Вы находитесь на странице: 1из 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daerah Aliran Sungai (DAS)/Daerah Pengaliran Sungai (DPS) atau drainage basin
adalah suatu daerah yang terhampar di sisi kiri dan dan kanan dari suatu aliran sungai,
dimana semua anak sungai yang terdapat di sebelah kanan dan kiri sungai bermuara ke
dalam suatu sungai induk. Seluruh hujan yang terjadi didalam suatu drainage basin,
semua airnya akan mengisi sungai yang terdapat di dalam DAS tersebut. oleh sebab itu,
areal DAS juga merupakan daerah tangkapan hujan atau disebut catcment area. Semua air
yang mengalir melalui sungai bergerak meninggalkan daerah daerah tangkapan sungai
(DAS) dengan atau tampa memperhitungkan jalan yang ditempuh sebelum mencapai
limpasan (run off). (Mulyo, 2004).
Morfomeri Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah istilah yang digunakan untuk
menyatakan keadaan jaringan alur sungai secara kuantitatif. keadaan yang dimaksud
untuk analisa aliran sungai antara lain meliputi Kemiringan Lereng..
Kemiringan lereng merupakan faktor lain yang mempengaruhi keadaan suatu
DAS selain penggunaan lahan. Wilayah DAS bagian hulu yang terletak di dataran tinggi
yang pada umumnya didominasi oleh lahan dengan kemiringan lereng di atas 15%.
Kondisi wilayah tersebut berpotensi mengalami erosi yang besar. Erosi akan meningkat
apabila lereng semakin curam. Selain dari memperbesar jumlah aliran permukaan,
semakin curamnya lereng juga memperbesar energi angkut air. Hal ini disebabkan gaya
berat yang semakin besar sejalan dengan semakin miringnya permukaan tanah dari
bidang horizontal, sehingga lapisan tanah atas yang tererosi akan semakin banyak.
1.2 Rumusan Masalah
1. Buatlah peta lereng DAS Madewi berdasarkan kerapatan jarak antara garis konturnya
1.3 Tujuan
1. Mengetahui peta lereng DAS Madewi berdasarkan kerapatan jarak antara garis
konturnya

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Degradasi lahan mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas sifat fisik tanah.
Kemunduran sifat-sifat fisik tanah tercermin antara lain menurunnya kapasitas infiltrasi dan
kemampuan tanah menahan air, meningkatnya kepadatan 4 dan ketahanan penetrasi tanah,
dan berkurangnya kemantapan struktur tanah sehingga dapat menyebabkan terjadinya erosi
(Arsyad, 2000). Berkaitan dengan hal tersebut, dua hal penting yang dapat mempengaruhi
karakteristik sifat fisik tanah yang berkaitan dengan proses erosi adalah jenis penggunaan
lahan dan kemiringan lereng.
Lereng mempengaruhi erosi dalam hubungannya dengan kecuraman dan panjang
lereng. Lahan dengan kemiringan lereng yang curam (30-45%) memiliki pengaruh gaya berat
(gravity) yang lebih besar dibandingkan lahan dengan kemiringan lereng agak curam (1530%) dan landai (8-15%). Hal ini disebabkan gaya berat semakin besar sejalan dengan
semakin miringnya permukaan tanah dari bidang horizontal. Gaya berat ini merupakan
persyaratan

mutlak

terjadinya

proses

pengikisan

(detachment),

pengangkutan

(transportation), dan pengendapan (sedimentation) (Wiradisastra, 1999).


Kondisi lereng yang semakin curam mengakibatkan pengaruh gaya berat dalam
memindahkan bahan-bahan yang terlepas meninggalkan lereng semakin besar pula. Jika
proses tersebut terjadi pada kemiringan lereng lebih dari 8%, maka aliran permukaan akan
semakin meningkat dalam jumlah dan kecepatan seiring dengan semakin curamnya lereng.
Berdasarkan hal tersebut, diduga penurunan sifat fisik tanah akan lebih besar terjadi pada
lereng 30-45%. Hal ini disebabkan pada daerah yang berlereng curam (30-45%) terjadi erosi
terus menerus sehingga tanah-tanahnya bersolum dangkal, kandungan bahan organik rendah,
tingkat kepadatan tanah yang tinggi, serta porositas tanah yang rendah dibandingkan dengan
tanah-tanah di daerah datar yang air tanahnya dalam
Perbedaan lereng juga menyebabkan perbedaan banyaknya air tersedia bagi tumbuhtumbuhan sehingga mempengaruhi pertumbuhan vegetasi di tempat tersebut (Hardjowigeno,
1993).
BAB III
METODELOGI
2

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 28 April 2015 pukul 14.00-selesai dan
bertempat di Ruang sidang agroekoteknologi fakultas pertanian.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis, penggaris
dan alat hitung. Sedangkan bahan yang digunakan adalah kertas kalkir dan peta DAS
Madewi
3.3 Cara Kerja
1. Persiapkan peta kontur dan peta topografi
2. Hitung dan analisis jarak horizontal untuk kelompok kemiringan lereng 0-3%, 3-8%, 815%, 15-30%, 30-45% dan 45-65%. Jarak horizontal dihitung berdasarkan persen (%)
kemiringan lereng, beda tinggi (beda tinggi antara 2 garis interval kontur) dan skala peta.
3. Buat peta lereng berdasarkan kerapatan jarak antara garis kontur
4. analisis fungsi peta kemiringan lereng DAS

