Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh:
Andreas Kurniawan
1106052940
Anifah
1106011461
Devi Nathania
1106052985
Mauhibiya Shofa
1106010515
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
Analisis Sifat Minyak Bumi (Octane Number) ini merupakan salah satu tugas yang
diberikan pada mata kuliah pilihan PENGOLAHAN MINYAK BUMI pada semester 6
ini.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapatkan banyak bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, sepantasnya jika kami mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Nelson Saksono yang telah memberikan kepercayaan dan kesempatan
kepada kami untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini serta memberikan
pengarahan dan bimbingan kepada kami.
2. Semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung,
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang positif agar makalah ini dapat menjadi lebih baik
dan berdaya guna di masa yang akan datang.
Akhir kata, kami berharap supaya makalah ini dapat menjadi salah satu sumber
referensi ilmiah yang bermanfaat bagi banyak pihak. Terima kasih.
Depok, 11 Maret 2014
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan 4
BAB II Metode Analisis
21
INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
Bensin, atau disebut juga gas (Amerika Serikat dan Kanada), atau petrol
(Inggris) atau benzine (Eropa) merupakan senyawa campuran yang mudah menguap,
hidrokarbon cair dari minyak bumi yang mudah terbakar serta digunakan sebagai
bahan bakar untuk mesin dengan pembakaran internal. Bensin juga sering digunakan
sebagai pelarut minyak dan lemak. Sejatinya bensin merupakan produk sampingan
dari industri minyak bumi (produk utama minyak bumi adalah minyak tanah), akan
tetapi bensin menjadi bahan bakar mobil yang lebih disukai karena energi
pembakarannya yang tinggi.
Bensin merupakan campuran hidrokarbon yang memiliki titik didih di bawah
o
180 C (355 F) atau, paling banyak, di bawah 200 C (390 F). Konstituen
hidrokarbon dalam rentang didih ini adalah senyawa hidrokarbon yang memiliki 4
sampai 12 atom karbon dalam struktur molekulnya dan dapat diaktegorikan ke dalam
tiga jenis umum, yaitu Parafin (termasuk sikloparafin dan struktur bercabang),
Olefin, dan Aromatik.
Kualitas berbagai
bumi tergantung
pada
komposisi dan jenis hidrokarbon yang ada dalam campuran. Bilangan oktan (Octane
Number) merupakan salah satu karakteristik dari bahan bakar yang digunakan dalam
mesin dengan memanfaatkan busi seperti bensin dan bahan bakar jet. Bilangan ini
menunjukkan karakteristik antiknock suatu bahan bakar dan sangat bergantung pada
jenis hidrokarbonnya. Bilangan oktan dari bahan bakar dapat ditingkatkan dengan
penambahan Oxygenates seperti TEL, MTBE atau TAME. Bilangan oktan dari fraksi
tanpa aditif biasanya disebut sebagai bilangan oktan bersih (clear octane number).
Zat adiktif ini biasanya berbahaya bagi lingkungan. Oleh karena itu metode untuk
meningkatkan bilangan oktan melalui proses seperti Alkilasi dilakukan dalam kilang.
Standar yang ditetapkan di banyak negara dan produsen mobil adalah bahan bakar
dengan bilangan oktan minimum sebesar 95. Di Eropa, bensin untuk kualitas tinggi
h
a
r
u
s
m
e
Penentuan bilangan oktan diperoleh dari dua prosedur pengujian, yaitu dengan
metode pertama yang disebut Motor Octane Number-MON (indikasi kinerja
kecepatan tinggi) (ASTM D-2700 dan ASTM D-2723) dan metode kedua yang
disebut Research Octane Number-RON (indikasi kinerja jalan normal) (ASTM D2699 dan ASTM D-2722). Perbedaan antara RON dan MON disebut sebagai
sensitivitas. Bagan bakar dengan sensitivitas yang rendah lebih menjanjikan
dibandingkan dengan bahan bakar dengan sensivitas tinggi.
Dalam metode pengujian yang digunakan untuk menentukan sifat antiknock
bensin, perbandingan dibuat antara campuran-campuran dari dua hidrokarbon murni,
n-heptana dan iso-oktana (2,2,4-trimetil-pentana). Iso-oktan memiliki bilangan oktan
100 dan memiliki ketahanan yang tinggi terhadap ketukan, sedangakan n-heptana
memiliki ketahanan yang cukup rendah terhadap ketukan.
