Вы находитесь на странице: 1из 93

1

ACARA I
PENGENALAN ALAT-ALAT PRAKTIKUM
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mikroskop adalah sebuah alat yang digunakan untuk memperbesar bayangan
suatu benda, terutama benda-benda yang sulit atau tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang. Peralatan yang digunakan berupa alat-alat utama, yaitu alat dipakai secara
khusus dengan tekhnik sendiri yaitu inkubator, autoklaf, shaker, colony counter,
vortex, timbangan, spektrofometer, sentrifugasi, dan laminar air flow. Adapula alatalat bantu yaitu pipet tetes, pipet volume, lampu bunsen, cawan petri, jarum ose,
jarum ent, jarum preparat, drigalski, tabung reaksi dan dan erlenmeyer. Fungsi dan
cara kerja dari masing-masing alat sangat perlu diketahui dan dipahami karena bila
tidak, maka yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan serta peralatan yang
digunakan tersebut menjadi rusak
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari pengenalan alat-alat praktikum yaitu untuk mengetahui
alat-alat yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi dan mengetahui fungsi serta
cara-cara kerja peralatan-peralatan yang digunakan pada penelitian-penelitian yang
terkait mikrobiologi dan mengetahui prinsip kerja masing-masing alat tersebut

TINJAUAN PUSTAKA
Alat merupakan salah satu pendukung daripada keberhasilan suatu pekerjaan
di

Laboratorium,

sehingga

untuk

memudahkan

berlangsungnya

praktikum

,pengetahuan mengenai penggunaan alat sangat di perlukan. Pada dasarnya setiap alat
memiliki nama yang menunjukkan kegunaan alat. Prinsip kerja dan proses yang
berlangsung ketika alat digunakan, beberapa kegunaan alat dapat dikenali
berdasarakan namanya. Penamaan alat yang berfungsi mengukur biasanya di akhiri
dengan kata meter seperti Thermometer, Inggrometer, dan Spektrometer, dan lainlain. Alat-alat pengukur yang di sertai dengan informasi tertulis biasanya diberi
tambahan graph seperti Thermograph dan Barograph (Moningka, 2008).
Pengenalan alat-alat laboratorium penting dilakukan untuk keselamatan kerja
saat melakukan penelitian. Alat-alat laboratorium biasanya dapat rusak atau bahkan
berbahaya jika penggunaannya tidak sesuai dengan prosedur (Plummer, 2001).
Pentingnya dilakukan pengenalan alat-alat laboratorium adalah agar dapat diketahui
cara penggunaan alat tersebut dengan baik dan benar sehingga kesalahan prosedur
pemakaian alat dapat diminimalisasi sedikit mungkin (Laila, 2006). Dalam suatu
laboratorium ada banyak jenis alat-alat yang digunakan salah satunya adalah jenis
sterilisasi, sterilisasi media dilakukan dengan menggunakan autoklaf yang
menggunakan tekanan yang disebabkan uap air, sehingga suhu dapat mencapai
1210C. Media biakan yang yang telah disterilkan harus diberi penutup agar tidak
dicemari oleh mikroorganisme yang terdapat disekelilingnya (Hadiotano, 2008).

Dalam laboratorium mikrobiologi banyak hal yang begitu cepat dikerjakan


terkait dengan mikroba (bakteri, fungi dan kapang) dikarenakan aktivitas mikroba
yang begitu cepat maka dimungkinkan mikroba menempel di setiap alat-alat
laboratorium dan media yang ada. Oleh karena itu diperlukan sterilisasi alat dan
media sebelum dan sesudah penggunaan alat dan media pengembangbiakan mikroba
(Pelczar, 2003). Sterilisasi alat dan media dapat dilakukan dengan instrumen yang
memiliki antibakteri atau antimikroba yang tinggi, mekanisme kerja antimikroba
terhadap sel dapat merusak dinding sel bakteri, mengganggu permeabilitas sel,
merusak molekul protein dan asam nukleat dan menghambat enzim serta sintesa
protein (Soetarno, 2007).

PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 22 November 2012 dan
dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Mataram.
Pengenalan Alat Praktikum
Alat-alat yang digunakan pada saat praktikum berlangsung yaitu Mikroskop,
Jarum Preparat, Jarum Ent, Jarum Ose, Drigalski, Pipet Ukur, Pipet Volume, Cawan
Petri, Erlenmeyer, Enkcas, Oven, Gelas benda, Gelas penutup, Autoklaf, Pipet Mikro,
Tabung Reaki, Colony Counter, Shaker, Waterbath, dan Sentripugasi

Cara Kerja
1. Diperhatikan alat-alat yang ada di sekitar meja praktikum.
2. Diamati bentuk-bentuk serta fungsi alat-alat praktikum.
3. Diamati alat-alat, kemudian digambar serta gambar alat-alat diberi keterangan
mengenai bagian-bagiannya.

HASIL PENGAMATAN
Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Alat-Alat Praktikum
No

Alat-Alat Praktikum

Keterangan

1.

Mikroskop

Untuk mengamati objek yang sangat kecil


(mikroskopis) yang tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang.

1. Lokuler

7. Kondensor

2. Tubus

8. Cermin

3. Skrup tubus kasar

9. Pengaturan
konduser

4. Skrup tubus halus


10. Revolver
5. Pengatur meja
11. Lensa objektif
6. Meja benda
12. Kaki mikroskop

2.

Cawan Petri

Terbuat dari gelas atau plastic, ukurannya


bervariasi yaitu 6 cm, 9 cm dan 12 cm
dengan diameter 9 cm. berfungsi Untuk
menumbuhkan, memelihara serta mem
biakkan (kultivasi) mikroorganisme.

3.

Tabung Reaksi
Terbuat dari gelas, dan berfungsi sebagai
wadah bahan cair maupun padatan setra
untuk mereaksikan larutan

4.

Pipet
a. Memiliki kapasitas beragam, yaitu
mulai dari 1 25 ml
b. Pipet yang sudag dikalibrasi untuk
menampung larutan dalam jumlah
yang pasti. Misalnya 5, 10, 15 dan
25ml

5.

Jarum
a. Berdiameter 1-1,5 mm, panjangnya
7,5-10 cm dan terbuat dari besi.
b. Berukuran 1m x 1m, ujungnya
dibengkokkan
c. Dibuat drai kawat chrom, berukuran
0,5-0,75 mm dengan diameter 5
mm.

6.

Erlenmeyer

Digunakan dalam proses titrasi untuk


menampung larutan yang akan dititrasi
dalam mikrobiologi, erlenmeyer digunakan
untuk membiakan mikroba.

7.

Gelas Benda Dan Penutup


a. Terbuat dari gelas setebal 1
mm,berukuran 26 mm
b. Terbuat dari gelas setebal 0,2 mm,
berukuran 20mm x 20mm, 16mm x
16mm dan 20mm x 30mm..

Water Bath
Untuk mempertahankan suhu media agar
tidak membeku sebekum dituang kedlam
cawan petri

Autoclaf

Untuk sterilisasi dengan uap panas yang


bertekanan tinggi.

10

Lampu Bunsen

Untuk memanaskan medium mensterilkan


jarum mokulasi dan alat-alat yang terbuat
dari platina dan nikrom seperti jarum ose.

11

Centrifuge

Untuk memisahkan suatu larutan dengan


berat molekul yang berbeda berdasarkan
gaya centrifugal.

12

Colony Counter

Untuk menghitung jumlah koloni mikroba


dalam petridisk.

13

Laminar Air Flow


Sebagai ruangan untuk pengerjaan secara
aseptis dan juga digunakan sebagai teknik
sterilisasi radiasi.

14

Oven

Untuk memanaskan dan mengeringkan zat


kimia pada suhu tertentu.

10

15

Enkas
Sebagai tempat penanaman mikroba.
Pengerjaan sampel dengan aseptis dan
menekan udara bebas.

11

PEMBAHASAN
Pada praktikum mikrobiologi diperlukan bebagai jenis alat. Alat-alat yang
digunakan harus diketahui fungsi dan cara pemakaian atau penggunaannya karena hal
itu sangat berpengaruh terhadap jalannya percobaan. Dengan adanya pengenalan alatalat maka diharapkan percobaan.Percobaan selanjutnya dapat bejalan dengan baik.
Alat- alat tersebut antara lain gelas benda, gelas penutup jarum preparat, jarum enten,
jarum ose, drigalski, pipet tetes, pipet ukur, pipet volume, cawan petri, erlenmeyer,
water bath, otoklaf, dan mikroskop electron, Shaker, Pipet Mikro, Enkcas, Oven,
Sentripugasi dan Colony Counter.
Dari hasil praktikum dapat diketahui fungsi dari masing-masing alat serta
prinsip kerjanya. Gelas benda berfungsi sebagai tempat meletetakkan objek yaang
akan diamati dibawah mikroskop. gelas penutup digunakan untuk menutup objek
yang diletakkan di atas benda. Jarum preparat digunakan untuk menipiskan dan
melepaskan gumpalan-gumpalan objek di atas gelas benda. Jarum enten digunakan
untuk menipiskan objek yang ada di atas gelas benda. Jarum ose digunakan untuk
mengambil biakan yang berupa suspensi (misalnya suspensi jamur atau bakteri).
Alat lainnya yaitu, drigalski digunakan untuk meratakan penyebaran sel-sel
bakteri maupun spora-spora jamur di atas permukaan media. Pipet tetes digunakan
untuk mengambil cairan sesuai dengan yang diinginkan. Pipet volume merupakan
pipet yang sudah dikalibrasi yang digunakan untuk mengambil larutan dengan tingkat
ketelitian yang tinggi dan spesifik yang jumlahnya sudah pasti. Cawan petri

12

digunakan sebagai wadah bahan yang berupa larutan dan untuk membiakan sel.
Cawan petri biasanya berpasangan, yang ukurannya agak kecil sebagai wadah dan
yang lebih besar merupakan penutupnya. Inkubator digunakan untuk menginkubasi
pada suhu yang terkontrol dan juga untuk mensterilisasi pada suhu yang tinggi namun
kering.
Water bath merupakan alat pemanas yang digunakan untuk mempertahankan
suhu media agar tidak membeku sebelum dituang ke dalam cawan petri. Otoklaf
berfungsi sebagai alat sterilisasi dengan uap panas bertekanan tinggi. Mikroskop
elektron adalah alat yang digunakan untuk melihat benda berukuran renik atau kecil
dengan berbagai perbesaran dan cahaya yang digunakan yaitu cahaya lampu. Bagianbagian dari mikroskop adalah lensa okuler, tubus, pemutar kasar, pemutar halus, meja
preparat, kondensor, cermin, revolver, lensa objektif, lengan mikroskop, sendi inklasi
(pengatur sudut), penjepit kaca.
Lensa okuler merupakan lensa yang dekat dengan mata pengamat.Lensa
okuler berfungsi untuk membentuk bayangan maya, tegak dan diperbesar. Lensa
objektif yaitu lensa yang berada dekat dengan objek yang akan diamati. Lensa ini
membentuk bayangan nyata, terbalik dan diperbesar. Dimana lensa ini diatur oleh
revolver untuk menentukan perbesaran lensa objektif. Tabung mikroskop (tubus)
yaitu tabung yang berfungsi untuk mengatur fokus dan menghubungkan lensa
objektif dengan lensa okuler. Makrometer (pemutar kasar) berfungsi untuk menaik
turunkan tabung mikroskop secara cepat.

