Вы находитесь на странице: 1из 98

Sistem Manajemen

Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja
(SMK3)
Kontrak perkuliahan LK3 2013/2014
Penilaian :
Nilai :UTS + UAS (35 + 35) % + TUGAS 30 %
A ≥ 80
B : 70 – 79,9
C : 55 – 69,9
D : 45 – 54,5
E : < 45
GBPP MATERI SMK3
1.Menjelaskan Definisi, Latar Belakang dan kebijakan

Pemerintah mengenai SMK3

2. Menjelaskan SMK3 dan OHSAS 18001 : 2001

3. Menjelaskan dan merencanakan komitmen dan kebijakan

dalam SMK3

4. Menjelaskan Perencanaan dalam SMK3

5. Menjelaskan Penerapan SMK3

6. Menjelaskan Pengukuran dan Evaluasi dalam SMK3

7. Menjelaskan Peninjauan Ulang Manajemen


BAHAYA ?
RESIKO ?
ARTI SIMBOL K3
Kepmenaker RI 1135/MEN/1987

• Bentuk lambang K3: palang dilingkari roda bergigi sebelas


berwarna hijau di atas warna dasar putih.
• Arti dan Makna simbol/lambang/logo K3 :
– Palang : bebas dari Kecelakaan dan penyakit akibat kerja
(PAK).
– Roda Gigi : bekerja dengan kesegaran jasmani dan rohani.
– Warna Putih : bersih dan suci.
– Warna Hijau : selamat, sehat dan sejahtera.
– Sebelas gerigi roda : sebelas bab dalam Undang-Undang No 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
SEJARAH SISTEM MANAJEMEN K3

• Diterapkan di Malaysia tahun 1994 dengan


dikeluarkannya UU K3
• Lembaga ISO telah menyusun SMK3 dengan
pendekatan SMM (sistem manajemen mutu) dan SML
(sistem manajemen lingkungan)
• Tahun 1998 ILO bersama IOHA mengidentifikasi elemen
kunci SMK3
• Akhir tahun 1999, BSI meluncurkan proposal
pembentukan komite teknik untuk membentuk Standard
Internasional Nonsertifikasi, namun ditolak karena
bertentangan dengan ILO yang mempopulerkan SMK3
• Tahun 1999 BSI dan badan sertifikasi dunia
meluncurkan OHSAS 18001
Sistem Manajemen Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (SMK3)

Peningkatan Komitmen
Berkelanjutan dan
Peninjauan Kebijakan
Peninjauan
Ulang
Ulang&&
Peningkatan
Peningkatan
oleh Perencanaan
olehManajemen
manajemen SMK3

Pengukuran
dan
Evaluasi Penerapan
SMK3
DEFINISI MANAJEMEN
DAN SISTEM MANAJEMEN
Manajemen :
suatu proses kegiatan yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasi,

pelaksanaan, pengukuran dan tindak lanjut yang dilakukan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan manusia

dan sumber daya yang ada

Sistem Manajemen :
kegiatan manajemen yang teratur dan saling berhubungan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
DEFINISI SISTEM MANAJEMEN K3

Bagian dari sistem manajamen secara keseluruhan


yang dibutuhkan :
untuk pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan
kebijakan K3
dalam rangka pengendalian resiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif
LATAR BELAKANG KEBIJAKAN
• K3 masih belum mendapatkan perhatian yang memadai
semua pihak
• Kecelakaan kerja yang terjadi masih tinggi
• Pelaksanaan pengawasan masih bersifat parsial dan belum
menyentuh aspek manajemen
• Relatif rendahnya komitment pimpinan perusahaan dalam hal
K3
• Kualitas tenaga kerja berkorelasi dengan kesadaran atas K3
• Tuntutan global dalam perlindungan tenaga kerja yang
diterapkan oleh komunitas perlindungan hak buruh
internasional
• Desakan LSM internasional dalam hal hak tenaga kerja untuk
mendapatkan perlindungan
K3 masih belum mendapatkan
perhatian yang memadai semua
pihak

• Masalah K3 masih belum menjadi prioritas program


• Tidak ada yang mengangkat masalah K3 menjadi issue nasional
baik secara politis maupun sosial
• Masalah kecelakaan kerja masih dilihat dari aspek ekonomi, dan
tidak pernah dilihat dari pendekatan moral
• Tenaga kerja masih ditempatkan sebagai faktor produksi dalam
perusahaan, belum dirtempatkan sebagai mitra usaha
• Alokasi anggaran perusahaan untuk masalah K3 relatif kecil
K3
UU No.14/1969
UU No.13 /2003
P. 3, 9, 10

p. 86 p. 87
UU No.1/1970

UU No.1/1970 PP - SMK3

Tempat Kerja Tempat Kerja Perusahaan

Per.Men. 05/1996
SMK3 + PP 50/2012
10 Bab 12 Pasal 4 Lampiran
Bab I - Ketentuan Umum
Bab II - Tujuan Dan Sasaran SMK3
Bab III - Penerapan SMK3
Bab IV - Audit SMK3
Bab V - Kewenangan Direktur
Bab VI - Mekanisme Pelaksanaan Audit
Bab VII - Sertifikat K3
Bab VIII - Pembinaan Dan Penngawasan
Bab IX - Pembiayaan
Bab X - Ketentuan Penutup
Lampiran I : Pedoman Penerapan SMK3
Lampiran II : Pedoman Teknis Audit SMK3
Lampiran III : Formulir Laporan Audit
Lampiran IV : Ketentuan Hasil Penilaian Hasil Audit SMK3
BEBERAPA PENGERTIAN DALAM KETENTUAN UMUM
1. Sistem Manajemen K3

DEFINISI SISTEM MANAJEMEN K3

Bagian dari sistem manajamen perusahaan secara keseluruhan yang


dibutuhkan bagi :
pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3
dalam rangka pengendalian resiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif
2. Tempat kerja

tempat kerja di darat, dalam tanah, permukaan air,


dalam air, di udara

dengan unsur :
• dilakukan usaha
• ada tenaga kerja yang bekerja
• ada sumber bahaya
3. Audit

pemeriksaan secara sistematik dan independen, untuk


menentukan sustu kegiatan dan hasil-hasil yang
berkaitan sesuai dengan pengaturan yang
diremcanakan, dan dilaksanakan sevara efektif
dancocok untuk mencapai kebijakan dan tujuan
perusahaan
4. Perusahaan
Setiap bentuk usaha yang mempekerjakan pekerja dengan
tujuan mencari laba atau tidak, baik milik swasta maupun milik
negara

