Вы находитесь на странице: 1из 18

SAINS BUMI DAN KOSMIK

Evolusi Bintang I

OLEH :
Ni Ketut Mudiantari

1313021008

Ni Putu Sonia Virgawati Pratiwi

1313021040

Ni Putu Panca Dewi Savitri

1313021043

KELAS IV/A

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2015

PRAKATA
Om Swastyastu,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkar rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Evolusi
Bintang I tepat pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah
Sains Bumi dan Kosmik untuk memenuhi penilaian semester genap.
Dalam penulisan makalah ini banyak pihak yang telah memberikan
kontribusi baik berupa moril maupun material kepada penulis. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan fisik maupun sumbangan pikiran
guna merampungkan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang dari pembaca guna menyempurnakan
makalah ini. Namun demikian, penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi
pembaca.
Om Santih, Santih, Santih Om
Singaraja, Mei 2015

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1

Pengertian
Evolusi
Bintang
........................................................................................................
........................................................................................................
4

2.2

Sumber
Energi
Bintang
........................................................................................................
........................................................................................................
6

2.3

Proses
Terbentuknya
Bintang
........................................................................................................
........................................................................................................
7

BAB III PENUTUP


3.1
3.2.

Kesimpulan .............................................................................................

Saran ................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Astronomi merupakan ilmu tertua yang mempelajari alam semesta.
Berbeda dengan cabang ilmu lainnya, di astronomi objek yang diamati tidak
bisa dipegang karena alam semesta itu sendirilah yang menjadi laboratorium.
Hal inilah yang menjadi keunikan astronomi. Salah satu objek yang diamati
pada ilmu astronomi adalah bintang. Sejak jaman dulu, orang mencoba
menerka-nerka apa sebenarnya bintang itu, si bintik-bintik cahaya kecil di
langit. Bahwa bintang sebenarnya adalah matahari-matahari lain yang
letaknya sangat jauh, sudah dipostulatkan oleh filsuf-filsuf Yunani Kuno,
Demokritus dan Epikurus, dan dipertegas pada 1584 oleh Giordano Bruno,
seorang filsuf Italia, hingga akhirnya mencapai konsensus di kalangan
astronom seabad kemudian.
Bagi masyarakat awam bintang hanyalah objek yang memancarkan
cahaya kelap kelip di malam hari, bertaburan menemani bulan. Namun bagi
para astronom, sebuah bintang bisa menceritakan banyak hal. Bukan hanya
sekedar penambah suasana romantis. Tapi bagaimana mengamati bintang dan
informasi apa yang bisa diperoleh. Saat mengamati bintang, yang teramati
hanyalah sebuah objek kecil yang hampir mirip dengan noktah yang
memancarkan cahaya. Cahaya bintang itulah yang diamati oleh para
pengamat di bumi, karena cahaya tersebut merupakan pancaran energi dari
bintang yang diamati. Dalam pengamatan, digunakan teleskop sebagai alat
bantu dan informasi yang diterima biasanya berasal dari pancaran energi pada
panjang gelombang tertentu yakni pada panjang gelombang tampak,
inframerah dan ultraviolet.
Astronomi adalah bagian dari ilmu fisika yang membahas mengenai
ilmu perbintangan, baik itu membahas tentang jarak dan cahaya bintang,
warna dan suhu bintang, spektrum bintang, serta gerak bintang. Melalui
pengetahuan yang lebih mendalam tentang bintang-bintang maka diharapkan
lebih memahami tentang fisika bintang-bintang.

Seperti manusia, bintang juga mengalami perubahan tahap kehidupan.


