Вы находитесь на странице: 1из 7

Crustacea adalah suatu kelompok terbesar dari Filum arthropoda, terdiri dari kurang lebih

52.000 spesies yang terdeskripsikan, dan biasanya disebut sebagai suatu subfilum.
A. Struktur Tubuh
Tubuh Crustacea terdiri atas dua bagian, yaitu kepala dada yang menyatu (sefalotoraks) dan perut
atau badan belakang (abdomen). Bagian sefalotoraks dilindungi oleh kulit keras yang disebut
karapas dan 5 pasang kaki yang terdiri dari 1 pasang kaki capit (keliped) dan 4 pasang kaki jalan.
Selain itu, di sefalotoraks juga terdapat sepasang antena, rahang atas, dan rahang bawah.
Sementara pada bagian abdomen terdapat 5 pasang kaki renang dan di bagian ujungnya terdapat
ekor. Pada udang betina, kaki di bagian abdomen juga berfungsi untuk menyimpan telurnya. Tubuh
Crustacea bersegmen (beruas). Pada bagian kepala terdapat beberapa alat mulut, yaitu:
2 pasang antena
1 pasang mandibula, untuk menggigit mangsanya
1 pasang maksilla
1 pasang maksilliped
Maksilla dan maksiliped berfungsi untuk menyaring makanan dan menghantarkan makanan ke
mulut. Alat gerak berupa kaki (satu pasang setiap ruas pada abdomen) dan berfungsi untuk
berenang, merangkak atau menempel di dasar perairan.
B. Sistem Gerak
Crustacea menggunakan kaki kakinya untuk bergerak. Terdiri dari lima pasang kaki yang masing
masing untuk sepasang kaki paling depan dan paling besar di gunakan untuk mencapit sesuatu,
empat kaki sesudahnya di gunakan untuk berjalan dan juga memiliki lima pasang kaki di bagian
belakang yang fungsinya untuk berenang (kaki renang). Serta ia juga menggunakan ekornya untuk
bergerak.
C. Sistem Peredaran Darah
Sistem peredaran darah Crustacea disebut peredaran darah terbuka. Artinya darah beredar tanpa
melalui pembuluh darah. Darah tidak mengandung hemoglobin, melainkan hemosianin yang daya
ikatnya terhadap O2 (oksigen) rendah.
D. Sistem Pencernaan
Crustacea memiliki system pecernaan yang sempurna, karena di tubuhnya sudah ada mulut dan
anus.. Alat pencernaan berupa mulut terletak pada bagian anterior tubuhnya, sedangkan esophagus,
lambung, usus dan anus terletak di bagian posterior. Hewan ini memiliki kelenjar pencernaan atau
hati yang terletak di kepala dada di kedua sisi abdomen.

E. Sistem Pernafasan
Pada umumnya Crustacea bernafas dengan insang. Kecuali Crustacea yang bertubuh sangat kecil
bernafas dengan seluruh permukaan tubuhnya. O2 masuk dari air ke pembuluh insang, sedangkan
CO2 berdifusi dengan arah berlawanan. O2ini akan diedarkan ke seluruh tumbuh tanpa melalui
pembuluh darah..

F. Sistem Ekresi
Makanan Crustacea berupa bangkai hewan-hewan kecil dan tumbuhan. Sisa pencernaan selain
dibuang melalui anus, juga dibuang melalui alat eksresi disebut kelenjar hijau yang terletak di
dalam kepala.

G. Alat Indra dan Saraf


Sistem saraf Crustacea disebut sebagai sistem saraf tangga tali, dimana ganglion kepala (otak)
terhubung dengan antena (indra peraba), mata (indra penglihatan), dan statosista (indra
keseimbangan).
H. Alat Reproduksi
Hewan ini bersifat hemaprodit. Alat reproduksi pada umumnya terpisah, kecuali pada beberapa
Crustacea rendah. Alat kelamin betina terdapat pada pasangan kaki ketiga. Sedangkan alat kelamin
jantan terdapat pada pasangan kaki kelima. Pembuahan terjadi secara eksternal (di luar tubuh).

