Вы находитесь на странице: 1из 6

http://jurnal.fk.unand.ac.

id

Artikel Penelitian

Distribusi Frekuensi Soil Transmitted Helminth pada Sayuran


Selada (Lactuca sativa) yang Dijual di Pasar Tradisional dan
Pasar Modern di Kota Padang
Verdira Asihka, Nurhayati, Gayatri

Abstrak
Penyakit kecacingan sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di daerah tropis, termasuk
Indonesia. Banyak faktor yang menyebabkan tingginya angka kejadian penyakit ini, salah satunya yaitu memakan
sayuran mentah yang tidak dicuci bersih seperti selada atau kol yang sering dijadikan lalapan. Daun selada berposisi
duduk sehingga dapat kontak langsung dengan tanah. Keadaan ini memungkinkan STH (Soil Transmitted Helminth)
yang berada ditanah akan mudah menempel pada daun selada. Tujuan peneliti melakukan penelitian ini adalah untuk
mengetahui ada atau tidaknya STH pada selada yang dijual di pasar tradisional dan modern di Kota Padang.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sejak Bulan SeptemberDesember 2013. Penelitian ini berjenis deskriptif menggunakan metode sedimentasi. Hasil yang peneliti dapatkan dari
penelitian ini adalah ditemukan STH positif pada 32 dari 44 sayuran selada dari pasar tradisional di Kota Padang
dengan persentase 73%. Tiga dari 5 sayuran selada dari pasar modern di Kota Padang dinyatakan positif dengan
persentase 40%. Jenis STH terbanyak yang peneliti temukan pada penelitian ini adalah telur Ascaris sp (79%), larva
Trichostrongylus orientalis (16%) dan telur cacing tambang (5%). Jadi, Terdapat kontaminasi STH pada selada yang
dijual di pasar tradisional maupun pasar modern di Kota Padang.
Kata kunci: Soil Transmitted Helminth, sayuran selada, pasar tradisional, pasar modern

Abstract
Worm disease is still a health problem in the tropics, including Indonesia. Many factors contribute to the high
incidence of this disease, one of which is eating unwashed raw vegetables such as lettuce or cabbage cleaner is often
used as vegetables. Lettuce sitting position so that it can direct contact with the ground. This situation allows STH (
Soil Transmitted Helminths ) that are ground will easily stick to the leaves selada. Purposes of researchers conducted
this study was to determine the presence or absence of STH on lettuce sold in traditional markets and modern in the
city of Padang. This research was conducted in the Laboratory of Parasitology, Faculty of Medicine, University of
Andalas since Month from September to December 2013. This study was descriptive using sedimentation method.
Researchers get results of this study were found positive on STH 32 of 44 lettuce from traditional markets in the city of
Padang with a percentage of 73%. Three of 5 lettuce of the modern market in Padang tested positive with a
percentage of 40%. Most types of STH that researchers have found in this study are the eggs of Ascaris sp (79%),
Trichostrongylus orientalis larvae (16%) and hookworm eggs (5%). So, There STH contamination on lettuce sold in
traditional markets and modern markets in Padang.
Keywords: Soil Transmitted helminths, lettuce, traditional markets, modern market
Affiliasi penulis : Fakultas Kedokteran Universita Andalas
Korespondensi :Verdira Asihka, email: averdira@yahoo.com,
Telp: 085274717223

PENDAHULUAN
Penyakit kecacingan sampai saat ini masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat di daerah

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)

482

http://jurnal.fk.unand.ac.id

tropis, terutama yang disebabkan oleh nematoda usus


yang ditularkan melalui tanah atau sering disebut Soil
Transmitted Helminthes (STH).

