Вы находитесь на странице: 1из 17

MAKALAH

TINDAK LANJUT HASIL EVALUASI


Makalah diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi
Pembelajaran Matematika
Dosen Pengampu: Shinta sih Dewanti, M.Pd.

Disusun oleh:
1.
2.
3.
4.

Utari Intan Andini


Izza Kamila
Unik Fitriana
Uswatun Hasanah

(13600009)
(13600012)
(13600043)
(13600051)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika sebagai ilmu dasar, dewasa ini telah
berkembang amat pesat. Baik materi maupun kegunaannya,
sehingga dalam pembelajarannya di sekolah kita harus
memperhatikan perkembangan baik di masa lalu, masa
sekarang, maupun kemungkinan-kemungkinan di masa yang
akan datang.
Peranan penguasaan matematika dalam menunjang
keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan sangat
sentral karena penguasaan terhadap materi matematika bagi
anak

didik

menengah
tersebut

baik

di sekolah dasar maupun di sekolah

adalah
akan

mempelajari

sangat

menjadi

mata

penting
sarana

pelajaran

lain,

karena
yang
baik

penguasaan

ampuh
pada

untuk
jenjang

pendidikan yang sama maupun pada jenjang pendidikan yang


lebih tinggi.
Kenyataan di lapangan, banyak diantara siswa yang
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal. Hal itu
lebih sering dirasakan oleh rekan-rekan guru yang mengajar
di MAN Yohyakarta II. Berdasarkan pengamatan
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja problematika yang ada di MAN Yogyakarta II?
2. Apa saja solusi untuk mengatasi problematika tersebut?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui problematika yang ada di di Man
Yogyakarta II
2. Untuk mengetahui solusi untuk mengatasi problematika

BAB II
PEMBAHASAN

A. Daya Serap Siswa


Daya serap siswa terhadap pembelajaran matematika yang disajikan
guru memegang peran penting dalam suatu pemberian tes. Ketika kita
memberikan tes maka kita ingin mengetahui seberapa besar siswa dapat
menyerap pelajaran yang kita berikan.1
Tes untuk menentukan seberapa besar daya serap peserta didik
berangkat dari penguasaan mteri pembelajaran yang meliputi kegiatan
mental. Kegiatan yang berlangsung dalam mental seseorang sehingga
terjadi perubahan tingkah laku yang tergantung pada pengalaman
seseorang dan di dalam kegiatan mental inilah terjadi proses perubahan
dalam struktur kognitif yang dimilikinya. Kegiatan yang berlangsung ini
merupakan hasil transformasi proses yang bersifat internal dalam memori
siswa dari proses belajar sebelumnyadengan peristiwa eksternal yang
merupakan kodisi proes pembelajaran. Teori transformasi ini sebagai
informasi yang disimpan dalammemori jangka panjang dan memori jang
pendek. Informasi yang diubah oleh transformasi akan masuk ke dalam
memori jangka panjang dengan proses yang disebut pengkodean
(econding) yang dapat berbentuk tabel matriks, diagram, gambar rinci
mengenai informasi yang diterima. Untuk dapat masuk kedalam memori
jangka panjang mateir harus bersifat semantis yakni berhubungan dengan
1 Evaluasi pembelajaran Matematika, Drs.H.M Ali Hamzah ,M.Pd. PT
RajaGravindo, Jakarta Hal 330

makna sesuatu atau terorgasisasi secara bermakna sehingga informasi yang


disimpan ini selanjutnya dapat diingat kembali untuk digunakan.
Kalau melihat standar daya serap yang dikembangkan dalam modul
Universitas Terbuka peserta didik dapat melanjutan kegiatan belajr
berikutnya bila menyerap pelajaran sebesar 85%. Ini ditandai bila mereka
dapat menjawab soal atau tes yang diberikan dengan besar daya serap
sebesar itu. Kalau tidak peserta didik harus mengulang kembali. Dalam
menyerap pembelajaran berart ada materi yang diingat kembali.
Makna proses memngingat kembali memerlekun persyaratan yang
bersifat inernal dan eksternal. Aspek internal yaitu kontrol eksekutif yaitu
strategi kognitif dan pengharapan. Strategi kognitif yakni bagaimana
seseorang mengatur sedemikian rupa sehingga ia dapat menguasai
pengetahuan yang diterimanya dari sumber belajar apakah sumber belajar
itu berupa teknik, penyajian guru, pengalaman, lingkungan dan lainnya.
Disamping itu, seseorangmenetapkan harapan ketika belajar sedemikian
rupa sehingga apa yang diinginkannya tercapai. Sebagai faktor
eksternalnya adalah informasi yang merupakan hasil dipelajarinya hal
lain.2

2 Ibid hal 331

Skema teori olah informasi belajat dan memori dari Gagne dapat
dilihat pada skema berikut.