5. Direktur
Pejabata sebagaimana dimaksud dalam UU No.1 tahun 1970

6. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan


Pegawai tehnis berkeahlian khusus dari departemen Tenaga
kerja yang ditunjuk oleh Menteri
7. Pengusaha
a. Orang atau badan hukum yg menjalankan sesuatu usaha
milik sendiri dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat
kerja
b. Orang atau badan hukum yg secara berdiri sendiri
manjalankan sesustu usaha bukan miliknya dan untuk
keperluan itu mempergunakan temoat kerja
c. Orang atau badan hukum yg di Indonesia mewakili orang
atau badan hukum termaksud pada huruh a dan b, jika kalau
yg diwakili berkedudukan di luar Indonesia

8. Pengurus
Orang yg mempunyai tugas memimpin langsung tempat kerja
atau lapangan yg berdiri sendiri
9. Tenaga Kerja
Setiap orang yg mampu melakukan pekerjaan baik di dalam
maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau
barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

10. Laporan Audit


Hasil audit yg dilakukan oleh Badan Audit yg berisi fakta yg
ditemukan pd saat pelaksanaan audit di tempat kerja sbg dasar
untuk menerbitkan sertifikat pencapaian kinerja SMK3

11. Sertifikat
Adalahn bukti pengakuan tingkat pemenuhan penerapan
per.per-uu-an SMK3

12. Menteri
Dasar Hukum SMK3
Pasal 27 (2) UUD1945

Undang-undang
Ketenagkerjaan

Pasal 86 Pasal 87

• UU No.1/1970
• Per. Menaker No. 05/Men/1996 PP Penerapan
•PP No.50 / tahun 2012 SMK3
• Kep.Menaker No. Kep.19/Men/1997

Sangsi pelanggaran
DASAR HUKUM
• Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 :
Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan

• UU No.14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok


Mengenai ketenagakerjaan
Pasal 3
Tiap tenaga kerja berhak atas pekerjaan dan penghasilan yang
layak bagi kemanusiaan
DASAR HUKUM
Pasal 9
Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas
keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril
kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat
manusia dan moral agama
Pasal 10
Pemerintah membina norma perlindunggan tenaga kerja
yang meliputi :
(1) norma keselamatan kerja
(2) norma kesehatan kerja
(3) norma kerja
(4) pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitasi
dalam hal kecelakaan kerja

UU No. 14/1969
Pragraf 5
Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pasal 86 UU No.13/2003
(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan
atas :
a. keselamatan dan kesehatan kerja;
b. moral dan kesusilaan; dan
c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia
serta nilai-nilai agama;

(2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan


produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja

(3) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
Pasal 87 UU No.13/2003

(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen


keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan
sistem manajemen perusahaan

(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen


keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah
BAB XVI
Bagiaan Kedua
Sangsi Administratif

Pasal 190 UU No.13/2003


(1) Menteri atau pejabat yang ditunjuk mengenai sanksi
administratif atas pelanggaran ketentuan-ketentuan
sebagaimana diatur dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal 15, Pasal 25,
Pasal 38 ayat (2), Pasal 45 ayat (1), pasal 47 ayat (1), Pasal 48,
Pasal 87, Pasal 106, Pasal 126 ayat (3), dan Pasal 160 ayat (1)
dan ayat (2) Undang-undang ini serta peraturan
pelaksanaannya.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. teguran;
b. peringatan tertulis;
c. pembatasan kegiatan usaha;
d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pembatalan persetujuan;
f. pembatalan pendaftaran;
g. penghentian sementara ssebagian atau seluruh alat produksi;
h. pencabutan ijin.

(3) Ketentuan mengenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud


ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Menteri
TUJUAN PENERAPAN SMK3

• Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan


martabatnya sebagai manusia (pasal 27 ayat 2 UUD 1945)
• Meningkatkan komitment pimpinan perusahaan dalam
melindungi tenaga kerja
• Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja untuk
menghadapi kompetisi perdagangan global
• Proteksi terhadap industri dalam negeri
• Meningkatkan daya saing dalam perdagangan internasional
• Mengeliminir boikot LSM internasional terhadap produk
ekspor nasional
• Pelaksanaan pencegahan kec. masih bersifat parsial
• Perlunya upaya pencegahan terhadap problem sosial dan
ekonomi yang tekait dengan penerapan K3
KRITERIA PERUSAHAAN

• Perusahaan dengan :
- tk 100 atau lebih dan atau
- potensi bahaya peledakan,
kebakaran, pencemaran dan penyakit
akibat kerja

Pasal 3 Per. Menaker No.05/Men/1996


AZAS SMK3
Peningkatan K3 secara terus menerus dengan pola mandiri
Bagian dari sistem pengawasan K3
Bersifat wajib
Sejalan dengan kaidah internasional
Diaudit oleh Badan Audit Independen (eksternal)
Dilakukan oleh Auditor
Wajib
dilaksanakan oleh perusahaan disemua sektor
dan terintegrasi dgn sistem Manajemen
Perusahaan

Harus Memenuhi Persyaratan Minimum :


- 5 prinsip dasar
- 12 elemen

Untuk perusahaan-2 di sektor kegiatan usaha tertentu dapat


menambah sesuai jenis dan tingkat resiko bahaya yg ada
atas persetujuan Menteri
Prinsip Dasar Pedoman Penerapan Elemen Audit
1. Penetapan Kebijakan 1. Komitmen dan kebijakan 1. Pembangunan dan
1.1 Kepemimpinan dan Pemeliharaan Komitmen
K3
komitmen 2. Pendokumentasian
2. Perencanaan 1.2 Initial Review Strategi
Penerapan K3 1.3 Kebijakan K3 3. Peninjauan Ulang Desain
3. Penerapan K3 2. Perencanaan dan Kontrak
2.1 Perenc ident bhy, penilaian 4. Pengendalian Dokumen
4. Pengukuran, resk dan pengend resk 5. Pembelian
Pemantauan, dan 2.2 Per. per uu dan persyart 6. Keamanan Bekerja
Evaluasi Kinerja K3 lainnya Berdasarkan SiMK3
5. Peninjauan secara 2.3 Tujuan dan sasaran 7. Standar Pemantauan
teratur untuk 2.4 Indikator kinerja 8. Pelaporan dan Perbaikan
2.5 Perenc awal dan perenc 9. Pengelolaan material dan
meningkatkan kinerja kegiatan yg berlangsung perpindahannya
K3 secara 3. Penerapan 10. Pengumpulan dan
berkesinambungan 3.1 Jaminan kemampuan penggunaan data
3.2 Kegiatan pendukung 11. Audit SiMK3
3.3 Ident SB, penilaian dan 12. Pengembangan
pengendalian resiko Ketrampilan dan
4.Pengukuran dan evaluasi

