar 3. Katalis Molybdenum


Sifat Fisik Molybdenum

Molybdenum merupakan unsur yang solid, memiliki penampilan metalik


putih keperakan. Lebih sering terlihat seperti abu-abu gelap atau hitam bubuk.
Titik lelehnya sekitar 2.610 C (sekitar 4.700 F) dan titik didih adalah
4.800 untuk 5.560 C (8.600 hingga 10.000 F). Densitasnya adalah 10,28
gram per kubik sentimeter.
Sifat Kimia Molybdenum
Molybdenum tidak larut dalam reagen kimia yang paling umum. Reagen
kimia adalah suatu zat yang digunakan untuk mempelajari bahan-bahan lain,
seperti asam atau alkali. Sebagai contoh, molybdenum tidak larut dalam asam
klorida, asam fluorida, amonia, sodium hidroksida, atau asam sulfat encer.
Reagen Zat kimia ini sering digunakan untuk menguji bagaimana suatu zat
reaktif. Molybdenum tidak larut dalam panas sulfat atau asam nitrat, Logam
ini tidak bereaksi dengan oksigen pada suhu kamar,dan juga tidak bereaksi
dengan oksigen pada temperatur tinggi.
2.2.2 Sifat Fisik dan Kimia Produk
1. Gasolin
Gasolin (Bensin)
Rentang rantai karbon : C5 - C10
Trayek didih : 40 - 180C
Mulanya bensin adalah produk utama dalam industri minyak bumi yang
merupakan campuran kompleks dari ratusan hidrokarbon dan memiliki
rentang pendidihan antara 30-200 oC. Bensin adalah bahan bakar mesin siklus
Otto yang banyak digunakan sebagai bahan bakar alat transportasi darat
(mobil). Kinerja yang dikehendaki dari bensin adalah anti knocking. Knocking
adalah peledakan campuran (uap bensin dengan udara) di dalam silinder mesin
dengan siklus Otto sebelum busi menyala. Peristiwa knocking ini sangat
mengurangi daya mesin. Hidrokarbon rantai lurus cenderung membangkitkan
knocking. Sementara, hidrokarbon bercabang, siklik maupun aromatik

cenderung bersifat anti knocking. Tolok ukur kualitas anti knocking sering
disebut sebagai bilangan oktan (octane number).
Untuk meningkatkan nilai tambah fraksi nafta yang kadar oktannya masih
rendah, sekitar 40-59 akan diproses lagi di Unit Reforming yang hasilnya
berupa bensin dan residu. Untuk bensin nilai oktannya menjadi 85-90. Bensin
ini bisa diblending lagi dengan TEL (tetra ethyl lead) sehinggga nilai oktannya
mencapai 95, contoh bensin beroktan 95 adalah pertamax.
2.3 Macam macam Proses Reforming
2.3.1 Reforming Termis
Proses secara termis yang sinambung digunakan untuk mengubah molekul
melalui penyusunan kembali nafta dan gasoline berkualitas anti ketuk yang
rendah menjadi komponen gasoline yang menpunyai angka oktan tinggi.
Produk sekunder dari proses ini meliputi gas gas olefin untuk umpan
polimerisasi dan tar yang digunakan untuk minyak bakar berat.
Peralatan reforming termis mirip dengan peralatan perengkahan termis,
dengan sedikit modifikasi para ahli kilang menggunakan peralatan yang sama
untuk kedua proses tersebut. Sama dengan umpan reforming katalis, tipe
umpan reforming adalah nafta ringan (virgin nafta) yang mempunyai IBP 200 250F dan FBP 300 - 400F. Gasolin alam dan fraksi perengkahan dapat
digunakan sebagai umpan. Suhu keluar pemanas adalah 950 - 1100F pada
tekanan 400 1000 psig. Nafta dari aliran samping fraksionator ditambahkan
ke effluent heater untuk menahan reaksi dekomposisi yang sangat ekstensif

Gambar 4. Diagram Alir Proses Reforming Termis


Reforming Termis, terdiri dari :
A. Proses Polyforming

Proses ini merupakan proses termis yang sinambung merubah nafta ringan
(straight run) dan ataupun gas oil bersama sama dengan gas gas
hidrokarbon sangat ringan (dominan C3 dan C4) menjadi mogas yang
mempunyai oktan tinggi dan fuel oil.

Gambar 5. Diagram Alir Proses Polyforming

10

Operasi dari proses ini meliputi pemasukan umpan nafta (virgin) ke dalam
absorber untuk mengambil propana (recovery C3 80 90%) dan gas gas
berat. Tekanan pada aliran campuran umpan adalah 1000 1500 psig. Aliran
quench di bagian bawah evaporator adalah 1020 1120 F turun menjadi 650
700 F. Tekanan evaporator sekitar 400 psig. Bagian lain dari bawah evaporator
di-flash untuk mendapatkan fuel oil dan gas, sedangkan overhead evaporator
dikirim ke stabilizer dimana gas gas yang dapat dikondensasikan dipisahkan
dari produk gasoline untuk dipakai kembali di absorber bersama dengan umpan
gas cair.
2.3.2 Reforming Katalis
Catalytic reforming (atau UOP menyebut Platforming) telah menjadi
bagian penting bagi suatu kilang di seluruh dunia selama bertahun-tahun.
Fungsi utama proses catalytic reforming adalah meng-upgrade naphtha yang
memiliki octane number rendah menjadi komponen blending mogas (motor
gasoline) dengan bantuan katalis melalui serangkaian reaksi kimia. Naphtha
yang dijadikan umpan catalytic reforming harus di-treating terlebih dahulu di
unit naphtha hydrotreater untuk menghilangkan impurities seperti sulfur,
nitrogen, oksigen, halide, dan metal yang merupakan racun berbahaya bagi
katalis catalytic reformer yang tersusun dari platina. Selain itu, catalytic
reforming juga memproduksi by-product berupa hydrogen yang sangat
bermanfaat bagi unit hydrotreater maupun hydrogen plant atau jika masih
berlebih dapat juga digunakan sebagai fuel gas bahan bakar fired heater.
Butane, by-product lainnya, sering digunakan untuk mengatur vapor pressure
gasoline pool.
Teori Catalytic Reforming
Feed naphtha ke unit catalytic reforming biasanya mengandung C6 s/d
C11, paraffin, naphthene, dan aromatic. Tujuan proses catalytic reforming
adalah memproduksi aromatic dari naphthene dan paraffin.
11