Studi ekstensif terhadap bilangan oktan dari masing-masing hidrokarbon murni
telah menghasilkan beberapa aturan umum. Sebagai contoh, parafin normal memiliki
karakteristik ketukan yang paling tidak diinginkan dan hal ini menjadi semakin buruk
dengan meningkatnya berat molekul. Iso-parafin memiliki nomor oktan lebih tinggi
daripada isomer normal yang terkait dan bilangan oktan meningkat dengan
bertambahnya percabangan rantai. Olefin memiliki nomor oktan lebih tinggi
dibandingkan parafin terkait; Naphthan biasanya memiliki sifat yang lebih baik
daripada parafin normal akan tetapi jarang memiliki nomor oktan yang sangat tinggi;
Aromatik biasanya memiliki bilangan oktan cukup tinggi. Campuran n-heptana dan
iso-oktana dapat dijadikan sebagai referensi untuk peningkatan kualitas bensin dan
menyediakan berbagai macam kualitas yang digunakan sebagai skala antiknock.
Misalnya, bensin dengan kemampuan ketukan yang cocok dengan campuran 90%
iso-oktana dan 10% n-heptana memiliki bilangan oktan 90. Namun, banyak
hidrokarbon murni dan bahkan bensin komersial telah memiliki kualitas antiknock di
atas bilangan oktan 100.
INDONESIA
BAB II
METODE ANALISIS
Berdasarkan ASTM bilangan oktan terbaru (ASTM D 2885 03) yang kami
dapatkan dari Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, maka
metode pengujian standar dalam penentuan bilangan oktan (octan number) dari
penyalaan bahan bakar mesin adalah dengan menggunakan teknik perbandingan
langsung On-Line.
2.1 Prinsip Dasar
Untuk menentukan RON (Research Octane Number) dan MON (Motor
Octane Number) dapat dilakukan dengan memanfaatkan operasi mesin CFR
standar yang disesuaikan dengan kondisi pengujian, serta dengan menggunakan
siklus yang berulang secara otomatis yang dapat membandingkan karakteristik
ketukannya dengan ketukan bahan bakar referensi dimana bilangan oktannya telah
diketahui. Perbedaan karakteristik ketukan (knock) dapat diukur sebagai
perbedaan intensitas pada rasio kompresi yang sama atau perbedaan rasio
kompresi pada intensitas sama. Sampel masuk ke dalam mesin karburato CFR,
kemudian bahan bakar referensi juga dimasukan pada mesin tersebut. Setelah itu
sistem kontrol akan melihat perilaku kedua bahan bakar tersebut dari beberapa
variable uji. Rasio bahan bakar-udara ditambahkan untuk menambah intensitas
knock bahan bakar.
INDONESIA
4. Metode tes ini memanfaatkan unit pengetesan knock atau sistem analis
otomatis yang menghubungkan kontrol komputer dari berbagai macam mesin
CFR dengan alat yang digunakan di metode tes D 2699 dan D 2700.
1. Pengukuran knock berdasarkan operasi dari kedua jenis bahan bakar di
rasio udara-bahan bakar spesifik yang menghasilkan intensitas knock
paling banyak.
2.
3.
5. Metode ini digunakan terbatas untuk bilangan oktan penyalaan bahan bakar
mesin 78-102.
6. Perbedaan bilangan oktan antara sampel dan bahan bakar referensi dibatasi
oleh spesifikasi ditentukan dari standar dan prototipe bahan bakar.
7. Spesifikasi untuk seleksi, preparasi, penyimpanan, dan pembagian dari
standar dan prototipe bahan bakar sudah disediakan. Prosedur untuk
menentukan bilangan oktan juga sudah dicantumkan.
8. Kondisi operasi semua dalam unit SI. Nilai yang ada didalam tanda kurung
berarti dalam satuan inch-pound. Pengukuran standarisasi mesin CFR
selanjutnya dinyatakan dalam inch-pound.
9. Dalam standar ini tidak dijelaskan mengenai keamanan, pengguna diharapkan
bertanggung jawab terhadap keamanan prosedure pengukuran ini. Silahkan
melihat section 8 dan annex A1 untuk panduang bahan-bahan berbahaya.
2.2 Persiapan Materi Uji
1. Peralatan
Metode tes ini menggunakan sistem pengukuran analitis multi komponen
(AMS). Sistem ini juga dilengkapi oleh mesin tes knock yang bekerja dengan
INDONESIA
sampel
stream
dan
kemudian
diolah
untuk
p
2. Perbedaan Rasio Kompresi
O. N =
14
Octane Number menggunakan ukuran delta octane number dan ocatane number dari
perbandingan bahan bakar acuan
Octane number dihitung dengan formula berikut:
O.N aliran sample= O.N+ perbandingan O.N bahan bakar acuan
Pengujian Pengukuran Sistem Kontrol Kualitas Secara Analitik
1. Mengkonfirmasi operasi dari sistem pengukuran secara analitik dan kualitas
CRF dengan mengukur delta octane number diantara CRF dan bagian control
kualitas bahan bakar setidaknya minimal satu kali dalam smeinggu atau ketika
CRF digunakan.
