Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
EPILEPSI
Disusun Oleh :
Marica Hervianti
Septiana Citradewi
Pembimbing Klinik
dr. Djauhari, Sp.A
EPILEPSI
A. Batasan
Epilepsi : suatu kondisi gangguan kronik yang ditandai dengan berulangulangnya bangkitan epilepsi.
Bangkitan epilepsi : manifestasi klinis lepas muatan listrik yang berlebihan
dan hipersinkron dari sel neuron di otak.
Sindrom Epilepsi : epilepsi ditandai oleh sekumpulan gejala dan tanda klinis
yang terjadi secara bersama-sama meliputi serangan, etiologi, anatomi, faktor
pencetus, usia onset, berat penyakit, kronisitas, dan kadang-kadang prognosis.
Sindrom epilepsi tidak perlu mempunyai etiologi dan prognosis yang sama
walaupun beberapa sindrom epilepsi menunjukkan prognosis yang khas.
B. Etiologi
Penyebab epilepsi adalah multifaktor, termasuk genetik dan penyebab yang
didapat.
1. Faktor genetik sebagai penyebab epilepsi diantaranya :
a. Epilepsi sekunder pada tuberosklerosis dan fenilketonuria
b. Epilepsi primer yang disebabkan oleh gangguan eksitabilitas dan
sinkronisasi neuron kortek serebri.
2. Lesi diotak (didapat) yang menyebabkan epilepsi sekunder diantaranya :
a. Asfiksia
b. Sklerosis hipokampus
c. Tumor
d. Trauma kepala
e. Infeksi
f. Stroke
C. Klasifikasi
Komisi Klasifikasi dan Terminologi International League Against Epilepsy
(ILAE) tahun 1981 membuat sistem klasifikasi berdasarkan bentuk
bangkitan, yaitu :
1. Bangkitan parsial/fokal yang dimulai dari satu bagian hemisfer otak
2. Bangkitan umum yang dimulai dari kedua hemisfer secara simultan
Klasifikasi Internasional Bangkiatn Epilepsi (ILAE 1981)
1. Bangkitan Parsial
a. Bangkitan parsial/fokal sederhana (kesadaran tidak terganggu) dapat
dengan manifestasi motorik, somatosensorik, atau sesnsorik khusus
(kesemutan, kilatan cahaya, berdengung), autonomik (sensasi
epgastrik, pucat, pupil dilatasi) atau psikis (ilusi, halusinasi)
b. Bangkitan parsial kompleks (kesadaran terganggu)
1. Dengan onset parsial sederhana diikuti kesadaran terganggu
2. Dengan kesdaran terganggu saat onset
- Hanya dengan kesadaran terganggu
- Dengan automatism
c. Bangkitan parsial berkembang menjadi bangkitan umum (tonikklonik, tonik, klonik)
- Parsial sederhana menjadi bangkitan umum
- Parsial komplek menjadi bangkitan umum
- Parsial sederhana menjadi parsial komplek dan menjadi
bangkitan umum
Bangkitan parsial sederhana tanpa manifestasi motorik yang mendahului
bangkitan lain disebut aura.
b.
c.
d.
e.
f.
Bangkitan mioklonik
Bangkitan klonik
Bangkitan tonik
Bangkitan tonik-klonik
Bangkitan atonik (astatik)
kojewnikows)
Sindrom yang ditandai oleh bangkitan dengan cara presipitasi yang
khas
Sindrom yang berdasarkan tipe bangkitan, lokalisasi anatomik dan
etiologi : epilepsi lobus temporalis, epilepsi lobus frontalis, epilepsi
Epilepsi umum dan sindrom yang tidak dapat ditentukan sifatnya fokal atau
umum
a. Dengan keduanya bangkitan umum atau fokal
- Kejang neonatal
- Epilepsi mioklonik berat pada bayi
- Epilepsi dengan gelombang paku-ombak terus menerus selama
tidur dengan gelombang lambat
- Afasia epileptik didapat (sindrom Landau-Kleffner)
- Epilepsi lain yang tidak dapat ditentukan dan bukan tersebut diatas
b. Tanpa sifat yang jelas bangkitan umum atau fokal
- Ini termasuk semua kasus grand mal tonik-klonik yang secara
klinis dan EEG tidak dapat diklasifikasikan secara jelas serangan
umum dan hubungannya dengan lokalisasinya, seperti pada banyak
kasus serangan grand mal waktu tidur.
IV.
