Вы находитесь на странице: 1из 99

ASESMEN PEMBELAJARAN

MATERI PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESIONAL


GURU (PLPG)

OLEH
Dr. Eddy Purnomo, M.Pd.
Dr. Ngadimun Hd, M.Pd.

FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG


BANDAR LAMPUNG
2012

2
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selamat datang di arena Pendidikan dan Latihan (Diklat) Profesi
Guru. Mari kita pahami bahwa hasil belajar peserta didik sesuai
tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mencakup tiga
ranah, yaitu kemampuan berpikir, keterampilan melakukan pekerjaan,
dan perilaku. Setiap peserta didik memiliki potensi pada ketiga ranah
tersebut, namun tingkatannya satu sama lain berbeda. Ada peserta
didik yang memiliki kemampuan berpikir tinggi dan perilaku amat baik,
namun keterampilannya rendah. Demikian sebaliknya ada peserta
didik yang memiliki kemampuan berpikir rendah, namun memiliki
keterampilan yang tinggi dan perilaku amat baik. Ada pula yang
kemampuan berpikir dan keterampilannya sedang/biasa, tapi memiliki
perilaku baik. Jarang peserta didik yang kemampuan berpikir rendah,
keterampilan rendah, dan perilakunya kurang baik. Peserta didik
seperti itu akan mengalami kesulitan bersosialisasi dengan masyarakat, karena tidak memiliki potensi untuk hidup di masyarakat. Ini
menunjukkan keadilan Allah SWT, setiap manusia memiliki potensi
yang dapat dikembangkan menjadi kemampuan untuk hidup di
masyarakat.
Kemampuan berpikir merupakan ranah kognitif yang meliputi
kemampuan menghafal, memahami, menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta. Kemampuan psikomotor, yaitu keterampilan yang berkaitan dengan gerak, menggunakan otot seperti: lari,
melompat, menari, melukis, berbicara, membongkar dan memasang
peralatan, dan sebagainya. Kemampuan afektif berhubungan dengan
minat dan sikap yang dapat berbentuk: tanggung jawab, kerjasama,
disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain,
dan kemampuan mengendalikan diri. Semua kemampuan ini harus
menjadi bagian dari tujuan pembelajaran di sekolah, yang akan dicapai
melalui kegiatan pembelajaran dan penilaian hasil belajar yang tepat.
Pelaksanaan asesmen atau penilaian hasil belajar merupakan
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

3
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

bagian integral (tak terpisahkan) dari tugas merencanakan dan


melaksanakan pembelajaran yang harus dilakukan pendidik dalam
penyelenggaraan pembelajaran. Sesuai UU No.14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen pada Pasal 1 ayat 1 dikemukakan: Guru adalah
pendidik profesional, tugas utamanya adalah: mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Maka diharapkan kepada para guru, marilah kita laksanakan
tugas utama yang keenam dan ketujuh, yaitu tugas menilai, dan
mengevaluasi peserta didik agar berpedoman kepada peraturannya,
yaitu: Bab X (pasal 63-72) PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, Permendiknas No. 20 tahun 2007 tentang
Standar Penilaian Pendidikan, dan Pedoman Penilaian Pembelajaran
oleh BSNP. Maka diharapkan semua pendidik sebagai penyelenggara
kegiatan pembelajaran dan penilaian hasil belajar agar secara
konsisten berpedoman pada Peraturan Pemerintah, Permendiknas,
dan Pedoman Penilaian Pembelajaran tersebut. Juga, pendidikan
profesional agar terus mengkaji teori-teori terbaru, sejalan dengan
pembaharuan kurikulum, terkait dengan pelaksanaan tugas menilai
dan mengevaluasi hasil belajar peserta didik.
B. Tujuan
Modul ini disusun dengan tujuan:
1.

memberikan wawasan secara umum tentang konsepasesmen


yang perlu dipahami oleh guru;

2.

memberikan orientasi baru tentang penilaian kurikulum tingkat


satuan pendidikan kepada pendidik dan tenaga kependidikan;

3.

memberikan rambu-rambu dalam melakukan penilaian.

C. Ruang lingkup
Isi modul ini

meliputi: konsep dasar dan prinsip asesmen, teknik

asesmen dan prosedur pengembangan tes, penulisan butir soal untuk


tes perbuatan, penulisan instrumen non-tes, dan penetapan Kriteria
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

4
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

Ketuntasan Minimal (KKM).


(KKM).
BAB II
PENGERTIAN DAN PRINSIP ASESMEN
Kompertensi Dasar
Mendeskripsikan pengertian pengukuran, asesmen, dan evaluasi serta
prinsip-prinsip asesmen.
Indikator
1.
2.

Menjelaskan
pengujian, asesmen, dan evaluasi
Membedakan

pengertian

pengukuran,

pengertian

pengukuran,

pengujian, asesmen, dan evaluasi.


3.
Menjelaskan sembilan prinsip asesmen
A.

Pengertian Asesmen
Asesmen disebut juga penilaian, merupakan rangkaian kegiatan
untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses
dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam
pengambilan keputusan.
Asesmen dalam KTSP adalah Asesmen atau penilaian berbasis
kompetensi, yaitu bagian dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan
untuk mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi:
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Penilaian dilakukan selama proses
pembelajaran dan/atau pada akhir pembelajaran. Fokus penilaian
pendidikan adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai
standar kompetensi yang ditentukan. Pada tingkat mata pelajaran,
kompetensi yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata
pelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD) dan
indikator. Untuk tingkat satuan pendidikan, kompetensi yang harus dicapai
peserta didik adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan satuan
pendidikan dalam mengelola proses pembelajaran. Penilaian merupakan
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

5
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

bagian yang penting dalam pembelajaran. Dengan melakukan penilaian,


pendidik sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat mengetahui
kemampuan yang dimiliki peserta didik, ketepatan metode mengajar yang
digunakan, dan keberhasilan peserta didik dalam meraih kompetensi yang
telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penilaian, pendidik dapat mengambil
keputusan secara tepat untuk menentukan langkah yang harus dilakukan
selanjutnya. Hasil penilaian juga dapat memberikan motivasi kepada
peserta didik untuk berprestasi lebih baik.
Asesmen dalam KTSP menggunakan acuan kriteria. Maksudnya,
hasil yang dicapai peserta didik dibandingkan dengan kriteria atau standar
yang ditetapkan. Apabila peserta didik telah mencapai standar kompetensi
yang ditetapkan, ia dinyatakan lulus pada mata pelajaran tertentu. Apabila
peserta didik belum mencapai standar, ia harus mengikuti program
remedial (perbaikan) sehingga mencapai kompetensi minimal yang
ditetapkan.
Asessmen dilakukan dengan asas keadilan yang tinggi. Maksudnya,
peserta didik diperlakukan sama sehingga tidak merugikan salah satu
atau sekelompok peserta didik yang dinilai. Selain itu, penilaian tidak
membedakan latar belakang sosial-ekonomi, budaya, bahasa, jender, dan
agama. Penilaian juga merupakan bagian dari proses pendidikan yang
dapat memacu dan memotivasi peserta didik untuk lebih berprestasi
meraih tingkat yang setinggi-tingginya sesuai dengan kemampuannya.
Ditinjau dari sudut profesionalisme tugas kependidikan, kegiatan
penilaian merupakan salah satu ciri yang melekat pada pendidik
profesional. Seorang pendidik profesional selalu menginginkan umpan
balik atas proses pembelajaran yang dilakukannya. Hal tersebut dilakukan
karena salah satu indikator keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh
tingkat keberhasilan yang dicapai peserta didik. Maka hasil penilaian
dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan proses pembelajaran dan umpan
balik bagi pendidik untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran
yang dilakukan. Ada empat istilah yang terkait dengan konsep Asesmen
yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan belajar peserta didik, yaitu:
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

6
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

pengukuran, pengujian, penilaian, dan evaluasi.


Pengukuran (measurement) adalah proses penetapan ukuran terhadap
suatu gejala menurut aturan tertentu (Guilford, 1982). Pengukuran pendidikan
berbasis kompetensi berdasar pada klasifikasi observasi unjuk kerja atau
kemampuan peserta didik dengan menggunakan suatu standar. Pengukuran
dapat menggunakan tes dan non-tes. Pengukuran pendidikan bisa bersifat
kuantitatif atau kualitatif. Pengukuran kuantitatif hasilnya berupa angka,
sedangkan pengukuran kualitatif hasilnya bukan angka (berupa predikat
atau pernyataan kualitatif, misalnya: sangat baik, baik, cukup, kurang,
sangat kurang), disertai deskripsi penjelasan prestasi peserta didik.
Pengujian merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkan dengan
kegiatan penilaian.
Penilaian (assessment) adalah istilah umum yang mencakup semua
metode yang biasa digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau
kelompok peserta didik. Proses penilaian mencakup pengumpulan bukti
yang menunjukkan pencapaian belajar peserta didik. Penilaian merupakan
suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu (Griffin & Nix, 1991). Penilaian mencakup
semua proses pembelajaran. Oleh karena itu, kegiatan penilaian tidak
terbatas pada karakteristik peserta didik saja, tetapi juga mencakup
karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas, dan administrasi
sekolah. Instrumen penilaian untuk peserta didik dapat berupa metode
dan/atau prosedur formal atau informal untuk memperoleh informasi
tentang peserta didik. Instrumen penilaian dapat berupa tes tertulis, tes
lisan, lembar pengamatan, pedoman wawancara, dan sebagainya.
Penilaian juga diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil
pengukuran atau kegiatan untuk memperoleh informasi tentang pencapaian
kemajuan belajar peserta didik.
Evaluasi (evaluation) adalah penilaian yang sistematik tentang
manfaat atau kegunaan suatu objek (Mehrens & Lehmann, 1991). Dalam
melakukan evaluasi terdapat judgement untuk menentukan nilai suatu
program yang sedikit banyak mengandung unsur subjektif. Evaluasi memerlukan data hasil pengukuran dan informasi hasil penilaian yang memiSertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

7
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

liki banyak dimensi, seperti: kemampuan, kreativitas, sikap, minat, keterampilan, dan sebagainya. Maka dalam kegiatan evaluasi, alat ukur yang
digunakan juga bervariasi tergantung pada jenis data yang ingin diperoleh.
Pengukuran, penilaian, dan evaluasi bersifat bertahap (hierarkis),
maksudnya kegiatan dilakukan secara berurutan, dimulai dengan
pengukuran, kemudian penilaian, dan terakhir evaluasi. Hasil pengukuran
berupa angka-angka atau skor.
B.

