Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
MATA KULIAH
: MANAJEMEN KONSTRUKSI
NAMA DOSEN
NAMA
No. DP
: Juki Anwar
: 1270121014
DAFTAR ISI
Daftar isi
Pendahuluan
Latar belakang
Isi
1.
2.
3.
4.
Penutup
1. Kesimpulan
2. Saran
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
DKI Jakarta sebagai ibukota Negara Indonesia mengalami pertumbuhan penduduk
yang sangat tinggi, pertambahan jumlah penduduk ini tidak hanya dari angka kelahiran
tetapi juga dari arus urbanisasi desa ke kota dan kota-kota lainnya. Semakin
bertambahnya jumlah penduduk maka semakin tinggi pula kebutuhan akan rumah tinggal
sedangkan pembangunan perumahan di kota-kota besar, baik yang ditangani pemerintah
maupun swasta belum dapat mengimbangi kebutuhan rumah tinggal yang terus
meningkat. Pembangunan perumahan skala besar tidak dapat dilakukan serentak karena
harus berhadapan dengan masalah pertanahan. Kelangkaan tanah dan tingginya harga
tanah menjadi kendala yang harus dihadapi pemerintah kota dalam pengadaan rumah
tinggal.
Kondisi permukiman di DKI Jakarta masih belum tertata dan belum sesuai dengan rencana
tata ruang kota. Tidak terencananya pembangunan perumahan, tingginya kebutuhan akan
rumah, dan kelangkaan tanah yang memaksa pemanfaatan tanah secara maksimal hingga
melanggar garis sempadan, menciptakan suatu lingkungan permukiman yang kumuh
tanpa sarana dan prasarana. Lingkungan permukiman berkepadatan tinggi ini terbentuk
di tengah kota sebagai pusat kegiatan perkantoran, perdagangan, dan jasa. Hal ini terjadi
karena pertimbangan faktor kemudahan aksesibilitas dan kedekatan tempat kerja.
Pertimbangan ini juga menjadi penyebab terbentuknya lingkungan pemukiman yang
padat, tidak sehat, dan tidak tertata karena tidak memenuhi persyaratan teknis. Menurut
Bambang Panudju (1999), untuk memenuhi kebutuhan perumahan yang layak dalam
lingkungan yang sehat dan mewujudkan perumahan yang serasi dan seimbang sesuai
dengan pola tata ruang kota, tata daerah, dan tata guna lahan yang optimal, maka perlu
dikembangkan perumahan dan permukiman dalam bentuk rumah susun karena penduduk
di perkotaan sangat padat sedangkan tanah yang tersedia terbatas. Membnagun hunian
vertikal merupakan salah satu solusi obyektif untuk menyelesaikan masalah perumahan
di tengah kelangkaaan tanah di pusat kota.
Dalam programnya, Dinas Perumahan DKI Jakarta memprogramkan pembangunan
perumahan yang dibagi dalam skala prioritas pembangunan. Salah satu program
utamanya adalah peremajaan permukiman rukun warga yang tergolong kumuh berat
diseluruh Kotamadya Jakarta. Rukun Warga 05 Kelurahan Karet Tengsin Jakarta Pusat
merupakan salah satu lokasi permukiman kumuh berat yang lokasinya berada di pusat
kota. Berdasarkan arahan pembangunan dalam Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah DKI
Jakarta Kecamatan Tanah Abang tahun 2005, permukiman kumuh berat diprogramkan
mendapat prioritas untuk diremajakan. Dalam Instruksi Presiden No. 5 Tahun 1990
tentang Peremajaan Permukiman Kumuh di Atas Tanah Negara, peremajaan ini bertujuan
untuk meningkatkan mutu kehidupan, harkat, derajat, dan martabat masyarakat penghuni
permukiman kumuh terutama golongan masyarakat berpenghasilan rendah, untuk
memperoleh perumahan yang layak dalam lingkungan permukiman yang sehat dan
teratur.