13

Mikrometer (pemutar halus) berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan


mikroskop secara lambat dan bentuknya lebih kecil dari makrometer. Revolver
berfungsi untuk mengatur perbesaran lensa objektif dengan cara memutarnya.
Reflektor terdiri dari dua jenis cermin yaitu cermin datar dan cermin cekung.
Reflektor ini berfungsi untuk memantulkan cahaya dari cermin ke meja objek melalui
lubang yang terdapat di meja objek dan menuju mata pengamat. Cermin datar
digunakan ketika cahaya yang dibutuhkan terpenuhi, sedangkan jika kurang cahaya
maka menggunakan cermin cekung karena berfungsi mengumpulkan cahaya.
Diafragma berfungsi sebagai tempat mengumpulkan cahaya yang masuk. Alat
ini dapat diputar dan dinaik turunkan. Meja preparat berfungsi sebagai tempat
meletakkan objek yang akan diamati. Penjepit kaca berfungsi untuk menjepit kaca
yang melapisi objek agar tidak mudah bergeser. Lengan mikroskop berfungsi sebagai
pegangan pada mikrokop. Kaki mikroskop berfungsi untuk menyangga atau
menopang mikroskop. Sendi inklasi (pengatur sudut) berfungsi untuk mengatur sudut
atau tegaknya mikroskop. Enkcas adalah alat yang digunakan untuk pengerjaan
medium baik berupa isolasi mikroba maupun pemindahan media dari suhu wadah ke
wadah lainnya.

14

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat ditarik
kesimpulan dari parktikum ini yaitu :
1. Alat-alat yang terdapat di laboratorium mikrobiologi mempunyai bentuk dan
fungsi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, praktikan dituntut untuk mengenal
dan mengetahui semua alat-alat yang digunakan.
2. Alat-alat di laboratorium mikrobiologi terbagi atas alat-alat gelas, alat sterilisasi,
alat pengerjaan mikroba, alat pencampur, dan pemisah bahan kimia.
3. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum antara lain gelas benda, gelas preparat,
jarum preparat, jarum enten, jarum ose, pipet tetes, pipet ukur, pipet volume,
cawan petri, erlenmeyer, inkubator, water bath, otoklaf, dan mikroskop.
4. Penggunaan alat laboratorium mikrobiologi harus secara teliti dan cara yang
steril.
5. Kehati-hatian dalam melakukan pengamatan dalam menggunakan alat-alat
laboratorium sangat diperlukan untuk menghindari kecelakaan dalam bekerja.

15

ACARA II
MORFOLOGI JAMUR BENANG
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jamur benang dapat membentuk miselium dan berbagai bentuk spora. Hal ini
dipisahkan berdasarkan spora seksualnya, sebagai contoh Ascomycetes membentuk
spora seksual dalam struktur tertentu yang disebut askus, sedangkan basidiomycetes
membentuk spora seksual dalam basidium. Selain bentuk spora seksual, morfologi
dan penataan spora aseksual juga membantu dalam identifikasi kapang atau jamur
benang. Morfologi dan penataan spora aseksual berperan dalam identifikasi jamur
karena keragamannya.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui morfologi beberapa jamur
benang baik secara mikroskop maupun mikroskopis dan membedakan jamur benang
satu dengan yang lainnya.

16

TINJAUAN PUSTAKA
Jamur benang merupakan jamur yang terdiri atas massa benang yang
bercabang-cabang yang disebut mesilium. Miselium tersusun dari hifa (filamen) yang
merupakan benang-benang tunggal, berdasarkan bentuk hifanya, hifa jamur dibagi
menjadi dua macam, yakni hifa tidak bersepta dan hifa bersepta. Hifa yang bersepta
merupakan ciri dan jamur tingkat tinggi atau bumy cettes sedangkan hifa yang tidak
bersepta merupakan ciri jamur tingkat rendah(Sumarsih, 2008).
Jamur dapat berkembang biak secara aseksual dan secara seksual. Pada jamur
tingkat rendah, pembentukan secara aseksual terbentuk melalui dua cara, yakni secara
aseksual terbentuk sebagai hasil pembelahan inti berulang-ulang. Misalnya spora
yang terbentuk dalam sporangium. Spora ini disebut dengan sporangiospora. Pada
jamur tingkat tinggi, terbentuk spora yang diebut konidia. Konidia tebentuk pada
ujung kondidikor, terbentuknya dari ujung hifa atau dari konidia yang telah terbentuk
sebelumnya (Anonim, 2010).
Kelas phycomycettes merupakan kelas jamur benang.Jamur ini mempunyai hifa
yang tidak bersepta. Sel vegetatif multinukleat atau disebut

thullus seonostik.

Potongan hifa dan menghasilkan menghasilkan spora aseksual dalam sporangium.


Sedangkan secara seksual, ada 2 jenis spora yaitu auspora dan zygospora. Adapun
yang termasuk jenis zygospora adalah Rhyzopus sp. Sedangkan jamur Aspergillus sp

17

dan Penicillium sp termasuk dalam kelas ascomy cettes yaitu jamur yang bercirikan
mempunyai hifa yang bersepta dan dapat membentuk kondispor (Alfian, 2009).
Jamur tesarium pada medium PDA mula-mula Misellium berwarna putih, semakin
tua warnanya semakin krem atau kuning pucat dan dalam keadaan tertentu warna
merah muda agak ungu. Misellium bersekat membentuk percabangan (Sattahidayat,
2007).
Didalam populasi mikroba tidak terpisah sendiri menurut jenisnya,tetapi berdiri
dari berbagai macam campuran Dari sel. Didalam beberapa Laboratorium populasi
bakteri ini dapat di isolasi menjadi kultur murni yang terdiri dari suatu jenis yang
biasa di pelajari dengan nama morfologi, sifat dan kemampuan biokimianya
(Purwoko, 2009).

18

PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 22 November 2012 bertempat di
Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Mataram.
Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas benda,
gelas penutup, pipet tetes, jarum ent, lampu Bunsen, jarum preparat, dan
mikroskop.
b. Bahan-bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah alkohol,
air, biakan jamur Penicillium sp., Fusarium sp., dan medium laktofenol.
Cara Kerja
1. Bersihkan gelas benda dan gelas penutup dari lemak dan debu.
2. Diteteskan air dibagian tengah gelas benda dengan pipet tetes.
3. Diambil jarum eten, dipanaskan ujungnya sampai merah setalah itu dipanaskan
4.
5.
6.
7.

lagi, digeser ke atas dan ke bawah.


Dimasukan kedalam aldehid. Setelah itu dipanaskan lagi.
Didingikan dekat lampu bunsen.
Diambil biakan , diletakan diatas gelas benda yang sudah ditetesi dengan air.
Digunakan jarum preparat dua-duanya untuk disebar digelas benda.

19

8. Dipanaskan lagi jarum preparat.


9. Dimasukan kedalam alkohol.
10. Diambil gelas penutup dan ditutup biakan dengan gelas penutup.
11. Diambil dan digambar dibawah mikroskop.

HASIL PENGAMATAN
Tabel 2.1. Hasil Pengamatan Morfologi Jamur
GAMBAR

KETERANGAN

20

1. Fusarium sp

2. Penicillium sp

3. Aspergillus sp

1. Konidia
2. Mitokondria
3. Hifa
4. Matoda
Fusarium sp ini bersekat, berbentuk panjang
lonjong seperti bulan sabit dan warnanya
hitam keabuan dan gambar diambil dengan
perbesaran 10 x 40

1. Sporangium
2. Stolon
3. Sporangiospora
4. Perbesaran 10 x 40
Mucor sp memiliki
sporangium,sporangiospora,dan stolon.
Hanya ditemukan pada pengamatan
kelompok 12. Warnanya didapatkan keabuabuan memiliki stolon seperti akar.
1.
2.
3.
4.
5.

Konidia
Sterigmata
Konidifor
Vesikula
Perbesaran 10 x 40

21

4. Trichoderma sp

1. Konidia
2. Sekat
3. Perbesaran 10 X 40
Trichoderma sp mempunyai warna yang
gelap dan mempunyai hifa yang bersekat.

22

PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini ada empat jenis spesies jamur yang diambil dari biakan
murni, yaitu Aspergillus sp., Fusarium sp., Penicillium sp. ,dan Trichoderma sp.
Masing-masing jamur tersebut diamati bagian-bagiannya menggunakan mikroskop
elektron dengan masing-masing perbesaran 10 x 40. Pertama-tama diambil miselium
dari biakan murni jamur dengan jarum preparat dan diletakkan di atas tetesan aquades
pada gelas benda yang disterilkan. Prinsip kerja dari pengamatan jamur dari biakan
murni ini yaitu bekerja dengan teliti dan steril dengan cara mendekatkan preparat
dengan nyala api.
Jamur pertama yang diamati yaitu Fusarium sp. Dengan ciri yang khas
berbentuk seperti bulan sabit dan berwarna ros tuadengan type merah muda.
Fusarium ini memiliki bagian-bagian yang terdiri dari konidia, mikrokonidia,
konidiofor dan hifa yang bersekat. Beberapa spesies Fusarium merupakan patogen
pada tanaman yang dapat menyebabkan penyakit hawar yang menyerang gandum.
Karena Fusarium sp. merupakan patogen tular tanah yang termasuk parasit lemah.
Jamur Aspergillus sp. adalah jamur yang berperan penting dalam medis dan
secara komersial. Dengan bentuk seperti korek api dan berwarna hijau dibawah
mikroskop berwarwa bening hitam, dan hifa yang tidak bersekat. Jenis Aspergillus
wentii digunakan oleh manusia dalam memproduksi minuman yang beralkohol. Dan
pada jenis Aspergillus oryzae digunakan untuk memecah pati menjadi gula sederhana.

23

Namun pada jenis lain ada yang menyebabkan penyakit pada manusia seperti
Aspergillus fumigatus yang menyebabkan penyakit alergi.
Trichoderma sp memiliki warna koloni hijaun, hifa tidak bersekat di bawah
mikroskop menjadi agak sedikit berwarna hitam, pada saat pengamatan yang
dilakukan dengan Mikroskop di gunakan perbesaran 40 x 10 untuk meneliti jenis
jamur Trichoderma sp bentuk biakan berdiri sendiri membentuk menyerupai
daundengan masing-masing koloni terdapat tiga buah konidi. adapun organ-organ
yang ada di dalamnya adalah konidia, sterigmata, dan konidiofor.
Penicillium sp berwarna hijau kebiruan, susunan konidinya menyerupai sapu
terdapat branchia percabangan yang dekat dengan konidiofor. Adapun nama-nama
organ yang terdapat pada Penicillium sp adalah konidia, sterigmata, metula, bronchia
percabangan, konidiofor dan sel kaki. Pada saat pengamatan tidak ditemukan kepala
atau pangkal dari sel jamur Penicillium sp karena pada saat biakan di ambil dengan
menggunakan jarum ose dan jarum preparat biakan tersebut mengalami kerontokan
karena pengaruh dari cara pengambilan yang kurang tepat.

24

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Secara mikroskopis, morfologi jamur benang (warna) berbeda-beda.
2. Secara mikroskopis, keempat jamur tersebut mempunyai bagian-bagian sel yang
hampir sama, yakni terdapat konidia dan juga sporangiospora.
3. Terjadi perbedaan warna koloni apabila dilihat dengan menggunakan mikroskop
4. Konidia pada Penicillium sp mudah gugur ,jadi harus di lakukan secara hati-hati
apabila melakukan pengambilan
5. Aspergillis sp memiliki ciri khas yaitu ada sel kaki dan vasikula.
6. Penicillium sp pada pengamatan tidak di temukan kepala karena rontok sewakru
pengambilan pada saat pengamatan.

