Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Evolusi Bintang I
OLEH :
Ni Ketut Mudiantari
1313021008
1313021040
1313021043
KELAS IV/A
PRAKATA
Om Swastyastu,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkar rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Evolusi
Bintang I tepat pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah
Sains Bumi dan Kosmik untuk memenuhi penilaian semester genap.
Dalam penulisan makalah ini banyak pihak yang telah memberikan
kontribusi baik berupa moril maupun material kepada penulis. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan fisik maupun sumbangan pikiran
guna merampungkan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang dari pembaca guna menyempurnakan
makalah ini. Namun demikian, penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi
pembaca.
Om Santih, Santih, Santih Om
Singaraja, Mei 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Evolusi
Bintang
........................................................................................................
........................................................................................................
4
2.2
Sumber
Energi
Bintang
........................................................................................................
........................................................................................................
6
2.3
Proses
Terbentuknya
Bintang
........................................................................................................
........................................................................................................
7
Kesimpulan .............................................................................................
Saran ................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Astronomi merupakan ilmu tertua yang mempelajari alam semesta.
Berbeda dengan cabang ilmu lainnya, di astronomi objek yang diamati tidak
bisa dipegang karena alam semesta itu sendirilah yang menjadi laboratorium.
Hal inilah yang menjadi keunikan astronomi. Salah satu objek yang diamati
pada ilmu astronomi adalah bintang. Sejak jaman dulu, orang mencoba
menerka-nerka apa sebenarnya bintang itu, si bintik-bintik cahaya kecil di
langit. Bahwa bintang sebenarnya adalah matahari-matahari lain yang
letaknya sangat jauh, sudah dipostulatkan oleh filsuf-filsuf Yunani Kuno,
Demokritus dan Epikurus, dan dipertegas pada 1584 oleh Giordano Bruno,
seorang filsuf Italia, hingga akhirnya mencapai konsensus di kalangan
astronom seabad kemudian.
Bagi masyarakat awam bintang hanyalah objek yang memancarkan
cahaya kelap kelip di malam hari, bertaburan menemani bulan. Namun bagi
para astronom, sebuah bintang bisa menceritakan banyak hal. Bukan hanya
sekedar penambah suasana romantis. Tapi bagaimana mengamati bintang dan
informasi apa yang bisa diperoleh. Saat mengamati bintang, yang teramati
hanyalah sebuah objek kecil yang hampir mirip dengan noktah yang
memancarkan cahaya. Cahaya bintang itulah yang diamati oleh para
pengamat di bumi, karena cahaya tersebut merupakan pancaran energi dari
bintang yang diamati. Dalam pengamatan, digunakan teleskop sebagai alat
bantu dan informasi yang diterima biasanya berasal dari pancaran energi pada
panjang gelombang tertentu yakni pada panjang gelombang tampak,
inframerah dan ultraviolet.
Astronomi adalah bagian dari ilmu fisika yang membahas mengenai
ilmu perbintangan, baik itu membahas tentang jarak dan cahaya bintang,
warna dan suhu bintang, spektrum bintang, serta gerak bintang. Melalui
pengetahuan yang lebih mendalam tentang bintang-bintang maka diharapkan
lebih memahami tentang fisika bintang-bintang.
Adapun manfaat yang didapatkan dari penulisan makalah ini antara lain:
1.4.1. Bagi penulis
Penulisan makalah ini bermanfaat untuk meningkatkan
pengetahuan
penulis tentang penulisan suatu karya ilmiah dan materi evolusi bintangbintang.
1.4.2. Bagi pembaca
Penulisan makalah ini bermanfaat bagi pembaca terutama untuk menambah
pengetahuan tentang evolusi bintang-bintang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Evolusi Bintang
Evolusi bintang adalah perubahan perlahan-lahan sejak suatu bintang
terjadi sampai menjadi bintang yang stabil, kemudian memasuki deret utama
dalam waktu yang lama, kemudian menjadi bintang raksasa merah, lalu
mengalami keadaan degenerasi, seterusnya melontarkan sebagaian masanya
bagian luar dan membentuk masa kecil dengan kerapatan yang besar sampai
menjadi bintang neutron dan black hole melalui beberapa tahapan.
Dalam Wikipedia (2015), disebutkan bahwa evolusi bintang adalah
rangkaian perubahan radikal yang dialami bintang selama masa hidupnya
(masa dimana ia memancarkan cahaya dan panas). Bergantung pada
ukurannya, masa ini terentang dari ratusan ribu tahun untuk bintang super
masif hingga ratusan miliar tahun untuk bintang-bintang katai coklat.
Evolusi bintang tidak dipelajari dengan cara mengamati sebuah bintang
dari lahir hingga kematiannya. Umur manusia terlalu singkat untuk melakukan
hal tersebut. Evolusi bintang dipelajari melalui analisis hasil pengamatan
ribuan bintang dengan usia yang berbeda-beda. Tugas astronom adalah
memilah-milah dan mengurutkan mana bintang yang muda dan mana yang tua
sesuai dengan karakteristik fisisnya. Pemodelan kemudian dilakukan untuk
memperkirakan struktur bagian dalam bintang dalam berbagai usia tersebut.
