Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep Pneumonia
2.1.1
Pengertian
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru;
2.1.2
Sel
terdiri
dari
jalan nafas.
Sekresi trakheobronkial dan transport mukosilier
Sepanjang traktus respiratorius dilapisi oleh epitel bersilia
dimana terdapat mukus yang dihasilkan oleh sel goblet. Eskalator
mukosilier adalah mekanisme yang penting dalam menghilangkan
dalam
menghilangkan
partikel
yang
terinhalasi.
Partikel
MEKANISME
PERTAHANAN
DARI
UNIT
RESPIRASI
TERMINAL
a. Makrofag alveolar
b.
Pertahanan imun
Paru merupakan struktur kompleks yang terdiri atas kumpulan
unit-unit yang dibentuk melalui percabangan progresif jalan
napas. Kurang lebih 80% sel yang membatasi jalan napas di
bagian tengah merupakan epitel bersilia, bertingkat, kolumner
dengan jumlah yang semakin berkurang pada jalan napas bagian
perifer. Masing-masing sel bersilia memiliki kira-kira 200 silia
yang bergerak dalam gelombang yang terkoordinasi kira-kira
1000 kali per menit, dengan gerakan ke depan yang cepat dan
kembali dalam gerakan yang lebih lambat. Gerakan silia juga
terkoordinasi antara sel yang bersebelahan sehingga setiap
gelombang disebarkan ke arah orofaring. 3
c.
2.1.3 Klasifikasi
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang
memuaskan, dan pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan
etiologi. Beberapa ahli telah membuktikan bahwa pembagian pneumonia
berdasarkan etiologi terbukti secara klinis dan memberikan terapi yang lebih
relevan.
a. Berdasarkan lokasi lesi di paru :
Pneumonia lobaris
Pneumonia lobularis
Pneumonia intersitialis
b. Berdasarkan asal infeksi :
Pneumonia yang didapat dari masyarakat (community acquired
pneumonia)
Pneumonia yang didapat dari Rumah Sakit (hospital based pneumonia)
c. Berdasarkan mikroorganisme penyebab :
Pneumonia bakteri
Pneumonia virus
Pneumonia mikoplasma
Pneumonia jamur
d. Berdasarkan karakteristik penyakit pneumonia :
Pneumonia tipikal
Pneumonia atipikal
e. Berdasarkan lama penyakit :
Pneumonia akut
Pneumonia persisten
Klasifikasi berdasarkan Lingkungan dan Pejamu
Tipe Klinis
Pneumonia Komunitas
Epidemiologi
Sporadis atau endemis; orang tua atau orang
muda
Pneumonia Nosokomial
Didahului perawatan di RS
Pneumonia Rekurens
Terdapat dasar penyakit paru kronik
Pneumonia Aspirasi
Alkoholik, usia tua
Pneumonia pada gangguan Pasien transplantasi, onkologi, AIDS
imun
2.1.4 Etiologi
Etiologi pneumonia sulit dipastikan karena kultur sekret bronkus
merupakan tindakan yang sangat invasif sehingga tidak dilakukan. Patogen
penyebab pneumonia pada anak bervariasi tergantung : 5
a. Usia
b. Status imunologis
c. Status lingkungan
d. Kondisi lingkungan (epidemiologi setempat, polusi udara)
e. Status imunisasi
f. Faktor pejamu (penyakit penyerta, malnutrisi)
Usia pasien merupakan peranan penting pada perbedaan dan
kekhasan pneumonia anak, terutama dalam sprectrum etiologi, gambaran
klinis dan strategi pengobatan.