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
3

4.1 Hasil
1. Peta kemiringan lereng terlampir
2. Analisis Perhitungan
Diketahui: skala peta topografi ; 1: 25.000 = 250 m di lapangan,
interval kontur: 12.5 m
Di jawab :

Kemirigan 3%:

X = 416.66 m (di lapangan)

Jarak X di peta :

Kemirigan 8%:

x 1 cm = 1.67 cm
=

X = 156.25 m (di lapangan)

Jarak X di peta :

Kemirigan 15%:

x 1 cm = 0.625 cm
=

X = 83.3m (di lapangan)

Jarak X di peta :

x 1 cm = 0.33 cm

Kemirigan 30%:

X = 41.6 m (di lapangan)

Jarak X di peta :

x 1 cm = 0.16 cm

Kemirigan 45%:

X = 27.7 m (di lapangan)

Jarak X di peta :

x 1 cm = 0.11 cm

Kemirigan 65%:

X = 19.23 m (di lapangan)

Jarak X di peta :

x 1 cm = 0.07 cm

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan kerapatan jarak antar garis kontur diketahui
kemiringan lereng 0-3% (warna kuning) pada kerapatan 1.67 cm, kemiringan lereng 3-8%
(warna merah) pada kerapatan 0.625 cm, kemiringan lereng 8-15% (warna biru) pada
kerapatan 0.32 cm, pada kemiringan 15-30% (warna hijau) kerapatan 0.16 cm dan
kemiringan 30-45% (warna coklat) serta kemiringan 45-65% (warna ungu) terdapat pada
kerapatan 0.11 cm dan 0.07 cm yang digambarkan dalam peta kemiringan lereng.
Dalam hal ini diketahui bahwa DAS Madewi dominan memiliki kemiringan lereng
sekitar 30-45% (warna coklat) yang termasuk dalam kelas dengan kemiringan lereng curam.
Pembagian kelas kemiringan lerenga DAS Madewi dapat dilihat pada peta lereng yang
terlampir. Dapat disimpulkan sementara bahwa DAS Madewi memilik tingkat erosi yang
tinggi dengan dasar pengaruh tingkat kemiringan lereng terhadap pada kecepatan aliran
permukaan di lereng tersebut.
Dari hasil analisis perhitungan kerapatan jarak garis kontur, dapat ditentukan dan
dibuat peta kemiringan lereng DAS Madewi. Dengan adanya peta kemiringan lereng, maka
dapat diketahui penggunaan lahan yang tepat dilakukan pada lahan dengan kemiringan lereng
tertentu. Peta kemiringan lereng adalah suatu alat dasar yang mempermudah analisa
kemampuan lahan guna memberikan arahan penggunaan lahan yang optimal.
Kondisi lereng yang semakin curam mengakibatkan pengaruh gaya berat dalam
memindahkan bahan-bahan yang terlepas meninggalkan lereng semakin besar pula. Jika
5

proses tersebut terjadi pada kemiringan lereng lebih dari 8%, maka aliran permukaan akan
semakin meningkat dalam jumlah dan kecepatan seiring dengan semakin curamnya lereng.
Berdasarkan hal tersebut, diduga penurunan sifat fisik tanah akan lebih besar terjadi pada
lereng 30-45%. Hal ini disebabkan pada daerah yang berlereng curam (30-45%) terjadi erosi
terus menerus sehingga tanah-tanahnya bersolum dangkal, kandungan bahan organik rendah,
tingkat kepadatan tanah yang tinggi, serta porositas tanah yang rendah dibandingkan dengan
tanah-tanah di daerah datar yang air tanahnya dalam

BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
6

Dari hasil analisis perhitungan jarak kontur diketahui bahwa DAS Madewi memiliki 6
kelas kemiringan lereng yang ditunjukan pada peta kemiringan lereng. Kelas kemiringan 03% ditunjukan dengan warna kuning, kemiringan 3-8% ditunjukan dengan warna merah,
kemiringan 8-15% warna biru, kelas kemirngan lerenng 15-30% warna hijau dan kelas
kemiringan lereng 30-45% serta 45-65% ditunjukan dengan warna coklat dan ungu. DAS
Madewi dominan memiliki kemiringan lereng antara 30-45% yang berarti termasuk lereng
curam dan rmemiliki tingkat erosi yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Boby Hertanto, Hendrik. 2012. Daerah Aliran Sungai. geoenviron.blogspot.com ( 1 Mei
2015).

Rara Putra, Utut. 2012. Morfometri DAS di Jawa Barat. Fakultas MIPA. Departemen
Geografi. Universitas Indonesia. Depok
S.Saribun, Daud. 2007. Pengaruh Jenis Penggunaan Lahan dan Kemiringan Lereng Terhadap
Bobot Isi, Porositas Total dan Kadar Air Tanah pada SUB-DAS Cikapundung Hulu.
Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian. UNPAD.

Вам также может понравиться