Secara fisik, psikologis, sosiologis, dan kultural manusia memiliki kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Manusia selalu berusaha untuk mengatasi
konflik yang mungkin terjadi dalam setiap interaksi adaptasi. Meskipun demikian,
manusia tetap memiliki keterbatasan dan untuk menutupi keterbatasan tersebut
dibutuhkanlah teknologi. Demikian halnya dengan lingkungan hunian vertikal ini, yang
menuntut penyesuaian perilaku penghuninya, arsitektural akan membantu proses
adaptasi ini. Hal tersebut diatas mengisyaratkan perancangan rumah susun sebagai
hunian vertikal tidak hanya memperhatikan aspek arsitektural secara fisik saja tetapi juga
aspek psikologis, struktur ekonomi masyarakat, dan gaya hidup masyarakat yang selalu
bersosialisasi. Aspek fubgsional yang akan dimaksimalkan dalam perancangan sangat
berkaitan dengan struktur ekonomi masyarakat, khususnya masyarakat golongan
ekonomi lemah. Kenyamanan yang menyangkut kenyamanan termal, tata ruang, dan
pengkondisian lingkungan tetap diperhatikan.
Dari semua aspek tersebut akan direncanakan suatu lingkungan hunian vertikal yang
manusiawi, ekonomis, dan efisien. Sebagai contoh, penyediaan ruang publik untuk
mewadahi kebutuhan sosialisasi. Pengkondisian udara dan pencahayaan alami
direncanakan seefisiensi mungkin untuk menekan biaya pembangunan.
Pembangunan rumah susun di kawasan permukiman padat di tengah kota, ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan perumahan yang layak bagi masyarakat golongan ekonomi rendah
yang saat ini menghuni permukiman kumuh.
1.2 Tujuan
hunian horisontal.
Sebagai tempat hunian yang sehat dan layak
1.3 Sasaran
1.4 Permasalahan
Berdasarkan hasil survei yang telah saya lakukan, permasalahan yang terdapat pada
Rusunami karet tengsin adalah :
1.5 Pendekatan
Faktor kebutuhan parkir, agar lebih terorganisir maka untuk parkir mobil
menggunakan pembatas berupa garis dan untuk motor di buatkan tempat parkir
BAB II
TINJAUAN TEORI DAN KASUS
2.1 Definisi Judul
Menurut UU No. 16 Tahun 1985 tentang rumah susun. Rumah susun diartikan sebagai
berikut:
Rusun (rumah susun) adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu
lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional
dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masingmasing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah terutama untuk tempat hunian
yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama.
Milik adalah Kewenangan atas sesuatu atau keistimewaan untuk menggunakan atau
memanfaatkannya sesuai keinginan, dan membuat orang lain tidak berhak atas hal
tersebut
kecuali
dengan
alasan
syariah.
(sumber:
http://hamidelsaif.faa.im/pengertian-hak-milik-hak-mili-sebab-kepe.xhtml)
Jadi rumah susun milik (RUSUNAMI) adalah bangunan bertingkat yang dibangun dalam
satu lingkungan tempat hunian yang memiliki wc dan dapur baik menyatu dengan unit
maupun bersifat publik dan diperoleh melalui kredit kepemilikan rumah dengan subsidi
maupun tanpa subsidi.
sesuai KTP
Memiliki NPWP
Perorangan
Dibayar secara kredit
Ditempati oleh pembeli
Tidak boleh dijual selama 5 tahun pertama (sewa boleh)
Rumah Susun fungsi hunian adalah Rumah Susun yang satu-satunya berfungsi
utama untuk tempat tinggal.
Rumah Susun fungsi bukan hunian adalah Rumah Susun yang satuan-satuannya
berfungsi untuk bukan tempat tinggal.
Beban mati;
Beban bergerak;
Gempa, hujan, angin dan banjir;
Kebakaran dalam jangka waktu yang diperhitungkan cukup untuk usaha
Kepadatan Bangunan
Dalam mengatur kepadatan (intensitas) bangunan diperlukan perbandingan yang tepat
meliputi luas lahan peruntukan, kepadatan bangunan, Koefisien Dasar Bangunan
(KDB) dan Koefisien Lingkungan Bangunan (KLB).
a) Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah perbandingan antara luas dasar
bangunan dengan luas lahan/persil, tidak melebihi dari 0.4
b) Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah perbandingan antara luas lantai
bangunan dengan luas tanah tidak kurang dari 1.5
c) Koefisien Bagian Bersama (KBB) adalah perbandingan bagian bersama dengan
fungsi usaha.
