Вы находитесь на странице: 1из 4

Tugas Agama Hindu

Susila

Kelompok 1

SMAN 1 KUTA SELATAN


2014/2015

Pendahuluan
Agama hindu memilliki kerangka dasar yang dapat dipergunakan oleh umatnya
sebagai landasan untuk memahami, mendalami, dan mengamalkan ajaranajarannya dalam kehidupan sehari-hari. Kerangka tersebut terdiri dari tiga unsur,
yaitu Tattwa/filsafat, Susila/etika, Upacara/ritual. Untuk dapat memahami,
mendalami, dan mengamalkan ajaran Agama Hindu secara utuh dalam kehidupan
sehari-hari, setiap umat Hindu memiliki kewajiban menjadikan kerangka dasar
sebagai pedoman. Dengan demikian, mereka dapat mewujudkan kehidupan ini
menjadi sejahtera dan bahagia.

Susila
Susila dalam Agama Hindu merupakan kerangka dasar yang yang kedua.
Susila merupakan istilah lain dari kata etika dan moral yang merupakan ajaran
perilaku atau perbuatan yang bersifat sistematis tentang karma. Didalam
berperilaku, terdapat dua macam perilaku, yaitu perilaku baik atau yang disebut
Subha Karma/Daiwi Sampad dan perilaku tidak baik atau yang disebut Asubha
Karma/Asuri Sampad.

Adapun pengertian tentang Susila yang dapat dijelaskan sebagai berikut;


Susila atau etika adalah upaya mencari kebenaran sebagai filsafat, ia mencari
informasi yang sedalam-dalamnya secara sistematis tentang kebenaran yang
bersifat mutlak maupun relatif
Susila atau etika adalah upaya untuk mengadakan penyelidikan atau mengkaji
kebaikan menusia. Sebagaimana seharusnya manusia hidup dan bertindak di
dunia agar hidup menjadi bermakna
Susila atau etika adalah upaya manusia untuk mempergunakan keterampilan
fisiknya (angga sarira) serta kecerdasan rohani (suksma sarira). Suksma Sarira
manusia terdiri atas pikiran (manas), kecerdasan (buddhi), dan kesadaran murni
(atman) yang dapat berfungsi sebagai sarana untuk memecahkan berbagai
masalah.

Manusia hendaknya selalu mengupayakan perilaku yang baik dengan sesama,


dengan cara memperlakukan orang lain secara baik sebagaimana memperlakukan
diri sendiri (Tat Twam Asi). Setiap individu hendaknya selalu berfikir dan bersikap
profesional menurut guna dan karma. Inilah cermin dari sosok orang yang telah
mengamalkan ajaran Catur Warna.

Catur Warna

Catur Warna berasal dari bahasa sansekerta dari kata Catur yang berarti
empat dan Warna berarti tutup, penutup, watak, dan kasta. Sehingga Catur Warna
berarti empat pengelompokan masyarakat dalam tata kemasyarakatan agama
Hindu yang ditentukan berdasarkan profesinya. Pemahaman Catur Warna dapat
dirumuskan berdasarkan Sastra Drstha.
Catur Warna membagi masyarakat Hindu menjadi empat kelompok profesi
dengan sejajar. Warna ditentukan oleh guna dan karma. Guna adalah sifat, bakat
dan pembawaan seseorang, sedangkan karma artinya perbuatan. Dengan
demikian, dapat diartikan bahwa setiap orang yang lahir ke dunia ini sudah tentu
memiliki dan membawa keahliannya masing-masing. Oleh karena itu, kita
hendaknya mau dan mampu belajar untuk mengakui kemampuan yang berasal dari
Tuhan secara jujur dan bertanggung jawab. Hindarkanlah diri kiia masing-masing
untuk memandang rendah orang lain.
Bagian-bagian Catur Warna
1) Brahmana Warna adalah individu atau golongan masyarakat yang
berkecimpung dalam bidang kerohanian.
2) Ksatria warna adalah individu atau golongan masyarakat yang memiliki
keahlian dalam memimpin bangsa dan negara.
3) Waisya Warna adalah individu atau golongan masyarakat yang memiliki
keahlian dibidang pertanian dan perdagangan.
4) Sudra Warna adalah individu atau golongan masyarakat yang memiliki
keahlian dibidang pelayanan atau membantu.