Berikut daftar etiologi pneumonia pada anak sesuai dengan usia yang
bersumber dari data di negara maju :
Usia
Lahir 20 hari
Etiologi tersering
Bakteri
Streptococcus
Etiologi terjarang
Bakteri : Bkateri anaerob,
E.colli,
grup
Listeria monocytogenes
B,
Streptococcus
Haemophilus
grup
D,
influenza,
Streptococcus pneumoniae
Virus : CMV, HMV
Bakteri
3 minggu 3
bulan
Clamydia Bakteri
Bordetella
trachomatis, Streptococcus
pertusis,
Haemophilus
pneumoniae
Virus
Adenovirus,
aureus
Influenza, Parainfluenza 1,
2, 3
Bakteri
4 bulan 5 tahun
Clamydia
Virus : CMV
Bakteri : Haemophilus
aureus,
Neisseria
meningitidis
Virus
Adenovirus,
Rinovirus,
Parainfluenza
5 tahun - remaja
Bakteri
Clamydia Bakteri
Haemophilus
2.1.5
Patofisiologi
Istilah pneumonia mencakup setiap keadaan radang paru dimana
beberapa atau seluruh alveoli terisi dengan cairan dan sel-sel darah. Jenis
pneumonia yang umum adalah pneumonia bakterialis yang paling sering
disebabkan oleh pneumokokus. Penyakit ini dimulai dengan infeksi dalam
alveoli, membran paru mengalami peradangan dan berlubang-lubang
sehingga cairan dan bahkan sel darah merah dan sel darah putih keluar dari
darah masuk kedalam alveoli. Dengan demikian, alveoli yang terinfeksi
secara progresif menjadi terisi dengan cairan dan sel-sel, dan infeksi
disebarkan oleh perpindahan bakteri dari alveolus ke alveolus.
Dalam keadaan normal, saluran respiratorik mulai dari area
sublaring sampai parenkim paru adalah steril. Saluran napas bawah ini
dijaga tetap steril oleh mekanisme pertahanan bersihan mukosiliar, sekresi
imunoglobulin A, dan batuk. Mekanisme pertahanan imunologik yang
Infeksi
streptokokus
grup A pada
saluran
napas
bawah
10
11
sensitif
untuk
12
13
3) Pneumonia atipik
Mikroorganisme
pneumoniae,
Chlamydia
penyebab
spp,
adalah
Legionnela
Mycoplasma
pneumofilia,
dan
retikuler,
retikulonoduler,
bercak
konsolidasi,
14
Pemeriksaan Penunjang
a) Darah Perifer Lengkap
Pada pneumoia virus dan juga mikoplasma umumnya ditemukan
leukosit dalam batas normal atau sedikit meningkat. Akan tetapi
pada pneumonia bakteri didapatkan leukositosis ( 15.000
40.000/mm3 ). Dengan prdominan PMN. Leukopenia ( <
5000/mm3 ) menunjukkan prognosis yang buruk. Pada infeksi
Chlamydia kadang kadang ditemukan eosinofilia. Pada efusi
pleura didapatkan sel PMN pada cairan eksudat berkisar 300100.000/mm3, protein > 2,5 g/dl, dan glukosa relatigf lebih
rendah daripada glukosa darah. Kadang kadang terdapat
anemia ringan dan LED yang meningkat. Secara umum hasil
peneriksaan darah perifer lengkap tidak dapat membedakan
antara infeksi virus dan bakteri secara pasti.
b) C- Reaktif Protein ( CRP )
CRP adalah suatu protein fase akut yang disisntesis oleh
hepatosit. Sebagai respon infeksi atau inflamasi jaringan,
produksi CRP secara cepat distimulasi oleh sitokin, terutama IL6, IL-1 da TNF. Meskipun fungsi pastinya belum diketahui, CRP
sangat mungkin berperan dalam opsonisasi mikroorganisme atau
sel rusak.
Secara klinis CRP digunakan sebagai alat diagnostik untuk
membedakan antara faktor infeksi dan noninfeksi, infeki virus
dan bakteri, atau infeksi superfisialis atau profunda. Kadar CRP
biasanya lebih rendah pada infeksi virus atau infeksi
superfisialis daripada profunda.
15
c) Uji Serologis
Uji serologik untuk mendateksi antigen dan antibodi pada
infeksi bakteri tipik mempunyai sensitivitas dan spesifisitas
yang rendah. Secara umum, uji serologis tidak terlalu
bermanfaat dalam mendiagnosis infeksi bakteri tipik, namun
bakteri atipik seperti Mycoplasma dan chlamydia tampak
peningkatan anibodi IgM dan IgG.
d) Pemeriksaan mikrobiologis
Untuk pemeriksaan mikrobiologik, spesimen dapat diambil dari
usap tenggorok, sekret nasofaring, bilasan bronkus, darah,
punksi pleura atau aspirasi paru. Diagnosis dikatakan definitif
apabila kuman ditemukan dari darah, cairan pleura, atau aspirasi
paru.