20
Kemampuan
4.1 Inspeksi dan pengujian
4.2 Audit SiMK3
4.3 Tindakan perbaikan dan
pencegahan
5. Tinjauan ulang dan peningkatan
1. KOMITMEN DAN KEBIJAKAN

1.1 KEPEMIMPINAN DAN KOMITMEN


* organisasi K3
* menyediakan anggaran, SDM dan sarana
* penetapan tanggung jawab, wewenang dan
kewajiban
* perencanaan K3
* melakukan penilaian
1.2. TINJAUAN AWAL K3
* identifikasi kondisi dan sumber bahaya
* pengetahuan dan peraturan perundangan K3
* membandingkan penerapan
* meninjau sebab dan akibat
* efisiensi dan efektifitas
2. PERENCANAAN

2.1. MANAJEMEN RESIKO


2.2. PERATURAN PERUNDANGAN
2.3. TUJUAN DAN SASARAN
* dapat diukur
* satuan/indikator pengukuran
* sasaran pencapaian
* jangka waktu pencapaian
2.4. INDIKATOR KINERJA
2.5. PERENCANAAN AWAL DAN PERNCANAAN
KEGIATAN YANG SEDANG BERLANGSUNG
3. PENERAPAN
3.1 JAMINAN KEMAMPUAN
* SDM, saran dan dana
* integrasi
* tanggung jawab dan tanggung gugat
* konsultansi, motivasi dan kesadaran
* pelatihan dan kompetensi kerja

3.2 KEGIATAN PENDUKUNG


• Komunikasi
• Pelaporan
• Pendokmentasian
• Pengendalian dokumen
• Pemcatatan dan manajemen informasi
3.3 IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN, DAN
PENGENDALIAN RESIKO
• Manajemen resiko
• Perencanaan (design) dan rekayasa
• Pengendalian administratif
• Tinjauan kontrak
• Pembelian
• Prosedur menghadapi keadaan darurat atau rencana
• Prosedur menghadapi insiden
• Prosedur rencana pemulihan keadaan darurat
4. PENGUKURAN DAN EVALUASI

4.1 INSPEKSI DAN PENGUJIAN


• Personel berpengalaman dan berkeahlian
• Catatan terpelihara dan tersedia
• Peralatan dan metode yang memadai
• Tindakan perbaikan dan ketidak sesuaian
• Penyelidikan atas insiden
• Temuan dianalisa dan ditinjau ulang

4.2 AUDIT SiMK3


• Dilakuan secara berkala
• Personel berkompeten
• Tinjauan ulang dari hasil audit
4.3 TINDAKAN PERBAIKAN DAN PENCEGAHAN

hasil temuan pemantauan, audit dan tinjauan


ulang SMK3 digunakan untuk perbaikan dan
pencegahan
5. PENINJAUAN ULANG DAN
PENINGKATAN OLEH PIHAK
MANAJEMEN

1. Evaluasi penerapan kebijakan K3


2. Tujuan,sasaran dan kinerja K3
3. Hasil temuan audit SMK3
4. Evaluasi efektifitas penerapan SMK3
dan kebutuhan untuk mengubahnya
PERBEDAAN OHSAS 18001
dan SMK3
OHSAS 18001
• Penerapan OHSAS bersifat sukarela
• Dokumen standar Inggris yang dipublikasikan pertama
kali oleh British Standard Institute (BSI) pada April 2007
• Berlaku secara internasional
• Sertifikat pemenuhan diberikan oleh badan audit yang
ditunjuk oleh organisasi
• Hanya sertifikat yang diberikan jika berhasil dalam audit
sertifikasi
• Tidak ada ketentuan sanksi jika tidak menerapkan
SMK3
• Penerapan bersifat wajib (UU No.13/2003 & Permenaker
05/MEN/1996 ) dan P P No 50/2012
• Dokumen acuan berupa peraturan yang dikeluarkan oleh
pemerintah RI
• Berlaku dalam wilayah hukum RI
• Sertifikat pemenuhan diberikan oleh badan audit yang
ditunjuk oleh pemerintah
• Selain sertifikat, organisasi akan mendapatkan bendera
K3 (emas/perak)
• Ada aspek/ketentuan sanksi terhadap pelanggaran
KOMITMEN dan KEBIJAKAN
Perusahaan perlu mendefinisikan kebijakan K3
serta menjamin komitmennya terhadap smk3”
Kepemimpinan dan
komitmen
Pengusaha & atau pengurus menunjukkan komitmennya
melalui:
• Membentuk Organisasi K3
• Menetapkan personel yang mempunyai tanggung jawab dan
wewenang yang jelas dalam penanganan K3
• Menyediakan anggaran, sarana dan tenaga kerja yang
diperlukan dalam bidang K3
• Perencanaan K3 yang terkoordinasi
• Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan
K3
Penetapan Kebijakan K3
Kebijakan K3 ;
• Tertulis & bertanggal
• Ditandatangani oleh pengusaha dan atau
pengurus
• Memuat pernyataan komitmen dan tujuan K3
perusahaan
• Disosialisasikan/disebarluaskan
• Bersifat dinamik dan ditinjau ulang agar tetap
updated
Tinjauan awal/initial review
Peninjauan awal ini dilakukan dengan;
• Identifikasi kondisi awal K3 perusahaan
• Identifikasi aspek K3 pada proses
• Kesesuaian dengan peraturan/ dan
standar
• Menganalisa data-data K3 yang sudah
ada
KEBIJAKAN (SMK3)
Merupakan komitmen pimpinan suatu
organisasi perusahaan) untuk menjamin
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
seluruh personil di bawah kendalinya juga
pihak-pihak yang berkaitan (berhubungan)
dengan kegiatan (aktivitas) operasi
perusahaan (organisasi) tersebut.
Kebijakan (OHSAS 18001:2007)

segala arah dan target (tujuan) dari suatu


organisasi yang berkaitan dengan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
secara resmi dinyatakan oleh pimpinan
perusahaan.
Persyaratan mengenai Kebijakan K3 :

• Sesuai dengan lingkungan dan besar resiko K3 organisasi (perusahaan).