ACARA III
MEDIUM DAN CARA PEMBUATAN MEDIUM

25

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Medium adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai
untuk menumbuhkan mikroba. Selain untuk menumbuhkan mikroba, memperbanyak
isolat, pengujian isolat. Pengujian sifat- sifat fisiologi dan untuk perhitungan jumlah
mikrobia. Nutrien merupakan bahan baku yang digunakan untuk membangun
komponen-komponen seluler dan untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan dalam
proses kehidupan sel. Jenis nutrisi mikroorganisme sangat beragam, mikroorganisme
memerlukan kebutuhan dasar yaitu seperti air, karbon, energy, mineral dan faktor
tumbuh. Pada praktikum kali ini dibuat beberapa macam

media yaitu Potato

Dextrose Agar (PDA), Nutient Agar (NA) dan Tauge cair (TC). Di dalam pembuatan
medium, diperlukan ketelitian dalam menimbang bahan-bahan yang akan digunakan.
Selain itu, dalam proses pemanasan, juga harus mengaduknya dengan perlahan-lahan
sampai semua bahan larut dan homogen.

Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk membuat medium dasar bakteri, untuk
membuat medium dasar jamur dan khamir.
TINJAUAN PUSTAKA

26

Medium adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai
untuk menumbuhkan mikroba. Selain untuk menumbuhkan mikroba, memperbanyak
isolat, pengujian isolat, pengujian sifat-sifat fisiologi dan untuk perhitungan jumlah
mikrobia (Anonim, 2008).
Bila digunakan media cair, sel-sel mikroba sulit dipisahkan secara individu
karena terlalu kecil dan tidak tetap tinggal ditempatnya. Akan tetapi bila sel-sel
tersebut dipisahkan dengan cara pengenceran, kemudian ditumbuhkan dalam media
padat dan dibiarkan membentuk koloni, maka sel-sel tersebut selanjutnya dapat
diisolasi dalam tabung-tabung reaksi atau cawan petri yang terpisah. Isolasi mikroba
dapat dilakukan dengan empat cara yaitu goresan, taburan, sebaran, dan tusukan
(Dwijoseputro, 2007).
Bentuk tubuh bakteri itu dipengaruhi oleh keadaan medium dan oleh usia.
Maka untuk membandingkan bentuk serta besar kecilnya mikroba itu perlulah
diperhatikan bahwa kondisi bakteri itu harus sama, penyinaran oleh sumber cahaya
apapun harus sama, dan usia piaraan harus sama.

Pada umumnya, bakteri dari

piaraan yang masih muda yaitu 6 sampai 12 jam, itu tampak lebih besar dari pada
bakteri berasal dari koloni yang lebih tua (Arthur, 1991).
Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan dari satu jenis mikroba
dengan mikroba yang lain yang berasal dari bermacam-macam campuran mikroba.
Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkan dalam media padat, karena dalam
media padat sel-sel akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya. Jika

27

sel-sel tersebut tertangkap oleh media padat pada beberapa tempat yang terpisah,
sehingga memudahkan pemisahan selanjutnya (Sutedja, 1991).
Agar miring stant agar adalah media agar dalam tabung reaksi ysng
diletakkan miring pada waktu pendinginan. Isi tabung yang diletakkan demikian agar
mengeras dengan permukaan miring, sehingga mudah diinokulasi dengan jarum
inokulasi atau ose. Agar miring ini merupakan salah satu cara yang mudah untuk
kulturisasi mikroba, terutama bersifat aerob dan fakultatif anaerob ciri khas dari
biakan seperti pembantukan pigmen, akan segera terlihat pada biakan miring
(Suriawiria, 1986).
Pada umumnya semua media untuk pertumbuhan mikroba terdapat dalam dua
bentuk yaitu media cair Broth media dan media padat solid media. Suatu cara yang
mudah dan umum dilakukan untuk membuat media padat adalah dengan cara
menambahkan suatu zat pemadat pada medium cair yang kemudian akan memadat
bila telah dingin. Zat pemadat yang paling umum digunakan adalah agar, yaitu
senyawa yang diperoleh dari ganggang laut dan tersedia dalam bentuk kering dan
sudah dimurnikan (Pelzar dan Chan, 1986).

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

28

Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 29 Desember 2012

di

Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas


Mataram.
Alat dan Bahan Praktikum
a .Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan untuk praktikum kali ini adalah Kompor listrik,
Pengaduk, Erlenmeyer, Pisau, Kain saring bersih, Tabung reaksi, Timbangan. Kertas
saring.

b.Bahan-bahan Praktikum.
Ekstrak daging 3 gram, Pepton 5 gram, Agar 20 gram, Kentang 200 gram,
Dextrose 200 gram, Tauge 100 gram, Sukrose 60 gram, Aquades 1000 ml,

Prosedur Kerja
1.Pembuatan Medium Nutrient Agar (NA)
1. Disediakan Alat dan Bahan yang digunakan.
2. Dilarutkan bahan-bahan pembuat NA dalam 1000 ml air suling sampai
homogen dan secara berturut-turut dalam Erlenmeyer, yang air sulingnya
dipanaskan atau dididihkan lebih dulu.

29

3. Dimasukkan ekstrak daging, setelah air mendidih dan diaduk sampai merata
atau homogen dan dibiarkan hingga mendidih.
4. Dimasukkan pepton sebanyak 5 gr diaduk sampai lebur, kemudian di
panaskan diatas kompor listrik sampai mendidih dan diaduk rata.
5. Diturunkan dan dimasukkan agar sebanyak 4 gr dipanaskan sampai hancur
atau mencair sambil diaduk-aduk hinga mendidih, setelah agar hancur atau
mendidih dan dalam keadaan panas medium tersebut disaring dengan kain
saring yang bersih kedalam labu erlenmeyer dan apabila medium kurang dari
keperluan (1000 ml) maka, ditambahkan air suling yang hilang selama
pemanasan hingga mencapai volume 1000 ml setelah larut secara homogen.
6. Ditutup dengan kapas dan dilapisi dengan kertas serta diberi label nama
medium dan tanggal pembuatannya.
7. Dicatat hasil perubahan warna sebelum dan sesudah dicampurkan media dan
bahan lainnya.

2.Pembuatan Medium Potato Dextrose Agar (PDA)


1. Dicuci dan dikupas kentang, kemudian dipotong-potong seperti dadu dengan
ukuran 1 x 1.
2. Direbus dengan air suling sampai kentang benar-benar empuk (

45 menit).

3. Disaring dengan kain saring bersih dan diatur volumenya hingga 1000 ml.

30

4. Ditambahkan agar-agar sedikit demi sedikit sambil diaduk dan dipanaskan


hingga agar-agar mencair dan larut.
5. Ditambahkan dextrose sedikit demi sedikit sambil di aduk dan dipanaskan
hingga larut.
6. Diturunkan kemudian air yang hilang ditambahkan sampai volume 1000 ml.
7. Ditutup dengan kapas dan dilapisi dengan kertas serta diberi label nama
medium dan tanggal pembuatannya.
8. Dicatat hasil perubahan warna sebelum dan sesudah dicampurkan media dan
bahan lainnya.

3.Pembuatan Medium Tauge Cair (TC)


1. Direbus tauge dengan air suling 100 ml sampai mendidih dan lunak.
2. Disaring dan diambil ekstraknya.
3. Ditambahkan sukrosa dan direbus kembali sambil di aduk sampai semua
sucrose larut.
4. Diganti air suling yang hilang selama pemanasan hingga volume menjadi
semula (1000 ml).
5. Ditutup dengan kapas dan dilapisi dengan kertas serta diberi label nama
medium dan tanggal pembuatannya.

31

6. Dicatat hasil perubahan warna sebelum dan sesudah dicampurkan media dan
bahan lainnya.

32

HASIL PENGAMATAN
Tabel 3.1. Hasil Pembuatan Berbagai Medium
N
MEDI
BAHAN
HASIL PENGAMATAN
O
1

A
NA

PDA

TC

Aquades 200 ml

Berwarna Bening

Ekstrak Daging

Coklat bening seperti Teh

3 gram

Coklat

Agar 1 gram

Coklat dan semakin kental

Pepton 4 gram
Air Suling

berwarna Coklat.
Berwarna Bening

Kentang

Kuning Bening

Dexstrose

Kuning Bening

Agar
Air Suling

Kuning Beningdan semakin kental.


Berwarna Bening

Tauge

Kuning Bening

Sukrosa

Kuning bening dan kental

PEMBAHASAN

33

Medium adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai
untuk menumbuhkan mikroba. Selain untuk menumbuhkan mikroba, memperbanyak
isolat, pengujian isolat. Pengujian sifat- sifat fisiologi dan untuk perhitungan jumlah
mikrobia. Pada praktikum kali ini dibuat beberapa macam

media yaitu Potato

Dextrose Agar (PDA), Nutrient Agar (NA) dan Tauge cair (TC)
Potato

Dextrose

Agar

(PDA),

merupakan

media

yang

digunakan

menumbuhkan atau mengidentifikasi yeast dan kapang dapat juga digunakan untuk
enumerasi yeast dan kapang dalam suatu sampel atau produk makanan. Pada hasil
pengamatan praktikum yang kami lakukan, volume air Potato Dextrose inkan (200
Agar (PDA) berkurang dari 1000 ml, kekurangan volume air ini disebabkan karena
proses pemanasan air tersebut sehingga ditambahkan air suling untuk mencukupi
volume yang diinginkan (1000 ml) dan dilakukan proses penyaringan didalam
erlenmeyer untuk mengambil ekstraknya dari media kentang dan dilakukan proses
pemanasan lagi agar air yang ditambahkan tercampur dan diaduk sampai merata atau
hingga homogen. Adapun fungsi dari bahan yang digunakan seperi Agar-agar
berfungsi untuk memadatkan medium Potato Dextorse Agar (PDA), Dextorse
berfungsi sebagai sumber energy dan gula,dan kentang banyak mengandung sumber
karbohidrat vitamin dan energy.Kentang yang dipotong dadu bertujuan agar senyawa
karbon pada kentang dapat keluar dan menyatu dengan air sehingga menjadi
kaldu,dan semakin kecil permukaan maka semakin besar daya osmosisnya.

34

Medium pembuatan Nutrient Agar (NA), merupakan medium umum untuk uji
air dan produk dari, NA juga digunakan untuk pertumbuhan bakteri dari
mikroorganisme yang tidak selektif atau mikroorganisme heterotrof. Nutrient Agar
termasuk medium semi alamiah karena tersusun atas bahan alami (daging) dan
sintesis (pepton dan Agar) . Pada hasil pengamatan praktikum yang kami lakukan,
volume air nutrien agar berkurang dari 1000 ml, kekurangan volume air ini
disebabkan karena proses pemanasan air tersebut sehingga ditambahkan air suling
untuk mencukupi volume yang diinginkan (1000 ml) dan dilakukan proses
pemanasan lagiagar air yang ditambahkan tercampur dan diaduk sampai merata. Awal
pengamatan Nutrient Agar (NA) berwarna coklat setelah dipanaskan dalam penangas
air selama 5 menit dan ditambahkan pepton Nutrient Agar menjadi berwarna coklat,
kemudian dipanaskan lagi dan ditambahkan Agar sedikit demi sedikit terjadi
perubahan warna menjadi coklat agak kental. Adapun fungsi dari bahan yang
digunakan seperti daging berfungsi sebagai sumber vitamain B,mengandungnitrogen
organic dan sebagai senyawa karbon. Agar berfungsi sebagai memadatkan medium
Nutrient Agar (NA), dan pepton berfungsi sebagai sumber utama nitrogen organic
dan sumber nutrisi,karena pepton merupakan produk hidrolisis protein,nabati dan
hewani.
Medium Tauge Cair (TC), merupakan medium pertumbuhan khamir dan
kapang khususnya adapun fungsi dari bahan yang digunakan seperti tauge berfungsi
sebagai sumber vitamin, nitrogen organic dan senyawa karbon, sukrosa berfungsi

35

sebagai sumber gula dan energidan agar berfungsi sebagai memadatkan medium
Tauge Cair (TC). Dan agar mikroorganisme tumbuh dengan baik yang perlu
diperhatikan yaitu pH, Air, Suhu, Kadar Air dan tekanan osmotik serta kandungan
karbondioksida.
Di dalam pembuatan medium, diperlukan ketelitian dalam menimbang bahanbahan yang akan digunakan. Selain itu, dalam proses pemanasan, juga harus
mengaduknya dengan perlahan-lahan sampai semua bahan larut dan homogen.
Medium-medium ini memiliki fungsi atau kegunaan yang berbeda-beda.
Potato Dextrose Agar (PDA) dan Tauge Cair (TC) digunakan sebagai medium dasar
pertumbuhan jamur. Sedangkan Nutrient Agar (NA) dan Nutrient Cair (NC)
digunakan sebagai medium dasar pertumbuhan bakteri.