Prinsip Asesmen
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian hasil belajar yaitu:
1. asesmen ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi;
2. asesmen menggunakan acuan kriteria yakni berdasarkan pencapaian
kompetensi peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran;
3. asesmen dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan;
4. hasil Asesmen ditindaklanjuti dengan program remedial bagi peserta
didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan
dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi
kriteria ketuntasan;
5. Asesmen harus sesuai dengan kegiatan pembelajaran.
Asesmen hasil belajar agar memperhatikan prinsip-prinsip sebagai
berikut.
1. Sahih (valid), yakni penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur; alat ukur dikatakan valid jika dapat
mengukur sasaran atau objek yang seharusnya diukur.
2. Objektif, yakni penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang
jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai;
3. Adil, yakni penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta
didik, dan tidak membedakan latar belakang sosial-ekonomi, budaya,
agama, bahasa, suku bangsa, dan jender;
4. Terpadu, yakni penilaian merupakan komponen yang tidak terpisahkan
dari kegiatan pembelajaran;
5. Terbuka, yakni prosedur dan kriteria penilaian, serta dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan;
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

8
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

6. Menyeluruh dan berkesinambungan, yakni penilaian mencakup


semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik yang
sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik;
7. Sistematis, yakni penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap
dengan mengikuti langkah-langkah yang baku;
8. Menggunakan acuan kriteria, yakni penilaian dalam KTSP didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan;
9. Akuntabel, yakni penilaian agar dapat dipertanggungjawabkan kepada
berbagai pihak yang berwenang (stakeholder), baik dari segi teknik,
prosedur, maupun hasilnya.
C. RANGKUMAN
Pengukuran adalah proses penetapan ukuran terhadap suatu gejala
menurut aturan tertentu. Penilaian diartikan sebagai kegiatan menafsirkan
data hasil pengukuran atau kegiatan untuk memperoleh informasi tentang
pencapaian kemajuan belajar peserta didik. Sedangkan

evaluasi

adalah

penilaian yang sistematik tentang manfat atau kegunaan suatu objek atau
program pengukuran, penilaian, dan evaluasi bersifat bertahap (hierarkis),
maksudnya kegiatan dilakukan secara berurutan, dimulai dengan
pengukuran, kemudian penilaian, dan terakhir evaluasi. Prinsip Asesmen:
(1) Sahih, yakni penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan
kemampuan yang diukur, (2) Objektif, yakni penilaian didasarkan pada
prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai, (3)
Adil, yakni penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik,
dan tidak membedakan latar belakang sosial-ekonomi, budaya, agama,
bahasa, suku bangsa, dan jender, (4) Terpadu, yakni penilaian
merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran,
(5) Terbuka, yakni prosedur dan kriteria penilaian, serta dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan,
(6) Menyeluruh dan berkesinambungan, yakni penilaian mencakup
semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik yang
sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik, (7)
Sistematis, yakni penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap
dengan mengikuti langkah-langkah yang baku, (8) Menggunakan acuan
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

9
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

kriteria, yakni penilaian hasil belajar sesuai tuntutan KTSP didasarkan


pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan, dan (9) Akuntabel,
yakni penilaian agar dapat dipertanggungjawabkan kepada berbagai pihak
yang berwenang (stakeholder), baik dari segi teknik, prosedur, maupun
hasilnya.
D. Latihan
Berilah tanda silang pada jawaban yang paling benar dari sejumlah
pilihan jawaban yang tersedia.
1. Serangkaian kegiatan untuk menetapkan ukuran terhadap suatu gejala
menurut aturan tertentu adalah....
a. pengukuran
b. penyekoran
c. penilaian
d. pengujian
e. evaluasi
2. Serangkaian kegiatan yang sistematik untuk dapat menentukan manfaat
atau kegunaan suatu obyek atau program adalah ....
a. pengukuran
b. penyekoran
c. penilaian
d. pengujian
e. evaluasi
3. Di bawah ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan asesmen hasil belajar peserta didik, kecuali....
a.
ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi
b.
menggunakan acuan kriteria berdasarkan kompetensi
c.
ditindak-lanjuti dengan program remedial dan
pengayaan
d.
dilakukan pengulangan jika ternyata hasilnya
banyak yang jelek
e.
dilakukan sesuai dengan kegiatan pembelajaran
4. Asesmen hasil belajar peserta didik harus memperhatikan prinsipprinsip sebagai berikut, kecuali....
a.
sahih (valid)
b.
objektif
c.
adil
d.
kooperatif
e.
terpadu
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

10
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

5. Penilaian agar dapat dipertanggungjawabkan kepada berbagai pihak yang berwenang (stakeholder), baik dari segi teknik, prosedur,
maupun hasilnya adalah termasuk prinsip....
a.
sahih (valid)
b.
objektif
c.
adil
d.
akuntabel
e.
sistematis

Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun


2012
Rayon 07 Universitas Lampung

11
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

BAB III
TEKNIK ASESMEN DAN PROSEDUR PENGEMBANGAN TES
Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan berbagai macam teknik asesmen, prosedur pengembangan instrumen, dan menentukan materi penting dalam menyusun
butir-butir soal.
Indikator
1. Menyebutkan berbagai macam teknik asesmen
2. Membuat metrik yang berisi teknik penilaian dan bentuk instrumennya.
3. Megurutkan dan menjelaskan langkah-langkah penyusunan instrumen
4. Menyebutkan empat kriteria tentang materi penting yang harus
dipertimbangkan dalam butir-butir soal.
5. Menjelaskan empat kriteria tentang materi penting yang harus
dipertimbangkan dalam butir-butir soal.
A. Teknik Penilaian
Ada beberapa teknik dan alat penilaian yang dapat digunakan
pendidik untuk memperoleh informasi tentang proses dan hasil belajar
peserta didik. Penggunaan berbagai teknik dan alat itu harus
disesuaikan dengan tujuan penilaian, waktu yang tersedia, sifat tugas
yang dilakukan peserta didik, dan banyaknya materi pembelajaran
yang telah disampaikan.
Teknik penilaian adalah metode atau cara penilaian yang dapat
digunakan guru untuk rnendapatkan informasi. Teknik penilaian yang
memungkinkan dan dapat dengan mudah digunakan guru, misalnya:
(1) teknik tes (tertulis, lisan, perbuatan), (2) observasi atau pengamatan, (3) wawancara.
Teknik penilaian menggunakan tes
a. Tes tertulis
Tes tertulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta
didik dengan memberikan jawaban tertulis. Jenis tes tertulis secara
umum dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

12
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

1)

tes objektif, misalnya bentuk pilihan panda, jawaban singkat


atau isian, benar salah, dan bentuk menjodohkan;

2)

tes uraian, yang terbagi atas tes uraian objektif (penyekorannya


dapat dilakukan secara objektif) dan tes uraian non-objektif
(penyekorannya sulit dilakukan secara objektif).

b. Tes lisan
Tes lisan yakni tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan
mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dan
peserta didik. Tes ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah: (1) dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki peserta didik, sikap, serta kepribadiannya karena
dilakukan secara berhadapan langsung; (2) bagi peserta didik yang
kemampuan berpikirnya relatif lambat dan sering mengalami
kesukaran dalam memahami pernyataan soal, tes bentuk ini dapat
menolong, sebab peserta didik dapat menanyakan langsung
kejelasan pertanyaan yang dimaksud; (3) hasil tes dapat langsung
diketahui peserta didik. Kelemahannya adalah: (1) subjektivitas
penilai sering mencemari hasil tes, (2) waktu pelaksanaan yang
diperlukan relatif lama.
c. Tes perbuatan
Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan
dalam bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau unjuk kerja. Penilaian tes perbuatan
dilakukan sejak peserta didik melakukan persiapan, melaksanakan
tugas, sampai dengan hasil yang dicapai. Untuk menilai tes
perbuatan pada umumnya diperlukan lembar pengamatan, yang
bentuknya dibuat sedemikian rupa agar pendidik dapat menuliskan
skor atau angka-angka yang diperolehnya pada tempat yang sudah
disediakan.

Bentuk

formatnya

dapat

disesuaikan

menurut

keperluan. Untuk tes perbuatan yang sifatnya individual, sebaiknya


menggunakan lembar pengamatan individual. Untuk tes perbuatan
yang dilaksanakan secara kelompok digunakan format tertentu
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

13
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

yang sudah disesuaikan untuk keperluan pengamatan kelompok.