ENVIRON
MENT

REceptors

Exekutif control

Expentancias

Effectors

Response
Generation

Sensory
register

Short term
memory

*Bagan ini, teoti olah informasi belajar dan memori dari Gagne R.M. dislin dari Mia Damiyanti,
Pengembangan Strategi Pembelajaran Ilmu Material Kedokteran Gigi, Tesis PPS IKIP, Jakarta,
1997, hlm. 15.

Dari bagan diatas dappat dikembangkan pemikiran bahwa ada hal


yang berbentuk ingatan jangka panjang yang kedua jenis ingatan tersebut
terjadi dari interaksi mental dari komponen-koponen seperti lingkungan,
receptors, sensory register. Dengan demikian belajar merupakan proses
membangun atau mengkronstuksi pemahaman seseorang sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.2 Heinich R3 mengemukakan bahwa belajar
kognitif melibatkan rentangan yang menyeluruh mengenai kemampuan

Long term
memory

intelektual dari kemampuan sederhana yang merupakan ingatan faktual


hingga kemampuan menemukan teori baru.3
Bentuk dasar simbol merupakan kata-kata dan angka-angka yang
memungkinkan

kita

untuk

membaca,

menulis

dan

menghitung.

Kemampuan ini merupakan kontimum kemampuan-kemampuan yang


membentuk katagori keterampilan intelektual yaitu:
1. Membedakan dua rangsang yang berbeda, melihat objek yang secara
fisik hampir sama,
2. Belajar konsep, mengklasifikasi sesuatu atau ide ke dalam katagori,
3. Belajar prinsip, menerapkan prinsip pada berbagai situasi yang
berbeda.
Misalkan ada 10 indikator yang harus dikuasai siswa setelah selesai
proses pembelajaran. Selama pembelajaran berlangsung peserta didik
dengan aktif menikuti penjelasan guru tentang topik tertentu, kemudian
dilakukan tes misalnya dengan tes pilihan ganda sebanyak 10 soal.
Presentase banyak soal yang dijawab benar terhadap 10 soal tes yang
diberikan menyatakan presentase daya serap peserta didik terhadap
pelajaran yang diberikan guru. Sebagai contoh yang konkret berkut ini
diberikan hasil tes matematika 5 siswa bentuk tes tertulis pilihan ganda
mereka yang menjawab salah mendapat nilai 0 dan yang menjawab benar
mendapat nilai.

Nama
siswa
Rina
Budi
Ahma
d
Yosef
Wayan

kor
1

1
1

1
1

1
1

1
0

0
1

1
0

0
1

0
0

0
0

0
0

5
5

1
1

0
1

1
1

0
1

0
1

0
0

0
0

1
0

1
0

1
0

5
5

*tabel skor tes matematika jenis pilihan ganda

3 Ibid 332

Butir Soal
0

Soal yan sukar dikerjakan adalahno. 8 dimana yang menjawab benar


hanya seorang yakni Yosef, berarti soa itu sukar. Soal yang mudah adalah
soal nomor 1 dan nomor 3, karena empat siswa dapat menjawab benar dan
hanya satu siswa yang salah menjawabnya yakni Ahmad. Melihat skor
total yang dimiliki siswa sebesar 5 sementara bila setiap anak menjawab
benar maka skor total per anak sebesar 10, maka persentase daya serap
lima orang anak siswa ini sebesar = 5/10x100%=50%.
Ketika data hasil evaluasi belajar diolah didapat pernyataan yang
menerangkan tentang besar day serap siswa terhadap materi yang telah
diajarkan guru selama ini. Hasil evaluasi itu mengacu kepada
ketercapaiantujuan pembelajaran yang diprogramkan di sekolah diarahkan
untuk mendapat tujuan tertentu, sampai seberapa jauh tujuan telah
tercapai. Tujuan pembelajaran ini dimaksudkan untuk tercapainya
kompetensi