Kemudihan reaksi catalytic

reforming

sangat ditentukan

oleh

kandungan paraffin, naphthene, dan aromatic yang terkadung dalam naphtha


umpan. Aromatic hydrocarbon yang terkandung dalam naphtha tidak berubah
oleh proses catalytic reforming.
Sebagian besar napthene bereaksi sangat cepat dan efisien berubah
menjadi senyawa aromatic (reaksi ini merupakan reaksi dasar catalytic
reforming). Paraffin merupakan senyawa paling susah untuk diubah menjadi
aromatic. Untuk aplikasi low severity, hanya sebagian kecil paraffin berubah
menjadi aromatic. Sedangkan pada aplikasi high severity, konversi paraffin
lebih tinggi, tetapi tetap saja berlangsung lambat dan inefisien. Gambar berikut
menggambarkan konversi hydrocarbon yang terjadi pada operasi typical
catalytic reforming, yaitu untuk lean naphtha (high paraffin, low naphtha
content) dan untuk rich naphtha (lower paraffin, higher naphthene content) :

Pada proses reforming ini volatility minyak dinaikkan dan kandungan


sulfurnya dikurangi. Perbaikan bilangan oktan virgin naphta adalah dari 20
menjadi 50 RON tanpa menggunakan pengungkit timball. Proses reforming
katalis yang komersil dapat diklasifikasikan sebagai proses sinambung, semi
regenerative dan siklus tergantung pada metoda dan frekuensi regenerasi
katalis, yang secara luas dikelompokkan menjadi:
12

1.

Proses katalis unggun bergerak

2.

Proses katalis unggun diam

3.

Proses katalis unggun terfluidisasikan


Proses unggun bergerak dan terfluidisasi menggunakan katalis tipe

logam oksida yang tidak murni (katalis platina dan molybdenum), dilengkapi
dengan unit regenerasi terpisah, sedangkan proses unggun diam menggunakan
katalis tipe platina dalam unit yang dilengkapi untuk sirkulasi, tanpa regenerasi
atau kadang kadang dengan regenerasi. Pada kenyataannya hampir 95%
kilang minyak menggunakan unggun diam.
2.3.2.1 Proses Reforming Unggun Bergerak
Proses unggun bergerak ini menggunakan reactor tunggal yang berisi
katalis yang dapat diregenerasi secara sinambung. Katalis yang dipakai adalah
campuran oksida logam berbentuk butir atau pellet yang dapat diolah
tergantung pada jenis katalis yang digunakan, yaitu mempunyai jarak didih
(IBP) sekitar 150 175 F dan FBP 400 500 F. Proses pendahuluan terhadap
umpan biasanya tidak menjadi factor yang dipertimbangkan kecuali kalau
mengandung air yang akan menurunkan aktifitas katalis.

Gambar 6. Diagram Alir Proses Reforming Unggun Bergerak

13

Katalis Unggun Bergerak terdiri dari :


A. Proses Hyperforming
Proses ini dikembangkan oleh Union Oil Co of California pada awal tahun
1950an, tetapi tidak lama ditawarkan untuk dilisensi dan sudah tidak
dipakai lagi. Unit komersil pertama dibangun pada kulang Calstate
Refining Co di Signal Hill-California pada tahun 1955.
Proses ini menggunakan katalis kobal-molibdat berbentuk pellet dengan
basis alumina yang distabilkan dengan silica. Didalam operasinya, katalis
turun bergerak kebawah melalui reactor karena aliran gravitinya dan
dikembalikan ke puncak dengan teknik pengangkutan solid yang
menggerakan katalis pada kecepatan rendah dan dengan kehilangan karena
keausan yang minimu, Umpan uap nafta dan recycle gas mengalir keatas
secara berlawanan arah dengan katalis. Regenerasi katalis dapat dilakukan
baik secara eksternal dengan lift vertical atau dengan vessel terpisah.
Untuk umpan nafta ringan dan nafta perengkahan yang mempunyai jarak
didih 150-4500F dapat menghasilkan komponen bahan bakar motor dengan
RON 40-50. Dapat juga dilakukan pemisahan sulphur dan nitrogen. Stok
minyak LGO dapat juga diumpakn untuk memisahkan sulphur dan
nitrogen dibawah kondisi hidrogenasi menengah untuk memproduksi
minyak diesel premium dan distilat-distilat menengah. Kondisi operasi
pada reactor yaitu 800-9000F pada tekanan 400 psig. Suhu operasi yang
tinggi dapat dilakukan untuk umpan nafta ringan. Recycle hydrogen
sekitar 3000 scf per barel umpan. Sirkulasi katalis rendah sekitar 5 ton per
jam untuk umpann 10000 B/D. Regenerasi terjadi pada suhu 950 0F dan
tekanan 415 psig.
B. Proses Thermofor
Proses ini dikembangkan dan dilesensu oleh Socony Mobil Oil Co tetapi
tidak lama dipakai. Proses ini menggunakan katalis sintetis berbentuk
butiran terdiri dari krom dan alumina. Kondisi operasi normal pada reactor
sekitar 950-10000F pada tekanan 100-200psig, dan space velocity 0,7
v/hr/v. Rasio gas recycle terhadap umpan nafta berkisar antara 3-9
mol/mol.
14

