Вы находитесь на странице: 1из 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD) dicirikan dengan
tingkat gangguan perhatian, impulsivitas dan hiperaktivitas yang tidak sesuai
dengan tahap perkembangan dan gangguan ini dapat terjadi disekolah maupun
di rumah (Isaac, 2005). Pada kira-kira sepertiga kasus, gejala-gejala menetap
sampai dengan masa dewasa (Townsend, 1998). ADHD adalah salah satu
alasan dan masalah kanak-kanak yang paling umum mengapa anak-anak
dibawa untuk diperiksa oleh para professional kesehatan mental. Konsensus
pendapat professional menyatakan bahwa kira-kira 3,05% atau sekitar 2 juta
anak-anak usia sekolah mengidap ADHD (Martin, 1998).
Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa 5% dari populasi usia
sekolah sampai tingkat tertentu dipengaruhi oleh ADHD, yaitu sekitar 1 %
sangat hiperaktif. Sekitar 30-40% dari semua anak-anak yang diacu untuk
mendapatkan bantuan professional karena masalah perilaku, datang dengan
keluhan yang berkaitan dengan ADHD (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006). Di
beberapa negara lain, penderita ADHD jumlahnya lebih tinggi dibandingkan
dengan di Indonesia. Literatur mencatat, jumlah anak hiperaktif di beberapa
negara 1:1 juta. Sedangkan di Amerika Serikat jumlah anak hiperaktif 1:50.
Jumlah ini cukup fantastis karena bila dihitung dari 300 anak yang ada, 15 di
antaranya menderita hiperaktif. "Untuk Indonesia sendiri belum diketahui
jumlah pastinya. Namun, anak hiperaktif cenderung meningkat (Pikiran
rakyat, 2009).
Dewasa ini, anak ADHD semakin banyak. Sekarang prevalensi anak
ADHD di Indonesia meningkat menjadi sekitar 5% yang berarti 1 dari 20 anak
menderita ADHD. Peningkatan ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti
genetik ataupun pengaruh lingkungan yang lain, seperti pengaruh alkohol pada
kehamilan, kekurangan omega 3, alergi terhadap suatu makanan, dll
(Verajanti, 2008).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Teori Anak Dengan Hiperaktif?
2. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anak Dengan
Hiperaktif?
C. Tujuan
1. Mengetahui Bagaimana Konsep Teori Anak Dengan Hiperaktif.
2. Mengetahui Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Anak Dengan Hiperaktif.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Laporan Pendahuluan
1. Pengertian
Sindroma hiperaktivitas merupakan istilah gangguan kekurangan
perhatian menandakan gangguan-gangguan sentral yang terdapat pada
anak-anak, yang sampai saat ini dicap sebagai menderita hiperaktivitas,
hiperkinesis, kerusakan otak minimal atau disfungsi serebral minimal.
(Nelson, 1994) Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang
menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau
2

diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau


impulsif. (Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya Mengatasi Problem Anak
Sehari-hari) Hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal,
disebabkan disfungsi neurologis dengan gejala utama tidak mampu
memusatkan perhatian. (Sani Budiantini Hermawan, Psi.,)
Ada tiga tipe anak hiperaktif yaitu :
a. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian (in-atensi)
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak
hiperaktif atau Impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala
hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak perempuan. Anak
dalam tipe ini memiliki cirri-ciri : tidak mampu memusatkan
perhatian secara utuh, tidak mampu mempertahankan konsentrasi,
mudah beralih perhatian dari satu hal ke lain hal, sering melamun
dan dapat digambarkan sedang berada diawang-awang, tidak
bisa diajak bicara atau menerima instruksi karena perhatiannya
terus berpindah-pindah, pelupa dan kacau.
b. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive.
Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif,
tetapi bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan
pada anak- anak kecil. Anak dalam tipe ini memiliki ciri-ciri
berikut: terlalu energik, lari ke sana kemari, melompat seenaknya,
memanjat-manjat, banyak bicara, berisik. Ia juga impulsif:
melakukan sesuatu secara tak terkendali, begitu saja bertindak
tanpa pertimbangan, tak bisa menunda respons, tidak sabaran.
Tetapi

