Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................... I-1
Pendahuluan .......................................................................................... I-1
1.2.
1.3
1.4.
1.5.
1.6.
1.7.
1.8.
.B
ST
P
1.1.
IT
2.3.
2.4.
Halaman
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
BAB 4 STUDI LITERATUR DAN REVIEW KAJIAN STUDI TERDAHULU ....... IV-1
Review Studi Terdahulu ....................................................................................... IV-1
.B
ST
P
4.1.
4.3.
4.3.2.
4.3.3.
4.3.4.
4.5.
IT
4.4.
4.5.2.
4.5.1.
Halaman
ii
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
6.1.3. Konsep Penanganan Angkutan Umum Commuter Service Sarbagita ................... VI-7
6.1.4. Tahap Implementasi Trayek Angkutan Umum Sarbagita ................................... VI-8
6.1.4.1. Tahap Awal Pengembangan Jaringan Trayek ..................................... VI-8
6.1.4.2. Implementasi Tahap Awal (Trayek Utama) ........................................ VI-9
6.1.4.3. Tahap Utama Dengan Bus Sedang .................................................... VI-11
6.1.4.4. Tahap Utama Dengan Armada Eksisting ............................................ VI-12
6.1.4.5. Kebutuhan Armada Empat Trayek Utama Sarbagita ............................ VI-13
6.1.4.6. Kebutuhan Fasilitas BRT Empat Trayek Utama Sarbagita .................... VI-13
6.1.4.7. Rencana Pengelolaan Empat Trayek Utama Sarbagita ........................ VI-14
IT
6.3.
6.4.
6.5.
Halaman
iii
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
6.7.
6.8.
IT
.B
ST
P
6.6.
Halaman
iv
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
DAFTAR TABEL
Kondisi Demografi Sarbagita Tahun 2007 .................................................. II-5
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk per Kabupaten Th. 2007 Kawsan Sarbagita .................. II-6
Tabel 2.3
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3
Tabel 5.4
Tabel 5.5
Tabel 5.6
Tabel 5.7
Tabel 5.8
Tabel 5.9
Tabel 6.1
Tabel 6.2
Tabel 6.3
Tabel 6.4
Tabel 6.5
IT
.B
ST
P
Tabel 2.1
Tabel 6.6
Gatsu Kerobokan Sunset Road - By Pass Ngr Rai Nusa Dua ........... VI-18
Tabel 6.7
Tabel 6.8
Halaman
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
DAFTAR GAMBAR
Kawasan Aglomerasi Sarbagita .............................................................. II-4
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 3.3
Gambar 3.4
Gambar 3.5
Gambar 3.6
Gambar 4.1
.B
ST
P
Gambar 2.1
Gambar 5.2
Gambar 5.3
Gambar 5.4
Gambar 5.5
Gambar 5.6
Gambar 5.7
Gambar 5.8
Gambar 5.9
IT
Gambar 5.1
Gambar 5.10 Responden Survey Frekwensi Angkutan Umum Berdasarkan Profesi......... V-21
Gambar 5.11 Responden Survey Frekwensi Angkutan Umum Berdasarkan Pendidikan ... V-21
Gambar 5.12 Responden Survey Frekwensi Angkutan Umum Berdasarkan Kegiatan ...... V-22
Gambar 5.13 Biaya Transportasi Responden per Bulan ................................................ V-22
Gambar 5.14 Proporsi Penggunaan Moda Responden .................................................. V-23
Gambar 5.15 Preferensi Responden Terhadap Pengoperasian Angkutan Massal BRT ..... V-23
Gambar 5.16 Preferensi Responden Pengguna Moda Mobil Pribadi ............................... V-24
Gambar 5.17 Preferensi Responden Pengguna Moda Angkutan Umum ......................... V-24
Halaman
vi
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Gambar 5.18 Preferensi Responden Pengguna Moda Sepeda Motor ............................. V-25
Gambar 5.19 Preferensi Tarif Untuk Angkutan Massal BRT........................................... V-26
Gambar 5.20 Wawancara Responden Berdasarkan Pekerjaan ...................................... V-31
Gambar 5.21 Wawancara Responden Tujuan Perjalanan.............................................. V-32
Gambar 5.22 Tanggapan Responden Tentang Kondisi Angkutan Saat Ini ...................... V-32
Gambar 5.23 Wawancara Responden Terhadap Jenis Moda Yang Digunakan Saat ini .... V-33
Gambar 5.24 Tanggapan Responden Terhadap Perlunya Perbaikan Angkutan Umum .... V-33
Gambar 5.25 Tanggapan Responden Terhadap Jenis Perbaikan Yang Diinginkan .......... V-34
Gambar 5.26 Tanggapan Responden Tentang Kemauan Beralih Dari kendaraan
Pribadi ke Angkutan Umum Jika ada Perbaikan ....................................... V-34
.B
ST
P
IT
Gambar 5.35 Fluktuasi Naik Turun Penumpang Trayek Gunung Agung-Kerobokan ........ V-41
Gambar 5.36 Fluktuasi Naik Turun Penumpang Trayek Kerobokan-Gunung Agung ........ V-41
Gambar 5.37 Fluktuasi Naik Turun Penumpang Trayek Tegal-Tuban ............................ V-42
Gambar 5.38 Fluktuasi Naik Turun Penumpang Trayek Tuban -Tegal ........................... V-42
Gambar 5.39 Fluktuasi Naik Turun Penumpang Tegal-Sanur ........................................ V-43
Gambar 5.40 Fluktuasi Naik Turun Penumpang Sanur-Tegal ........................................ V-43
Gambar 6.1
Gambar 6.2
Gambar 6.3
Gambar 6.4
Gambar 6.5
Gambar 6.6
Gambar 6.7
Gambar 6.8
Gambar 6.9
Halaman
vii
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
IT
.B
ST
P
Halaman
viii
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
BAB
PEN DAH U L UA N
PE ND A H UL UA N
Pembangunan sektor transportasi merupakan bagian yang sangat penting dalam
pembangunan nasional. Tujuan pembangunan transportasi adalah meningkatkan
.B
ST
P
pelayanan jasa transportasi secara efisien, handal, berkualitas, aman dan harga
terjangkau dan mewujudkan sistem transportasi nasional secara intermoda dan
terpadu dengan pembangunan wilayahnya dan menjadi bagian dari suatu sistem
distribusi yang mampu memberikan pelayanan dan manfaat bagi masyarakat luas,
termasuk meningkatkan jaringan desa-kota yang memadai.
IT
dalam pangsa angkutan dibandingkan moda lain. Oleh karena itu, visi transportasi
jalan adalah sebagai penunjang, penggerak dan pendorong pembangunan
nasional serta berperan sebagai urat nadi kehidupan ekonomi, politik, sosial
budaya dan pertahanan keamanan. Misi transportasi jalan adalah untuk
1 .1 .
serta
meningkatkan
mobilitas
manusia
dan
barang,
guna
Halaman I
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
membutuhkan biaya investasi yang besar dan jangka waktu pengembalian yang
panjang, sedang sebagian besar tarif tidak dapat mencapai tingkat full cost
.B
ST
P
transportasi akan terjadi ketika penumpang berpindah dari satu moda transportasi
ke moda transportasi lain, atau berpindah di antara dua pelayanan pada moda
yang sama. Termasuk juga orang yang akan menggunakan atau telah
menggunakan sistem transportasi umum dikombinasikan dengan berjalan kaki,
naik sepeda, mengendarai motor dan mobil.
Memahami kondisi dan peran Kota Denpasar sebagai Kota Pariwisata dalam
wilayah Provinsi Bali, dan sebagai bagian kota yang membentuk wilayah
IT
Halaman I
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
yang
signifikan
mempengaruhi
sistem
transportasi
perkotaan
dan
IT
jalannya
roda
perekonomian,
maka
kelangsungan
pelayanan
angkutan umum menjadi sangat penting dan perlu mendapat perhatian yang
serius dari Pemerintah, maupun semua stake holder yang terkait dengan
penyelenggaraan sistem transportasi perkotaan. Dominasi perjalanan untuk
bekerja dibangkitkan dari zona internal di kawasan perkotaan yang memproduksi
perjalan internal dan zona eksternal yang membangkitan perjalanan ulang-alik
(commuter trip ) dari kawasan yang berada di sekitar wilayah perkotaan tersebut.
Halaman I
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Service
adalah
angkutan
pengumpan
yang
bersifat
.B
ST
P
IT
1.2.
Halaman I
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Mobil Bus Besar adalah mobil bus yang mempunyai kapasitas tujuh puluh
Sembilan orang termasuk yang duduk dan berdiri, tidak termasuk tempat
duduk pengemudi.
Wilayah Pengoperasian adalah wilayah atau daerah untuk pelayanan
angkutan perkotaan yang dilaksanakan dalam jaringan trayek.
Wilayah Pelayanan Angkutan Perkotaan adalah wilayah yang didalamnya
bekerja satu sistem pelayanan angkutan penumpang umum karena adanya
kebutuhan pergerakan penduduk dalam wilayah perkotaan.
Trayek Kota adalah trayek yang seluruhnya berada dalam satu wilayah kota
atau trayek dalam Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
.B
ST
P
pelayanan
tambahan.
sekurang-kurangnya
tanpa
menggunakan
fasilitas
IT
Halaman I
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri
atas Lalu Lintas, Angkutan Jalan, Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Kendaraan, Pengemudi, Pengguna
Jalan, serta pengelolaannya.
Lalu Lintas adalah gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas Jalan.
Angkutan adalah perpindahan orang dan/ atau barang dari satu tempat ke
tempat lain dengan menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan.
Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah serangkaian Simpul dan/
IT
atau ruang kegiatan yang saling terhubungkan untuk penyelenggaraan Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan.
Simpul adalah tempat yang diperuntukkan bagi pergantian antar moda dan
inter moda yang berupa Terminal, stasiun kereta api, pelabuhan laut,
pelabuhan sungai dan danau, dan/ atau Bandar Udara.
Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah Ruang Lalu Lintas,
Terminal, dan Perlengkapan Jalan yang meliputi marka, rambu, Alat Pemberi
Isyarat Lalu Lintas, alat pengendali dan pengaman Penggun Jalan, alat
pengawasan dan pengaman Jalan, serta fasilitas pendukung.
Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas Kendaraan
Bermotor dan Kendaraan Tidak Bermotor.
Kendaraan Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh
peralatan mekanik berupa mesin selain Kendaraan yang berjalan di atas rel.
Halaman I
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
dan/ atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalanrel dan jalan kabel.
Terminal adalah pangkalan Kendaraan Bermotor Umum yang digunakan
untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan
orang dan/ atau barang, serta perpindahan moda angkutan.
Halte adalah tempat pemberhentian Kendaraan Bermotor Umum untuk
menaikkan dan menurunkan penumpang.
IT
Rambu Lalu Lintas adalah bagian perlengkapan Jalan yang berupa lambang,
huruf, angka, kalimat, dan/ atau perpaduan yang berfungsi sebagai
peringatan, larangan, perintah, atau petunjuk bagi Pengguna Jalan.
Marka Jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan Jalan atau di atas
permukaan Jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis
membujur, garis melintang, garis serong, serta lambang yang berfungsi untuk
mengarahkan arus Lalu Lintas dan membatasi daerah kepentingan Lalu Lintas.
Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas adalah perangkat elektronik yang
menggunakan isyarat lampu yang dapat dilengkapi dengan isyarat bunyi untuk
mengatur Lalu Lintas orang dan/ atau Kendaraan di persimpangan atau pada
ruas Jalan.
Halaman I
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Sepeda Motor adalah Kendaraan Bermotor beroda dua dengan atau rumahrumah dan dengan atau tanpa kereta samping atau Kendaraan Bermotor
beroda tiga tanpa rumah-rumah.
Perusahaan Angkutan Umum adalah badan hukum yang menggunakan
jasa Perusahaan Angkutan Umum
Pengguna Jasa adalah perseorangan atau badan hukum yang menggunakan
jasa Perusahaan Angkutan Umum
Pengemudi adalah orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan
yang telah memiliki Surat Izin Mengemudi
Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga
.B
ST
P
dan tidak disengaja melibatkan Kendaraan dengan atau tanpa Pengguna Jalan
lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda.
Penumpang adalah orang yang berada di Kendaraan selain Pengemudi dan
awak Kendaraan
Pejalan Kaki adalah setiap orang yang berjlan di Ruang Lalu Lintas Jalan.
Pengnguna Jalan adalah orang yang menggunakan Jalan untuk berlalu
lintas.
Dana Preservasi Jalan adalah Dana yang khusus digunakan untuk kegiatan
IT
Halaman I
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Ketertiban Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan berlalu
lintas yang berlangsung secara teratur sesuai dengan hak dan kewajiban
setiap Pengguna Jalan.
Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaaan
berlalu lintas dan penggunaan angkutan yang bebas dari hambatan dan
kemacetan di Jalan.
Sisten Informasi dan Komunikasi Lalu Lintas dan angkutan Jalan
adalah sekumpulan subsistem yang salig berhubungan dengan melalui
penggabungan, pemrosesan, penyimpangan, dan pendistribusian data yang
terkait dengan penyelengaraan lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
.B
ST
P
IT
Kepolisian
Negara
Negara
Republik
Republik
Indonesia
Indonesia
dan
adalah
Pemimpin
penanggung
jawab
Halaman I
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
1.3.
Regulasi,
permasalahan
Institusi
regulasi,
dan
Perencanaan,
kurangnya
capacity
yang
akan
building,
tidak
.B
ST
P
IT
bermotor,
penggunaan
bahan
bakar,
serta
pemborosan
penggunaan energi.
1.4.
Halaman I
10
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
supply tidak responsif terhadap permintaan, sehingga pada jam tidak sibuk
load factor sangat rendah;
2. Pelayanan angkutan umum yang ada saat ini hanya mampu menarik
masyarakat pengguna angkutan umum (captive public transport riders), yang
tidak memiliki alternatif selain angkutan umum dan belum mampu menarik
perhatian pengguna kendaraan pribadi (choice riders) untuk dapat beralih
menggunakan angkutan umum;
3. Kondisi fisik armada dan reliabilitas/ keandalan yang kurang baik dan kurang
menunjukkan performansi sesuai keinginan, kapasitas angkut kecil, telah
menjadi faktor penghambat ketertarikan pengguna jasa angkutan;
.B
ST
P
dengan
transportasi;
tingkat
kemampuan
membayar
masyarakat
untuk
IT
kajian
komprehensif,
kurang
didekati
pola
permintaan
dengan
Halaman I
11
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
IT
3) Struktur Trayek
Trayek
tidak
sesuai
dengan
permintaan
(Asal-Tujuan
Perjalanan
Penumpang).
4) Terminal
o
Kendaraan
menunggu
penumpang
hingga
penuh
hal
ini
sangat
Halaman I
12
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Frekuensi
pelayanan
tidak
menentu
(akibat
kendaraan
menunggu
.B
ST
P
Tidak ada segmentasi pasar (tidak ada variasi ukuran dan kualitas
kendaraan, tidak luwes untuk penyesuaian kapasitas dan mutu pelayanan
terhadap permintaan).
IT
lalu lintas.
o
Terjadinya kemacetan lalu lintas, banyak ruas jalan di pusat kota Denpasar
dan Kuta mendekati kejenuhan.
Halaman I
13
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Bandara (hanya untuk Taxi Ngurah Rai, bus pariwisata dan rental
cars).
.B
ST
P
Ancaman masa depan Bali sebagai tempat yang menarik bagi wisatawan.
IT
Memperhatikan
permasalahan
dan
kondisi
angkutan
umum
Halaman I
14
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Mengacu
dari
berbagai
permasalahan
transportasi
perkotaan
di
wilayah
.B
ST
P
IT
1.5.
Halaman I
15
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
IT
1.6.
cabang, dan ranting) yang akan dilayani oleh angkutan umum dengan pola
Commuter;
Merekomendasikan
tahapan pengembangan
alternatif
koridor-koridor
Halaman I
16
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
IT
1.7.
b. Simulasi
penyelenggaraan
pelayanan
commuter
untuk
Kawasan
Sarbagita.
Halaman I
17
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
BAB
K O N DI S I U MU M W IL A YAH S T U D I
2.1.
.B
ST
P
Letak yang sangat strategis ini sangatlah menguntungkan, baik dari segi ekonomis
maupun dari kepariwisataan karena merupakan titik sentral berbagai kegiatan
sekaligus sebagai penghubung dengan kabupaten lainnya.
Kota Denpasar terletak diantara 08 35" 31'-08 44" 49' lintang selatan dan 115
10" 23'-115 16" 27' Bujur timur, yang berbatasan dengan: di sebelah Utara
IT
Ditinjau dari Topografi keadaan medan Kota Denpasar secara umum miring kearah
selatan dengan ketinggian berkisar antara 0-75 m di atas permukaan laut.