• Terdapat komitmen untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja (PAK) juga berkomitmen dalam peningkatan berkelanjutan terhadap
Sistem Manajemen K3 dan Kinerja K3 organisasi (perusahaan).
• Terdapat komitmen untuk memenuhi peraturan perundang-undangan dan
persyaratan lainnya yang berkaitan dengan K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja).
• Terdapat kerangka kerja untuk menyusun dan meninjau
sasaran/target/tujuan K3 organisasi (perusahaan).
• Didokumentasikan, diterapkan dan dipelihara.
• Dikomunikasikan kepada seluruh personil yang terdapat di bawah kendali
organisasi (perusahaa) dengan maksud supaya seluruh personil
mengetahui kewajiban K3 masing-masing.
• Tersedia untuk pihak ke tiga yang berhubungan dengan aktivitas
operasional organisasi (perusahaan).
• Ditinjau secara berkala untuk menjamin pemenuhan dan kesesuaian
terhadap aktivitas (operasional) organsasi (perusahaan).
Contoh Kebijakan K3 secara sederhana :
Kami berkomitmen untuk :
• Menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tenaga Kerja dan orang lain (kontraktor, pemasok,
pengunjung dan tamu) di tempat kerja.
• Menjamin Pengendalian Dampak Lingkungan dari operasional Perusahaan.
• Memenuhi peraturan perundangan dan persyaratan lain yang berlaku berkaitan dengan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta Lingkungan.
• Melakukan perbaikan berkelanjutan demi terciptanya K3 yang baik di tempat kerja dan
Lingkungan yang Sehat di wilayah Perusahaan.

Untuk mewujudkan komitmen kami, maka kami akan :


• Mengidentifikasi dan mengendalikan semua potensi bahaya serta aspek-aspek dampak
lingkungan yang terkandung pada seluruh aktivitas operasional Perusahaan.
• Membentuk struktur/susunan/organisasi/unit khusus untuk melaksanakan Penerapan K3
Perusahaan secara sistematis, efektif dan berkelanjutan.
• Menyediakan sarana dan prasarana K3 yang memadai.
• Memberikan pelatihan dan pembinaan K3 kepada Tenaga Kerja untuk meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran Tenaga Kerja terhadap K3.
• Berperan aktif untuk memenuhi semua peraturan perundangan dan persyaratan lain yang
berkaitan dengan K3.

Pimpinan Perusahaan

Nama dan Tanda Tangan


PERENCANAAN

Perusahaan harus merencanakan untuk memenuhi kebijakan,


sasaran dan tujuan K3 yang telah ditetapkan
SISTEM MANAJEMEN K3
Sasaran :

Sumber
daya
Manusia

Organisasi Sasaran Sistem


prosedur
penerapan
K3

Sarana
Lingkungan Fasilitas
TUJUAN dan SASARAN
syarat-syarat dalam menyusun sasaran/target/tujuan K3 antara lain :
• Didokumentasikan, diterapkan dan dirawat.
• Terukur, dapat diterapkan dan sesuai dengan Kebijakan K3 organisasi
(perusahaan).
• Mengacu pada pemenuhan peraturan perundang-undangan terkait resiko
K3
(termasuk pada pilihan teknologi, pendanaan, persyaratan bisnis dan
operasional serta pandangan pihak ke tiga yang berhubungan dengan
aktivitas operasional organisasi/perusahaan).

syarat-syarat dalam menyusun program-program K3 untuk mencapai


sasaran/tujuan/target K3 antara lain ialah :
• Penetapan Tanggung Jawab terkait tingkatan struktur organisasi
(perusahaan).
• Terdapat kerangka jadwal rencana pencapian program-program K3.
• Ditinjau secara berkala yang direncanakan menurut jangka waktu tertentu
dan disesuaikan seperlunya untuk menjamin tercapainya
sasaran/tujuan/target K3 organisasi (perusahaan).
PROGRAM SMK3

Manajemen Resiko : Pemenuhan :


- Identifikasi sumber bahaya - Perundangan K3
- Penilaian Resiko - Standar K3
- Pengendalian Resiko - Pedoman Teknis K3
- Aturan K3 lainnya

PROGRAM

T
S A R
M
Manajemen Resiko (Risk Management) K3

Manajemen resiko adalah usaha untuk menghilangkan atau


meminimalisir sumber bahaya di tempat kerja

Prinsip HIRARC
1. merupakan prinsip dasar dalam manajemen resiko K3
2. HIRARC, terdiri dari Hazard Identification, Risk Assessment, dan
Risk Control.
3. Proses HIRARC ini harus terus dievaluasi secara kontinyu untuk
memastikan efektivitas dari pengontrolan resiko sumber bahaya.
4. Proses HIRARC dimulai lagi dari awal apabila terjadi perubahan
pada sistem atau pengenalan alat dengan potensi sumber
bahaya baru.
Langkah HIRARC merupakan alur berkelanjutan dan dijalankan
secara bertahap, yaitu :

1. Langkah pertama untuk mengurangi kecenderungan kecelakaan


atau PAK (Penyakit Akibat Kerja) adalah dengan Hazard
Identification atau dengan mengidentifikasi sumber bahaya yang
ada di tempat kerja.

2. Langkah kedua dengan melakukan Risk Assessment atau dengan


menilai tingkat resiko timbulnya kecelakaan kerja atau PAK dari
sumber bahaya tersebut.

3. Langkah ketiga adalah dengan melakukan Risk Control atau


kontrol terhadap tingkat resiko kecelakaan kerja dan PAK
Mekanisme Kontrol Resiko
1. Eliminasi
usaha untuk menghilangkan sumber bahaya di tempat kerja.

2. Subtitusi
bila tidak dapat di-eliminasi, maka usaha berikutnya adalah
dengan mengganti atau men-subtitusi zat/benda/proses yang
menjadi sumber bahaya tersebut dengan zat/benda/proses lain
yang tidak menjadi sumber bahaya.

3. Engineering Control
bila tidak dapat di-eliminasi atau di-subtitusi, maka diterapkan
usaha kontrol teknis atau engineering control untuk menurunkan
resiko sumber bahaya tersebut sehingga tidak membahayakan
pekerja.
Contoh : dapat berupa penutupan sumber bahaya sehingga tidak
menimbulkan kontak langsung pada pekerja.
4. Administrative Control
Kontrol administratif diperlukan ketika kontrol teknis tidak sepenuhnya
dapat mengendalikan sumber bahaya. Kontrol administratif dibuat untuk
menjaga pekerja dalam wilayah 'aman'.
Contoh kontrol administratif adalah pemasangan tanda bahaya dan
pembuatan SOP (Standard Operational Procedure) pemakaian alat.

5. APD (Alat Pelindung Diri)


Setiap pekerja yang beresiko terhadap sumber bahaya diharuskan
memakai APD.
Penyakit Akibat Kerja

Penyakit akibat kerja atau occupational


diseases :
adalah penyakit yang timbul sebagai
akibat dari pekerjaan, baik secara
langsung maupun tidak langsung.

