Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Bayi lahir dalam tahap perkembangannya akan mempelajari beberapa
kemampuan penting (misalnya berbicara, bergaul dengan lingkungannya, serta
berjalan) menurut tahap berkelanjutan yang dapat diperkirakan dengan peranan
motivasi, pengajaran dan dukungan selama pertumbuhannya. Kemampuankemampuan
tersebut
dikenal
sebagai
tahapan
perkembangan.
Proses
yang
terlambat
(developmental
delay)
adalah
adanya
tanda-tanda
seorang
anak
mengalami
keterlambatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Global developmental delay (GDD) atau Keterlambatan Perkembangan
Global (KPG) adalah keterlambatan yang signifikan pada dua atau lebih domain
perkembangan anak, diantaranya: motorik kasar, halus, bahasa, bicara, kognitif,
personal atau sosial aktivitas hidup sehari-hari. Istilah KPG dipakai pada anak
berumur kurang dari 5 tahun, sedangkan pada anak berumur lebih dari 5 tahun
saat tes IQ sudah dapat dilakukan dengan hasil yang akurat maka istilah yang
dipergunakan adalah retardasi mental.1,2 Anak dengan KPG tidak selalu menderita
retardasi mental sebab berbagai kondisi dapat menyebabkan seorang anak
mengalami KPG seperti penyakit neuromuskular, palsi serebral, deprivasi
psikososial meskipun aspek kognitif berfungsi baik.2,3
2.2 Epidemiologi
Prevalensi KPG sekitar 5-10% pada anak di seluruh dunia, sedangkan di
Amerika Serikat angka kejadian KPG diperkirakan 1%-3% dari anak-anak
berumur<5 tahun.3 Penelitian oleh Suwarba dkk.4 di RS Cipto Mangunkusumo
Jakarta mendapatkan prevalensi KPG adalah 2,3 %. Etiologi KPG sangat
bervariasi, sekitar 80% akibat sindrom genetik atau abnormalitas kromosom,
asfiksia perinatal, disgenesis serebral dan deprivasi psikososial sedangkan 20%
nya belum diketahui. Sekitar 42% dari etiologi keterlambatan perkembangan
global dapat dicegah seperti paparan toksin, deprivasi psikososial dan infeksi intra
uterin, serta asfiksia perinatal.3
Menurut penelitian Deborah M dkk.5 prevalensi KPG di Poliklinik Anak
RSUP Sanglah adalah 1,8% dan sering ditemukan pada anak berumur lebih dari
12 bulan (67%). Rasio laki-laki dan perempuan hampir sama 1:1,12. Keluhan
terbanyak adalah belum bisa berbicara pada 16 (24%), belum bisa berbicara dan
berjalan pada 14 (21%), serta belum bisa berjalan pada 12 (18%) pasien.
Didapatkan 20% BBLR dan BBLSR, ibu berpendidikan menengah ditemukan
pada 68% kasus. Karakteristik klinis didapatkan 30% gizi kurang, 29%
awal
menentukan
perkembangan
selanjutnya,
pertumbuhan
dan
untuk
memberikan
respon
terhadap
suara,
berbicara,
yang sesuai. Masa bayi adalah masa dimana kontak erat antara ibu dan anak
terjalin, sehingga dalam masa ini pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat
besar.
3. Masa anak dibawah lima tahun (umur 12 59 bulan)
Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan
dalam perkembangan motorik (motorik kasar dan motorik halus) serta fungsi
ekskresi. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa
balita. Setelah lahir, terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan
dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung dan terjadi pertumbuhan
serabut-serabut saraf dan cabang-cabangnya. Jumlah dan pengaturan
hubungan-hubungan antar sel saraf ini akan sangat mempengaruhi segala
kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar, berjalan, mengenal huruf, hingga
bersosialisasi.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada
masa ini, sehingga setiap kelainan/penyimpangan sekecil apapun apabila tidak
dideteksi dan ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya
manusia dikemudian hari.
4. Masa anak prasekolah (umur 60 72 bulan)
Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi perkembangan
dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya keterampilan dan
proses berpikir. Pada masa ini, selain lingkungan di dalam rumah maka
lingkungan di luar rumah mulai diperkenalkan. Pada masa ini juga anak
dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca indra dan sistem reseptor penerima
rangsangan serta proses memori harus sudah siap sehingga anak mampu belajar
dengan baik. Perlu diperhatikan bahwa proses belajar pada masa ini adalah
dengan cara bermain.