Morfologi landai dengan kemiringan lahan sebagian besar berkisar antara 0-5%
namun dibagian tepi kemiringannya bisa mencapai 15 %
Luas seluruh Kota Denpasar 127,78 km2 atau 12.778 Ha , yang merupakan
tambahan dari reklamasi pantai serangan seluas 380 Ha. Dari luas tersebut diatas
tata guna tanahnya meliputi Tanah sawah 2.717 Ha dan Tanah Kering 10.051 Ha.
Tanah kering terdiri dari Tanah Pekarangan 7.831 Ha, Tanah Tegalan 396 Ha,
Tanah Tambak/ Kolam 10 Ha, Tanah sementara tidak diusahakan 81Ha,Tanah
Hutan 613 Ha, Tanah Perkebunan 35 Ha dan Tanah lainnya: 1.162 Ha.
Halaman II
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
IT
Bagian terluas wilayah Kabupaten Gianyar (20,25 %) terletak pada ketinggian 250
- 950 m dari permukaan laut. Terdapat 12 sungai yang melintasi wilayah Gianyar,
sebagian besar air sungai dimanfaatkan sebagai irigasi persawahan. Gianyar tidak
memiliki gunung berapi.
Luas Kabupaten Gianyar 36.800 Hektar atau 6,53 % dari luas Bali secara
keseluruhan. Keadaan sampai akhir tahun 2007 luas sawah 14.787 Ha, tanah
kering 21.826 Ha, dan tanah lainnya berupa rawa, tambak, kolam/ tebat/ empang
luasnya 187 Ha.
Pada tahun 2007, kabupaten ini mempunyai luas sebesar 368 km dan penduduk
sekitar 390.698 jiwa.
Halaman II
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
IT
Halaman II
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Lokasi geografis tiap kabupaten dan kota dalam kawasan Sarbagita, serta
persentase luas terhadap keseluruhan wilayah Sarbagita ditunjukkan pada
.B
ST
P
IT
Dari luas total wilayah Sarbagita yaitu 1.743,63 km2 wilayah yag terbangun
yaitu 1.110,72 km2 sebanding dengan 63% dari luas total, untuk lebih jelasnya
Halaman II
LAPORAN AKHIR
.B
ST
P
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
IT
KONDISI DEMOGRAFIS
KABUPATEN/ KOTA
TAHUN 2005
DENPASAR
BADUNG
GIANYAR
TABANAN
608.595
377.480
390.698
414.220
Jumlah Penduduk
Halaman II
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Per Kabupaten Tahun 2001 - 2007 Kawasan Sarbagita
KABUPATEN/
KOTA
JUMLAH PENDUDUK
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Denpasar
536.641
561.814
585.150
562.907
574.955
583.600
608.595
Badung
327.206
342.013
351.077
358.311
374.377
375.481
377.480
Gianyar
370.588
373.239
375.631
379.005
383.591
388.230
390.698
Tabanan
376.850
390.971
394.004
397.773
405.487
410.162
414.220
Sumber : BPS, Kota Denpasar, Kab. Badung, Gianyar dan Tabanan Dalam Angka, 2008
PE R TU M B U HA N K E N D A R A A N D I PR O V IN S I B A L I
.B
ST
P
IT
2.2.
G a m ba r 2 . 3 . P e r t u m b u ha n K e nd a r a a n d i P r o v i n s i B a l i
Halaman II
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
2.3.
K O N D IS I R U TE A N G K U TA N U M U M
bahwa
jumlah
kendaraan
angkutan
umum
yang
telah
memperoleh izin trayek untuk dioperasikan pada setiap rute yang telah
ditetapkan, ternyata tidak seluruhnya dapat dioperasikan setiap harinya
pada rute tersebut dari setiap jenis angkutan umum (AKDP, ANG-KOT,
ANG-DES, TAXI, TOUR-BUS, HIRE-CAR).
b. Diketahui adanya kecenderungan usaha penggunaan jumlah kendaaraan
.B
ST
P
umum melebihi dari jumlah yang telah didaftarkan secara resmi dari jenis
angkutan umum tertentu.
2. Pemanfaatan Terminal
terminal,
sebagai
indikasi
utamanya
terminal
tidak
b. Dapat diketahui bahwa hampir semua terminal utama yang ada selama
IT
masuk keterminal, baik pada jam sibuk pagi/siang hari maupun jam sibuk
sore/malam hari terlalu sangat rendah dari jumlah yang seharusnya.
Halaman II
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
penumpang.
Bila
tidak
membayar,
penyewa/
.B
ST
P
IT
b. Diketahui kecepatan angkutan umum (PT Speed) pada setiap rute sangat
bervariasi, mulai dari kecepatan antara15, 30, 45, 60, 75 dan >75 km/jam,
dan
c. Diketahui bahwa kecepatan rata-rata yang terjadi pada jalan (Road Speed)
juga sangat bervariasi antara min. 5 km/jam sampai dengan maksimal 40
km/jam. Setiap rute/trayek mengalami perubahan kecepatan yang yang
sangat bervariasi tergantung kondisi lalulintas yang terjadi saat itu yang
antara lain disebabkan oleh kegiatan menaikkan dan menurunkan atau
adanya perlambatan kecepatan kendaraan.
Angkot
dan
Angdes
diatur
oleh
Walikota/Bupati.
Dengan
Halaman II
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
besaran
tarif
yang
maksimum,
namun
dalam
hal
ini,
masih
.B
ST
P
IT
a. Staf Dinas LLAJ saat ini telah cukup jumlahnya untuk melakukan tugasnya,
dan semua staf pada berbagai Sub-Seksi telah mengikuti beberapa
lagi
pelatihannya
terutama
untuk
tugas-tugas
melakukan
Halaman II
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
IT
atau luar kota) belum cukup atau belum memiliki rute pelayanan angkutan
umum, karena belum cukupnya jumlah angkutan umum sehingga
masyarakat tetap lebih memilih membutuhkan sepeda motor atau roda
empat bila pendapatannya telah mencukupi untuk maksud tersebut
b. Pengamatan terhadap jenis angkutan AKDP:
Belum terjalinnya hubungan antara setiap rute AKDP yang ada,
sehingga masih memerlukan angkutan lainnya (Angkot/Angdes) untuk
berpindah kendaraan, terutama antara lain, arah dari/ke utara ke/dari
timur dan arah lainnya.
Demikian pula belum adanya titik lokasi melakukan perpindahan/
pergantian kendaraan, terutama dengan jenis angkutan
AKAP,
Halaman II
10
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
terminal yang ada, dimana lokasi terminal yang sedemikian rupa saat
ini, sangat membatasi terbentuknya kombinasi rute angkutan umum
yang efektif dan efisien.
Telah adanya beberapa duplikasi atau tumpang tindih rute AKDP
dengan rute Angkot/Angdes, sehingga minimal dapat memberi
kesempatan melakukan pengaturan adanya titik lokasi melakukan
perpindahan/ pergantian kendaraan.
Adanya rute AKDP yang sedemikian rupa, tidak mencapai lokasi tujuan
penumpang atau mencakup wilayah akhir perjalanan yang dominan,
dimana bis tersebut langsung menuju dan berhenti pada lokasi terminal
sehingga
penumpang
terpaksa
.B
ST
P
berada,
melakukan
IT
bervariasinya
respon
dan
kebutuhan
menggunakan
Halaman II
11
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
melakukan putaran balik kearah asal pejalanan, sebelum tiba ke akhir rute
angkutan umum yang seharusnya ditempuh.
9. Efisiensi Pengoperasian
antara
Pengemudi
kendaraan
(Penyewa)
dengan
Pemilik
IT
bagaimana
usaha
meminimalkan
biaya
perbaikan
dan
pemeliharaan.
b. Pengemudi berkeinginan bagaimana agar supaya dapat memaksimalkan
pendapatan bersih setiap harinya, sehingga salah satu caranya dengan
tetap menunggu diterminal sampai penumpang bis penuh daripada
membayar uang tunai tertentu kemudian mencari penumpang sepanjang
rute yang telah ditetapkan.
c. Informasi dari pengemudi bahwa waktu yang digunakan menunggu
diterminal menyebabkan dampak yang tinggi terhadap produktifitas
kendaraan, Berdasar informasi, kendaraan hanya sekitar 5 jam beroperasi
Halaman II
12
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
pada rute/ berada dijalan raya, dan juga selama kurang-lebih 5 jam berada
diterminal (atau sedang dilakukan perbaikan). Pengaruh lainnya adalah
tergantung adanya berbagai tingkat kemacetan yang terjadi dijalan raya,
dan waktu yang diperlukan untuk mencari penumpang, yang menyebabkan
kecepatan beroperasi menjadi sangat rendah.
10. Rangkuman Problematika Angkutan Umum
Dalam hal ini, dapat diketahui bahwa besarnya minat dan meningkatnya
keinginan melakukan perjalanan dengan angkutan umum, akan sangat
berpengaruh terhadap tarif angkutan umum, tingkat frekwensi pelayanan dan
.B
ST
P
IT
Halaman II
13
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
PROBLEMATIKA
PENYEBAB - KELEMAHAN
Adanya peningkatan jumlah kendaraan roda empat dan roda dua, hal ini
Angkutan Umum
Struktur Rute
Angkutan Umum
lokasi Terminal, hal ini membatasi pemilihan rute perjalanan bagi pemakai
Terminal
.B
ST
P
jalan
Kendaraan
menunggu
sampai
harus
penuh
penumpang,
hal
ini
Frekwensi Pelayanan
dan Kapasitas
pelayanan, dan
Rumusan Kebijakan,
Perencanaan dan
IT
Monitoring
Perizinan dan
Penerapan Peraturan
dan ealuasi terhadap pelayanan angkutan umum yang ada, tingkat kebutuhan
dan kualitas angkutan umum, sebagai dasar melakukan perbaikan
Manajemen Lalu
Lintas
Halaman II
14
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
Meningkatkan efisiensi,
(ii)
IT
pribadi.
Problematika yang ada saat ini adalah dalam usaha perbaikan angkutan umum
senantiasa menghadapi kondisi pemilihan alternatif penanganan
yang cukup
2.4.
Halaman II
15
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
(1)
memerlukan
biaya
tinggi
untuk
melebarkan
jalan,
dan
.B
ST
P
IT
peranan angkutan umum yang tinggi untuk masa yang akan datang.
Faktor penting yang menjadi dasar usaha melakukan pemilihan rute baru ataupun
(ii)
Halaman II
16
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
Tabanan, Kota Gianyar, Kota Badung, Terminal Bis, Airport, PelabuhanUmum (Jet-Foil), Pasar tradisional.
IT
yang
harus
disesuaikan
dengan
kebijakan
yang
Halaman II
17
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
freeman lambat laun dapat dikikis habis secara bertahap, tanpa harus
adanya pemberian upeti lagi secara tidak legal.
(b) Perbaikan agar supaya dapat mengurangi waktu tunggu (layover time),
yang identik dengan waktu Headway, agar supaya mengurangi lahan
terminal yang tidak produktif (untuk parking kendaraan pribadi dan
umum). Dalam hal ini, terutama pada terminal kelas B dan C, dijadikan
semacam mirip dengan tempat stop sementara (bus stop shelter),
IT
Halaman II
18
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
IT
dilapangan.
Halaman II
19
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
BAB
P E N DE K A TA N DA N ME T O D OL O G I
3.1.
KONSEP DASAR
.B
ST
P
IT
Halaman III
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
KEBIJAKAN PROVINSI
TATRAWIL, RTRWP, Rencana Sektoral, dan lain-lain
KEBIJAKAN KOTA/KABUPATEN
.B
ST
P
TATRALOK, RTRW
(Kota/Kabupaten), Masterplan Sektoral, dan lain-lain
IT
Artinya tinjauan kebijakan dimulai dari kebijakan pemerintah pusat yang bersifat
Halaman III
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
unsur
utama
yang
diyakini
.B
ST
P
mempertimbangkan
secara
dominan
Teknik
Kelembagaan
Sumber Daya
IT
Pengembangan solusi teknis harus dilakukan sehingga dapat diperolehnya proyekproyek dan rencana-rencana yang laik dan layak untuk ditindak lanjuti yang
Halaman III
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Kebutuhan akan sumber daya manusia dan pengadaan perangkat keras modal
kerja harus dirumuskan untuk mendukung institusi dan kebutuhan pekerjaan yang
bertalian dengan evaluasi teknis dari pada proyek, perencanaan program
implementasi, hingga pengoperasian usulan yang berkesinambungan. Kemampuan
dalam hal ini harus diperhitungkan dengan seksama sehingga dapat diperkirakan
tingkat teknologi dan kualifkasi sumber daya yang harus disiapkan.
Kebijakan Transportasi
(Sistranas s/d Tatralok, RTRW Prop, Kab/ Kota,
.B
ST
P
Pengembangan solusi
Teknis, rasional, ilmiah
Pengembangan
Kelembagaan
IT
Peran &
Tanggungjawab
Kewenangan
Anggaran
Personil, peralatan
SDM
Peluang Ekonomi
Gambar 3.2. Pendekatan Studi
Halaman III
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Dengan
.B
ST
P
jangka panjang.
keterpaduan
ketiga
unsur
pendekatan
di
atas,
yaitu
teknik,
METODOLOGI
3.2.
IT
Halaman III
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
IT
.B
ST
P
studi ke dalam empat tahapan kegiatan yang saling berkaitan satu sama lain.
Halaman III
LAPORAN AKHIR
.B
ST
P
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
IT
Halaman III
LAPORAN AKHIR
.B
ST
P
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
IT
Langkah awal pengumpulan data dirancang untuk dapat menyusun data dasar
transportasi makro Sarbagita sebagaimana yang diminta oleh KAK. Sebelum data
Halaman III
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
2. Kajian Terdahulu
Pada tahap ini yaitu melakukan pengumpulan data studi -studi terdahulu
yang terkait dengan pola pelayanan angkutan umum massal berbasis
jalan di wilayah perkotaan (Commuter Service ).
3. Tata Guna Lahan
Pada sistem transportasi, tata guna lahan perkotaan memberikan warna dan
corak pada pola transportasi perkotaan. Daerah perumahan, perdagangan,
perkantoran, industri, wisata dan lainnya membutuhkan jaringan transportasi
yang baik sehingga sistem tata ruang dapat tercapai sesuai rencana dengan
.B
ST
P
Kajian ini mencakup hal yang luas, dimana berbagai sektor sudah
dipertimbangkan sehingga keterkaitan antar sektor sudah dipertimbangkan
termasuk sektor perhubungan. Rencana pengembangan koridor-koridor
transportasi telah dijabarkan dalam kajian ini. Pada Studi ini telah diakomodir
IT
Sesuai dengan PP No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan,
Jaringan trayek ditetapkan dengan memperhatikan:
Kebutuhan angkutan,
Kelestarian lingkungan.
Halaman III
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
IT
yang dihubungkan oleh ruang lalu lintas sehingga membentuk satu kesatuan
sistem jaringan untuk keperluan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan
jalan. Data-data yang dikumpulkan terkait dengan jaringan jalan meliputi:
nama jalan, panjang jalan, lebar jalan, jenis perkerasan, kelas jalan, fungsi
jalan dan wewenang.
Halaman III
10
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Tuntutan akan hal tersebut dapat dipenuhi bila penyediaan armada angkutan
penumpang umum berada pada garis yang seimbang dengan permintaan jasa
angkutan umum.
Penentuan jumlah dan jenis armada yang tepat, sesuai dengan kebutuhan sulit
dipastikan, yang dapat dilakukan adalah jumlah yang mendekati besarnya
kebutuhan. Ketidakpastian itu disebabkan oleh pola pergerakan penduduk
yang tidak merata sepanjang waktu misalnya pada jam-jam sibuk permintaan
tinggi dan pada jam saat sepi permintaan rendah. Untuk melakukan analisis
pada masa yang akan datang, perlu dilakukan pengumpulan data eksisting
.B
ST
P
yang terkait dengan jumlah dan jenis angkutan umum di wilayah Sarbagita.
5. Kondisi Transportasi Eksisting
IT
Bila pada perjalanan analisis ternyata dibutuhkan data yang spesifik dan khas,
maka secara khusus survey terbatas tersebut harus dilakukan. Survey-survey
asal
dan
tujuan
perjalanan
pada
daerah
kajian
dan
sekitarnya.
Halaman III
11
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
IT
sistem
yang
langsung
mengena
dengan
aktivitas kehidupan
Halaman III
12
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
standard-standard yang berlaku seperti IHCM, Standard Geometrik dan lainlain. Sedangkan standard untuk tipe moda dan pengoperasian mengikuti
peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Departemen Perhubungan ataupun
Dinas Perhubungan yang relevan.
