Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Arsenik (As)
Pengertian Arsenik (As)
arsenikum arsenik, atau Arsen, merupakan unsur kimia dalam tabel periodik yang
memiliki simbol As dan nomor atom
terkenal beracun dan memiliki tiga bentuk alotropik; kuning, hitam, dan abu-abu.
Arsenik dan senyawa arsenik digunakan sebagai pestisida, herbisida, insektisida, dan
dalam berbagai aloy.
Nama arsenik sendiri pertama kali berasal dari bahasa Persia zarnig dan bahasa
Yunani arsenikon yang artinya kuning. Arsenik dalam kehidupan sehari-hari (di luar
racun-meracun) digunakan untuk bahan pestisida di buah-buahan. Galium arsenid
dapat dipakai sebagai bahan semikonduktor rangkaian listrik. Dalam pengobatan, arsen
juga mendapat tempat khusus. Di zaman dahulu arsenik pernah digunakan sebagai
obat sifilis, yaitu Salvarsan. Sampai sekarang arsenik masih menjadi salah satu
alternatif pengobatan tripanosomiasis Afrika (dalam bentuk melarsoprol). Arsenik juga
dipakai dalam industri pewarna dan cat.
Sifat Arsenik (As)
Arsenik secara kimiawi memiliki karakteristik yang serupa dengan Fosfor, dan
sering dapat digunakan sebagai pengganti dalam berbagai reaksi biokimia dan juga
beracun. Ketika dipanaskan, arsenik akan cepat teroksidasi menjadi oksida arsenik,
yang berbau seperti bau bawang putih. Arsenik dan beberapa senyawa arsenik juga
dapat langsung tersublimasi, berubah dari padat menjadi gas tanpa menjadi cairan
terlebih dahulu. Zat dasar arsenik ditemukan dalam dua bentuk padat yang berwarna
kuning dan metalik, dengan berat jenis 1,97 dan 5,73.
Arsen dapat terbentuk sebagai unsur semi logam (As 0),dan sebagai senyawa arsenat (As5+),
arsenit (As3+), atau arsin (As3- ). Karakter kimia Arsen didominasi oleh fakta bahwa arsen
merupakan senyawa yang labil, bilangan oksidasi atau bentuk senyawa kimianya mudah
berubah, baik melalui reaksi kimia maupun biologi yang umum terjadi di lingkungan. Hal ini
disebabkan karena kesetimbangan kelarutan (Ksp) Arsen di kontrol oleh mobilitas arsen, kondisi
redoks, pH, aktivitas biologi dan reaksi adsorpsi desorpsi. Arsen adalah unsur yang sangat
jarang ditemukan di lapisan bumi, hanya sekitar 5,5.10-5 % per volum. Itu adalah komponen
utama lebih dari 200 mineral termasuk elemental arsen, sulfida, oksida, arsenat dan arsenit yang
ditemukan di batuan vulkanik, batubara, lautan dan mineral di air. Arsen paling banyak
ditemukan di lingkungan sebagai arsen sulfida seperti realgar (As 2S2), auripigment (As2S3) dan
arsenopyrite (FeSAs) (SCHUMANN,1985). Tetapi sumber alamiah arsen yang paling penting
adalah arsenian (yang sangat kaya arsen) seperti halnya pyrite Fe(S,As)2) (NORDSTROM,
2000).
Arsenik sebagai Toksik
Bentuk arsenik yang terkenal adalah As 2O3, alias arsen trioksida atau warangan.
Warangan ini bentuknya berupa bubuk berwarna putih yang larut dalam air. Bentuk
lainnya adalah bubuk kuning As 2S3 dan bubuk merah realgar As 4S4. Keduanya sempat
populer sebagai bahan cat, namun karena toksik akhirnya mereka tidak dipakai lagi.
Adapun bentuk gasnya, yang juga beracun; adalah arsin (As 2H3).
Mengapa arsenik beracun? Arsenik mampu menghambat produksi ATP, sumber
energi bagi sel-sel hidup, melalui berbagai mekanisme. Di siklus Krebs arsenik
menghambat enzim piruvat dehidrogenase, sehingga sintesis ATP menjadi berkurang
dan malah meningkatkan produksi hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida ini
merupakan oksidator yang sangat reaktif terhadap sel hidup, maka justru sel hidup
itulah yang diserang. Sel yang diserang arsenik akan mengalami nekrosis dan kematian
dengan segera.
