Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah sebuah kondisi medis saat seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan risiko kesakitan
(morbiditas) dan kematian (mortalitas).
Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita tidak mengetahui
dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Padahal bila terjadi
hipertensi terus menerus bisa memicu stroke, serangan jantung, gagal jantung dan merupakan
penyebab utama gagal ginjal kronik. Siapapun bisa menderita hipertensi, dari berbagai kelompok
umur dan kelompok sosial-ekonomi.
Sebetulnya batas antara tekanan darah normal dan tekanan darah tinggi tidaklah jelas,
menurut WHO, di dalam guidelines terakhir tahun 1999, batas tekanan darah yang masih
dianggap normal adalah bila tekanan darah kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan bila lebih dari
140/90 mmHG dinyatakan sebagai hipertensi; dan di antara nilai tersebut dikategorikan sebagai
normal-tinggi (batasan tersebut diperuntukkan bagi individu dewasa di atas 18 tahun).
Hipertensi, menurut penyebabnya, dibagi menjadi 2 golongan yaitu : Hipertensi esensial
atau primer adalah hipertensi yang tidak/belum diketahui penyebabnya, sekitar 90% penderita
hipertensi adalah hipertensi primer.
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain
kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(hiperaldosteronisme), dan lain lain. . (Dr. Nico A. Lumenta, K. Nefro, Sinar Harapan).
B. TUJUAN UMUM
Asuhan keperawatan pada klien hipertensi secara komprehensif melalui pendekatan proses
keperawatan.
C. TUJUAN KHUSUS
1. Mahasiswa mengetahui tentang pengkajian pada pasien dengan gangguan hipertensi
2. Mahasiswa mengetahui tentang analisis data pada pasien dengan gangguan hipertensi
3. Mahasiswa mengetahui tentang intervensi pada pasien dengan gangguan hipertensi
4. Mahasiswa mengetahui tentang implementasi pada pasien dengan gangguan hipertensi
5. Mahasiswa mengetahui tentang evaluasi pada pasien dengan gangguan hipertensi
BAB II
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Hipertensi dapat diartikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sisitoliknya di atas
140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg
(Smeltzer & Bare, 2000)
Hipertensi merupakan suatu peningkatan tekanan darah sistol dan/ atau diastole yang tidak
normal, dimana tekanan sistolik yang berkisar dari 140-160 mmHg dan diastolic antara 90-95
mmHg dianggap sebagai garis batas hipertensi
(Price, 1995)
Hipertensi merupakan tekanan darah yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan
sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah normal, tinggi sampai
hipertensi maligna.
(Doenges,2000)
B.
ETIOLOGI
C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol kontraksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna spinaslis ke ganglia simpatis di
torax dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor diantar dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini neuron preganglion
melepaskan asetil kolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan kontraksi pembuluh darah.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi efinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korrteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat respon vasokontriktor
pembuluh darah yang mengakibatka penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan
renin. Rennin merangsang angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokontriktor kuat yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormone ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. (Smeltzer & Bare 2000)
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa car antara lain,
1.
2.
Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya.
Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada
setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan
menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya
telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga
meningkat pada saat terjadi "vasokonstriksi", yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara
waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
3.
Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini
terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan
air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga
meningkat. (Pramono,20011. www.artikelkesehatan.hipertensi mengancam dunia.diakses pada
tanggal, 20 Januari 2011,jam 15.00)
D. PATHWAY
Merokok
Obesitas
Stress
garam
Penimbunan
Plak
penimbunan
lemak
pelepasan
epinefrin
penahanan
cairan
Konsumsi
penimbunan
cairan
Penciutan
PD/
kontriksi
Elastisitas
PD
Hipertensi
Aliran darah
Otak
Ginjal
Retina
Pembuluh
Darah
Retensi
Tekanan
vasokontriksi
PD otak
respon RAA
spasmus
PD ginjal
diplopia
PD otak
sistemik
arteriola
vasokontriksi
Nyeri
vaso-
rangsangan
afterload
Kepala
G3 rasa
kontriksi
aldosteron
retensi Na
COP
Nyaman nyeri
Gangguan
istirahat
dantidur
Edema
Kelebihan
Volume cairan
resti
Fatique
Curah jantung
Intoleransi
aktivitas
resti injuri
MANIFESTASI KLINIS
Pada pemeriksaan fisik mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang
tinggi, tetapi dapat juga ditemukan beberapa tanda dan gejala sebagai berikut:
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual dan muntah
4. Gelisah
5. Diplopia
6. Penurunan kesadaran
(Smeltzer & Bare, 2000)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien hipertensi, yaitu:
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh
2. Pemeriksaan retina, fungsinya
3.
Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ tubuh, seperti gagal ginjal dan
jantung, contohnya pemeriksaan EKG dapat menunjukan pembesaran jantung
4.
Urialisa untuk memeriksa protein dan glukosa dalam urin untuk mengidentifikasi disfungsi
ginjal
5. Foto dada dan CT scan yang dapat menunjukan adanya pembesaran jantung
(Smeltzer & Bare, 2000)
G. PENATALAKSANAAN
1. Terapi nonfarmakologis biasanya ditujukan pada hipertensi ringan berupa:
a.
Restriksi garam secara moderat dari 10 gram per hari menjadi 5 gram per hari
e.
Diuretic Thiazid
b. Sirkulasi
Gejala
penyakit serebrovaskuler
Tanda
Integritas Ego
:
meledak.
Gerakan tangan empati otot muka tegang (Khusus sekitar mata), gerakan
fisik cepat, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara
d. Eliminasi
Gejala
Gangguan ginjal sekarang atau masa lalu (spt Infeksi/obstruksi atau riwayat
Tanda
edema
mungkin
umum
Neurosensori
:
atau
tertentu
);kongesti
Tanda
i.
Gejala
Keamanan
:
j.
Gejala
Faktor-faktor
resiko
keluarga
hipertensi,aterosklerosis,penyakit
jantung,DM,penyakit serebrovaskuler/ginjal
FAktor resiko etnik sprit orang Afrika Amerika,Asia Tenggara
Penggunaan pil KB atau hormone lain;penggfunaan obat/alkhol
Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata dirawat 4,2hari
rencana pemulangan
cairan
(viskositas)dan
dapat
mengindikasikan
factor-faktor
resiko
seperti
hiperkoagulabilitas, anemia
BUN/kreanitin:memberikan informasi tentang perfusi/fungsi jaringan
Glukosa:Hiperglikemia(diabetes militus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
peningkatan kadar katekolamin(meningkatkan hipertensi)
Kalium Serum:Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau
menjadi efek samping terapi diuretic
Kalsium Serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi
Kolesterol dan trigeliserida serum:Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus
untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)
Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
Kadar aldosteron urin/serum:untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
Urinalisasi : Darah,protein,glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanya diabetes
VMA urin (metabolit katekolamin) : Kenaikan dapat mengindikasikan adanya feokromositoma
(penyebab) ; VMA urin 24 jam dapat dilakukan untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi
hilang timbul
Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai resiko terjadinya hipertensi
Streroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoma, (penyebab;
VMA urin24 jam dapat dilakukan untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang
timbul
IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyebab parenkim ginjal, batu ginjal
dan ureter
Foto dada : dapat mengidentifikasi obstruksi klasifikasi pada area katup ; deposit pada dan atau
takik aorta perbesaran jantung
CT scan : mengkaji tumor serebral ,CSV, ensefalopati,dan feokromisitoma
EKG : Dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan , gangguan konduksi catatan :
Luas, peningggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
(Doenges,2000)
2. Intervensi
a.
Tujuan :
stabil
Intervensi:
1) Pantau TTV, catat adanya kualitas denyutan sentral dan perifer
2) Amati warna kulit, perubahan suhu dan pengisian kapiler
3) Catat edema, batasi cairan dan diet natrium sesuai indikasi
4) Lakukan tindakan nyaman, pijatan punggung, leher, dan meninggikan kepala tempat tidur
5) Berikan diuretic dan vasodilatasi
(Doenges, 2000)
b. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral
Tujuan :
Intervensi:
1) Pertahankan tirah baring selama fase akut
2) Berikat kompres hangat, pijat punggung dan leher serta teknik relaksasi
3) Meminimalkan aktivitas vasokontriksi, mengejan saat BAB, batuk panjang
4) Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik dan antiansietas
(Doenges, 2000)
c.
