Вы находитесь на странице: 1из 4

Koloni Aspergillus biasanya cepat tumbuh, putih, kuning, kuning-coklat, coklat

sampai hitam atau nuansa hijau, dan mereka sebagian besar terdiri dari padat
dirasakan dari konidiofor tegak. Konidiofor berhenti dalam sebuah vesikel ditutupi
dengan baik satu lapisan palisade-seperti phialides (uniseriate) atau lapisan sel
subtending (metulae) yang menanggung whorls kecil phialides (struktur biseriate
disebut). Vesikel, phialides, metulae (jika ada) dan konidia membentuk kepala
konidia. Konidia yang bersel satu, halus atau kasar-berdinding, hialin atau
berpigmen dan basocatenate, membentuk rantai kemarau panjang yang mungkin
divergen (memancarkan) atau dikumpulkan dalam kolom kompak (Robinson, 2001)

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fungi


Pada umumnya pertumbuhan fungi dipengaruhi oleh faktor substrat, kelembapan, suhu,
derajat keasaman substrat (pH), dan senyawa-senyawa kimia dilingkungannya (Ganjar, 2006).
a. Substrat
Substrat merupakan sumber nutrien utama bagi fungi. Nutrien-nutrien baru dapat dimanfaatkan
sesudah fungi mengekskresi enzim-enzim ekstraseluler yang dapat mengurai senyawa-senyawa
kompleks dari substrat tersebut menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Fungi yang
tidak dapat menghasilkan enzim sesuai komposisi subtrat dengan sendirinya tidak dapat
memanfaatkan nutrien-nutrien dalam substrat tersebut.
b. Kelembapan
Faktor ini sangat penting untuk pertumbuhan fungi. Pada umumnya fungi tingkat rendah seperti
Rhizopus atau Mucor memerlukan lingkungan dengan kelembapan nisbi 90%, sedangkan kapang
Aspergillus, Penicillium, Fusarium, banyak Hyphomycetes lainnya dapat hidup pada kelembapan
nisbi yang lebih rendah, yaitu 80%. Dengan mengetahui sifat-sifat fungi ini penyimpanan bahan
pangan dan materi lainnya dapat mencegah kerusakannya.
c. Suhu
Berdasarkan kisaran suhu lingkungan yang baik untuk pertumbuhan, fungi dapat dikelompokkan
sebagai fungi psikrofil, mesofil, dan termofil. Secara umum pertumbuhan untuk kebanyakan
fungi adalah sekitar 25 30 0C. Beberapa jenis fungi bersifat psikrotrofik yakni dapat tumbuh
baik pada suhu lemari es dan ada fungi yang masih bisa tumbuh secara lambat pada suhu
dibawah suhu pembekuan, misalnya -5 0C sampai -10 0C. Selain itu, ada jamur yang bersifat

termofilik yakni mampu tumbuh pada suhu tinggi.km Mengetahui kisaran suhu pertumbuhan
suatu fungi adalah sangat penting, terutama bila isolat-isolat tertentu atau termotoleran dapat
memberikan produk yang optimal meskipun terjadi peningkatan suhu, karena metabolisme
funginya.
d. Derajat keasaman (pH)
pH substrat sangat penting untuk pertumbuhan fungi , karena enzim-enzim tertentu hanya akan
mengurai suatu substrat sesuai dengan aktivitasnya pada pH tertentu. Umumnya fungi
menyenangi pH dibawah 7,0. Namun beberapa jenis khamir tertentu bahkan dapat tumbuh pada
e.

pH yang cukup rendah, yaitu pH 4,5 5,5.


Senyawa kimia
Selama pertumbuhannya fungi menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak diperlukannya lagi
dan dikeluarkan ke lingkungan. Senyawa-senyawa tersebut merupakan suatu pengamanan bagi