yang

mengherankan,

sering pada saat belajar, ia

menampakkan tidak perhatian, tetapi ternyata ia bisa mengikuti


pelajaran.
c. Tipe gabungan (kombinasi)
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan
impulsif. Kebanyakan anak-anak termasuk tipe seperti ini. Anak
dalam tipe ini mempunyai ciri-ciri berikut: kurang mampu
memperhatikan

aktivitas

dan

mengikuti

permainan

atau

menjalankan tugas, perhatiannya mudah terpecah, mudah berubah


pendirian, selalu aktif secara berlebihan dan impulsif.
Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku
pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali,
tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya).
Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya
permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka,
dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang
lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan
mengasikkan namun tidak kunjung datang.
2. Etiologi
a. Faktor neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang
lahir dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses
persalinan, distresfetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep,
toksimiagravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan
dan persalinan normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi
yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu
yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan insiden
hiperaktif. Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor
etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut
adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak
yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang
berguna untuk memelihara proses konsentrasi. Beberapa studi
menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu
pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbitalprefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah
kanan.
b. Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet
memiliki potensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak.
Di samping itu, kadar timah (lead) dalam serum darah anak yang
meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena
4

sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan calon anak


hiperaktif.
c. Faktor genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada
keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari
orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun
pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak kembar.
d. Faktor psikososial dan lingkungan
Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap
keliru antara orang tua dengan anaknya.
3. Epidemiologi
Angka kejadian ADHD di seluruh dunia diperkirakan mencapai hingga
lebih dari 5 %. Dilaporkan lebih banyak terdapat pada laki-laki
dibandingkan dengan wanita. Di Amerika Serikat, penelitian menunjukkan
kejadian ADHD mencapai 7%.
4. Patofisiologi
Kurang konsentrasi/gangguan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan
konsentrasi, sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Tidak terdapat bukti yang
meyakinkan tentang sesuatu mekanisme patofisiologi ataupun gangguan
biokimiawi. Anak pria yang hiperaktiv, yang berusia antara 6 9 tahun
serta yang mempunyai IQ yang sedang, yang telah memberikan tanggapan
yang baik terhadap pengobatanpengobatan stimulan, memperlihatkan
derajat perangsangan yang rendah (a low level of arousal) di dalam
susunan syaraf pusat mereka, sebelum pengobatan tersebut dilaksanakan,
sebagaimana

yang

berhasil

diukur

dengan

mempergunakan

elektroensefalografi, potensialpotensial yang diakibatkan secara auditorik


serta sifat penghantaran kulit. Anak pria ini mempunyai skor tinggi untuk
kegelisahan, mudahnya perhatian mereka dialihkan, lingkup perhatian
mereka yang buruk serta impulsivitas. Dengan 3 minggu pengobatan serta
perawatan, maka angkaangka laboratorik menjadi lebih mendekati
normal serta penilaian yang diberikan oleh para guru mereka
memperlihatkan tingkah laku yang lebih baik.

5. Gejala klinis
Ukuran objektif tidak memperlihatkan bahwa anak yang terkena
gangguan ini memperlihatkan aktifitas fisik yang lebih banyak, jika
dibandingkan dengan anakanak kontrol yang normal, tetapi gerakan
gerakan yang mereka lakukan kelihatan lebih kurang bertujuan serta
mereka selalu gelisah dan resah. Mereka mempunyai rentang perhatian
yang pendek, mudah dialihkan serta bersifat impulsif dan mereka
cenderung untuk bertindak tanpa mempertimbangkan atau merenungkan
akibat tindakan tersebut. Mereka mempunyai toleransi yang rendah
terhadap perasaan frustasi dan secara emosional mereka adalah orang
orang yang labil serta mudah terangsang. Suasana perasaan hati mereka
cenderung untuk bersifat netral atau pertenangan, mereka kerap kali
berkelompok, tetapi secara sosial mereka bersikap kaku.
Beberapa orang di antara mereka bersikap bermusuhan dan negatif,
tetapi ciri ini sering terjadi secara sekunder terhadap permasalahan
permasalahan psikososial yang mereka alami. Beberapa orang lainnya
sangat bergantung secara berlebihlebihan, namun yang lain lagi bersikap
begitu bebas dan merdeka, sehingga kelihatan sembrono. Kesulitankesulitan emosional dan tingkah laku lazim ditemukan dan biasanya
sekunder terhadap pengaruh sosial yang negatif dari tingkah laku mereka.
Anak-anak ini akan menerima celaan dan hukuman dari orang tua serta
guru dan pengasingan sosial oleh orang-orang yang sebaya dengan
mereka. Secara kronik mereka mengalami kegagalan di dalam tugas-tugas
akademik mereka dan banyak diantara mereka tidak cukup terkoordinasi
serta cukup mampu mengendalikan diri sendiri untuk dapat berhasil di
dalam bidang olah raga. Mereka mempunyai gambaran mengenai diri
mereka sendiri yang buruk serta mempunyai rasa harga diri yang rendah
dan kerap kali mengalami depresi. Terdapat angka kejadian tinggi
mengenai ketidakmampuan belajar membaca matematika, mengeja serta
tulis tangan. Prestasi akademik mereka dapat tertinggal 1 2 tahun dan
lebih sedikit daripada yang sesunguhnya diharapkan dari kecerdasan
mereka yang diukur.

6. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis
gangguan kekurangan perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas
dilaporkan memperlihatkan jumlah gelombang-gelombang lambat yang
bertambah banyak pada elektorensefalogram mereka, tanpa disertai
dengan adanya bukti tentang penyakit neurologik atau epilepsi yang
progresif, tetapi penemuan ini mempunyai makna yang tidak pasti. Suatu
EEG yang dianalisis oleh komputer akan dapat membantu di dalam
melakukan penilaian tentangketidakmampuan belajar pada anak itu.
7. Penatalaksanaan
a. Keperawatan
1) Pengobatan serta perawatan yang harus dilaksanakan pada
anak yang mengalami gangguan hiperaktif ditujukan kepada
keadaan sosial lingkungan rumah dan ruangan kelas penderita
serta kepada kebutuhan-kebutuhan akademik dan psikososial
anak yang bersangkutan, suatu penjelasan yang terang
mengenai keadaan anak tersebut haruslah diberikan kepada
2)

kedua orang tuanya dan kepada anak itu sendiri.


Anak tersebut hendaklah mempunyai aturan yang berjalan
secara teratur menurut jadwal yang sudah ditetapkan dan
mengikuti kegiatan rutinnya itu, dan sebaiknya selalu

diberikan kata-kata pujian.


3) Perangsangan yang berlebihan serta keletihan yang sangat hebat
haruslah dihindarakan, anak tersebut akan mempunyai saatsaat santai setelah bermain

terutama sekali setelah ia

melakukan kegiatan fisik yang kuat dan keras


4) Periode sebelum pergi tidur haruslah merupakan masa tenang,
dengan cara menghindarkan acara-acara televisi yang
merangsang, permainan-permainan yang keras dan jungkir
5)

balik.
Lingkungan di sekitar tempat tidur sebaiknya diatur
sedemikian rupa, barang-barang yang membahayakan dan

6)

mudah pecah dihindarkan.


Tehnik-tehnik perbaikan aktif yang lebih formal akan dapat
membantu, dengan memberikan hadiah kepada anak tersebut
7

berupa bintang atau tanda sehingga mereka dapat mencapai


kemajuan dalam tingkah laku mereka.
b. Medis
1)

Terapi farmakologi :
Farmakoterapi kerap kali diberikan kepada anak-anak yang
mengalami gangguan hiperaktif. Farmakologi yang sering
digunakan

adalah

dekstroamfetamin,

magnesium

pemolin

serta

fenotiazin.

metilfenidat,
obat

tersebut

mempunyai pengaruh-pengaruh sampingan yang lebih


sedikit. Cara bekerja obat tersebut mungkin sekali adalah
dengan mengadakan modifikasi di dalam gangguangangguan fundamental pada rentang perhatian, konsentrasi
serta impulsivitas. Oleh karena respon yang akan mereka
berikan terhadap pengobatan tidak dapat diramalkan
sebelumnya,

maka biasanya

diperlukan suatu masa

percobaan klinik, mungkin akan dibutuhkan waktu 2-3


minggu dengan pemberian pengobatan setiap hari untuk
menentukan apakah akan terdapat pengaruh obat itu atau
2)