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Pengkajian ini dilakukan pada hari Kamis, 20 Januari 2011 pada pukul 11.30 WIB di ruang
Bugenvil Rumah Sakit Umum Daerah Kudus dengan auto anamnesa dan allow anamnesa
1. Identitas Klien
Nama
: Tn D
Umur
: 46 tahun
Alamat
Agama
: Islam
Pekerjaan
: tukang becak
Golongan darah
:B
Tanggal masuk
: 19 Januari 2011
Dx. Masuk
: Hipertensi
: Ny. T
Umur
: 45 tahun
Alamat
Agama
: Islam
Pekerjaan
RIWAYAT KESEHATAN
1. Keuhan Utama
Pasien mengatakan kepalanya pusing dan tangan, kakinya yang sebelah kiri tidak bisa
digerakkan.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan merasakan pusing selama 3 hari. Disamping itu pasien mengatakan anggota
badannya tidak bisa digerakkan seketika setelah dia duduk lama dan tidak bisa bangun kembali.
Sebelum dibawa ke rumah sakit pasien dirawat sendiri oleh istrinya. Karena pusingnya tidak
kunjung sembuh, dan anggota badannya tetap tidak bisa digerakkan akhirnya pasien dibawa ke
rumah sakit umum daerah kudus dengan keluhan pusing dan mati rasa angota tubuh bagian kiri.
Pasien diterima di IGD pada tanggal 18 januari 2011, dan mendapat terapi, infus RL 20tpm,
vitamin B1, B6, B12, Piracetam 3x 1 gr, kalnex 3 x 500mg. Obat oral ISDN 2 x 5 mg, Aspilet 1 x
100 mg, Amilodipin 10 mg. Dan pasien dibawa ke ruang Bougenville 2 untuk mendapat
perawatan lebih lanjut.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya pasien pernah beberapa kali mengalami gejala seperti sekarang ini yaitu pusing
tetapi tidak sampai badannya tidak bisa digerakkan seperti ini. Akan tetapi baru kali ini pasien
dirawat di rumah sakit karena sebelumnya pusing yang dirasakan dapat diatasi dengan minum
obat yang dibelikan oleh istrinya seperti panadol atau paramek.
: composmentis
: E = 5 , M = 6 , V = 4 = 15
Sistem Pernafasan
Sistem Kardiovaskuler
sien mengalami hipertensi sejak 2 tahun yang lalu, saat ini pasien
d : 160/90 mm/Hg
: 88 x/ menit
: 37 0 C
RT : 2 dtk
F jantung
I : ictus cordis tidak tampak
P : ictus cordis teraba di intercosta ke 4
P : pekak
A: terdengar S1 dan S2 regular, lup dup cepat, tidak terdengar murmur dan gallop.
3.
5
5
0
0
Urutan
Nama Saraf
Sifat Saraf
Respon
saraf
I
Nrevus
Sensorik
olfaktorius
penciuman,hidung
berfungsi dengan baik,nyeri
II
Nervus optikus
Sensorik
hidung (-)
Bola mata dapat digerakkan
dengan
III
Nervus
Motorik
okulomotoris
IV
V
Nervus troklearis
Nervus
Nervus Abdusen
Nervus fasialis
Motorik
Motorik dan
N. Maksilaris
VI
VII
VIII
IX
Motorik
N. Mandibularis
N. Oftalmikus
Nervus auditorius
Nervus
Glosofaringeus
Nervus vagus
XI
Nervus assesorios
tidak
ada
gangguan penglihatan
Penggerakan bola mata dan
mengangkat kelopak mata
Motorik dan
sensorik
Motorik dan
sensorik
Sensorik
Motorik dan
sensorik
trigeminus
baik,
(+)
Penggerakan bola mata dan
memutar mata ( +)
Nyeri kepala (+)
Tidak terdapat nyeri gigi
Tidak terdapat nyeri telan
Bisa membuka mulut dan
menutup mulut
Mimik
muka
tidak
ada
sensorik
kelainan,
Sensorik
meringis (+)
Rangsang
mendengar
positif,dapat
menengar
Sensorik dan
motorik
sedih,senyum,
dengan baik
Rangsang cita rasa baik
dapat
membedakan
rasa
Sensorik dan
motorik
Motorik
baik(fleksi,ekstensi,aduksi,a
XII
Nervus
Motorik
hipoglosus
4.
bduksi)
Kemampuan menelan dan
dan merasakan baik
Sistem Integumen
Pasien tidak memiliki riwayat gangguan kulit, tidak ditemukan adanya lesi, edema, kuku normal,
penyebaran rambut merata, kulit halus, mukosa bibir kering.