Timbulnya penyakit akibat kerja juga dapat


timbul dalam waktu singkat atau jangka
waktu yang lama.
DAFTAR
PENYAKIT AKIBAT KERJA
31 kelompok Penyakit Akibat kerja (PAK) sesuai Lmpiran Keputusan Presiden Indonesia
Nomor 22 Tahun 1993 Tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja:
• Pneumokonisis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut (silikosis, antrakosilikosis,
asbestosis) dan silikotuberkulosis yang silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat atau
kematian.
• Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh debu logam keras.
• Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh debu kapas, vlas, henep,
dan sisal (bissinosis).
• Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang yang dikenal yang
berada dalam proses pekerjaan.
• Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat penghirupan debu organik.
• Penyakit yang disebabkan berilium atau persenyawaannya yang beracun.
• Penyakit yang disebabkan cadmium atau persenyawaannya yang beracun.
• Penyakit yang disebabkan fosfor atau persenyawaannya yang beracun.
• Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
• Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang beracun.
• Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun.
• Penyakit yang disebabkan oleh air raksa atau persenyawaannya yang beracun.
• Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang beracun.
• Penyakit yang disebabkan oleh flour atau persenyawaannya yang beracun.
• Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfide.
• Penyakit yang disebabkan oleh derivate halogen dari persenyawaan hidrokarbon afiliatik atau aromatic
yang beracun.
• Penyakit yang disebabkan oleh benzene atau homolognya yang beracun.
• Penyakit yang disebabkan oleh derivate nitro dan amina dari benzene atau
homolognya yang beracun.
• Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
• Penyakit yang disebabkan oleh alcohol, glikol, atau keton.
• Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan
seperti karbon monoksida, hirogensianida, hidrogen sulfide, atau derivatnya yang
beracun, amoniak seng, braso, dan nikel.
• Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
• Penyakit yag disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat, tulang
persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
• Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih.
• Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi mengion.
• Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi, atau
biologik.
• Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak
mineral, antrasena atau persenyawaan, produk atau residu dari zat tersebut.
• Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
• Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat dalam
suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus
• Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau
kelembaban udara tinggi
• Penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya termasuk obat
MANAJEMEN RISIKO PEMENUHAN

• Perundangan K3
• Standar K3
• Pedoman Teknis K3
• Aturan K3 lainnya
• Identifikasi sumber bahaya
• Penilaian risiko
• Pengendalian risiko
DASAR HUKUM

UUD 1945
Pasal 5, 20 dan 27 ayat 2

Pasal 86, 87 Paragraf 5 UU No. 13/2003


(Ketenagakerjaan)

UU No. 1 / 1970
(Keselamatan Kerja)

Peraturan Pelaksanaan

Peraturan Khusus 1. Peraturan pemerintah


2. Peraturan Menteri
3. Surat edaran Menteri
RUANG LINGKUP UU No. 1/1970

digunakan untuk
kegiatan usaha

TEMPAT
KERJA

SUMBER
PEKERJA
BAHAYA

UU No. 1 Tahun 1970

berpotensi sebagai
melakukan pekerjaan penyebab kecelakaan
untuk keperluan
usaha; dan penyakit akibat
kerja
SUMBER BAHAYA - UU No. 1/1970

1. Kondisi mesin / pesawat / alat kerja /


bahan
1. Lingkungan Kerja
2. Sifat Pekerjaan
3. Cara Kerja
4. Proses Produksi
DAMPAK POSITIF PELAKSANAAN K3

Pelaksanaan K3

Produk Manusia
Productivity Safety
Quality Healthy
Cost Mental
Delivery on Time Ethics
KESELAMATAN

1. Kemampuan untuk mengidentifikasikan dan


menghilangkan (mengontrol) resiko yang tidak
bisa diterima (the ability to identify and
eliminate unacceptable risks)

2. Mengendalikan kerugian dari kecelakaan


(control of accident loss)

KESEHATAN

Derajat/tingkat keadaan fisik dan psikologi


individu (the degree of physiological and
psychological well being of the individual)
KESEHATAN
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Kerja :
1. Beban Kerja
a. Fisik
b. Mental
2. Lingkungan Kerja
a. Fisika
b. Kimia
c. Biologi
d. Psikologi
e. Psikososial

3. Kapasitas Kerja
a. Ketrampilan
b. Kesegaran jasmani dan rohani
c. Status kesehatan
d. Usia
e. Ukuran tubuh
INCIDENT

Suatu kejadian yang tidak diinginkan,


bilamana pada saat itu sedikit saja ada
perubahan maka dapat mengakibatkan
terjadinya accident .
ADALAH SUATU KEJADIAN YANG TIDAK
DIINGINKAN YANG BILA TERJADI HAMPIR /
NYARIS

ACCIDENT
Suatu kejadian yang tidak direncanakan, tidak diinginkan,
gangguan terhadap pekerjaan berakibat cedera pada
manusia, kerusakan barang, dan pencemaran lingkungan.
KETIKA TUBUH KITA KONTAK DENGAN SUATU
BENDA ATAU SUMBER TENAGA YANG
KEKUATANNYA LEBIH DARI KEMAMPUAN DAYA
TAHAN TUBUH ATAU STRUKTUR
FAKTOR ANCAMAN RESIKO KECELAKAAN KERJA

Tenaga Kerja

Bahaya Bahaya
Kesehatan Keselamatan
PROSES

Bahan / Material Peralatan

Bahaya Lingkungan
1. Safety Hazard 1. Health Hazard
• Mechanic • Physic
• Electric • Chemical
• Kinetic • Biologic
• Substances  Flammable • Ergonomics
 Explosive Accidental • Psychosocial
 Combustible release
 Corrosive
2. Konsekuensi  Minor 2. Konsekuensi
• Accident  Injuries  Mayor • Terpapar  kontak  penyakit
 Fatal mendadak, menahun, kanker dan
 Assets  Damage dampak terhadap masyarakat umum
(Prolonged Reaction)
• Mendadak, dramatis, bencana
(Sudden Reaction) 3. Konsentrasi kepedulian
• Environment (bahan • Titik berat pd
3. Konsentrasi kepedulian pencemar) bahaya tersembunyi
• Process • Titik berat pd
• Exposure • Sepertinya kurang
• Equipment, facilities, kerusakan asset,
• Work hours urgent (laten)
tools fatality
• PPE • Prinsip pendekatan
• Working practices • Sepertinya urgen
• Pendidikan • Pengkajian
• Guarding (bahaya mendadak)
• Karir jab. Sesuai kepaparan
• Pengalaman • Prinsip pendekatan
pendidikan • Utk
• Karir lapangan + • Pengkajian resiko
memperkecil
pelatihan • Utk memperkecil
kepaparan
resiko
LOSS CAUSATION MODEL