Sebutannya adalah evolusi. Mempelajari evolusi bintang sangat penting bagi
manusia, terutama karena kehidupan kita bergantung pada matahari. Matahari
sebagai bintang terdekat harus kita kenali sifat-sifatnya lebih jauh.
Dalam mempelajari evolusi bintang, kita tidak bisa mengikutinya sejak
kelahiran sampai akhir evolusinya. Usia manusia tidak akan cukup untuk
mengamati bintang yang memiliki usia hingga milyaran tahun. Jika demikian
tentunya timbul pertanyaan, bagaimana kita bisa menyimpulkan tahap-tahap
evolusi sebuah bintang?
Pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan kembali menganalogikan
bintang dengan manusia. Jumlah manusia di bumi dan bintang di angkasa
sangat banyak dengan usia yang berbeda-beda. Kita bisa mengamati kondisi
manusia dan bintang yang berada pada usia/tahapan evolusi yang berbedabeda. Ditambah dengan pemodelan, akhirnya kita bisa menyusun teori evolusi
bintang tanpa harus mengamati sebuah bintang sejak kelahiran hingga akhir
evolusinya. Berdasarkan latar belakang inilah maka dipandang perlu untuk
membahas lebih jauh tentang fisika bintang-bintang. Secara spesifik, proses
lahirnya bintang dan sumber energi bintang akan dibahas melalui makalah
yang berjudul Evolusi Bintang I ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka permasalahan yang
akan diangkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1.2.1. Bagaimanakah pengertian evolusi bintang?
1.2.2. Bagaimanakah konsep sumber energi bintang?
1.2.3. Bagaimanakah proses lahirnya sebuah bintang?
1.2.4. Bagaimanakah evolusi pra tahap awal bintang?
1.3 Tujuan Penulisan
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagia berikut
1.3.1. Untuk mendeskripsikan pengertian evolusi bintang.
1.3.2. Untuk mendeskripsikan konsep sumber energi bintang.
1.3.3. Untuk mendeskripsikan proses lahirnya sebuah bintang.
1.3.4. Untuk mendeskripsikan pra evolusi bintang.
1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang didapatkan dari penulisan makalah ini antara lain:
1.4.1. Bagi penulis
Penulisan makalah ini bermanfaat untuk meningkatkan

pengetahuan

penulis tentang penulisan suatu karya ilmiah dan materi evolusi bintangbintang.
1.4.2. Bagi pembaca
Penulisan makalah ini bermanfaat bagi pembaca terutama untuk menambah
pengetahuan tentang evolusi bintang-bintang.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Evolusi Bintang
Evolusi bintang adalah perubahan perlahan-lahan sejak suatu bintang
terjadi sampai menjadi bintang yang stabil, kemudian memasuki deret utama
dalam waktu yang lama, kemudian menjadi bintang raksasa merah, lalu
mengalami keadaan degenerasi, seterusnya melontarkan sebagaian masanya
bagian luar dan membentuk masa kecil dengan kerapatan yang besar sampai
menjadi bintang neutron dan black hole melalui beberapa tahapan.
Dalam Wikipedia (2015), disebutkan bahwa evolusi bintang adalah
rangkaian perubahan radikal yang dialami bintang selama masa hidupnya
(masa dimana ia memancarkan cahaya dan panas). Bergantung pada
ukurannya, masa ini terentang dari ratusan ribu tahun untuk bintang super
masif hingga ratusan miliar tahun untuk bintang-bintang katai coklat.
Evolusi bintang tidak dipelajari dengan cara mengamati sebuah bintang
dari lahir hingga kematiannya. Umur manusia terlalu singkat untuk melakukan
hal tersebut. Evolusi bintang dipelajari melalui analisis hasil pengamatan
ribuan bintang dengan usia yang berbeda-beda. Tugas astronom adalah
memilah-milah dan mengurutkan mana bintang yang muda dan mana yang tua
sesuai dengan karakteristik fisisnya. Pemodelan kemudian dilakukan untuk
memperkirakan struktur bagian dalam bintang dalam berbagai usia tersebut.
Kini, dengan berkembangnya teknologi komputasi, evolusi bintang dapat
disimulasikan melalui pemodelan komputer.
Evolusi bintang adalah hasil dari pertempuran terus-menerus antara
tarikan gravitasi dan tekanan ke luar yang berasal dari pembangkitan energi
nuklir.
2.2 Sumber Energi Bintang
Sejak jaman dulu, orang mencoba menerka-nerka apa sebenarnya bintang
itu, si bintik-bintik cahaya kecil di langit. Bahwa bintang sebenarnya adalah
matahari-matahari lain yang letaknya sangat jauh, sudah dipostulatkan oleh
filsuf-filsuf Yunani Kuno, Demokritus dan Epikurus, dan dipertegas pada 1584
4