Terdapat beberapa

jenis nematoda usus yang termasuk kedalam STH

Faktor

(Ancylostoma

duodenale

mempengaruhi

angka

menyokong untuk perkembangan STH yaitu kondisi


tanah yang gembur dan lembab.
Berdasarkan

survei

11

awal

dengan

cara

Necator

menanyakan kepada pedagang selada di pasar di

americanus), cacing cambuk (Trichuris trichiura) dan

Kota Padang tentang daerah asal selada yang dijual,

beberapa spesies Tricostrongylus.

dan

yang

kejadian penyakit kecacingan adalah lingkungan yang

yaitu cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing


tambang

lain

483

didapatkan

suatu

kesimpulan

bahwa

terdapat

Penyakit ini dapat mengakibatkan penurunan

beberapa daerah perkebunan penghasil selada, yaitu

kondisi kesehatan, gizi dan produktivitas penderita

Bukittinggi, Alahan Panjang dan Padang Panjang.

sehingga

Kondisi perkebunan yang jauh dari sumber air dan

secara

ekonomi banyak menyebabkan

kerugian, karena adanya kehilangan karbohidrat,

tempat

protein

dapat

perkebunan, sehingga tanah tercemar oleh feses yang

menurunkan kualitas sumber daya manusia. Akibat

mengandung telur cacing. STH akan berkembang biak

pada anak dapat menimbulkan gangguan tumbuh

dengan baik pada tanah gembur dan lembab. Selada

kembang dan penurunan konsentrasi belajar sehingga

dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, namun

akan mempengaruhi peran anak sebagai penerus

pertumbuhan yang baik akan diperoleh bila ditanam

dan

bangsa.

darah

yang

pada

akhirnya

BAB,

membuat

petani

BAB

ditengah

pada tanah gembur, lembab dan mengandung cukup


Angka kejadian tertinggi penyakit ini terdapat

bahan organik. Diasumsikan selada dan STH hidup

pada kawasan sub-Sahara Afrika, Amerika, China dan

dalam kondisi tanah yang serupa. Daun selada

Asia

berposisi duduk sehingga kontak langsung dengan

Timur.

Berdasarkan

laporan

hasil

survei

10

prevalensi penyakit kecacingan pada 10 propinsi,

tanah,

didapatkan

adalah

mudah menempel pada daun selada yang berada

30,35%. Sumatera Barat (82,3%) menduduki peringkat

dekat dengan lokasi BAB terutama pada bagian krop

kedua

angka

setelah

kecacingan

Nusa

nasional

Tenggara

Barat

(83,6%).

terluar dan ujung bagian selada.

Berdasarkan data dari Departemen Parasitologi FKUI


mulai

2002

kecacingan

- 2009 angka
berbeda-beda

Indonesia dan
petama.

kejadian penyakit

di

setiap

daerah

di

Sumatera Barat menduduki posisi

Keadaan ini memungkinkan telur STH akan

Berbeda dengan sayuran lain, selada tidak


pernah dimasak karena setelah dimasak rasanya
menjadi agak liat.

10

Hal ini memungkinkan telur STH

dengan mudah masuk ke dalam tubuh karena selada


yang dikonsumsi tidak dicuci bersih

Tingginya

angka

kejadian

penyakit

ini

Menurut penelitian Nugroho dkk tahun 2010,

dipengaruhi oleh rendahnya tingkat sanitasi pribadi

terdapat kontaminasi telur STH sebesar 38,89% pada

(perilaku hidup bersih dan sehat), seperti tidak

sayuran kubis/kol (Brassica oleracea) yang digunakan

mencuci tangan sebelum makan dan setelah BAB,

sebagai lalapan mentah pada warung makan lesehan

tidak menjaga kebersihan kuku, BAB sembarangan

di

Kota

Wonosari

Gunung

Kidul

Yogyakarta.

12

Berdasarkan hasil pemeriksaan telur STH pada

perilaku jajan di sembarang tempat, serta memakan

lalapan (kemangi, kol, selada dan terong) di pasar

sayuran mentah yang tidak dicuci bersih seperti

tradisional, supermarket dan restoran di Medan

seperti di pantai, sungai, dan di tengah perkebunan,


6

selada atau kol yang sering dijadikan lalapan.

Selada merupakan sayuran yang digemari,


8

didapatkan hasil bahwa selada yang dijual di pasar


tradisional dan supermarket tidak memenuhi syarat

terutama selada keriting. Terbukti dari selada yang

kesehatan. Ditemukan telur Ascaris lumbricoides pada

mudah ditemukan pada makanan asing seperti salad,

selada yang dijual di pasar tradisional dan ditemukan

hot dog, hamburger, sandwich. Makanan Indonesia

telur Tricuris trichiura pada selada yang dijual di

juga banyak menggunakan selada seperti gado-gado,

supermarket.

lalapan nasi goreng, dan lalapan pecel lele.