Regenerasi terjadi pada tekanan atmosfer dan suhu 800-10500F. Katalis


mengalir kebawah melalui reactor yang berlawanan arah dengan umpan
nafta dan mengalir searah dengan gas recycle. Katalis ditransportasi dari
bawah reactor ke puncak regenerator dengan bucket elevator. Yield
reformat mempunyai RON 85-95. Pada kondisi normal reformat tersebut
direrun untuk memisahkan sejumlah kecil polimer aromatic berat yang
berbentuk sekitar 2 % vol.
2.3.2.2 Katalis Unggun Tetap
A. Proses Unggun Tetap Dengan Reaktor Tanpa Swing
Proses ini merupakan proses kontinyu menggunakan katalis tipe
asam berbentuk pellet mengandung platina (0,01 s/d 1,0% rata-rata 0,5%)
dalam alumina atau silica alumina sebagai carrier. Suatu unit pengolahan
pendahuluan atau guard case dapat diinstalasi untuk memastikan adanyan
kontaminan katalis seperti arsen, timbal, tembaga, nitrogen, air, daan
sulphur. Umpan yang diolah adalah nafta ringan (virgin naptha) yang
mempunyai IBP 175-2500F dan FBP 350-4000F digabung dengan gas
recycle dengan kemurnian hydrogen 80-98 % sebesar 3-10 mol H 2 per mol
umpan cair. Suhu ditahan pada 850-9500F diantara dua reactor pada
tekanan sekitar 500 psig.

Semua proses katalis unggun tetap dengan reactor tanpa swing kecuali
proses platforming dilengkapi dengan fasilitas regenarasi in-situ pada
kondisi operasi yang diblock out. Regenarasi dilakukan dengan udara pada
15

tekanan atmosfir ( secara normal pada 250-300 psig) dan suhu 100010500F.
Reaktor Tanpa Swing, terdiri dari :
1. Proses Catforming
Proses ini dikembangkan oleh Atlantic Refining Co dimana katalisnya
diproduksi oleh Engelhard Industries Inc yaitu platina, alumina, silicaalumina yang mempunyai space velocity tinggi untuk menghasilkan
hydrogen dengan kemurnian yang sangat tinggi. Regenarasi untuk
memperpanjang umur katalis dilakukan dengan basis block-out dengan
campuran udara steam yang encer. Unit catforming pertama dipasang pada
kilang McBride Oil & Gas Corp di LaBlanca-Texas pada tahun 1952.

2. Proses Houdriforming
Proses ini dilisensi oleh Houdry Process and Chemical Co. Katalisa dapat
diregenarasi, jika perlu dalam suatu basis block-out. Suatu unit pengolahan
pendahuluan guard case untuk hidrogenasi katalis dengan menggunakan
katalis Houdri yang sama digunakan untuk mengolah umpan yang
mengandung sulphur yang tinggi. Timbal dan garam-garam tembaga juga
dapat dihilangkan pada kondisi operasi yang sedang dari guard case. Unit
komersil pertama Houdriformer dipakai oleh Sun Oil Co pada kilang di
Marcus Hook-Pennsylvania pada tahun 1953.
3. Proses Sinclair-Baker
Proses ini disusun untuk menggunakan katalis Sinclair-Baker RD-150
yang dibuat oleh Engelhard Industries Inc. Katalis ini mengandung 0,6 wt
% platina dalam alumina. Katalis ini menghasilkan rasio yang tinggi
antara aktifitas siklisasi paraffin dan aktifitas hydrocracking, dan
mempunyai kemampuan untuk regenarasi dengan udara encer. Proses
Sinclair-Baker yang normal terdiri dari 3 buah reactor yang dipasang seri
dengan regenerasi yang dilakukan secara block-out selama 24-72 jam.
Unit-unit komersil pertama telah dipasang pada kilang Pure Oil Co di
Heath-Ohio dan pada kilang Sinclair di Marcus Hook-Pennsylvania pada
tahun 1954.
16

4. Proses Platinum
Proses ini dikembangkan dan dipakai oleh Socony Mobil Oil Co yang
aslinya diidentifikasi sebagai saveforming. Proses ini menggunakan
reactor unggun tetap dengan katalis platina beroperasi pada tekanan tinggi
sekitar 500psig yang secara umum tidak terlalu sering diregenerasi.
Instalasi komersil pertama telah dipasang pada kilang Mobil Oil Co di
Ferndale-Washington pada tahun 1954.