36

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Perbedaan warna yang dihasilkan pada setiap medium baik PDA, NA dan TC,
dipengaruhi oleh bahan-bahan yang digunakan.
2. Setiap medium memiliki fungsi yang berbeda-beda sebagai medium tempat
pertumbuhan mikroba.
3. Kegunaan dari Potato Dextrose Agar (PDA) dan Tauge Cair (TC) adalah
digunakan sebagai medium dasar pertumbuhan jamur, sedangkan Nutrient
Agar (NA) digunakan sebagai medium dasar pertumbuhan bakteri.
4. Didalam pembuatan medium, dibutuhkan ketelitian dalam menimbang bahanbahan yang akan digunakan dan selama proses pemanasan harus
mengaduknya dengan perlahan-lahan agar semua bahan larut dan homogen.
5. Medium adalah suatu bahan yang di terdiri atas nutrisi yang dipakai untuk
menumbuhkan mikroba.

37

ACARA IV
MORFOLOGI SEl KHAMIR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Khamir dapat lebih bertahan dalam keadaan alam sekitar yang tidak
menguntungkan dibandingkan dengan jasad renik lainnya. Khamir dapat tumbuh
dalam suatu substrat atau medium berisikan konsentrasi gula yang dapat menghambat
pertumbuhan kebanyakan bakteri. Khamir bersifat fakultatif, artinya mereka dapat
hidup dalam keadaan aerobik maupun anaerobik.

Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari perbedaan
morfologi dari masing-masing sel mikroba. Mengenal bermacam-macam morfologi
sel, membedakan sel yang mati dan yang hidup dan menghitung persentase kematian
khamir.

38

TINJAUAN PUSTAKA
Khamir merupakan fungi yang tidak berfilamen dan bereproduksi melalui
pertunasan dan pembelahan sel. Bentuk koloni khamir sering kali mirip bakteri.
Khamir digunakan untuk membuat roti dan anggur, namun ada juga khamir yang
dapat menimbulkan penyakit (Lay, 1994).
Sel khamir mempunyai ukuran yang bervariasi, yaitu dengan panjang 1-5 m
sampai 20-50m dan lebar 1-10 m. Bentuk sel khamir bermacam-macam yaitu
bulat, oval, silinder, ogival yaitu bulat panjang dengan satu ujung runcing, segitiga
melengkung (triangular), berbentuk botol, bentuk apikular atau lemon, membentuk
Pseudomiselium dan sebagainya. Sel vegetatif yang berbentuk apikular atau lemon
merupakan karakteristik grup khamir yang ditemukan pada tahap awal fermentasi
alami buah-buahan dan bahan lain yang mengandung gula (Fardiaz, 1992).
Banyak khamir yang tergolong kelas Ascomycetes karena membentuk
ascospora pola sederhana pembentukan ascospora tampak pada daur hidup khamir
yang tergolong Schizosaccharomyces. Secara aseksual, genus ini memperbanyak diri
melalui pembelahan diri melintang. Khamir lain dalam kelas ini seperti khamir
Saccharomyces cereviseae (digunakan untuk membuat roti, anggur dan bir),
memperbanyak diri dengan aseksual dengan bertunas. Morfologi khamir sangat
beragam. Reproduksi aseksual pada Ascomycetes berfilamen adalah dengan
pembentukan konidia dalam jumlah yang besar (Dwidjoseputro, 1987).

39

Khamir mempunyai bentuk dan ukuran sel yang bervariasi tergantung pada
jenisnya. Bentuk-bentuk khamir antara lain berbentuk seperti jamur, berbentuk bulat,
batang, silinder, dan ada juga yang berbentuk oval. Khamir dapat digunakan dalam
berbagai industri seperti fermentasi yaitu dalam pembuatan roti dan minuman keras.
Selain itu dapat digunakan sebagai obat-obatan dan sebagai protein sel tunggal
(Imam, 1999).
Cendawan mampu memanfaatkan berbagai macam bahan untuk gizinya.
Sekalipun demikian, mereka itu heterotrof. Berbeda dengan bakteri, mereka itu tidak
dapat menggunakan senyawa karbon anorganik seperti misalnya karbondioksida.
Karbon harus berasal dari sumber organik, misalnya glukosa (Kimball, 1999).

40

PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis 6 Desember 2012 di
Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Mataram.
Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan yaitu gelas benda, gelas penutup, jarum
ose, dan mikroskop.
b. Bahan-bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu biakan murni khamir 24 jam dan
48 jam, larutan cat methylen blue 1 %.

Prosedur Kerja
Pengecatan Sederhana
1

Dibersihkan gelas benda dan gelas penutup sehingga bebas dari lemak dan
debu.

Diambil satu tetes larutan cat methylene blue 1% dan diletakkan ditengahtengah gelas benda.

41

Diambil satu ose biakan murni khamir secara aseptik yang berumur 24 jam,
diletakkan diatas gelas benda yang telah diberi methylene blue dan dicampur.

Diletakkan gelas penutup diatas bahan yang sudah dicat tersebut, dijaga agar
pada waktu gelas penutup diletakkan jangan sampai terbentuk gelembung
udara didalam preparat.

diamati dengan mikroskop, mula-mula dengan perbesaran lemah kemudian


dengan perbesaran sedang. Dibedakan antara sel khamir yang hidup dan yang
mati.

Untuk menentukan persentase kematian khamir, dihitung sel yang mati (A)
dan sel khamir yang hidup (B) dalam satu bidang pandang, kemudian dihitung
persentase kematiannya.

Diulang pekerjaan 1 sampai dengan 6 dengan menggunakan khamir yang


berumur 24 jam dan 48 jam.

42

HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Hasil Pengamatan
Table 4.1 Pengamatan khamir 24 jam dan 48 jam
Gambar
Keterangan
Khamir 24 jam

Perbesaran : 40 x 10
Sel khamir yang mati akan
berwarna biru
Sel khamir yang hidup tidak
berwarna (transparan)
Berbentuk bulatan dengan
cara bergandeng

Khamir 48 jam
-

Tabel 4.2. Hasil Pengamatan Khamir 24 Jam


Bidang

Perbesaran : 40 x 10
Sel khamir yang mati akan
berwarna biru
Sel khamir yang hidup tidak
berwarna (transparan)
Berbentuk bulatan dengan
cara bergandeng

Total

Rata-rata

43

Sel mati
(A)
Sel Hidup
(B)

1
36

2
31

3
13

4
71

5
27

178

35,6

11

32

32

15

95

19

Perhitungan

% kematian

rerataA
X 100%
rerataA rerataB

35,6
X 100%
35,6 19
= 65,2 %

Tabel 4.3. Hasil Pengamatan Khamir 48 Jam


Bidang
1
2
3
4
5
Sel mati
4
3
2
5
7
(A)
Sel hidup
5
9
12
6
6
(B)
Perhitungan

% Kematian

rerataA
X 100%
rerataA rerataB

4,2
X 100%
4,2 7,6
= 35,59 %

Total

Rata-rata

21

4,2

38

7,6

44

PEMBAHASAN
Praktikum ini, diamati morfologi sel khamir dan beberapa cara pengecatan
morfologi sel khamir, dilakukan dengan cara pengecatan sederhana, Pengecatan
sederhana yang dilakukan pada sel khamir yang berumur 24 jam dan 48 jam dengan
menggunakan larutan cat Methylen Blue, bertujuan untuk bedakan sel khamir yang
hidup dan sel khamir yang mati dan menghitung persentase kematian sel khamir.
Dengan menggunakan sistem pengecatan ini dapat dibedakan sel khamir yang hidup
dan sel khamir yang mati . Apabila sel khamir hidup warnanya adalah transparan hal
ini di sebabkan karena membran selnya bersifat selektif per meable, sehingga tidak
semua zat mudah berfusi kedalam sel hidup. Dan apabila sel mati warnanya adalah
biru hal ini disebabkan karena daya selektif membrane sel yang mudah mati akan
berkurang bahkan sampai hilang. Hal ini akan membuat semua sel bebas masuk
kedalam termasuk cat Methylen Blue. Jika cat tersebut berhasil berfusi masuk
kedalam sel maka warna sel tersebut berubah menjadi biru. Pewarnaan sederhana
merupakan pewarna yang paling umum di gunakan karena hanya digunakan satu
jenis cat warna untuk mewarnai mikroorganisme. Kebanyakan mikroba telah bereaksi
dengan pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofil (suka akan basa).
Zat-zat yang digunakan untuk pewarna sederhana umumnya bersifat alkalin
(komponen kromofornya bersifat positif ).
Fase pertumbuhan mikroba di awali dengan fase adaptasi, adalah fase dimana
tidak terjadi pembelahan. Fase kematian adalah fase dimana seluruh proses

45

pembelahan berhenti total dan terkadang berlanjut ke proses lisis yang menyebabkan
berkurangnya mikroba fase ini terjadi karena telah kehabisan nutrient. Decline fase
adalah fase yang berada di atas fase kematian di mana pada fase ini proses
pembelahan mikroba mengalami perlambatan yang disebabkan karena kurangnya
nutrisi pada medium, jika berlangsung lama maka fase ini akan berlanjut pada fase
kematian. Pada fase stasioner populasi sel tetap karena sel yang tumbuh sama dengan
sel yang mati. Ukuran sel pada fase ini menjadi lebih kecil karena sel tetap membelah
diri meskipun sel-sel nutrisi sudah habis. Pada fase ini sel lebih tahan yerhadap
keadaan ekstrim seperti panas, dingin, radiasi dan bahan-bahan kimia.
Berdasarkan hasil pengamatan dari biakan khamir yang berumur 24jam dan
khamir yanmg berumur 48jam, khamir terlihat memiliki bentuk bulat telur (elips).
Pengamatan khamir menggunakan pewarna methylene blue berfungsi memberikan
kontras pada sel khamir mengenai morfologi sel khamir, untuk membedakan sel
khamir yang mati berwarna biru dan sel khamir yang hidup berwarna transparan.
Khamir yang berumur 24 jam dan 48 jam di sebabkan karena methylene blue bersifat
toksis bagi khamir. Khamir yang berumur 48 jam tidak dapat mentolerir larutan
methylene blue dari pada khamir yang berumur 24 jam sehingga lebih banyak khamir
yang mati. Pada fase ini khamir menuju fase kematian karena sebagian populasi
mikroba mengalami kematian yang di sebabkan kareana nutrisi sudah habis dan
energy cadangan sudah habis. Kecepatan kematian ini tergantung pada kondisi
nutrient, lingkungan dan jenis mikroba.

46

kecepatan pertumbuhan sel khamir pada jam ke-0 sampai 24 jam lebih rentan
daripada jam-jam berikutnya hal ini di sebabkan karena mikroba masih dalam fase
adaptasi (fase log) dimana sel masih beradaptasi dengan kondisi lingkungannya dan
mikroba merombak substrat menjadi nutrisi untuk pertumbuhannya. Pada khamir 24
jam dan 48 jam terlihat adanya percepatan pertambahan sel mikroba. Hal ini
menandalan bahwa telah memasuki fase eksponensial. Pada fase ini khamir
bereproduksi denagn membentuk tunas. Setalah 48 jam sel khamir memasuki fase
kematian yang ditandai dengan jumlahnya semakin menurun karena metabolit
sekunder (bioetanol) yang bersifat racun bagi khamir. Hal ini menyebabkan sel
khamir 48jam lebih banyak yang mati dari pada sel khamir 24 jam.