13

10

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)

http://jurnal.fk.unand.ac.id

Berdasarkan tabel 1, dari 44 sampel yang

METODE
Penelitian

ini

dilakukan

di

Laboratorium

Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

diperiksa ditemukan STH positif sebanyak 32 (73%)


dan STH negatif sebanyak 12 (27%).

Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang telah


dilaksanakan pada September - Desember 2013.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi STH pada Sayuran

Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik

Selada yang Dijual di Pasar Modern di Kota Padang

simple random sampling. Jumlah sampel dalam

Hasil pemeriksaan

Frekuensi

penelitian ini adalah 49 selada, 44 berasal dari pasar

40

tradisional dan 5 berasal dari pasar modern. Khusus

60

untuk pasar tradisional dibuat mapping pedagang

Jumlah

100

terlebih dahulu. Semua populasi diinput kemudian


dilakukan pelotingan untuk penentuan sampel. Bagian

Berdasarkan tabel 2, dari 5 sampel yang

selada yang diteliti adalah 5 krop dari bawah. Bahan

diperiksa ditemukan STH positif sebanyak 2 (40%)

yang digunakan adalah selada keriting dan larutan

dan STH negatif sebanyak 3 (60%).

NaOH 0,2%. Alat yang digunakan adalah tabung


sedimen,

pipet

tetes,

centrifuge,

rak

tabung,

Tabel 3. Persentase Jenis STH yang Terdapat pada

mikroskop, obyek glass, ember, dan pinset. Prosedur

Sayuran Selada yang Dijual di Pasar Tradisional di

kerja dimulai dengan merendam selada dalam larutan

Kota Padang

NaOH 0,2% selama 30 menit. Kemudian selada

Jenis

Frekuensi

diangkat dan air sisa rendaman dimasukkan ke dalam

Telur Ascaris sp

30

79

tabung sedimentasi kemudian diamkan selama 1 jam.

Telur Cacing tambang

Setelah itu, ambil endapan sebanyak 10-15 ml lalu

Larva Trichostrongylus

16

dicentrifuge dengan kecepan 1500 rpm selama 5

orientalis
38

100

menit. Kemudian lakukan pemeriksaan mikroskopis

Jumlah

dengan perbesaran 10-40 kali. Identifikasi STH


dilakukan dengan menyesuaikan bentuk STH yang
ditemukan dengan bentuk pada atlas parasitologi.
Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Berdasarkan tabel 3 didapatkan bahwa jenis


STH terbanyak yang ditemukan pada sampel di pasar
tradisional di Kota Padang adalah telur Ascaris sp
dengan frekuensi 30 (79%), telur cacing tambang

HASIL

sebanyak 2 (5%) dan larva Trichostrongylus orientalis


Berdasarkan

hasil

penelitian

tentang

sebanyak 6 (16%).

pemeriksaan Soil Transmitted Helminth (STH) pada


sayuran selada yang dilakukan di Laboratorium

Tabel 4. Persentase Jenis STH yang Terdapat pada

Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas,

Sayuran Selada yang Dijual di Pasar Modern di Kota

didapatkan hasil sebagai berikut :

Padang
Jenis

Frekuensi

Tabel 1. Distribusi Frekuensi STH pada Sayuran

Telur Ascaris sp

100

Selada yang Dijual di Pasar Tradisional di Kota

Telur Cacing tambang

Padang

Larva Trichostrongylus

100

Hasil pemeriksaan

Frekuensi

32

73

12

27

Jumlah

44

100

orientalis
Jumlah

Berdasarkan tabel 4, terlihat bahwa hanya telur


Ascaris sp yang ditemukan pada sampel yang dijual di

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)

484

http://jurnal.fk.unand.ac.id

pasar modern. Tidak ditemukan cacing tambang

terhadap

maupun

rendaman sementara di dalam berbagai bahan kimia

Trichostrongylus

orientalis

seperti

yang

ditemukan pada sampel dari pasar tradisional.

desinfektan

kimiawi

serta

terhadap

seperti NaOH yang digunakan pada penelitian ini.