(Model Penyebab Kerugian HW. Heinrich 1931)

Faktor Faktor Faktor Faktor Faktor


Kekurangan Penyebab Penyebab Accident Kerugian
Manusia Manusia Manusia Manusia Manusia
Kontrol Dasar Langsung
& & & & &
- Faktor
Program -Faktor
Faktor Faktor
- Tindakan -Faktor
Kontak - Faktor
Manusia
Pekerjaa
tidak sesuai Pekerjaa /
Manusia Pekerjaa
tidak aman / Pekerjaa
dengan -Pekerjaa
Peralatan
n
- Standart n
Pribadi tidak nstandar n /
energi n
- Material
tidak sesuai bahan - Lingkungan
- Kepatuhan - Faktor Kerja - Kondisi
terhadap tidak aman /
standar tidak standar

Pre-Contact Contact Post Contact


LOSS CAUSATION MODEL

Faktor
Kekurangan Faktor
Penyebab Faktor
Penyebab Faktor
Accident Faktor
Kerugian
Manusia
Kontrol Manusia
Dasar Manusia
Langsung Manusia Manusia
& tidak
- Program &
- Faktor &
- Tindakan &
- Kontak &
- Manusia
sesuai tidak aman /
Faktortidak Manusia
Faktor / Faktor dengan
Faktor - Peralatan
Faktor
- Standart tidak standar
Pekerjaan
sesuai Pribadi
Pekerjaan Pekerjaan energi /
Pekerjaa - Material
Pekerjaan
- Kondisi tidak bahan - Lingkungan
- Kepatuhan aman / tidak
n
terhadap standar - Faktor Kerja standar

 STRUCK AGAINST  menabrak/bentur benda diam/bergerak


 STRUCK BY  terpukul/tabrak oleh benda bergerak
 FALL TO  jatuh dari tempat yang lebih tinggi
 FALL ON  jatuh di tempat yang datar
 CAUGHT IN  tusuk, jepit, cubit benda runcing
 CAUGHT ON  terjepit,tangkap,jebak diantara obyek besar
 CAUGHT BETWEEN  terpotong, hancur, remuk
 CONTACT WITH  listrik, kimia, radiasi, panas, dingin
 OVERSTRESS  terlalu berat, cepat, tinggi, besar
 EQUIPMENT FAILURE  kegagalan mesin, peralatan
 EVIRONMENTAL RELEASE  masalah pencemaran
LOSS CAUSATION MODEL

Faktor
Kekurangan Faktor
Penyebab Faktor
Penyebab Faktor
Accident Faktor
Kerugian
Manusia
Kontrol Manusia
Dasar Manusia
Langsung Manusia Manusia
& tidak
- Program &
- Faktor &
- Tindakan &
- Kontak &
- Manusia
sesuai tidak aman /
Faktortidak Manusia
Faktor / Faktor dengan
Faktor - Peralatan
Faktor
- Standart tidak standar
Pekerjaan
sesuai Pribadi
Pekerjaan Pekerjaan energi /
Pekerjaa - Material
Pekerjaan
- Kondisi tidak bahan - Lingkungan
- Kepatuhan aman / tidak
n
terhadap standar - Faktor Kerja standar

Tindakan Tidak Aman : Kondisi Tidak Aman :


 OPERASI TANPA OTORISASI
 GAGAL MEMPERINGATKAN PELINDUNG/PEMBATAS TIDAK LAYAK
 GAGAL MENGAMANKAN  APD KURANG, TIDAK LAYAK
 KECEPATAN TIDAK LAYAK  PERALATAN RUSAK
 MEMBUAT ALAT PENGAMAN  RUANG KERJA SEMPIT/TERBATAS
TIDAK BERFUNGSI
 SISTEM PERINGATAN KURANG
 PAKAI ALAT RUSAK
 PAKAI APD TIDAK LAYAK  BAHAYA KEBAKARAN
 PEMUATAN TIDAK LAYAK  KEBERSIHAN KERAPIAN KURANG
 PENEMPATAN TIDAK LAYAK  KEBISINGAN
 MENGANGKAT TIDAK LAYAK  TERPAPAR RADIASI
 POSISI TIDAK AMAN
 TEMPERATUR EXTRIM
 SERVIS ALAT BEROPERASI
 BERCANDA, MAIN-MAIN  PENERANGAN TIDAK LAYAK
 MABOK ALKOHOL, OBAT  VENTILASI TIDAK LAYAK
 GAGAL MENGIKUTI PROSEDUR  LINGKUNGAN TIDAK AMAN
ACCIDENT RATIO STUDY

FRANK. E. BIRD

1 KECELAKAAN FATAL
(SERIOUS ATAU MAJOR INJURY)

LUKA/CIDERA RINGAN
10 (MINOR INJURY)

KERUSAKAN HARTA BENDA


30 (PROPERTY DAMAGE)

HAMPIR CELAKA
600 (INCIDENT or NEAR MISSES)

*) Penelitian data kecelakaan di industri diikuti 297 perusahaan dan


tenaga kerja 1.759.000 dikenal dengan konsep ‘Total Loss Control’
TEORI GUNUNG ES

Injury & Illness Costs


-Medis
-Ganti Rugi
$1
Biaya-biaya yang tidak diasuransikan
-Kerusakan bangunan
$5 to $50 -Kerusakan alat dan peralatan
Biaya-biaya -Kerusakan bahan dan produksi
kerusakan harta -Kelambatan dan terhentinya produksi
benda yang masuk
dalam buku besar
Biaya-biaya yang tidak
di asuransikan Hal-hal lain seperti pengkajian
dan pelatihan, penggantian,
waktu investigasi
$1 to $3 Gaji yang dibayarkan ke korban
saat tak bekerja dll
Biaya-biaya lain yang
tidak di asuransikan
BAHAYA / HAZARD

► SUATU KEADAAN YANG MEMUNGKINKAN ATAU


DAPAT MENIMBULKAN KERUGIAN BEBERAPA
CEDERA, PENYAKIT, KERUSAKAN ATAUPUN
KEMAMPUAN MELAKSANAKAN FUNGSI YANG
DITETAPKAN

RINGKAS: HAZARD ADALAH SUATU KONDISI Bahaya fisik


YANG BERPOTENSI UNTUK
TERJADI NYAKECELAKAAN /
KERUGIAN

Bahaya
Bahaya kimia
ergonomi
Bahaya /
Hazards

Bahaya
Bahaya biologi
psikologis
RESIKO / RISK

► MENYATAKAN KEMUNGKINAN TERJADINYA


KERUGIAN PADA PERIODE WAKTU TERTENTU
ATAU SIKLUS OPERASI TERTENTU
RINGKAS : RESIKO ADALAH KESEMPATAN UNTUK TERJADINYA
KERUGIAN ATAU KECELAKAAN