47

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat di tarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Persentase kematian sel khamir yang berumur 48 jam lebih rendah dari sel
khamir yang berumur 24 jam.
2. Sel khamir yang berwarna biru merupakan sel khamir yang mati, sedangkan
sel khamir yang berwarna transparan merupakan sel khamir yang hidup.
3. Sel khamir 48jam lebih banyak yang mati dari pada sel khamir 24 jam.
4. Sel khamir yang berumur 24 jam dan 48 jam dengan menggunakan larutan cat
Methylen Blue, bertujuan untuk membedakan sel khamir yang hidup dan sel
khamir yang mati dan menghitung persentase kematian sel khamir.
5. Khamir yang berumur 48 jam tidak dapat mentolerir larutan methylene blue
dari pada khamir yang berumur 24 jam sehingga lebih banyak khamir yang
mati

ACARA V

48

PENGECATAN BAKTERI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu basil (tongkat), kokus, dan spirilum.
Bakteri yang berbentuk tongkat maupun kokus dibagi menjadi beberapa macam. Pada
bentuk basil pembagiannya yaitu basil tunggal, diplobasil, dan tripobasil. Sedangkan
pada kokus dibagi monokokus (satu buah bakteri berbentuk kotak), diplococcus,
sampai Staphylococcus (bentuknya mirip buah anggur). Khusus pada spirul hanya
dibagi 2 yaitu setengah melengkung dan tidak melengkung. Bakteri juga dapat
dibedakan melalui teknik pewarnaan gram. Teknik pewarnaan gram tersebut dapat
menghasilkan warna merah dan ungu. Bakteri gram negatif ditandai dengan
pewarnaan ungu sedangkan yang positif berwarna merah.Teknik pewarnaan gram
haruslah sesuai prosedur karena dapat mengakibatkan kesalahan identifikasi data
apakah gram positif atau gram negatif sehingga diperlukan adanya praktikum ini
dilakukan agar mengetahui jalannya mekanisme pewarnaan gram.

Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikun ini adalah mempelajari cara pengecatan spora,
untuk melihat bentuk dan letak spora bakteri.

49

TINJAUAN PUSTAKA

Bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu
lipoposakarida (lipid) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai
dengan safranin akan berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding
sel berupa peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet, poripori dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding sel
tetap menahan warna biru (Fitria, 2009).Sel bakteri gram positif mungkin akan
tampak merah jika waktu dekolorisasi terlalu lama. Sedangkan bakteri gram negatif
akan tampak ungu bila waktu dekolorisasi terlalu pendek (Fitria, 2009).
Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil ungu
sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di
bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram negatif akan berwarna merah muda.
Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan pada
perbedaan struktur dinding sel bakteri (Aditya,2010).
Pewarnaan tahan asam yang umum digunakan adalah pewarnaan Zieh
Neelson dengan pewarna utama karbol fuksin dengan pemanasan dan pewarna
tandingan metilen blue Loeffler. Perlakuan panas tersebut diganti dengan penggunaan
pembasah yaitu suatu deterjen untuk mengurangi tegangan permukaan lemak, untuk
menjamin penetrasi.Pewarna yang mengandung pembasah ini disebut pewarna
Kinyoun (Purwoko, 2010).

50

Pewarnaan Gram adalah pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan


paling banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi, karena merupakan
tahapan penting dalam langkah awal identifikasi.Pewarnaan ini didasarkan pada tebal
atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya lapisan
lemak pada membran sel bakteri.Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan gram dibagi
menjadi dua yaitu gram positif dan gram negatif.Bakteri gram positif memiliki
dinding sel yang tebal dan membran sel selapis. Sedangkan baktri gram negatif
mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara dua lapis membran sel
(Manurung, 2010).

51

PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 22 november 2012 di
Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Mataram.
Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat- alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas benda, ose,
lampu spritus, mikriskop,.
b. Bahan-bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah biakan murni
Bacillus sp dan Penicillium sp berumur 24 jam,larutan gram A, gram B, gram C,
dan gram D, biakan Bacilus berumur 48 jam, air steril, larutan Kristal ungu atau
tinta cina.
Prosedur Kerja
a. Pengecatan Negatif
1. Dibersihkan gelas benda dengan alcohol sehingga bebas lemak dan debu,
lewatkan diatas nyala api ( lampu spritus ) hingga kering kemudian
dikeringkan.
2. Diambil suspensi biakan murni masing-masing bakteri secara aseptis dengan
ose dan diletakkan pada permukaan gelas benda.
3. Ditambahkan sati tetes larutan cat nigrosin atau tinta cina pada suspensi
bakteri tersebut dan dicampurkan dengan batang gelas hingga merata.

52

Diratakan campuran dengan batang gelas sehingga bentuk lapisan tipis,


kemudian kering anginkan.
4. Diamati preparat tersebut dangan mikroskop.
5. Digambar preparat bakteri yang tampak dengan latar belakang diarsir.
6. DiPerhatikan bentuk dan ukuran masing- masing bakteri.

b.Pengecatan Gram
1. Dilakukan pekerjaan seperti no.1,2, dan 3 diatas.
2. Setelah didingin tambahkan 2 3 tetes cat utama (gram A) pada permukaan
lapisan sampai menutup lapisan tersebut.
3. Setelah dibiarkan beberapa saat ( 1 menit), lakukan pencucian dibawah air
mengalir dan dikering anginkan.
4. Diteteskan larutan mordan (gram B) dan didiamkan selama 1menit, kemudian
dicuci dengan air mengalir dan dikering anginkan.
5. Dibubuhkan larutan peluntur (gram C) dan dibiarkan selama 20 30 detik,
kemudian dicuci dengan air mengalir dan dikering anginkan.
6. Diberi cat penutup (gram D), didiamkan selama 1 menit kemudian dicuci
dengan air mengalir dan dikering anginkan.
7. Diamati dengan mikroskop pembesaran (10 x 40).
8. Digambar dan diberi keterangan bakteri yang tampak serta perhatikan bentuk
sel, warna dan reaksi pengecatan.

53

HASIL PENGAMATAN
Table 5.1. Hasil Pengamatan Pengecatan dan Morfologi Bakteri
Gambar
Keterangan
- - Pengecatan Negatif : Bacillus sp.
- Perbesaran : 40 x 10
- Sel bakteri berbentuk
batang dengan ujung akar
melengkukng, sehingga
bentuknya hamper sama
dengan dengan kapsul
dan membentuk rantai
dengan sel lainnya.
- Latar belakang preparat
berwarna gelap.
- Sel bakteri tidak berwarna
(transparan).

54

Pengecatan Gram : Bacillus sp.

- Pengecatan Gram : Ralstonia sp.

Perbesaran : 40 x 10
Sel bakteri berbentuk
kapsul
Sel bakteri berwarna ungu
Sel ini termasuk bakteri
gram positif

Perbesaran : 40 x 10
Sel bakteri berbentuk
bulat (kokus)
Sel bakteri berwarna
merah
Bakteri ini termasuk
bakteri gram negatif

55

PEMBAHASAN
Pengecatan sel bakteri, gram ini di lakukan untuk memudahkan pengamatan
sel bakteri. Biakan yang di gunakan pada pengecatan yang negatif yakni biakan
Bacillus sp. dan yang untuk pengecatan gram di gunakan Ralstonia sp. Pengecatan
negatif merupakan pengecatan pada bagian latar belakang gelas benda. Pengecatan
negative di gunakan cat nirgosin. Hasil yang di peroleh yaitu warna bakterinya ungu
dan bentuk batang.Karena bakteri Bacillus sp. merupakan bakteri gram negatif karena
tetap mempertahankan warna cat dasar yang di berikan.
Pengecatan dan perwarnaan gram bertujuan untuk mengelompokkan gram.
Perwarnaan yang pertama menggunakan gram A yaitu Kristal violet, bakteri berwarna
ungu karena fungsi gram adalah sebagai pewarna utama. Baik bakteri yang gram
positif maupun gram negatif memberikan warna yang sama dengan perwarnaan
dengan gram A. Setelah itu di berikan perlakuan terhadap gram B yaitu Iodine ,
fungsi dari iodine adalah penguat warna sehingga warna dari Kristal violet tetap
terjaga. Kemudian di berikan perlakuan dengan gram C yaitu alkohol. Alkohol
berfungsi sebagai peluntur warna dan dehidrasi sel. Terakhir di beri warna tandingan
yaitu safranin.Safranin dapat masuk apabila pewarna utamanya telah keluar dari sel
bakteri. Bakteri berwarna merah,

sehingga dapat di katakan bakteri merupakan

bakteri gram negative. Dan tidak membentuk spora.


Untuk pengecatan dengn menggunakan bekteri Bacillus sp. pada perlakuan
yang pertama yaitu diberi pewarnaan dengan gram A. Bakteri Bacillus sp. tetap

56

mempertahankan zat warna Kristal violet sewaktu proses pewarnaan sehingga bakteri
staphylo coccus sp dikatakan bakteri yang dikelompokan gram positif. Setelah itu
diberikan perlakuan dengan gran B yaitu iodium.Iodium adalah cat penguat
warna.Sehingga warna dari Kristal violet tetap terjaga.Kemudian diberikan perlakuan
dengan

gram

yaitu

alkohol-alkohol

yang

brfungsi

untuk

dekolorisasi

bakteri.Sehingga zat utama mncul dan yang terakhir diberikan perlakuan dengan
gram D yaitu safranin. Proses pewarnaan ini memberikanhasil. Bakteri bewarna
merah karena pewarna safranin bisa masuk apabila pewarna utamanya telah keluar
dari sel bakterinya.Sehingga bakteri dapat dikelompokan ke dalam bakteri gram
negatif.

57

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat di tarik beberapa
kesimulan sebagai berikut :
1. Bakteri Bacillus sp merupakan bakteri yang bergram positif karena daya ikatnya
terhadap cat utama lebih kaut.
2. Ada beberapa cara pengecatan pada bakteri antara lain pengecatan sederhana,
pengecatan gram dan pengecatan negatif.
3. .Bakteri bewarna merah karena pewarna safranin bisa masuk apabila pewarna
utamanya telah keluar dari Pengecatan dan perwarnaan.
4. Pengecatan gram bertujuan untuk mengelompokkan gram bakteri sel bakterinya.
5. Gram positif maupun gram negatif memberikan warna yang sama dengan
perwarnaan dengan gram A .

58

ACARA VI
TEKNIK ISOLASI DAN MORFOLOGI KOLONI MIKROBA
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Suatu mikroba yang hidup di alam jarang di jumpai tumbuh sebagai biakan
murni, tetapi pada umumnya

dalam populasi campuran dengan mikroba lainya.