Teknik penilaian melalui observasi atau pengamatan
Observasi adalah kegiatan yang dilakukan pendidik untuk mendapatkan informasi tentang peserta didik dengan cara mengamati tingkah
laku dan kemampuannya selama kegiatan observasi berlangsung.
Observasi dapat ditujukan kepada peserta didik secara perorangan
atau kelompok. Dalam kegiatan observasi perlu disiapkan lembar
pengamatan. Lembar pengamatan dapat berisi: (1) perilaku-perilaku
atau kemampuan yang akan dinilai, (2) batas waktu pengamatan.
Teknik penilaian melalui wawancara
Teknik wawancara pada satu segi mempunyai kesamaan arti
dengan tes lisan yang telah diuraikan di atas. Teknik wawancara ini
diperlukan pendidik untuk mengungkapkan atau menanyakan lebih
lanjut tentang hal-hal yang kurang jelas informasinya. Teknik wawancara ini dapat pula digunakan sebagai alat untuk menelusuri kesukaran
yang dialami peserta didik tanpa ada maksud untuk menilai.
Setiap teknik penilaian harus dibuatkan instrumen penilaian yang
sesuai. Tabel berikut menyajikan teknik penilaian dan bentuk
instrumennya.
Tabel 1. Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen
Teknik Penilaian
Tes tertulis
Tes lisan
Tes praktik (tes kinerja)
Penugasan individual atau kelompok

Penilaian portofolio
Jurnal
Penilaian diri
Penilaian antarteman

Bentuk Instrumen
Tes pilihan: pilihan ganda, benarsalah, menjodohkan dll.
Tes isian: isian singkat dan uraian
Daftar pertanyaan
Tes identifikasi
Tes simulasi
Tes uji petik kinerja
Pekerjaan rumah
Proyek
Lembar penilaian portofolio
Buku cacatan jurnal
Kuesioner/lembar penilaian diri
Lembar penilaian antarteman
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun

2012
Rayon 07 Universitas Lampung

14
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun


2012
Rayon 07 Universitas Lampung

15
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

B. Prosedur Pengembangan Tes


Sebelum menentukan teknik dan alat penilaian, penulis soal perlu
menetapkan terlebih dahulu tujuan penilaian dan kompetensi dasar
yang hendak diukur. Adapun prosedurnya secara lengkap dapat dilihat
pada bagan berikut.
MENENTUKAN TUJUAN PENILAIAN

MEMPERHATIKAN STANDAR KOMPETENSINYA

MENENTUKAN KD-NYA (KD1 + KD2 + KD3 DLL)

TES

NON TES

-PENGAMATAN/
OBSERVASI
MENENTUKAN MATERI PENTING/ PENDUKUNG
KD:
UKRK (SIKAP, PORTFOLIO, LIFE S
-TES SIKAP
-DLL

TEPAT DIUJIKAN SECARA TERTULIS/LISAN?

TEPAT
TIDAK TEPAT

BENTUK OBJEKTIF (PG, ISIAN,


BENTUK
DLL) URAIAN

TES PERBUATAN

-KINERJA (PERFORMANCE)
-PENUGASAN (PROJECT)
-HASIL KARYA (PRODUCT)
-DLL

IKUTI KAIDAH PENULISAN INSTRUMEN DAN SUSUNLAH PEDOMAN PENYEKORANNYA


Keterangan:KD = Kompetensi Dasar
KD1 + KD2 = Gabungan antar kompetensi dasar
UKRK = Urgensi, Kontinuitas, Relevansi, Keterpakaian

Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun


2012
Rayon 07 Universitas Lampung

16
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun


2012
Rayon 07 Universitas Lampung

17
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

Langkah-langkah penting yang perlu dilakukan sebagai berikut.


1. Menentukan tujuan penilaian. Tujuan penilaian sangat penting karena
setiap tujuan memiliki penekanan yang berbeda-beda. Misalnya, untuk
tujuan tes prestasi belajar, diagnostik, atau seleksi. Contoh, untuk
tujuan prestasi belajar, lingkup materi/kompetensi yang diukur
disesuaikan seperti untuk menanyakan materi yang lalu, pertanyaan
lisan di kelas, ulangan harian, tugas individu atau kelompok, ulangan
semester, ulangan kenaikan kelas, laporan kerja praktik, ujian praktik.
2. Memperhatikan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD).
Standar kompetensi merupakan acuan atau target utama yang harus
dipenuhi atau yang harus diukur melalui setiap kompetensi dasar yang
ada atau melalui gabungan kompetensi dasar.
3. Menentukan jenis alat ukurnya, yaitu tes atau non-tes atau mempergunakan keduanya. Untuk penyusunan tes diperlukan penentuan
materi penting sebagai pendukung kompetensi dasar. Syaratnya
adalah materi yang diujikan harus mempertimbangkan urgensi (wajib
dikuasai peserta didik), kontinuitas (merupakan materi lanjutan),
relevansi (bermanfaat terhadap mata pelajaran lain), dan keterpakaian
dalam kehidupan sehari-hari tinggi (UKRK). Langkah selanjutnya
adalah menentukan jenis tes dengan menanyakan apakah materi
tersebut tepat diujikan secara tertulis atau lisan. Bila jawabannya tepat,
maka materi yang bersangkutan tepat diujikan dengan bentuk soal
apa, pilihan ganda atau uraian. Bila jawabannya tidak tepat, maka jenis
tes yang tepat adalah tes perbuatan: kinerja (performance), penugasan
(project), hasil karya (product), atau lainnya.
4. Menyusun kisi-kisi tes dan menulis butir soal beserta pedoman
penyekorannya. Dalam menulis soal, penulis harus memperhatikan
kaidah-kaidah penulisannya.
C. Penentuan Materi Penting
Langkah awal yang harus dilakukan dalam menyiapkan bahan
ulangan atau ujian adalah menentukan kompetensi dan materi yang
akan diujikan. Setelah menentukan kompetensi yang akan diukur,
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

18
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

maka langkah berikutnya adalah menentukan materi yang akan


diujikan. Penentuan materi yang akan diujikan sangat penting karena
di dalam satu tes tidak mungkin semua materi yang telah diajarkan
dapat diujikan dalam waktu yang terbatas, misalnya satu atau dua jam.
Oleh karena itu, setiap guru harus menentukan materi mana yang
sangat penting dan yang hanya sebagai penunjang, sehingga dalam
waktu yang sangat terbatas, materi yang diujikan hanya menanyakan
materi-materi yang sangat penting saja. Materi yang telah ditentukan
harus dapat diukur sesuai dengan alat ukur yang akan digunakan,
yaitu tes atau non-tes. Penentuan materi perlu memperhatikan kriteria
sebagai berikut.
1. Urgensi, yaitu materi secara teoritis mutlak harus dikuasai oleh
peserta didik,
2. Kontinuitas, yaitu materi lanjutan yang merupakan pendalaman
dari satu atau lebih materi yang sudah dipelajari sebelumnya,
3. Relevansi, yaitu materi yang diperlukan untuk mempelajari atau
memahami mata pelajaran lain,
4. Keterpakaian, yaitu materi yang memiliki nilai terapan tinggi dalam
kehidupan sehari-hari.
D. Rangkuman
Teknik penilaian adalah metode atau cara penilaian yang dapat
digunakan guru untuk rnendapatkan informasi. Teknik penilaian yang
memungkinkan dan dapat dengan mudah digunakan guru, misalnya: (1)
teknik tes (tertulis, lisan, perbuatan), (2) observasi atau pengamatan, (3)
wawancara.
Dalam kegiatan observasi perlu disiapkan lembar pengamatan.
Lembar pengamatan dapat berisi: (1) perilaku-perilaku atau kemampuan
yang akan dinilai, (2) batas waktu pengamatan. Teknik wawancara ini
diperlukan pendidik untuk mengungkapkan atau menanyakan lebih lanjut
tentang hal-hal yang kurang jelas informasinya. Teknik wawancara ini
dapat pula digunakan sebagai alat untuk menelusuri kesukaran yang
dialami peserta didik tanpa ada maksud untuk menilai.
Langkah-langkah penting yang perlu dilakukan dalam penulisan tes
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

19
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

adalah sebagai berikut: (1) menentukan tujuan penilaian, (2) memperhatikan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD), (3) Menentukan jenis alat ukurnya, yaitu tes atau non-tes atau mempergunakan
keduanya, dan (4) menyusun kisi-kisi tes dan menulis butir soal beserta
pedoman penyekorannya. Dalam menulis soal, penulis harus memperhatikan kaidah-kaidah penulisannya Untuk penyusunan tes diperlukan
penentuan materi penting sebagai pendukung kompetensi dasar. Syaratnya adalah materi yang diujikan harus mempertimbangkan urgensi (wajib
dikuasai peserta didik), kontinuitas (merupakan materi lanjutan), relevansi
(bermanfaat terhadap mata pelajaran lain), dan keterpakaian dalam
kehidupan sehari-hari tinggi (UKRK).
E. Latihan
1.

Di bawah ini merupakan beberapa kelebihan tes lisan, kecuali ....


a. dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki
peserta didik, sikap, serta kepribadiannya karena dilakukan secara
berhadapan langsung
b. bagi peserta didik yang kemampuan berpikirnya relatif lambat
sering mengalami kesukaran dalam memahami pernyataan soal
c. dapat dilakukan sesuai dengan kesepatakan antara pendidik dan
peserta didik dalam menentukan waktu dan tempat tes
d. lebih obyektif bagi pendidik dalam memberikan penilaian
e. hasil tes dapat langsung diketahui peserta didik.

a.
b.
c.
d.
e.

a.

d.
e.

2. Tes simulasi merupakan salah satu bentuk dari teknik penilaian ....
lisan
praktik/kinerja
penugasan
portofolio
penilaian diri
3. Di bawah ini langkah-langkah penting dalam melakukan asesmen,
kecuali ....
menentukan tujuan penilaian
b. memperhatikan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar
(KD).
c. menentukan jenis alat ukurnya, yaitu tes atau non-tes atau
keduanya
menyusun kisi-kisi tes dan pedoman penskorannya
menentukan kriteria ketuntasan minimal
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

20
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

4. Di bawah ini beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam


penentuan materi terkait dengan asesmen, kecuali ....
a.
urgensi, yaitu materi secara teoritis mutlak harus
dikuasai oleh peserta didik
b.
kontinuitas, yaitu materi lanjutan yang merupakan
pendalaman dari satu atau lebih materi yang sudah dipelajari
sebelumnya
c.
relevansi, yaitu materi yang diperlukan untuk
mempelajari atau memahami, mata pelajaran lain
d.
keterpakaian, yaitu rnateri yang memiliki nilai
terapan tinggi dalam kehidupan sehari-hari
e.
ketuntasan, yaitu batas minimal kompetensi yang
harus dimiliki peserta didik

a.
b.
c.
d.
e.

5. Di bawah ini merupakan beberapa langkah-langkah dalam


penyusunan butir soal, kecuali ....
menentukan tujuan tes
menentukan kompetensi yang akan diujikan
menentukan materi yang diujikan
menentukan batas ketuntasan/kelulusan
menyusun kisi-kisi.

Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun


2012
Rayon 07 Universitas Lampung

21
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

BAB IV
PENYUSUNAN KISI-KISI DAN BUTIR SOAL
Kompetensi Dasar
Mendekripsikan jenis perilaku yang dapat diukur menurut beberapa
pendapat ahli, menetapkan perilaku yang diukur dan terampil menyusun
kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen tes dan non-tes.
Indikator
1. Menjelaskan perilaku yang dapat diukur menurut pendapat beberapa
ahli.
2. Mengidentifikasi standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi
yang dicantumkan dalam kisi-kisi.
3. Menjabarkan indikator-indikator

pencapaian

kompetensi

(tujuan

pembelajaran) berdasarkan kompetesi dasar.


4. Menjabarkan indikator soal berdasarkan indikator pencapaian kompetensi (IPK).
5. Memilih bentuk-bentuk instrumen sesuai dengan IPK.
A. Jenis Perilaku yang Dapat Diukur
Dalam menentukan perilaku yang akan diukur, dapat mengambil atau
memperhatikan jenis perilaku yang telah dikembangkan oleh para ahli
pendidikan, di antaranya seperti: Benjamin S. Bloom, Quellmalz, R.J.
Mazano dkk, Robert M. Gagne, David Krathwohl, Norman E. Gronlund
dan R.W. de Maclay, Linn dan Gronlund, rinciannya seperti berikut.
1. Ranah kognitif yang dikembangkan Benjamin S. Bloom adalah: (1)
Ingatan, di antaranya seperti: menyebutkan, menentukan, menunjukkan, mengingat kembali, mendefinisikan; (2) Pemahaman, di antaranya seperti: membedakan, mengubah, memberi contoh, memperkirakan, mengambil kesimpulan; (3) Penerapan di antaranya
seperti: menggunakan, menerapkan; (4) Analisis, di antaranya seperti:
membandingkan, mengklasifikasikan, mengategorikan, menganalisis;
(5) Sintesis, diantaranya seperti: menghubungkan, mengembangkan,
mengorganisasikan, menyusun; (6) Evaluasi, diantaranya seperti:
menafsirkan, menilai, memutuskan.
2. Jenis perilaku yang dikembangkan Quellmalz adalah: (1) ingatan, (2)
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

22
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

analisis, (3) perbandingan, (4) penyimpulan, (5) evaluasi.


3. Jenis perilaku yang menurut Mazano dkk. adalah: (1) keterampilan
memusat (focusing skills), seperti: mendefinisikan, merumuskan tujuan, (2) keterampilan mengumpulkan informasi, seperti: mengamati,
merumuskan pertanyaan, (3) keterampilan mengingat, seperti: merekam, mengingat, (4) keterampilan mengorganisasi, seperti: membandingkan, mengelompokkan, menata atau mengurutkan, menyajikan;
(5) keterampilan menganalisis, seperti mengenali: sifat dari komponen,
hubungan dan pola, ide pokok, kesalahan; (6) keterampilan menghasilkan keterampilan baru, seperti: menyimpulkan, memprediksi,
mengupas atau mengurai; (7) keterampilan memadu (integreting
skills), seperti: meringkas, menyusun kembali; (8) keterampilan
menilai, seperti: menetapkan kriteria, membenarkan pembuktian.
4. Jenis perilaku yang dikembangkan Robert M. Gagne adalah: (1)
kemampuan intelektual: diskriminasi, identifikasi atau konsep yang
nyata, klasifikasi, demonstrasi, generalisasi/menghasilkan sesuatu; (2)
strategi kognitif: menghasilkan suatu pemecahan; (3) informasi verbal:
menyatakan sesuatu secara oral; (4) keterampilan motoris melaksanakan atau menjalankan sesuatu; (5) sikap: kemampuan untuk
memilih sesuatu. Domain afektif yang dikembangkan David Krathwohl
adalah: (1) menerima, (2) menjawab, (3) menilai.
6. Domain psikomotor yang dikembangkan Norman E. Gronlund dan
R.W. de Maclay adalah: (1) persepsi, (2) kesiapan, (3) respon
terpimpin, (4) mekanisme; (5) respon yang kompleks, (6) organisasi,
(7) karakterisasi dari nilai.
7. Keterampilan berpikir yang dikembangkan Linn dan Gronlund
adalah seperti berikut.
a. Membandingkan
-

Apa persamaan dan perbedaan antara ... dan....

Bandingkan dua cara berikut tentang ....

b. Hubungan sebab-akibat
-

Apa penyebab utama ....

Apa akibat .
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun

2012
Rayon 07 Universitas Lampung

23
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

c. Memberi alasan (justifying)


-

Manakah pilihan berikut yang kamu pilih, mengapa?

Jelaskan

mengapa

kamu

setuju/tidak

setuju

dengan

pernyataan tentang ....


d. Meringkas
-

Tuliskan pernyataan penting yang termasuk ....

Ringkaslah dengan tepat isi .

e. Menyimpulkan
-

Susunlah beberapa kesimpulan yang berasal dari data ....

Tulislah sebuah pernyataan yang dapat menjelaskan peristiwa


berikut ....

f. Berpendapat (inferring)
-

Berdasarkan ..., apa yang akan terjadi bila ....

Apa reaksi A terhadap .

g. Mengelompokkan
-

Kelompokkan hal berikut berdasarkan ....

Apakah hal berikut memiliki ....

h. Menciptakan
-

Tuliskan beberapa cara sesuai dengan ide Anda tentang ....

Lengkapilah cerita ... tentang apa yang akan terjadi bila ....

i. Menerapkan
-

Selesaikan hal berikut dengan menggunakan kaidah ....

Tuliskan ... dengan menggunakan pedoman....

j. Analisis
-

Manakah penulisan yang salah pada paragraf ....

Daftar dan beri alasan singkat tentang ciri utama ....

k. Sintesis
-

Tuliskan satu rencana untuk pembuktian ....

Tuliskan sebuah laporan ....

l. Evaluasi
-

Apakah kelebihan dan kelemahan ....

Berdasarkan kriteria ..., tuliskanlah evaluasi tentang...

Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun


2012
Rayon 07 Universitas Lampung

24
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

B. Penentuan Perilaku yang Akan Diukur


Setelah penentuan materi yang akan ditanyakan selesai dikerjakan,
kegiatan berikutnya adalah menentukan secara tepat perilaku yang akan
diukur. Perilaku yang akan diukur, sesuai KTSP agar memenuhi tuntutan
standar kompetensi maupun kompetensi dasarnya. Setiap kompetensi di
dalam kurikulum memiliki tingkat keluasan dan kedalaman kemampuan
yang berbeda. Semakin tinggi kemampuan atau perilaku yang diukur
sesuai dengan target kompetensi, maka semakin sulit soal dan semakin
sulit pula menyusunnya.
Dalam Standar Isi, perilaku yang akan diukur dapat dilihat pada
"perilaku yang terdapat pada rumusan kompetensi dasar atau pada
standar kompetensi". Bila ingin mengukur perilaku yang lebih tinggi, maka
guru terlebih dahulu mengidentifikasi semua perilaku yang dapat diukur,
mulai dari perilaku yang sangat sederhana atau mudah sampai dengan
perilaku yang paling sulit atau tingkat tinggi, berdasarkan rumusan
kompetensinya (baik standar kompetensi maupun kompetensi dasar).
Berdasarkan susunan perilaku tersebut, dipilih satu perilaku yang tepat
untuk diujikan kepada peserta didik, yaitu perilaku yang sesuai dengan
kompetensi yang harus dimiliki peserta didik di kelas.
C. Penentuan dan Penyebaran Soal
Sebelum menyusun kisi-kisi dan butir soal perlu ditentukan jumlah
soal setiap kompetensi dasar dan penyebaran soalnya. Untuk lebih
jelasnya, perhatikan contoh penyebaran butir soal pada penilaian akhir
semester seperti berikut.
Contoh penyebaran butir soal untuk penilaian akhir semester ganjil
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Kompetensi
Dasar
1.1 ............
1.2 ............
1.3 ............
2.1 ............
2.2 ............
3.1 ............
3.2 ...........
3.3 ..........
Jumlah soal

Materi
...........
...........
...........
...........
...........
...........
...........
...........

Jumlah soal
PG
Uraian
6
-3
1
4
-5
1
8
1
6
--2
8
-40
5

Jlh Soal
Praktik
--1
--1
--2

Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun


2012
Rayon 07 Universitas Lampung

25
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

D. Penyusunan Kisi-kisi
Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) merupakan
deskripsi kompetensi dan materi yang akan diujikan. Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup dan sebagai
petunjuk dalam menulis soal. Kisi-kisi dapat berbentuk format atau
matriks seperti contoh berikut ini.
FORMAT KISI-KISI PENULISAN SOAL
Mata pelajaran
: ..........................................................................
Kelas/Semester
: ..........................................................................
Jumlah Soal
: ..........................................................................
Standar Kompetensi : ..........................................................................
Penyusun
: 1. ....................................
2. ....................................
No.
1

Kompetensi
Dasar
2

Materi
Pokok
3

Indikator Soal
4

Bentuk
Soal
5

No.
soal
6

Keterangan:
Isi pada kolom 2, 3. 4, dan 5 adalah harus sesuai dengan pernyataan
yang ada di dalam silabus. Penulis kisi-kisi tidak diperkenankan
merumuskan sendiri, kecuali pada kolom 6.
Kisi-kisi yang baik harus memenuhi persyaratan berikut ini.
1. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus atau materi yang telah
diajarkan secara tepat dan proporsional.
2. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah
dipahami.
3. Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuat soalnya.
E. Perumusan Indikator Soal
Indikator dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan
soal yang dikehendaki. Kegiatan perumusan indikator soal merupakan
bagian dari kegiatan penyusunan kisi-kisi. Untuk merumuskan indikator
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

26
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

dengan tepat, guru harus memperhatikan materi yang akan diujikan,


indikator pembelajaran, kompetensi dasar, dan standar kompetensi.
Indikator yang baik dirumuskan secara singkat dan jelas. Syarat indikator
yang baik adalah seperti berikut.
1. Menggunakan kata kerja operasional (perilaku khusus) yang tepat,
2. Menggunakan satu kata kerja operasional untuk soal objektif, dan satu
atau lebih kata kerja operasional untuk soal uraian/tes perbuatan,
3. Dapat dibuatkan soal atau pengecohnya (untuk soal pilihan ganda).
Penulisan indikator yang lengkap mencakup A = audience (peserta
didik) B = behaviour (perilaku yang harus ditampilkan), C = condition
(kondisi yang diberikan), dan D = degree (tingkatan yang diharapkan). Ada
dua model penulisan indikator. Model pertama adalah menempatkan
kondisinya di awal kalimat. Model pertama ini digunakan untuk soal yang
disertai dengan dasar pernyataan (stimulus), misalnya berupa sebuah
kalimat, paragraf, gambar, denah, grafik, kasus, atau lainnya, sedangkan
model yang kedua adalah menempatkan peserta didik dan perilaku yang
harus ditampilkan di awal kalimat.
Contoh model pertama untuk soal menyimak pada mata

pelajaran

Bahasa Indonesia.
Indikator:
Diperdengarkan sebuah pernyataan pendek dengan topik "belajar
mandiri",

peserta

didik

dapat

menentukan

dengan

tepat

pernyataan yang sama artinya.