Selain itu dalam hubungan bermasyarakat, sistem ini juga memiliki dimensi
sosial vertikal maupun horizontal, sehingga kepastian hukum menjadi sangat
perlu. Untuk hal ini penyusunan Master Plan perlu dilengkapi dengan
perangkat hukum seperti perda tentang Daerah Milik Jalan, garis sempadan
jalan, fungsi jalan dan kelas jalan, lokasi parkir dan perambuan lainnya.
ditetapkan
fungsi
jalan,
maka
akan
mengikuti
.B
ST
P
Dengan
konsekuensi-
Di dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) telah diisyaratkan bahwa studi harus/ wajib
melakukan beberapa survey primer yang diperlukan yaitu:
IT
Service;
Commuter Service;
Halaman III
13
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Commuter Service
Informasi yang memadai tentang jaringan layanan angkutan umum yang ada
akan dapat memberikan gambaran tentang pola pergerakan dari masyarakat
yang bergantung pada angkutan umum. Informasi ini mencakup jumlah
trayek, nama trayek, jumlah bus yang tersedia dan jumlah bus beroperasi,
lokasi halte dan lokasi dimana terdapat penumpukan demand. Data ini akan
menjadi bahan kalibrasi untuk pola pergerakan secara keseluruhan. Beban
.B
ST
P
Meskipun gambaran makro telah diperoleh baik dari data sekunder maupun
dari survey primer pola pergerakan, maka survey wawancara ini diperlukan
untuk analisis rinci khususnya pada tahapan evaluasi alternatif. Data mikro ini
akan
sangat
meningkatkan
ketepatan
perkiraan
biaya
investasi
dan
IT
pengelolaan yang akan terjadi. Pemahaman yang baik tentang hal-hal mikro
akan
sangat
membantu
dalam
analisis
pembiayaan
hingga
dapat
Halaman III
14
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Survey ini akan dilakukan sesuai dengan lokasi external dan internal
dilakukan
tujuan
perjalanan
dan
alat
angkutan
yang
.B
ST
P
IT
Halaman III
15
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
kinerja
yang
diperoleh
dari
survey
ini
meliputi
jumlah
IT
matematis yang
mereplika sistem kerja yang terjadi dan dapat digunakan untuk memperkirakan
kinerja yang akan terjadi bila dilakukan penangan tertentu pada sistem
transportasi. Proses simulasi tersebut didasarkan kepada hubungan dan interaksi
analitis, pragmatis, matematis, empiris dan/atau analogi antara aktivitas
Halaman III
16
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Sebaran Perjalanan, yaitu menetapkan zona asal dan zona tujuan d ari
setiap pergerakan perjalanan yang dibangkitkan;
.B
ST
P
IT
terlebih
dahulu
baru
kemudian
beban
angkutan
umum
Halaman III
ini
17
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
terhadap hasil model. Bila model telah terkalibrasi, maka variabel-variabel model
merupakan subjek untuk peramalan ditahun-tahun mendatang. Variabel-variabel
ini merupakan masukan untuk mendapatkan perkiraan matriks perjalanan di masa
mendatang.
IT
secara lebih mendalam, maka selain berdasarkan hasil survey primer yang
dilakukan, maka pada tahapan validasi dan kalibrasi model sekaligus dilakukan
analisis kinerja jaringan eksisting. Kinerja jaringan jalan berdasarkan hasil
Halaman III
18
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Kend.km/jam
Kend.jam/jam
Ruas Jalan
o
V/C
Kecepatan
Simpang
o
Tundaan
Antrian
Derajat kejenuhan
.B
ST
P
Jaringan Jalan
Dengan cara yang sama, kinerja jaringan jalan pada masa mendatang dihitung
setelah sebelumnya dilakukan peramalan besaran variabel-variabel modelnya.
Model Input Data
Prakiraan tata guna lahan dan sosial-ekonomi akan dikembangkan atas dasar
sistem zona yang dikembangkan dari data tata guna lahan dan sosial-ekonomi
untuk masing-masing zona yang dikombinasikan dengan prakiraan yang
bersifat menyeluruh dari Pemerintah Daerah dan Konsultan untuk tahun
IT
prakiraan 2010, 2015, 2020, 2025. Terkait dengan pendekatan TOD, konsultasi
akan dilakukan terlebih dahulu untuk menyamakan persepsi dan mengetahui
data
diterjemahkan
untuk
mengembangkan
sistem
zona.
suatu
model
transportasi
berdasarkan
variabel-variabel
Halaman III
19
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
tahapan awal dikembangkan terlebih dahulu sistem zona lalu lintas dan
sistem jaringan jalan yang ditinjau.
Sistem Zona
Sistem
zona
yang
dikembangkan
berdasarkan
wilayah
administrasi
IT
representatif kecendrungan, bisa nilai rata-rata, nilai tengah atau nilai yang
paling banyak terjadi.
Zona
Sistem
ini
dikembangkan
dengan
memperhatikan
kemungkinan
Halaman III
20
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
terjadi
di
lapangan.
Pengembangan
sistem
jaringan
jalan
ini
harus
.B
ST
P
IT
Halaman III
21
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
jumlah pekerja dan jumlah tempat kegiatan (perdagangan, industri dan lain
sebagainya). Dengan mengambil asumsi adanya keterkaitan diantara faktorfaktor tersebut di atas dengan jumlah perjalanan yang keluar masuk zona,
maka akan dapat ditentukan hubungan matematis yang akan menggambarkan
tingkat bangkitan dan tarikan perjalanan dari zona tersebut.
Sebaran Perjalanan
Sebaran perjalanan pada intinya adalah tahapan untuk mendapatkan matriks
asal-tujuan (O/D Matriks) yang akan digunakan dalam proses selanjutnya.
Matriks O/D hasil model ini kemudian harus mengalami proses validasi.
.B
ST
P
Pengertian dasar dari proses ini adalah penentuan arah tujuan perjalanan dari
suatu zona atau asal perjalanan yang masuk ke suatu zona.
Dasar distribusi yang digunakan adalah dengan proses skim, yaitu berupa
penentuan lintasan pergerakan perjalanan antar zona. Faktor impedansi yang
dapat digunakan sebagai dasar penentuan lintasan tersebut adalah distribusi
panjang perjalanan, waktu perjalanan, biaya perjalanan atau kombinasi yang
mungkin dari ketiganya. Kharakteristik perjalanan ini merupakan faktor model
IT
Pemilahan Moda
Tahap analisis pemilahan moda dapat dilakukan sebelum atau setelah analisis
sebaran perjalanan. Untuk yang pertama diperoleh matriks Bangkitan
Perjalanan Permoda (dalam perjalanan kendaraan) dan yang kedua diperoleh
matriks Bangkitan Perjalanan Total (dalam perjalanan orang). Adapun
penetapan moda umumnya didasarkan pada sifat tingkat kebebasan pemilihan
lintasan dan biaya pengorbanan total Generalized Cost.
Terdapat dua kelompok besar moda perjalanan, yaitu moda Non Fixed Route/
Tanpa Trayek (seperti sepeda motor, ojek, mobil penumpang pribadi, taksi
dan lain-lain.) dan Fixed Route/ Trayek Tetap (seperti angkot, bus kota,
kereta, dan lain-lain).
Halaman III
22
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
IT
yaitu berupa kurva hubungan antara kecepatan lalu lintas terhadap tingkat
kejenuhan V/C ruas (Volume/Kapasitas). Mengingat terdapat beberapa moda
menggunakan
jaringan
jalan
secara
bersamaan
dan
saling
yang
mempengaruhi antara moda yang satu dengan yang lainnya, maka sebelum
pembebanan lalu lintas dilakukan, dilakukan terlebih dahulu konversi unit dari
semua moda yang ada ke dalam unit satuan mobil penumpang (smp).
Konversi
unit
ini
dilakukan
karena
masing-masing
moda
memiliki
kharakteristiknya sendiri-sendiri.
Pembebanan matriks perjalanan Tanpa Trayek ini dapat dilakukan dengan
Metode Capacity Restraint yaitu bahwa seluruh perjalanan yang keluar dari
suatu zona dianggap tidak bergerak secara bersamaan, akan tetapi secara
bertahap. Dengan demikian apabila ruas jalan pilihan (lintasan terpendek)
telah menerima beban volume tertentu, maka bagian volume berikut dari
perjalanan zona tersebut akan mempunyai lintasan terpendek yang lain lagi.
Halaman III
23
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
model
siap
dipergunakan
untuk
melakukan
proses
peramalan
.B
ST
P
lapangan. Apabila hal ini sudah tercapai maka model siap dipergunakan untuk
melakukan proses peramalan transportasi masa yang akan datang. Proses
kalibrasi adalah proses simulasi parameter model agar sesuai dengan kondisi
tahun dasar. Sedangkan proses validasi adalah simulasi hasil model agar
model dapat mewakili hasil survey tahun dasar.
IT
Setelah diperolehnya model yang valid dan terkalibrasi, maka langkah selanjutnya
adalah menggunakan model tersebut untuk simulasi berbagai kondisi termasuk
kondisi yang akan datang. Mengingat kondisi yang akan datang merupakan
masukan bagi model, maka kondisi ini harus diramalkan. Model hanya merupakan
alat bantu untuk dapat menunjukkan kira-kira apa yang akan terjadi akibat
perubahan kondisi wilayah studi. Selain itu perubahan sistem sarana dan
prasarana transportasi juga harus dipertimbangkan.
Tata Guna Lahan
Perkembangan tata guna lahan perkotaan umumnya tidak dilepas begitu saja
pada kekuatan pasar semata, namun diatur dan direncanakan agar pada masa
mendatang kota memiliki sistem tata guna lahan yang efisien dan efektip
untuk aktivitas penduduknya.
Halaman III
24
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Pada sistem transportasi, tata guna lahan perkotaan memberikan warna dan
corak pada pola transportasi perkotaan. Daerah perumahan, perdagangan,
perkantoran, industri, wisata dan lainnya membutuhkan jaringan transportasi
yang baik sehingga sistem tata ruang dapat tercapai sesuai rencana dengan
efisien dan efektifitas yang tinggi.
Ekonomi
Perkiraan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu masukkan yang
diperhitungkan dalam pembuatan RTRW Provinsi Bali dan RTRW Kab.
Sarbagita. Pada sistem transportasi, pertumbuhan ekonomi memberikan
.B
ST
P
Kependudukan
IT
Sarana Transportasi
Sarana transportasi relatif mengikuti pertumbuhan kota. Makin besar kota
maka sistem sarana juga semakin rumit. Terdapat dua kelompok besar sistem
sarana, yaitu sarana kendaraan pribadi dan sarana kendaraan angkutan
umum.
Prasarana Transportasi
Prasarana transportasi, khususnya transportasi berbasiskan jalan raya sangat
ditentukan oleh tata ruang yang ada. Fungsi jalan sangat ditentukan oleh
tingkat keterisian peruntukan tanah dan daerah terbangun. Di sisi lain bila
ditinjau dari peran suatu jalan pada pertumbuhan tata guna lahan, maka
penanganan jalan sangat bervariasi, bisa hanya untuk mengatasi kebutuhan
Halaman III
25
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
kondisi
sistem
lalu
lintas
di
masa
mendatang.
.B
ST
P
kecenderungan
kondisi
jaringan
jalan
eksisting
dan
Dengan
rencana-rencana
pengembangan yang telah ada, maka Tim Studi dapat merumuskan permasalahan
transportasi
yang
terjadi.
Untuk
masukan
rencana-rencana
pengembang,
IT
padahasil analisis kinerja jaringan jalan di masa mendatang, konsultan akan dapat
menyusun suatu strategi perencanaan jaringan yang pada intinya terdiri atas
rentang kebutuhan jaringan jalan dan sistem angkutan umum massal hemat
ruang. Strategi ini disusun oleh konsultan berdasarkan atas penelitian berbagai
rencana pengembangan yang ada dan yang sedang berjalan, berdasarkan koridor
pergerakan perjalanan di dalam suatu sistem yang merupakan kesatuan dengan
jaringan sistem transportasi wilayah di sekitar kota studi.
Kebutuhan sistem transportasi akan diselaraskan dengan kebutuhan transportasi
berdasarkan koridor pergerakan
Halaman III
26
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
analisis, secara umum alternatif pemecahan masalah akan dilihat berdasarkan dua
kondisi, yaitu kondisi tanpa melakukan pengembangan apapun (do nothing) dan
kondisi dengan melakukan pengembangan tertentu (do something).
Kerangka waktu
IT
mendesak pelaksanaannya,
Halaman III
27
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
tahap
ini
merupakan
penentuan
trayek
terpilih
dengan
.B
ST
P
dan kawasan pendukung dengan ciri melakukan perjalanan ulangalik secara tetap dengan pengangkutan yang bersifat massal,
IT
b. Trayek Cabang
Jarak pendek,
Halaman III
28
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
c. Trayek Ranting
Trayek ranting ini diselenggarakan dengan ciri-ciri pelayanan:
Pelayanan lambat,
.B
ST
P
Tahap berikut dari studi ini adalah tahap evaluasi terhadap penerapan alternatifalternatif pengembangan jaringan jalan dan sistem angkutan massal bagi
commuter yang telah disusun pada tahap sebelumnya. Tahap evaluasi yang harus
dilalui oleh setiap alternatif pengembangan merupakan evaluasi yang berlapis,
dalam pengertian terdiri dari evaluasi terhadap beberapa aspek pengukuran, yaitu
teknis, ekonomi dan lingkungan.
IT
Halaman III
29
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Peran
sektor
swasta
dapat
diperhitungkan
sehingga
.B
ST
P
IT
Halaman III
30
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
bersangkutan.
(3) Bus kota yang dimaksud dalam Pasal ini adalah bis yang dipergunakan
untuk angkutan kota yang mempunyai kemampuan angkut 35 penumpang
keatas.
IT
(1) Tarif satuan (penumpang/ km) angkutan penumpang bis antar kota dalam
provinsi dan antar kota antar provinsi untuk kelas ekonomi.
(2) Tarif satuan angkutan penumpang bis antar kota dalam provinsi dan antar
kota dalam provinsi untuk kelas non ekonomi ditetapkan oleh penyedia
jasa angkutan yang bersangkutan.
(3) Atas dasar tarif satuan tersebut ayat (1) dan (2) Gubernur/ Kepala Daerah
Tingkat I menetapkan tarif jarak bagi trayek-trayek yang seluruhnya
berada dalam Provinsi yang bersangkutan sedangkan bagi trayek-trayek
yang meliputi lebih dari Provinsi ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Perhubungan Darat.
Halaman III
31
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
commuter meliputi:
a. Tata cara koordinasi dan kerja sama antar instansi terkait,
b. Tata cara integrasi pelayanan untuk ticketing system,
c. Syarat-syarat/ ketentuan tentang kapan diterapkannya pola pelayanan
.B
ST
P
angkutan umum massal berdasarkan demand (O/D), land use dan trip
IT
Laporan Sementara, Konsep Laporan Akhir dan Laporan Akhir yang telah
disetujui oleh Dirjen BSTP, maka dilakukan pembuatan Draft Pedoman
commuter service.
Halaman III
32
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
BAB
STU D I L ITE RATUR DA N
REV IE W K A JI AN STU D I TER DAH U L U
4.1.
.B
ST
P
aplikasi
angkutan
umum
massal.
Sedangkan
pada
studi
Dinas
Perhubungan Provinsi Bali (2007), disebutkan bahwa aplikasi system BRT tidak
IT
Halaman IV
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
kendaraan
yang
melalui
kawasan
kajian
sehingga
besarnya
pembebanan lalu lintas di kawasan itu dapat diketahui dengan jelas. Gambar
4.1 memperlihatkan komposisi moda yang dipergunakan disekitar wilayah
IT
.B
ST
P
kajian.
Dari gambar di atas dapat ketahui bahwa moda yang menjadi primadona
masyarakat untuk melakukan perjalanan adalah sepeda motor yaitu 51,96%
kemudian mobil 19,35% serta berjalan kaki sebesar 16,77%. Untuk perjalanan
dengan angkutan umum hanya sebesar 3,21% dimana hal ini merupakan
kondisi yang tidak lazim kita temui di kota-kota lain di Indonesia, umumnya
proporsi penggunaan angkutan umum bisa mencapai diatas 50% seperti
Jakarta, Surabaya dan Bandung.
Halaman IV
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
motor
dalam
angka
kecelakaan
menunjukkan
angka
yang
.B
ST
P
IT
motor.