Untuk mengidentifikasi Mikrobia, termasuk pengujian morfologi, fisiologi dan


serologi, sebelumnya perlu di lakukan isilasi. Tidak semua mikroba dapat di isolasi
dan di tumbuhkan dalam medium buatan. Mengisolasi mikrobia-mikrobia yang
bersifat farsit obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang dalam inang yang
hidup adalah pekerjaan yang sia-sia. Cara mengisolasi jamur akan berbeda dengan
cara mengisolasi bakteri, karena masing-masing mempunyai sifat yang berbeda, oleh
karena itu perlu di lakukan praktikum ini agar praktikan benar-benar bisa dan mampu
memahami cara-cara isolasi pada bakteri maupun jamur, serta praktikan bisa
mengetahui sifat-sifat berbeda yang dimiliki oleh bakteri dan jamur yang
menyebabkan cara pengisolasian yang berbeda pada jamur dan bakteri.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mendapatkan biakan murni
jamur atau bakteri,untuk mengetahui dan dapat melakukan beberapa cara dalam
mengisolasi mikroba

59

TINJAUAN PUSTAKA
Isolasi mikrobia berarti memisahkan satu jenis mikroba dari biakan campuran
menjadi biakan murni. Mikroba yang ingin kita isolasi , pertama-tama harus kita
lakukan adalah memahami kebutuhan dasarnya, kemudian memformulasikan suatu
medium atau bahan yang kita gunakan (Waluyo, 2007).
Peranan jamur dalam alam sangat besar, ada yang merugikan, berbahaya dan
ada yang menguntungkan. Spesies jamur yang nonpatogen meliputi spesies yang
melakukan perombakan bahan organik dalam tanah dan bahan lainya. Penyebaran
jamur di alam sangat luas, jamur terdapat dalam tanah, buah-buahan, dalam air, bahan
organik, bahan makanan sebagai sporofit atau

farasit pada tanaman hewan dan

manusia.Spora jamur bertebrangan di udara dan spora tersebut akan berkecambah


menjadi sel vegetatif jika jatuh di tempat yang memungkinkan hidupnya. Walaupun
jamur dapat di lihat namun masing-masing sel mikroskofik (Madigan, 2010).
Bakteri merupakan salah satu jenis mikroba yang di jumpai dalam kehiidupan
sehari-hari. Bakteri adalah mahluk mikroskofik yang sangat kecil yang umumnya
besel tunggal, struktur selnya sederhana tanpa nucleus (inti sel) dan jumlahnya
banyak. Bentuk bakteri bermacam-macam dan umumnya berukuran 0,5_5
mikrometer (Anneahira, 2009).
Dalam
menguntungkan

kehidupan
dapat

di

di

ekosistem

budayakan

bakteri

untuk

memiliki

kepentingan

peranan
manusia,

yang
seperti

Lactobacillus Strain yang di manfaatkan untuk pembuatan yoghurt (Zaky, 2008).

60

Pertumbuhan mikroba dalam suatu medium mengalami fase-fase yang


berbeda, yang berturut-turut di sebut dengan fase kematian log, fase eksponensial,
fase statisioner, dan fase kematian. Pada fase kematian eksponensial tidak di amati
pada kondisi umum pertumbuhan bakteri kecuali bila kematian di percepat dengan
penambahan zat kimia toksik, panas atau radiasi (Sofa, 2008).

61

PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini di laksanakan pada hari Kamis, 13 Desember 2012 di
Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Mataram.
Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang di gunakan dalam praktikum ini adalah petri kosong, cawan
petri, medium NA, lampu bunsen, jarum ose, pipet mikro, pipet steril jamur driglaksi,
dan kertas label.
b. Bahan-bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang di gunakan dalam praktikum ini adalah biakan Bacillus
sp., Fusarium sp., jamur Trichoderma sp., Rasltonia sp., dan PDA.

Prosedur Kerja
a. Teknik Isolasi Mikroba Cara Goresan
1. Diambil satu ose suspensi biakan murni Bacillus sp. Secara aseptis, kemudian di
goreskan ujung ose

sehalus mungkin di atas permukaan medium.

2. Diambil satu ose suspensi biakan murni Ralstonia sp. Sehalus mungkin diatas
medium.

62

3. Diberi etiket(nama biakan,tanggal dan nama kelompok) pada masing-masing


cawan dan di bungkus dengan plastik.
4. Diinkubasi dengan suhu 37 C di dalam inkubator selama 2_3 hari,di letakan
cawan petri secara terbalik untuk mencegah jatuhnya tetesan air akibat
kondensasi pada tutup cawan petri.
5. Diamati bentuk-bentuk pertumbuhan koloni bakteri hasil inkubasi.
b. Teknik Isolasi Mikroba Cara Sebar
1. Diambil 0,5 ml suspensi dengan pipet steril dan di letakan di atas permukaan
medium suspensi yang digunakan adalah Bacillus sp.
2. Diambil 0,5 Ralstonia sp dengan pipet steril dan di letakan di atas permukaan
medium yang lain.
3. Diratakan biakan

di permukaan dengan menggunakan drigalski,alat ini di

gerakan dengan memutar.


4. Diberi label (nama biakan, tanggal, dan nama kelompok) pada masing-masing
cawan dan di bungkus dengan plastik.
5. Diinkubasi selama 2-3 pada suhu 37 .
6. Diamati bentuk-bentuk pertumbuhan koloni dan penyebaranya.
C. Teknik Isolasi Mikroba Cara Taburan
1. Diambil 0,1 ml suspensi Bacillus sp. dan di letakan di dalam cawan petri steril.
2. Diambil 0,1 ml suspensi Ralstonia sp. dan di letakan dalam cawan petri steril.

63

3. Dituangakan secara aseptis, kemudian Nutrien Agar Cair(suhu 50

ke

dalam cawan petri dan di putar-putar untuk merataka penyebaran bakteri di


dalam medium).
4.Diber label (nama biakan, tanggal dan nama kelompok) pada masing-masing
cawan dan di bungkus dengan plastik.
5. Diinkubasi selama 2-3 hari pada suhu 37 .
6. Diamati bentuk-bentuk pertumbuhan koloni dan penyebaranya.

64

HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Hasil Pengamatan
Tabel 6.1 Hasil Pengamatan Isolasi Mikroba
Bacillus sp
Parameter
Hari Kedua
Sebar
Tabaur

Gores

Sebar

Ralstonia sp
Hari Kedua
Tabaur
Timbul
Datar
Timbul
datar

Gores
Lurus
Bergerigi

Bentuk

Serupa

Bulat

Teratur

Rata

Permukaan
Koloni
Wajah
Permukaan

Timbul
Datar

Timbul
datar

Rata

Rata

Suram

Mengkilat

Suram

Suram

Kilat

Suram

Seperti
mentega
Kekuningkiningan

Seperti
mentega

Seperti
mentega

Kering

Kering

kering

Keputihan

Keputihan

Kekuning
-kiningan

Kekuning
-kuningan

Keputihan

Kepekatan
Warna

Tabel 6.2 Hasil Pengamatan isolasi Jamur


Hari keTrichoderma sp.
Warna
Diameter

1
2
3

Putih
kehijauan
Putih
kehijauan
Keputihan

3,5 cm

Fussarium sp.
Warna
Diameter

Putih

1,1 cm

7,25

Putih

4,3 cm

9 cm

hijau

6,75 cm

Berombak

65

Hasil Perhitungan
1. Fussarium sp.
Hari 1. Diameter =

a+b
2

1+1,2
2

=1,1cm

a+b
Hari 2.Diameter = 2

4,6+ 4
=
2

=4,3 cm

a+b
Hari 3.Diameter = 2

6,5+ 7
=
2

=6,75

2.Trichoderma sp.
a+b
3+ 4
Hari 1.Diameter = 2 = 2
a+b
8+6,5
Hari 2.Diameter = 2 =
2
a+b
Hari 3. Diameter = 2 =

=3,5 cm

=7,25 cm

9+9
2 =9 cm

66

PEMBAHASAN
Isolasi mikroba adalah suatu usaha untuk memisahkan mikroba tertentu dari
lingkungannya, sehingga di peroleh kultur murni.Kultur murni ialah kultur yang selsel mikrobanya berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal. Manfaat dilakukan
isolasi ini adalah untuk menelaah atau mengidentifikasi mikroba,termasuk
penelaahan ciri-ciri kultural, morfologis, fisiologis, maupun serologis yang
memerlukan suatu populasi yang terdiri dari satu macam mikroorganisme saja.
Dalam

praktikum

praktikan

mengamati

isolasi

dan

morfologi

mikroba.Mikroba yang di isolasi dalam praktikum ini adalah Bacillus sp. dan
Rasltonia sp. Cara mengisolasi ke dua jenis mikroba tersebut adalah dengan teknik
atau cara sebar,gores, dan tabur. Yang di amati dari teknik-teknik tersebut adalah
bentuk, permukaan koloni, wajah permukaan, kepekatan, warna dan diameter.
Hasil yang di dapat dalam pengamatan isolasi mikroba pada praktikum ini
adalah untuk Bacillus sp. Dengan teknik sebar di dapat bentuk sel serupa akar,
permukaan koloni timbul datar, wajah permukaan suram, kepekatan seperti mentega,
warna kekuning-kuningan. Teknik tabur di dapat bentuk sel bulat, permukaan koloni
timbul datar, wajah permukaan mengkilat, kepekatan seperti mentega, dan warna

67

kepputihan. Untuk teknik sebar di dapatkan bentuk teratur, permukaan koloni rata,
wajah

permukaan suram, kepekatan kering dan warna kekuning-kuningan.

Sedangkan untuk Ralstonia sp.dengan teknik sebar di dapatkan bentuk sel titik-titik,
permukaan koloni rata, wajah permukaan suram, kepekatan kering dan warna
kekuning-kuningan. Untuk teknik tabur di dapatkan bentuk sel titik-titik, permukaan
koloni timbul datar, wajah permukaan kilat, kepekatan kering, serta warna kekuningkuningan. Dan untuk teknik gores di dapatkan bentuk sel lurus bergerigi,permukaan
koloni berombak, wajah permukaan suram, kepekatan lunak seperti lendir, dan warna
keputihan.

68

69

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan

dapat di tarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut :


1. Isolasi adalah perpindahan bakteri dari lingkungannya ke suatu medium.
2. Teknik dalam isolasi dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain:teknik
gores,teknik sebar,dan teknik tabur.
3. Media NA untuk jamur dan NA untuk bakteri.
4. Pada kultivitasi mikroba,harus dilakukan sterilisasi terlebih dahulu.
5. Isolasi mikroba di lakukan untuk mendapatkan kultur murni.

70

ACARA VII
ISOLASI MIKROBA DAN MORFOLOGI KOLONI BAKTERI
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Suatu mikroba yang hidup di alam terbuka jarang dijumpai tumbuh sebagai
biakan murni, tetapi pada umumnya dalam populasi campuran dengan miroba
lainnya. Untuk mengidentifikasi mikrobia, termasuk pengujian morfologi, fisiologi,
dan serologi, sebelumnya perlu dilakukan isolasi habitatnya. Pengidentifikasian suatu
biakan murni bakteri dari hasil isolasi diperlukan pengamatan morfoogi koloni serta
morfologi sel bakteri, pengujian sifat-sifat

fisiologi koloni serta morfologi sel

bakteri. Sifat-sifat suatu koloni bakteri ialah sifat-sifat yang berkaitan dengan bentuk,
susunan, permukaan, pengkilatan, dan sebagainya. Pengamatan sifat-sifat ini dapat
dilakukan dengan pandangan biasa (makroskopis) tanpa menggunakan mikroskop.
Supaya sifat-sifat tersebut tampak jelas, bakteri perlu ditumbuhkan pada medium
padat. Oleh karena itu perlu dilakukan praktikum mengenai isolasi mikroba dan
morfologi bakteri.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan dapat
melakukan beberapa cara dalam mengisolasi mikrobia dan mengamati pertumbuhan
bakteri, mengamati bentuk-bentuk koloni bakteri dan sifat karakteristiknya.

