Вы находитесь на странице: 1из 3

Komentar mengenai analisa Performanced-Based Design

Ryan Rakhmat Setiadi, ST


Ryanrakhmats.wordpress.com
Analisa struktur dengan Performance-Based Design (PBD) terlihat cukup ramai dibahas dalam beberapa
pertemuan ilmiah akhir - akhir ini. Sayangnya, saya melihat bahwa ada kecenderungan rekan2 yang
langsung menelan mentah - mentah mengenai apa yang dibicarakan pembicara yang membahas
mengenai analisa PBD tersebut. Disini saya akan mencoba memberikan sedikit komentar mengenai
analisis ini sekedar untuk menambah wawasan kita, agar kita dapat memutuskan kapan kira - kira apa
yang disampaikan pembicara mengenai hal ini dapat mengerutkan dahi (rasanya aneh) dan kapan kita
angguk - angguk (merasa apa yang disampaikan sesuai pemikiran kita).
Perkembangan Analisa Nonlinear Pada Struktur
Kalau mau dilihat perkembangan analisa PBD, rasanya pertama kali berkembang dan maju itu di daerah
asia terutama Jepang dan China. Semakin masifnya pembangunan tinggi di sana membuat mereka
mempertanyakan metode konvensional, baik dari sisi safety maupun ekonomis. Harap diingat bahwa
safety dan ekonomis tidak selalu berbanding lurus, memperbesar section atau memperbanyak tulangan
tidak otomatis membuat struktur menjadi aman.
Selain itu yang menjadi perhatian adalah kebebasan menentukan sistem lateral seismik. Beberapa
sistem lateral belum secara masif dianalisa dan diadopsi di code, misal outriger, frame tube, mega
frame, dan lainnya. Sehingga dirasa dibutuhkan pula code yang cukup general dan memberi kebebasan
mengenai sistem struktur namun tetap pada ranah ilmiah.
Untuk US sendiri, rasanya baru - baru ini mulai masif untuk analisa nonlinear, lalu dibuat peraturan TBI
yang kriterianya banyak mengacu pada Japan code.
Pada mulanya analisa nonlinear yang cukup terkenal adalah analisa pushover analisis. Analisa ini dipakai
dikarenakan analisa Nonlinear Response History Analysis (NRHA) masih terlalu sulit dipraktekkan untuk
desain praktis. Setelah berkembangnya kemajuan kecepatan pengolahan data pada komputer serta
office desain software yang mulai memfasilitasi analisa ini ke dalam softwarenya, lama - lama analisis
NRHA bukan lagi menjadi analisis yang sulit. Hal itu juga didukung oleh perkembangan standar desain
terutama setelah ASCE mengeluarkan publikasi ASCE 41-06 Seismic Evaluation and Retrofit of Existing
Buildings yang memuat standar - standar evaluasi bangunan dengan cara nonlinear termasuk metode
NRHA.
Kedepan analisa nonlinear selain akan lebih didukung lagi oleh data - data eksperimen, proses input dan
pengolahan data nantinya akan menggunakan analisa statistik dan probabilistik. Bahkan FEMA sudah
mengeluarkan dokumen yang mengatur analisis gempa dengan hasil output mengenai estimasi loss.
Apa Yang Perlu Dikritisi ?

Menurut saya yang pertama adalah analisa dengan PBD bukan berarti analisis ini pasti benar, masih
banyak asumsi - asumsi general yang digunakan dan belum tentu valid untuk semua kasus, misal
distribusi massa saat gempa terjadi, karakteristik ground motion, efek faktor kuat lebih, homogenitas
kekuatan struktur, pengaruh komponen non-struktural, lokal buckling pada komponen baja, bukling
pada tulangan, degregation dari struktur pada beban cyclic, soil-structure interaction, Time dependent
efek terhadap kekakuan, dan lain halnya. Penggunaan asumsi yang salah untuk input analisis PBD dapat
membuat respon struktur jauh dari realitas yang terjadi. Oleh karenanya, saya merasa analisa PBD
tanpa output berupa analisis statistik dan probabilitas adalah percuma, intinya tidak ada single output
value untuk respon struktur dengan degree of uncertainty yang besar. Misal, jika ditanya oleh owner
berapa deformasi maksimum atap struktur saat gempa terjadi, lalu dengan analisis yang super canggih
dan nonlinearitas yang complicated anda dengan percaya diri bilang 52.1258935XYZ cm, well, anda
perlu belajar - belajar lagi untuk menjadi insinyur :)
Yang kedua adalah tidak semua kasus itu perlu dianalisa nonlinear. Sampai sekarang sepengetahuan
saya analisa ini lebih cocok sebagai performance evaluation, mengapa ?, karena baik modelisasinya
maupun komputasinya banyak memakan waktu, dan anda butuh estimasi awal besarnya section baja
atau jumlah tulangan sebagai input untuk mengetahui respon struktur. Performance evaluation
diperlukan jika kita ragu terhadap respon dari suatu struktur akibat adanya hal yang tidak biasa pada
komponen struktur maupun bentuk struktur secara keseluruhan, yang dapat memacu instabilitas. Atau
anda ragu kepada ketentuan spesifik pada code, yang dapat menyebabkan bukan hanya inefisien biaya
namun juga sisi safety dari struktur anda. Untuk struktur simple dengan irregularitas yang tidak
ekstream, serta sistem struktur yang standar (misal shearwall atau moment frame), analisis dengan
nonlinear akan banyak menghabiskan waktu anda tanpa banyak meningkatkan sisi safety dari struktur
(tentu maksudnya tidak buang waktu, pasti ada yang bisa anda pelajari).
Yang ketiga adalah analisis dengan metode standar (linear) rasanya belum bisa digantikan, pun dengan
adanya analisis dengan PBD, anda masih perlu menginput tulangan beton atau section baja, yang hanya
bisa di-estimasi dengan mempertimbangkan output analisis linear. Jadi prosesnya tetap prelimenary design - performance check dimana pada tahap desain masih diperlukan pertimbangan dari output
analisis linear. Memang sudah berkembang alternative lain untuk design, misalnya Direct Displacement
Based Design (DDBD), namun belum cukup general digunakan.
Sebenarnya masih banyak yang bisa dikritisi, misalnya masih minimnya percobaan laboratorium untuk
analisa degregation pada struktur, efek dari soil-structure interaction, dan lain halnya, namun rasanya
tiga saja sudah cukup.
Oia, saat mengetik tulisan ini, saya jadi ingat tentang papernya Prof Graham Powell, beliau menjelaskan
mengenai kapasitas dan batasan dari analisis nonlinear dengan penjelasan yang simple, berikut link
untuk mendownloadnya :D

Вам также может понравиться