tidak.
Dosis:
Obat tersebut diberikan setelah makan pagi dan makan
siang, agar hanya memberikan pengaruh yang minimal
kepada nafsu makan dan tidur penderita.
a. Metilfenidat : dosis yang diberikan berbeda-beda
sesuai dengan usia masing-masing anak akan tetapi
berat badan tidak berpengaruh terhadap dosis.pada
awalnya mereka diberikan 5 mg pada saat makan
pagi serta pada waktu makan siang. Jika tidak ada
respon yang diberikan maka dosis di naikan dengan
2,5 mg dengan selang waktu 3-5 hari. Bagi anakanak yang berusia 8-9 tahun dosis yang efektif
adalah 15-20 mg/24 jam. Sementara itu anak yang
berusia lebuh lanjut akan memerlukan dosis sampai
40 mg/jam. Pengaruh obat ini akan berlangsung
8

selama 2-4 hari. Biasanya anak akan bersifat rewel


dan menangis. Jika pemakaian obat ini sudah
berlangsung lama dan dosis yang diberikan lebih
dari 20 mg/jam rata-rata mereka akan mengalami
pengurangan 5 cm dari tinggi yang diharapkan.
b. Dekstroamfetamin : dapat diberikan dalam bentuk
yang dilepaskan (showreleased) secara sedikit demi
sedikit. Dosis awalnya adalah 10 mg dengan masa
kerja selama 8-18 jam sehingga penderita hanya
membutuhkan satu dosis saja setiap hari, pada
waktu sarapan pagi. Dosisnya dalah kira sebesar
setengah dosis metilfenidat, berkisar antara 10-20
mg/jam
c. Magnesium

pemolin

dianjurkan

untuk

memberikan dosis awal sebesar 18,75 mg, untuk


selanjutnya

dinaikan

dengan

setengah

tablet/minggu. Akan dibutuhkan waktu selama 3-4


minggu untuk menetapkan keefektifan obat tersebut.
Efek samping dari obat tersebut adalah berpengaruh
terhadap fungsi hati, kegugupan serta kejutan otot
yang meningkat.
d. Fenotiazin : dapat menurunkan tingkah laku motorik
anak yang bersangkutan, efek samping : perasaan
mengantuk, iritabilitas serta distonia.
Secara umum efek samping dari pemakaian obat-obatan tersebut
diatas adalah anoreksia dan penurunan berat badan, nyeri perut
bagian atas serta sukar tidur, anak akan mudah menangis serta peka
terhadap celaan ataupun hukuman, detak jantung yang meningkat
serta penekanan pertumbuhan. Jika terjadi hal demikian maka
pengurangan dosis atau penghentian pengguanaan obat-obatan
perlu dihentikan.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

Menurut Hidayat (2005) pengkajian perkembangan anak berdasarkan


umur atau usia anak antara lain :
a.
Neonatus (0-28 hari)
1) Apakah ketika lahir neonatus menangis?
2) Bagaimana kemampuan memutar-mutar kepala?
3) Bagaimana kemampuan menghisap?
4) Kapan mulai mengangkat kepala?
5) Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya
kemampuan untuk mengikuti garis tengah bila kita
6)

memberikan respons terhadap jari atau tangan)?


Bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis,

7)

bereaksi terhadap suara atau bel)?


Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya
tersenyum dan mulai menatap muka untuk mengenali

b.

seseorang?
Masa bayi / Infant (28 hari - 1 tahun)
1) Bayi usia 1-4 bulan.
a) Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya
mengangkat kepala saat tengkurap, mencoba duduk
sebentar dengan ditopang, dapat duduk dengan kepala
tegak, jatuh terduduk dipangkuan ketika didukung pada
posisi berdiri, komtrol kepala sempurna, mengangkat
kepala sambil berbaring terlentang, berguling dari
terlentang ke miring, posisi lengan dan tungkai kurang
b)

fleksi danm berusaha untuk merangkan)?


Bagaimanan kemampuan motorik halus anak (misalnya
memegang suatu objek, mengikuti objek dari satu sisi ke
sisi lain, mencoba memegang benda dan memaksukkan
dalam

mulut,

memegang

benda

tetapi

terlepas,

memperhatikan tangan dan kaki, memegang benda


dengan kedua tangan, menagan benda di tangan
c)

meskipun hanya sebentar)?