2.4 Etiologi
KPG dapat merupakan manifestasi yang muncul dari berbagai kelainan
neurodevelopmental
(mulai
dari
disabilitas
belajar
hingga
kelainan
Tabel 1. Penyebab KPG menurut Forsyth dan Newton, 2007 (dikutip dari Walters
AV, 2010)8
Kategori
Genetik atau Sindromik
Teridentifikasi dalam 20% dari mereka
yang tanpa tanda-tanda neurologis,
kelainan dismorfik, atau riwayat keluarga
Metabolik
Teridentifikasi dalam 1% dari mereka
yang tanpa tanda-tanda neurologis,
kelainan dismorfik, atau riwayat keluarga
Endokrin
Traumatik
Penyebab dari lingkungan
Malformasi serebral
Palsi Serebral dan Kelainan
Perkembangan Koordinasi (Dispraksia)
Infeksi
Toksin
Komentar
Sindrom yang mudah diidentifikasi, misalnya
Sindrom Down
Penyebab genetik yang tidak terlalu jelas pada
awal masa kanak-kanak, misalnya Sindrom
Fragile X, Sindrom Velo-cardio-facial (delesi
22q11),Sindrom Angelman, Sindrom Soto,
Sindrom Rett, fenilketonuria maternal,
mukopolisakaridosis, distrofi muskularis tipe
Duchenne, tuberus sklerosis,
neurofibromatosis tipe 1, dan delesi
subtelomerik.
Skrining universal secara nasional neonatus
untuk fenilketonuria (PKU) dan defisiensi
acyl-Co A Dehidrogenase rantai sedang.
Misalnya, kelainan siklus/daur urea
Terdapat skrining universal neonatus untuk
hipotiroidisme kongenital
Cedera otak yang didapat
Anak-anak memerlukan kebutuhan dasarnya
seperti makanan, pakaian, kehangatan, cinta,
dan stimulasi untuk dapat berkembang secara
normal
Anak-anak tanpa perhatian, diasuh dengan
kekerasan, penuh ketakutan, dibawah
stimulasi lingkungan mungkin tidak
menunjukkan perkembangan yang normal
Ini mungkin merupakan faktor yang
berkontribusi dan ada bersamaan dengan
patologi lain dan merupakan kondisi yaitu
ketika kebutuhan anak diluar kapasitas
orangtua untuk dapat
menyediakan/memenuhinya
Misalnya, kelainan migrasi neuron
Kelainan motorik dapat mengganggu
perkembangan secara umum
Perinatal, misalnya Rubella, CMV, HIV
Meningitis neonatal
Fetus: Alkohol maternal atau obat-obatan saat
masa kehamilan
Anak: Keracunan timbal
untuk
menemukan
penyimpangan
tumbuh
kembang
dan
mengetahui serta mengenal faktor resiko pada anak usia dini. Melalui deteksi dini
dapat diketahui penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini, sehingga upaya
pencegahan, stimulasi, penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan
indikasi yang jelas pada masa proses tumbuh kembang. Penilaian pertumbuhan
dan perkembangan meliputi dua hal pokok, yaitu penilaian pertumbuhan fisik dan
penilaian perkembangan.6,9
Secara umum, keterlambatan perkembangan umum pada anak dapat dilihat
dari beberapa tanda bahaya (red flags) perkembangan anak sederhana seperti yang
tercantum di bawah 9,10:
Tanda bahaya perkembangan motor kasar
1. Gerakan yang asimetris atau tidak seimbang misalnya antara anggota tubuh
bagian kiri dan
kanan.
2. Menetapnya refleks primitif (refleks yang muncul saat bayi) hingga lebih dari
usia 6 bulan
3. Hiper / hipotonia atau gangguan tonus otot
4. Hiper / hiporefleksia atau gangguan refleks tubuh
5. Adanya gerakan yang tidak terkontrol
Tanda bahaya gangguan motor halus
1. Bayi masih menggenggam setelah usia 4 bulan
2. Adanya dominasi satu tangan (handedness) sebelum usia 1 tahun
3. Eksplorasi oral (seperti memasukkan mainan ke dalam mulut) masih sangat
dominan setelah usia 14 bulan
4. Perhatian penglihatan yang inkonsisten
Tanda bahaya bicara dan bahasa (ekspresif)
1. Kurangnya kemampuan menunjuk untuk memperlihatkan ketertarikan terhadap
suatu benda pada usia 20 bulan
10
biologi akibat dari gangguan prenatal atau perinatal, perubahan lingkungan akibat
salah asuh, dan akibat dari penyakit primer yang sudah secara jelas terdiagnosis
saat infant.