71

TINJAUAN PUSTAKA
Ada berbagai cara untuk mengisolasi bakteri dalam biakan murni yaitu cara
pengenceran, cara penuangan, cara penggesekan atau penggoresan, cara penyebaran,
cara pengucilan 1 sel, dan cara inokulasi. Masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan (Waluto, 2007).
Bakteri merupakan salah satu mikroba yang sering dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Bakteri adalah mahluk mikrokopis yang sangat kecil dan umumnya bersel
tunggal. Di struktur selnya sangat sederhana tanpa nucleus (inti sel) dan jumlahnya
banyak. Bentuk bakteri bisa bermacam-macam dan umunya berukuran 0,5 5
mikrometer (Anneahira, 2007).
Dalam kehidupan ekosistem bakteri memiliki peranan yang menguntungkan
dan merugikan. Bakteri yang menguntungkan dapat dibudidayakan untuk
kepentingan manusia, seperti Lactobacillus strain yang dimanfaatkan untuk
pembuatan yogurt, sedangkan Salmonella thyhosa bakteri yang merugikan karena
dapat menyebabkan penyakit tifus (Zaky, 2008).
Dalam perkembangannya, bakteri sangat penting untuk diteliti, artinya banyak
bakteri yang ada di alam atau disumbernya dapat diisolasi ke dalam medium buatan
untuk dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu penting untuk mengetahui
bagaimana mengisolasi bakteri (mikroba) dari alam dan mengidentifikasinya.
Identifikasi dan determinasi suatu biakan murni bakteri yang diperoleh dari hasil

72

isolasi dapat dilakukan dengan cara pengamatan sifat morfologi koloni, morfologi sel
bakteri, pengujian sifat Biokiminya (Dwidjoseputro, 2007).
Berdasarkan bentuk morfologinya maka bakteri dapat dibagi atas 3 golongan
yaitu golongan basil, golongan kokus, golongan spiril. Pada individu intraseksual bila
selnya membelah diri individu jadi bertambah banyak. Pada mikroorganisme
uniseluler pembelahan berarti bertambah banyaknya individu dalam arti multifikasi.
Bakteri bermultifikasi secara aseksual dengan pembelahan menjadi dua, dua menjadi
empat, empat menjadi delapan, dan seterusnya. Setiap keturunan secara individu
dapat melanjutkan proses reproduksi secara tidak terbatas dengan induknya dengan
syarat tersedia makanan dan energy yang cukup dan keadaan lingkungan (suhu, pH),
bebas polusi beracun (Iriantu, 2007).

73

PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 13 Desember 2012 di
Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Mataram.

Alat dan Bahan Praktikum


a. Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pipet mikro,
drigalski, jarum enten, cawan petri steril, lampu bunsen, jarum ose dan isolasi.
b. Bahan-bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalahsuspensi
biakan murni Bacillus sp, nutrient agar tegak, mutrient agar miring.

Prosedur Kerja
a. Isolasi Goresan
1. Dicairkan nutrient agar dalam penangas air
2. Dituangkan secara aseptis medium agar ke dalam cawan petri steril
3. Diambil satu ose suspense biakan secara aseptis, kemudian digoreskan
ujung ose sehalus mungkin di atas permukaan medium

74

4. Dibungkus cawan petri dengan kertas sampul dan diberi sampul (nama
biakan, tanggal dan nama kelompok)
5. Diinkubasi dalam suhu 370C di dalam inkubator selama 2-3 hari.
Diletakkan petri secara terbalik untuk mencegah jatuhnya tetes air akibat
kondensasi pada tutup cawan petri
6. Diamati bentuk-bentuk pertumbuhan koloni bakteri hasil inkubasi
b. Cara Sebaran
1. Dicairkan nutrient agar dalam penangas air
2. Dituangkan secara aseptis agar ke dalam cawan petri steril dan letakkan
di atas permukaan medium
3. Diambil 0,1 ml suspense dengan pipet steril dan letakkan di permukaan
medium
4. Diratakan

biakan

dipermukaan

dengan

menggunaka

drigalski,

digerakkan dengan gerakan memutar. Dihindari agar medium tidak


tergores.
5. Dibungkus cawan petri dengan kertas sampul dan diberi sampul (nama
biakan, tanggal dan nama kelompok)
6. Di ikubasi selama 2-3 hari pada suhu 370C

75

7. Diamati bentuk-bentuk pertumbuhun koloni dan penyebarannya

c. Cara Taburan
1. Dicairkan nutrient agar dalam penangas air
2. Dituangkan agar secara aseptis ke dalam cawan petri
3. Diambil 1 mL suspense bakteri dan letakkan di letakkan dalam cawan
petri steril.
4. Dituangkan secara aseptis medium yang sudah disisapkan ke dalam
cawan petri dengan arah memutar untuk meratakan penyebaran biakan
dalam medium
5. Diinkubasi selama 2-3 hari
6. Diamati bentuk-bentuk pertumbuhan koloni bakteri

d. Isolasi Jamur.
1.
2.
3.
4.
5.

Diambil biakan jamur Trikoderma sp dengan jarum enten


Dimasukkan kedalam cawan petri yang di sterilkan bersih
Diinkubasi selama 2 hari
Diamati bentuk pertumbuhan koloni jamur setiap hari
Diberikan perlakuan yang sama untuk biakan Fusarium sp

76

HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Hasil Pengamatan
Tabel 7.1. Hasil Pengamatan
Bacillus sp
Parameter
Sebar
Tabur
Bentuk
Serupa
Bulat
(dilihat
akar
dari atas)

Gores
Teratur

Sebar
Titik-titik

Ralstonia sp
Tabur
Titik-titik

Gores
Lurus
bergerigi

Permukaa
n koloni
(dilihat
dari
samping)

Timbul
datar

Timbul
datar

Rata

Rata

Datar

berombak

Wajah
permukaa
n

Suram

Suram

Suram

Suram

Kilat

Suram

Kepekatan

Seperti
mentega
Kekuning
-kuningan

Seperti
mentega
Keputiha
n

Seperti
mentega
Keputiha
n

Kering

Kering

Kekuning
-kuningan

Kekuning
-kuningan

Seperti
lendir
Keputiha
n

Warna
Diameter

Tabel 7.2. Hasil Pengamatan Morfologi Jamur


Jamur
Diameter (cm)
a. 1
Fusarium sp.
b.
1,2
a. 3
Trichoderma sp.
b. 4

Tabel 7.3.Hasil Pengamatan Morfologi Jamur


Jamur
Fusarium sp.

Warna
Keputih-putihan
Hijau

Diameter (cm)
a. 2,4
b. 4

77

Trichoderma sp.

Tabel 7.4. Morfologi Jamur


Jamur
Fusarium sp.
Trichoderma sp.

Hasil Perhitungan
Teknik Isolasi Jamur
a. Pengamatan hari pertama
-

Trichoderma sp
Diameter = 3 cm + 4 cm
2
= 3,5cm

Fussarium sp
Diameter = 1 cm + 1,2 cm
2
= 1,1 cm

b. Pengamatan hari kedua


-

Trichoderma sp

Diameter = 8 cm + 6,5 cm
2
= 7,25 cm

a. 8
b. 6,5

Diameter (cm)
c. 6,5
d. 7
c. 9
d. 9

78

Fussarium sp
Diameter = 2,4 cm + 4 cm
2
= 3,2 cm

c. Pengamatan hari ketiga


-

Trichoderma sp
Diameter = 9 cm + 9 cm
2
= 9 cm

Fussarium sp
Diameter = 6,5 cm + 7 cm
2
= 6,75 cm

79

PEMBAHASAN
Pertumbuhan dan morfologi mikroba yaitu jamur dan bakteri dengan melalui
beberapa cara yaitu isolasi bakteri terdiri dari beberapa cara seperti cara gores, cara
tabur, cara sebar dan cara isolasi jamur. Isolasi bakteri menggunakan Ralstonia sp dan
Bacilus sp. sedangkan pada jamur menggunakan Trichoderma sp. dan Fussarium sp.
Pada teknik penggoresan bakteri Ralstonia sp. setelah beberapa hari didapatkan hasil
yaitu seperti titik-titik, permukaan koloni rata, wajah permukaan suram, kepekatan
kering dan seperti lendir dan berwarna keputih-putihan. Sedangkan hasil pengamatan
dari Bacillus sp. pada cara tabur berbentuk teratur, permukaan koloni timbul datar,
kepekatan seperti mentega, dan warna keputih-putihan.
Teknik isolasi secara tabur pengamatan dilakukan haya sehari. Hasil bakteri
Ralstonia sp. yaitu bagian media pertumbuhannya berbentuk titik-titik, permukaan
koloni

rata,

wajah

permukaan

mengkilat,

warna

kekuning-kuningan

dan

kepekatannya kering. Sedangkan pada Bacillis sp. pada teknik isolasi tabur bentuk
bulat, permukaan koloni timbul datar, wajah permukaan suram, kepekatan seperti
mentega, dan warna kekunign-kuningan. Pengamatan bakteri dengan cara sebar pada
bakteri Ralstonia sp. bentuk titik-titik, permukaan koloni datar, wajah permukaan
suram, kepekatan seperti mentega, dan warna kekuning-kuningan.
Isolasi jamur dilakukan pengamatan selama 3 hari. Jamur yang dugunakan yaitu
Fussarium sp. dan Trichoderma sp. Untuk penyebaran Fussarium sp. yaitu pada hari
pertama berdiameter 1,1 cm dan 1,2 cm berwarna putih. Untuk pengamatan hari
kedua berdiameter 2,4 cm dan 4 cm berwarna putih. Sedangkan pada jamur
Trichoderma sp. pengamatan hari pertama berdiameter 3 cm dan 4 cm berwarna

80

hijau. Pengamatan hari kedua berdiameter 3 cm dan 6,5 cm berwarna hijau. Dan
pengamatan pada hari ketiga berdiameter 9 cm dan 9 dm berwrna hijau.
Jamur tersebut diameternya bertambah dari pengamatan hari pertama hingga hari
terakhir dan warna tiap spesies jamur pun sama, dimana untuk jamur Fussarium sp
putih dan Trichoderma sp. hijau.

81

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan, perhitungan dan pembahasan, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Isolasi adalah memindahkan mikroba dari lingkungan di alam dan menumbuhkan
sebagai biakan murni dalam medium biakan
2. Cara pengisolasian mikroba ada 3 yaitu cara goresan, cara sebaran, dan cara
taburan
3. Pada jamur Fussarium sp. yang berumur 3 hari berwanra keputih-putihan
4. Pada jamur Trichoderma sp. yang berumur 3 hari berwarna hijau

82

ACARA VIII
PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN
TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROBA
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Faktor lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas mikroba.
Perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan
fisiologi mikroba. Beberapa mikroba mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
baru. Mikroba yang demikian mempunyai sifat sangat resisten dengan lingkungan
baru. Lingkungan fisik dan kimia juga sangat mempengaruhi pertumbuhan mikroba.
Karena beberapa bakteri tidak dapat hidup pada lingkungannya yang mengandung
oksigen (O2). Faktor-faktor lingkungan tersebut juga meliputi faktor abiotik dan
faktor biotik.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu,
pengaruh ekstrak daun jambu mete, dan pengaruh kombucha terhadap pertumbuhan
mikroba.
TINJAUAN PUSTAKA

Dari pengaruh suhu pada kecepatan reaksi kimia, dapat diramalkan bahwa
semua bakteri dapat melanjutkan tumbuhnya (meskipun degan kecepatan yang

83

semakin lama semakin lebih rendah) selama suhu diturunkan sampai sistem itu
membeku, akan tetapi kebanyakan bakteri berhenti tumbuh pada suhu minimum
untuk tumbuh. Jauh di atas titik beku air, setiap mikroorganisme mempunyai suhu
yang tepat untuk pertumbuhan, tetapi di bawah suhu ini pertumbuhan tidak terjadi
betapun lamanya masa inkubasi (Roger, 2009).
Nilai suhu kardinal menurut angka (minimum, optimum dan maksimum) dan
kisaran suhu yang memungkinkan pertumbuhan sangat beragam pada bakteri.
Beberapa bakteri yag diisolasi dari air sumber air panas dapat tumbuh pada suhu
setinggi 95C, yang diisolasi dari lingkungan dingin dapat tumbuh pada suhu rendah
10C, jika konsentrasi solut yang tinggi mencegah mediumnya jadi beku.
Berdasarkan kisaran suhu tumbuh bakteri sering kali dibagi atas tiga golongas besar
Termofil yang tumbuh pada suhu tinggi (di atas 55C), Mesofil yang tumbuh baik
antara 20C sampai 45C dan Psikrofil yang tumbuh baik pada suhu 0C (Volk &
Wheeler, 2009).
Bakteri memerlukan tekanan osmotik yang sangat berbeda-beda. Beberapa
dapat tumbuh dalam larutan encer sekali dan beberapa dalam larutan jenuh dengan
larutan klorida. Mikroorganisme yang dapat tumbuh dalam larutan osmolaritas yang
tinggi dinamakan osmofil. Kebanyakan lingkungan alam yang berosmolaritas tinggi
terdiri dari konsentrasi garam yang tinggi khususnya disebut Halofil. Bakteri dapat
dibedakan dalam empat golongan berdasarkan toleransinya terhadap garam non
halofil. Organisme marin, halofil moderat dan halofil ekstrim (Hans, 2009).