B. Proses Unggun Tetap Dengan Reaktor Swing


Proses ini merupakan proses katalis unggun tetap yang kontinyu,
berdasarkan tipe katalis yang digunakan diklasifikasi menjadi 2 tipe yaitu
regenerasi siklus dengan katalis oksida-logam yang tidak bersih, dan
regenerasi siklus dengan katalis platina-alumina, Kedua tipe proses
menggunakan reactor swing yang berfungsi untuk meregenerasi sebagian
katalis sementara sebagian lainnya tetap berada dalam stream operasi.
Regenerasi siklus menggunakan katalis platina beroperasi pada tekanan
rendah sekitar 250-350 psig. Proses tekanan rendah memberikan
keuntungan antara lain :
a. Yield gasoline tinggi karena terjadi reaksi hydrocracking yang sedikit
b. Produk mempunyai angka oktan tinggi dengan umpan nafta
c. Yield hydrogen yang lebih baik sebab lebih banyak terjadi reaksi
dehidrogenasi dan sedikit reaksi hydrocracking. Akan tetapi pada

17

tekanan rendah yield kokas akan meningkat dengan adanya penurunan


aktivitas katalis.

Reaktor dengan Swing, terdiri dari :


1. Proses Powerforming
Proses ini dilisensi oleh Esso Research and Engineering Co memakai
katalis platina dalam alumina yang ditempatkan dalam 4 atau 5 buah
reactor. Tiga atau empat reactor dalam stream, sementara satu reactor
sedang diregenerasi dengan teknik khusus menggunakan reactor swing.
Siklus dalam satu reactor dari system 4 reaktor memerlukan waktu 3-5
hari. Untuk umpan yang lebih menyenangkan atau untuk keperluan
meperbaiki angka oktan menengah maka powerformer dapat dioperasikan
pada tekanan tinggi dengan regenerasi katalis yang semi-regeneratif secara
block-out setiap 2-6 bulan sekali. Jika diperlukan dapat dilakukan
pengolahan pendahuluan dengan hidrogenasi. Unit komersil pertama dari
proses ini diinstalasi pada kilang Esso Standard Oil Co di BaltimoreMaryland pada tahun 1955.
2. Proses Ultraforming
Proses ini dilisensi oleh Standard Oil Co of Indiana, merupakan reforming
tekanan rendah dengan katalis platina 0,6% dalam alumina. Regenerasi
katalis

dalam

reactor

akan

memulihkan

aktifitas

katalis

tanpa

menghentikan operasi unit. Reformat yang dihasilkan dari unit komersil


mempunyai RON diatas 100 dengan umpan nafta dari Gulf Coast pada
yield C5+ sekitar 75% vol. Instalasi Ultraforming komersil yang pertama
18

dipasang pada kilang American Oil Co di El Dorado Arkansas pada


tahun 1954.
2.3.2.3 Reaksi-reaksi yang Terjadi di Catalytic Reforming
Reaksi-reaksi yang terjadi di catalytic reforming adalah sebagai berikut :
1. Dehidrogenasi Naphthene
Naphthene merupakan komponen umpan yang sangat diinginkan karena
reaksi dehidrogenasi-nya sangat mudah untuk memproduksi aromatic dan
by-product hydrogen. Reaksi ini sangat endotermis (memerlukan panas).
Reaksi dehidrogenasi naphthene sangat terbantu oleh metal catalyst
function dan temperatur reaksi tinggi serta tekanan rendah.

2. Isomerisasi Napthene dan Paraffin


Isomerisasi cyclopentane menjadi cyclohexane harus terjadi terlebih
dahulu sebelum kemudian diubah menjadi aromatic. Reaksi ini sangat
tergantung dari kondisi operasi.

19

3. Dehydrocyclization Paraffin
Dehydrocyclization paraffin merupakan reaksi catalytic reforming yang
paling susah. Reaksi dehydrocyclization terjadi pada tekanan rendah dan
temperature tinggi.Fungsi metal dan acid dalam katalis diperlukan untuk
mendapatkan reaksi ini.

4. Hydrocracking
Kemungkinan terjadinya reaksi hydrocracking karena reaksi isomerisasi
ring dan pembentukan ring yang terjadi pada alkylcyclopentane dan
paraffin dank area kandungan acid dalam katalis yang diperlukan untuk
reaksi catalytic reforming.
Hydrocracking paraffin relative cepat dan terjadi pada tekanan dan
temperature tinggi. Penghilangan paraffin melalui reaksi hydrocracking
akan meningkatkan konsentrasi aromatic dalam produk sehingga akan
meningkatkan

octane

number.

Reaksi

hydrocracking

ini

tentu

mengkonsumsi hydrogen dan menghasilkan yield reformate yang lebih


rendah.

5. Demetalization

20

Reaksi demetalisasi biasanya hanya dapat terjadi pada severity operasi


catalytic reforming yang tinggi. Reaksi ini dapat terjadi selama startup unit
catalytic reformate semi-regenerasi pasca regenerasi atau penggantian
katalis.