Catur Asrama
Catur Asrama berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu dari kata Catur yang
berarti empat, dan Asrama yang berarti tempat atau lapangan kerohanian. Jadi
Catur Asrama merupakan empat jenjang kehidupan yang berlandaskan petunjuk
kerohanian. Empat jenjang tersebut merupakan program yang disesuaikan dengan
tingkatan umur.
Bagian-bagian Catur Asrama
1) Brahmacari Asrama adalah tingkatan yang pertama yaitu masa-masa
menuntut ilmu pengetahuan. Sehubungan dengan menuntut ilmu tersebu
maka ada Brahma Sesana yang berarti peraturan tata tertib, baik untuk
guru maupun untuk siswa. Kewajiban guru mendidik siswa dengan
petunjuk-petunjuk kerohanian, kebajikan, amal, pengabdian, dan memberi
berbagai ilmu pengetahuan, baik itu pengetahuan mengenai Ketuhanan
(Para Widya) maupun ilmu tentang keduniawian (Apara Widya)
2) Grehasta Asrama adalah tingkatan yang kedua yaitu kehidupan pada
waktu membina rumah tangga. Pada masa ini seseorang menjadi
pemimpin rumah tangga dan bertanggung jawab penuh terhadap

kelangsungan kehidupan keluarga. Untuk itu seseorang baru boleh


melaksanakan Grehasta Asrama apabila keadaan fisik maupun psikis
dipandang sudah dewasa, dan mempunyai bekal pengetahuan yang
memadai.
3) Wanaprastha Asrama adalah tingkatan yang ketiga yaitu masa-masa untuk
mulai melepaskan diri dari ikatan duniawi untuk mencapai ketenangan
batin. Yang harus dilakukan adalah mulai mengurangi keterikatan terhadap
benda-benda, perlahan-lahan mengurangi sifat rajas dan tamas serta
mengarahkan hidup dalam dunia rohani untuk persiapan menyatukan diri
kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Masa-masa yang baik untuk
memulai masa Wanaprtastha Asrama ketika mulai berusia 55-60 tahun
(sudah pensiun)
4) Bhiksuka/Sanyasin Asrama adalah tingkatan yang keempat yaitu masamasa kehidupan untuk melepaskan segala ikatan duniawi. Pada masa ini
kehidupan sepenuhnya diabdikan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
dengan mengendalikan kelompok-kelompok musuh yang ada di dalam diri.

Catur Purusa Artha


Catur Purusa Artha berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari kata Catur
yang berarti empat, Purusa yang berarti jiwa atau manusia, dan Artha berarti utama.
Jadi Catur Purusa Artha merupakan empat tujuan hidup manusia yang utama.
Bagian-bagian Catur Purusa Artha
1) Dharma adalah kata yang berakar dari kata dhr yang berarti menjinjing,
memangku, memelihara, dan mengatur. Dalam arti luas Dharma berarti
hukum, kodrat, kewajiban, agama, dan kebenaran.
2) Artha berarti tujuan, harta benda (kekayaan). Harta benda sangat
diperlukan dalam kehidupan baik untuk melaksanakan ajaran agama,
maupun memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
3) Kama adalah keinginan yang dapat memberikan kepuasan, kebahagiaan,
dan kenikmatan yang didapat melalui indria.
4) Moksa artinya bebas dari ikatan keduniawian, bebas dari hukum karma
phala, bebas dari samsara/kelahiran. Moksa juga berarti ketenangan dan
kebahagiaan spiritual yang abagi (suka tanpa wali duka).

Вам также может понравиться