Tabel 2. Anamnesis Keterlambatan Perkembangan Global menurut First Lewis
dan Judith, 199410
Contoh, dari pandangan biologi, infant dengan berat badan lahir rendah
seringkali beresiko terhadap angka kejadian perdarahan intraventrikel, sepsis atau
meningitis, gangguan metabolik, dan defisit nutrisi yang dapat secara langsung
memengaruhi perkembangan otak. Anak dengan resiko lingkungan termasuk
didalamnya ibu yang masih muda dan tidak berpengalaman serta ibu yang tidak
sehat secara individu atau kekurangan finansial. Anak yang hidup dalam keluarga
bermasalah akibat obat-obatan terlarang, minuman keras dan kekerasan sering
menyebabkan hasil buruk. Anak dengan faktor resiko kondisi medis seperti
myelomeningocele, sensorineural deafness, atau trisomy 21 diketahui memiliki
hubungan dengan keterlambatan perkembangan anak. Perhatian saat ini sering
pula akibat dari infeksi virus HIV. Kurangnya motorik milestones, peubahan
perilaku, atau kognitif buruk serta perubahan fungsi serebelum dalam tahun
pertama sering dihubungkan dengan HIV.10,11
11
12
e. Imaging
13
14
evolusi reaksi postural dan kelainannya yang mudah dikenal; refleks tendon,
primitif dan plantar.
2.8.3 Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
ADHD merupakan suatu gangguan yang terjadi sangat awal dari kelahiran
bayi, yang dinamis, serta tergantung dengan perkembangan korteks. Tanda ADHD
yaitu development delay, nilai akademik yang rendah, serta permasalahan sosial.
Penggunaan milestones pada tahun ke-3 mudah mengarahkan diagnosis ADHD.
2.8.4 Autism Spectrum Disorder (ASD)
Tanda awal untuk membedakan antara ASD dengan KPG. Beberapa kata
kunci adalah gangguan bersosial. Pada tahun pertama akan sulit membedakan
antara ASD dengan KPG, yaitu ciri tidak berespon ketika nama dipanggil, afek
kurang, berkurangnya interaksi sosial, dan sulit untuk tersenyum. Pada tahun
kedua dan ketiga, bahasa tubuh yamg tidak lazim dan sangat ekspresif. Perilaku
lain yakni motorik, sensorik dan beberapa domain lain.
2.9 Penatalaksanaan
Pengobatan bagi anak-anak dengan KPG hingga saat ini masih belum
ditemukan. Hal itu disebabkan oleh karakter anak-anak yang unik, dimana anakanak belajar dan berkembang dengan cara mereka sendiri berdasarkan
kemampuan dan kelemahan masing-masing. Sehingga penanganan KPG
dilakukan sebagai suatu intervensi awal disertai penanganan pada faktor-faktor
yang beresiko menyebabkannya. Intervensi yang dilakukan, antara lain6,9,12:
1. Speech and Language Therapy
Speech and Language Therapy dilakukan pada anak-anak dengan kondisi CP,
autism, kehilangan pendengaran, dan KPG. Terapi ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan berbicara, berbahasa dan oral motoric abilities.
Metode yang dilakukan bervariasi tergantung dengan kondisi dari anak
tersebut. Salah satunya, metode menggunakan jari, siulan, sedotan atau barang
yang dapat membantu anak-anak untuk belajar mengendalikan otot pada
mulut, lidah dan tenggorokan. Metode tersebut digunakan pada anak-anak
dengan gangguan pengucapan. Dalam terapi ini, terapis menggunakan alat-alat
15
yang membuat anak-anak tertarik untuk terus belajar dan mengikuti terapi
tersebut.
2. Occupational Therapy
Terapi ini bertujuan untuk membantu anak-anak untuk menjadi lebih mandiri
dalam menghadapi permasalahan tugasnya. Pada anak-anak, tugas mereka
antara bermain, belajar dan melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi,
memakai pakaian, makan, dan lain-lain. Sehingga anak-anak yang mengalami
kemunduran pada kemampuan kognitif, terapi ini dapat membantu mereka
meningkatkan kemampuannya untuk menghadapi permasalahannya.