Soal:
(Soal dibacakan atau diperdengarkan hanya satu kali, kemudian
peserta didik memilih dengan tepat satu pernyataan yang sama
artinya. Soalnya adalah: "Heni harus masuk kelas pukul 7.00.,
tetapi dia datang pukul 8.00 pagi hari.")
Lembar tes hanya berisi pilihan seperti berikut.
a. Heni masuk kelas terlambat kurang dari satu jam
b. Heni masuk kelas lebih awal satu jam.
c. Heni masuk kelas terlambat satu jam
d. Heni masuk kelas terlambat lebih dari satu jam.
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

27
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

Kunci: c
Model yang kedua ini digunakan untuk soal yang tidak disertai dengan
dasar pertanyaan (stimulus).
Contoh model kedua
Indikator:
Peserta didik dapat menentukan dengan tepat penulisan tanda baca
pada nilai uang.
Soal:
Penulisan nilai uang yang benar adalah ....
a. Rp 125,b. RP 125,00
c. Rp125
d. Rp125.
Kunci: b
F. Langkah-langkah Penyusunan Butir Soal
Agar soal yang disiapkan oleh setiap guru menghasilkan bahan
ulangan/ujian yang sahih dan handal, maka harus dilakukan langkahlangkah berikut, yaitu: (1) menentukan tujuan tes, (2) menentukan
kompetensi yang akan diujikan, (3) menentukan materi yang diujikan,
(4) menetapkan penyebaran butir soal berdasarkan kompetensi,
materi, dan bentuk penilaiannya (tes tertulis: bentuk pilihan ganda,
uraian; dan tes praktik), (5) menyusun kisi-kisinya, (6) menulis butir
soal, (7) memvalidasi butir soal atau menelaah secara kualitatif, (8)
merakit soal menjadi perangkat tes, (9) menyusun pedoman penyekorannya (10) uji coba butir soal, (11) analisis butir soal secara
kuantitatif dari data empirik hasil uji coba, dan (12) perbaikan soal
berdasarkan hasil analisis.
G. Penyusunan Butir Soal Tes Tertulis
Penulisan butir soal tes tertulis merupakan suatu kegiatan yang sangat
penting dalam penyiapan bahan ulangan atau ujian. Setiap butir soal yang
ditulis harus berdasarkan rumusan indikator soal yang sudah disusun
dalam kisi-kisi dan berdasarkan kaidah penulisan soal bentuk objektif dan
kaidah penulisan soal uraian.
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

28
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam tes tertulis, sangat


tergantung pada perilaku atau kompetensi yang akan diukur. Ada
kompetensi yang lebih tepat diukur atau ditanyakan dengan menggunakan
tes tertulis dengan bentuk soal uraian, ada pula kompetensi yang lebih
tepat diukur dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal objektif.
Bentuk tes tertulis pilihan ganda maupun uraian memiliki kelebihan dan
kelemahan satu sama lain.
Keunggulan soal bentuk pilihan ganda diantaranya adalah dapat
mengukur kemampuan atau perilaku secara objektif, sedangkan untuk
soal uraian diantaranya adalah dapat mengukur kemampuan mengorganisasikan gagasan dan menyatakan jawabannya menurut kata-kata atau
kalimat sendiri. Kelemahan soal bentuk pilihan ganda diantaranya adalah
sulit menyusun pengecohnya, sedangkan untuk soal bentuk uraian
diantaranya sulit menyusun pedoman penyekorannya.
H. Kaidah Penulisan Soal Uraian
1. Materi
b.

Soal harus sesuai dengan indikator.


c. Setiap pertanyaan diberi batasan jawaban yang diharapkan.
d. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan asesmen.
e. Materi soal sesuai dengan jenjang dan jenis sekolah/kelas.
2. Konstruksi
a. Menggunakan kata tanya yang menuntut jawaban terurai.

b.

Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.

c.

Setiap soal harus ada pedoman penyekorannya.


d. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan
dengan jelas, terbaca, dan berfungsi.
3. Bahasa
a. Rumusan kalimat soal harus komunikatif.
b. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (baku).
c. Tidak menimbulkan penafsiran ganda.
d. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
e. Tidak

mengandung

kata/ungkapan

yang

menyinggung

Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun


2012
Rayon 07 Universitas Lampung

29
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

perasaan peserta didik.

Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun


2012
Rayon 07 Universitas Lampung

30
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

I. Penulisan Soal Bentuk Uraian


Menulis soal bentuk uraian diperlukan ketepatan dan kelengkapan
dalam merumuskannya. Ketepatan yang dimaksud adalah bahwa materi
yang ditanyakan tepat diujikan dengan bentuk uraian, yaitu menuntut
peserta didik untuk mengorganisasikan gagasan dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan secara tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Adapun kelengkapan yang dimaksud adalah
perilaku yang diukur dan digunakan untuk menetapkan aspek yang dinilai
dalam pedoman penyekorannya. Hal yang paling sulit dalam penulisan
soal bentuk uraian adalah menyusun pedoman penyekorannya. Penulis
soal harus dapat merumuskan setepat-tepatnya pedoman penyekorannya
karena kelemahan bentuk soal uraian terletak pada tingkat subjektivitas
penyekorannya.
Berdasarkan metode penyekorannya, bentuk uraian diklasifikasikan
menjadi 2, yaitu uraian objektif dan uraian non-objektif. Bentuk uraian
objektif adalah suatu soal atau pertanyaan yang menuntut sehimpunan
jawaban dengan pengertian/konsep tertentu, sehingga penyekorannya
dapat dilakukan secara objektif. Artinya perilaku yang diukur dapat diskor
secara dikotomi (benar - salah atau 1 - 0). Bentuk uraian non-objektif adalah suatu soal yang menuntut sehimpunan jawaban dengan pengertian
atau konsep menurut pendapat masing-masing peserta didik, sehingga
penyekorannya sukar untuk dilakukan secara objektif. Untuk mengurangi
tingkat kesubjektifan dalam pemberian skor ini, maka dalam menentukan
perilaku yang diukur dibuatkan skala. Misalnya, perilaku yang diukur
adalah "kesesuaian isi dengan tuntutan pertanyaan", maka skala yang
disusun disesuaikan dengan tingkatan kemampuan peserta didik.
Untuk tingkat SMA, misalnya dapat disusun skala seperti berikut.
321
SESUAICUKUP/SEDANGTIDAK SESUAI

Kesesuaiann isi dengan tuntutan pertanyaan 1 - 3


Skor
- Sesuai
3
- Cukup/sedang 2
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

31
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

- Tidak sesuai
Atau skala seperti berikut.

543 21
SSSC TSSTS

Kesesuaian isi dengan tuntutan pernyataan 1 - 5


Skor
- Sangat Sesuai
5
- Sesuai
4
- Cukup/sedang
3
- Tidak sesuai
2
- Sangat tidak sesuai 1
Agar instrumen yang disusun bermutu baik, maka penulisannya harus
memperhatikan kaidah penulisan. Untuk memudahkan pengelolaan,
perbaikan, dan pengembangan soal, maka soal ditulis di dalam format
kartu soal. Setiap satu soal dan pedoman penyekorannya ditulis di dalam
satu format. Untuk memudahkan pengelolaan, perbaikan, dan pengembangan soal, maka soal ditulis di dalam format kartu soal. Setiap satu soal
ditulis di dalam satu format. Adapun formatnya seperti berikut ini.

KARTU SOAL
Jenis Sekolah
: Sekolah Dasar
Penyusun
Mata Pelajaran
: Matematika
Bahan Kelas/Semester: IV / 2
Bentuk Soal
: Uraian
Kompetensi Dasar
Buku Sumber:
5.3 Melakukan operasi

: 1.
2.
3.

No Soal: 46

hitung campuran
Materi

Rumusan Butir Soal

Penjumlahan dan pengurangan

Penjual bensin memiliki: setengah drum ben-

bilangan bulat
Indikator Soal

sin, takaran 7 liter dan takaran 4 liter. Ada

Melakukan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan


bulat sampai 30, dikaitkan dengan

pemilik mobil mau membeli 6 liter bensin.


Tuliskan penjelasan Anda, dengan takarantakaran itu bagaimana melayani pembeli
tersebut?

pemecahan masalah.
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

32
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun


2012
Rayon 07 Universitas Lampung

33
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

FORMAT PEDOMAN PENSKORAN


No Soal
46

Kunci/Kriteria Jawaban
1.

Skor

Takaran 7 liter dipenuhi lalu

dituangkan ke takaran 4 liter


2.