Selain itu, telur dapat hidup berbulan-bulan di dalam

PEMBAHASAN

air selokan dan tinja.


Telur

Berdasarkan tabel 1, ditemukan STH positif

Ascaris

sp

yang

ditemukan

pada

pada selada dari pasar tradisional sebanyak 32 (73%)

penelitian ini tidak bisa dipastikan adalah spesies

dari 44 selada yang diperiksa. Tingginya persentase

Ascaris lumbricoides. Genus ascaris terdiri dari

ini dapat dipengaruhi oleh kontaminasi pasar. Selada

beberapa spesies yaitu Ascaris lumbricoides dengan

di pasar tradisional diletakkan terbuka di baki sayur, di

hospes definitifnya adalah manusia, Ascaris suum

atas meja, atau kantong plastik besar atau karung,

yang lazim terdapat pada babi namun terkadang dapat

dan tidak jarang terletak sembarangan. Faktor lain

menyebabkan creeping eruption pada manusia dan

yang mempengaruhi keberadaan STH pada selada

Ascaris vitulorum yang terdapat pada sapi, kambing

seperti penggunaan pupuk organik yang berasal dari

maupun domba. Telur dari spesies Ascaris tersebut

ternak hewan sebagai media penyuburan sayuran.

tidak dapat dibedakan melalui pemeriksaan langsung

Sama halnya seperti pada manusia, jika kotoran

dengan mikroskop karena mempunyai rentang ukuran

ternak tersebut mengandung telur STH, maka dengan

yang sama dan bentuk yang sama.

mudahnya telur STH yang ada di dalam kotoran ternak

Kemungkinan telur ascaris yang ditemukan

yang digunakan sebagai pupuk akan berpindah ke

pada penelitian ini adalah telur Ascaris lumbricoides,

daun selada yang kontak langsung dengan tanah.

atau Ascaris suum, atau Ascaris vitulorum, bahkan

masih

juga mungkin berasal dari Toxocara canis atau

ditemukan STH pada selada dari pasar modern

Toxocara cati. Toxocara canis biasanya terdapat pada

meskipun persentasenya lebih rendah daripada di

anjing dan Toxocara cati terdapat pada kucing. Kedua

pasar tradisional. Berdasarkan pengamatan, selada di

spesies ini berasal dari famili yang sama dengan

pasar modern diletakkan di lemari berpendingin.

Ascaris lumbricoides yaitu famili Ascaridida. Bentuk

Keberadaan STH pada selada dari pasar modern

telur toxocara mirip dengan bentuk telur Ascaris

mungkin dapat disebabkan karena teknik pencucian

lumbricoides setelah dibuahi karena kedua spesies ini

selada yang tidak tepat. Selada yang dijual di pasar

berasal dari famili yang sama dan genus berbeda.

modern terlihat lebih bersih dan tidak ada tanah

Namun keduanya tetap dapat menyebabkan gejala

maupun pasir yang menempel karena sudah dicuci

klinis pada manusia jika terinfeksi dalam jumlah

terlebih dahulu. Kemungkinan selada dicuci sekaligus

banyak dan daya tahan tubuh rendah.

Berdasarkan

tabel

2,

ternyata

dalam jumlah yang banyak pada sebuah ember. Hal

Telur cacing tambang hanya ditemukan pada

ini memungkinkan tanah atau pasir terlepas dari daun

2 dari 44 selada. Frekuensi yang sedikit ini dapat

selada namun STH dapat tetap terselip dan menempel

disebabkan karena faktor jenis tanah dan suhu.

diantara lembaran daun selada. Teknik pencucian

Berbeda dengan STH lainnya, telur cacing tambang

sayuran yang benar adalah sayuran dicuci pada air

dapat

kran

yang

lembar

pada

lingkungan

yang

perlembar,

mengandung pasir karena pasir memiliki berat jenis


yang lebih besar dari pada air sehingga telur-telur

atau

matang

akan terlindung dari sinar matahari. Suhu juga

sehingga STH yang mungkin melekat dapat terbuang

merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

dengan

dicuci

optimum

kemudian dicelupkan sebentar ke dalam air panas


dibilas

mengalir,

tumbuh

menggunakan

bersama aliran air tersebut.