3. Physical Therapy
Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar dan halus,
keseimbangan dan koordinasinya, kekuatan dan daya tahannya. Kemampuan
motorik kasar yakni kemampuan untuk menggunakan otot yang besar seperti
berguling, merangkak, berjalan, berlari, atau melompat. Kemampuan motorik
halus yakni menggunakan otot yang lebih kecil seperti kemampuan
mengambil barang. Dalam terapi, terapis akan memantau perkembangan dari
anak dilihat dari fungsi, kekuatan, daya tahan otot dan sendi, dan kemampuan
motorik oralnya. Pada pelaksanaannya, terapi ini dilakukan oleh terapi dan
orang-orang yang berada dekat dengan anak tersebut. Sehingga terapi ini dapat
mencapai tujuan yang diinginkan.
4. Behavioral Therapies
Anak-anak dengan delay development akan mengalami stress pada dirinya dan
memiliki efek kepada keluarganya. Anak-anak akan bersikap agresif atau
buruk seperti melempar barang-barang, menggigit, menarik rambut, dan lainlain. Behavioral therapy merupakan psikoterapi yang berfokus untuk
mengurangi masalah sikap dan meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi.
Terapi ini dapat dikombinasikan dengan terapi yang lain dalam pelaksanaanya.
Namun, terapi ini bertolak belakang dengan terapi kognitif. Hal itu terlihat
pada terapi kognitif yang lebih fokus terhadap pikiran dan emosional yang
mempengaruhi sikap tertentu, sedangkan behavioural therapy dilakukan
dengan mengubah dan mengurangi sikap-sikap yang tidak diinginkan.
16
17
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas
Nama
: By PAKS
Umur
: 1 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Ayah : WW
Nama Ibu
: PAKS
Alamat
: Br Angsri Baturiti Tabanan
Tanggal Pemeriksaan : 27 Maret 2014
3.2 Heteroanamnesis
Keluhan Utama: Kepala belum bisa tegak
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang ke Poli Tumbuh Kembang dengan membawa rujukan dari dokter
spesialis anak dengan diagnosa cerebral palsy. Pasien dikeluhkan oleh ibunya
tidak dapat menegakkan kepalanya di usia pasien yang sudah 1 tahun. Selain itu
ibu pasien juga mengeluhkan pasien mengalami gangguan penglihatan dimana
pasien dikatakan belum bisa merespon jika diberikan mainan.
Riwayat Pengobatan
Pasien datang ke Poli Anak RSUP Sanglah pada tanggal 30 April 2014 untuk
kontrol setelah pulang dari rumah sakit pada tanggal 25 April 2014 dengan
riwayat MRS selama satu bulan di Cempaka Barat dan datang ke Poli THT dan
mendapat rencana penanganan OAE.
Tanggal 17 Oktober 2013 pasien datang dengan diagnose Global developmental
delay dengan gizi baik dan konsul ke bagian Neuro anak, THT, kontrol URM, dan
psikiatri anak.
Tanggal 18 Oktober 2013 pasien datang ke Poli anak diagnosa delayed speech dan
mikrosepali, pasien menolak untuk melaksanakan MRI (karena alasan ekonomi).
Untuk rehabilitasi medis pasien datang dengan diagnosa rujukan GDD + Gizi
Baik dengan keadaan leher belum bisa tegak, belum bisa duduk dan belum bisa
telungkup. Pasien diminta untuk berlatih head balance, latihan duduk dan
telungkup. Pasien juga diminta untuk latihan terapi okupasi 1 minggu sekali
dengan program stimulasi sensomotor.
Tanggal 27 Maret 2014 pasien datang ke Poli Anak RSUP Sanglah dengan
rujukan dari dokter spesialis anak dengan diagnosa cerebral palsy dan konsul ke
Poli Mata untuk gangguan penglihatannya.
Riwayat Penyakit Terdahulu :
18
MRS selama 27 hari yaitu pada tanggal 29 Maret 2013 - 25 April 2014 di ruang
Cempaka Barat dengan diagnosis utama BKB + BBLR dan diagnosis sekunder
observasi konvulsi et causa metabolik, apneu of prematurity respiratory distress et
causa HMD grade I, SNAD, dan Mild LPA stenosis. Pasien memiliki riwayat
transfusi
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami masalah yang sama. Kakak pasien
meninggal dalam usia satu hari karena lahir dengan berat badan 500 gram.