Pengujian control kualitas ditujukan untuk memonitoring dan
mengkonfirmasi kestabilan seluruh sistem pengukuran O.N sepanjang waktu,
hal ini ditujukan sebagai sebuah tambahan pendukung untuk sistem kualifikasi
pemeriksaan akhir dan tidak dapat digunakan untuk mengganti sistem kualifikasi
pemeriksaan akhir.
10
waktu operasi yang sama untuk setiap bahan bakar. Periode waktu untuk
operasi untuks etiap bahan bakar adalah selama 4 menit atau lebih lama.
3. Rangkaian AS antara CRD dan bagian dari control kualitas bahan bakar sampai
pada minimum dua siklus selesai. Sbeuah siklus lengkap terdiri dari satu periode
operasi ada satu bahan bakar (CRF), diikuti dnegan satu peirode pada bahan
bakar kedua (sebagian dari control kualitas bahan bakar),
4. Penentuan rata-rata O.N dan Jangkauan
1. Menyusun dalam bentuk table nilai O.N termasuk tanda aljabar
yang tepat
2. Menghitunga rerata O.N dengan tanda aljabar yang tepat
3. Menghitung range data dengan menggunakan rumus berikut:
Range Data= O.N maksimu O.N minimum
5. Menggunakan Grafik control yang tepat atau teknik yang sebanding dengan cara
statistic untuk menaksis O.N rata-rata dan range nilai relative untuk
menentukan nilai-nilai perkiraan untuk pasangan control kualitas bahan bakar.
Jika sebuah situasi diluar statistic terdeteksi, perikasapengukuran sistem operasi
secara analitik dan kualitas CRF untuk mengetahui penyebab dasar. Grafik
control yang tepat adalah I/MR-2 untuk O.N rata-rata dan jarak grafik untuk
jangkauan.
Presisi dan Ketidakpastian
1.
2.1. Dalam tujuan aplikasi online dari metode uji ini, dimana O.N ganda dirata-rata
untuk mendapatkan sebuah FPAPV( Flow-Proportionaed Average Property
Value) untuk nilai O.N dari sebuah penawaran atau kumpulan produk, batas
11
untuk dapat dihasilkan atau diproduksi kembali ditetapkan oleh ASTM, untuk
O.N individu, hasil pada pasangan bahan bakar yang sama adalah kegunaan
yang kecil karena penawaran sama akan membutuhkan uji dari sistem
pembanding yang lain menggunakan bahan bakar yang tepat sam. Oleh karena
itu, untuk membuat perbnadingan perbedaan yang berarti antara dua nilai
O.N dihasilkan oleh dua darisistem opersi yang berbeda. Semua metric yang
lebih berguna kemapuan dihasilkannya kembali O.N-bar dimanakemudian
dihitung dari nilai unit O.N sebanyak n yang dihasilkan dari sistem dibawah
kondisi masih dapat diulang.
2.2. Pengguna disarankan untuk berkonsultasi dan mengacu pada appendix dari
metode uji untuk deskripsi detail tentnag bagaimana mengestimasi variable
berhubungan degan FPAPV untuk ocatane number dari sebuah penawaran atau
sekumpulan material yang didapatkan menggunakan metod euji dan Latihan
D.6624
Informasi Hazard
Dalam kinerja dari method uji ini ada beberapa potensi hazard untuk personal.
Klasifikasi dari haard yang ditimbulkan dituangkan dalam beberapa peringatan yaitu:
1. Material yang Mudah Terbakar dari Asap berbahaya
Sumber hazard: Mesin minyak pelumas
2. Mudah Terbakar. Asap atau gas berbahaya jika terhirup. Gas atau asapa dapat
menyebabkan kebakaran
Sumber hazard: Bahan bakar uji, oksigen, ptototype bahan bakar, aliran sample
bahan bakar, bahan bakar standar.
3. Beracun. Menjadi fatal jika terhirup atau tertelan
Sumber hazard: Campuran anti beku, antibeku dari glycol, Pendingin
terhalogenasi, Pelarut terhalogenasi,Timbal organometal atau mangan.
12
2.
3.
4.
5.
90%
volumenya
untuk
13
2. Working Containers
Memastikan volume working containers cukup untuk digunakan untuk
menjamin prototipe bahan bakar pada sistem analisis dan yang di ambil kedalam
flush volume bahan bakar yang akan dikonsumsi dalam memulai sistem. Serta
mensetting sistem analisi dan me-running berbagai jenis sample. Container
penyimpanan bahan bakar harus disimpan tanpa adanya vapor loss ataupun
hamparan terhadap cahaya. Kondisi working containers harus bersih, kering, dan
bersih dari segala kontaminasi yang dapat terlarut kedalam hidrokarbon.