dirinya terhadap serangan oleh organisme lain termasuk terhadap sesama mikroorganisme.
f. Waluyo (2005) menambahkan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fungi adalah
komponen penghambat. Beberapa jamur mengeluarkan komponen yang dapat menghambat
pertumbuhan organisme lain. Pertumbuhan jamur biasanya berjalan lambat dibandingkan dengan
pertumbuhan bakteri. Tetapi bila sesekali jamur bisa tumbuh, dimana pertumbuhannya ditandai
dengan misellium maka pertumbuhannya akan berlangsung sengan cepat.
Fungi berkembang biak baik secara aseksual misalnya dengan cara pembelahan,
pembentukan kuncup atau pembentukan spora maupun secara seksual yaitu dengan peleburan
dari dua sel induk (Ristiati, 2000). Faktor lingkungan sangat menetukan struktur reproduksi apa
yang akan dibentuk fungi dan untuk tujuan apakah struktur reproduksi seksual atau struktur
reproduksi aseksual (Gandjar et al., 2006). Sampai sekarang diketahui bahwa banyak spesies
fungi yang hanya bereproduksi secara aseksual (fase anamorf). Akan tetapi perkembangan ilmu
pengetahuan berhasil menemukan fase seksual (fase teleomof) pada sejumlah fungi sebelumnya.
Pertumbuhan fungi

Bidang mikrobiologi mendefinisikan pertumbuhan adalah pertambahan volume sel, karena


adanya pertambahan protoplasma dan senyawa asam nukleat yang melibatkan sintesis DNA dan
pembelahan mitosis. Pertambahan volume sel tersebut adalah irreversible, artinya tidak dapat
kembali ke volume semula. Umumnya suatu miselium digunakan sebagai kriteria terjadinya
pertumbuhan, karena masa sel-sel tersebut berada dari satu sel. Sesuatu yang semula tidak
terlihat, yaitu suatu spora atau konidia fungi atau spora fungi akan menjadi miselium atau yang
dapat dilihat. Bila suatu konidia atau spora fungi ditanam di atas agar dalam cawan petri, maka
setelah satu atau dua hari baru terlihat suatu permukaan agar yang dapat berupa tetesan kental
apabila suatu khamir atau berupa benang-benang bila bentuk tersebut adalah kapang (Gandjar et
al., 2006)
Medium pertumbuhan fungi
Nutrien atau makanan merupaka substansi dengan berat molekul rendah dan mudah laurt
dalam air. nutrien ini berasal dari degradasi nutrien dengan molekul kompleks. Suatu larutan
mengandung nutrien disebut medium kultur. Medium merupakan substrat yang berperan
menyediakan nutrisi yang diperlukan spora untuk berkecambah. Nutrisi yang dubutuhkan adalah
karbohidrat sebagai sumber energi, protein sebagai penyusuntubuh, dan mineral sebagai zat yang
dapat menunjang pertumbuhan spora (Juliadiningsih, 2007). Fungi dapat mengambil nutrien dari
lingkungannya dalam bentuk larutan, sehingga fungi sering disebut jasad osmotrof (Ristiati,
2000).
Media biakan merupakan suatu zat yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme di
laboratorium. Fungsi dari suatu media biakan adalah memberikan tempat dan kondisiyang
mendukung pertumbuhan dan perkembangbiakan dari mikroorganisme yang ditumbuhkan. PDA
(Potato Dextrosa Agar) merupakan salah satu media yang banyak digunakan untuk membiakkan
suatu mikroorganisme, baik berupa fungi, bakteri maupun sel makhluk hidup.

Pembuatan kultur murni jamur menggunakan media PDA (Potato Dextrosa Agar). PDA
terbuat dari kentang, dextrosa dan agar dimana setiap komponen mengandung suatu zat tertentu
yang mampu menunjang pertumbuhan jamur, antara lain: (1) kentang (Potato) yang merupakan
sumber karbohidrat yang mengandung vitamin, dan mineral yang cukup tinggi. Fungsi kentang
dalam penyusunan PDA adalah mensuplai karbohidrat yang sangat diperlukan oleh jamur dalam
pertumbuhannya, (2) dekstrosa merupakan penyusun PDA yang sangat mempengaruhi
pertumbuhan jamur. Dekstrosa merupakan gugusan gula, baik monosakarida maupun
polisakarida. Dekstrosa umumnya menyediakan karbohidrat sebagai sumber energi dan unsurunsur N, Na, Ca, dan K yang berperan sebagai kofaktor enzim dalam pertumbuhan spora jamur
(Girindra, 1993),(3) agar yang diperoleh dari tumbuhan berumbi yang menghasilkan glukosa.
Agar merupakan polimer sulfat yang sebagian besar terdiri atas D-galactosa, 3,6-anhidro-Lgalactosa, dan asam D-glukoronik (Prescott, et al., 2003).

Fungsi dari agar adalah untuk

mengentalkan media sehingga mempermudah dalam menumbuhkan dan mengisolasi jamur


mikroskopis dan bagian-bagian jamur yang lainnya.

Вам также может понравиться