6. Dealkylation Aromatic
Dealkylation aromatic serupa dengan aromatic demethylation dengan
perbedaan pada ukuran fragment yang dihilangkan dari ring. Jika alkyl
side chain cukup besar, reaksi ini dapat dianggap sebagai reaksi cracking
ion carbonium terhadap rantai samping. Reaksi ini memerlukan
temperature dan tekanan tinggi.
Reaksi-reaksi yang terjadi pada unit catalytic reforming dapat diringkas s
ebagai berikut :
Tabel I. Reaksi yang Terjadi pada Unit Catalytic Reforming
Jenis Reaksi

Catalyst Function Temperature Pressure

Naphthene dehydrogenation

Metal

Tinggi

Rendah

Naphthene Isomearization

Acid

Rendah

Parraffin Isomearization

Acid

Rendah

Metal/Acid

Tinggi

Rendah

Hydrocracking

Acid

Tinggi

Tinggi

Demethylation

Metal

Tinggi

Tinggi

Metal/Acid

Tinggi

Tinggi

Paraffin dehydrocyclization

Aromatic dealkylation

21

2.3.2.4 Catalytic Reforming Catalyst Dual Function Balance


Seperti terlihat pada tabel 1 (Reaksi yang terjadi pada Unit Catalytic
Reforming), sebagian reaksi menggunakan fungsi metal dari katalis dan sebagian
reaksi lainnya menggunakan fungsi acid dari katalis. Pada unit catalytic cracking
sangat penting untuk memiliki balance yang sesuai antara fungsi metal dan fungsi
acid dari katalis, seperti terlihat pada gambar berikut :

Gambar 7. Desired Metal-Acid Balance


Pada proses catalytic reforming, sangat penting untuk meminimumkan
reaksi hydrocracking dan memaksimumkan reaksi dehydrogenation dan
dehydrocyclization.
Balance ini dijaga dengan pengendalian H2O/Cl yang tepat selama siklus
katalis semi-regeneration dan dengan menggunakan teknik regenerasi yang tepat.
Fase uap H2O dan HCl berada dalam kesetimbangan dengan permukaan chloride
dan kelompok hydroxyl.
Terlalu banyak H2O dalam fase uap akan memaksa chloride dari
permukaan katalis keluar dan menyebabkan katalis menjadi underchloride (fungsi
acid dalam katalis tidak dapat dijalankan dengan baik), sedangkan terlalu banyak

22

chloride dalam fase uap akan menjadikan katalis overchloride yang juga tidak
baik untuk katalis (fungsi metal dalam katalis tidak dapat dijalankan dengan baik).
2.3.2.5 Catalyst Unloading untuk Fixed Bed Catalytic Reformer
Prosedur catalyst unloading untuk fixed bed catalyst reformer serupa
dengan prosedur catalyst unloading untuk hydrotreater.
Catalyst

Unloading

untuk

Catalytic

Reformer-Continuous

Catalytic

Regeneration
Prosedur

unloading

untuk

catalytic

reformer-CCR

lebih

susah

dibandingkan prosedur unloading untuk fixed bed catalytic reformer.


Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan catalyst unloading
untuk catalytic reformer-CCR adalah sebagai berikut :

Jangan pernah membiarkan udara masuk ke dalam reactor karena akan


menyebabkan spontaneous combution.

Jangan pernah membuka top dan bottom reaktor secara bersamaan karena
akan menciptakan natural chimney draft effect yang akan menarik udara
masuk ke dalam reactor.

Jangan menggunakan kayu, kanvas, atau material mudah terbakar lainnya.

Yakinkan beberapa CO2 extinguisher tersedia di sekitar lokasi unloading


dan siapkan selang water hydrant menjulur ke lokasi unloading.

Selama unloading, reaktor harus dijaga dalam kondisi inert dengan


menggunakan nitrogen blanketting sehingga katalis tidak berkontak
dengan udara.

Semua orang yang masuk ke dalam reaktor harus dilengkapi peralatan


keselamatan yang sesuai untuk confined space dan kondisi inert (breathing
apparatus).
23

Gunakan drum metal sebagai penampung spent catalyst dan setiap drum
harus di-purge dengan nitrogen selama proses unloading untuk mencegah
kontak katalis dengan udara.

Semua orang yang berada di sekitar area unloading harus menggunakan


pelindung muka dan mata dan menggunakan baju lengan panjang (jika
mungkin yang flame-resistant) karena sewaktu-waktu spark/api dapat saja
terjadi dengan kehadiran pyrites.

Jika timbul pyrite dalam reaktor selama proses unloading, maka naikkan
supply nitrogen semaksimal mungkin, jangan pernah menggunakan air
untuk memadamkannya, karena dapat merusak struktur katalis dan internal
reaktor.

Setelah drum berisi spent catalyst hasil unloading mengalami pendinginan


alami dan pendinginan dengan supply nitrogen ke dalam drum, maka drum
dapat ditutup dengan penutup yang sesuai untuk menghindari masuknya
moisture ke dalam drum.

2.3.2.6 Catalyst Loading untuk Fixed Bed Catalytic Reformer


Prosedur catalyst loading untuk fixed bed catalyst reformer serupa dengan
prosedur catalyst loading untuk hydrotreater (silahkan merujuk ke bab
hydrotreating process).
Catalyst

Loading

untuk

Catalytic

Reformer-Continuous

Catalytic

Regeneration
Terdapat 3 metode catalyst loading untuk catalytic reformer-CCR, yaitu:
Reactor by reactor loading procedure
Entire Reactor Stack Loading Procedure
Pneumatic Catalyst Loading Procedure

24

Karena prosedur ketiga metode catalyst loading di atas sangat rumit dan
sangat technical, maka ketiga metode catalyst loading tersebut tidak akan
diuraikan disini.
2.3.2.7 Catalyst Poison
Beberapa racun katalis catalytic reforming adalah sebagai berikut :

Sulfur
Konsentrasi sulfur maksimum yang diijinkan dalam umpan naphtha adalah
0,5 wt-ppm. Biasanya diusahakan kandungan sulfur dalam umpan naphtha
sebesar 0,1-0,2 wt-ppm untuk menjamin stabilitas dan selektivitas katalis
yang maksimum. Beberapa sumber yang membuat kandungan sulfur
dalam umpan naphta tinggi adalah : proses hydrotreating yang tidak baik
(temperature reactor kurang tinggi atau katalis sudah harus diganti),
recombination sulfur dari naphtha hydrotreater (dan terbentuknya sedikit
olefin) akibat temperature hydrotreater yang tinggi dan tekanan
hydrotreater yang rendah, hydrotreater stripper upset, memproses feed
yang memiliki end point tinggi.