air

14

telur cacing tambang. Suhu optimum pertumbuhan

Berdasarkan tabel 3, jenis STH yang ditemukan

cacing tambang yaitu 35C, namun suhu daerah

pada selada dari pasar tradisional adalah telur Ascaris

perkebunan selada lebih dingin yaitu berkisar antara

sp, telur cacing tambang dan larva Trichotrongylus

15C-25C sehingga tidak baik untuk pertumbuhan

orientalis. Dominasi telur Ascaris sp pada penelitian ini

telur cacing tambang. Namun beberapa telur cacing

disebabkan oleh sifat dari telur Ascaris sp yang tahan

tambang mempunyai kemampuan adaptasi tinggi

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)

485

http://jurnal.fk.unand.ac.id

sehingga

dapat

tetap

bertahan

perkembangannya tidak optimal.

meskipun

15

KESIMPULAN
Berdasarkan

Telur cacing tambang pada penelitian ini


dapat berasal dari cacing tambang pada manusia yaitu
Necator americanus dan Ancylostoma duodenale,
karena bentuk telur keduanya tidak dapat dibedakan
melalui pemeriksaan langsung dengan mikroskop,

486

penelitian

ini,

penulis

dapat

menyimpulkan beberapa hal, yaitu:


1. STH postif pada selada dari pasar tradisional yaitu
32 dengan persentase 73%.
2. STH postif pada selada dari pasar modernl yaitu 2
dengan persentase 40%

tetapi dapat dibedakan dengan cara Harada-Mori.

3. Sebagian besar dari STH yang ditemukan pada

Selain itu, telur cacing tambang dapat juga dapat

penelitian ini adalah telur ascaris sp kemudian

berasal dari cacing tambang pada kucing dan anjing

menyusul larva Trichostrongylus orientalis dan telur

yaitu

cacing tambang.

Ancylostoma

braziliense,

Ancylostomaceylanicum dan Ancylostoma caninum.

Jenis STH lain yang ditemukan pada selada


dari pasar tradisional yaitu larva Trichostrongylus
orientalis. Telurnya jarang ditemukan karena telur
akan menjadi larva dalam waktu 24 jam.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penelitian

ini

dapat

berlangsung

berkat

bimbingan dari dari staf Laboratorium Parasitologi

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Berdasarkan tabel 4, hanya telur Ascaris sp


yang ditemukan pada selada dari pasar modern. Tidak
ditemukan

telur

cacing

tambang

dan

larva

DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI. Pedoman Umum Program

Trichostrongylus oriental karena, selada yang dijual

Nasional Pemberantasan Cacingan di

dipasar modern diletakkan pada lemari berpendingin

Era Desentralisasi. Jakarta: Depkes RI;

khusus. Telur cacing tambang berkembang pada suhu


35C, sehingga tidak akan berkembang jika diletakkan
pada

suhu

dingin

begitu

Trichostrongylus oriental.

15

juga

dengan

2004.
2.

larva

Nematoda usus. Dalam: Sutanto I,

Memang sangat kecil

Ismid

kemungkinan ditemukannya telur cacing tambang dan

3.

Direktorat

Jendral

Pemberantasan

Salbiah. Hubungan karakteristik siswa

cacing pada selada yang dijual di pasar tradisional,

dan sanitasi lingkungan dengan infeksi

supermarket dan restoran di Kota Medan dengan hasil

cacingan

positif ditemukan telur STH. Diduga akibat kontaminasi

siswa

Kecamatan

juga berasal dari teknik pecucian kurang tepat. Telur

sekolah

Medan

dasar

di

Balewang.Tesis.

2008.
4.

Antara.