Riwayat Kehamilan:
Saat masa kehamilan ibu pasien tidak mengkonsumsi obat obatan tertentu. Selama
6 bulan kehamilan ibu pasien melakukan ANC di dokter kandungan dengan
frekuensi 1 kali perbulan dan pada bulan ke 7 melakukan pemeriksaan ANC di
seorang bidan yang berlokasi di Tabanan.
Riwayat Persalian:
Ibu pasien melahirkan dibantu seorang bidan pada tanggal 28 Maret 2013 jam
02.55, dengan usia premature 32 minggu dengan berat badan rendah 2200 gram
panjang badan 46 cm dan langsung menangis. Pasien telah mendapatkan vitamin
K dari bidan.
Riwayat Nutrisi:
Pasien tidak mendapat ASI, hanya mendapat susu formula dari baru lahir hingga
sekarang. Sehari hari pasien makan 3 kali sehari. Dengan komposisi makanan
nasi, lauk, dan sayur kadang kadang buah buahan. Pasien gemar mengkonsumsi
makanan ringan.
Riwayat tumbuh kembang:
Menggunakan Denver II sebagai alat skrening:
-Melambaikan tangan (Da-Da)
F
-Tepuk tangan
F
-Makan sendiri
F
-Memegang dgn ibu jari dan jari lain
F
-Membenturkan 2 kubus yang dipegang
F
-Mengambil 2 kubus
F
-Mengoceh
F
-Kombinasi 2 suku kata yang sama
F
-Papa/mama asal bunyi
F
-Bangun dan duduk sendiri
F
-Bangkit sendiri untuk berdiri
F
-Berdiri dengan pegangan
F
Riwayat Imunisasi:
19
Pasien telah mendapat imunisasi dasar lengkap yaitu BCG sebanyak 1 kali, DPT
dan Polio sebanyak 4 kali, Campak sebanyak 1 kali dan Hepatitis B sebanyak 3
kali. pasien diimunisasi di Puskesmas Tabanan.
Riwayat sosial:
Saat ini pasien tinggal bersama kedua orang tuanya. Pasien merupakan
anak tunggal. Kakak pasien meninggal sewaktu berusia 1 hari. Ayah pasien
merupakan pegawai swasta dengan penghasilan di bawah rata rata.
Ibu pasien merupakan ibu rumah tangga yang sehari harinya hanya
mengerjakan pekerjaan rumah tangga, pendidikan terakhir ibu pasien SMP.
Menurut ibu pasien, pasien tidak bisa bergaul dan bermain dengan teman
seusia pasien. Pasien juga susah berkomunikasi dengan orang tua dan orang orang
disekitarnya.
3.3 Pemeriksaan Fisik
St. Present :
KU
: baik
Kesadaran
: compos mentis
Nadi
: 110 x/mnt
RR
: 30x/menit
Tax
: 36,5 oC
BB
: 9 Kg
BBI
: Kg
PB
: 77 cm
LK
: 46 cm
LLA
: cm
Waterlow
: 91,1 % (Gizi baik)
WHO
: BB/U
: -2 sd 0
TB/U
:0-2
BB/TB
: -2 sd -1
LK/U
:0
Status general
Kepala
: Normal
Mata
: Anemis -/-, ikterus -/- ,
THT
Leher
:Telinga
: sekret -/Hidung
: sekret -/-, napas cuping hidung (-), cyanosis (-)
Tenggorok
: faring hiperemis (-), T1/ T1
: pembesaran kelenjar (-)
Thoraks
:Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
20
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Aksila
: pembesaran kelenjar (-)
Abdomen
:
Inspeksi
: distensi (-)
Auskultasi
: bising usus (+) normal
Palpasi
: hepar-lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi
: timpani
Kulit
Genitalia
Inguinal
Ekstremitas
: turgor normal
: tidak ada kelainan
: pembesaran kelenjar (-)
: akral hangat (+), cyanosis (-), edema (-), CRT < 2 detik
Status Neurologis
Kaku kuduk
Tenaga
Tonus
Refleks patologis/primitif
Refleks fisiologis
Tropi
Gerakan involunter
Nervus kranialis
: (-)
: 555 / 555
555 / 555
:N/N
:
N/N
Refleks
menggenggam
+/+,
refleks
Personal sosial
= 1 Delay + 2 Caution
Motorik halus
= 1 Delay + 2 Caution
Bahasa
= 2 Delay + 1 Caution
Motorik kasar
= 3 Delay
Interpretasi Denver II pada pasien ini adalah SUSPEK
3.5 Diagnosis klinis
Keterlambatan Perkembangan Global
3.6 Diagnosis Banding
Palsi serebral
21
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien perempuan, 1 tahun tidak rutin datang ke Poliklinik tumbuh kembang
didiagnosis global developmental delay setelah beberapa kali melakukan
kunjungan. Saat dikunjungi ke rumahnya pasien belum mampu berjalan mandiri,
belum mampu berbicara, seperti anak seusianya.
