Вы находитесь на странице: 1из 8

TUGAS AKUNTANSI KEUANGAN

PERSEDIAAN

OLEH :
KELOMPOK IV
NI PUTU NIA SUANDEWI

13810331190224

FAKULTAS EKONOMI AKUNTANSI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI
2014
A. PENGELOLAAN KARTU PERSEDIAAN
1. PENGERTIAN PERSEDIAAN
Persediaan (inventory) adalah pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan
untuk dijual dalam operasi bisnis, atau barang yang akan digunakan /
dikonsumsi dalam membuat barang yang akan dijual. Berikut Beberapa
Persediaan Barang yang Merupakan Aktiva berikut ini :
a. Barang yang disediakan untuk dijual dalam kegiatan normal, seperti :
1) Persediaan Barang Dagang (untuk perusahaan dagang)
2) Persediaan Barang Jadi (untuk perusahaan manufaktur)
b. Barang yang ada dalam proses produksi atau dalam perjalanan disebut barang
dalam proses

c. Barang yang masih berbentuk bahan baku/pembantu akan dimasukkan ke dalam


proses produksi untuk dijadikan produk jadi.
B. MENGIDENTIFIKASI DATA MUTASI PERSEDIAAN
1. MENGELOMPOKKAN PERSEDIAAN BARANG DAGANG
Kontrol atas persediaan barang dagang dapat dilakukan dengan
mengelompokkan berbagai jenis persediaan barang dagang dengan membuat kartu
stok. Kartu stok ini merupakan alat untuk mencatat persediaan barang dagang
sehingga kuantitas persediaan barang dagang dapat diketahui setiap saat.
2. DATA MUTASI PERSEDIAAN BARANG DAGANG
Data mutasi persediaan barang dagang berupa data transaksi penerimaan barang
dagang dan pengeluaran barang dagang yang harus dicatat dalam kartu stok
sehingga pada saat mengisi kartu stok dapat dicatat secara akurat dan benar sesuai
dengan golongannya. Data transaksi persediaan barang dagang dapat juga dicatat
berdasarkan jurnal pembelian, jurnal penjualan, jurnal penerimaan kas, jurnal
pengeluaran kas, dan jurnal umum.
C. MEMBUKUKAN MUTASI PERSEDIAAN KE KARTU PERSEDIAAN
Kartu persediaan adalah tempat untuk mencatat persediaan barang dagang yang
setiap saat dapat dilihat. Kartu ini berfungsi :
i.
Sebagai sumber informasi keadaan persediaan barang dagang baik jumlah
maupun harganya.
ii.
Untuk mengontrol jumlah penerimaan atau pembelian barang dagang dan lama
penyimpanan barang dagang.
iii.
Menghitung nilai persediaan.
1. SISTEM PENCATATAN BARANG DAGANG
a. Sistem Pencatatan Inventris Fisik atau Periodik (Physicsl Inventory System)
Menurut sistem ini pencatatan hanya dilakukan pada waktu terjadi pembelian,
sedangkan penjualan persediaan tidak dicatat. Untuk mengetahui jumlah penjualan
barang dagang dapat dihitung dengan rumus :
Prosedur Pencatatan dalam sistem ini adalah sebagai berikut :
1) Faktur Pembelian dicatat dalam jurnal pembelian dengan mendebit pembelian
dan mengkredit akun hutang dagang
2) Memo kredit yang diterima dari kreditur sebagai bukti retur pembelian dan
pengurangan harga dicatat dalam jurnal umum dengan mendebit akun utang
dagang dan mengkredit akun pembelian
3) Faktur penjualan dicatat dalam jurnal penjualan dengan mendebit akun piutang
dagang dan mengkredit akun penjualan
4) Memo kredit yang dikirimkan kepada debitur sebagai bukti retur penjualan,
dicatat dalm jurnal umum dengan mendebit akun retur penjualan dan mengkredit
akun piutang dagang
b. Sistem Pencatatan Perpectual atau Permnen
Dalam sistem ini, setiap transaksi baik pembelian maupun penjualan barang
datgang langsung dicatat dalam jurnal dan kartu persediaan sehingga setiap saldo
persediaan langsung dapat diketahui.
Prosedur pencatatan dalam sistem perpectual adalah sebagai berikut:

1) Faktur pembelian dicatat dalam kartu persediaan barang dagang dan jurnl
pembelian dengan mendebit akun persediaan dan mengkredit akun utang dagang
2) Memo kredit yang diterima dari kreditur merupakan bukti retur pembelian dan
dicatat:
a) Mengkredit jurnal umum atau retur pembeliandengan mendebit akun
utang dagang dan mengkredit akun persedian
b) Kartu persediaan barang dagang sebagai pengeluaran sesuai harga beli
barang yang dikembalikan kepada kreditur.
c) Faktur Penjualan :
1. Dicatat dalam jurnal penjualan dengan mendebit akun piutang
dagang, kredit jumlah penjualan
2. Harga pokok barang dijual dicatat debet akun Harga Pokok
Penjualan, kredit akun persediaan barang dagang dan dicatat
dalam kartu persediaan barang yang bersangkutan sebagai
pengeluaran.
d) Memo kredit yang dikirim kreditur
1. Dicatat dal jurnal umum dengan mendebit akun retur penjualan
dan pengurangan harga dan mengkredit akun piutang dagang,
kemudian harga pokoknya dicatat dengan mendebet persediaan
barang dagang dan mengkredit harga pokok penjualan
2. Banyaknya brang dan harga pokok barang yang diterima kembali
dicatat dalam kartu persediaan sebagai penerimaan/ mutasi
masuk.
Kedua sistem pencatatan tersebut dapat diperbandingkan dalam tabel berikut :
Tanggal
Transaksi
Sistem Fisik
Sistem Perpectual
Januar 6 Dibeli 6 unit televisi Pembelian
(D) Pers. BD (D) 13.200.000
i

@ Rp 2.200.000,- dari 13.200.000

2010

PT
7

Perkasa

Utang

PT Perkasa 1 unit TV 2.200.000


karena mutunya tidak Retur
1

sesuai pesanan
Dijual secara

kepada CV. Sejahtera 3 7.500.000


TV

2.500.000,-

(K)

Dagang

(D)

secara Utang Dagang (K) 13.200.000

kredit
13.200.000
Dikembalikan kepada Utang Dagang (D) Utang

unit

Dagang

2.200.000
Pembelian Pers. BD (K) 2.200.000

(K) 2.200.000
kredit Piutang Dagang (D) Piutang

Rp Penjualan
7.500.000

Dagang

7.500.000
(K) Penjualan (K) 7.500.000
HPP (D) 6.000.000
Pers BD (K) 6.000.000

(D)

Diterima 1 unit dari Retur Penjualan (D) Retur

CV.

Sejahtera 2.500.000

dikarenakan rusak

Piutrang

Penjualan

(D)

Dagang

(K)

2.500.000
Dagang Piutang

(K) 2.500.000

2.500.000
Pers BD (D) 2.200.000

HPP (K) 2.200.000


Dari data tersebut Laba/Rugi kotor yang diperoleh sampai dengan tanggal 12
Januari 2010 adalah sebagai berikut :
Penjualan Kotor
Rp 7.500.000
Retur Penjualan
(Rp 2.500.000)
Penjualan Bersih
Rp 5.000.000
HPP
(Rp 4.400.000)
Laba kotor atas penjualan
Rp
600.000
2. SYARAT PEMBAYARAN
Syarat pembayaran adalah perjanjian antara penjual dan pembeli untuk
pembayaran barang-barang yang dibeli secara kredit. Contoh syarat 2/10, n/30
artinya jika pembayaran dilakukan dalam jangka waktu sepuluh hari atau kurang
sesudah tanggal pembelian akan mendapat potongan harga 2% dan batas
pembayaran maksimal 30 hari setelah tanggal pembelian.
3. PENILAIAN PERSEDIAAN
Penilaian Persediaan barang dagang yang pencatatannya dengan sistem periodik
atau perpectual dapat dilakukan dengan dengan beberapa metode, yaitu :
a. Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) atau First In First Out (FIFO)
Metode FIFO mengasumsikan bahwa barang-barang digunakan ( dikeluarkan )
sesuai urutan pembeliannya. Dengan kata lain, metode ini mengasumsikan
bahwa barang pertama yang dibeli adalah barang yang pertama kali digunakan
(dalam perusahaan manufaktur) atau dijual (dalam perusahaan dagang). Karena
itu, persediaan yang tersisa merupakan persediaan yang dibeli paling terakhir.
b. Masuk Terakhit Keluar Pertama (MTKP) atau Last In First Out (LIFO)
Metode Last In First Out (LIFO) adalah metode penilaian persediaan yang
terakhir masuk diasumsikan akan keluar atau dijual pertama kali. Metode ini
memiliki konsep yang cukup sederhana namun sulit dilaksanakan.
c. Rata Rata (Average Method)
Metode harga pokok rata-rata adalah suatu metode penilaian persediaan yang
didasari atas harga rata-rata dalam periode yang bersangkutan. Besar kecilnya
nilai persediaan yang masih ada dan harga pokok barang yang dijual,
dipengaruhi oleh metode yang dipakai dalam metode rata-rata adalah : (1) sistem
fisik yang dibagi menjadi metode rata-rata sederhana dan metode rata-rata
tertimbang ; (2) sistem perpetual (metode rata-rata bergerak). Rumus yang
digunakan pada metode rata-rata adalah sebagai berikut :
- Metode rata-rata sederhana :