5.
Sistem Perkemihan
Sejak pasien masuk rumah sakit, pasien belum bisa BAK
6.
Sistem Gastrointestinal
Pasie mengatakan tidak memiliki makanan pantangan, pasien juga tidak memiliki kebiasaan
makan, apabila lapar, pasien akan segera makan. Setelah sakit pasien tidak nafsu makan karena
kelemahan yang dialaminya, pasien tidak mengalami gangguan dalam mengunyah ataupn
menelan, dan sejak sakit sampai masuk rumah sakit pasien hanya dapat BAB 1x di rumah.
Terdapat bau mulut yang dikarenakan kondisi mulut yang kotor.
PF Abdomen
I : tidak terdapat lesi atau bekas luka
A : peristaltic usus 23x/mnt
P : tidak terdapat nyeri tekan,
P : tympani
7.
Sistem Pengindraan
Pasien tidak mengalami gangguan sistem pengindraan mata , telinga, hidung berfungsi dengan
baik.
meriksaan Fisik
Mata
:
1)
Kanan : penglihatan baik, sclera tidak ikterik, konjungtiva tidak enemis, tidak menggunakan alat
bantu penglihatan.
2)
Kiri : penglihatan baik, sclera tidak ikterik, konjungtiva tidak enemis, tidak menggunakan alat
bantu penglihatan.
Hidung
: bentuk hidung simetris, tidak terdapat pembesaran polip, tidak menggunakan alat bantu
pernafasan,patensi nares kanan dan kiri dan sama.
Telinga
: bentuk simetris antara telinga kanan dan kiri, tidak terdapat penumpukan serumen, dapat
mendengar dengan baik, tidak menggunakan alat bantu pendengaran
Peraba
: masih bisa membedakan mana yang halus dan yang kasar untuk extremitas kanan, untuk
extremitas kiri mati rasa atau tgdak dapat merasakan lagi.
Perasa
: indra perasa masih bisa marsakan dengan baik,bisa membedakan rasa asin, asam, pedas, dan
manis, tidak terdapat gangguan.
8.
Sistem Endokrin
Pasien tidak memiliki riwayat gangguan pertumbuhan dan perkembangan, bentuk dan proporsi
tubuh normal, tidak ada abnormalitas struktur , bentuk dan ekspresi wajah.
9.
Sistem Imunitas
Pasien tidak memiliki riwayat gangguan sistem imunitas seperti alergi atau sensitivitas terhadap
makanan dan obat-obatan.
E. DATA TAMBAHAN
1. Pola istirahat dan tidur
Pasien mengalami gangguan istirahat dan tidur karena pusing yang dialaminya. Pasien tidur 1
jam saat siang hari dan 4-5 jam selama malam hari.
2. Integritas ego
Pasien dapat berkomunikasi dengan keluarga yang menjenguknya, dan kadang-kadang ngobrol
dengan pasien dan keluarga pasien di sebelahnya.
3. Activity Daily Live (ADL)
Aktifitas pasien selama sakit dibantu oleh keluarga. Karena kelemahan yang dialaminya.
Tabel Aktivitas
Kemampuan perawatan diri
Makan / minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilisasi di tempat tidur
Berpindah
Ambulasi / ROM
Keterangan : 0 : mandiri
1 : dengan alat bantu
2 : dengan bantuan orang lain
3 : dengan bantuan alat dan orang lain
4 : tergantung total
4. Ketidaknyamanan
Pasien merasa aman karena dirawat di rumah sakit oleh perawat dan didampingi oleh keluarga,
namun tidak nyaman dengan keadaan di rumah sakit yang ramai oleh pemgunjung dan keluarga
pasien lain karena pasien dirawat di ruang kelas II yang dihuni oleh enam orang pasien tiap
ruangnya.
Pengkajian Nyeri
P : nyeri dirasakan karena pusing
Q: nyeri seperti di timpa benda berat
R: kepala
S:6
T: sering dirasakan
0
3
Tidak ada
nyeri
Nyeri Ringan
Nyerisedang
10
5. Pembelajaran
Pasien biasanya menanyakan kenapa sakit yang dideritanya tidak sembuh-sembuh (pusing dan
kelumpuhannya) kepada dokter atau perawat yang memeriksanya.