Nitrogen
Konsentrasi nitrogen maksimum yang diijinkan dalam umpan naphtha
adalah 0,5 wt-ppm. Kandungan nitrogen dalam umpan naphtha akan
menyebabkan terbentuknya deposit ammonium chloride pada permukaan
katalis. Beberapa sumber yang membuat kandungan nitrogen dalam
umpan naphtha tinggi adalah : proses hydrotreating yang tidak baik
(temperature reactor kurang tinggi atau katalis sudah harus diganti),
penggunaan filming atau neutralizing amine sebagai corrosion inhibitor di
seluruh area yang tidak tepat guna.

Water
Kandungan air dalam recycle gas sebesar 30 mol-ppm sudah menunjukkan
excessive water, dissolved oxygen, atau combined oxygen di unit catalytic
25

reforming. Tingkat moisture di atas level ini dapat menyebabkan reaksi


hydrocracking yang excessive dan juga dapat menyebabkan coke laydown.
Lebih lanjut lagi, kondisi ini akan menyebabkan chloride ter-strip dari
katalis, sehingga mengganggu kesetimbangan H2O/Cl dan menyebabkan
reaksi menjadi terganggu. Beberapa sumber yang membuat kandungan air
dalam system tinggi adalah : proses hydrotreating yang tidak sesuai,
kebocoran heat exchanger yang menggunakan pemanas/pendingin
steam/water di upstream unit, system injeksi water catalytic reforming,
kebocoran naphtha hydrotreater stripper feed effluent heat exchanger,
proses drying yang tidak cukup di drying zone di dalam regeneration
tower, dan kebocoran steam jacket di regeneration section.

Metal
Karena efek reaksi irreversible, maka kontaminasi metal ke dalam katalis
catalytic reforming sama sekali tidak dibolehkan, sehingga umpan
catalytic reformer tidak boleh mengandung metal sedikit pun. Beberapa
sumber kandungan metal dalam umpan naphtha adalah : arsenic (ppb)
dalam virgin naphtha, lead mungkin timbul akibiat memproses ulang offspec leaded gasoline atau kontaminasi umpan dari tangki yang sebelumnya
digunakan untuk leaded gasoline, produk korosi, senyawa water treating
yang mengandung zinc, copper, phosphorous, kandungan silicon dalam
cracked naphtha yang berasal dari silicon based antifoam agent yang
diijeksikan ke dalam coke chamber untuk mencegah foaming, dan injeksi
corrosion inhibitor yang berlebihan ke stripper naphtha hydrotreater.

High feed end point


Catalytic reforming didisain untuk memproduksi aromatic hydrocarbon.
Produksi aromatic ini tidak dapat terjadi tanpa kondensasi single ring
aromatic menjadi mulgi-ring polycyclic aromatic, yang merupakan
petunjuk adanya coke. Endpoint naphtha maksimum yang diijinkan
sebagai umpan catalytic reforming adalah 204 oC. Pada endpoint > 204
26

oC, konsentrasi polycyclic aromatic dalam umpan naphtha akan


meningkat tajam. Jika umpan catalytic reforming merupakan hasil
blending dari berbagai sumber (straight run naphtha, hydrocracker
naphtha, cracked naphtha), maka tiap arus umpan harus dianalisa secara
terpisah dan tiap stream tidak boleh memiliki endpoint > 204 oC. Hasil
blending antara high end point stream dengan low end point stream akan
mengaburkan kandungan fraksi endpoint yang tinggi.
2.3.2.8 Feed dan Produk Catalytic Reforming Unit
Feed unit catalytic reforming adalah heavy naphtha yang berasal dari unit
naphtha hydrotreating yang telah mengalami treating untuk menghilangkan
impurities seperti sulfur, nitrogen, oxygen, halida, dan metal yang merupakan
racun bagi katalis catalytic reforming. Boiling range umpan heavy naphtha antara
70 s/d 150 oC.
Produk unit catalytic reforming berupa high octane motor gasoline
component (HOMC) yang digunakan sebagai komponen blending motor gasoline.
Produk unit catalytic reforming ini mempunyai RONC > 95 dan bahkan dapat
mencapai RONC 100. Produk lain adalah LPG dan byproduct hydrogen. Produk
LPG dikirim ke tangki produk (jika sudah memenuhi spesifikasi produk LPG)
atau dikirim ke unit Amine-LPG recovery terlebih dahulu. By product hydrogen
dikirim ke unit hydrotreater dan hydrogen plant.
2.3.2.9 Variabel Proses Catalytic Reforming Unit
Beberapa variabel proses yang berpengaruh pada operasi Catalytic
Reforming adalah sebagai berikut :
1. Catalyst Type

27

Tipe katalis berpengaruh terhadap operasi catalytic reforming terutama


dalam hal basic catalyst formulation (metal-acid loading), chloride level,
platinum level, dan activator level.
2. Temperatur Reaksi
Catalytic reformer reactor catalyst bed temperature merupakan parameter
utama yang digunakan untuk mengendalikan operasi agar produk dapat
sesuai dengan spesifikasi.
Katalis catalytic reformer dapat beroperasi hingga temperatur yang cukup
tinggi, namun pada temperatur di atas 560 oC dapat menyebabkan reaksi
thermal yang akan mengurangi reformate dan hydrogen yield serta
meningkatkan kecepatan pembentukan coke pada permukaan katalis.
Temperatur reactor dapat didefinisikan menjadi 2 macam, yaitu :
Weighted Average Inlet Temperature (WAIT), yaitu total (fraksi berat
katalis

dalam

bed

dikali

temperature

inlet

bed).