dasar

yang

dirumuskan

guru

dalam

rancangan

pembelajarannya. Apabila materi pokok yang telah dijabarkan dala suatu


uraian materi telah selesai dibelajarkan sebelum guru melanjutkan ke
rancangan pembelajaran selanjutnya ia perlu mengadakan ujian atau tes
dan dikenal dengan nama ujian formatif atau ulangan harian.
Kita mengenal retensi sebagai sejumlah masukan materi pengetahuan
yang diterima siswa kemudian terjadi dialog internal di dalam diri siswa,
ada yang terlupa dari masukan yang diterimanya dan apa yang ia ingat lalu
dapat dijelaskan kepada kita. Dalam rumusnya adalah:
R = M-L,
*di mana R = Retensi, M = Masukan, L = Lupa

Masukan yang diberikan dguru kepada siswa dapat saja tidak


seluruhnya diserap siswa karena masing-masing siswa mempunyai
perbedaan potensi. Guru

memberikan 100% materi pembelajaran

matematika, akan tetapi siswa hanya dapat menerima misalkan 75% dari
penerima multiindrawi. Daya serap sebesar itu yang ada dalam diri siswa

dapat diketahui dari pengukuran presentase berapa banyak indikator


kompetensi yang dikuasai.
Secara sederhana rumus daya serap siswa atas materi pembelajaran
adalah;4

yang diberikan
DS=

Jumlah pokok bahasan yang dikuasai


100
Jumlah pokok bahasan total

*Ds= rumus daya serap


B. Konsep Profil Siswa
Konsep

profil siswa merupakan hal penting dalam

mengevaluasi

pembelajaran.

mengevaluasi

kematangan

Kita

siswa

harus

ketika

dapat

mempelajari

matematika.
Profil

siswa

diperoleh

setelah

mengalami

proses

pembelajaran yang diawali dengan input, kemudian prose


dan keluar dari proses adalah output. Outpun inilah yang
kita

peroleh

pengajar,

sebagai

memberi

hasil

pembinaan,

pengarahan

membimbing,

sehingga

akhirnya

terbentuk sebagai keluaran dari suatu satuan pendidikan.


Keluaran atau produk atau output berbentuk profil idan
karakter serta kejiwaan. Profil siswa mencakup kondisi
jasmani, kondisi watak tabiat, dan karakter serta kejiwaan.
Mengevaluasi

profil

siswa

berarti

melakukan

pengukuran dan penilaian tentang bagaimana keadaan


sikan

belajar

mateamtika

termasuk

kesiapan

belajar

matematika dari siswa seperti bakat belajar matematika.5


4 Ibid hal 35

C. Ketuntasan Belajar Siswa


Tindak lanjut dari evaluasi hasil belajar selanjutnya
adalah

untuk

menentukan

ketuntasan

belajar

siswa.

Sebelum guru menyusun program semester dan program


tahunan yaitu menyusun pengalaman belajar apakah yang
harus dia berikan kepada siswa dalam satu semester serta
satu tahun agar dicapainya standar kompetensi dasar yang
sudah ditentukan.
Dalam proses pembelajaran guru tentu melakukan
penilaian dan akan lebih baik bila sekaligus menganalisis
hasil tes. Apabila tingkat ketuntasan dibawah 75% dari
jumlah total siswa yang berarti pelajaran yang telah
diberikan guru belum diserap dengan baik oleh siswa.
Untuk itu perlu dikaji kembali apakah soalnya terlalu sulit
bagi siswa atau soalnya benar-benar telah sesuai indikator
namun cara pembelajaranya kurang baik sehingga siswa
kurang memahami materi pembelajaranya.
Mengevaluasi ketuntasan pembelajran matematika
yaitu kita dapat mengevaluasi berapa lama siswa dapat
menyelesaikan materi matematika yang diajarkan dan soal
yang ditugaskan untuk

diselesaikan. Agak

sederhana

penilainya, bila tidak selesai terget yang ditentukan untuk


dapat

dikuasai

siswa

berarti

tidak

tuntas.