Maksud/Tujuan Perjalanan
Dari grafik maksud perjalanan sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 4.3,
tampak bahwa perjalanan terbesar adalah perjalanan dengan maksud bekerja
sebesar 35,87%, kemudian perjalanan dengan maksud lain-lain sebesar
22,28% dimana dalam kategori ini termasuk perjalanan bagi pekerja
Halaman IV
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
IT
.B
ST
P
Halaman IV
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Provinsi Bali. Hal ini antara lain akibat kebijakan pengembangan aktivitas yang
terpusat di Denpasar dan Badung Selatan. Dengan kian mahalnya harga lahan
permukiman di Kota Denpasar dan Badung Selatan, terjadi pergeseran lokasi
permukiman ke arah barat (Kabupaten Tabanan, khususnya Kecamatan Kediri)
dengan orientasi pergerakan bersifat komuter ke arah Denpasar dan Badung
Selatan. Persebaran lokasi permukiman juga terjadi ke arah timur, terlebih lagi
dengan telah dibangunnya jalan Bypass Tohpati-Kusamba, yaitu ke arah
Kabupaten Gianyar. Sehingga pola pergerakan komuter yang terjadi sudah
bersifat lintas kabupaten/kota (Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan),
baik pergerakan dengan tujuan bekerja maupun sekolah. Hal ini dipertegas
.B
ST
P
lagi dengan kian padatnya arus lalu lintas komuter pada ruas jalan di daerah
perbatasan antar kabupaten/kota tersebut. Pada daerah perbatasan tersebut,
kondisi puncak pagi (morning peak hour) ditandai dengan besarnya
pergerakan komuter yang menuju ke arah Denpasar dan Badung Selatan
terutama dari Tabanan dan Gianyar. Sebaliknya pada puncak pergerakan sore
hari (afternoon peak hour) ditandai dengan besarnya arus lalu lintas yang
keluar dari Denpasar dan Badung Selatan.
IT
Halaman IV
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Dinas
Perhubungan
Provinsi
Bali
(2007)
telah
mengusulkan
IT
.B
ST
P
NO.
NAMA TRAYEK
TRAYEK UTAMA
1
Bandara Kota - Batubulan
2
Bandara Kota Pelabuhan Benoa PP
3
Bandara Sanur PP
4
Bandara Nusa Dua PP
5
Bandara Kuta Petitenget - PP
6
Mengwi Kerobokan Kuta Tuban Bandara PP
7
Batubulan Pesanggaran Simpang Dewa Ruci Kuta PP
8
Petitenget Teuku Umar Barat Buagan Renon Sanur PP
9
Canggu Gajah Mada Hang Tuah Sanur PP
10
Kota Pesanggaran Patung Ngurah Rai Nusa Dua PP
11
Simpang Dewa Rucu Kerobokan Gatot Subroto Batubulan PP
12
Tanah Lot Canggu Kerobokan Kuta PP
13
Sanur Padang Galak Ketewel Guang Sukawati Mas Ubud PP
14
Sanur Padang Galak Ketewel Gianyar PP
15
Batubulan Sukawati Gainyar PP
16
Tabanan Mengwi Mambal Ubud Gainyar PP
17
Munggu Canggu Kerobokan Simpang Dewa Ruci Nusa Dua PP
TRAYEK CABANG
18
Plaga Darmasaba A. Yani Renon PP
19
Mambal Penarungan Jl. Kamboja Renon PP
20
Kota Kampus Sudirman Pemogan Simapng Dewa Ruci Jimbaran Kampus
Bukit PP
21
Semawang Jl. Pendidikan Nitimandala Pantai Sindhu PP
22
Semawang Jl. Tukad Balian Nitimandala Pantai Sindhu PP
23
Simpang Dewa Ruci Simpang Enam Nusa Kambangan Suci PP
24
Simpang Petitenget Abian Timbul Pedungan Sesetan Semawang PP
25
Tanjung Benoa Kampus Bukit Uluwatu PP
26
Tanjung Benoa Ungasan Jimbaran Kedonganan PP
27
Sempidi Kebolwa Padang Sambian Abiantimbul Kuta PP
28
Terminal Kargo WRR Buagan Sunset Road Simpang Dewa Ruci PP
29
Oberoi Bhuana Kubu Monang Maning Pekambingan Kota PP
30
Sanur Sedap Malam Supratman Kecubung Jaya Giri Tk. Balian
Semawang PP
31
Mengwi Kapal Penatih Batubulan PP
32
Kesiman Penatih Peguyangan Mambal PP
33
Petitenget Sanglah Panjer Sanur PP
34
Tanah Lot Kediri Tabanan PP
35
Sempidi Buluh Indah Padang Sambian Gunung Soputan
4.2.
Halaman IV
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
memiliki tingkat pergantian moda sesuai kriteria (maksimum 2 kali) yaitu dari
76,81% menjadi 80,07%. Data di atas juga menunjukkan peningkatan kualitas
aksessibilitas jaringan dimana yang tidak memerlukan pergantian moda meningkat
20,29% menjadi 21,01%, yang memerlukan 1 kali pergantian moda meningkat
dari 35,51% menjadi 39,49%. Untuk yang memerlukan 2 kali pergantian moda
berkurang dari 21,01% menjadi 19,57% dan yang membutuhkan 3 kali pergantian
moda berkurang dari 6,88% menjadi 3,62%.
Pada studi terdahulu (Dinas Perhubungan Provinsi Bali, 2007) telah dirancang
sistem trayek angkutan umum yang terdiri dari 34 trayek yaitu 17 trayek utama
.B
ST
P
IT
dan Ability to Pay) akan memerlukan subsidi dari pemerintah yang cukup besar.
Mengingat keterbatasan kemampuan pendanaan pemerintah, maka untuk tahap
awal operasi akan dipilih 10 trayek utama untuk diimplementasikan. Diharapkan
pemerintah kabupaten/ kota secara bersamaan menyiapkan trayek pengumpul
(feeder).
Berdasarkan karakteristik geometrik jalan yang secara umum relatif sempit di
wilayah Sarbagita, penerapan sistem Bus-Way seperti yang sudah dilaksanakan di
Kota Jakarta tampaknya sulit untuk dilakukan di wilayah Sarbagita. Sebagai
alternatifnya, dirancang konsep Lajur Khusus Bus (Bus-Lane) pada lokasi ruas dan
Halaman IV
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
simpang yang memungkinkan kapasitasnya atau sering juga disebut Bus Priority.
Pada lokasi yang lebar jalannya memungkinkan, direncanakan untuk membuat Lay
Bay atau Bus-Bay.
PERENCANAAN JARINGAN TRAYEK JANGKA MENENGAH (10 KORIDOR)
Dari 17 trayek utama yang telah diusulkan pada studi terdahulu, dipilih 10 trayek
dengan kriteria sebagai berikut:
1. Melayani jumlah potensi penumpang yang lebih besar dari trayek lainnya.
2. Memiliki koneksitas yang baik antar trayek.
.B
ST
P
IT
4.3.
Halaman IV
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Adapun panjang lintasan untuk setiap trayek diperlihatkan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Panjang Lintasan 10 Trayek Utama
NO.
TRAYEK UTAMA
Bandara - Kota - Batubulan PP
10
.B
ST
P
IT
Halaman IV
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
(PP)
pembiayaan
investasi
diharapkan
Berdasarkan hasil kajian terdahulu (Dinas Perhubungan Provinsi Bali, 2007) telah
IT
moda bus. Moda bus yang diusulkan adalah tipe bus sedang.
Jenis Bus, Kapasitas dan Konfigurasi Tempat Duduk
Perhitungan kapasitas armada didasarkan atas luas lantai yaitu 0,17 m2 per
penumpang berdiri. Untuk melayani Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar dan
Tabanan) dimana jumlah penduduknya melebihi 1 juta jiwa, idealnya pada trayek
utama dilayani dengan bus besar. Namun karena keterbatasan lebar jalan (ratarata 7 m), dipergunakan bus sedang dengan kapasitas 35 penumpang (20 duduk
dan 15 berdiri).
Konfigurasi tempat duduk dapat dibuat menghadap kedepan atau kesamping
sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 4.4. Untuk konfigurasi tempat duduk
menghadap kedepan akan memiliki daya tampung penumpang duduk maupun
Halaman IV
10
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
IT
.B
ST
P
Tampak Atas
Gambar 4.4. Konfigurasi Tempat Duduk Bus Sedang
Halaman IV
11
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
Pada tahap awal implementasi yaitu pada tahun 2010, diamsumsikan dengan
waktu operasi 14 jam atau 840 menit (dari Pk. 06.00 Pk. 20.00). Headyaw
ditetapkan 15 menit dengan asumsi jumlah penumpang belum terlalu banyak dan
keterbatasan kemampuan pengadaan bus sedang pada tahap awal.
Untuk perhitungan waktu sirkulasi, berdasarkan hasil survei diperoleh kecepatan
IT
Halaman IV
12
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
penumpang
dihitung
dengan
(tiga)
skenario
yaitu:
skenario
.B
ST
P
2020.
Untuk prediksi jumlah penumpang per trayek per hari untuk skenario
pertumbuhan sedang (moderate). Tampak bahwa pada tahap awal beroperasi di
tahun 2010, diperkirakan jumlah penumpang sebanyak 12.396 orang. Kemudian
meningkat menjadi 16.528 orang di tahun 2011 dan load faktor 100% tercapai
pada tahun 2017 dengan jumlah penumpang 41.321 orang per hari. Mengingat
jumlah penumpang terus meningkat di tahun berikutnya, maka diperlukan
penambahan jumlah armada menjadi 104 armada di tahun 2018 dengan perkiraan
IT
Halaman IV
13
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
selain
restrukturisasi
jaringan
trayek
adalah
pengembangan
.B
ST
P
Tempat perhentian angkutan umum dapat berupa shelter atau bus stop. Lokasi
perhentian ditentukan antara lain oleh kebijakan operasional angkutan umum
terkait masalah perhentian yang meliputi flag-stop, set-stop ataupun mixed-stop.
Jarak antar perhentian dipengaruhi oleh potensi demand, kecepatan, waktu
tempuh, maupun biaya operasional kendaraan. Tipe perhentian bus meliputi curb-
side, lay-bys dan bus-bay. Prasarana lainnya yang diperlukan di tempat perhentian
adalah papan informasi.
IT
card untuk
Halaman IV
14
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
pendek yang tidak dapat dilayani oleh taryek awal. Metode ini diterapkan untuk
meningkatkan minat masyarakat untuk menggunakan angkutan umum dengan
cara menekan biaya perjalanan akibat transfer antar trayek. Beberapa trayek yang
merupakan trayek kombinasi yang dapat menggunakan satu tiket kombinasi yaitu:
1. Dari trayek Batubulan Pesanggaran - Kuta PP menuju Pelabuhan Benoa
dengan transfer pada trayek Mengwi Kota - Benoa. Tiket gabungan ini tidak
berlaku untuk tujuan ke kota atau selebihnya. Validasi dilakukan pada gerbang
masuk Pelabuhan Benoa arah masuk areal pelabuhan.
2. Dari Trayek Bandara - Kota Batubulan menuju Kuta dengan transfer ke trayek
Batubulan Pesanggaran - Kuta. Validasi dilakukan pada halte SD No.1 Kuta
.B
ST
P
Jl. Bakung Sari untuk transfer ke Kuta dan pengecekan dilakukan pada halte
Pasar Kuta untuk perjalan baru dengan tiket baru.
IT
Untuk transfer menuju kota dan selebihnya penumpang harus membayar tiket
tambahan.
Tiket untuk sementara dibuat untuk sekali perjalanan dan belum disediakan untuk
perjalanan selama satu hari, langganan untuk satu minggu atau satu bulan.
Struktur tiket nantinya akan dikembangkan dengan sistem ini setelah penumpang
tumbuh dan terus berkembang.
Sebagai alat kontrol penumpang, tiket perlu divalidasi oleh petugas dengan alat
yang disesuaikan dengan sistem tiket yang dipakai. Karena pada tahap awal
operasional baru diperkenalkan tiket manual maka validasi tiket dilakukan dengan
cara menyobek tepi tiket dan dikumpulkan untuk menghitung jumlah pendapatan
dari ongkons penumpang. Untuk tiket tunggal validasi hanya dilakukan satu kali,
Halaman IV
15
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
sehingga jika petugas menemukan tiket penumpag tanpa bagian tepi maka
Trans SARBAGITA
Trans SARBAGITA
Tiket No. 1111111111
.
.
Untuk Sekali Jalan
.B
ST
P
Sementara untuk tiket kombinasi dua trayek, tiket disobek bagian tepi pada sisi
trayek 1 untuk perjalanan pertama. Validasi berikutnya dilakukan pada sisi lainnya
(pada bagian trayek 2) saat melakukan transfer ke trayek lain. Perhatikan contoh
IT
Trans SARBAGITA
Trayek 1
Trayek 2
Trans SARBAGITA
Trans SARBAGITA
Tiket No. 000000002
Tiket kombinasi hendaknya dibuat dengan warna yang berbeda antara empat
kemungkinan transfer diatas. Hal ini untuk memudahkan monitoring terhadap
penumpang yang menggunakan diluar trayek-trayek kombinasi. Dengan kombinasi
tiket seperti ini maka perhitungan jumlah ongkos angkut yang diperoleh adalah
untuk tiket tunggal (warna hijau) setiap potongan tiket bernilai satu kali tarif,
sedang untuk tiket kombinasi setiap potongan bernilai setengah tarif perjalanan.
4.4.
Halaman IV
16
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
trayek
utama
(dengan
bus
sedang)
yang
diusulkan
untuk
.B
ST
P
Agung (Tiara Dewata), Jl. Sudirman (Kampus Unud), Jl. Waturenggong, Jl.
Raya Sesetan, Jl. Bypass Ngurah Rai, Kampus Bukit Jimbaran, GWK.
2. Trayek Batubulan - Gatsu - Kerobokan - Dewa Ruci - Bandara
Trayek ini dimulai dari Terminal Batubulan (berfungsi park and ride), Jl. Raya
Batubulan, Jl. Gatot Subroto, Jl. Raya Kerobokan, Sunset Road, Jl. Bypass
Ngurah Rai, Bandara.
Trayek ini dimulai dari Terminal Mengwi, Jl. Raya Kapal (s/d RS Kapal belok ke
IT
selatan), Jl. Raya Dalung, Jl. Raya Padangluwih, Jl. Raya Kerobokan, Jl. Raya
Basangkasa, Jl. Seminyak, Jl. Legian, Jl. Raya Kuta, Jl. Raya Tuban, Bandara.
Trayek Batubulan - Nusa Dua
4.
Trayek ini dilayani oleh armada eksisiting (bus Damri) dari Batubulan melalui
Bypass Ngurah Rai sampai ke Bualu. Kedepan diharapkan trayek ini dapat
masuk ke areal BTDC Nusa Dua.
Bangkitan angkutan umum dari Bandara Ngurah Rai terbesar berada di pusat Kota
Denpasar yang rencananya dilayani dengan trayek Bandara - Kota - Batubulan.
Namun pada tahap awal belum dapat dilayani mengingat tingginya tingkat
overlapping dengan trayek eksisting dan terbatasnya kapasitas jalan. Untuk itu
ada 2 (dua) alternatif yang diusulkan yaitu:
1. Alternatif pertama, pelayanan trayek Bandara - Kota - Batubulan dilakukan
dengan armada eksisting (izusu) dengan merubah rute trayeknya.
Halaman IV
17
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
2. Alternatif kedua, dilayani dengan bus sedang baru dengan merubah trayek
Bandara - Kota - Batubulan dengan Trayek Batubulan - Renon - Pesanggaran Sentral Parkir - Bandara. Trayek ini dimulai dari Terminal Batubulan (berfungsi
sebagai park and ride terminal), melalui Jl. Raya Batubulan, Jl. WR Supratman,
Jl. Kamboja (Pusat Pendidikan, pasar dan terminal Kreneng), Jl. Kapten Japa,
Jl. Cok A. Tresna, Jl. Moh. Yamin, Jl. Raya Puputan, Jl. PB Sudirman, Jl.
Waturenggong, Jl. Raya Sesetan, Jl. Bypass Ngurah Rai (sd Simpang Dewa
Ruci), Sunset Road, Jl. Imam Bonjol (Sentral Parkir), Jl. Raya Kuta, Jl. Jl. Raya
Tuban, Bandara.
.B
ST
P
IT
Danau Tamblingan, Jl. Danau Poso (Semawang). Trayek ini diusulkan untuk
Halaman IV
18
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
menuju Benoa. Trayek ini diusulkan untuk dilayani trayek eksisting AKDP
Ubung-Negara dan angkot Suci - Pesanggaran - Benoa.
Sebagai trayek pengumpan (feeder) pada trayek utama tersebut, diusulkan pada
tahap awal untuk mempertahankan beberapa trayek eksisting dan diusulkan
adanya penambahan trayek pengumpan. Adapun trayek angkot dan AKDP
eksisting yang dipertahankan meliputi:
Trayek angkot di Kota Denpasar:
.B
ST
P
A. Trayek Eksisting
1. Trayek Kreneng - Teuku Umar - Gatsu - A.Yani
IT
Trayek ini dimulai dari Terminal Kreneng, Jl. WR Supratman, Jl. Nusa
Indah, Jl. Hayam Wuruk, Jl. Narakusuma, Jl. Moh. Yamin, Jl. Pemuda, Jl.
Tk Yeh Aya, Jl. Tk Balian, Jl. Tk Bilok, Intaran. Rute baliknya dari Intaran,
Jl. Tk Bilok, Jl. Tk Balian, Jl. Tk Yeh Aya, Jl. Tk Unda, Jl. Cok A. Tresna, Jl.