Sindrom spesial
pada
epilepsi
neurologik/perkembangan
simtomatik
sedangkan
pada
ditemukan
epilepsi
gangguan
idiopatik
tidak
E. Pemeriksaan Penunjang
EEG (elektro-ensefalografi) merupakan pemeriksaan penunjang yang paling
penting. Kelainan dan lokasi EEG interiktal (diantara bangkitan), selain dapat
membantu mnegakkan diagnosis epilepsi juga dapat menentukan klasifikasi
bangkitan epilepsi dan sindrom epilepsi. Kelainan EEG interiktal saja tudak
cukup untuk mendiagnosis epilepsi sebab 10-20% pasien epilepsi tidak
respon terapi OAE. Penghentian obat dilakuakn secara bertahap (tapering off),
perlu waktu 6 bulan untuk menghentikannya.
Indikasi pemeriksaan kadar obat dalam darah :
a. Untuk mengetahui kepatuhan penderita minum obat
b. Mendapat beberapa macam obat (politerapi/obat lain yang dapat
mempengaruhi kadar obat)
c. Timbul bangkitan kembali pada bangkitan yang sudah terkontrol.
Karbamazepin
- Sediaan : tablet 100 mg dan 400 mg, sirup 100 g/5 ml
- Dosis : 10-25 mg/kg BB/hari (biasanya dimulai dengan 5 mg/kgBB/hari),
-
dibagi 3 dosis
Pengobatan : obat pilihan pertama untuk epilepsi parsial dan umum
Asam valproat
- Sediaan : tablet 100 mg dan 200 mg, sirup 250 mg/5 ml
- Dosis : 20-60 mg/kgBB/hai (biasanya dimulai 15 mg/kgBB/hari) dibagi
-
2-3 dosis
Pengobatan : obat pilihan pertama untuk epilepsi umum tonik-klonik,
Fenitoin
- Sediaan : tablet 100 mg
- Dosis : 4-8 mg/kgBB/hari, dibagi 2 dosis
- Pengobatan : obat pilihan pertama untuk epilepsi parsial dan umum
tonik-klonik, pemeriksaan kadar obat perlu dilakukan mengingat
-
Etosuksimid
- Sediaan : kapsul 250 mg
- Dosis : 15-35 mg/kgBB/hari, dibaggi 2 dosis
- Pengobatan : efektif untuk epilepsi absens
- Efek samping : nausea, sakit kepala, dan mengantuk
Klobazam
- Sediaan : tablet 10 mg
- Dosis : 0,25 mg/kgBB/hari (mulai dengan 0,125 mg/kgBB/hari), dibagi 2
dosis
Pengobatan : obat pilihan kedua epilepsi umum tonik-klonik dan parsial.
Klonazepam
- Sediaan : tablet 0,5 mg dan 2 mg
- Dosis : 0,1-0,3 mg/kgBB/hari (mulai dengan 0,05 mg/kgBB/hari) untuk
-
usia < 1 tahun, 0,3-1mg/kgBB/hari untuk usia > 1 tahun, dibagi 2-3 dosis
Pengobatan : obat pilihan kedua epilepsi umum tonik-klonik, parsial,
mioklonik, sindrom Lennox Gastaut, sindrom West. Dapat timbul
Fenobarbital
- Sediaan : tablet 15 mg, 30 mg dan 60 mg
- Dosis : 4-8 mg/kgBB/hari, dibagi 2 dosis
- Pengobatan : efektif untuk epilepsi umum tonik-klonik, parsial, kejang
-
Topiramat
- Sediaan : tablet 25 mg, 50 mg, dan 100 mg. Sprinkle capsule 15 mg, 25
mg dan 50 mg
H. Prognosis
Pada umumnya prognosis epilepsi baik, kurang lebih 70% penderita epilepsi
mengalami remisi (bebas bangkitan selama 5 tahun atau lebih setelah
penghentian obat).
Beberapa faktor prediktor prognosis :
- Kelainan neurologi berat (retardasi mental, palsy serebral)
- Terdapat beberapa jenis bangkitan
- Respon terhadap OAE (bila bangkitan tidak terkontrol dalam 1 tahun
-
setelah terapi)
EEG abnormal pada awal terapi atau EEG memburuk
Memerlukan politerapi untuk kontrol bangkitan.
DAFTAR PUSTAKA
Herman,diki pribadi. Pediatri Praktis edisi 3. Bandung. 2007
Pusponegoro,D.H, dkk. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak edisi 1. Jakarta
: Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2004
Risan,neli amalia, dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak
edisi ketiga. Bandung : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD. 2005