Keracunan arsenik dapat terjadi dalam 2 cara, yaitu akut dan kronik. Akut berarti
arsenik diberikan dalam satu dosis tunggal yang sangat besar dan langsung
mematikan. Dosis ini kira-kira sebesar 120-200 mg pada orang dewasa atau 2 mg/kgBB
pada orang dengan berat badan kurang dari 60 kg. Keracunan akut terjadi secara
perlahan, cukup dengan sejumput arsenik, atau dosis tepatnya 130 miligram, seorang
manusia dewasa bisa langsung terbunuh. Dosis 0,05 sampai 0,30 gram pun dapat
dianggap sebagai dosis mematikan jika diasup selama kurang-lebih 14 hari.
Untuk urusan peracunan, biasanya pelaku mencampurkan arsenik dalam makanan
dalam dosis beberapa kali lipat, untuk mengantisipasi korbannya muntah-muntah akibat
keracunan akut ini. Gejala keracunan akut terdiri atas mual muntah hebat yang disertai
sakit perut. Napas penderita berbau seperti bawang putih. Kadang ia langsung kejangkejang dan koma. Tekanan darah korban langsung turun dan ia tampak seperti orang
dehidrasi berat.
a)
Dalam kehidupan sehari-hari, makanan kita pun mungkin mengandung arsenik dalam
jumlah kecil. Konsentrasi arsenik yang dianggap tidak berbahaya dalam air minum oleh
WHO adalah kurang dari 10 ppb (part per billion). Selain karena arsenik menjadi bahan
pestisida yang dipakai untuk menyemprot sayur dan buah, arsenik juga berpotensi
mencemari perairan. Hal ini pernah menjadi masalah serius di Cina dan Bangladesh,
dan sekitarnya pada tahun 2005. Arsenik yang ditemukan di air adalah arsenik bentuk
arsenat V (HAsO42-) dan arsenit III (H3AsO3). Di alam bebas arsenat dan arsenit dapat
mengalami reaksi redoks bolak balik. Konsentrasi yang ditemukan dapat mencapai 2004400 ppb, atau 0.2-4.4 ppm (part per million).
b)
membuktikan, banyak sumur air tanah yang memiliki konsentrasi arsenik melampaui
standar WHO. Studi yang disokong Badan Bantuan untuk Anak-anak Dunia (Unicef)
menemukan konsentrasi arsenik di sana lebih dari 50 g/L pada dua pertiga sumur
yang diambil sebagai contoh.
Studi itu memprediksi bahwa di Bangladesh--yang memiliki kontaminasi arsenik
terburuk di dunia--risiko tertinggi pelanggaran batas WHO terdapat di bagian tengah
selatan Bangladesh dan di timur laut daerah aliran Sungai Sylhet. Prediksi ini tepat
dengan analisis sampel air yang sebelumnya diambil dari sumur artesis di Bangladesh.
Probabilitas tinggi terjadinya kontaminasi arsenik juga terlihat di kawasan Asia
Tenggara lainnya, seperti daerah aliran Sungai Chao Praya di Thailand dan dataran
sedimen subur di dekat Danau Tonle Sap di Kamboja. Peta itu mengindikasikan
meningkatnya risiko peningkatan konsentrasi arsenik di delta Irawadi dan sepanjang
Sungai Chao Praya.
Verifikasi terhadap 1.750 data air tanah yang tersedia dari delta Bengal, Mekong,
dan Sungai Merah di Bangladesh memperlihatkan prediksi itu sesuai dengan
kenyataan. Di delta Sungai Merah dan Mekong, Eawag mendeteksi konsentrasi arsenik
melewati 100 g/L dalam satu dari lima sampel yang dianalisis, dengan nilai maksimum
setinggi 3.000 g/L. Berg menekankan bahwa daerah yang dikategorikan berisiko
rendah dalam pemodelan bukan berarti risikonya nol. Meskipun model ini nantinya
dilengkapi lebih banyak data dari lapisan batuan yang lebih dalam, prediksi ini tak dapat
menggantikan analisis sampel air. "Tapi berkat peta ini, pemerintah, pejabat setempat,
atau lembaga kesehatan bisa mengetahui dengan cepat daerah mana yang penggalian
sumurnya bisa menimbulkan masalah."
http://kimiapangan.blogspot.com/2013/06/mineral-arsenik.html