Bagimana kemampuan berbahasan anak (kemampuan
berbicara dan tersenyum, dapat berbunyi huruf hidup,
berceloteh, mulai mampu mengucapkan kata ooh / ahh,
tertawa dan berteriak, mengoceh spontan atau berekasi
dengan mengoceh)?
10

d)

Bagaimana

perkembangan

adaptasi

sosial

anak

(misalnya: mengamati tangannya, tersenyum spontan


dan membalas senyum bila diajak tersenyum, mengenal
ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran
dan kontak, tersenyum pada wajah manusia, meskipun
tidur dalamsehari lebih sedikit dari waktu terhaga,
membentuk siklus tidur bangun , menangis menjadi
sesuatu yang berbeda, membedakan wajah-wajah yang
dikenal dan tidak dikenal, senang menatap wajah-wajah
yang dikenalnya, diam saja ketika ada orang asing)?
2) Bayi Umur 4-8 bulan
e)

Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya


dapat telungkup di alas dan sudah mulau mengangkat
kepala dengan melakukan gerakan menekan kedua
tangannya dan pada bulan keempat sudah mulai mampu
memalingkan ke kanan dan ke kiri, sudah mulai bisa
duduk dengan kepala tegak, sudah mampu membalik
badan, bangkit dengan kepala tegak, berkonsentrasi
beban pada kaki dan dada terangkat dan bertumpu pada
lengan, berayun ke depan dan kebelakang, berguling dari
terlentang ke tengkurap dan dapat dudu dengan bantuan

f)

selama waktu singkat)?


Bagaimana perkembangan

motorik

halus

anak

(misalnya: sudah mulai mengamati benda, mulai


menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang,
mengeksplorasi benda yangsedang dipegang, mengambil
objek dengan tangan tertangkup, mampu menahan kedua
benda di kedua tangan secara simultan, menggunakan
bahu dan tangan sebagai satu kesatuan, mentransfer
g)

obajek dari satu tangan ke tangan yang lain)?


Bagaimana kemampuan berbahasan anak (misalnya:
menirukan suara atau kata-kata, menolek ke arah suara
dan menoleh ke arah sumber suara, tertawa, menjerit,

11

menggunakan vokalisasi semakin banyak, menggunakan


kata yang terdiri dari dua suku kata dan dapat membuat
h)

dua bunyi vokal yang bersamaan seperti ba-ba)?


Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial

anak

(misalnya merasa terpaksa jika ada orang asing, mulai


bermain dengan mainan, takut akan kehadiran orang
asing, mudah frustasi dan memukul-mukul dengan
lengan dan kaki jika sedang kesal)?
3) Bayi Umur 8-12 bulan
a) Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya
duduk tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan,
bangkit terus berdiri, berdiri 2 detik dan berdiri
sendiri)?
b) Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya
mencari dan meraih benda kecil, bila diberi kubus
mampu memindahkannya, mampu mengambilnya dan
mampu memegang dengan jari dan ibu jari,
membenturkannya dan mampy menaruh benda atau
kubus ketempatnya)?
c) Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya:
mulai mengatakan papa mama yang belum spesifik,
mengoceh hingga mengatakan dengan spesifik, dapat
mengucapkan 1-2 kata)?
d) Bagaimana perkembangan

kemampuan

adaptasi

sosial anak (misalnya kemampuan bertepuk tangan,


menyatakan keinginan, sudah mulai minum dengan
cangkir, menirukan kegiatan orang lain, main-main
bola atau lainnya dengan orang)?
4) Masa Toddler
a) Bagaimana perkembangan motorik

kasar

anak

(misalnya: mampu melanhkah dan berjalan tegak,


mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan
dipegang, mampu berlari-lari kecil, menendang bolan
dan mulai melompat)?

12

b) Bagaimana

perkembangan

motorik

halus

anak

(misalnya: mencoba menyusun atau membuat menara


pada kubus)?
c) Bagaimana kemampuan berbahasa anak (misalnya:
memiliki sepuluh perbendaharaan kata, mampu
menirukan dan mengenal serta responsif terhadap
orang lain sangat tinggi, mampu menunjukkan dua
gambar, mampu mengkombinasikan kata-kata, mulai
mampu menunjukkan lambaian anggota badan)?
d) Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi sosial
(misalnya: membantu kegiatan di rumah, menyuapi
boneka, mulai menggosok gigi dan mencoba memakai
baju)?
5) Masa Prasekolah (Preschool)
a) Bagaimana