Di takaran 7 liter ada sisa 3 liter,


lalu dituangkan ke tangki mobil
3.
Langkah 1 dan 2 diulangi lagi,
sehingga jumlahnya menjadi 6 liter
Skor maksimum

1
1
3

Bentuk soalnya terdiri dari: (1) dasar pertanyaan atau stimulus bila ada
atau diperlukan, (2) pertanyaan, dan (3) pedoman penskoran.
J. Penulisan Soal Bentuk Pilihan Ganda
Menulis soal bentuk pilihan ganda sangat diperlukan keterampilan
dan ketelitian. Hal yang paling sulit dilakukan dalam menulis soal bentuk
pilihan ganda adalah menuliskan pengecohnya. Pengecoh yang baik
adalah pengecoh yang tingkat kerumitan atau tingkat kesederhanaan,
serta panjang-pendeknya relatif sama dengan kunci jawaban. Oleh karena
itu, untuk memudahkan dalam penulisan soal bentuk pilihan ganda, maka
dalam penulisannya perlu mengikuti langkah-langkah berikut, langkah
pertama adalah menuliskan pokok soalnya, langkah kedua menuliskan
kunci jawabannya, langkah ketiga menuliskan pengecohnya.
Soal bentuk pilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan
pilihan jawabannya. Peserta didik yang mengerjakan soal hanya memilih
satu jawaban yang benar dari pilihan jawaban yang disediakan. Soalnya
mencakup: (1) dasar pertanyaan/stimulus (bila ada), (2) pokok soal
(stem), (3) pilihan jawaban (option)yang terdiri atas: kunci jawaban dan
pengecoh.
Perhatikan contoh berikut!

Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun


2012
Rayon 07 Universitas Lampung

34
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

Perhatikan iklan berikut


Dasar pertanyaan
Dijual sebidang tanah di Bekasi. Luas 4 ha. Baik untuk industri. Hubungi telpon 777777
stimulus
Pokok soal (stem)

Iklan ini termasuk jenis iklan .


(.)tanda akhir kalimat
a. permintaan
Pengecoh (distractor)
b. propaganda
(...)tanda ellip-sis (pernya-taan yang sengaja dihilangkan)
c. pengumuman
d. penawaran *
Kunci jawaban

Pilihan jawaban
(Option)

Kaidah-kaidah penulisan soal pilihan ganda adalah seperti berikut.


1. Materi
a. Soal

harus

sesuai

dengan

indikator.

Artinya

soal

harus

menanyakan perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai


dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi.
b. Pengecoh harus bertungsi
c. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar. Artinya,
satu soal hanya mempunyai satu kunci jawaban.
2. Konstruksi
a. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya,
kemampuan/ materi yang hendak diukur/ditanyakan harus jelas,
tidak menimbulkan pengertian atau penafsiran yang berbeda dari
yang dimaksudkan penulis. Setiap butir soal hanya mengandung
satu persoalan/gagasan
b. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan
pernyataan yang diperlukan saja. Artinya apabila terdapat
rumusan atau pernyataan yang sebetulnya tidak diperlukan, maka
rumusan atau pernyataan itu dihilangkan saja.
c. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar.
Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat kata, kelompok
kata, atau ungkapan yang dapat memberikan petunjuk ke arah
jawaban yang benar.
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

35
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

d. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif


ganda. Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat dua kata
atau lebih yang mengandung arti negatif. Hal ini untuk mencegah
terjadinya kesalahan penafsiran peserta didik terhadap arti
pernyataan

yang

dimaksud.

Untuk

keterampilan

bahasa,

penggunaan negatif ganda diperbolehkan bila aspek yang akan


diukur justru pengertian tentang negatif ganda itu sendiri.
e. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.
Artinya, semua pilihan jawaban harus berasal dari materi yang
sama seperti yang ditanyakan oleh pokok soal, penulisannya harus
setara, dan semua pilihan jawaban harus berfungsi.
f.

Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Kaidah ini


diperlukan karena adanya kecenderungan peserta didik memilih
jawaban yang paling panjang karena seringkali jawaban yang lebih
panjang itu lebih lengkap dan merupakan kunci jawaban.

g. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan Semua pilihan


jawaban di atas salah" atau "Semua pilihan jawaban di atas
benar". Artinya dengan adanya pilihan jawaban seperti ini, maka
secara materi pilihan jawaban berkurang satu karena pernyataan
itu bukan merupakan materi yang ditanyakan dan pernyataan itu
menjadi tidak homogen.
h. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun
berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis.
Artinya pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun dari
nilai angka paling kecil berurutan sampai nilai angka yang paling
besar, dan sebaliknya. Demikian juga pilihan jawaban yang
menunjukkan waktu harus disusun secara kronologis. Penyusunan
secara unit dimaksudkan untuk memudahkan peserta didik melihat
pilihan jawaban.
i.

Gambar, grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya yang


terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi. Artinya, apa saja
yang menyertai suatu soal yang ditanyakan harus jelas, terbaca,
dapat dimengerti oleh peserta didik. Apabila soal bisa dijawab
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun

2012
Rayon 07 Universitas Lampung

36
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

tanpa melihat gambar, grafik, tabel atau sejenisnya yang terdapat


pada soal, berarti gambar, grafik, atau tabel itu tidak berfungsi.
j.

Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata


yang bermakna tidak pasti seperti: sebaiknya, umumnya, kadangkadang.

k. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.


Ketergantungan pada soal sebelumnya menyebabkan peserta
didik yang tidak dapat menjawab benar soal pertama tidak akan
dapat menjawab benar soal berikutnya.
3. Bahasa dan budaya
a. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal
di antaranya meliputi: a) pemakaian kalimat: (1) unsur subjek, (2)
unsur predikat, (3) anak kalimat; b) pemakaian kata: (1) pilihan kata,
(2) penulisan kata, dan c) pemakaian ejaan: (1) penulisan huruf, (2)
penggunaan tanda baca.
b. Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga pernyataannya
mudah dimengerti peserta didik.
c. Pilihan jawaban jangan yang mengulang kata/frase yang bukan
merupakan satu kesatuan pengertian. Letakkan kata/frase pada
pokok soal.
K. Rangkuman
Penentuan tingkat perilaku yang akan diukur menurut Benjamin S.
Bloom adalah: (1) Ingatan, (2) Pemahaman, (3) Penerapan, (4) Analisis,
(5) Sintesis, dan (6) Evaluasi. Menurut Quellmalz adalah: (1) ingatan, (2)
analisis, (3) perbandingan, (4) penyimpulan, (5) evaluasi. Menurut Mazano
dkk. a: (1) keterampilan memusat, (2) keterampilan mengumpulkan informasi, (3) keterampilan mengingat, (4) keterampilan mengorganisasi, (5)
keterampilan menganalisis (6) keterampilan menghasilkan keterampilan
baru, (7) keterampilan memadu, dan (8) keterampilan menilai. Menurut
Robert M. Gagne: (1) kemampuan intelektual, (2) strategi kognitif, (3)
informasi verbal, (4) keterampilan motoris melaksanakan atau menjalanSertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

37
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

kan sesuatu, dan (5) sikap. Keterampilan berpikir menurut Linn dan
Gronlund (1) membandingkan, (2) hubungan sebab-akibat, (3) memberi
alasan, (4) meringkas, (5) menyimpulkan, (6) mengelompokkan, (7) menciptakan, (8) menerapkan, (9) analisis, (10) sintesis, dan (11) evaluasi.
Perilaku yang akan diukur agar sesuai dengan rumusan KD yang
dikembangkan pada indikator pencapaian kompetensi dan dijabarkan
pada indikator soal. Sebelum menyusun kisi-kisi dan butir soal perlu
ditentukan jumlah soal setiap kompetensi dasar dan penyebaran soalnya.
Kisi-kisi adalah deskripsi kompetensi dan materi yang akan diujikan.
Tujuan penyusunan kisi-kisi untuk menentukan ruang lingkup dan sebagai
petunjuk penulisan soal, persyaratan penyusunannya: (1) kisi-kisi harus
mewakili isi silabus atau materi yang telah diajarkan secara proporsional,
(2) komponen pokok mencakup: KD, materi, indikator soal, bentuk dan
nomor soal, dan (3) materi yang hendak ditanyakan dapat dibuat soalnya.
Syarat indikator soal yang baik: (1) menggunakan kata kerja operasional
yang tepat, (2) menggunakan satu kata kerja operasional untuk satu soal
objektif, dan satu atau lebih kata kerja operasional untuk soal uraian/tes
perbuatan, dan (3) dapat dibuatkan soal atau pengecohnya (untuk soal
pilihan ganda).
Langkah-langkah penyusunan soal: (1) menentukan tujuan tes, (2)
menentukan kompetensi yang akan diuji, (3) menentukan materi, (4)
menetapkan penyebaran butir soal berdasarkan KD, materi, dan bentuk
penilaiannya (tes tertulis: bentuk pilihan ganda, uraian; dan tes praktik),
(5) menyusun kisi-kisinya, (6) menulis butir soal, (7) telaah butir secara
kualitatif, (8) merakit soal jadi perangkat tes, (9) menyusun pedoman
penyekoran, (10) uji coba soal, (11) analisis butir soal secara kuantitatif
dari data empirik hasil uji coba, dan (12) perbaikan soal berdasarkan hasil
analisis.
L. Latihan
1. Benjamin S. Bloom mengembangkan ranah kognitif dengan urutan ....
a. Ingatan, pemahaman, analisis, aplikasi, sintesis, dan evaluasi
b. ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sntesis, dan evaluasi
c. ingatan, pemahaman, sntesis, aplikasi, analsis, dan evaluasi
d. ingatan, pemahaman, analisis, aplikasi, evaluasi, dan, sntesis
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

38
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

e. ingatan, pemahaman, aplikasi sntesis, analisis, dan evaluasi


2. Di bawah ini merupakan beberapa keterampilan berpikir yang dikembangkan
Linn dan Gronlund, kecuali ....

a.
b.
c.
d.
e.

membandingkan
menjelaskan
hubungan sebab-akibat
memberi alasan
meringkas
3. Di bawah ini merupakan beberapa langkah dalam penyusunan butir
soal, kecuali ....
a.
menentukan tujuan tes
b.
menentukan kompetensi yang akan diujikan
c.
menentukan materi yang diujikan
d.
menentukan batas ketuntasan/kelulusan
e.
menyusun kisi-kisi.

a.

d.

