Вы находитесь на странице: 1из 4

KERAJAAN ISLAM DI NUSA TENGGARA

A. AWAL MASUK ISLAM KE NUSA TENGGARA


Diperkirakan sejak abad ke-16 Islam hadir di daerah Nusa Tenggara (Lombok). Islam di
lombok diperkenalkan oleh Sunan Perapen (putra Sunan Giri). Kemungkinan masuknya Islam ke
Sumbawa ini dengan melalui Sulawesi, yaitu melalui dakwah para mubalig dari Makasar antara
tahun 1540-1550. Kemudian berkembang kerajaan Islam di Lombok, salah satunya adalah
Kerajaan Selaparang.

B. KERAJAAN DI NUSA TENGGARA


Kerajaan Selaparang adalah salah satu kerajaan yang pernah ada di Pulau Lombok.
Pusat kerajaan ini pada masa lampau berada diSelaparang (sering pula diucapkan
dengan Seleparang), yang saat ini kurang lebih lebih berada di desa Selaparang, kecamatan
Swela, Lombok Timur.
Sejujurnya minim sekali yang dapat diketahui tentang sejarah Kerajaan Selaparang,
terutama sekali tentang awal mula berdirinya. Namun, tentu saja terdapat beberapa sumber
objektif yang cukup dapat dipercaya. Salah satunya adalah kisah yang tercatat di dalam
daun Lontaryang menyebutkan bahwa berdirinya Kerajaan Selaparang tidak akan pernah bisa
dilepaskan dari sejarah masuknya atau proses penyebaran agama Islam di Pulau Lombok.
Selaparang merupakan pusat Kerajaan Islam di Lombok. Selaparang di bawah
Pemerintahan Prabu Rangkesari. Pada masa itu Selaparang mengalami zaman keemasan,
memegang, dan lain-lain. Konon Sunan Perapen meneruskan dakwahnya dari lombok terus ke
Sumbawa. Selaparang juga mengembangkan hubungan antara Kerajaan Gowa dan Lombok
dipererat dengan cara pernikahan seperti Pemban Selaparang, Pemban Pejanggik, dan Pemban
Parwa.
Kerajaan Selaparang tergolong kerajaan yang tangguh, baik di darat maupun di laut.
Laskar lautnya telah berhasil mengusir Belanda yang hendak memasuki wilayah tersebut sekitar
tahun 1667-1668Masehi. Namun demikian, Kerajaan Selaparang harus rnerelakan salah satu
wilayahnya dikuasai Belanda, yakni Pulau Sumbawa, karena lebih dahulu direbut sebelum
terjadinya peperangan laut. Di samping itu, laskar lautnya pernah pula mematahkan serangan

yang dilancarkan oleh Kerajaan Gelgel (Bali) dari arah barat. Selaparang pernah dua kali terlibat
dalam pertempuran sengit melawan Kerajaan Gelgel, yakni sekitar tahun 1616 dan 1624 Masehi,
akan tetapi kedua-duanya dapat ditumpas habis, dan tentara Gelgel dapat ditawan dalam
jumlah yang cukup besar pula.[7]
Setelah pertempuran sengit tersebut, Kerajaan Selaparang mulai menerapkan
kebijaksanaan baru untuk membangun kerajaannya dengan memperkuat sektor agraris. Maka,
pusat pemerintahan kerajaan kemudian dipindahkan agak ke pedalaman, di sebuah dataran
perbukitan, tepat di desa Selaparang sekarang ini. Dari wilayah kota yang baru ini,
panorama Selat Alas yang indah membiru dapat dinikmati dengan latar belakang daratan
Pulau Sumbawa dari ujung utara ke selatan dengan sekali sapuan pandangan. Dengan
demikian, semua gerakan yang mencurigakan di tengah lautan akan segera dapat diketahui.
Wilayah ibukota Kerajaan Selaparang inipun memiliki daerah bagian belakang berupa bukitbukit

persawahan

yang

dibangun

dan

ditata

rapi,

bertingkat-tingkat

hingga

ke

hutan Lemor yang memiliki sumber mata air yang melimpah.[8]


Berbagai sumber menyebutkan, bahwa setelah dipindahkan, Kerajaan Selaparang
mengalami kemajuan pesat. Sebuah sumber mengungkapkan, Kerajaan Selaparang dapat
mengembangkan kekuasaannya hingga ke Sumbawa Barat. Disebutkan pula bahwa seorang raja
muda bernama Sri Dadelanatha, dilantik dengan gelar Dewa Meraja di Sumbawa Barat karena
saat itu (1630 Masehi) daerah ini juga masih termasuk ke dalam wilayah kekuasaan Kerajaan
Selaparang. Kemudian dilanjutkan oleh generasi berikutnya, yaitu sekitar tanggal 30 November
1648 Masehi, putera mahkota Selaparang bernama Pangeran Pemayaman dengan gelar Pemban
Aji Komala, dilantik di Sumbawamenjadi Sulthan Selaparang yang memerintah seluruh
wilayah Pulau Lombok dan Sumbawa.
Setelah terjadinya Perjanjian Bongayana pada tanggal 18 November 1667, kerajaankerajaan yang ada di Nusa Tenggara mengalami tekanan dari VOC. Dengan keadaan tersebut,
maka pusat Kerajaan Lombok dipindahkan ke Sumbawa pada tahun 1673. Tujuan pemindahan
tersebut adalah untuk mempertahankan kedaulatan kerajaan-kerajaan Islam di pulau tersebut
dengan dukungan pengaruh kekuasaan Gowa. Alasan Kerajaan Lombok dipindahkan ke
Sumbawa adalah karena Sumbawa dipandang lebih strategis dari pada pusat pemerintahan di

Selaparang. Disamping itu juga mengingat adanya ancaman dan serangan dari VOC yang terjadi
terus menerus.