Kini, dengan berkembangnya teknologi komputasi, evolusi bintang dapat
disimulasikan melalui pemodelan komputer.
Evolusi bintang adalah hasil dari pertempuran terus-menerus antara
tarikan gravitasi dan tekanan ke luar yang berasal dari pembangkitan energi
nuklir.
2.2 Sumber Energi Bintang
Sejak jaman dulu, orang mencoba menerka-nerka apa sebenarnya bintang
itu, si bintik-bintik cahaya kecil di langit. Bahwa bintang sebenarnya adalah
matahari-matahari lain yang letaknya sangat jauh, sudah dipostulatkan oleh
filsuf-filsuf Yunani Kuno, Demokritus dan Epikurus, dan dipertegas pada 1584
4
termal dan energi gravitasi. Bila suatu bintang itu mengkerut makan akan
terjadi perubahan energi potensial gravitasi menjadi energi kalor dan sebagian
dari energi ini merupakan energi yang dipancarkan atau energi radiasi. Tetapi
teori kontraksi ini tidak didukung data perhitungan yang tepat karena energi
yang dihasilkan dari pengerutan ini tidaklah akan sebesar energi yang
dihasilkan seperti sekarang ini. Disamping itu matahari ataukah bintang tidak
dapat mengerut terus menerus karena setelah beberapa juta tahun, matahari
atau bintang akan menjadi sangat mampat sekali dan tidak dapat mengerut
lagi. Akibatnya bintang atau matahari tidak menghasilkan energi lagi dan
mendingin dengan cepat, dan inilah berarti akhir dari dunia ini.
Teori pengerutan ini juga tidak didukung oleh skala waktu kosmik. Bila
matahari terus menerus mengerut maka untuk bisa sampai pada keadaan yang
7
sekarang inidiperlukan waktu sekitar 5 10 tahun. Ini tidak sesuai dengan
skala waktu geologis dimana awal kehidupan dibumi saja dimulai sejak
109 tahun yang lalu. Oleh karena itu teori kontraksi ini tidak cocok dengan
data, karena energi gravitasi matahari sama sekali tidak memadai untuk
membangkitkan luminositas seusia ini.
Berbeda dengan planet dan bulan yang dapat kita lihat karena
memantulkan
cahaya
Matahari,
bintang-bintang
termasuk
Matahari
E=mc
mH =1,007825 u
4 mH =( 4 ) ( 1,007825 )=4,0313
mHe =4,0026
m=0,0287u
Proses penggabungan inti ini disebut pula dengan fusi nuklir. Pada proses
fusi ini terdapat massa yang hilang sebesar
usak massa atau mass defect. Massa yang hilang oada proses ini berubah
menjadi energi sesuai dengan hukum kesetaraan energi massa.
2
Jadi E=m c
1H
++ u
1H +e
+ 1H
3 H +
3 H +3 H
e
4 H +2 1H
e
dikemukakan oleh H.A Bethe pada tahun 1938. Sebenarnya reaksi protonproton dapat pula menempuh jalan lain, yang pada dasarnya adalah fusi 6 inti
hidrogen menjadi sebuah inti helium dan dua buah inti hidrogen kembali.
Untuk menghasilkan luminositas matahari
3,9 1020 MV
diperlukan
mengubah 600 juta ton hidrogen menjadi helium setiap detiknya. Dengan
massa hidrogen yang ada, matahari mampu mengasilkan energi seperti
sekarang inidalam waktu 10 milyar tahun. Dalam perjalanan hidup sebuah
bintang, selain reaksi proton-proton menjadi inti helium, juga terjadi reaksireaksi fusi inti helium menjadi inti karbon, inti karbon menjadi inti oksigen,
inti oksigen menjadi inti neon, dan masih banyak lagi reaksi fusi inti lainnya.
2.3 Lahirnya Sebuah Bintang
Berdasarkan hasil pengamatan, luar angkasa diantara bintang-bintang
ternyata tidak benar-benar kosong, namun terdapat materi berupa gas dan debu
yang disebut materi antar bintang. Di beberapa tempat materi antar bintang
dapat dilihat sebagai awan antar bintang yang disebut Nebula, contohnya
Nebula Orion. Kerapatan awan bintang sangatlah kecil bila dibandingkan
dengan udara di sekeliling kita. Walaupun demikian, awan bintang memiliki
volume yang sangat besar, sehingga cukup banyak untuk membentuk ribuan
bintang.
Lalu bagaimana awan antar bintang (Nebula) itu bisa membentuk bintang?
