Вы находитесь на странице: 1из 5

INGE SANDRIE PHUTRI

100100158
KARSINOMA KOLOREKTAL
Definisi
Karsinoma kolorektal adalah keganasan pada kolon dan
rectum. Kanker kolorektal merupakan penyakit keganasan ketiga
paling sering ditemui dan menjadi penyebab kematian akibat
kanker.
Kanker usus besar (kanker kolon) lebih sering terjadi pada
wanita, kanker rektum lebih sering ditemukan pada pria. Sekitar 5%
penderita kanker kolon atau kanker rektum memiliki lebih dari satu
kanker kolorektum pada saat yang bersamaan.
Kanker kolon biasanya dimulai dengan pembengkakan seperti
kancing pada permukaan lapisan usus atau pada polip. Kemudian
kanker akan mulai memasuki dinding usus. Kelenjar getah bening di
dekatnya juga bisa terkena. Karena darah dari dinding usus dibawa
ke hati, kanker kolon biasanya menyebar (metastase) ke hati segera
setelah menyebar ke kelenjar getah bening di dekatnya.
Patofisiologi
Jenis utama pada kanker kolorektal adalah adenokarsinoma,
yang sebelumnya dicetuskan dengan polip adenomatosa, dapat
tumbuh pada mukosa colon yang normal. Penelitian yang dilakukan
oleh Bert Vogelstein, dkk lebih dari 20 tahun yang lalu berhasil
mengidentifikasikan alterasi genetic yang terpenting, dimana akan
berkembang menjadi kanker kolorektal.
Pada awalnya terjadi peningkatan gen APC (adenomatosa
poliposis coli), dimana bersifat mutasi individual oleh familial
adenomatosa poliposis (FAP). Protein yang mengkode target gen
APC dengan mendegradasi beta-catenin, suatu komponen protein
transkripsional kompleks yang mengaktivasi growth-promoting

onkogen, seperti cyclin D1 atau c-myc. Mutasi APC dan beta-catenin


sering teridentifikasi pada kanker koloretal yang bersifat sporadic.
Perubahan metilasi DNA dapat terjadi pada stadium polip.
Kanker kolorektal dan polip mengalami ketidakstabilan metilasi
genomic DNA, dengan hipometilasi global dan regional. Hipometilasi
dapat meningkatkan aktivasi onkogen, dimana hipometilasi dapat
meningkatkan tumor supresor gen. ras mutasi gen umumnya dapat
terjadi pada polip yang besar, yang akan mempengaruhi
pertumbuhan onkogen polip.
Delesi kromosom 18q dapat dihubungkan pada pertumbuhan
kanker yang bersifat lanjut. Delesi kromosom ini meningkatkan
target DPC4 (suatu gen delesi pada kanker pancreas dan
meningkatkan factor transforming-growth [TGF]-beta pada jalur
penanda growth-inhibitor) dan DCC (suatu gen delesi pada kanker
kolon). Kehilangan kromosom 17p dan mutasi gen tumor supresi
p53 terjadi pada keadaan lanjut kanker kolon. Overexpresi Bc12
akan meningkatkan inhibisi kematian sel, hal ini terjadi pada
perkembangan kanker kolorektal. Delesi 18q akan terdeteksi pada
stadium kanker kolon Dukes B, dimana akan terjadi peningkatan
rekurensi pembedahan, dan pada penelitian akan lebih baik jika
dilakukan kemoterapi adjuvant.
Predisposisi terjadinya kanker kolon lainnya, yaitu hereditary
nonpoliposis kanker kolon, dimana terjadi mutasi beberapa gen,
yang meningkatkan mismatch repair DNA, termasuk MSH2, MLH1
dan MLH1 dan PMS2. ras mutasi gen akan terdeteksi pada feses
pasien dengan kanker kolorektal.
Faktor Resiko

Usia insidensi meningkat setelah usia 50 tahun


Jenis kelamin: karsinoma rectum banyak ditemukan pada lakilaki sementara karsinoma kolon banyak ditemukan pada
wanita

Genetik: 80% karsinoma kolorektal terjadi sporadic dan 20%


terjadi pada pasien dengan riwayat keluarga karsinoma

kolorektal
Pola makan dan gaya hidup, makanan rendah serat, makanan
dengan kadar lemak tinggi dan lamanya waktu transit sisa
hasil pencernaan dalam kolon dan rektal meningkatkan risiko

kanker kolorektal
Peradangan (inflamasi) usus dalam periode lama, seperti :

kolitis ulseratif dan penyakit Crohn


Faktor risiko lain: merokok, ureterosigmoidostomi, akromegali.