4. Di bawah ini merupakan kadah-kaidah dalam penulisan soal dilihat dari


materi, kecuali ....
soal harus sesuai dengan indikator
b. setiap pertanyaan harus diberikan batasan jawaban yang
diharapkan
c. materi yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan pengukuran
ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal
e. materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang jenis sekolah
atau tingkat kelas
5. Di bawah ini merupakan kadah-kaidah dalam penulisan soal dilihat dari
bahasa, kecuali ....
a.
menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar
b.
rumusan kalimat soal harus komunikatif
c.
tidak menimbulkan penafsiran ganda
d.
tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
e.
tidak mengandung ungkapan yang menyenangkan

Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun


2012
Rayon 07 Universitas Lampung

39
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

BAB V
PENULISAN INSTRUMEN UNTUK TES PERBUATAN
Kompetensi Dasar
Mendekripsikan dan menetapkan jenis perilaku yang dapat diukur dengan
tes perbuatan, terampil menyusun kisi-kisi dan mengembangkan butirbutir instrumen tes perbuatan.
Indikator
1. Menjelaskan perilaku yang dapat diukur dengan tes perbuatan.
2. Mengidentifikasi SK, KD, dan materi yang perlu diukur dengan tes
perbuatan untuk dimasukkan ke dalam kisi-kisi.
3. Menjabarkan indikator-indikator pencapaian kompetensi berdasarkan
kompetesi dasar ke dalam butir-butir tes perbuatan
4. Menyusun indikator soal berdasarkan indikator pencapaian kompetensi
5. Merumuskan butir-butir instrumen sesuai dengan indikator soal.
A. Pengertian
Tes perbuatan atau tes praktik merupakan suatu tes yang penilaiannya didasarkan pada perbuatan/praktik peserta didik. Sebelum menulis
butir soal untuk tes perbuatan, guru dapat mengecek dengan pertanyaan
berikut. Tepatkah kompetensi (yang akan diuji) diukur dengan tes tertulis?
Jika jawabannya tepat, kompetensi yang bersangkutan tidak tepat diujikan
dengan tes perbuatan atau tes praktik. Dalam menilai kemampuan praktik
peserta didik dapat digunakan beberapa jenis tes perbuatan di antaranya
adalah penilaian kinerja (performance), penugasan (project), dan hasil
karya (product).
B. Kaidah Penulisan Tes Perbuatan
Penyusunan butir tes perbuatan, penulis tes harus mengetahui konsep dasar penilaian perbuatan/praktik. Maksudnya pernyataan dalam tes
harus disusun dengan pernyataan yang betul-betul menilai perbuatan atau
praktik, bukan menilai yang lainnya. Tes perbuatan atau tes praktik
bentuk-bentuknya seperti berikut.
1.

Penilaian Kinerja, merupakan penilaian yang meminta peserta didik


mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam
konteks yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Dalam menulis
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun

2012
Rayon 07 Universitas Lampung

40
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

butir soal, perhatikan terlebih dahulu kompetensi dari materi yang


akan ditanyakan.
2.

Penilaian Penugasan, merupakan penilaian tugas yang meliputi:


pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian data
yang harus diselesaikan peserta didik secara individu atau kelompok
dalam waktu tertentu. Aspek yang dinilai diantaranya meliputi kemampuan: (1) pengelolaan, (2) relevansi, dan (3) keaslian.

3.

Penilaian Hasil Karya (produk), adalah penilaian keterampilan peserta didik dalam membuat suatu produk benda tertentu seperti hasil
karya seni, misal lukisan, gambar, patung, dll. Aspek yang dinilai meliputi: (1) tahap persiapan: pemilihan dan cara penggunaan alat, (2)
tahap proses produksi dan prosedur kerja, dan (3) tahap akhir/hasil:
kualitas dan estetika hasil karya. guru juga dapat memberikan penilaian pada pembuatan produk rancang bangun/perekayasaan teknologi
tepat guna, misalnya melalui: (1) adopsi, (2) modifikasi, atau (3) difusi.

Kaidah penulisan soal tes perbuatan adalah seperti berikut.


1. Materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator (menuntut tes perbuatan:
kinerja, hasil karya, atau penugasan).
b. Pertanyaan dan jawaban yang diharapkan harus sesuai.
c. Materi sesuai dengan kompetensi (urgensi, relevansi, kontinuitas,
keterpakaian sehari-hari tinggi).
d. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis sekolah
atau tingkat kelas.
2. Konstruksi
a. Menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban
perbuatan/praktik.
b. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
c. Disusun pedoman penyekorannya.
d. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan
jelas dan terbaca
3. Terkait Bahasa dan Budaya
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

41
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

a. Rumusan kalimat soal komunikatif


b. Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
c. Tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan penafsiran
ganda atau salah pengertian.
d. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku di daerah setempat atau
yang berkonotasi tabu.
e. Rumusan soal tidak mengandung kata/ungkapan yang dapat
menyinggung perasaan peserta didik.
C. Penulisan

Instrumen

Penilaian

Kinerja

(Performance

Assessment)
Penilaian kinerja merupakan penilaian yang meminta peserta didik
untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam
konteks yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Dalam menulis butir
instrumen, perhatikan terlebih dahulu kompetensi dari materi yang akan
ditanyakan, lihat contoh berikut.
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIK
Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani
Kelas/Semester: VII / Ganjil
Praktik
: Lari 100 meter
Skor Penilaian per Aspek
No
1
2
3
4

Jumlah
Skor

Nama
Ani
Budi
Cica
.... dst
Rerata
Tertinggi
Terendah

1
3
1

2
2
2

3
3
2

4
3
2

5
2
1

13
8

Nilai
52

Keterangan, aspek pengamatan:


1. Waktu jongkok lutut kaki belakang ada di depan ujung kaki lainnya
2. Kedua tangan di tanah, siku lurus, empat jari agak rapat mengarah ke
samping luar
3. Waktu jongkok posisi punggung segaris dengan kepala
4. Pandangan kira-kira 1 meter di depan garis start
5. Waktu aba-aba siap, posisi tungkai depan 90 dan tungkai belakang
100-120
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

42
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

Skor 5 = Sangat tepat, 4 = Tepat, 3 = Agak tepat, 2 = Tidak tepat, dan 1 =


Sangat tidak tepat.
Penentuan nilai, skor yang dicapai peserta didik diolah menjadi nilai
dengan rumus seperti berikut.
Nilai = (Skor capaian : Skor maksimal) x 100
Contoh:
Jumlah aspek penilaian = 5 aspek
Skor: 1 5, maka skor maksimal = 25 Ani = 13 : 25 x 100 = 52
(Sangat dianjurkan, guru agar menguasai Excel untuk menghitung nilai)

D. Penulisan Instrumen Penilaian Penugasan (Project)


Penilaian penugasan merupakan penilaian tugas (meliputi: pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian data) yang harus
diselesaikan peserta didik (individu/kelompok) dalam waktu tertentu.
Dalam penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu
diperhatikan yaitu:

Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan
mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan,

Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan
tahap perkembangan kognitif peserta didik,

Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya
dengan bimbingan pendidik dan dukungan berbagai pihak yang terkait.
Contoh soal tugas proyek biologi mengenai isu salingtemas (sain,
lingkungan, teknologi, masyarakat) di sekitar tempat tinggal peserta
didik.
Soal
Carilah isu salingtemas (sain, lingkungan, teknologi, masyarakat) yang
berkembang di sekitar tempat tinggalmu, rencanakan penelitian, lakukan
penelitian, dan buatlah laporan hasil penelitian. Dalam membuat laporan
perhatikan: kebenaran informasi/data, kelengkapan data, sistematika
laporan, dan penggunaan bahasa!
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun

2012
Rayon 07 Universitas Lampung

43
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

Catatan : Isu berhubungan dengan pro kontra.

Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun


2012
Rayon 07 Universitas Lampung

44
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

Pedoman Penskoran Penilaian Proyek


No
1
2

Aspek yang dinilai


Persiapan
Rumusan masalah (tepat = 3; kurang tepat = 2, tidak tepat = 1)
Pelaksanaan
a. Pengumpulan informasi (tepat = 3; kurang tepat = 2, tidak tepat = 1)
b. Keakuratan data/informasi (akurat = 3; kurang = 2; tidak akurat = 1)
c. Kelengkapan data (lengkap = 3; kurang = 2; tidak lengkap = 1)
d. Analisis data (baik = 3; cukup = 2; kurang = 1)
e. Kesimpulan (tepat = 2; kurang tepat = 1)
Pelaporan hasil
Sistematika laporan (baik = 2; tidak baik = 1)
Penggunaan bahasa (komunikatif = 2; kurang komunikatif = 1)
Penulisan/ejaan (tepat = 3; kurang tepat = 2; tidak tepat/banyak
kesalahan =1)
Tampilan (menarik = 2; kurang menarik = 1)
Skor maksimal

Skor
(3)
1-3
(14)
13
13
13
13
1-2
(9)
12
12
13
1-2
26

E. Penulisan Instrumen Penilaian Hasil Karya (Product)


Penilaian hasil karya merupakan penilaian keterampilan peserta didik
dalam membuat suatu produk benda tertentu seperti hasil karya seni,
misalnya: lukisan, gambar, patung, dll. Aspek yang dinilai diantaranya
meliputi: (1) tahap persiapan adalah pemilihan dan cara penggunaan alat,
(2) tahap proses (produksi) adalah prosedur kerja, dan (3) tahap akhir
(hasilnya): kualitas serta estetika hasil karya. Di samping itu, guru dapat
memberikan

penilaian

pada

pembuatan

produk

rancang

bangun

(perekayasaan) teknologi tepat guna, misalnya melalui: (1) adopsi, (2)


modifikasi, atau (3) difusi.
Contoh instrumen penilaian tugas: Produk
Penilaian produk terdiri atas 3 (tiga) tahap, yaitu:
1. Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam
merencanakan, menggali, mengembangkan gagasan, dan mendesain
produk.
2. Tahap

pelaksanaan

(pembuatan

produk),

meliputi:

penilaian

kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan


bahan, alat, dan teknik pembuatan.
3. Tahap penilaian hasil karya (appraisal), dilakukan terhadap karya
(produk) yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

45
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

Skor untuk setiap tahap dapat diberi bobot, misalnya untuk persiapan
20%, pelaksanaan 40%, dan hasil 40%.
Contoh soal produk mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan: membuat poster anti narkoba.
Pedoman penskorannya:
N
o
1