oleh Giordano Bruno, seorang filsuf Italia, hingga akhirnya mencapai


konsensus di kalangan astronom seabad kemudian. Satu-satunya penghubung
antara Matahari/bintang dan pengamat hanyalah cahayanya. Untuk dapat
menjawab apakah sebenarnya bintang itu, cahaya inilah yang dikumpulkan,
disebarkan lagi, dipilah-pilah dan sebagainya. Joseph von Fraunhofer pada
1814, melewatkan cahaya Matahari pada sebuah prisma. Dia mencatat dan
memetakan sejumlah garis-garis gelap dalam spektrum Matahari, yang
kemudian disebut sebagai garis-garis Fraunhofer. Gustav Robert Kirchhoff
dan Robert Bunsen kemudian menemukan bahwa garis-garis tersebut berasal
dari gas bertekanan rendah dan berhubungan dengan suatu elemen kimia yang
berada di lapisan atas matahari. Fraunhofer juga kemudian menemukan bahwa
bintang-bintang lain juga memiliki spektrum seperti Matahari, tetapi dengan
pola garis-garis gelap yang berbeda. Jadi dari sini kemudian astronom
berkesimpulan bahwa bintang sebenarnya adalah sebuah bola gas (Sutyanto,
2010).

Gambar 1. Spektrum Bintang


Penelitian spektrum bintang dapat mengungkap elemen apa saja yang ada
di bintang, namun seberapa besar kelimpahan elemen ini baru bisa ditentukan
pada 1925 setelah Cecilia Payne-Gaposchkin, dengan menggunakan teori
ionisasi dari Meghnad Saha, berhasil mengungkapkan bahwa hidrogen adalah
elemen kimia paling berlimpah. Jadi bintang adalah sebuah bola gas yang
berpijar dengan hidrogen sebagai elemen paling berlimpah.
Darimanakah bintang atau matahari kita mendapatkan sumber energi yang
begitu besar dan sepertinya tidak pernah habis-habisnya? Dalam tahun 1854,
Helmholtz dan Kelvin mengajukan teori bahwa sumber energi matahari
berasal dari perubahan sebagian energi potensial gravitasinya menjadi energi
radiasi. Dua sumber energi yang tersimpan dalam bintang adalah energi
5

termal dan energi gravitasi. Bila suatu bintang itu mengkerut makan akan
terjadi perubahan energi potensial gravitasi menjadi energi kalor dan sebagian
dari energi ini merupakan energi yang dipancarkan atau energi radiasi. Tetapi
teori kontraksi ini tidak didukung data perhitungan yang tepat karena energi
yang dihasilkan dari pengerutan ini tidaklah akan sebesar energi yang
dihasilkan seperti sekarang ini. Disamping itu matahari ataukah bintang tidak
dapat mengerut terus menerus karena setelah beberapa juta tahun, matahari
atau bintang akan menjadi sangat mampat sekali dan tidak dapat mengerut
lagi. Akibatnya bintang atau matahari tidak menghasilkan energi lagi dan
mendingin dengan cepat, dan inilah berarti akhir dari dunia ini.
Teori pengerutan ini juga tidak didukung oleh skala waktu kosmik. Bila
matahari terus menerus mengerut maka untuk bisa sampai pada keadaan yang
7
sekarang inidiperlukan waktu sekitar 5 10 tahun. Ini tidak sesuai dengan

skala waktu geologis dimana awal kehidupan dibumi saja dimulai sejak
109 tahun yang lalu. Oleh karena itu teori kontraksi ini tidak cocok dengan
data, karena energi gravitasi matahari sama sekali tidak memadai untuk
membangkitkan luminositas seusia ini.
Berbeda dengan planet dan bulan yang dapat kita lihat karena
memantulkan