Walaupun

demikian tidak harus sekelas tuntas belajar, sehingga kalau


demikian yang dimaksud guru membutuhkan waktu lama.
Bagi mereka yang pandai akan menjadi bosan karena
menunggu temanya untuk belajar.
5 Evaluasi pembelajaran Matematika, Drs.H.M Ali Hamzah ,M.Pd. PT
RajaGravindo, Jakarta Hal 336

Ketuntasan belajar matematika dapat dilihat dari


kurva atau grafik bell hasil tes belajar siswa. Dalam grafik
bila ada 27% siswa bernilai rendah, 46% bernilai antara
sedang dengan baik dan 27 % bernilai tinggi maka
dikatakan proses belajar yang dilakukan guru sudah baik,
siswa dikatakan mendekati tuntas belajar. Ada 37% siswa
yang bernilai baik sampai dengan tinggi yakni integrasi dari
daerah median dengan daerah tinggi bila dilihat dari kurva
bell.
D. Peringkat Siswa dalam Pembelajaran Matematika
Mengevaluasi

peringkat siswa dalam pembelaran

matematika dapat dilakukan dengan beberapa cara satu di


antaranya adalah memberikan tes kecerdasan dan sikap.
Tes kecerdasan seperti yang lazim dilakukan dengan
menyuruh siswa mengerjakan soal esay pokok bahasan
tertentu dalam pembelajaran matematika. Soal easy dipilih
karena menjadi indikator untuk peserta didik untuk berpikir
kritis dan kreatif. Disampingnya penentuan peringkat siswa
dilihat dari keberadaanya dalam kelompoknya.
Yang dimaksud dengan kedudukan siswa atau peringkat
siswa dalam kelompoknya adalah letak seorang siswa
didalam urutan tingkatan. Dalam istilah yang umum
disebut ranking seorang siswa terhadap teman-temanya di
kelas. Untuk dapat diketahui ranking siswa-siswa di suatu
kelas maka harus diadakan pengurutan nilai siswa tersebut
mulai dari yang atas sampai dengan yang terbawah. Ini
dapat dilakukan ketika pemberian nilai hasil tes atau
nontes telah diolah datanya dan diperoleh penilaian hai
belajar. Ada beberapa cara untuk menentukan kedudukan

siswa diantara teman-temanya atau dalam kelompoknya.


Suharisimi membagi dalam empet cara yaitu:6
1.
2.
3.
4.

Ranking sederhan (simple rank)


Ranking persentase ( persentase rank)
Standar deviasi
Menggunakan z score
Simple rank adalah urutan yang menunjukan letakj atau
kedudukan seseorang dalam kelompoknya dan dinyatakan
dengan nomor atau angka biasa. Bila diketahui skor
ulangan harian bidang matematika kelas VII semester
ganjil sebagai berikut :

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Nama Siswa
Ahmad
Badu
Cecep
Dadang
Effendi
Fatimah
Gunaria
Hanifah
Irfan
Jejen

Skor
45
50
39
61
63
70
81
75
68
46

No
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Nama Siswa
Kamaludin
Lintang
Masnah
Nani
Oman
Pranata
Qibtiyah
Ruslan
Susanti
Taskia

Skor
75
75
69
60
73
78
74
65
49
60

Data skor diatas belum berurutan sehingga gak sukar


untuk melihat mana yang ranking. Untuk itu harus
diurutkan lebih dahulu dan dibuat tabel baru.
No

Nama Siswa

Skor

Ranking

No

Nama siswa

Skor

Rangkin

1
2
3
4
5
6
7

Gunaira
Pranata
Hanifah
Kamaludin
Lintang
Qibtiyah
Oman

81
78
75
75
75
74
73

1
2
4
4
4
6
7

11
12
13
14
15
16
17

Ruslan
Effendi
Dadang
Nani
Taskia
Badu
Susanti

65
63
61
60
60
50
49

g
11
12
13
14,5
14,5
16
17

6 Ibid hal 338

8
9
10

Fatimah
Masnah
Irfan

70
69
68

8
9
10

18
19
20

Jejen
Ahmad
cecep

46
45
20

18
19
20

Catatan
Hanifah, kamaludin, dan Lintang mendapat ranking

yang sama yaitu 4 (dari=

3+ 4+5
3

). Nani dan Taskia

mendapat ranking yang sama yaitu 14,5 (dari=

14 +15
).
2

Rangking terakhir selalu sama dengan nomor urut siswa


atau

banyaknya

siswa

dalam

kelompok

kecuali

ada

beberapa siswa yang mempunya persamaan skor.