Gaya gravitasi memegang peranan sangat penting dalam proses pembentukan
bintang. Jika terjadi suatu peristiwa hebat, misalnya ledakan bintang, di suatu
tempat sekelompok materi antar bintang akan menjadi lebih mampat daripada
sekitarnya. Bagian luar awan ini akan tertarik oleh gaya gravitasi materi di
bagian dalam. Akibatnya, awan akan mengerut dan semakin mampat.
Peristiwa ini disebut kondensasi.
Tetapi, tidak semua awan yang berkondensasi itu akan menjadi bintang.
Akibat kondensasi tekanan di dalam awan akan meningkat dan akan melawan
pengerutan. Bila tekanan melebihi gaya gravitasi, awan akan tercerai kembali
dan proses terbentuknya bintang tidak akan terjadi.
Pada setiap kondensasi kerapatan gas dalam awan bertambah besar.
Riwayat gumpalan awan induk akan terjadi lagi di dalam gumpalan awan
yang lebih kecil. Demikian seterusnya. Peristiwa ini disebut fragmentasi.
Awan yang tadinya satu terpecah menjadi ratusan bahkan ribuan awan yang
mengalami pengerutan gravitasi. Pada akhirnya, suhu menjadi cukup tinggi
sehingga awan-awan tersebut akan memijar dan menjadi embrio bintang
yang disebut protostar. Jadi, bintang tidak terbentuk sendiri-sendiri namun
berasal dari suatu kondensasi besar, bintang terbentuk dalam kelompok. Hal
ini didukung oleh pengamatan. Dalam galaksi kita pun terdapat banyak gugus
bintang.
PROTOSTAR
Suatu protostar yang telah mengakhiri proses fragmentasinya akan terus
mengerut akibat gravitasinya sendiri. Materi dalam protostar sebagian besar
adalah hidrogen dengan kerapatan seragam pada awalnya. Evolusi protostar
ditandai dengan keruntuhan yang sangat cepat.
Laju evolusi pada tahap ini, temperatur di pusat bintang cukup tinggi
untuk berlangsungnya pembakaran hidrogen. Pada saat itu tekanan di dalam
bintang menjadi besar dan pengerutan pun berhenti. Ia menjadi bintang di
deret utama. Namun bila massa bintang terlalu kecil, suhu di pusat bintang
tidak akan cukup tinggi untuk berlangsungnya reaksi pembakaran hidrogen.
Bintang akhirnya mendingin dan menjadi bintang katai gelap tanpa adanya
reaksi yang berarti.
Apakah bintang yang ada ini sudah dari sejak awal bersinar seperti
sekarang ini, dan apakah bintang-bintang yang ada kini akan bersinar
demikian hingga seterusnya? Secara teoritis semua bintang nantinya akan
kehabisan bahan bakar nuklirnya, sehingga akhirnya akan kehabisan sumber
energinya. Pada mulanya diperkirakan ruang antar bintang itu hampa, namun
tidak ada laboratorium di bumi yang mampu menciptakan keadaan itu benarbenar hampa, karena masih saja ada sisa-sisa molekul gas yang ada di ruang
itu. Demikian pula halnya dengan ruang antar bintang, ruang antar bintang
tidak sepenuhnya hampa, karena daerah ruang yang amat besar ini berisikan
banyak sekali awan gas dan debu. Awan ini kebanyakan terdiri dari hidrogen
dan sekitar 2328% helium serta beberapa persen elemen berat. Awan gas dan
debu antar bintang ini disebut materi antar bintang atau interstellar matter.
Gas dan debu ini tidak tersebar secara merata, tetapi terdistribusia sebagiansebagian secara tidak teratur pada suatu daerah lebih rapat dari daerah lainnya
sehingga membentuk awan. Dimana ruang antar bintang
inilah yang
dan
memantulkan
atau
mampat
sehingga
bisa
terlihat
seperti
misalnya
Great
10
bintang.
Pembentukan
bintang
dimulai
dengan
11
12
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
3.1.1 Evolusi bintang adalah perubahan perlahan-lahan sejak suatu bintang
terjadi sampai menjadi bintang yang stabil, kemudian memasuki
deret utama dalam waktu yang lama, kemudian menjadi bintang
raksasa merah, lalu mengalami keadaan degenerasi, seterusnya
melontarkan sebagaian masanya bagian luar dan membentuk masa
kecil dengan kerapatan yang besar sampai menjadi bintang neutron
3.1.2
reaksi
berantai.
proses ini.
Pembentukan bintang dimulai dengan ketidakstabilan gravitasi di
dalam awan molekul yang dapat memiliki massa ribuan kali
Matahari. Ketidakstabilan ini seringkali dipicu oleh gelombang kejut
3.1.4
3.2 Saran
Seiring
dengan
perkembangan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi,
14
DAFTAR PUSTAKA
Ariasti, dkk. 2013. Perjalanan Mengenal Astronomi. Bandung: ITB
Hanif.
2004.
Evolusi
Bintang.
Tersedia
http://www.solarviews.com/cap/moon/moonint.htm.
Diakses
tanggal 4 April 2015.
pada
pada
15