Weighted Average Bed Temperature (WABT), yaitu total (fraksi berat


katalis dalam bed dikali rata-rata temperatur inlet dan outlet).
Dari kedua macam definisi tersebut di atas, WAIT paling sering digunakan
dalam perhitungan karena kemudahan perhitungan, walaupun WABT
sebenarnya adalah ukuran yang lebih baik dari kondisi reaksi dan
temperatur katalis rata-rata.

3. Space Velocity
Space velocity merupakan ukuran jumlah naphtha yang diproses untuk
jumlah katalis yang tertentu selama waktu tertentu. Jika volume umpan
naphtha per jam dan volume katalis yang digunakan, istilah yang
digunakan adalah Liquid Hourly Space Velocity (LHSV). Sedangkan jika
28

berat umpan naphtha per jam dan berat katalis yang digunakan, maka
istilah yang digunakan adalah Weight Hourly Space Velocity (WHSV).
Satuannya sama, yaitu 1/jam Semakin tinggi space velocity atau semakin
rendah residence time, maka semakin rendah octane number (RONC)
produk atau semakin rendah jumlah reaksi yang terjadi pada WAIT yang
tetap. Jika space velocity naik, untuk mempertahankan RONC produk,
maka kompensasi yang dilakukan adalah dengan menaikkan temperatur
reaktor.
4. Reactor Pressure
Sebenarnya lebih tepat mengatakan hydrogen partial pressure sebagai
variabel proses dibandingkan reactor pressure, namun untuk kemudahan
penggunaan, maka reactor pressure dapat digunakan sebagai variabel
proses (hydrogen partial pressure = purity hydrogen x tekanan reactor).
Penyederhanaan ini dapat diterima karena hydrogen yang ada dalam
sistem merupakan produk samping reaksi sehingga juga tergantung
tekanan reaktor, berbeda dengan di unit hydrocracker yang menggunakan
supply

hydrogen

dari

hydrogen

plant.

Tekanan

reaktor

akan

mempengaruhi struktur yield produk, kebutuhan temperatur reaktor, dan


kecepatan pembentukan coke pada permukaan katalis. Menurunkan
tekanan reaktor akan meningkatkan jumlah hydrogen dan yield reformate,
mengurangi kebutuhan temperatur untuk membuat produk dengan octane
number yang sama, dan meningkatkan kecepatan pembentukan coke pada
permukaan katalis.
5. Hydrogen/Hydrocarbon Ratio
Hydrogen/hydrocarbon ratio didefinisikan sebagai mol recycle hydrogen
per mol naphtha umpan. Kenaikan H2/HC ratio akan menyebabkan
naphtha melalui reaktor dengan lebih cepat (residence time lebih singkat),

29

sehingga akan menurunkan kecepatan pembentukan coke pada permukaan


katalis dengan pengaruh yang kecil terhadap kualitas dan yield produk.
7. Troubleshooting
Beberapa contoh permasalahan, penyebab, dan troubleshooting yang
terjadi di Catalytic Reforming Unit dapat dilihat dalam table II berikut ini :
Tabel II. Contoh Permasalahan, Penyebab, dan Troubleshooting Catalytic
Reforming Unit

2.3.3 Proses Reforming Unggun Terfluidisasi


Proses reforming katalis menggunakan unggun terfluidisasi dari katalis
padat, merupakan suatu proses regenerasi yang sinambung dengan reactor
terpisah ataupun terintegrasi untuk menjaga aktifitas katalis dengan cara
memisahkan kokas dan sulfur. Sebagai umpan adalah nafta ringan hasil
30

perengkahan atau nafta ringan dicampur dengan gas daur ulang yang kaya
hydrogen. Katalis yang digunakan adalah molibdat 10% dalam alumina yang
secara material tidak dipengaruhi oleh arsen, besi, nitrogen atau sulfur dalam
jumlah normal. Kondisi operasi dalam reaktor sekitar 200 300 psig dan suhu
900 - 950F pada space velocity 0,3 0,8/jam. Kecepatan gas daur ulang
adalah 4000 6000 scf/barel umpan dengan nisbah berat antara katalis dan
minyak adalah 0,5 1,5. Kondisi regenerasi yang digunakan adalah 210 310
psig dan suhu 1000 - 1100F. Pengolahan pendahuluan terhadap umpan
biasanya tidak dilakukan kecuali untuk menyesuaikan jarak didih dalam
memproduksi aromatic. Keunggulan proses reforming ini, dapat menghasilkan
yield reformat sekitar 70 80% (v) dengan RON 93 - 98

Gambar 7. Diagram Alir Proses Unggun Terfluidisasi

2.3.4 Proses Reforming Dengan Recycle


Proses Reforming Dengan Recycle, terdiri dari :
1. Proses Iso-Plus Houdriforming

31

Proses ini merupakan suatu proses kombinasi menggunakan houdriformer


yang konvensional, beroperasi pada kondisi yang menengah dan keras
bersama dengan salah satu dari tiga alternative berikut ini :
A. Reforming katalis konvensional plus ekstraksi aromatic

dan

memisahkan katalis dari rafinat aromatic (lihat Gbr 11-10a)