► KOMBINASI DARI KEMUNGKINAN (LIKELIHOOD)


DAN AKIBAT (CONSEQUENCE) DARI SEBUAH
KEJADIAN BAHAYA SPESIFIK
Risiko mempunyai 2 dimensi/parameter yaitu

Kemungkinan Akibat
TAHAPAN MANAJEMEN RESIKO

PERSIAPAN

IDENTIFIKASI BAHAYA

ANALISA RISIKO

AKIBAT KEMUNGKINAN

EVALUASI RISIKO
Penilaian Resiko

PENGENDALIAN RISIKO
TAHAPAN MANAJEMEN RESIKO

PERSIAPAN PERSIAPAN

Terdiri dari :
IDENTIFIKASI BAHAYA 1. Ruang lingkup kegiatan :
a. Rutin / bukan rutin (cth : rancang
ulang, perbaikan)
b. Aktivitas oleh internal / eksternal
ANALISA RISIKO
c. Fasilitas oleh internal / eksternal

2. Personil yang terlibat


AKIBAT KEMUNGKINAN
3. Standar dalam penentuan kriteria
EVALUASI RISIKO resiko

Penilaian Resiko 4. Prosedur dan dokumentasi terkait,


seperti :
PENGENDALIAN RISIKO a. Prosedur manajemen resiko dan
komunikasi
b. Daftar bahaya dan resiko
c. Form rencana / program
pengendalian
TAHAPAN MANAJEMEN RESIKO
IDENTIFIKASI BAHAYA
PERSIAPAN
Organisasi perlu menetapkan cara
untuk membantu proses identifikasi
bahaya, antara lain dengan cara :
IDENTIFIKASI BAHAYA
1. Diskusi / Brain storming
2. Mereview catatan K3 organisasi :
a. Laporan kecelakaan kerja
ANALISA RISIKO
b. Laporan bahaya
c. Hasil audit
AKIBAT KEMUNGKINAN 3. Studi literatur
a. MSDS
b. Statistik industri
EVALUASI RISIKO 4. Wawancara dengan pekerja
Penilaian Resiko 5. Inspeksi dan observasi tempat
kerja
PENGENDALIAN RISIKO 6. Regulasi dan standar K3

Identifikasi Sumber Bahaya Dengan


Mempertimbangkan :
1. Kondisi dan tindakan yang menimbulkan
potensi bahaya Hazard?
2. Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja
3. Siapa yang berpotensi terkena sumber
bahaya Location
TAHAPAN MANAJEMEN RESIKO

Metode Identifikasi Bahaya :


1. Sistem Monitoring / Checklist
2. Safety Review
3. Preleminary Hazard Analysis (PHA)
4. Hazard Operability Studies (HAZOPS)
5. Fault Tree Analysis (FTA)
6. Safety Inspection
7. Human Error Analysis
8. Job Safety Analysis (JSA), dll

Pemilihan Metode Tergantung dari :


1. Maksud & tujuan Identifikasi
2. Kapan / pada tahapan apa
3. Informasi yang diperlukan
4. Kebutuhan tenaga kerja
5. Waktu dan biaya
TAHAPAN MANAJEMEN RESIKO

PERSIAPAN ANALISA RESIKO

Analisa resiko dilakukan dengan


IDENTIFIKASI BAHAYA menentukan akibat yang timbul dan
kemungkinan dari akibat tersebut
yang dapat terjadi dan tahapan untuk
ANALISA RISIKO penentuan prioritas pengendalian
terhadap suatu tingkat resiko
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
AKIBAT KEMUNGKINAN
Metode analisa resiko :
EVALUASI RISIKO 1. Kualitatif
2. Semi kuantitatif
Penilaian Resiko
3. Kuantitatif
PENGENDALIAN RISIKO

METODA PENILAIAN RESIKO BERDASARKAN TINGKAT RESIKONYA DAPAT DILAKUKAN :


SECARA MATRIK
SECARA MATEMATIK

Tingkat Resiko (RR) = Peluang (P) x Pemaparan (E) x Akibat (C)


TAHAPAN MANAJEMEN RESIKO
Metode Penilaian Resiko :
1. Secara Matrik

AKIBAT
No First Moderate/ Major/ Fatal/Catas
Injuries Aid/Minor Medical Cacat trophic

Almost Certain
Hampir pasti terjadi H H E E E
PELUANG

Likely
Besar kemungkinan terjadi M H H E E
Moderate
Dapat terjadi L M H E E
Unlikely
Kecil kemungkinan terjadi L L M H E
Rare
Jarang terjadi L L M H H
Extreme : Penghentian kegiatan, keterlibatan manajemen puncak
High : Penanganan dengan penjadualan yang secepatnya
Moderate : Penjadualan dan penetapan tanggung jawab tindakan akan ditetapkan
Low : Kendalikan dengan prosedur yang ada/rutin
Sumber AS/NZS 4360 : Risk Management
TAHAPAN MANAJEMEN RESIKO
Metode Penilaian Resiko :
1. Secara Matematik
Rumus Penilaian Resiko Secara Matematis :
Tingkat Resiko (RR) = Peluang (P) x Pemaparan (E) x Akibat (C)
RR : Risk Rating / Tingkat Resiko P : Probability / Peluang
E : Exposure / Pemaparan C: Consequence / Akibat

PELUANG (kemungkinan atau peluang kejadian tersebut terjadi) (P)