Klasifikasi
Berdasarkan ukuran tubuhnya Crustacea dikelompokkan sebagai berikut:
1)Entomostraca (udang tingkat rendah)
Hewan ini dikelompokkan menjadi empat ordo, yaitu:
a)Branchiopoda
b)Ostracoda
c)Copecoda
d)Cirripedia

2)Malakostraca (udang tingkat tinggi)


Hewan ini dikelompokkan dalam tiga ordo, yaitu:
a)Isopoda
b)Stomatopoda
c)Decapoda
Entomostraca (udang tingkat rendah)

Kelompok Entomostraca umumnya merupakan penyusun zooplankton, adalah melayanglayang di dalam air dan merupakan makanan ikan. Adapun pembagian ordo yang termasuk
Entomostraca antara lain :
a)Branchiopoda
Contoh: Daphnia pulex dan Asellus aquaticus. Hewan ini sering disebut kutu air dan merupakan
salah satu penyusun zooplankton. Pembiakan berlangsung secara parthenogenesis.
b)Ostracoda
Contoh: Cypris candida, Codona suburdana. Hidup di air tawar dan laut sebagai plankton, tubuh
kecil dan dapat bergerak dengan antena.
c)Copepoda
Contoh: Argulus indicus, Cyclops. Hidup di air laut dan air tawar, dan merupakan plankton dan
parasit, segmentasi tubuhnya jelas.
d)Cirripedia
Contoh: Lepas atau Bernakel, Sacculina. Tubuh dengan kepala dan dada ditutupi karapaks
berbentuk cakram dan hidup di laut melekat pada batu atau benda lain. Cirripedia ada yang bersifat
parasit. Cara hidup Cirripedia beraneka ragam. Salah satu diantaranya adalah Bernakel yang
terdapat pada dasar kapal, perahu dan tiang-tiang yang terpancang di laut atau mengapung di laut.

Malakostraca (udang tingkat tinggi)


Hewan ini kebanyakan hidup di laut, adapula yang hidup di air tawar. Tubuhnya terdiri atas
sefalotoraks yaitu kepala dan dada yang bersatu serta perut (abdomen). Malakostraca dibagi
menjadi 3 ordo, yaitu Isopoda, Stomatopoda dan Decapoda.

a)Isopoda
Tubuh pipih, dorsiventral, berkaki sama.
Contoh:
Onicus asellus (kutu perahu)
Limnoria lignorum
Keduanya adalah pengerek kayu.
b)Stomatopoda
Contoh: Squilla empusa (udang belalang).
Hidup di laut, bentuk tubuh mirip belalang sembah dan mempunyai warna yang mencolok.
Belakang kepala mempunyai karapaks. Kepala dilengkapi dengan dua segmen anterior yang dapat
bergerak, mata dan antena.
c)Decapoda (si kaki sepuluh)
Yang termasuk ordo ini adalah udang dan ketam. Hewan ini mempunyai sepuluh kaki dan
merupakan kelompok udang yang sangat penting peranannya bagi kehidupan manusia. Decapoda
banyak digunakan sebagai sumber makanan yang kaya dengan protein. Contohnya adalah udang,
kepiting, ketam dan rajungan. Kepala dada menjadi satu (cephalothorax) yang ditutupi oleh
karapaks. Tubuh mempunyai 5 pasang kaki atau sepuluh kaki sehingga disebut juga hewan si kaki
sepuluh. Hidup di air tawar, dan beberapa yang hidup di laut.
Beberapa contoh Decapoda berikut uraiannya, yaitu:
-Udang
1. Penacus setiferus (udang windu), hidup di air payau, enak dimakan dan banyak
dibudidayakan.
2. Macrobrachium rasenbengi (udang galah), enak dimakan, hidup di air tawar dan payau.
3. Cambarus virilis (udang air tawar)

4. Panulirus versicolor (udang karang), hidup di air laut dan tidak memiliki kaki catut.
5. Palaemon carcinus (udang sotong)
-Ketam
1. Portunus sexdentatus (kepiting)
2. Neptunus peligicus (rajungan) / Pagurus sp
3. Parathelpusa maculata (yuyu)
4. Scylla serrata (kepiting)
5. Birgus latro (ketam kenari)

J. Peranan
Jenis Crustacea yang menguntungkan manusia dalam beberapa hal, antara lain:
1) Sebagai bahan makanan yang berprotein tinggi, misal udang, lobster dan kepiting.
2) Dalam bidang ekologi, hewan yang tergolong zooplankton menjadi sumber makanan ikan, misal
anggota Branchiopoda, Ostracoda dan Copepoda.