Drupadi, Jl. Hayam Wuruk, Jl. Plawa, Jl. Pacar, Jl. Kamboja, Terminal
Kreneng.
Halaman IV
19
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Batanghari, Jl. Tk Barito, Jl. Tk Pakerisan, Jl. Bedugul, Jl. Sidakarya, Jl.
Mertasari, Jl. Danau Tempe, Semawang. Rute sebaliknya dari Semawang
melalui Jl. Danau Tempe, Jl. Mertasari, Jl. Pendidikan, Jl. Sidakarya, Jl.
Bedugul, Jl. Tk Pakerisan, Jl. Waturenggong, Jl. PB Sudirman, Jl. Letda
Tantular, Jl. Jaya Giri, Jl. Kecubung, Jl. Gatot Subroto, Unhi.
3. Trayek Kreneng - Penatih - Batubulan
4. Trayek Ubung - Monang Maning - Pemogan
Trayek ini dimulai dari Terminal Ubung melalui Jl. Cokroaminoto, Jl. Gajah
.B
ST
P
Mada, Jl. Gn Kawi, Jl. Imam Bonjol, Perumnas Monang Maning, Jl. Imam
Bonjol, Simpang Enam Teuku Umar, Jl. Pulau Kawe, Jl Raya Pemogan.
Rute sebalinya dari Pemogan, Jl. Pulau Kawe, Simpang Enam, Jl. Imam
Bonjol, Perumnas Monang Maning, Jl. Thamrin, Jl. Dr Wahidin, Jl. Sutomo,
Jl. Cokroaminoto, Terminal Ubung.
Trayek ini dimulai dari Terminal Ubung ke utara melalui Jl. Cargo, Jl.
IT
Halaman IV
20
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
4.5.1. Umum
IT
4.5.
Analisis kelayakan ekonomi dan finansial dalam studi ini dilakukan dalam konteks
untuk mengetahui seberapa besar manfaat atau keuntungan yang diperoleh
Prasarana Bus Rapid Transit dibangun dan pangadaan sarana Bus ditinjau dari
sisi manfaatnya kepada masyarakat atau lebih dikenal dengan analisis ekonomi
(economic feasibility), serta kelayakannya dari sisi potensi pengusaha yang akan
menanam investasinya atau lebih dikenal dengan analisis finansial (financial
feasibility).
Metode yang sering digunakan untuk menentukan kelayakan pembangunan
prasarana dan sarana transportasi
Prinsip dasar metode ini adalah membandingkan manfaat yang diperoleh dari
pembangunan sistem angkutan umum dan biaya yang diperlukan untuk
mewujudkannya.
Halaman IV
21
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Secara garis besar ada tiga tahapan yang dilalui untuk menganalisis biaya dan
manfaat pembangunan sistem angkutan umum, yaitu:
1.
Mengestimasi biaya
Penghematan
langsung
pengguna
jalan
exisiting
dari
segi:
.B
ST
P
kendaraan.
Peningkatan PDRB dan pengurangan polusi udara.
b) Manfaat Finasial:
3.
menimbulkan efek-
berganda (multiple effect), baik dampak positif maupun negatif, yang sangat
sulit dihitung. Dampak positif yang ditimbulkan dapat berupa peningkatan
IT
kesejahteraan masyarakat di sekitarnya, peningkatan harga tanah dan lainlain. Dampak negatif yang dapat ditimbulkan, misalnya pencemaran
lingkungan, baik fisik maupun budaya. Dampak ini sangat sulit dianalisis
secara kuantitatif. Dalam studi ini, manfaat tak langsung
dihitung
Benefit Cost Ratio (BCR) dan Internal Rate of Return (IRR). Mengingat
diperkirakan cukup besarnya biaya investasi, operasional dan pemeliharaan,
maka pada tahap awal diperhitungkan untuk mengaplikasikan 7 trayek utama.
Halaman IV
22
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
rencana.
Besarnya biaya-biaya di atas terdiri atas:
1. Biaya pengadaan bus:
2. Biaya konstruksi halte:
.B
ST
P
Penghematan biaya pemakai jalan (PBPJ) atau keuntungan Biaya Pemakai Jalan
IT
(BPJ) adalah selisih antara BPJ sebelum adanya penanganan dan BPJ sesudah
adanya penanganan. Penghematan biaya pemakai jalan merupakan jumlah
penghematan biaya operasi kendaraan dan nilai penghematan waktu yang
D
PBPJ BOK L D L BOK B D B L B TV
VL VB
Dimana:
PBPJ
Halaman IV
23
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
DL
DB
VL
VB
Tv
.B
ST
P
Cost) dan biaya tetap (Standing Cost) yang dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
1. Biaya gerak:
Pemakaian ban;
Depresiasi kendaraan.
IT
2. Biaya tetap:
Biaya asuransi
Overhead Cost
Biaya operasi kendaraan untuk analisis ekonomi ini dihitung berdasarkan model
yang keluarkan oleh Highway Design and Maintenance Standard Model for Vehicle
Operating Cost (HDM -VOC). (World Bank Technical Paper No. 234, 1994.).
Halaman IV
24
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
IRI
: konstanta
.B
ST
P
IT
: dievaluasi 15 %
Inflasi
Mulai operasi
: Tahun 2010
Suku bunga
: 30%
Penghasilan per bulan pengendara sepeda motor, kendaraan ringan dan bus
berturut-turut diasumasikan Rp 1.200.000, Rp 1.900.000 dan Rp 1.300.000.
Pertumbuhan lalu lintas dianggap sedang (6,08 % per tahun).
Halaman IV
25
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Jenis
Jumlah
rata-rata
kendaraan
Penumpang
(Rp/pen-
Gol I
Gol IIA
Gol IIB
Rp/pen-jam
1,35
5.914
2.957
3.992
2,70
9.857
4.929
13.307
24,15
6.571
3.286
79.350
1,98
7.886
3.943
7.807
.B
ST
P
Spd Motor
jam)
Rp/Kend-jam
IT
sarana Bus.
Halaman IV
26
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Perdagangan, hotel
terjadi akiabt
.B
ST
P
IT
sebesar 12%, 15% dan 18%. Perlu dicatat di sini bahwa oportunitas modal
diasumsikan tahun
IRR = 16.33 %:
BCR = 1.013
Halaman IV
27
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Analisis Finansial
Kajian ekonomi pembangunan prasarana angkutan umum BRT layak
dilaksanakan. Terkait dengan terbatasnya dana untuk membangunnya, pada
studi ini juga dianalisis secara finansial, bagaimana kalau implementasi
pembangunan prasarana dan sarana
Kasus- 2 :
.B
ST
P
Kasus-3
Dari hasil Analisis finasial ternyata pola investasi yang dikaji secara finasial
tidak ada menunjukkan kelayakan secara finansial untuk tarif umum sebesar
Rp. 3.500,- dan Tarif pelajar sebesar Rp. 2.000,- pada tahap awal
implementasi.
IT
A. Skenario 1
Halaman IV
28
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
penumpang moderat, besaran subsidi kian menurun per tahunnya hingga tercapai
Break Even Point (BEP) sekitar tahun ketujuh (tahun 2016). Pada tahun 2016
tersebut diperkirakan terdapat keuntungan sekitar 5,6 milyar. Dengan terus
meningkatnya
jumlah
penumpang
maka
diperkirakan
mulai
diperlukan
penambahan jumlah armada pada tahun 2018 sebanyak 7 unit sehingga total
jumlah armada menjadi
72 bus sedang.
diperlukan pada tahun 2019 sebanyak 78 unit dan pada tahun 2010 sebesar 85
B. Skenario 2
.B
ST
P
unit.
IT
milyar per tahun. Prediksi peningkatan jumlah penumpang sama seperti skenario
1, namun dapat dilihat bahwa hingga akhir nilai ekonomis bus (7 tahun) belum
tercapai BEP bahkan hingga tahun 2020 masih diperlukan subsidi sekitar 5,8
milyar per tahun.
4.5.2.7. Analisis Ekonomi dan Finansial untuk Empat Trayek
Berdasarkan hasil diskusi dengan para stakeholder, telah disepakati untuk
menerapkan 4 (empat) trayek utama pada tahap awal implementasi. Terdapat
beberapa perubahan dari rencana semula diantaranya adalah diperlukannya
peninggian lantai halte sekitar 80 cm dari permukaan perkerasan. Dengan
demikian rencana pemanfaatan halte eksisting dan bus stop tidak dapat
Halaman IV
29
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
BCR = 1.464
.B
ST
P
Pemerintah Swasta).
Kasus- 2
IT
Kasus -1
Kasus-3
Dari hasil Analisis finasial ternyata pola investasi yang dikaji secara finasial tidak
menunjukkan kelayakan secara finansial untuk skenario/kasus 1 dan 2.
Skenario/kasus 3 hasilnya layak, dimana pemerintah menyediakan prasarana dan
sarana sedangkan swasta hanya bertanggungjawab pada operasionalnya saja.
Namun kelayakan tersebut sensitif terhadap perubahan karena nilai BCR-nya
sedikit di atas 1.
Halaman IV
30
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
A. Skenario 1
Pada skenario 1 ini diasumsikan bahwa biaya prasarana, sarana (bus), operasional
dan pemeliharaan prasarana ditanggung oleh pemerintah, sedang melaksanakan
operasionalnya saja. Pada kondisi ini estimasi BOK/km sebesar Rp. 3.906,- per km,
pengoperasian 4 trayek utama dengan 43 armada memerlukan biaya operasional
(BOK) sebesar 17,26 milyar per tahun pada tahun awal operasi (Tahun 2010).
Dengan prediksi load faktor pada tahap awal sekitar 30% (70% penumpang
.B
ST
P
umum dan 30% mhs/pelajar), tarif Rp.3.500,- untuk umum dan Rp. 2000,-,
diperkirakan besarnya pendapatan di tahun 2010 sebesar 5,65 milyar. Untuk itu
pada tahun awal operasi (tahun 2010) diperlukan subsidi sebesar 11,61 milyar per
tahun.
subsidi kian menurun per tahunnya hingga tercapai Break Even Point (BEP) sekitar
tahun ketujuh (tahun 2016). Pada tahun 2016 tersebut diperkirakan terdapat
keuntungan sekitar 0,8 milyar. Dengan terus meningkatnya jumlah penumpang
maka diperkirakan mulai diperlukan penambahan jumlah armada pada tahun 2018
IT
sebanyak 4 unit sehingga total jumlah armada menjadi 47 bus sedang. Jumlah
armada bus sedang yang diperlukan pada tahun 2019 sebanyak 51 unit dan pada
Halaman IV
31
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
skenario 1, namun dapat dilihat bahwa hingga akhir nilai ekonomis bus (7 tahun)
belum tercapai BEP bahkan hingga tahun 2020 masih diperlukan subsidi sekitar
IT
.B
ST
P
Halaman IV
32
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
BAB
PEN G UM PU LA N DA TA
5.1.
PE NG UMPUL AN D AT A
Beberapa data hasil eksplorasi yang dapat diinventaris dan berkaitan dengan Studi
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan di
.B
ST
P
Wilayah Perkotaan (Commuter Service)/wilayah Sarbagita, bersumber dari studistudi sebelumnya dan data dari instansi-instansi terkait. Data-data tersebut
berguna sebagai bahan pelengkap dalam analisis baik sebagai sumber utama
maupun sebagai pembanding. Beberapa data sementara yang dapat dikumpulkan
akan disampaikan pada sub bab berikut. Sedangkan data-data primer adalah datadata yang dikumpulkan dari lokasi survey dengan melakukan survey langsung di
kawasan Sarbagita.
IT
5 .1 .1 . D ata Se kunde r
Secara umum data dapat bersifat data sekunder yang berasal dari sumber-sumber
yang dapat dipercaya, dengan cara melakukan studi literatur dan review terhadap
kajian-kajian terdahulu.
Pengumpulan data sekunder meliputi:
o
Halaman V
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
IT
.B
ST
P
Commuter Service .
Halaman V
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
NAMA RUAS
PANJANG
RUAS
(KM)
ARTERI
(KM)
001
CEKIK - GILIMANUK
3.50
3.50
002
NEGARA - CEKIK
27.44
27.44
003
12
005
005
11
2.01
TABANAN - ANTOSARI
16.89
2.45
PERANAN
K-1
K-2
(KM)
(KM)
K-3
(KM)
2.01
16.89
2.45
BTS.KOTA (TABANAN)
005
12
0.99
005
13
4.10
4.10
MENGWITANI - TABANAN
1.83
1.83
006
11
0.47
0.47
006
12
0.84
0.84
006
13
1.15
1.15
006
14
0.97
006
15
1.68
1.68
7.45
7.45
007
11
2.52
2.52
007
12
2.00
2.00
007
13
0.93
0.93
007
14
0.73
0.73
007
15
0.09
0.09
007
16
0.80
0.80
007
17
0.22
0.22
008
11
0.38
0.38
008
12
1.03
1.03
008
13
DENPASAR - TUBAN
10.15
10.15
009
11
JLN.KAP.AGUNG-KAP.REGUG-SUGIANYAR-
0.85
0.85
007
IT
BELITON (DPS)
0.97
.B
ST
P
006
0.99
12
DENPASAR - SIMP.PESANGGARAN
6.82
009
13
0.53
010
11
DENPASAR - SANUR
6.31
13.68
5.17
SEMEBAUNG - GIANYAR
1.99
1.99
0.44
0.44
0.32
0.32
GIANYAR - SIDAN
1.72
1.72
011
011
11
018
018
11
018
12
009
019
6.82
0.53
6.31
13.68
5.17
019
11
0.76
0.76
019
12
0.54
0.54
039
11
1.64
1.64
040
11
4.05
4.05
041
11
8.47
8.47
042
11
3.75
3.75
042
12
2.74
2.74
042
13
9.82
043
11
2.96
2.96
043
12
3.20
3.20
044
11
0.70
0.70
7.54
7.54
045
9.82
045
11
0.52
0.52
045
12
0.66
0.66
Halaman V
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
NOMOR
RUAS
NAMA RUAS
PANJANG
RUAS
(KM)
ARTERI
(KM)
PERANAN
K-1
K-2
(KM)
(KM)
045
13
0.93
0.93
046
11
3.34
3.34
046
12
2.15
2.15
046
13
0.35
0.35
046
14
0.28
0.28
046
15
0.63
0.63
046
16
0.63
0.63
046
17
0.64
0.64
046
18
0.64
0.64
046
19
0.80
0.80
046
1A
0.20
0.20
046
1B
0.21
047
11
0.38
048
11
0.41
0.41
3.96
3.96
0.21
0.38
.B
ST
P
050
K-3
(KM)
050
11
0.65
0.65
050
12
0.80
0.80
053
12
1.25
1.25
054
DENPASAR - PETANG
27.72
27.72
054
11
4.91
4.91
063
11
1.70
1.70
063
12
0.50
0.50
065
11
2.75
2.75
16.85
16.85
067
11
0.90
0.90
067
12
1.51
1.51
067
13
1.88
1.88
068
17.91
17.91
069
JIMBARAN - ULUWATU
16.36
16.36
070
PENGOTAN - KINTAMANI
7.00
7.00
1.02
1.02
16.82
16.82
9.52
9.52
1.20
BURUAN - GIANYAR
2.73
2.73
4.52
4.52
5.34
5.34
4.60
071
11
073
080
14
083
085
11
086
11
088
11
072
IT
067
TOTAL BALI
339.79
1.20
4.60
106.42
33.82
99.03
100.52
Halaman V
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
Jl. Raya Ku ta
Jalan Raya Kuta, merupakan
jalan 2 lajur 2 arah, tidak ada
median
di
sepanjang
jalan
tersebut.
lintas
yang
Kondisi
terjadi
ruas
lalu
tidak
ganggguan
samping akan
menimbulkan
.B
ST
P
kemacetan
pada
jam
IT
merupakan
jalan
jalan
tersebut
dengan
baru
terbangun,
mempunyi
pergerakan
arah,
lajur
ada
sangat
baik.
Secara
Halaman V
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
visualisasi, kondisi jalan tersebut tidak begitu padat karena kapasitas jalan
tersebut masih mampu melayani volume kendaraan yang lewat.
Jl. Raya Tu ban
Jalan Raya Tuban, merupakan
jalan 2 lajur dan 2 arah tanpa
median
ditengah-tengah
jalan
bahu
jalan,
sehingga
kapasitas
jalan
tersebut
semakin
kecil.
Konstruksi
perkerasan
jalan
.B
ST
P
membuat
IT
kapasitas
besar.
terdiri
dengan
pergerakan
membatasi
dari
arah
dengan
Ruas
tersebut
Terdapat
D
pergerakan
jalan
dari
4
2
median
kedua
tersebut.