F.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 19 januari 2011
a.
Darah Lengkap
WBC
RBC
HGB
HCT
PLT
PCT
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
PDW
9.3
5.06
14.2
42.7
195
142
84
28.1
33.3
13.5
7.3
11.5
103/m
106/m
g/dl
%
103/m
%
Pm3
Pg
g/dl
%
Pm3
%
DIFF:
%LYM
%MON
%GRA
*LYM
*MON
*GRA
14.3
4.7
81.0
1.3
0.4
7.6
%
%
%
103/m
103/m
103/m
Pemeriksaan CT scan
: cardiomegali
bronchopneumonia
Hasil USG
Hepar
:
Tidak membesar
Permukaan rata
Densitas gemahomogen
Massa (-), VP tidak melebar
KE
Dinding
Pankreas :
Ren dx
: (-)
Lien
Batu
: (-)
Dinding tipis
Blas : batu (-)
Prostat
Massa
: (-)
Kesan
2. Terapi
Tanggal 19 dan 20 Januari 2011
a. Injeksi
RL
Piracetam
20 tpm
3 x 1 gr
1 x 100 mg
Amlopidin 3 x 10 mg
1 x 1 amp
3 x 500 mg
2 x 250 mg
ANALISA DATA
Nama : Tn. D
Ruang : bugenville 2
: Hipertensi
Hari/tgl
Jam
No
1.
Dx. Medis
Kamis
Data Fokus
DS: pasien mengatakan kepalanya pusing
20
P : nyeri dirasakan
11.30
/01-11
karena pusing
R: kepala
S:6
T: sering dirasakan
DO:
a.
pasien meringis
2.
Kamis
20
/01-11
11.30
3.
Kamis
20
DO:
/01-11
11.30
a.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral
2.
3.
Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan nyeri kepala akibat
peningkatan tekanan vaskuler cerebral
Dx. Medis
No. Dx
I.
: Hipertensi
Tujuan
Nyeri kepala berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan ke
20
/01-11
11.30
a.
II.
20
/01-11
11.30
a.
III
20
/01-11
11.30
a.
CATATAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. D
Ruang : Bugenville 2
Hari/tgl jam
Kamis
Dx. Medis
: Hipertensi
No. Dx
I.
Implementasi
a. Observasi nyeri pasien
II.
20
/01-11
12.00
12.15
c.
12.30
III.
d. Memeriksa TTV
12.45
Kamis
I.
II.
a.
14.30
14.40
c.
20
/01-11
14.15
d. Memberikan injeksi
14.50
e.
15.25
I
f.
16.05
g. Memberikan dorongan untuk menggerakkan jari-jari tangan
16.15
j.
Memeriksa TTV
a.
16.40
16.55
17.10
Kamis
III.
20
/01-11
20.20
c.
20.45
II
d. Membatasi pengunjung
21.55
III
e.
22.05
22.20
II
Jumat
f.
Mengganti infus RL
a.
21
/01-11
b. Memberikan infus RL
05.00
I
c.
07.20
I
e.
08.15
f.
II
h. Memeriksa TTV
09.20
09.45
i.
j.
10.05
Membatasi pengunjung
I
k. Mengkaji respon pasien terhadap aktivitas
11.05
III
l.
11.15
II
12.00
III
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Tn. D
Ruang : Bugenville 2
Hari/tgl jam
Kamis
Dx. Medis
: Hipertensi
No. Dx
I.
20
/01-11
23.00
Kamis
II
20
/01-11
23.00
Kamis
20
/01-11
23.00
III.
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Tn. D
Ruang : Bugenville 2
Hari/tgl jam
Jumat
Dx. Medis
No. Dx
I.
21
/01-11
: Hipertensi
13.00
Jumat
II
20
/01-11
13.00
Jumat
21
/01-11
13.00
III.
CT SCAN
PHOTO TORAX
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elisabeth J. 2009 Patofisiologi Ed.3 Jakarta : EGC
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan keperawatan. Edisi. 3. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A. 1999. Patofisiologi Konsep Klinis - Proses Penyakit. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Brunner & Suddarth. Edisi. 8. Vol
2. Jakarta: EGC
Pramono,20011. hipertensi mengancam dunia. www.artikelkesehatan . diakses pada tanggal, 20
Januari 2011,jam 15.00