E. Konsep Evaluasi Diagnostik

Model Laporan Hasil Evaluasi Hasil Belajar


1. Bentuk Laporan
Laporan kemajuan belajar peserta didik dapat disajikan dalam data
kuantitatif mapun kualitatif. Data kuantitatif disajikan dalam dalam angka
(skor), misalnya seorang peserta didik mendapatkan nilai 65 pada amata
pelajaran Matematika. Nilai kualitatif kumumnya digunakan untuk
melaporkan hasil belajar aspek efektif atau juga karakter. Misalnya guru
mata pelajaran atau guru kelas melaporkan bagaimana sikap, kedisiplinan,
kerajinan, keberhasilan dan kerapian peserta didik, dan sebagainya dengan
menggunakan kategori sangat baik, baik, cukup, kurang atau sangat
kurang.

Laporan harus disajikan dalam bentuk yang lebih komunikatif dan


komprehensif agar profil atau tingkat kemajuan belajar peserta didik
mudah terbaca dan dipahamii. Pada umumnya, orang tua menginginkan

jawaban dari pertantaan sebagai berikut:7


Bagaimana keadaan anak waktu belajar di sekolah secara akademik, fisik,

social dan emosional?


Sejauh mana anak berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah?
Kompetensi apa yang sudah dan belum dikuasai dengan baik?
Apa yang harus dilakukan orang tua untuk membantu

dan

mengembangkan prestasi anak lebih lanjut?


Untuk menjawab pertanyaan tersebut, informasi yang diberikan
kepada orang tua hendaknya:
Menggunakan bahasa yang mudah dipahami
Menitikberatkan kekuatan dan apa yang telah dicapai anak.
Memberikan perhatian pada pengembangan dan pembelajaran anak.
Berkaitan erat dengan hasil belajar yang harus dicapai dalam kurikulum.
Berisi informasi tentang tingkat pencapaian hasil belajar.
2. Rekap Nilai
Rekap nilai merupakan rekap kemajuan belajar peserta didik, yang
beris informasi tentang pencapaian kompetensi peserta didik untuk setiap
KD, dalam kurun waktu tertentu, misalnya setengah atau satu
semester.nilai yang ditulis merupakan rekap nilai suatu KD dapat diperoleh
dari tes formatif, tes sumiatif, hasil pengamatan selama proses
pembelajaran berlagsung, nilai tugas perseorangan maupun kelompok.
Rata-rata nilai KD dalam setiap aspek akan menjadi nilai pencapaian
kompetensi untuk aspek yang bersangkutan.8
3. Rapor
Rapor adalah laporan kemajuan belajar peserta didik dalam kurun
waktu satu semester. Model
7

Dr.

rapor menurut buku panduan pengisian

Sukiman,M.Pd,

Pengembangan

( Yogyakarta: Insan Madani 2012), hlm. 226.

8 Ibid, hlm 267

Sistem

Evaluasi,,

laporan

hasl

belajar

peserta

didik

yang

disusun

oleh

Dirtjen

Mandikdasmen Depdiknas 2007 masng-masing sekolah boleh menetapkan


sendiri model rapor yang dikehendaki asalkan menggambarkan pencapaian
kompetensi peserta didik pada setiap mata pelajaran yang diperoleh dari
ketuntasan kompetensi dasarnya. Selain itu, evaluasi juga dilakukan untuk
akhlak dan kepribadian peserta didik.
Kompetensi yang diuji pada penilaian sumatif berasal dari SK, KD
dan indikator semester bersangkutan. Nilai laporan peserta didik
merupakan kumulasi dari pencapaian belajar peserta didik yang diukur
melalui ulangan harian, UTS, UAS atau ulangan kenaikan kelas dengan
bermacam teknik dan instrument evaluasi yang relevan. Penilaian
dilakukan untuk setiap KD pada semua SK pada masing-masing mata
pelajaran melalui berbagai bentuk penilaian.
Pada dasarnya, bobot masing-masng nilai ditetapkan oleh sekolah.
Berikut disajikan contoh pembobotan penghitunngan nilai laporan hasil
belajar peserta didik.
Contoh 1
Bobot nilai ulangan harian, UTS dan UAS bobotnya adalah 2:1:1
Nilai ulangan harian 1, 2 dan 3 = 60, 75, 65
Rata-rata ulangan harian = 66
UTS = 55
UAS = 65
Nilai laporan hasil belajar peserta didik adalah
= {( 2 66 + ( 1 55 ) +(1 65)}: 4
= ( 132+ 55+65 ) :4
= 252:4
= 63
Semua nilai mata pelajaran dinyatakan dengan angka skala 0-100.
Peserta didik yang belum mencapai KKM harus diberi pembelajaran dan
penilaian remedial sehingga mencapai ketuntasan. Bila dalam waktu yang
tersedia(hingga akhir semester) yang bersangkutan belum juga mencapai