Sedangkan beberapa Crustacea yang merugikan antara lain:


1) Merusak galangan kapal (perahu) oleh anggota Isopoda.
2) Parasit pada ikan, kura-kura, misal oleh anggota Cirripedia dan Copepoda.
3) Merusak pematang sawah atau saluran irigasi misalnya ketam.

ANATOMI, PROSES SPERMATOGENESIS OOGENEIS, DAN TINGKAH LAKU


PERKAWINAN PADA UDANG
Anatomi Reproduksi Udang Windu (Penaeus monodon)
Seperti pada jenis crustacean yang lain anatomi udang windu (penaeus monodon) terbagi
menjadi dua bagian yaitu gabungan kepala dan dada yang biasa disebut cepalotorax dan gabungan
perut dan ekor yang biasa disebut abdomen.
Dari gambar dibawah dapat dilihat bahwa organ reproduksi eksternal pada udang betina
terdapat satu telikum yang terletak diantara kaki jalan keempat dan kelima, pada bagian telikum

terdapat reseptakel seminar yang berfungsi untuk menyimpan sperma setelah terjadi kopulasi.
Sedangkan pada organ reproduksi eksternal udang jantan terdapat petasma yang terletak pada kaki
renang dan sepasang apendik masculina yang terletak pada kaki renang kedua.
Sedangkan organ reproduksi internal pada udang jantan terdiri dari sepasang testes,
sepasang vas deferens dan sepasang terminal ampul. Sedangkan organ eksternal pada udang betina
adalah sepasang ovarium dan sepasang saluran telur, yang juga membantu dalam proses fertilisasi.
Menurut Pratiwi (2008), bahwa alat kelamin utama disebut gonad terdapat di dalam bagian
cephalotorax. Pada udang jantan dewasa, gonad akan menjadi testis yang berfungsi sebagai
penghasil mani (sperma). Pada udang betina, gonad akan menjadi indung telur (ovarium), yang
berfungsi menghasilkan telur.
Udang jantan dan betina dapat dibedakan melalui organ reproduksinya. Tanda yang paling
mudah dilihat adalah ada tidaknya telikum yang berfungi untuk menyimpan spermatofore dari
udang jantan ke udang betina.
Proses Spermatogenesis dan Oogenesis pada Udang Windu (Penaeus monodon)
Proses pembentukan spermatogenesis dan oogenesis pada udang sebenarnya sama dengan
pembentukan spermatogenesis dan oogenesis pada ikan, perbedaanya sperma pada ikan jantan
masuk ke dalam lubang genital pada ikan betina. Sedangkan pada udang, sperma pada udang
jantan disimpan oleh udang betina pada tellicium, kemudian menyemprotkan telur ke perairan dan
sperma juga lepas dari tellicium yang selanjutnya sperma dan telur mencari pasangannya.
Proses pembentukan spermatogenesis pada udang adalah perkembangan gamet jantan dari
spermatogonium menjadi spermatozoa menjadi dua tahap, yakni spermatogenesis dan
spermiogenesis. Awal spermatogenesis ditandai dengan berkembangbiaknya spermatogonia
melalui pembelahan mitosis, untuk memasuki tahap spermatosit primer. Selanjutnya terjadi
pembelahan meiosis, dimulai dengan kromosom berpasangan, yang diikuti dengan duplikasi
membentuk tetraploid (4n). satu spermatosit primer tetraploid membentuk dua spermatosit
sekunder menjadi diploid (2n). satu spermatosit sekunder membelah menjadi haploid, yang biasa
disebut sperma.
Sedangkan pembentukan ovari sendiri menurut Noventi (2001) adalah komponen struktur
utama ovari adalah dinding ovary, epithelium folikel, dan terusan dinding ovari yang meliputi
pembuluh darah dan sel-sel otot (Ahmad, et al., 1988). Oogonia dihasilkan terus-menerus secara
mitosis dari epitalium muda pada masa reproduktif udang betina (Adiyodi dan Adiyodi, 1970).
Oogenia memasuki meosis berubah menjadi oosit, mulai pembentukan kuning telur yang
dikelilingi sel-sel folikular.
Telur udang windu mengandung banyak kuning telur sehingga proses pembelahan tidak
dapat terlihat dengan jelas. Menurut Nurdjana (1986) memberikan keterangan bahwa pembelahan
pertaman membagi isi telur menjadi dua bagian, pembelahan kedua mebagi menjadi empat bagian,
pembelahan selanjutnya menghasilkan kelompok sel yang menempati rongga sel yang
disebutmorula. Morula kemudian berkembang menjadi blastula, jika blastula mencapai 63 sel
maka bakal nauplius berkembang menjadi grastula yang selanjutnya grastula berkembang sangat
cepat yang membentuk lapisan luar pada mudigah (bakal nauplius) dan dari kumpulan sel tersebut
mudigah terbentuk.
Ovarium yang telah matang akan menghasilkan telur yang banyak. Telur akan merekat pada
ovarium dan terangkai seperti buah anggur yang meluas sampai ekor. Sperma yang dihasilkan oleh
udang jantan, pada waktu kawin akan dikeluarkan dalam kantung seperti lendir yang dinamakan
kantung sperma (spermatophora). Spermatophora dilekatkan pada thelicum udang betina dan
disimpan terus disana hingga saat peneluran dengan bantuan petasma. Apabila udang betina