Volume
relatif
padat
jalan
lajur
arah.
yang
arah
jalan
kendaraan
terutama
utara
pagi
kemacetan,
sehingga
terjadi
sedangankan
dari
Sebaliknya
volume
dari
arah
selatan
Halaman V
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
menuju utara terjadi pada sore hari sedangkan dari arah selatan menuju
utara relatif sepi. Tidak seimbangnya pergerakan antara pagi dan sore hari
ini dikarenakan pada pagi hari kegiatan perekonomian terjadi di wilayah
selatan propinsi Bali, terutama wilayah Nusa Dua, Kuta dan Bandara Ngurah
Rai sedangkan pekerja yang menuju wilayah selatan tersebut bertempat
tinggal di wilayah utara. Dari konstruksi perkerasan jalan, kondisi eksisting
jalan sangat baik yang terbuat dari hotmix.
Jl. Imam Bon jol
Jalan
Imam
Bonjol,
.B
ST
P
dengan
pergerakan
tersebut.
kendaraan
Volume
relatif
padat
utara menuju
selatan terjadi
IT
pada jam sibuk pagi sehingga terjadi kemacetan, sedangankan dari arah
selatan menuju utara relatif sepi. Sebaliknya volume kendaraan relatif padat
untuk pergerakan dari arah selatan menuju utara t erjadi pada sore hari
sedangkan
menuju
dari
utara
arah
relatif
selatan
sepi.
oleh
Tidak
kendaraan
seimbangnya
kegiatan
di
perekonomian
wilayah
selatan
propinsi bali, terutama wilayah Nusa Dua, Kuta dan Bandara Ngurah Rai
sedangkan pekerja yang menuju wilayah selatan tersebut bertempat tinggal
Halaman V
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
Jend.
Sudirman,
.B
ST
P
arah.
Terdapat
terdapat
dan
perumahan.
terdapat
Universitas
Sekolah
beserta
Udayana,
Perkantoran
Volume
IT
pada
merupakan
jam
sibuk
pagi
pergerakan
kendaraan
menuju
kampus
Universitas
Udayana,
Sekolah
Halaman V
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
jalan yang disediakan. Ruas jalan Jend. Sudirman ini tidak panjang sekitar
1,5 km.
Jl. Cokr o aminoto
Jalan
Cokroaminoto,
lajur
dengan
pergerakan
tersebut.
Meskipun
ruas
kedua
arah
jalan
.B
ST
P
membatasi
jalan
tersebut
arahnya,
ruas
jalan
namun
tersebut
sepanjang
terdapat
IT
Jl. Diponegoro
pergerakan
terdapat
membatasi
2 lajur
2
median
kedua
arah
arah.
yang
jalan
jalan
tersebut
terdapat
Halaman V
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
Raya
Sempidi,
lajur
dengan
pergerakan
kedua
arah
jalan
di
utara
Cokroaminoto.
jalan
Meskipun
ruas
.B
ST
P
untuk
perkerasan
parkir.
jalan
IT
sangat baik.
Jalan Raya Kapal, merupakan jalan yang terdiri dari 2 lajur dengan
pergerakan 2 arah. Tidak terdapat median yang membatasi kedua arah jalan
tersebut.
Ruas
jalan
ini
Sempidi
sehingga
dengan
ruas
jalan
Sempidi.
Halaman V
10
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
untuk
terdapat
perumahan,
kebun
serta
pertokoan.
Tidak
terjadi
maupun
jam
.B
ST
P
sore
kendaraan
yang
dari
asphal
hotmix
terdapat
parkir
IT
Tidak
dipinggir jalan ini dikarenakan sisi-sisi ruas jalan tersebut tidak di dominasi
oleh pertokoan.
kapasitas
masih
ruas
mampu
jalan
melayani
Halaman V
11
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
Konstruksi perkerasan terbuat dari asphal hotmix dengan kondisi yang masih
baik. Tidak banyak terdapat parkir dipinggir jalan ini dikarenakan sisi -sisi
ruas jalan tersebut tidak di dominasi oleh pertokoan.
2. Jaringan Trayek Angkutan Umum Eksisting
Pelayanan angkutan orang dengan kendaraan umum dapat dilaksanakan
dengan trayek tetap dan teratur dan
.B
ST
P
IT
Halaman V
12
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
IT
.B
ST
P
Halaman V
13
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
Provinsi Bali
Pausan
Marga tengah
Sangraduan
Kerta
Apuh
Selasih
Selat
KAB. BANGLI
Tambuana
Malet
Penyangan
Pada
Sarasedu
Taro
KEC. PAYANGAN
KEC. TAMPAKSIRING
Buanan
197
KEC. PAYANGAN
Gn.Kawi
Pujung
Tampaksiring
Kelepud
KAB. BADUNG
74
196
198
65
202
73
Susut
Payangan
191
58
Sayan
Melinggih
T. Pekeri
san
Tegallalang
75
Keliki
Selat
Petak
250
204
59
Cagaan
Bona
Sanding
190
Suwat
62
60
61
Ke Kapal
70
76
Ke Bang
li
68
Ubud
Sayan
199
189
Ke
lap
Am
ura
194
Kedawetan
Teges
Peliatan
KEC. GIANYAR
203
Blahpane
80
81
Bedahulu
Penosokan
KEC. UBUD
KAB. KLUNGKUNG
71
188
Sidan
67
77
Belang
Tulikup
Samu
200
Sakah
Blahbatu
66
Keramas
Ps.Dalam
Tajan
08
Sukawati
187
Banjarangkan
Ke Klungkung
195
Batuan
72
Ambian Base
78
201
Mamang
KEC. SUKAWATI
Lebih
63
79
KEC. BLAHBATU
83
Tembuana
.B
ST
P
Glumpang
64
82
Batuyang
Tagehe
Bumilik
Rangkan
84
KOTA DENPASAR
e np
D
Ke
asa
9Km
Ke Buahan
SMU N 1 Tabanan
Jln.Sahadewa
Jln.Nakula
Jln. Karma
Jln.Arjuna
Jln. Darmawangsa
Jln.Gelatik
Jln.G, Batur
Pasar
Tabana
Jln.Kamboja
Jln. Anggek
Jln. Tendean
Jln.KS. Tubun
Jln.Katambo
Jln.Kenanga
Jln.Kenanga
Jln.Suropati
Jln.Bedah
Jln.Blambangan
Jln. Melon
Jln.P, Nias
Jln.Taruma Negara
Jln.Kaswari
Jln.Cendrawasih
Jln. Num
Jln.Singosari
Jln.Danau Toba
Jln.Gajah Mada
Jln. Menangon
Jln.Mataram
Jln.D.Batur
Terminal Pesiapan
Jln.hasanudin
Jln.Wijaya
Jln.G. Agung
Jln.Merak
Jln.P.B. Sudrman
Jln.Jalak Putih
Jln.Dabas
IT
Terminal Tuakilang
Jln.Wahyudana
Provinsi Bali
Ke Batukaru
Terminal Kediri
ke Denpasar
Ke Kaba-kaba
Ke Bongan
Ke Yeh Gangga
Ke Gilimanuk
Halaman V
14
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
TIPE
LUAS
(M2)
Denpasar
1
2
Terminal Ubung
1,300
Terminal Kereneng
600
Terminal Wangaya
300
300
600
Badung
36,052
Gianyar
2,400
Terminal Batubulan
1,900
Terminal Pesiapan
10,000
Terminal Kediri
1,000
Terminal Tuakilang
1,000
Tabanan
NAMA TERMINAL
.B
ST
P
KABUPATEN/
KOTA
IT
Halaman V
15
LAPORAN AKHIR
.B
ST
P
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
IT
Halaman V
16
LAPORAN AKHIR
.B
ST
P
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
IT
Halaman V
17
LAPORAN AKHIR
.B
ST
P
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
Pada Tabel 5.4 di bawa ini dapat dilihat jarak antara masing-masing
IT
Kabupaten/ Kota.
Kabupaten/Kota
Denpasar
Badung
Gianyar
Tabanan
Denpasar
9
27
21
Badung
9
Gianyar
27
30
30
12
Tabanan
21
12
48
48
Halaman V
18
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
Kota
1
2
3
4
Denpasar (2004)
Badung
Gianyar
Tabanan
Jumlah Angkutan
Umum (Kendaraan)
1.047
341
585
418
Dari tabel dapat dilihat bahwa jumlah armada angkutan umum di kawasan
Sarbagita cenderung tetap bahkan menurun. Padahal jumlah penduduk terus
bertambah dan aktivitas terus meningkat. Keadaan ini berbanding terbalik
.B
ST
P
Kabupaten/Kota
Denpasar
Badung
Gianyar
Tabanan
IT
diantaranya dapat dilihat dari load factor yang kecil. Load factor merupakan
perbandingan antara kapasitas terjual dan kapasitas tersedia untuk satu
perjalanan yang biasa dinyatakan dalam persen (%). Untuk mengetahui
gambaran eksisting kinerja angkutan umum kawasan Sarbagita maka
dilakukan survey naik turun penumpang dan survey statis.
Survey naik turun penumpang merupakan survey yang bertujuan untuk
mendapatkan gambaran permintaan terhadap angkutan umum pada titik-titik
tertentu yang diasumsikan sebagai lokasi permintaan. Survey naik turun
penumpang merupakan survey yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran
permintaan
terhadap
angkutan
umum
pada
titik-titik
tertentu
yang
Halaman V
19
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
untuk mendapatkan data headway angkutan umum untuk rute trayek tertentu
yang dijadikan titik survey.
Tabel 5.7. Kinerja Angkutan Umum Kawasan Sarbagita
0,48
Waktu
Tempuh
(menit)
14,58
Headway
Rata-rata
(menit)
5,84
U-T
0,44
38,13
31,21
ND - BT
0,73
64,14
60,00
T-S
0,45
58,99
33,96
U-K
0,60
12,64
24,08
K - AY
0,13
16,24
57,5
T-T
0,20
55,11
23,80
BB - U
0,28
21,35
34,14
Tegal-Bualu
T-B
0,32
65,70
9,35
Ubung-Sanglah
U-S
0,29
45,70
34,32
Arah
LF
Kereneng-Batu Bulan
BT - K
Ubung-Tabanan
Nusa Dua-Batu
Bulan
Tegal-Sanur
Ubung-Kereneng
Kereneng-A.Yani
Tegal-Tuban
Batu Bulan-Ubung
.B
ST
P
Trayek
IT
Halaman V
20
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
IT
.B
ST
P
Halaman V
21
LAPORAN AKHIR
.B
ST
P
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
IT
Halaman V
22
LAPORAN AKHIR
.B
ST
P
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
IT
Halaman V
23
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
Dari hasil survei terhadap masyarakat Sarbagita dapat dilihat pada gambar
bahwa sebesar 56,42 % setuju dengan adanya BRT dan sebanyak 31,28 %
masih ragu-ragu untuk menggunakan moda BRT. Hanya sekitar 12,29 %
responden yang tidak setuju dengan penggunaan angkutan massal.
Di bawah ini dapat dilihat hasil analisis data survey preferensi responden
.B
ST
P
IT
Halaman V
24
LAPORAN AKHIR
.B
ST
P
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
IT
Halaman V
25
LAPORAN AKHIR
.B
ST
P
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
IT
Tujuan utama dari survey lalu lintas adalah untuk mengumpulkan data dasar yang
berkaitan dengan volume dan karakteristik lalu lintas pada koridor utama
dan
karakteristik
lalu
lintas
eksisting
akan
didapat
melalui
Halaman V
26
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
Commuter Service
Jaringan trayek adalah kumpulan dari taryek-trayek yang menjadi satu
kesatuan pelayanan angkutan orang.
Faktor yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan
jaringan trayek adalah sebagai berikut:
a. Pola tata guna lahan
Pelayanan angkutan umum diusahakan mampu menyediakan aksesbilitas
.B
ST
P
yang baik. Untuk memenuhi hal itu, lintasan trayek angkutan umum
diusahakan melewati tata guna lahan dengan potensi permintaan yang
tinggi. Demikian juga lokasi-lokasi yang potensial menjadi tujuan bepergian
diusahakan menjadi prioritas pelayanan.
Rute angkutan umum yang baik adalah arah yang mengikuti pola
pergerakan penumpang angkutan sehingga tercipta pergerakan yang lebih
IT
c. Kepadatan penduduk
Salah satu faktor menjadi prioritas angkutan umum adalah wilayah
kepadatan penduduk yang tinggi, yang pada umumnya merupakan wilayah
yang mempunyai potensi permintaan yang tinggi. Trayek angkutan umum
yang ada diusahakan sedekat mungkin menjangkau wilayah itu.
Halaman V
27
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
d. Daerah pelayanan
Pelayanan
angkutan
umum,
selain
memperhatikan
wilayah-wilayah
.B
ST
P
Dalam penyusunan jaringan trayek Angkutan Kota ada beberapa aspek yang
harus dipertimbangkan, diantaranya:
1. Dasar Pertimbangan
IT
e. Jangkauan pelayanan.
1). Untuk daerah dengan kepadatan lebih dari 1500 orang per km ,
90% penduduk berada pada jarak paling jauh 400 meter dari
trayek;
2
Halaman V
28
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
.B
ST
P
Rencana jaringan trayek kota disusun untuk jangka waktu sekurangkurangnya 5 (lima) tahun.
6. Penetapan
IT
b.
7. Evaluasi
Kinerja pelayanan jaringan trayek harus dievaluasi secara periodik,
sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali.
8. Persyaratan Sumber Daya Manusia:
a. Mempunyai pendidikan minimal Diploma III (berlatar belakang Teknik
Sipil, Transportasi, atau Planologi);
Halaman V
29
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
.B
ST
P
IT
yang
meliputi
evaluasi
tingkat
pelayanan
angkutan,
serta
Halaman V
30
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
.B
ST
P
IT
Halaman V
31
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
.B
ST
P
IT
Halaman V
32
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
.B
ST
P
Gambar 5.23. Wawancara Responden Terhadap Jenis Moda Yang Digunakan Saat Ini
IT
Halaman V
33
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
.B
ST
P
armada.
IT
beralih, 14% menyatakan tidak tahu, dan 13% menyatakan akan beralih.
Halaman V
34
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
.B
ST
P
IT
Responden menyatakan tarif yang pantas adalah Rp. 3.500 sebanyak 18%,
Rp. 3.000 sebanyak 26%, Rp. 2.500 sebanyak 42%, Rp. 4.000 sebanyak 10%
Halaman V
35
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
.B
ST
P
IT
kendaraan/hari.
4. Waktu Pelayanan adalah waktu yang diberikan oleh setiap trayek untuk
angkutan umum
dengan
rute tetap
dalam wilayah
penelitian;
Halaman V
36
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
.B
ST
P
yang tersedia. Load factor rata-rata dari semua trayek di wilayah Sarbagita
pada jam sibuk pagi dan sore yaitu sebesar 0,27. Untuk lebig jelasnnya jumlah
naik turun penumpang dapat dilihat pada gambar di berikut ini.
1. Trayek Kreneng - Sanglah
IT
naik dari 12 seat yang tersedia. Fluktuasi naik turun penumpang tersebut
dapat dilihat pada Gambar 5.30. Pada perjalanan trayek dari Sanglah -
Kreneng, jumlah total penumpang naik pun sama yaitu 3 orang, hal ini
dapat dilihat pada Gambar 5.31. di bawah ini.
Halaman V
37
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
.B
ST
P
IT
Halaman V
38
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
.B
ST
P
IT
Halaman V
39
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
naik dari 12 seat yang tersedia. Fluktuasi naik turun penumpang tersebut
dapat dilihat pada Gambar 5.33. Pada perjalanan trayek dari Ubung Kreneng, jumlah total penumpang naik pun sama yaitu 3 orang, hal ini
.B
ST
P
IT
Halaman V
40
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
Agung, jumlah total penumpang naik hanya 1 orang, hal ini dapat dilihat
pada Gambar 5.36. di bawah ini.
.B
ST
P
IT
Gambar 5.35. Fluktuasi Naik Turun Penumpang Trayek Gunung Agung - Kerobokan
Gambar 5.36. Fluktuasi Naik Turun Penumpang Trayek Kerobokan - Gunung Agung
Halaman V
41
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
jumlah total penumpang naik sebanyak 3 orang dari 12 seat yang tersedia.
Fluktuasi naik turun penumpang tersebut dapat dilihat pada Gambar
5.37. Pada perjalanan trayek dari Tuban - Tegal, jumlah total penumpang
naik 4 orang, hal ini dapat dilihat pada Gambar 5.38. di bawah ini.
.B
ST
P
IT
Halaman V
42
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
.B
ST
P
IT
11. Survey Load Factor Angkutan Umum Dengan Pola Commuter Service
Faktor Muat (Load Factor) merupakan perbandingan antara kapasitas terjual
dan kapasitas tersedia untuk satu perjalanan yang biasa dinyatakan dalam
persen (%). Dari hasil survey tahun 2009, menunjukkan load factor yang
masih sangat rendah untuk semua trayek, nilai load factor tertinggi 0,33
terjadi pada trayek Ubung Tegal, sedangkan nilai load factor terendah terjadi
0,08 terjadi pada trayek Kerobokan Gunung Agung. Untuk lebih jelasnya
mengenai hasil analisis load factor dapat dilihat pada Tabel 5.8 berikut ini.