Cacingan,

Sumatera

Barat

nomor satu tingkat nasional (diunduh

Penelitian ini dapat menjelaskan kepada kita

pada 25 Juni 2013). Tersedia dari URL:

bahwa selada sangat berpotensial untuk penularan

HYPERLINK

penyakit yang disebabkan oleh STH. Maka dalam hal

http://www.antaranews.com/berita/2795

ini sangat diperlukan upaya pencegahan. Untuk

30/cacingan-sumatera-barat-nomor-

menghindari agar STH yang terdapat pada sayuran


selada tidak masuk ke tubuh, maka tindakan preventif
yang dapat dilakukan yaitu pencucian selada dengan
air mengalir karena dapat menghilangkan STH yang
menempel pada daun selada sebanyak 94%.

Sungkar

Profile PPM-PL tahun 2004. Dalam:

Pada penelitian tersebut dilakukan pemeriksaan telur

13

PK,

Penyakit Menular-Penyakit Lingkungan.

sebelumnya yang dilakukan di Medan tahun 2012.

ditemukan.

Sjarifuddin

penerbit FKUI; 2008. hlm.6-29.

Hasil penelitian ini mirip dengan penelitian

Ascaris lumbrocoides adalah yang paling banyak

IS,

S.Ked). Cetakan ke-4. Jakarta: Balai

larva Trichostrongylus oriental dengan jumlah sampel


yang sedikit yaitu hanya 5 selada dari pasar modern.

Supali T, Margono SS, Abidin SAN.

16

satu-tingkat-nasional. 2011.
5.

Fitri J, Saam Z, Hamidy MY. Analisis


Faktor-faktor Risiko Infeksi Kecacingan
Murid Sekolah Dasar di Kecamatan

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)

http://jurnal.fk.unand.ac.id

6.

Angkola

Timur

Kabupaten

Selatan

Tahun

2012.

tapanuli

Jurnal

Ilmu

8.

9.

warung

makan

Wonosari

Gunungkidul

lesehan

Yogyakarta

Lingkungan. 2012; 6(2):146-161.

tahun 2010. Jurnal Fakultas Kesehatan

Winita R, Mulyati, Astuty H. Upaya

Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan.

Pemberantasan Kecacingan di Sekolah

2010; 4(1): 67-75.

Dasar. Jurnal Makara. 2012; 16(2):65-

7.

oleracea)

13. Purba SF, Chahaya I, Marsaulina I.

71.

Pemeriksaan Escherichia coli dan larva

Gillespie SH, Piarson RD. Principles

cacing pada sayuran lalapan kemangi

and practice of clinical parasitology.

(Ocimum basilicum), kol

USA: British Library; 2001. hlm. 561-6.

oleracea L. var.capitata. L.), Selada

Lingga L. Cerdas memilih sayuran.

(Lactuca sativa L.), Terong (Solanum

Jakarta: AgroMedia pustaka; 2010. hlm.

melongena)

30.

Tradisional, Supermarket dan Restoran

Haryanto E, Suhartini T, Rahayu E,

di Kota Medan tahun 2012. Medan,

Sunarjono H. Sawi dan selada.Cetakan

Universitas

ke-7. Jakarta: Penebar Swadaya; 2007.

2012.

10. Sunardjono

Bertanam

di

SumateraUtara.

Pasar

Tesis.

14. Depkes RI. Kumpulan Modul Kursus

sayuran. Jakarta: Penebar Swadaya;

Hygiene Sanitasi Makanan & Minuman,

2010. hlm. 87-92.

Depkes RI, Jakarta; 2010.

Bertanam

30

Dijual

jenis

11. Pracaya.

H.

yang

(Brassica

sayur

organic.Cetakan ke-2. Jakarta: Penebar


swadaya; 2010. hlm. 63-5.
12. Nugroho C, Djanah SN, Mulasari SA.

15. Sandjaja B. Helmintologi Kedokteran.


Jakarta: Prestasi Pustaka; 2007.
16. Yuwono A. Efektifitas Teknik Pencucian
terhadap

Penurunan

Jumlah

telur

Identifikasi kontaminasi telur nematoda

Nematoda Usus pada Sawi. Semarang,

usus pada sayuran kubis (Brassica

Universitas Diponegoro; 2009.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)

487

Вам также может понравиться