cahaya

Matahari,

bintang-bintang

termasuk

Matahari

memancarkan cahaya sendiri. Telah kita bicarakan, bahwa energi yang


dipancarkan Matahari sangat besar menurut ukuran manusia. Luminositas
Matahari adalah 3,9 x 1033 erg per detik. Energi yang dipancarkan Matahari
salam sedetik sama dengan energi yang dibangkitkan oleh semua pembangkit
energi buatan manusia selama beberapa juta tahun . beberapa bintang bahkan
memancarkan energi jauh lebih besar dari Matahari. Sebagai contoh, bintang
Betelguese berluminositas 40.000 kali Matahari. Bintang P Cygni hampir
sejuta kali terang Matahari. Sumber energi pada Matahari dan bintangbintang adalah sebagai berikut (Sutyanto, 2010):
Menurut teori relativitas Einstein, terdapat kesetaraan antara massa dengan
energi yang dapat berubah dari yang satu ke yang lainnya dengan persamaan

yang sangat terkenal yaitu

E=mc

. Kemudian pada tahun 1928, Prof.

Edinggton mengajukan bahwa sumber energi radiasi yang dihasilkan oleh


matahari atau bintang adalah berasal dari proses fusi inti ringan menjadi inti
yang lebih berat. Karena massa bintang dan massa matahari hampir 99%
terdiri dari hidrogen dan helium, maka diajukan bahwa dalam proses fusi ini
terjadi penggabungan empat inti hidrogen menjadi inti helium.

Karena massa inti hidrogen


mHe =4,002603u

mH =1,007825 u

dan massa inti helium

, berarti terdapat pengurangan massa sebesar m :

4 mH =( 4 ) ( 1,007825 )=4,0313
mHe =4,0026
m=0,0287u

Proses penggabungan inti ini disebut pula dengan fusi nuklir. Pada proses
fusi ini terdapat massa yang hilang sebesar

yang disebut pula dengan

usak massa atau mass defect. Massa yang hilang oada proses ini berubah
menjadi energi sesuai dengan hukum kesetaraan energi massa.
2
Jadi E=m c

( 0,0287 ) ( 931,5 MeV )=17,68 MeV


Energi yang dihasilkan per nukleon E / N adalah
E 17,68 Mev
=
=4,42 MeV / Nukleon
N
4

Penggabungan 4 inti hidrogent menjadi inti helium reaksi yang


selengkapnya adalah sebagai berikut.
1H
2H

1H

++ u
1H +e

+ 1H

3 H +

3 H +3 H
e

4 H +2 1H
e

Reaksi ini dinamakan reaksi proton-proton. Reaksi proton-proton ini


terjadi dipusat matahari yang suhunya sekitar

106 K . Model reaksi ini

dikemukakan oleh H.A Bethe pada tahun 1938. Sebenarnya reaksi protonproton dapat pula menempuh jalan lain, yang pada dasarnya adalah fusi 6 inti
hidrogen menjadi sebuah inti helium dan dua buah inti hidrogen kembali.
Untuk menghasilkan luminositas matahari

3,9 1020 MV

diperlukan

mengubah 600 juta ton hidrogen menjadi helium setiap detiknya. Dengan
massa hidrogen yang ada, matahari mampu mengasilkan energi seperti
sekarang inidalam waktu 10 milyar tahun. Dalam perjalanan hidup sebuah
bintang, selain reaksi proton-proton menjadi inti helium, juga terjadi reaksireaksi fusi inti helium menjadi inti karbon, inti karbon menjadi inti oksigen,
inti oksigen menjadi inti neon, dan masih banyak lagi reaksi fusi inti lainnya.
2.3 Lahirnya Sebuah Bintang
Berdasarkan hasil pengamatan, luar angkasa diantara bintang-bintang
ternyata tidak benar-benar kosong, namun terdapat materi berupa gas dan debu
yang disebut materi antar bintang. Di beberapa tempat materi antar bintang
dapat dilihat sebagai awan antar bintang yang disebut Nebula, contohnya
Nebula Orion. Kerapatan awan bintang sangatlah kecil bila dibandingkan
dengan udara di sekeliling kita. Walaupun demikian, awan bintang memiliki
volume yang sangat besar, sehingga cukup banyak untuk membentuk ribuan
bintang.
Lalu bagaimana awan antar bintang (Nebula) itu bisa membentuk bintang?
Gaya gravitasi memegang peranan sangat penting dalam proses pembentukan
bintang. Jika terjadi suatu peristiwa hebat, misalnya ledakan bintang, di suatu
tempat sekelompok materi antar bintang akan menjadi lebih mampat daripada
sekitarnya. Bagian luar awan ini akan tertarik oleh gaya gravitasi materi di
bagian dalam. Akibatnya, awan akan mengerut dan semakin mampat.
Peristiwa ini disebut kondensasi.