Luasan Satuan Rumah Susun
Luas satu rumah susun minimum 21m, dengan fungsi utama sebagai ruang
sehari-hari
Transportasi Vertikal
Rumah susun dengan jumlah lantai dibawah 6 lantai, menggunakan tangga sebagai
transportasi vertikal. Sedangkan rumah susun lebih dari 6 lantai, menggunakan lift
sebagai transportasi vertikal.
Keterpaduan
Pembangunan rumah susun dilaksanakan prinsip keterpaduan kawasan, sector, antar
kesejahteraannya.
Transparasi dan Akuntabilasi
Menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah, badan usaha, dan
masyarakat melalui penyediaan informasi yang memadai serta dapat mempertanggung
jawabkan kinerja pembangunan kepada seluruh pemangku kepentingan.
rumah
susun
harus
mempunyai
ukuran
standar
yang
dapat
2.9 Sistem-Sistem
Secara alami
Secara buatan
Menggunakan ventilasi
Sistem AC spilt
Sistem pencahayaan
- Secara alami
- Secara buatan
Sistem jaringan listrik
BAB III
DATA
Lokasi rusunami berada di Jakarta pusat, Kecamatan tanah abang, Kelurahan karet
tengsin. Kelurahan karet tengsin berbatasan langsung dengan Kelurahan Gelora
disebelah selatan, Kelurahan Bendungan Hilir disebelah utara, Kelurahan Bendungan
Hilir disebelah barat, dan jalan HR Rasuna Said disebelah timur. Kecamatan Tanah
Abang merupakan salah satu kecamatan dikota Jakarta yang mempunyai luas 9.3 km
Kelurahan Karet
Tengsin
Kecamatan
Tanah Abang
Pohon pelindung
Fasilitas Umum & sosial
Tempat parkir motor
Parkir mobil di sekitar jalan lingkungan
1buah lapangan ( dapat difungsikan sebagai tempat serbaguna)
1 buah lift
1 buah telepon umum
Berikut merupakan gambar-gambar rusunami di karet tengsin - jakarta
pusat
Pada gambar 1.1 merupakan sirkulasi utama untuk akses keluar dan masuk tapak, untuk
menjaga keamanan maka terdapat 1 buah pos keamanan berukuran 2m x 2m yang sampai
saat ini masih digunakan dan menjadi akses satu-satunya untuk keluar dan masuk tapak
Pada gambar 1.3 (a) terdapat tempat parkir mobil disekitar rusunami dengan kapasitas kurang dari 60
unit . pada gambar 1.3 (b) terdapat tempat parkir motor yang terletak di dasar bangunan dengan
kapasitas 50 unit.
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa keberadaan rumah susun adalah alternative yang tepat untuk dijadikan sebagi
hunian tempat tinggal bagi penduduk kelas ekonomi menengah ke bawah yang mengalami permasalahan
mengenai kurangnya lahan dan semakin mahalnya semua kebutuhan. Rumah susun sangat membantu dan
perlu dikelola dengan sebaik-baiknya agar memang rumah susun ini tepat sasaran dan mampu mengurangi
angka tunawisma khususnya di daerah perkotaan serta menekan peningkatan jumlah gelandangan dan
pemukiman kumuh yang semakin lama terus bertambah. Rumah susun telah memenuhi syarat-syarat ideal
suatu hunian layak huni.
2. SARAN
Rumah susun memang adalah pilihan yang tepat, hanya yang harus diperhatikan adalah pemeliharaan dan
pengelolaannya khususnya di bagian keamanan dan kebersihan, serta standar kesehatannya.
Di bidang keamanan, pengawasan berupa adanya security sangat penting mengingat kasus kriminalitas
yang marak terjadi di lingkungan rumah susun.
Kebersihan menjadi syarat mutlak bagi suatu hunian jadi pengelolaan kebersihan harus terus dilakukan
agar menjadi kawasan tempat tinggal yang asri dan sesuai dengan standar kesehatan. Jangan sampai rumah
susun menjadi sumber penularan penyakit. Karena mengingat jarak tempat tinggal yang cenderung
berhimpitan bisa terjadi penularan penyakit secara sangat cepat.