Halaman V
43
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
KECEPATAN
RATA-RATA
(KM/JAM)
LOAD
FACTOR
(LF)
WAKTU
TUNGGU
(HEADWAY)
KRENENG - SANGLAH
00:20:29
7,50
0,25
15
SANGLAH - KRENENG
00:21:10
7,14
0,25
15
UBUNG KRENENG
00:19:58
13,50
0,27
13
KRENENG - UBUNG
00:22:37
12,00
0,27
18
UBUNG TEGAL
2:12:10
2,05
0,33
14
TEGAL UBUNG
00:32:00
7,50
0,25
14
00:12:50
6,92
0,42
19
00:12:38
6,92
0,08
14
TEGAL - TUBAN
00:42:16
7,50
0,21
23
TUBAN TEGAL
00:45:24
7,00
0,33
25
TEGAL SANUR
00:43:55
7,50
0,29
33
SANUR - TEGAL
00:45:44
7,17
0,29
30
.B
ST
P
TRAYEK
Survey volume lalu lintas dilakukan selama 12 jam, dari hasil survey tersebut
dapat dilihat pada Tabel 5.9 berikut ini untuk jam sibuk pagi maupun sore
IT
hari.
Halaman V
44
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Services)
Tabel 5.9. Volume Lalu Lintas Jam Sibuk Pagi dan Sore
WAKTU
VOLUME
(SMP/
JAM)
08:00 - 09:00
3.398
(Masuk Denpasar)
17:00 - 18:00
3.148
08:00 - 09:00
3.911
(Keluar Denpasar)
17:00 - 18:00
2.677
08:00 - 09:00
1.520
(Masuk Denpasar)
17:00 - 18:00
1.379
08:00 - 0900
973
(Keluar Denpasar)
17:00 - 18:00
1.612
07:00 - 08:00
1.019
(Masuk Denpasar)
17:00 - 18:00
2.084
07:30 - 07:45
2.156
3
4
5
6
7
8
9
10
11
(Keluar Denpasar)
15:00 - 16:00
1.369
07:00 - 08:00
893
(Masuk Denpasar)
16:00 - 17:00
985
08:00 - 09:00
872
(Keluar Denpasar)
17:00 - 18:00
886
08:00 - 09:00
856
(Masuk Denpasar)
17:00 - 18:00
1.027
07:00 - 08:00
970
(Keluar Denpasar)
17:00 - 18:00
1.396
Jl. Supratman
08:00 - 09:00
2.688
(Masuk Denpasar)
17:00 - 18:00
1.658
Jl. Supratman
08:00 - 09:00
1.105
(Keluar Denpasar)
17:00 - 18:00
1.858
Jl. Sempidi
07:00 - 08:00
1.560
(Masuk Denpasar)
IT
12
NAMA JALAN
.B
ST
P
NO.
17:00 - 18:00
1.131
Jl. Sempidi
07:00 - 08:00
1.079
(Keluar Denpasar)
17:00 - 18:00
1.439
Jl. A. Yani
07:00 - 08:00
1.560
(Masuk Denpasar)
16:00 - 17:00
534
Jl. A. Yani
07:00 - 08:00
645
(Keluar Denpasar)
16:00 - 17:00
195
13
14
15
16
Halaman V
45
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
BAB
TAHAP IM P LEM EN TAS I D AN
REKOME N D ASI
TAHA P I MPL E ME NTA SI
Ada 3 tahapan dalam implementasi Commuter Service, yaitu:
1. Tahap I
konsorsium.
2. Tahap II
Service
dioperasikan
oleh
existing
operator
.B
ST
P
Commuter
dalam bentuk
IT
operator.
Ketiga tahapan tersebut seperti dapat dilihat pada Gambar 6.1. berikut ini:
6.1.
Halaman VI
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
KEUNTUNGAN
Tahap 1
Pemborosan tinggi
Efektivitas harga
rendah
Lemahnya kontrol dari
pemerintah
Reformasi manajemen
dan restrukturisasi
angkutan lambat
.B
ST
P
(All Existing
KERUGIAN
Operators)
Minor negative
reactions from existing
operators (Overcomed
with Good Deal
Negotiation)
IT
Tahap 2
Transparan/ terbuka
Accountable (dapat
dipertanggung jawabkan)
Biaya rendah dan efisien
Mutu dan capain hasil
lebih baik
Minimasi dampak dan
reaksi sosial
Terbebas dari tuntutan
hak eksisting operator
Terbebas dari tuntutan
Persaingan Tidak Sehat
sehubungan adanya
previlledge terhadap
Busway (Infrastruktur,
Operasi dan Manajemen
yang khusus)
Gradual strategic steps
toward Full Competitive
Bidding
(Hybrid Open
Operators)
Tahap 3
(All Tendered)
Transparan/ terbuka
Accountable (dapat
dipertanggung jawabkan)
Biaya rendah dan efisien
Mutu dan capain hasil
lebih baik
Halaman VI
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Beberapa
pengalaman
kota-kota
besar
lainnya
yang
lebih
dahulu
NO.
BRT DEVELOPMENT
BRT OPERATORS
BOGOTA
CURITIBA
Existing Operators
BANGKOK (Plan)
.B
ST
P
JOHANNESBURG
Existing Operators
CALGARY - CANADA
QUITO
GUANGZHAO
LOS ANGELES
KUNMING
Existing Operators
10
MEXICO
Existing Operators
11
PORTO ALEGRE
Existing
IT
12
HANGZHAU
(Gov)/New
Private
Operators
Existing Operators
6.1.1. K o n se p Co m m u te r S e r vi c e
Sebelum melakukan kebijakan penerapan transportasi angkutan umum Commuter
Service di kawasan aglomerasi, ada beberapa karakteristik commuter service yang
perlu dipertimbangkan, yaitu:
1. Menghubungkan wilayah pusat kota utama dengan kota-kota penyangga dan
kawasan pinggir kota (suburb).
Halaman VI
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Kota
Penyangga
.B
ST
P
Kota
Penyangga
Kota
Penyangga
Network Structure:
-Radial Routes
- Outer Ring Route
IT
Kota
Utama
Kota
Penyangga
Kota
Penyangga
Kota
Penyangga
Halaman VI
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Pusat
Aktifitas
Pemukiman
Pusat Kota
Pusat
Aktifitas
Pemukiman
Pemukiman
Pusat
Aktifitas
Pemukiman
Legend :
.B
ST
P
Pemukiman
Pemukiman
Pemukiman
IT
Pada Gambar 6.4, 6.5 dan 6.6 di bawah ini dapat dilihat konsep commuter yang
telah diterapkan di negara maju seperti d Paris, Glasgow dan di London.
Halaman VI
LAPORAN AKHIR
.B
ST
P
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
IT
Halaman VI
LAPORAN AKHIR
.B
ST
P
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
IT
jaringan trayek
Kota
Denpasar
dan
didukung
dengan
2. Implmentasi tidak parsial tetapi dalam satu sistem jaringan yang saling
bersinergi untuk meningkatkan koneksitas atau mengurangi transfer antar
trayek.
3. Penggunaan Armada bus pada trayek-trayek utama secara bertahap sesuai
skala prioritas.
4. Penggunaan Armada ANGKOT pada jaringan trayek cabang dan ranting.
Halaman VI
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
3 di Kabupaten Badung
1 di Kabupaten Tabanan
1 di Kabupaten Gianyar
IT
Untuk lebih jelasnya mengenai jaringan trayek tersebut dapat dilihat pada
Gambar 6.7. di bawah ini.
Halaman VI
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Mengw
Mengwii
Mambal
Mambal
Munggu
Munggu
Batubulan
Batubulan
Canggu
Canggu
.B
ST
P
Petitenget
Petitenget
Bandara
Bandara
Benoa
Benoa
GWK
GWK
IT
Sanur
Sanur
Nusa
Nusa Dua
Dua
Uluw
Uluwatu
atu
Halaman VI
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
IT
.B
ST
P
Halaman VI
10
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
Empat trayek utama tersebut untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar
IT
Halaman VI
11
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
IT
aramada eksisting.
Halaman VI
12
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
HEADWAY
(Menit )
SIRK U LAS I
(Menit )
ARMADA
(BU S)
47,53
15
150
10
PANJANG
(K m)
.B
ST
P
TRAYEK
50,05
15
150
10
Ba tub ul an By Pass N g ur ah R ai N us a D ua
63,05
15
195
13
50,14
15
150
10
J U MLAH
43
IT
empat t r ay ek utam a ters ebut, b erda sa rkan hasil p er hitu nga n di dapatl ah
juml ah k ebut uha n f a silit as BRT unt uk m asing -m asi ng tr ayek sepe rti
dijel aska n pad a Ta bel 6 .4 . berikut i ni.
Halaman VI
13
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Ta be l 6. 4. Ke b ut uh a n Fa sil ita s BR T E m pa t T ra y e k U ta ma
NO
TRAYEK
TITIK
8
5
15
6
Diponegoro
Sesetan
Bypass (Tuban, Jimbaran)
Bukit
LOKASI
2
10
5
6
6
3
Batu bulan
Gatot Subroto
Kerobokan
Sunset road
Bypass (Tuban)
Airport
2
12
15
10
Batu bulan
Bypass (Sanur)
Bypass (Tuban, Jimbaran)
Bypass (Nusadua)
2
11
5
5
7
3
3
Mengwi
Kapal, Abianbase
Kerobokan
Legian
Kuta,Tuban
Tuban
Airport
8
10
30
12
8
10
30
12
8
10
30
12
8
5
15
6
60
60
60
34
4
20
10
12
12
6
4
20
10
12
12
6
4
20
10
12
12
6
2
10
5
6
6
3
64
64
64
32
4
24
30
20
4
24
30
20
4
24
30
20
2
12
15
10
78
78
78
39
2
22
10
10
7
6
6
2
22
10
10
7
6
6
2
22
10
10
7
6
6
2
11
5
5
7
3
3
63
63
63
36
203
203
203
110
Jumlah
2
Batu bulan - Gatsu Kerobokan - Sunset Road By pass Ngurah Rai Bandara
2
2
2
2
2
2
Jumlah
3
2
2
2
2
Jumlah
Mengwi - Kapal - Kerobokan Legian - Kuta- Tuban Bandara
1
2
2
2
1
2
2
.B
ST
P
Jumlah
Overlap
Overlap
Overlap
Overlap
Overlap
Overlap
Overlap
Overlap
Overlap
6 . 1 . 4 . 7 . R e nc a n a Pe n g e l o l a a n E m p a t Tr a y e k U ta m a S a r b a g i t a
IT
Halaman VI
14
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
Rute baru tidak bersinggunan > 20% dengan rencana koridor Bus Priority
IT
Pada Gambar 6.11. di atas, di dalam diagram alur terdapat aspek penilain
terhadap operator eksiting, aspek yang dinilai tersebut meliputi:
Halaman VI
15
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
1. Bobot Armada
2. Jumlah Ijin/ KP
3. Jumlah Bus Operasi
4. Persentase Persinggungan
5. Jenis Pelayanan
6. Kondisi Kendaraan
6 .1 .4 .9 . Pe rhi tungan Bus E quiv ale nt Com mute r Se rvic e Sarb a gita
Perhitungan bus eqivalent commuter service Sarbagita didasarkan pada
.B
ST
P
persinggungan antara trayek sksisting dengan trayek rencana. Dalam hal ini
trayek utama terdiri dari 4 trayek yaitu:
IT
tersebut seperti dapat dilihat pada Tabel 6.5, 6.6 dan 6.7. berikut ini.
Halaman VI
16
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
IT
.B
ST
P
Halaman VI
17
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
IT
.B
ST
P
Halaman VI
18
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
IT
.B
ST
P
Halaman VI
19
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
6 . 1 . 4 . 10 . Ko n se p Us u l an Mo d i fi kasi Tray e k
Berd asa rka n
dari
ko nsep
k aji an
a ngkut a n
um um
Co mm uter
Serv ic e
Sarb agit a seb el umny a, dapat l ah di lak uka n mo difik asi d ari t ray ek-t ray ek ya ng
dire nc an aka n, mod ifik a si te rs ebut d apat d ili ha t pada G amba r 6 .1 2 . berik ut
IT
.B
ST
P
ini.
Halaman VI
20
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
IT
ini.
Halaman VI
21
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Dar i us ula n ja ri ngan t rayek t er seb ut di at a s dapatl ah d ilak uka n estim asi
juml ah k ebut uha n bu s, sepe rti dap at dil ih at p ada T abel 6 .8 . berik ut ini.
Ta b e l 6. 8. Est i masi J umla h Keb ut u ha n Bu s
Ko ri d or
Tray ek
Ju mla h
K e b u tu ha n B us
1A
Kota - Ba nda ra
1B
Total K ori do r 1
10
2A
Ba t ub ula n - Ker ob o ka n
Ke ro bo ka n - Ba nda ra
2B
3
3A
3B
.B
ST
P
Total K ori do r 2
10
Bat ub ula n - Ku ta
Total K ori do r 3
Me ngw i - Ke ro bo ka n
IT
4A
13
4B
Kero bo ka n - K uta
3
10
Total K ori do r 4
antar instansi
sangatlah diperlukan
untuk
mendorong Dinas Perhubungan Propinsi dan Kabupaten/ Kota dan operator operator untuk
pengaturan,
dan
para
pengguna
perencanaan, pembiayaan,
pemaduan
transpo rtasi
di
Halaman VI
22
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
a. Kemitraan dari beberapa instansi, operator dan pihak swasta lain sangat
diperlukan untuk lancarnya proses perpindahan moda.
b. Menjadikan pelayanan angkutan umum menjadi lebih mudah, lebih cepat dan
lebih nyaman akan menjadi prioritas dari strategi pengembangan transportasi
perkotaan di Indonesia.
c. Dalam rangka fasilitasi dan menunjang pekerjaan kemitraan ini, perlu dibentuk
IT
Halaman VI
23
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
Skenario 2 (I + TO)
swasta
bertanggung
jawab
kepada
BOAU,
sedangkan
BOAU
IT
Skenario 3 (I + T + O)
swasta
bertanggung
jawab
kepada
BOAU,
sedangkan
BOAU
: Pemerintah,
Halaman VI
24
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
untuk
meningkatkan
pelayanan
angkutan
umum
harus
.B
ST
P
IT
maka usulan itu harus dikonsultasikan sejak awal. Singkatnya, pihak yang
usulannya diterima berkewajiban untuk berkonsultasi dengan pihak-pihak
eksternal.
c. Skala, lingkup dan bentuk konsultasi akan tergantung dari sifat dan dampak
proposal. Pihak yang diajak berkonsultasi termasuk:
25
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
IT
baik.
Halaman VI
26
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
terdiri dari kartu pengawasan, surat tanda nomor kendaraan, buku uji dan
tanda uji kendaraan bermotor;
Mengoperasikan
kendaraan
cadangan
harus
dilengkapi
dengan
kartu
IT
perundangan
yang
berlaku
dan
merupakan
pengemudi
perusahaan
bersangkutan;
Halaman VI
27
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
disiapkan
sebelumnya, yaitu:
1) Kegiatan Perencanaan
2) Kegiatan Pengoperasian
3) Kegiatan Administrasi
.B
ST
P
IT
6.3.
jumlah
Halaman VI
28
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
Swasta dalam hal ini berupa Investor atau Operator sebagai suatu intestias
termasuk Penegemudi. Ditinjau dari tingkat keterlibatan dari pihak pemerintah
dan swasta dalam aspek-aspek kegiatan yang ada, sehingga dapat dibuatkan
semacam model kerja sama antara pengoperasian jalan tol.
Ditinjau dari tingkat keterlibatan dari pihak pemerintah dan swasta dalam
penyelenggaraan pengoperasian angkutan umum. Diketahui terdapat model
kelembagaan sebanyak 5 (lima) alternatif model pengoperasian jalan angkutan
IT
umum, yaitu:
Halaman VI
29
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
yang bersifat umum dan belum terinci. Dalam kebijakan ini, aspek operasional
belum terinci, masih berupa konfigurasi rute dengan indikasi kapasitas
pelayanan masing-masing rute. Model ini dilakukan dengan seleksi yang tetap
.B
ST
P
dan terbuka. Hanya pihak swasta yang memiliki kemampuan teknis dan
finansial saja yang diberi kesempatan.