Biaya perunit

Total harga perunit pembelian


Frekuensi pembelian
Nilai persediaan akhir
= Persediaan akhir x biaya perunit
Harga pokok penjualan
= unit yang dikeluarkan x biaya perunit
- Metode rata-rata tertimbang :
Biaya perunit
= Jumlah harga perunit x banyaknya unit
Banyaknya Unit
Nilai persediaan akhir
= persediaan akhir x biaya perunit
Harga pokok penjualan
= unit yang dikeluarkan x biaya perunit
Metode rata-rata bergerak :
Metode ini diselenggarakan dengan kartu persediaan dan harga pokok perunit
persediaan selalu berubah setiap terjadi pembelian barang baru.
Harga pokok rata-rata =
harga perolehan lama + harga perolehan baru
Unit barang lama + unit barang baru
Contoh : PD. Pendawa mempunyai data tentang persediaan barang dagang Maret2010
sbb :
1 Persediaan Awal
300 kg @ Rp 8.000 = Rp 2.400.000
3 Pembelian
500 kg @ Rp 7.750 = Rp 3.875.000
5 Penjualan
350 kg
10 Pembelian
700 kg @ Rp 8.250 = Rp 5.775.000
15 Penjualan
300 kg
20 Penjualan
500 kg
25 Pembelian
200 kg @ Rp 8.500 = Rp 1.700.000
1.700 kg
Rp 13.750.000
1.150 kg
Setelah dilakukan perhitunga secara fisik sisa barang yang ada dalam gudang
tanggal 31 Maret 2010 adalah 550 kg. Hitunglah nilai persediaan barang pada
tanggal 31 Maret 2010.
Jawab :
a. Sistem Periodik
1. Metode FIFO :
Jumlah Persediaan awal dan pembeliaan
1.700 kg
Jumlah Penjualan
(1.150 kg)
Persediaan akhir
550 kg
Persediaan terdiri dari :
Pembelian tanggal 25 Maret 200 kg@Rp8.500
= Rp 1.700.000
Pembelian tanggal 10 Maret 350 kg@Rp8.250
= Rp 2.887.500
Nilai Persediaan Akhir
= Rp 4.587.500
2. Metode LIFO :
Persediaan akhir 550 kg terdiri dari :
Persediaan awal 300 kg @Rp8.000
= Rp 2.400.000
Pembelian tanggal 3 Maret 2010 250 kg @Rp 7.750
= Rp 1.937.500
Nilai Persediaan akhir
= Rp 4.337.500
3. Metode Rata-rata sederhana
Jumlah persediaan Akhir
= 1.700kg 1.150kg = 550 kg

Frekuensi pembelian
Maka harga rata-rata /kg

= 3 kali + 1 persediaan awal = 4


= (Jumlah harga/kg) : Banyaknya pembelian
= (Rp8.000+Rp7.750+Rp8.500) : 4
= Rp 32.500 : 4
= Rp 8.125
= 550kg x Rp8.125 = Rp 4.468.750