Kultur darah jarang positif pada infeksi
Mycoplasma dan
Chlamydia.
e) Pemeriksaan rontgen Thoraks
Secara umum gambaran oto thoraks terdiri dari :
1) Infiltrat interstisial, ditandai dengan peningkatan corakan
bronkovaskuler, peribronchial cuffing dan hiperaerasi.
2) Infiltrat alveoler, merupakan konsolidasi paru dengan air
bronchogram. Konsolidasi dapat mengenai satu lobus
( pneumonia lobaris ), atau terlihat sebagai lei tunggal yang
biasanya cukup besar, berbentuk sferis, batas tidak terlalu
tegas, menyerupai lesi tumor paru, dikenal sebagai round
pneumonia.
3) Bronkopneumonia, ditandai dengan gambaran difus merata
pada kedua paru, berupa bercak bercak infiltrat yang
meluas hingga ke daerah perifer paru, disertai dengan
peningkatan corakan peribronkial.
Gambaran radiologis pneumonia meliputi infiltrat ringan pada
satu paru hingga konsolidasi luas pada kedua paru. Pada satu
penelitian, ditemukan bahwa lesi pneumonia pada anak
terbanyak berada di paru kanan, terutama di lobus atas. Bila
ditemukan di pru kiri dan terbanyak di olbus bawah, hal itu
merupakan prediktor perjalanan penyakit yang lebih berat
dengan resiko terjadinya pleuritis lebih besar.
16
17
perlu
dirawat,
simptomatis
2.1.10 Penatalaksanaan dan Terapi
cukup
diberikan
pengobatan
18
PREVENTIF
1.
Pencegahan Primer
19
2.
3.
20
2.1.11 Komplikasi
a. Efusi pleura dan empiema.
b. Terjadi pada sekitar 45% kasus, terutama pada infeksi bakterial
akut berupa efusi parapneumonik gram negatif sebesar 60%,
staphyloccocus aurens 50%, S. Pneumoniae 40-60%, kuman an
aerob 35%. Sedangkan pada mycoplasma pneumoniae sebesar
20%. Cairannya transudat dan steril, terkadang pada infeksi
bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat.
c. Komplikasi sistemik.
Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriamia beurpa
meningitis. Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia,
anemia pada infeksi kronik, peninggian ureum dan enzim hati.
Adang-kadang terjadi peninggian fosfatase alkali dan bilirubin
akibat adanya kolestatis intrahepatik.
d. Hopoksemia akibat gangguan disfusi.
e. Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia pada
masa anak-anak tetapi dapat juga oleh infeksi berulang dilokasi
bronkus distal pada cystic fibrosis atau hipogamaglobulinemia.
Tuberkulosis atau pneumonia nekrotikan.
2.2
21
Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematika dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status status kesehatan klien (Nursalam,
2001).
Tahap proses keperawatan dimulai dengan pengkajian, menentukan
diagnosa, membuat perencanaan, melakukan tindakan atau implementasi dan
evaluasi.
1.
Pengumpulan Data
a. Identitas Klien
Dikaji tentang identitas klien yang meliputi nama, umur, jenis kelamin,
b. Riwayat Kesehatan
Hal-hal yang dikaji pada bayi baru lahir dengan asfiksia setelah tindakan
resusitasi meliputi (Carpenito, 2007 dan Mansjoer, 2000) :
1. Data dasar pengkajian pasien:
a.
Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
b.
Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
c.
Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes
mellitus
22
artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan)
Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda : sputum: merah muda, berkarat
perkusi: pekak datar area yang konsolidasi
premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
Bunyi nafas menurun
Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
g.
Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid,
f.
demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
h.
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas
pemeliharaan rumah.
Analisa Data
2.2.2
23
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons
manusia dari individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Nursalam, 2001).
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul antara lain yaitu (Nurarif,
2013 dan NANDA, 2009) :
1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea
bronchial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa
oksigen darah.
3. Resiko tinggi
terhadap
infeksi
(penyebaran)
berhubungan
dengan
infeksi.
7. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan berlebihan, penurunan masukan oral.
24
2.2.4
Intervensi Keperawatan
Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses
1.