Model 4 : Deregulasi
Dalam hal ini, model ini hampi sama dengan model sebelumnya, hanya saja
pada model ini kegiatan pengawasan/ pemantauan sama sekali tidak
dilakukan. Semuanya diserahkan kepada pihak operator, dengan keyakinan
bahwa operator akan melakukan pengoperasian angkutan umum dengan
IT
Halaman VI
30
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
maka
perlu
dibentuk
suatu
lembaga
atau
institusi
yang
pertimbangan
terkait
dengan
.B
ST
P
dalam
masalah
kualitas
kedudukan
Commuter
Service
dalam
kelembagaan
IT
Halaman VI
31
LAPORAN AKHIR
.B
ST
P
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
IT
6.4. IN TE G R A SI PE L AY AN AN U N TU K TI C KE TIN G S Y S TE M
penyediaan bus
Halaman VI
32
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
operator
termasuk
perusahaan
pengumpul
tiket
( ticketing
kontrak
kerja
dengan
kontraktor
untuk
pembangunan
ticketing company ,
.B
ST
P
Pada Gambar 6.16. dan Gambar 6.17. di bawah ini dapat dilihat Struktur
IT
Halaman VI
33
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Gubernur
Walikota Denpasar, Bupati
Badung, Gianyar dan Tabanan
Badan Pengawas
Kepala Badan
Satuan Pengawas Intern
Seksi
Operasional
Seksi
Ticketing
Seksi
Umum
Seksi
Keuangan
Seksi
Pentarifan
.B
ST
P
Seksi
Perencanaan
Gambar 6.17. Badan Layanan Umum Pengelolaan Angkutan Umum (BLU -PAU)
B. Operator Bus
IT
Halaman VI
34
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Direktur Keuangan
dan Administrasi
Direktur Teknik
dan Operasi
Administrati
ve Division
Operation
Division
Technical
Division
Budget &
Accounting
Admin. of
Operation
Operartion
Control
Spare
Parts
Distribution &
Collection
Human
Resources
Programming
Storing
General
Services
Depo
Workshop
Treasure
.B
ST
P
Financial &
Accounting
Division
C. Ticketing Company
IT
Halaman VI
35
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
STRUKTUR ORGANISASI
TICKETING COMPANY
Direktur Utama
Direktur
Admininistration &
Accounting
Distribution
.B
ST
P
Financial Division
Treasure
Collection
Accounting
Services
HRD
6 .5 . KE SATUAN S IS T E M PE L AY ANAN
IT
Semua fasilitas pelayanan angkutan umum setidaknya harus memiliki satu titik
informasi yang menampilkan informasi mengenai semua jasa yang datang/
berangkat dengan angkutan umum. Jenis informasi yang disediakan akan
tergantung dari volume penumpang yang menggunakan fasilitas pelayanan
angkutan umum, dan karakteristik perjalanan yang mereka lakukan. Di beberapa
lokasi, penyediaan pusat informasi dapat disertai dengan penempatan petugas
informasi.
Fasilitas informasi dan fasilitas ticketing yang berada dalam satu lokasi dapat
meningkatkan kenyamanan penumpang. Penelitian menunjukkan menunjukkan
bahwa penumpang lebih memilih informasi yang disampaikan oleh petugas dari
pada informasi dari rambu atau tanda lainnya dan ticketing yang diinginkan
tersedia di lokasi informasi tersebut.
Halaman VI
36
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Loket tiket dan ruang tunggu tiket harus didesain dan berorientasi untuk
menyediakan jalur bagi pejalan kaki yang nyaman yang menghubungkan ke
tujuan utama penumpang baik di dalam maupun di luar area loket tiket dan ruang
tunggu tiket, khususnya fasilitas transportasi umum lainnya.
6.5.2. Menyiapkan Kesepakatan Sistem Ticketing dan Cara Pembayaran
Di setiap kota diperlukan karcis demi tercapainya ketertiban pembukuan
keuangan. Ini berarti tidak ada transaksi uang antara penumpang dengan
.B
ST
P
sopir atau kernet yang tidak terekam oleh mesin tiket (kasir).
Semakin besar ukuran kota, maka kebutuhan pembayaran pembayaran tiket
di halte semakin diperlukan.
IT
a) semua transaksi harus tercatat dan ada bukti (dalam bentuk tiket)
b) penumpang harus mempunyai tiket, perlu dilakukan kontrol secara
random dan secara terus menerus terhadap penumpang.
Halaman VI
37
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
berbagai
masalah
atas
kerjasama
yang
dilakukan
.B
ST
P
Hal ini harus menjamin bahwa berbagai masalah bisnis individual tetap konsisten
dalam input dan outputnya, bahkan jika input dan output ini tidak dievaluasi
dengan cara yang sama seperti evaluasi lainnya. Maka data harus dikumpulkan
berdasarkan basis yang konsisten:
(suasana),
pembangkitan
perkotaan,
keselamatan,
dan
IT
sebagainya;
Halaman VI
38
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Pada skenario ini Operator dan Ticketing Company tidak menanggung resiko
kerugian sekiranya pendapatan operasi yang direncanakan tidak tercapai, dan
sebaliknya tidak akan memperoleh keuntungan lebih besar dari yang ditetapkan
sekiranya perolehan pendapatan operasi jauh lebih besar dari yang direncanakan.
Dalam system kontrak manajemen Konsultan mengusulkan memberikan profit
sebesar 10 % kepada Operator dan Ticketing Company.
Skenario 2:
Pembagian pendapatan operasi berdasarkan kombinasi antara proporsi biaya
investasi dan biaya operasional masing-masing institusi terkait busway (Trans
.B
ST
P
IT
Skenario 3:
Ticketing Company diatur sedemikian rupa agar cash flow bernilai positif.
Pada skenario inipun juga pembayaran kepada Operator dan Ticketing Company
tidak tergantung kepada berapa besarnya pendapatan operasi yang diterima,
sehingga Operator dan Ticketing Company tidak menanggung resiko kerugian
sekiranya pendapatan operasi yang direncanakan tidak tercapai, dan sebaliknya.
Halaman VI
39
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
Pada saat idle (bus menunggu) karena kondisi off peak pihak operator
juga tidak dirugikan mengingat Rp./km yang diterima Operator telah
mempertimbangkan kondisi dimaksud.
IT
Ticketing
6.6.
Halaman VI
40
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
mengenai
petunjuk
pelaksanaan
serta
prosedur
pengelolaannya.
Penyusunan SOP akan sangat berkaitan dengan DOOP, dimana DOOP akan
menjadi acuan dalam penyusunan SOP sehingga diharapkan petunjuk
.B
ST
P
juga
merupakan
salah
satu
bagian
dari
Perencanaan
secara
dimiliki
IT
manajemen
oleh
proyek
Commuter
Service
sehingga
menghasilkan output yang optimal. Sumber daya yang dimiliki dapat berupa
antara lain tenaga kerja, modal, bus dan perlengkapannya serta infrastruktur
yang ada.
MRAP akan secara rinci mengatur alokasi sumber daya dan manajemen demi
terselenggaranya pengelolaan yang efisien dan optimal. Analisis atas
perencanaan sumber daya ini dapat membantu pihak manajemen dalam
membuat kebijakan dan mengantisipasi kebutuhan yang akan terjadi, serta
memperkirakan sumber daya secara efisien.
4. SWOT
SWOT menggambarkan kondisi yang ada yang rinci yang secara umum dibagi
menjadi empat pokok analisis yaitu Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan
Threats. SWOT sangat berguna dalam melihat kondisi internal serta eksternal,
Halaman VI
41
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
Perencanaan ini akan sangat berguna demi tercapainya kualitas yang baik dari
karyawan sebagai salah satu asset dan mitra dari suatu lembaga/ entitas yang
paling vital. Perencanaan rekrutmen yang baik dapat menseleksi karyawan
yang memang benar-benar sesuai bagi perusahaan dan bagi dirinya sendiri
sehingga dapat dicapai kepuasan kerja yang optimal.
Dengan perencanaan karir yang jelas akan membentuk suatu loyalitas antara
karyawan dan pihak perusahaan yang pada akhirnya akan menguntungkan
IT
kedua belah pihak, dimana karyawan merasa puas dengan apa yang diberikan
Halaman VI
42
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
.B
ST
P
TNA akan dilakukan secara reguler sesuai dengan perkembangan yang ada
dan arah perusahaan secara keseluruhan. TNA ini sangat berguna bagi
karyawan dalam hal pengembangan dirinya serta berguna bagi perusahaan
dalam hal meningkatkan kemampuan perusahaan dalam menyesuaikan dan
IT
Halaman VI
43
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
10.
.B
ST
P
Commuter Service adalah suatu sistem moda transporatsi yang cukup mahal,
IT
kelangsungan
program
Commuter
Service
sendiri.
Halaman VI
44
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
antara hubungan hukum antara para pihak menurut peraturan perundangundangan atau regulasi yang berlaku.
Kedua belas butir aspek yang penting di atas tidak di alamatkan secara terinci di
dalam studi ini, melainkan dikaji secara mendalam pada studi lain yang terkait.
Fokus utama dari studi ini lebih ditekankan pada aspek rencana bisinis (business
.B
ST
P
ASPE K LE GAL
Sebagaimana diamanatkan oleh Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 43
Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Depertemen Perhubungan bahwa
salah satu tugas pokok dan fungsi Direktorat Bina Sistem Transportasi
Perkotaan berdasarkan pasal 178 adalah penyiapan kebijakan di bidang
angkutan perkotaan dan penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang transportasi
perkotaan. Adapun aspek legal yang terkait dengan Pedoman Teknis Pelayanan
Commuter untuk Kawasan Aglomerasi selanjutnya dijelaskan selanjut pada sub-sub
IT
bab berikut.
6.7.
Halaman VI
45
LAPORAN AKHIR
.B
ST
P
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
IT
Pasal 18.1: Kegiatan usaha angkutan orang dengan kendaraan umum dilakukan
oleh BUMN/ BUMD, swasta nasional, koperasi dan Perorangan WNI.
Halaman VI
46
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Pasal 18.3: Izin usaha angkutan diberikan untuk jangka waktu selama
perusahaan yang bersangkutan masih menjalankan usahanya.
Pasal 26.1: Untuk melakukan kegiatan angkutan dalam trayek tetap dan teratur
wajib memiliki izin trayek.
Pasal 32.1: Izin trayek dicabut apabila: (a) melanggar ketentuan pasal 31; (b)
tidak mampu merawat kendaraan bermotor sehingga kendaraan tidak memenuhi
persyaratan teknis dan laik jalan; (c) melakukan pelanggaran operasional; (d)
melakukan pengangkutan melebihi daya angkut; (e) tidak mematuhi ketentuan
waktu kerja dan waktu istirahat pengemudi; dan (f) memperkerjakan pengemudi
.B
ST
P
IT
Halaman VI
47
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Pemerintah Pusat
Pemerintah Provinsi
Pemerintah Kabupaten/
Kota
Penyusunan
jaringan
trayek dan penetapan
kebutuhan
kendaraan
untuk
angkutan
yang
wilayah
pelayanannya
melebihi
wilayah
kabupaten / kota dalam
satu provinsi.
Penyusunan
penetapan kelas
pada
jaringan
provinsi.
dan
jalan
jalan
Pemberian
izin
trayek
angkutan
perdesaan/
angkutan kota.
.B
ST
P
Pemberian
izin
trayek
angkutan lintas batas negara
dan antar kota antar provinsi.
IT
Halaman VI
48
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Pasal 8: Operator wajib mendapatkan izin usaha dari Kepala Dishub yang
berlaku selama masih menjalankan kegiatan usahanya.
Pasal 9: Operator wajib mendapatkan izin trayek dari Kepala Dishub yang
berlaku selama 5 tahun dan dapat diperpanjang.
Pasal 68.2 (UU 1/2004): Kekayaan BLUD merupakan kekayaan daerah yang
dikelola dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk menyelenggarakan kegiatan BLUD
.B
ST
P
yang bersangkutan.
Pasal 69.2 (UU 1/2004): RKA dan Laporan Keuangan BLU merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari RKA dan Laporan Keuangan Pemda.
Pasal 69.3 (UU 1/2004): Pendapatan dan belanja BLU dikonsolidasikan dalam
RKA Pemda yang bersangkutan.
Pasal 69.4 (UU 1/2004): Pendapatan yang diperoleh BLU sehubungan dengan
jasa layanan yang diberikan merupakan Pendapatan Negara/Daerah.
Pasal 69.6 (UU 1/2004): Pendapatan BLU dapat langsung digunakan untuk
IT
Pasal 18.1 (PP 23/2005): BLU dapat memiliki utang sehubungan dengan
kegiatan operasional dan/atau perikatan peminjaman dengan pihak lain.
Pasal 18.3 (PP 23/2005): Pemanfaatan utang yang berasal dari perikatan
peminjaman jangka pendek ditujukan untuk belanja operasional.
Pasal 18.4 (PP 23/2005): Pemanfaatan utang yang berasal dari perikatan
peminjaman jangka panjang ditujukan hanya untuk belanja modal.
Pasal 18.5 & 6 (PP 23/2005): Perikatan peminjaman dilakukan oleh pejabat
yang berwenang secara berjenjang berdasarkan nilai pinjaman (yang diatur
Peraturan Kepala Daerah).
Halaman VI
49
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Pasal 18.8 (PP 23/2005): Hak tagih menjadi kadaluarsa setelah 5 tahun sejak
utang tersebut jatuh tempo.
Permendagri 61/2007
Pasal 2.2: BLUD merupakan bagian dari perangkat Pemda yang dibentuk utk
membantu pencapaian tujuan Pemda, dengan status hukum tidak terpisah dari
Pemda.
Pasal 27.2: Status BLUD bertahap tidak diberikan fleksibilitas dalam hal
pengelolaan investasi, pengelolaan utang, dan pengadaan barang dan/atau jasa.
Pasal 60: Pendapatan BLUD dapat bersumber dari jasa layanan, hibah, hasil
sah.
.B
ST
P
kerjasama dengan pihak lain, APBD, APBN dan lain-lain pendapatan BLUD yang
Pasal 87: BLUD dapat melakukan pinjaman/utang jangka pendek/jangka
panjang; Pemanfaatan pinjaman/utang yang berasal dari perikatan pinjaman
jangka pendek hanya untuk biaya operasional termasuk keperluan menutup
defisit kas; Pemanfaatan pinjaman/utang yang berasal dari perikatan pinjaman
jangka panjang hanya untuk pengeluaran investasi/modal; Pinjaman jangka
IT
berlaku dalam pengadaan barang/jasa yang sumber dananya berasal dari APBD.
Pasal 4:
Penerapan PPK-BLUD secara penuh dapat diberikan fleksibilitas berupa
pembebasan sebagian atau seluruhnya dari ketentuan dalam Ps. 3 bila
terdapat alasan efektivitas dan/atau efisiensi.
Fleksibilitas diberikan terhadap pengadaan barang/jasa yg sumber dananya
berasal dari jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat; hibah tidak
terikat dari masyarakat/badan lain; dan/atau hasil kerjasama dengan pihak
lain dan/atau hasil usaha lainnya.
Halaman VI
50
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
Pasal 27.6: BLUD dengan status penuh dapat diberikan fleksibilatas berupa
pembebasan sebagian atau seluruhnya dari ketentuan yang berlaku umum bagi
pengadaan barang dan/atau jasa Pemerintah apabila terdapat alasan
Pasal 27.8: Kekayaan BLUD merupakan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
serta dilakukan dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk menyelenggarakan
pelayanan umum.
.B
ST
P
Pasal 28.2: Untuk melakukan kerjasama dengan pihak lain, SKPD Pembina
Teknis dan Pembina Keuangan terlebih dahulu melakukan kajian untuk
memperoleh persetujuan prinsip Gubernur.
IT
ketiga.
Halaman VI
51
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Di Wilayah Perkotaan (Commuter Service)
mendapat ijin.
REKOMENDASI
Dar i ha sil a nal isi s ya ng tel ah diu ra ikan p ada bab -bab s ebe lum nya da n
berda sark an h asi l di skusi de nga n pih ak- pihak ya ng terk ait terh adap
pem ec aha n p erm asa la han t ra nsport asi d i k awa san aglo me ras i S arbag ita,
berik ut:
.B
ST
P
dapatl ah dit arik k esi mpul an de nga n me m berik an r ekom end asi sebag ai
1. Perl unya stagi ng da n k ompar ati f impl em ent as i di berb aga i n ega ra.
2. Untuk lebih mempertegas Perpres No.8 Tahun 2006 dan agar tidak terjadi multi
tafsir dalam basis legal yang menjadi dasar hukum, maka perlu disusunnya suatu
Peraturan Presiden (Perpres) baru yang mengatur mengenai pengelolaan sistem
angkutan umum massal berbasis bus di seluruh perkotaan dan wilayah
aglomerasinya, khususnya terkait dengan pengelolaan Trans Sarbagita terkait
IT
3. Karena rendahnya kinerja ANGKOT di kawasan Sarbagita saat ini, serta adanya
persoalan operasional ANGKOT sehingga perlunya pemberdayaan ANGKOT untuk
6.8.
Halaman VI
52
DEPARTEMEN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Perencanaan Teknis
D
IT
.B
ST