Jadi Nilai Persediaan Akhir


4. Metode Rata-rata Tertimbang
Harga rata-rata/unit = {Jumlah (Unit x harga)} : Jumlah unit
Harga rata-rata/unit =Rp13.750.000 : 1.700 = Rp 8.088,20
Nilai persediaan akhir = 550kg x Rp 8.088,20 = Rp 4.448.520
b. Sistem Perpectual
1) Metode FIFO :
HPP barang dagang dapat dihitung sbb:
Penjualan tanggal 5 Maret 350 kg terdiri atas :
300kg persediaan awal
= 300 x Rp 8.000
= Rp 2.400.000
50 kg diambil dari pembelian tanggal 3 Maret
= 50 x Rp 7.750
= Rp 3.875.000
Harga Pokok Penjualan
= Rp 6.275.000
Penjualan tanggal 15 Maret 300 kg diambil sisa pembelian tanggal 3 Maret
= 300 x Rp 7.750
Jumlah Harga Pokok = Rp 2.325.000
Penjualan tanggal 20 Maret 500 kg terdiri dari :
150kg pembelian tanggal 3 Maret
= 150 x Rp 7.750
= Rp 1.162.500
350kg pembelian 10 Maret
= 350 x Rp 8.250
= Rp 2.887.500
Jumlah Harga Pokok
= Rp 4.050.000
Jadi, HPP selama bulan Maret 2010 menurut FIFO adalah :
HPP tanggal 5 Maret
= Rp 6.275.000
HPP tanggal 15 Maret
= Rp 2.325.000
HPP tanggal 20 Maret
= Rp 4.050.000
Jumlah HPP
= Rp 12.650.000
Nilai Persediaan akhir 550kg terdiri dari :
Pembelian tgl 25 Maret
= 200 x Rp 8.500
= Rp 1.700.000
Pembelian tgl 10 Maret
= 350 x Rp 8.250
= Rp 2.887.500
Jumlah nilai persediaan akhir
= Rp 4.587.000
2. Metode LIFO
Penjualan tgl 5 Maret 350 kg diambil dari pembelian sebelum tanggal penjualan,
berarti diambil pembelian tgl 3 Maret
= 350 x Rp 7.750
= Rp 3.875.000
Penjualan tgl 15 Maret 300 kg diambil dari pembelian tgl 10 Maret
= 300 x Rp 8.250
= Rp 2.475.000
Penjualan tgl 20 Maret 500 kg diambil dari
Pembelian tgl 10 Maret
= 400 x Rp8.250
= Rp 3.300.000
Pembelian tgl 3 Maret
= 100 x Rp 7.750
= Rp 7.750.000
Jumlah HPP
= Rp 10.425.000
Nilai persediaan akhir 5520 kg terdiri dari :
Persedian awal
= 300 x Rp 8000
= Rp 2.400.000
Pembelian tgl 3 Maret
= 50 x Rp 7.750
= Rp 387.500
Pembelian tgl 25 Maret
= 200 x Rp 8.500
= Rp 1.700.000

Jumlah Nilai Persediaan Akhir

= Rp 4.487.500

3. Metode Rata-Rata Tertimbang


Penjualan tgl 5 Maret 350 kg dengan rata-rata dari :
Persediaan awal 300 kg harga rata-rata @ Rp8.000 = Rp 2.400.000
Pembelian tgl 3 Maret 500 kg @ Rp7.750
= Rp 3.875.000
= Rp 6.275.000
Harga Poko Rata-rata/kg
= Rp 6.275.000 : 800
= Rp 7.843,75
Maka Harga Pokok penjualan 5 Maret 350 kg
= 350 x Rp 7.843,75
= Rp 2.745.302,50
*Perbandingan Metode-metode Persediaan
- FIFO
1.Menghasilkan harga pokok penjualan yang rendah
2. Menghasilkan laba kotor yang tinggi
3. Menghasilkan persediaan akhir yang tinggi
Selama periode inflasi atau kenaikan harga, penggunaan FIFO akan mengakibatkan hal
ini, tapi dalam kondisi ekonomi turun, terjadi kebalikannya.
- LIFO
1. menghasilkan harga pokok penjualan yang tinggi
2. Menghasilkan laba kotor yang rendah
3. Menghasilkan persediaan akhir yang rendah
- Biaya rata-rata
Memperoleh hasil antara FIFO dan LIFO .

KESIMPULAN :
Persediaan (inventory) adalah pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual
dalam operasi bisnis, atau barang yang akan digunakan / dikonsumsi dalam membuat
barang yang akan dijual. Sistem Pencatatan Inventory dapat dikelompokkan menjadi 2 (
dua ) yaitu : Sistem Pencatatan Inventory Fisik atau Periodik (Physicsl Inventory
System) dan Sistem Pencatatan Perpectual atau Permnen. Sedangkan untuk menilai
persediaan dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu :
a. Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) atau First In First Out (FIFO)
b. Masuk Terakhit Keluar Pertama (MTKP) atau Last In First Out (LIFO)
c. Rata Rata (Average Method)
Perbandingan Metode-metode Persediaan
- FIFO
1.Menghasilkan harga pokok penjualan yang rendah
2. Menghasilkan laba kotor yang tinggi
3. Menghasilkan persediaan akhir yang tinggi
- LIFO
1. menghasilkan harga pokok penjualan yang tinggi
2. Menghasilkan laba kotor yang rendah
3. Menghasilkan persediaan akhir yang rendah
- Biaya rata-rata
Memperoleh hasil antara FIFO dan LIFO.

Вам также может понравиться