B. Reforming katalis konvensional plus ekstraksi aromatic dan recycle
rafinat aromatic ke reformer (lihat Gbr 11-10b)
C. Reforming katalis konvensional diikuti dengan reforming termis dan
polimerisasi katalis dari pada olefin-olefin C3 dan C4 yang berasal dari
reforming termis (lihat Gbr 11-10c).
Tipe umpan untuk proses ini terdiri dari umpan nafta untuk reforming
konvensional. Unit houdriformer menggunakan guard case dimaksudkan
untuk kemungkinan memakai umpan dengan kandungan sulphur yang
tinggi.
Kondisi operasi yang digunakan ialah yang moderat untuk reforming
katalis unggun tetap dan ekstraksi aromatic. Yield reformat sekitar 80%
menghasilkan kualitas RON 100+.
Unit iso plus pertama masuk kilang di Ravenna Itali yaitu Societa
Azionaria Reffinazione Olii Minerali pada bula Juni 1956. Suatu unit iso
plus hydroforming menggunakan unit hydroforming yang terbesar didunia
dan unit ekstraksi aromatic telah sukses beroperasi pada kiliang Tidewater
Oil Co di Delaware City pada 1957.

32

Diagran Alir Proses Iso-Plus Houdriforming


2. Proses Rexforming
Proses ini merupakan proses kombinasi menggunakan proses platforming
dan proses ektstraksi aromatic dimana rafinat yang mempunyai angka
oktan rendah di recycle kembbali ke platformer. Umpan nafta ringan yang
berjarak didih 200-4000F dapat diumpankan untuk memperoleh yield
33

sekitar 80% vol rafinat dengan RON 98-100. Kondisi operasi pada seksi
reforming karena adanya recycle dapat lebih rendah 5000F dari
platforming konvensional dan digunakan space velocity yang lebih tinggi.
Pada proses ini pembentukan gas dan kokas yang berlebihan dapat
dihindari dengan menyerang keseimbangan antara reaksi hidro-siklisasi
dan reaksi hydrocracking. Pada seksi ekstraksi aromatic, solven yang
digunakan sama dengan yang digunakan pada ekstraksi Udex yaitu glikol
yang dirancang kurang selektif. Ekstrak yang dihasilkan berupa isoparafin
maupun aromatic mempunyai titik didih rendah dan angka oktan yang
tinggi. Proses ini dilisensi oleh UOP Co. Unit komersil pertama telah
dibangun pada kilang Aurora Gasoline Co (sekarang Marathon Oil Co) di
Detroit-Michigan pada tahun 1956.

Diagram Alir Proses Rexforming

2.4 Kegunaan Produk


34

Produk yang dihasilkan dari proses reforming ini yaitu berupa komponen
hidrokarbon yang mempunyai oktan tinggi untuk blending mogas atau avgas
seperti gasolin, atau digunakan untuk bahan baku petrokimia yaitu pengolahan
aromatik untuk memproduksi BTX (benzene-toluene-xylene).
Gasolin atau bensin digunakan sebagai bahan bakar motor, bahan bakar
penerbangan bermesin piston, umpan proses petrokomia.

BAB III
35

PENUTUP
Kesimpulan
Proses reforming adalah suatu proses untuk merubah struktur senyawa
hidrokarbon dalam fraksi minyak menjadi komponen blending gasoline yang
mempunyai oktan tinggi. Proses reforming mengubah bentuk molekul bensin
yang bermutu kurang baik (rantai karbon lurus) menjadi bensin yang bermutu
lebih baik (rantai karbon bercabang). Poses reforming ini dapat dilakukan
dengan reforming termis dan reforming katalis. Reforming termis terdapat
proses Polyforming dan reforming katalis dapat menggunakan katalis platina
ataupun Molybdenum. Bahan baku untuk proses reforming yaitu naftena dan
produk yang dihasilkan gasolin dengan angka oktan yang tinggi yaitu 93 98.
Gasolin digunakan sebagai bahan bakar ataupun sebagai bahan baku
petrokimia.
Saran
Terdapat berbagai macam proses reforming yang dapat dilakukan untuk
menghasilkan gasoline yang mempunyai oktan yang tinggi. Untuk lebih
memahami proses reforming serta produk yang dihasilkannya perlu dilakukan
pemahaman mengenai berbagai macam proses tersebut karena dalam makalah
ini hanya membahas beberapa proses diantaranya proses reforming termis,
reforming katalis unggun bergerak dan unggun terfluidisasikan. Oleh karena
itu, untuk lebih mendalami mengenai pemahaman proses reforming perlu
dilakukan pemahaman mengenai semua proses reforming.

DAFTAR PUSTAKA
36

Fasya, Ali. 2003. Teknologi Minyak dan Gas Bumi. Palembang : UNSRI.
Operating Manual CCR-Platforming Unit PERTAMINA Unit Pengolahan II
Dumai.
Operation Manual for Unit 300 Platforming Process Unit, Pakistan-Arabian
Refinery Limited, Mid-Country Refinery Project (PARCO), Mahmood Kot,
Pakistan.
Buku Pintar Migas Indonesia by Adhi Budhiarto.
https://www.scribd.com/doc/248433959/09-Reforming

37

Вам также может понравиться