Tetapi, tidak semua awan yang berkondensasi itu akan menjadi bintang.
Akibat kondensasi tekanan di dalam awan akan meningkat dan akan melawan
pengerutan. Bila tekanan melebihi gaya gravitasi, awan akan tercerai kembali
dan proses terbentuknya bintang tidak akan terjadi.
Pada setiap kondensasi kerapatan gas dalam awan bertambah besar.
Riwayat gumpalan awan induk akan terjadi lagi di dalam gumpalan awan
yang lebih kecil. Demikian seterusnya. Peristiwa ini disebut fragmentasi.
Awan yang tadinya satu terpecah menjadi ratusan bahkan ribuan awan yang
mengalami pengerutan gravitasi. Pada akhirnya, suhu menjadi cukup tinggi
sehingga awan-awan tersebut akan memijar dan menjadi embrio bintang
yang disebut protostar. Jadi, bintang tidak terbentuk sendiri-sendiri namun
berasal dari suatu kondensasi besar, bintang terbentuk dalam kelompok. Hal
ini didukung oleh pengamatan. Dalam galaksi kita pun terdapat banyak gugus
bintang.
PROTOSTAR
Suatu protostar yang telah mengakhiri proses fragmentasinya akan terus
mengerut akibat gravitasinya sendiri. Materi dalam protostar sebagian besar
adalah hidrogen dengan kerapatan seragam pada awalnya. Evolusi protostar
ditandai dengan keruntuhan yang sangat cepat.
Laju evolusi pada tahap ini, temperatur di pusat bintang cukup tinggi
untuk berlangsungnya pembakaran hidrogen. Pada saat itu tekanan di dalam
bintang menjadi besar dan pengerutan pun berhenti. Ia menjadi bintang di
deret utama. Namun bila massa bintang terlalu kecil, suhu di pusat bintang
tidak akan cukup tinggi untuk berlangsungnya reaksi pembakaran hidrogen.
Bintang akhirnya mendingin dan menjadi bintang katai gelap tanpa adanya
reaksi yang berarti.
Apakah bintang yang ada ini sudah dari sejak awal bersinar seperti
sekarang ini, dan apakah bintang-bintang yang ada kini akan bersinar
demikian hingga seterusnya? Secara teoritis semua bintang nantinya akan
kehabisan bahan bakar nuklirnya, sehingga akhirnya akan kehabisan sumber
energinya. Pada mulanya diperkirakan ruang antar bintang itu hampa, namun
tidak ada laboratorium di bumi yang mampu menciptakan keadaan itu benarbenar hampa, karena masih saja ada sisa-sisa molekul gas yang ada di ruang
itu. Demikian pula halnya dengan ruang antar bintang, ruang antar bintang

tidak sepenuhnya hampa, karena daerah ruang yang amat besar ini berisikan
banyak sekali awan gas dan debu. Awan ini kebanyakan terdiri dari hidrogen
dan sekitar 2328% helium serta beberapa persen elemen berat. Awan gas dan
debu antar bintang ini disebut materi antar bintang atau interstellar matter.
Gas dan debu ini tidak tersebar secara merata, tetapi terdistribusia sebagiansebagian secara tidak teratur pada suatu daerah lebih rapat dari daerah lainnya
sehingga membentuk awan. Dimana ruang antar bintang

inilah yang

merupakan daerah terbentuknya bintang-bintang baru. Daerah ini sangat luas


dan memiliki kerapatan udara yang tinggi.
Di beberapa tempat materi antar
bintang dapat dilihat sebagai awan
antar bintang yang tampak terang bila
disinari oleh bintang-bintang panas di
sekitarnya

dan

memantulkan

atau

menghamburkan cahaya dari bintang


disekitarnya. Awan gas yang cukup
Gambar 1. Great Nebula

mampat

sehingga

bisa

terlihat

dinamakan kabutantar bintang atau


Nebula

seperti

misalnya

Great

Nebula di rasi bintang Orion dan


nebula Lagoon di rasi bintang
Sagitarius. Awan antar bintang bisa
juga tampak gelap bila awan itu menghalangi cahaya bintang atau awan di
sekitarnya. Misalnya kabut kepala-kuda di rasi bintang Orion.