perkembangan

motorik

kasar

anak

(misalnya: kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki


selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki, berjalan
dengan tumit ke jari kaki, menjelajah, membuat posisi
merangkan dan berjalan dengan bantuan)?
b) Bagaimana perkembangan motorik halus

anak

(misalnya: kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki,


menggambar dua atau tiga bagian, memilih garis yang
lebih panjang dan menggambar orang, melepas objek
dengan jari lurus, mampu menjepit benda, melambaikan
tangan,

menggunakan

tangannya

untuk

bermain,

menempatkan objek ke dalam wadah, makan sendiri,


minum dari cangkir dengan bantuan menggunakan
sendok dengan bantuan, makan dengan jari, membuat
coretan diatas kertas)?
c) Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya:
mampu menyebutkan empat gambar, menyebutkan satu
sampai dua warna, menyebutkan kegunaan benda,
menghitung atau mengartikan dua kata, mengerti empat
kata depan, mengertio beberapa kata sifat dan
13

sebagainya,

menggunakan

suara

yntum

mengidentifikasi objek, orang dan aktivitas, menirukan


bebagai bunyi kata, memahami arti larangan, berespons
terhadap panggilan dan orang-orang anggota keluarga
dekat)?
d) Bagaimana

perkembangan

adaptasi

sosial

anak

(misalnya: bermain dengan permainan sederhana,


menagis jika dimarahi, membuat permintaan sederhana
dengan

gaya

tubuh,

menunjukkan

peningkatan

kecemasan terhadap perpisahan, mengenali anggota


keluarga)?
6) Waktu schoolage
a) Bagaimana

kemampuan

kemandirian

anak

dilingkungan luar rumah?


b) Bagaimana kemampuan anak mengatasi masalah yang
dialami disekolah?
c) Bagaimana kemampuan

beradaptasi

sosial

anak

(menyesuaikan dengan lingkungan sekolah)?


d) Bagaimana kepercayaan diri anak saat berada di
sekolah?
e) Bagaimana
f)

rasa

tanggung

jawab

anak

dalam

mengerjakan tugas di sekolah?


Bagaimana kemampuan anak dalam berinteraksi sosial

dengan teman sekolah?


g) Bagaimana ketrampilan membaca dan menulis anak?
h) Bagaimana kemampua anak dalam belajar di sekolah?
7) Masa adolensence
a) Bagaimana kemampuan remaja dalam mengatasi
masalah yang dialami secara mandiri?
b) Bagaimanan kemampuan remaja dalam melakukan
adaptasi terhadap perubahan bentuk dan fungsi tubuh
yang dialami?
c) Bagaimana kematangan identitas seksual?
d) Bagaimana
remaja dapat menjalankan
perkembangannya sebagai remaja?

14

tugas

e) Bagaiman

kemampuan

remaja

dalam

membantu

pekerjaan orang tua di rumah (misalnya membersihkan


rumah, memasak)?
Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang mengalami
AttentionDeficytHiperactivityDisorder (ADHD) antara lain:
1) Pengkajian riwayat penyakit
a) Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel
dan mengalami masalah saat bayi atau perilaku
hiperaktif hilang tanpa disadari sampai anak berusia
todler atau masuk sekolah atau daycare.
b) Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua
bidang kehidupan yang utama, seperti sekolah atau
bermain dan menunjukkan perilaku overaktif atau
bahkan perilaku yang membahayakan di rumah.
c) Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak
mungkin mampu menghadapi perilaku anak.
d) Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka
untuk mendisplinkan anak atau mengubah perilaku
anak dansemua itu sebagian besar tidak berhasil.
2) Penampilan umum dan perilaku motorik
a) Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat
dan bergoyang-goyang saat mencoba melakukannya.
b) Anak mungkin lari mengelilingi ruang dari satu benda
ke benda lain dengan sedikit tujuan atau tanpa tujuan
yang jelas.
c) Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia
tidak dapat melakukan suatu percakapan, ia menyela,
menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan berakhir dan
gagal memberikan perhatian pada apa yang telah
dikatakan.
d) Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari
satu topik ke topik yang lain. Anak dapat tampak imatur
atau terlambat tingkat perkembangannya.
3) Mood dan afek
a) Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah
atau tempertantrum.
b) Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa.