a.
b.
c.

a.
b.
c.

d.

bertelur, spermatophora akan pecah dan sel-sel sperma akan membuahi telur di luar badan
induknya.
Perilaku udang saat perkawinan
Biasanya pada udang windu saat akan melakukan proses perkawinan, udang tersebut akan
melakukan pergantian kulit (moulting), nafsu makan sangat tinggi dan agresif pada udang betina.
Menurut Primavera (1979) dalam Darwis (2011), bahwa tingkah laku udang saat perkawinan
adalah sebagai berikut:
Fase pertama, udang jantan berenang sejajar dengan udang betina dari dasar sampai ketinggian
20-30 cm
Fase kedua, udang jantan membalik ke bagian bawah (ventral) pada betina
Fase ketiga, udang membalikkan tubuhnya kembali secara tegak lurus terhadap udang betina,
dan melengkungkan tubuhnya melingkari betina. Kepala dan ekornya serempak bertemu dan
menjepit tubuh udang dengan erat. Kemudian udang jantan melepaskan diri dari udang betina dan
berenang menjauh.
Sedangkan menurut Baliqu (2011), menyatakan bahwa perkawinan pada udang terjadi
sebelum dan sesudah matahari terbenam, dan terjadi antara 3-16 detik, dapat dirinci dalam 4 fase,
yaitu:
Pendekatan: Biasanya udang jantan secara cepat mendekati udang betina dari samping dengan
berjalan di dasar.
Perangkakan: Setelah mendekati betina dari samping, udang jantan merangkak dengan kepala di
bawah ekor udang betina. Dengan pendekatan tersebut, akibatnya udang bergerak.
Pengejaran: Setelah jantan merangkak di bawah ekor udang betina, udang betina mulai berenang
cepat. Udang jantan kemudian mengejar udang betina dan berenang dengan posisi pararel. Seekor
udang betina bisa dikejar atau diburu oleh dua sampai tiga udang jantan sekaligus. Udang betina
yang telah matang telur akan diburu lebih sering daripada yang tidak matang telur. Udang betina
matang telur tersebut akan mengeluarkan pheromone pertama yaitu chase-stimulating
pheromone yang disalurkan lewat air dan merangsang udang jantan untuk memburunya.
Pheromone kedua adalah malting-stimulating pheromone, yang dikeluarkan oleh induk betina yang
matang telur penuh dan hanya singkat serta terjadi karena kontak fisik.
Perkawinan atau mating: setelah pengejaran, udang jantan membalikkan tubuh kea rah ventral
udang betina dan mencekeram betina dengan kaki jalan. Posisi ventral dengan ventral terjadi 1
sampai 2 detik, ketika udang jantan mengeluarkan spermatophore dari petasma. Spermatophore
diletakkan pada telikum betina setelah mating sempurna.
Setelah terjadi mating, satu atau dua jam kemudian induk betina akan segera memijah atau
spawning. Proses spawning biasanya sekitar dua menit. Selama itu udang betina berenang perlahan
pada kolom air dan menyemprotkan seluruh telur dari ovary. Selama telur disemprotkan, udang
betina dengan cepat akan mencampur telur dan sperma yang melekat pada telikum dengan
menggunakan kaki renang. Dengan demikian telur akan terbuahi.

Вам также может понравиться