KKM, pencapaian/nilai tertinggi yang ia peroleh yang dimasukkan


kedalam laporan hasil belajar peserta didik.9
Pembuatan Laporan
1. Laporan untuk Orang Tua dan Siswa
Tes yang diselenggarakan sekolah perlu adanya laporan baik untuk
orang tua, lembaga maupun guru itu sendiri. Pelaporan hasil tes harus
dapat dan mudah dipahami dan bersifat objektif dan pada dasarnya harus
menggambarkan tingkat pencapaian siswa. Laporan dibedakan atas dua
cara yaitu: (1) dengan menyatakan lulus (tuntas) atau belum lulus (belum
tuntas), (2) dengan nilai siswa, laporan tentang peserta didik yang dibuat
tetap akhir suatu program dikenal dengan istilah rapor. 10
2. Laporan untuk sekolah
Selain laporan yang dibuat untuk orang tua dan siswa, suatu guru
harus juga membuat laporan untuk sekolah. Sekolah sebagai lembaga yang
bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran. Oleh karena itu pihak
sekolah berkepentingan untuk mengetahui catatan perkembangan peserta
didiknya laporan tersebut member petunjuk kepada kepala sekolah tentang
kualitas guru dan proses pembelajaran yang dikembangkannya yang
menjadi tanggung jawabnya.11
3. Laporan unruk Masyarakat
Laporan kegiatan pembelajaran pada Masyarakat merupkan hal yang
penting karena dapat meyakinkan upaya-upaya yang telah dilakukan
sekolah dan akuntabilitas sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran
matematika. Kepercayaan kepada masyarakat sangat diharapkan sehingga

9 Ibid 269-271
10 Ali Hamzah, Evaluasi Pembelajaran Matematika,, (Depok: PT Rajagrafindo
Persada 2014), hlm. 347.

11 Ibid, hlm.347

partisipasi masyarakat untuk bersama-sama memajukan sekolah dapat


dilakukan secara bersama-sama.12

BAB II
KESIMPULAN
Daya serap siswa terhadap pembelajaran matematika yang disajikan
guru memegang peran penting dalam suatu pemberian tes. Ketika kita
memberikan tes maka kita ingin mengetahui seberapa besar siswa dapat
menyerap pelajaran yang kita berikan. Konsep

profil siswa

merupakan hal penting dalam mengevaluasi pembelajaran.


Kita harus dapat mengevaluasi kematangan siswa ketika
mempelajari matematika. Profil siswa mencakup kondisi
jasmani, kondisi watak tabiat, dan karakter serta kejiwaan.
Tindak lanjut dari evaluasi hasil belajar selanjutnya
adalah

untuk

menentukan

ketuntasan

belajar

siswa.

Mengevaluasi ketuntasan pembelajran matematika yaitu


kita

dapat

mengevaluasi

berapa

lama

siswa

dapat

menyelesaikan materi matematika yang diajarkan dan soal


yang ditugaskan untuk diselesaikan.
Mengevaluasi

peringkat siswa dalam pembelaran

matematika dapat dilakukan dengan beberapa cara satu di


12 Ibid , hlm.348

antaranya adalah memberikan tes kecerdasan dan sikap.


Tes kecerdasan seperti yang lazim dilakukan dengan
menyuruh siswa mengerjakan soal esay pokok bahasan
tertentu dalam pembelajaran matematika. Soal easy dipilih
karena menjadi indikator untuk peserta didik untuk berpikir
kritis dan kreatif. Disampingnya penentuan peringkat siswa
dilihat dari keberadaanya dalam kelompoknya.

Daftar Pustaka
Yudi Pramono Pawiro.2014. Problematika Pembelajaran Matematika
https://www.academia.edu/7298642/PROBLEMATIKA_MATEMATIKA (diakses Sabtu, 08
Februari 2015 pukul 11.10 WIB)

Вам также может понравиться