C. KESULTANAN BIMA
Bima merupakan kerajaan Islam yang menonjol di Nusa Tenggara.Rajanya yang pertama
masuk Islam ialah Ruma Ma Bata Wadu yang bergelar Sultan Bima I atau Sultan Abdul
Khair(1611-1640).Namun,setelah terus-menerus melakukan perlawanan terhadap intervensi
politik dan monopoli perdagangan VOC.ketika VOC mau memperbaharui perjanjian dengan
Bima pada tahun 1668,Sultan Bima,Tureli Nggampo,menolaknya.ketika Tambora merampas
Kapal VOC pada 1675,raja Tambora,Kalongkong dan para pembesarnya diharuskan
menyerahkan keris-keris pusakanya kepada Holsteijn.pada tahun 1691,ketika permaisuri
Kerajaan Dompu terbunuh,Sultan Bima ditangkap dan diasingkan ke Makassar sampai
meninggal dalam Penjara.kerajaan-kerajaan di Lombok,Sumbawa,Bima,dan lainnya selama abad
XVIII dan akhir abad itu terus melakukan pemberontakan dan peperangan karena pihak VOC
senantiasa mencampuri urusan pemerintahan kerajaan-kerajaan tersebut,bahkan menangkapi dan
mengasingkan raja-raja yang melawan.
Pembicaraan mengenai sejarah Kesultanan Bima abad XIX dapat diperkaya oleh
gambaran terperinci dalam Syair Kerajaan Bima yang menurut telaah filologi Henri ChambertLoir diperkirakan dikarang sebelum tahun 1833,sebelum Raja Bicara abdul Nabi meletakan
Jabatan dan digantikan oleh Putranya.Syair itu dikarang oleh Khatib Lukman,barang kali
pada tahun 1830.Syair itu ditulis dengan huruf Jawa dan berbahasa Melayu.Syair itu
menceritakan empat peristiwa yang terjadi di Bima pada awal abad XIX,yaitu letusan Gunung
Tambora(1815)wafatdan pemakaman Sultan Abdul Hamid pada mei 1819.serangan bajak laut
dan Pemberontakan Sultan Ismail pada 26 November 1819.
Sampai kini jejak Islam bisa dilacak dengan meneliti makam seorang mubaligh asal
Makassar yang terletak di kota Bima. Begitu juga dengan makam Sultan Bima yang pertama kali
memeluk Islam. Bisa disebut, seluruh penduduk Bima adalah para Muslim sejak mula.Selain
Sumbawa, Islam juga masuk ke Lombok. Orang-orang Bugis datang ke Lombok dari Sumbawa
dan mengajarkan Islam di sana. Hingga kini, beberapa kata di suku-suku Lombok banyak
kesamaannya dengan bahasa Bugis.

D. KERUNTUHAN KERAJAAN DI NUSA TENGGARA


Sekalipun Selaparang unggul melawan kekuatan tetangga, yaitu Kerajaan Gelgel, namun
pada saat yang bersamaan, suatu kekuatan baru dari bagian barat telah muncul pula. Embrio
kekuatan ini telah ada sejak permulaan abad ke-15 dengan datangnya para imigran petani liar
dariKarang Asem (Pulau Bali) secara bergelombang, dan selanjutnya mendirikan koloni di
kawasan Kota Mataram sekarang ini. Kekuatan itu kemudian secara berangsur-angsur tumbuh
berkembang sehingga menjelma menjadi kerajaan kecil, yaitu Kerajaan Pagutan dan
Pagesangan yang berdiri sekitar tahun 1622 Masehi. Kerajaan ini berdiri lima tahun setelah
serangan laut pertama Kerajaan Gelgel dari Bali Utara atau dua tahun sebelum serangan ke dua
yang dapat ditumpas oleh pasukan Kerajaan Selaparang.
Namun, bahaya yang dinilai menjadi ancaman utama dan akan tetap muncul secara tibatiba adalah kekuatan asing, yakni Belanda, yang tentunya sewaktu-waktu dapat melakukan
ekspansi militer. Kekuatan dan tetangga dekat diabaikan, karena Gelgel yang demikian kuat
mampu dipatahkan. Oleh sebab itu, sebelum kerajaan yang berdiri di wilayah kekuasaannya di
bagian barat ini berdiri, hanya diantisipasi dengan menempatkan laskar kecil di bawah
pimpinan Patinglaga Deneq Wirabangsa.
Dalam upaya menghadapi masalah yang baru tumbuh dari bagian barat itu, yakni
Kerajaan Gelgel, dan Kerajaan Mataram Karang Asem,maka secara tiba-tiba saja, salah seorang
tokoh penting di lingkungan pusat kerajaan bernama Arya Banjar Getas ditengarai berselisih
paham dengan rajanya, raja Kerajaan Selaparang, soal posisi pasti perbatasan antara wilayah
Kerajaan Selaparang dan Pejanggik. Arya Banjar Getas beserta para pengikutnya kemudian
memutuskan untuk meninggalkan Selaparang dan bergabung dengan sebuah ekspedisi militer
KerajaanMataram Karang Asem (Bali) yang pada saat itu sudah berhasil mendarat di Lombok
Barat. Kemudian dengan segala taktiknya, Arya Banjar Getas menyusun rencana dengan pihak
Kerajaan Mataram Karang Asem untuk bersama-sama menggempur Kerajaan Selaparang. Pada
akhirnya, ekspedisi militer tersebut telah berhasil menaklukkan Kerajaan Selaparang. Peristiwa
itu terjadi sekitar tahun 1672 Masehi. Sejak saat itu, Kerajaan Karang Asem menjadi penguasa
tunggal di Lombok.

Вам также может понравиться