22
23
Dan pada pasien ini tidak didapatkan riwayat kejang11,12, sehingga pemeriksaan
EEG tidak direkomendasikan.
Terdapat beberapa gambaran serupa GDD, diantaranya retardasi mental,
palsi serebral, ADHD, ASD. Mengenai diagnosis retardasi mental yang juga
memiliki gangguan kemampuan adaptasi seperti pada GDD, diagnosis retardasi
mental harus didasarkan pada hasil tes IQ yang baru dapat dilakukan pada usia
diatas 5 tahun12, sedangkan pasien ini berusia di bawah 5 tahun. Sehingga,
diagnosis retardasi mental dapat disingkirkan. Untuk diagnosis banding lainnya,
yaitu ADHD, diperlukan adanya suatu bukti nyata development delay, nilai
akademik yang rendah, serta permasalahan sosial. Dan penggunaan milestone
pada tahun ke-3 mudah mengarahkan diagnosis ADHD 12 sedangkan pasien belum
berusia 3 tahun. Selain itu selama observasi pasien dapat menaruh perhatian
terhadap kami. Sehingga diagnosa dapat disingkirkan. Pasien ASD akan
memberikan gambaran perilaku yang khas. Pada pasien ini, nampak sangat ceria,
aktif, melakukan kontak mata ketika diajak berbicara, dan tidak terlihat
melakukan suatu hal yang monoton baik saat observasi ataupun dari
heteroanamnesis.
Diagnosis banding yang paling dekat untuk kasus ini adalah palsi serebral.
Pertama, pada pasien ini memiliki faktor risiko untuk terjadinya palsi serebral,
yaitu berat badan lahir rendah. Kedua, manifestasi yang serupa, yaitu adanya
keterlambatan perkembangan global dan wajah/kepala dismorfik. Untuk
menganalisis adanya kecurigaan palsi serebral, kami menggunakan tuntunan
kriteria Levine (dikutip dari Soetjiningsih, 19957). Dari anamnesis, faktor risiko
penting selain BBLR seperti riwayat kejang atau epilepsi tidak ditemukan. Pada
pemeriksaan fisik, tidak ditemukan adanya abnormalitas tonus otot, seperti
spastisitas ataupun flaksid. Tidak juga terdapat strabismus pada pasien, karena
bola mata terlihat posisinya di tengah, meskipun posisi kedua mata tidak simetris
yang menurut kami merupakan suatu kelainan dismorfik.. Refleks menggenggam
pada pasien masih terlihat. Pada saat pemeriksa meletakkan jarinya di telapak
tangan pasien, pasien secara refleks menggenggamnya. Refleks babinski juga
ditemukan positif pada pasien. Sehingga, berdasarkan penemuan-penemuan ini
24
pasien
memang
memiliki
keterlambatan
perkembangan
global
namun
BAB V
SIMPULAN
25
DAFTAR PUSTAKA
26
1. Shevell MI. The evaluation of the child with a global developmental delay.
Seminar Pediatric Neurology. 1998;5:2126.
2. Fenichel GM. Psychomotor retardation and regression. Dalam: Clinical
Pediatric
Neurology:
A signs
and symptoms
http
//idai.or.id/public-articles/seputar-kesehatan-anak/mengenal-
keterlambatan-perkembangan-umum-pada-anak.html.
10. First LR, Palrey JS. Current Concepts: The Infant or Young Child with
Developmental Delay. The New England Journal of Medicine 1994; 7478483.
11. Srour M, Mazer B, Shevell MI. Analysis of clinical features predicting
etiologic yield in the Assessment of global development delay. Pediatrics
2006;118:139-45.
12. Menkes JH. Textbook of Child Neurology. 4th. ed. Philadelphia: Lea &
Febiger 1990; 306-311.
27
28
LAMPIRAN
29