Diagnosis dan manifestasi klinis


Anamnesis
Anamnesis dilakukan dengan mencari manifestasi kilinis yang
bervariasi bergantung pada lokasi, penyebaran, dan komplikasi
(perforasi, obstruksi, perdarahan). Gejala yang sering dijumpai
biasanya hematokezia.
a. Pada kolon asenden
Lumen besar, berdinding tipis, dan masa feses agak cair
sehingga sering asimptomatis. Gejala awal pasien tampak
lesukarena anemia dan dapat dijumpai darah samar pada
tinja. Apabila perdarahan lebih banyak, dapat timbul melena.
Apsien mengeluh rasa tidak nyaman di perut kanan terutama
setelah makan.
b. Pada kolon desenden
Lumen relative kecil dan masa feses semisolid sehingga
timbul gejala konstriktif berupa perubahan pola defekasi yaitu
konstipasi. Dapat pula terjadi obstruksi parsial atau total yang
ditandai dengan rasa penuh di perut dan nyeri yang
meningkat. Perdarahan biasanya tidak massif dan feses yang
keluar bercampur darah segar atau darah tua serta lender.
c. Pada rectum dan sigmoid
Karsinoma sigmoid menyerupai diverticulitis dengan nyeri,
demam, dan gejala obstruktif. Keluhan utama berupa buang
air besar berdarah dan berlendir. Pola defekasi berubah

berupa diare yang bergantian dengan konstipasi serta feses


seperti kotoran kambing. Perdarahan yang terjadi biasanya
banyak karena berasal dari arteri hemoroid superior, inferior,
dan media. Pasien merasakan kembung dan mulas sehingga
terjadi anoreksia dan penurunan berat badan.

Pemeriksaan fisik
Colok dubur untuk menilai tonus sfingter ani, mukosa, ampula
rectum, dan terabanya tumor serta ditemukannya darah. Jarak
tumor dari garis anorektal, lokasi, pergerakan dari dasar,
permukaan, lumen yang dapat ditembusjari, batas atas, dan
jaringan sekitar juga perlu dinilai.
Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium: Hb dapat turun, ditemukan darah samar pada

tinja.
Barium enema: merupakan pemeriksaan rutin sebelum
pemeriksaan lain, akan tampak filling defect berbentuk anular

atau apple core, dinding usus rigid, dan mukosa rusak.


Proktosigmoidoskopi
Kolonoskopi: standar baku diagnosis karsinoma kolorektal,

dapat dilakukan biopsy sekaligus


CT Scan abdomen dan CT-kolangografi (kolonoskopi virtual).
Bila tidak dapat dilakukan CT scan bisa menggunakan USG

abdomen
Sistoskopi: apabila dicurigai invasi keganasan ke kandung
kencing.

Penatalaksanaan

KemoprevensiObat antiinflamatori nonsteroid (OAINS)


termasuk aspirin dianggap berhubungan dengan penurunan

mortalitas KKR.
Endoskopi dan operasiUmumnya polip adenoma dapat

diangkat dengan tindakan polipektomi. Bila ukuran <5mm


maka pengangkatan cukup dengan biopsi atau
elektrokoagulasi bipolar. Disamping polipektomi, KKR dapat
diatasi dengan operasi. Indikasi untuk hemikolektomi adalah
tumor di sekum, kolon asenden dan kolon tranversum tetapi
lesi di fleksura lienalis dan kolon desenden diatasi dengan

hemikolektomi kiri.
Terapi ajuvanSepertiga pasien yang menjalani operasi kuratif
akan mengalami rekurensi. Kemoterapi ajuvan dimaksudkan
untuk menurunkan tingkat rekurensi KKR setelah operasi.
Iritonecan (CPT 11) inhibitor topoisomer dapt memperpanjang
masa harapan hidup.

Вам также может понравиться