Intervensi
Berikan posisi yang nyaman
biasanya
dengan
1.
peninggian
Rasional
Meningkatkan
maksimal,
inspirasi
meningkatkan
2.
frekuensi
2.
pernapasan,
Distress
pernapasan
perubahan
pada
tanda
dan
vital
tanda vital.
3.
adanya
sesak
3.
atau
Pengetahuan
Pertahankan
perilaku
tenang
yang
kolaps paru-paru.
4.
apa
menggunakan
klien
terhadap
rencana terapeutik.
4.
Membantu
klien
mengalami
25
5.
dalam.
ansietas.
5.
mematikan alarm.
rendahnya
tekanan
oksigen.
6.
tempat
tidur
6.
Kantung
resusitasi
sangat
dan
7.
Bantulah
klien
mengontrol
7.
napas
seperti
napas
dalam,
tiba berhenti.
napas
pelan,
napas
perut,
fungsi
dari
sistem resopiratoria.
8.
8.
Auskultasi
suara
nafas,
adanya
suara-suara
yang
oksigenasi
membahayakan
seebral
atau
(umumnya
merupakan
26
Intervensi
1. Mengauskultasi
suara
nafas
Rasional
1. Obstruksi jalan napas dapat
dimanefestasikan
dengan
keluarga
tentang
suction
distres pernafasan.
bronkus
dengan
mukolitik, eks
mobilisasi
batuk
dengan
ketidaknyamanan
karena
menurunkan
dapat
upaya
batuk/menekan pernafasan.
3.
Resiko
tinggi
terhadap
infeksi
(penyebaran)
berhubungan
dengan
27
Intervensi
1. Pantau tanda vital dengan ketat
khususnya selama awal terapi
2. Tunjukkan
teknik
mencuci
Rasional
1. Selama awal periode ini, potensial
untuk fatal dapat terjadi.
2. Efektif
berarti
menurun
penyebaran/perubahan infeksi.
pengunjung
sesuai
indikasi.
adekuat
dengan
aktivitas
antimikrobial
sesuai
tetrasiklin,
sepalosporin,
amantadin.
4.
28
Intervensi
1. Evaluasi respon pasien terhadap
1.
aktivitas
Rasional
Merupakan
kebutuhan
kemampuan,
pasien
dan
2.
Menurunkan
stress
rangsangan
sesuai indikasi.
meningkatkan istirahat.
3. Bantu
pasien
memilih
posisi
3.
dan
berlebihan,
4.
Meminimalkan
kelelahan
dan
Intervensi
Rasional
1. Tentukan karakteristik nyeri, misal 1. Nyeri dada biasanya ada dalam
29
dengan
tenang / berbincangan.
menghilangkan
dan
sentuhan
lembut
dapat
ketidaknyamanan
memperbesar
efek
derajat
analgesik.
4. Aturkan dan bantu pasien dalam 4. Alat
teknik
menekan
dada
selama
episode batuk
untuk
mengontrol
dapat
digunakan
untuk
mukosa
kenyamanan
berlebihan
istirahat
umum.
Intervensi
1. Identifikasi
faktor
menimbulkan
Rasional
yang 1. Pilihan intervensi tergantung pada
mual/muntah,
penyebab masalah
30
2. Jadwalkan
atau
pernafasan 2. Menurun
efek
manual
yang
ini
dapat
meningkat
ruangan
dapat
menimbulkan
malnutrisi,rendahnya
tahanan
Intervensi
Rasional
1. Kaji perubahan tanda vital contoh 1. Peningkatan
suhu/memanjangnya
peningkatan
suhu
demam
memanjang, takikardia.
2. Kaji
turgor
kulit,
kelembapan 2. Indikator
langsung
keadekuatan
mulut
karena
nafas
mungkin
mulut
kering
dan
O2
tambahan.
3. Catat laporan mual/muntah
3. adanya
gejala
ini
menurunkan
masukan oral
4. Pantau masukan dan keluaran catat 4. Memberikan
warna,
karakter
urine.
Hitung
informasi
tentang
31
keseluruhan penggantian
cairan
atau
sedikit
sesuai
individual
6. Beri
obat
indikasi
antipiretik, antimitik.
misalnya 6. Berguna
menurunkan
kehilangan
cairan
banyak
kehilangan
dapat
kekurangan
penggunaan
memperbaiki/mencegah