Gambar 2. Kabut Kepala Kuda

10

Kerapatan awan antar bintang sangat tinggi, jauh lebih tinggi


daripada udara di sekeliling kita. Walaupun demikian suatu awan antar
bintang mempunyai volume yang sangat besar, sehingga materi di situ
cukup banyak untuk membentuk ribuan bintang. Dan memang materi antar
bintang merupakan bahan mentah pembentukan bintang. Gas-gas antar
bintang ini terbentang dalam ruang sebesar beberapa parsec dan massanya
bisa ribuan kali massa matahari. Karena gas-gas ini kerapatannya tinggi dan
bermassa besar, gravitasi mendominasi dinamika internal awan-awan gas
sehingga awan dapat runtuh ke arah pusat dan memulai proses pembentukan
bintang. Gaya gravitasi memegang peranan sangat penting dalam proses
pembentukan

bintang.

Pembentukan

bintang

dimulai

dengan

ketidakstabilan gravitasi di dalam awan molekul yang dapat memiliki massa


ribuan kali Matahari. Ketidakstabilan ini seringkali dipicu oleh gelombang
kejut dari supernova atau tumbukan antara dua galaksi.
Ada beberapa teori tentang terbentuknya bintang tetapi yang paling
mantap adalah teori yang menyatakan bahwa bintang bermula dari molekulmolekul awan dingin. Pancaran energi molekul-molekul ini menyebabkan
awan menjadi dingin dan mengerut sehingga kerapatannya bertambah dan
membentuk bola gas. Apabila bola gas ini sudah cukup rapat, maka mulai
terjadinya ikatan secara gravitasional dan bola-bola gas ini mulai terjadi
tarik menarik secara gravitasional sehingga bola gas ini terus mengerut.
Pengerutan ini menyebabkan terjadinya perubahan energi potensial gravitasi
menjadi energi radiasi. Karena kerapatan awan yang cukup besar sehinngga
tidak bisa ditembus oleh gelombang elektromagnetik. Hal ini menyebabkan
energi yang dilepas tidak bisa dipancarkan keluar dan terperangkap di dalam
sehingga memanaskan bagian dalam bintang dan menaiikkan tekanannya.
Suatu saat tekanan ini cukup besar sehingga mampu menahan pengerutan
gravitasinya sehingga tercapai keseimbangan hidrostatik. Pada mulanya
keseimbangan hidristatik hanya terjadi pada daerah pusat bola gas sehingga
menghasilkan janian (embrio) bintang, sedangkan pada bagian luarnya
belum mencapai keseimbangan hidrostatiksehingga terus mengerut dan