15

c) Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau


berbicara dan tampak memiliki sedikit kontrol terhadap
perilaku tersebut.
d) Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat
menimbulkan perlawanan dan kemarahan.
4) Proses dan isi pikir
Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun
sulit untuk mempelajari anak berdasarkan tingkat aktivitas
anak dan usia atau tingkat perkembangan.
5) Sensorium dan proses intelektual
a) Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan
sensori atau persepsi seperti halusinasi.
b) Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau
berkonsentrasi tergangguan secara nyata.
c) Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada
ADHD yang berat 2 atau 3 menit pada bentuk gangguan
yang lebih ringan.
d) Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering
kali menjawab, saya tidak tahu, karena ia tidak dapat
memberi perhatian pada pertanyaan atau tidak dapat
berhenti memikirkan sesuatu.
e) Anak yang mengalami ADHD

sangat

mudah

terdistraksi dan jarang yang mampu menyelesaikan


tugas.
6) Penilaian dan daya tilik diri
a) Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan
penilaian yang buruk dan sering kali tidak berpikir
sebelum bertindak
b) Mereka mungkin

gagal

merasakan

bahaya

dan

melakukan tindakan impulsif, seperti berlari ke jalan


atau melompat dari tempat yang tinggi.
c) Meskipun sulit untuk mempelajari penilaian dan daya
tilik pada anak kecil.
d) Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang
mampu menilai jika dibandingkan dengan anak
seusianya.

16

e) Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD


tidak menyadari sama sekali bahwa perilaku mereka
berbeda dari perilaku orang lain.
f) Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada
yang menyukaiku di sekolah", tetapi mereka tidak dapat
menghubungkan kurang teman dengan perilaku mereka
sendiri.
7) Konsep diri
a) Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih
kecil, tetapisecara umum harga diri anak yang
mengalami ADHD adalah rendah.
b) Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat
memiliki banyak teman, dan mengalami masalah dalam
mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya merasa
terkucil sana merasa diri mereka buruk.
c) Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku
mereka sendiri sebagai orang yang buruk dan bodoh.
8) Peran dan hubungan
a) Anak biasanya tidak berhasil disekolah, baik secara
akademis maupun sosial.
b) Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah,
yang

menyebabkan

perselisihan

dengan

saudara

kandung dan orang tua.


c) Orang tua sering meyakini bahwa anaknya sengaja dan
keras kepala dan berperilaku buruk dengan maksud
tertentu sampai anak yang didiagnosis dan diterapi.
d) Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak
memiliki keberhasilan yang terbatas pada beberapa
kasus, anak menjadi tidak terkontrol secara fisik,
bahkan memukul orang tua atau merusak barangbarang miliki keluarga.
e) Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental
f)

maupun secara fisik.


Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti
orang tua dan pengasuh atau babysister mungkin

17

menolak untuk mengasuh anak yang mengalami ADHD


yang meningkatkan penolakan anak.
9) Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri
Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak
meluangkan waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak
dapat duduk selama makan. Masalah penenangan untuk tidur dan
kesulitan tidur juga merupakan masalah yang terjadi. Jika anak
melakukan perilaku ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada
riwayat cedera fisik.
2. Diagnosa Keperawatan
a.
Harga diri rendah situasional berhubungan dengan koping
b.

individu tidak efektif.


Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku

c.

impulsif.
Ketidakefektifankoping individu berhubungan dengankelainan
fungsi darisystem keluarga dan perkembangan ego yang

d.

terlambat, serta penganiayaan dan penelantaran anak.


Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan

e.

hiperaktif.
Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman
konsep diri, rasa takut terhadap kegagalan, disfungsi system
keluarga dan hubungan antara orang tua dan anak yang tidak

f.

memuaskan.
Koping defensif berhubungan dengan harga diri rendah, kurang
umpan balik atau umpan balik negatif yang berulang yang

g.

mengakibatkan penurunan makna diri.


Penurunan koping keluarga berhubungan dengan perasaan
bersalah yang berlebihan, marah atau saling menyalahkan
diantara anggota keluarga tentang perilaku anak, kepenatan
orang tua karena menghadapi anak dengan gangguan dalam

h.

jangka waktu yang lama.


Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri
dan kebutuhan terapi berhubungan dengan kurang sumber
informasi, interpretasi yang salah tentang informasi.

18

19

Вам также может понравиться