84

Di alam yang sewajarnya jarang bakteri menemui zat-zat kimia yang


menyebabkan ia sampai mati karenanya. Hanya manusia di dalam usahanya untuk
membebaskan diri dari kegiatan bakteri meramu zat-zat yang dapat meracuni bakteri,
akan tetapi tidak meracuni diri sendiri atau meracuni zat makanan yang
diperlukannya. Zat-zat yang hanya menghambat poembiakan bakteri dengan tidak
membunuhnya disebut zat antiseptik atau zat bakteriostatik, zat yang dapat
membunuh disebut desinfektan, germisida atau bakterisida (Suriawiria, 2010).
Pertumbuhan mikroba dapat dikendalikan dengan cara fisik dan kimia. Cara
fisik dapat dilakukan melalui penggunaan panas, suhu rendah, desikasi, tekanan
osmosis, filtrasi, dan radiasi sedangkan cara kimiawi meliputi penggunaan bahan
kimia yang mematikan/mengurangi pertumbuhan pada bahan permukaan benda hidup
atau mati (Slamet, 2010).

PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum

85

Praktikum ini di laksanankan pada hari, Kamis tanggal 20 Desember 2012 di


Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Mataram.
Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah drigalski, cawan petri,
pipet mikro, jarum preparat, bunsen, pinset, dan paper disk.
b. Bahan praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah medium Nutrient
Agar, biakan/suspensi Bacillus sp., Ralstonia sp., Fusarium sp., Trichoderma sp.,
ekstrak daun jambu mete, dan kambucha.
Prosedur Kerja
a

Pengaruh Suhu Terhadap Pertumbuhan Mikroba


1

Dimasukkan secara aseptis sebaran bakteri Bacillus sp. dan Ralstonia sp.
sebanyak 1 ml ke dalam cawan petri yang berbeda.

Diratakan menggunakan drigalski.

Dimasukkan secara aseptis biakan jamur Fusarium sp. dan Trichoderma sp.
menggunakan jarum enten ke dalam dua cawan petri yang berbeda.

Dibuat label pada masing-masing media, yaitu dua media untuk suhu ruang
dan dua media untuk suhu rendah.

86

Diinkubasi selama 24-48 jam masing-masing pada suhu ruang dan suhu
rendah.

Diamati pertumbuhan bakteri pada masing-masing cawan petri.

Pengaruh Antimikroba Terhadap Pertumbuhan Mikroba


1

Dimasukkan secara aseptis suspensi bakteri sebanyak 1 ml ke dalam cawan


petri.

Diratakan menggunakan drigalski.

Dimasukkan dua paper disk yang telah dicelupkan ke dalam ekstrak daun
jambu mete dan diletakkan di media yang telah berisi bakteri.

Dimasukkan dua paper disk yang telah dicelupkan ke dalam kombucha dan
diletakkan pada media yang telah berisi bakteri dalam cawan petri yang lain.

Diinkubasi pada suhu ruang selama 24-48 jam.

Diamati perubahan yang terjadi di sekeliling paper disk.


HASIL PENGAMATAN

Tabel 8.1. Pengaruh Suhu Terhadap Pertumbuhan Mikroba


Mikroba
Parameter
Suhu Rendah
Bacillus sp.
Ralstonia sp.
Fusarium sp.
Trichoderma sp.

Suhu Ruang
-

HI = 1,38 HII = 2,3

HI = 2,95 HII = 8,75

87

Tabel 8.2. Pengaruh Ekstrak Daun Jambu Mete dan Kombucha terhadap
tumbuhnya mikroba
Paper Disk
Bacillus sp.
Ralstonia sp.
Diameter
Diameter
Kombucha
Ekstrak Daun Jambu Mete
1,05
-

88

PEMBAHASAN
Faktor lingkungan dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba, baik bakteri maupun
jamur. Pengaruh lingkungan dapat berupa faktor biotik, maupun abiotik. Faktok
abiotik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba dapat berupa suhu, pH,
kelembaban, tekanan osmosa, sinar gelombang pendek, dan daya oligodinamik.
Adapun praktikum ini dilaksanakan untuk mengamati pengaruh faktor lingkungan
terhadap pertumbuhan mikroba, dikembangbiakan mikroba yaitu suspensi bakteri
dalam suatu wadah (cawan petri). Perkembangan dan pertumbuhan mikroba sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dimana perubahan faktor lingkungan dapat
mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikrobia.
Hasil pengamatan pada hari pertama sudah dapat dilihat pertumbuhan dan
perkembangan dari jamur Fusarium sp. dan Trichoderma sp. pada suhu ruang, yaitu
sekitar 37C. Sedangkan pada suhu rendah tidak terjadi pertumbuhan mikroba.
Diameter masing-masing jamur, yaitu 1,38 cm untuk Fusarium sp.dan 2,95 cm
Trichoderma sp. Ternyata dari hasil pengamatan pengaruh suhu terhadap
pertumbuhan mikroba, mikroba hanya dapat tumbuh pada suhu ruangan sekitar 37C
sedangkan pada suhu dibawah 37C mikroba tidak dapat tumbuh. Pengamatan
terhadap pengaruh suhu pada hari kedua hasilnya juga sama seperti hari pertama,
pada suhu ruang diameter Fusarium sp dan Trichoderma sp. mencapai 2,3 cm dan
8,75 cm.

89

Pengamatan pada hari pertama pada Bacillus sp.belum adalah pertumbuhan, baik
pada suhu ruang maupun suhu rendah. Begitu pula pada Ralstonia sp. belum terlihat
pertumbuhan pada kedua suhu. Pengamatan pada hari kedua bakteri tumbuh pada
suhu ruang, sedangkan pada suhu rendah tidak terdapat pertumbuhan. Hal ini
menunjukkan bahwa bakteri tidak dapat tumbuh pada suhu yang rendah.
Pada paper disk yang dicelupkan di ekstrak daun jambu mete terlihat lingkaran
bening di sekelilingnya dengan diameter 1,05 cm. Hal ini menunjukkan bahwa
ekstrak daun jambu mete dapat menghambat pertumbuhan Bacillus sp. Jambu mete
mengandung tanin yang diketahui sangat berperan memberi rasa sepat. Tanin juga
bersifat

sebagai

pertumbuhan

antiseptik/antimikroba

mikroba

sehingga

yang

membatasi

diketahui

dapat

penggunaannya

menghambat

bila

dilakukan

biokonversi limbah. Selain itu tanin juga dapat bersifat toksik yang dapat
mengganggu kesehatan (Astawan dan Wahyuni, 2011).
Paper disk yang dicelupkan dalam kombucha tidak menghasilkan lingkaran bening di
sekelilingnya. Namun sebenarnya kombucha ini merupakan salah satu minuman
fungsional yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba karena bersifat asam dan
pH-nya rendah. Menurut Salminen dan von Wright (2008) asam-asam lemah
memiliki aktivitas antimikroba yang lebih kuat pada pH rendah dibandingkan pada
pH netral. Asam asetat lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan mikroba
dibandingkan dengan asam laktat. Asam asetat adalah inhibitor yang sangat kuat dan
memiliki aktivitas penghambatan yang luas, yaitu dapat menghambat kapang, khamir

90

maupun bakteri. Hal ini dapat dijelaskan dari nilai pKa asam asetat yang lebih besar
(4.75) dari pKa asam laktat (3.08). Sebagai contoh, pada pH 4, hanya 11 % dari asam
laktat yang tidak terdisosiasi, sedangkan 85% asam asetat tidak terdisosiasi. Molekul
yang tidak terdisosiasi dari suatu asam lemah bersifat racun bagi mikroba, meskipun
asam yang terdisosiasi juga dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan mikroba.
Hanya saja mungkin terdapat kesalahn pada saat prktikum, yaitu kurangnya
konsentrasi kombucha yang digunakan.

91

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1

Faktor lingkungan sangat mempengaruhi pada pertumbuhan dan perkembangan


mikroba.

Pada hari pertama sudah terdapat pertumbuhan mikroba dan pada hari kedua
pertumbuhan mikroba semakin cepat pada suhu ruang.

Mikroba tidak dapat tumbuh pada suhu rendah.

Ekstrak daun jambu mete dan kombucha dapat menghambat pertumbuhan


mikroba.

Pertumbuhan jamur lebih cepat daripada bakteri.


DAFTAR PUSTAKA

Aditya., 2010. Teknik Pewarnaan Bakteri. http :// mushoffaditya. blogspot.


com/2010/01/ teknik-pewarnaan-bakteri.html. (11 November 2010).
Afrianto, L. , 2009. Menghitung Mikroba Pada Bahan Makanan. Farmasi FMIDA
ITB. Bandung.
Anonim. 2008. Bagian-Bagian Mikroskop dan Fungsinya. http://Sulistiva Indriani
wordpress. Com/2008/07/10 (Diakses pada 25 November 2012)
Buckle, K., 2010. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Dwidjoseputro., 2010. Dasar Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.

92

Fajriana., 2008. Mikrobiologi Umum Pewarnaan Gram.http //pewarnaan


bakteri\Mikroum. Pewarnaan Gram RIZQI FAJRIANA BLOGS.htm/. 11
November 2010.
Fitria, Bayu., 2009. Pewarnaan Gram (Gram positif dan Gram Negatif).
http://biobakteri.wordpress.com/2009/06/07/7-pewarnaan-gram-gram-positifdan-gram-negatif.11 November 2010.
Hadioetomo, R.S. , 2008. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Gramedia. Jakarta.
Indriyani, N., Asnani, 2007. Penuntun Pratikum Mikrobiologi Analitik. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Unhalu. Kendari.
Lay, Hastowo., 2009. Mikrobiologi Umum. Rajawali. Jakarta.
Majid., Abdul., 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Gramedia. Jakarta.

Manurung, 2010. Pengamatan Bentuk Bakteri. http:// pebrinmanurung. blogspot.


com/2010/10/ pengamatan-bentuk-bakteri.html. (11 November 2010)
Meryadini Anja et al. 2009. Isolasi Bakteri dan Kharakteristik Enzimnya. Makara
Sains. Bandung
Pelczar, M., Chan.2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia. Jakarta.
Purwoko.T. 2009. Fisiologi Mikroba. Bumi Aksara. Jakarta
Ratna, S., 2010. Mikrobilogi Dasar dalam Praktek. Gramedia. Jakarta.
Sarles,W., 2007. Mikrobiologi General and Applied. Harper and Brother. New York
Soetarto.B .s ,d k k ,. 2008. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum Untuk
Mahasiswa Fakultas biologi. Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Biologi.
Universitas Gajah Mada. Yokjakarta
Soni,A., 2010. Nutrisi Mikroorganisme Dalam Media. Erlangga. Jakarta
Sutedjo., 2007. Mikrobiologi Tanah. PT Rieneka Cipta. Jakarta.
Waluyo,L., 2007. Mikrobiologi Umum. Erlangga. Jakarta.

93

Вам также может понравиться