KATEGORI PENJELASAN NILAI


Sangat mungkin terjadi / Sangat mungkin atau hampir pasti akan terjadi (peluang terjadinya 1 kali dalam 10 10
hampir pasti kali kesempatan
Mungkin terjadi Dapat terjadi atau suatu hal yang tidak mungkin untuk terjadi (peluang terjadinya 1 6
kali dalam 100 kali kesempatan)
Tidak biasa namun bisa Dapat merupakan kejadian yang tidak biasanya akan terjadi namun kemungkinannya 3
terjadi tetap ada (peluang terjadinya 1 kali dalam 1000 kali kesempatan)
Kecil kemungkinannya Kemungkinan terjadinya kecil atau merupakan suatu kebetulan (peluang terjadinya 1 1
kali dalam 10.000 kali kesempatan)
Sangat kecil Sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi / terjadi setelah bertahun-tahun terpapar 0.5
kemungkinannya (peluang terjadinya 1 kali dalam 100.000 kali kesempatan)
Tidak mungkin terjadi Secara praktek tidak mungkin terjadi / hampir tidak muungkin terjadi (peluang 0.2
terjadinya 1 kali dalam 1.000.000 kali kesempatan)
PEMAPARAN (frekwensi dan lamanya pemaparan bahaya tersebut) (E)
KATEGORI PENJELASAN NILAI
Kontinyu Sangat sering atau pekerjaan yang rutin dilakukan 10
Seringkali Terjadinya sekali sampai beberapa kali sehari 6
Kadang-Kadang Sekali seminggu sampai beberapa kali sebulan 3
Tidak Biasanya Sekali dalam sebulan sampai sekali setahun 2
Jarang Sekali dalam beberapa tahun 1
Sangat Jarang Belum pernah terjadi pemaparan 0.5

AKIBAT (keparahan dari hasil yang yang dikeluarkan oleh suatu kejadian seperti :cidera, sakit, dll) (C)
Katastropi Menimbulkan banyak korban jiwa 100
Bencana Menimbulkan beberapa korban jiwa 40
Sangat Serius Menimbulkan satu kematian 15
Serius Menimbulkan cidera serius (menyebabkan cacat anggota tubuh) 7
Perawatan Medis Menimbulkan cidera yang memerlukan perawatan medis 3
Perawatan P3K Cidera yang bersifat minor atau hanya memerlukan pengobatan P3K 1
Penilaian Resiko
• diatas 400 : Resiko sangat tinggi, lakukan penghentian kegiatan segera
• 200 – 400 : Resiko tinggi, perbaikan dengan segera (keterlibatan managemen)
• 50 – 200 : Resiko substansial, perlu tindakan perbaikan
• 10 – 50 : Resiko sedang, perlu tindakan perbaikan namun dapat dijadwalkan
• dibawah 10 : Resiko rendah
TAHAPAN MANAJEMEN RESIKO

PERSIAPAN EVALUASI RESIKO

Bertujuan agar organisasi dapat


IDENTIFIKASI BAHAYA menetapkan keputusan, berdasarkan
hasil analisa resiko mengenai resiko
mana yang memerlukan pengendalian
ANALISA RISIKO dan prioritas pengendalian.

AKIBAT KEMUNGKINAN Hasil Analisa


Resiko
EVALUASI RISIKO
Penilaian Resiko

PENGENDALIAN RISIKO Pengambilan


Keputusan

Apakah Resiko Bisa Apakah Resiko Harus


Diterima Dikendalikan
(acceptable Risk) (Risk Reduction /
Controling)
TAHAPAN MANAJEMEN RESIKO

PERSIAPAN PENGENDALIAN RESIKO

Untuk resiko yang tidak bisa diterima


IDENTIFIKASI BAHAYA maka harus dilakukan upaya
pengendalian resiko agar tidak
menimbulkan kecelakaan / penyakit
ANALISA RISIKO akibat kerja.

Prinsip pengendalian resiko dalam K3


AKIBAT KEMUNGKINAN yaitu :
1. Menghindari resiko
EVALUASI RISIKO 2. Mengurangi resiko :
a. Mengurangi kemungkinan
Penilaian Resiko
b. Mengurangi akibat
PENGENDALIAN RISIKO
TAHAPAN MANAJEMEN RESIKO
Hirarki Pengendalian Resiko :

Eliminasi

Subsitusi

Rekayasa Enginering

Pengendalian Administratif

Alat Pelindung Diri


TAHAPAN MANAJEMEN RESIKO
Hirarki Pengendalian Resiko :
1. Eliminasi
► Dengan menghilangkan sumber bahaya di tempat kerja

2. Subtitusi
► Mengganti bahan atau proses yang lebih aman
a. Mengganti bahan bentuk serbuk dengan bentuk pasta
b. Proses pengecatan spray dengan pencelupan
TAHAPAN MANAJEMEN
HIRARKI PENGENDALIAN RESIKO
RESIKO
Hirarki Pengendalian Resiko :
3. Rekayasa Teknik
► Dengan melakukan proses modifikasi dari suatu peralatan
a. Pemasangan alat pelindung mesin / guarding
b. Penambahan alat sensor otomatis

TEK 01
HIRARKI PENGENDALIAN RESIKO
Hirarki Pengendalian Resiko :
4. Pengendalian Administratif
► Dengan melakukan pengontrolan dari sistim administrasi
a. Pemisahan lokasi kerja / penempatan material
b. Izin kerja / working permit
c. Training
PENGERTIAN
RAMBU BAHAYA
PENGERTIAN
RAMBU BAHAYA
PENGERTIAN
RAMBU BAHAYA
HIRARKI PENGENDALIAN RESIKO
Hirarki Pengendalian Resiko :
5. Alat Pelindung Diri
► Dengan menggunakan alat pelindung diri
a. Kacamata
b. Helm
c. Sarung tangan
d. Masker

Masker

Helm
Earmuff

Kacamata
TAHAPAN MANAJEMEN RESIKO

MONITORING & REVIEW


PERSIAPAN
Setelah rencana tindakan
pengendalian resiko dilakukan maka
IDENTIFIKASI BAHAYA selanjutnya perlu dipantau dan
ditinjau ulang apakah tindakan yang
dilakukan tersebut efektif atau tidak.
ANALISA RISIKO
Sistem pemantauan antara lain :
1. Inspeksi
AKIBAT KEMUNGKINAN 2. Pemantauan lingkungan
3. Audit
EVALUASI RISIKO
Penilaian Resiko

PENGENDALIAN RISIKO
TAHAPAN MANAJEMEN RESIKO

PERSIAPAN KOMUNIKASI DAN KONSULTASI

Tujuan :
IDENTIFIKASI BAHAYA 1. Memberikan informasi kepada
pekerja mengenai resiko yang
ada ditempat kerja
ANALISA RISIKO
2. Memberikan awareness kepada
pekerja mengenai resiko dan
AKIBAT KEMUNGKINAN berperan aktif dalam
mengidentifikasi bahaya
EVALUASI RISIKO
3. Memastikan pekerja memahami
Penilaian Resiko dan menerima strategi
PENGENDALIAN RISIKO
pengendalian yang ditetapkan

Tentukan:
 Siapa/kepada siapa Bahaya/risiko
dikomunikasikan
 Apa
 Bagaimana

Вам также может понравиться