11

bertambah rapat menyelubungi bayi bintang yang di dalam sehingga tidak


tampak keluar. Energi yang dihasilkan dari pengerutan gravitasi ini akhirnya
sebagian keluar sebagai radiasi yang menyebabkan bintang menjadi
bercahaya sehingga bintang baru inni tampak dan lahirlah bintang muda
yang dinamakan protobintang. Sebagian lagi energinya memanaskna bagian
dalam bintang sehingga menaikkan suhu bagian dalamnya dan menambah
tekanan untuk menahan pengerutan lebih jauh.
Pada awal pengerutannya, perpindahan energi internal ini tidak
melalui radiasi, tetapi dengan cara konveksi. Setelah masa jutaan tahun, arus
konveksi di pusat bintang berhenti dan perpindahan energi didaerah ini kini
berlangsung secara radiasi. Pada fase ini bintang tetap mengerut perlahan
sehingga suhu dan tekanan dalam protobintang bertambah sampai akhirnya
tekanan radiasi bintang cukup tinggi. Tekanan gas inilah yang menahan
pengerutna dan tercapai keseimbangan dan terbentuklah suatu bintang yang
stabil. Bintang muda ini masih tetap mendapt energinya dari pengerutan
gravitasi sehingga suhu pada bagian dalam bintang terus mengalami
kenaikan hingga akhirnya suhu dipusat bintang cukup tinggi untuk
mendukung terjadinya proses reaksi inti dimana inti hidrogen berfusi
membentuk inti helium dengan melepas energi yang sangat besar. Energi
yang sangat besar ini memeberikan kalor pada bagian dalam bintang secepat
energi yang dipancarkan keluar sehingga suhu dan tekanan dipusat bintang
menjadi tetap dan pengerutan berhenti. Bintang kini dalam keadaan stabil
dan ada di deret utama usia nol (zero-age main squence).
Bintang yang massanya sekitar massa matahari akan menghabiskan
sebagian terbesar waktu hidupnya di deret utama untuk waktu sampai
milyaran tahun. Deret utama adalah kedudukan bintang dalam tingkat
evolusinya dimana terjadi pengubahan hidrogen menjadi helium. Hampir
sebagian besar bintang masa hidupnya berada di deret utama. Makin besar
massa bintang makin boros penggunaan bahan bakar energinya sehingga
makin cepat keberadaannya dalam tiap tingkat evolusinya.

12

13

BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
3.1.1 Evolusi bintang adalah perubahan perlahan-lahan sejak suatu bintang
terjadi sampai menjadi bintang yang stabil, kemudian memasuki
deret utama dalam waktu yang lama, kemudian menjadi bintang
raksasa merah, lalu mengalami keadaan degenerasi, seterusnya
melontarkan sebagaian masanya bagian luar dan membentuk masa
kecil dengan kerapatan yang besar sampai menjadi bintang neutron
3.1.2

dan black hole melalui beberapa tahapan.


Proses pembentukan bintang merupakan

reaksi

berantai.

Pembentukan bintang di suatu tempat akan memacu pembentukan


bintang di tempat lain dan materi antar bintang merupakan bahan
mentah pembentukan bintang awan antar bintang disebut nebula.
Dibutuhkan waktu jutaan hingga milyaran tahun untuk terjadinya
3.1.3

proses ini.
Pembentukan bintang dimulai dengan ketidakstabilan gravitasi di
dalam awan molekul yang dapat memiliki massa ribuan kali
Matahari. Ketidakstabilan ini seringkali dipicu oleh gelombang kejut

3.1.4

dari supernova atau tumbukan antara dua galaksi.


Evolusi pra deret utama diawali oleh pembentukan protobintang.
Suatu protobintang yang telah mengakhiri proses fragmentasinya
akan terus mengerut akibat gravitasinya. Waktu yang diperlukan
sebuah bintang berevolusi dari awan antar bintang menjadi bintang
deret utama bergantung pada massa bintang itu.

3.2 Saran
Seiring

dengan

perkembangan

ilmu

pengetahuan

dan

teknologi,

kemungkinan munculnya hal-hal baru berkaitan dengan evolusi bintang


sangatlah besar. Oleh karena itu, perlu diadakan pembaharuan terhadap teoriteori yang telah ada saat ini.

14

DAFTAR PUSTAKA
Ariasti, dkk. 2013. Perjalanan Mengenal Astronomi. Bandung: ITB
Hanif.

2004.
Evolusi
Bintang.
Tersedia
http://www.solarviews.com/cap/moon/moonint.htm.
Diakses
tanggal 4 April 2015.

pada
pada

Surya. 2006. Evolusi Bintang. Tersedia pada http://erabaru/k_01_art_53.htm.


Diakses pada tanggal 4 April 2015.
Suwitra. 2001. Astronomi Dasar. Singaraja: UNDIKSHA
Sutyanto, Winardi, 2010. Bintang-bintang di Alam Semesta. Bandung: ITB.
Rahmi. 2010. Evolusi Bintang. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Wikipedia.
2008.
Evolusi
Bintang.
Tersedia
pada
http://en.wikipedia.org./wiki/moon_fase. Diakses pada tanggal 18 April
2015.

15

Вам также может понравиться