Working containers juga harus selalu dicheck apakah terdapat kebocoran.
3. Fuel Dispensing
Fuel dispensing memerlukan metode dimana dalam memindahkan bahan bakar
dari bulk receiver menuju working container tidak berdampak pada kualitas
bahan bakar.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
90%
volumenya
untuk
15
16
BAB III
KESIMPULAN
1. Bilangan oktan (Octane Number) merupakan salah satu karakteristik dari bahan bakar
yang digunakan dalam mesin dengan memanfaatkan busi seperti bensin dan bahan
bakar jet. Bilangan ini menunjukkan karakteristik antiknock suatu bahan bakar dan
sangat bergantung pada jenis hidrokarbonnya
2. Perhitungan O.N dapat menentukan perbedaan dari bahan bakar mesin pengapian
yang tercampur in-line. Pengukuran O.N dijumlahkan dengan O.N bahan bakar
referensi sehingga menghasilkan motor octane number dari aliran material proses atau
bahan bakar mesin pengapian in-line.
3. Metode tes ini menggunakan sistem pengukuran analitis multi komponen (AMS).
Sistem ini juga dilengkapi oleh mesin tes knock yang bekerja dengan mengukur lalu
mengirimkan sinyal yang merepresentasikan O.N. semua alat digunakan alat yang
otomatis seperti untuk sistem kontrol dan sistem peredaran bahan bakar, dan juga
monitoring konversi variabel pengetesan seperti rasio kompresi dan intensitas knock
menjadi O.N.
4. Nilai oktan sebuah bahan bakar yang paling umum di seluruh dunia adalah nilai
Research Octane Number (RON). RON ditentukan dengan mengisi bahan bakar ke
dalam mesin uji dengan rasio kompresi variabel dengan kondisi yang teratur. Nilai RON
diambil dengan membandingkan campuran antara iso-oktana dan n-heptana. Misalnya,
sebuah bahan bakar dengan RON 88 berarti 88% kandungan bahan bakar itu adalah isooktana dan 12%-nya n-heptana.
17
INFORMASI TAMBAHAN
a. Definisi
1. Nilai referensi yang diterima, n- sebuah nilai yang berlaku sebagai
referensi untuk perbandingan yang sudah disepakati, dan yang diturunkan
dari (1) nilai teoritis, (2) nilai yang dipakai yang berbasis dari eksperimen
organisasi nasional dan internasional, (3) nilai yang telah disetujui secara
umum yang berasal dari kolaborasi eksperimen grup peneliti dan
insinyur.
E 456/E 177
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Rasio bahan bakar dan air di intensitas knock maksimum pada tes
knocking
8.
Guide table untuk tes knocking
9. Knock di mesin pengapian
10. Intensitas knock untuk tes knock
11. Knockmeter untuk tes knock
12. Bilangan oktan motor untuk bahan bakar mesin pengapian
13.
Kondisi berulang
14. Reproducibility condition
15. Research octane number untuk bahan bakar pengapian.
16. Spread di pengukuran knock
17.
Site assigned value
18.
Site precision condition
19. Sampel
2. Definisi dari term spesifik pada standar berikut
1.
2.
iii.
4.
5.
3. Singkatan (Akronim)
1. AMS Analytical Measurement System
2. ARV Accepted Reference Value
3.
RONARV Research Octane Number Accepted Reference Value
4.
MONARV Motor Octane Number Accepted Value
5. SAV Site Assigned Value
6.
RONSAV Research Octane Number Site Assigned Value
7.
MONSAV Motor Octane Number Site Assigned Value
8.
C.R. Compression Ratio
9.
K.I. Knock Intensity
10. O.N. Octane Number
11. O.N.- Delta Octane Number
12. PRF Primary Reference Fuel
13.
CRF Comparison Reference Fuel
4. Simbol
1.
2.
19
DAFTAR PUSTAKA
Weisman, W. ed. 1998. Analysis of Petroleum Hydrocarbons in Environmental Media.
Total Petroleum Hydrocarbon Criteria Working Group Series. Amherst Scientific
Publishers, Amherst, MA.
Speight, J.G. 2005. Environmental Analysis and Technology for the Refining Industry.
JohnWiley & Sons Inc. Hoboken. New Jersey.
ASTM D 2885-03. Standard Test Method for Determination of Octane Number of
Spark-Ignition Engine Fuels by On-Line Direct Comparison Techniques. ASTM
International. United State
Oil and Gas Journal Data Book. 2000 Edition, PennWell, Tulsa, Oklahoma, 2000.
20
LAMPIRAN
21
22
State)
23
State)
24