Aspek yang dinilai

Tahap persiapan
a. Memilih jenis bahan (tepat = 2; tidak tepat = 1)
b. Kualitas bahan (baik = 3; cukup = 2; kurang = 1)
c. Kelengkapan alat (lengkap = 2; tidak lengkap = 1)
2 Tahap pelaksanaan
a. Menentukan penulisan kalimat yang menarik:
menarik = 3; cukup = 2; kurang = 1
b. Keterampilan menggunakan alat/bahan: terampil =
3; cukup = 2; kurang = 1
c. Memperhatikan keselamatan kerja: ya = 2; tidak = 1
3 Tahap hasil
a.
Selesai tepat waktu ( tepat = 2; tidak tepat = 1)
b.
Kesesuaian dengan tugas (sesuai = 3; kurang
= 2; tidak = 1)
c.
Kerapian (rapi = 3; kurang = 2; tidak = 1)

Skor

Bobot

(7)
12
13
12
(8)

20 %

40%

13
13
12
(8)
12
13
13

40%

F. Rangkuman
Dalam menilai kemampuan praktik peserta didik dapat digunakan
beberapa jenis tes perbuatan di antaranya adalah penilaian kinerja
(performance), penugasan (project), dan hasil karya (product).
Tes perbuatan atau tes praktik bentuk-bentuknya seperti berikut: (1
Penilaian Kinerja, (2) Penilaian Penugasan, merupakan penilaian tugas
yang meliputi: pengumpulan, pengorganisasian, (3) Penilaian Hasil
Karya (produk)

Penilaian kinerja merupakan penilaian yang meminta

peserta didik untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam konteks yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Penilaian penugasan merupakan penilaian tugas (meliputi: pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian data) yang harus diselesaikan peserta didik (individu/kelompok) dalam waktu tertentu. Penilaian hasil
karya merupakan penilaian keterampilan peserta didik dalam membuat
suatu produk benda tertentu seperti hasil karya seni, misalnya: lukisan,
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

46
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

gambar, patung, dll


G. Latihan

a.
b.
c.
d.
e.

1. Penilaian yang meminta peserta didik untuk mendemonstrasikan dan


mengaplikasikan pengetahuan ke dalam konteks yang sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan adalah ....
penilaian tertulis
penilaian kinerja
penilaian lisan
penilaian portofolio
penilaian non tes
2. Aspek yang dinilai di antaranya meliputi: (1) tahap persiapan: pemilihan
dan cara penggunaan alat, (2) tahap proses/produksi: prosedur kerja,
dan (3) tahap akhir/hasil: kualitas serta estetika hasil karya, langkahlangkah tersebut adalah penilaian dengan menggunakan teknik
penilaian ....
a.
kinerja
b.
produk
c.
penugasan
d.
lisan
e.
wawancara
3. Berlatihlah dalam kelompok (3-4 orang) untuk membuat:
a. instrumen penilaian kinerja,
b. instrumen penilaian penugasan, dan
c. instrumen penilaian produk (hasil).

Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun


2012
Rayon 07 Universitas Lampung

47
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

BAB VI
PENULISAN INSTRUMEN NON-TES
Kompetensi Dasar
Mendekripsikan dan menetapkan jenis perilaku yang perlu diukur dengan
instrumen non-tes, terampil menyusun kisi-kisi dan mengembangkan butirbutir instrumen non-tes.
Indikator
1. Menjelaskan perilaku yang dapat diukur dengan instrumen non-tes.
2. Mengidentifikasi SK, KD, dan materi yang perlu diukur dengan instrumen non-tes untuk dimasukkan ke dalam kisi-kisi.
3. Menjabarkan indikator-indikator pencapaian kompetensi berdasarkan
kompetesi dasar ke dalam bentuk-bentuk instrumen non-tes
4. Menyusun indikator instrumen non-tes berdasarkan indikator pencapaian kompetensi
5. Merumuskan butir-butir instrumen non-tes sesuai dengan indikatornya.
A. Pengertian
Instrumen non-tes adalah instrumen selain tes prestasi belajar. Alat
penilaian yang dapat digunakan antara lain adalah: (1) lembar pengamatan (observasi), seperti: catatan harian, portofolio, life skill, (2) instrumen
tes sikap, tes bakat, tes minat, dsb.
Pada prinsipnya, prosedur penulisan butir instrumen non-tes adalah
sama dengan prosedur penulisan tes pada tes prestasi belajar, yaitu
menyusun kisi-kisi tes, menuliskan butir instrumen berdasarkan kisikisinya, telaah, validasi butir, uji coba butir, perbaikan butir berdasarkan
hasil uji coba. Namun, dalam proses awalnya, sebelum menyusun kisi-kisi
tes, terdapat perbedaan dalam menentukan validitas isi pada tes dan
konstruk pada non-tes. Dalam tes prestasi belajar, validitas isi diperoleh
melalui kurikulum dan buku pelajaran, tetapi untuk non-tes validitas
konstruknya diperoleh melalui "teori". Teori adalah pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa atau kejadian, dsb.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990: 932).
B. Pengamatan
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

48
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

Pengamatan merupakan suatu alat penilaian yang pengisiannya


dilakukan oleh guru atas dasar pengamatan terhadap perilaku peserta
didik yang sesuai dengan kompetensi yang hendak diukur. Pengamatan
dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai alat, antara lain: lembar
pengamatan, penilaian portofolio, dan penilaian kecakapan hidup (life
skill).
Pelaksanaan pengamatan perilaku dapat dilakukan guru pada
sebelum mengajar, saat mengajar, dan sesudah mengajar. Perilaku
minimal yang dapat dinilai dengan pengamatan untuk perilaku atau budi
pekerti peserta didik, misalnya: ketaatan pada ajaran agama, toleransi,
disiplin, tanggung jawab, kasih sayang, gotong royong, kesetiakawanan,
hormat-menghormati, sopan santun, dan jujur. Lembar penilaian perilaku
peserta didik dalam melaksanakan diskusi kelompok, contohnya sbb.
Contoh:
LEMBAR PENGAMATAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM DISKUSI

Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan


Kelas/Semester: VII/ganjil
Skor Aspek Pengamatan
No
1
2
3
4

Jumlah
Skor

Nama
Ani
Budi
Cica
.... dst
Rerata
Tertinggi
Terendah

1
3
1

2
2
2

3
3
2

4
3
2

5
2
1

13
8

Penafsiran
Baik
Cukup

Keterangan, aspek pengamatan:


1. Menyampaikan pendapat dengan jelas
2. Memberi kesempatan teman untuk menyampaikan pendapat
3. Memotong pembicaraan teman lain
4. Mau menerima pendapat teman
5. Menyanggah pendapat teman dengan sopan
Pemberian skor: 1 = Kurang; 2 = Cukup; 3 = Baik
Penafsiran, jumlah skor: <6 = Kurang; 6-10= Cukup; >10 Baik
Catatan:
Penghitungannya akan mudah jika dihitung dengan Excel.
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

49
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

Portofolio merupakan deskripsi peta perkembangan kemampuan


individu peserta didik. Jadi portofolio merupakan kartu sehat individu
peserta didik. Bila ada peserta didik yang sakit, tugas guru adalah: (1)
menentukan penyakitnya apa, kemudian (2) memberi obat yang tepat
agar peserta didik cepat sembuh dari penyakitnya.
C. Penyusunan Kisi-kisi Instrumen Non-tes
Dalam kisi-kisi non-tes formatnya berisi dimensi, indikator, jumlah butir
soal per indikator, dan nomor butir soal. Formatnya seperti berikut ini.
No

Dimensi

Indikator

Jumlah Soal per


Nomor Soal
Indikator

Jumlah Soal =

Untuk mengisi kolom dimensi dan indikator, penulis soal harus


mengetahui

terlebih

dahulu

validitas

konstruknya

yang

disusun/

dirumuskan melalui teori. Cara termudah untuk mendapatkan teori adalah


membaca beberapa buku, hasil penelitian, atau mencari informasi lain
yang berhubungan dengan variabel atau tujuan tes yang dikehendaki.
Oleh karena itu, peserta didik atau responden yang hendak mengerjakan
tes ini (instrumen non-tes) tidak perlu mempersiapkan/belajar materi yang
hendak diteskan terlebih dahulu seperti pada tes prestasi belajar.
Setelah teori diperoleh dari berbagai buku, maka langkah selanjutnya
adalah menyimpulkan teori itu dan merumuskan mendefinisikan (yaitu
definisi konsep dan definisi operasional) dengan kata-kata sendiri
berdasarkan pendapat para ahli yang diperoleh dari beberapa buku yang
telah dibaca. Definisi tentang teori yang dirumuskan inilah yang
dinamakan konstruk. Berdasarkan konstruk yang telah dirumuskan itu,
langkah selanjutnya adalah menentukan dimensi (tema-objek/hal-hal
pokok yang menjadi pusat tinjauan teori), indikator (uraian/rincian dimensi
yang akan diukur), dan penulisan butir soal berdasarkan indikatornya.
Untuk lebih memudahkan dalam menyusun kisi-kisi tes, perhatikan alur
urutannya seperti pada bagan berikut.
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

50
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

TEORI
KONSTRUK
(Dari hasil penelitian/ pendapat dari:-Definisi konsep
1. Buku A
-Definisi Operasional
2. Buku B
3. Buku C
4. Buku D
5. Buku E
dst

DIMENSI

INDIKATOR

Berdasarkan bagan di atas, penulis soal dapat dengan mudah


mengecek apakah instrumen tesnya atau butir-butir soal sudah sesuai
dengan indikatornya atau belum. Misalnya soal nomor 1 sampai dengan
soal terakhir berasal darimana? Dari indikator. Indikator dari mana? Dari
dimensi. Rumusan dimensi darimana? Dari konstruk. Rumusan konstruk
darimana? Dari teori. Jadi kesimpulannya instrumen tes yang telah
disusun merupakan alat ukur yang (sudah tepat atau belum tepat)
mewakili teori.
D. Kaidah Penulisan Soal
Dalam penulisan soal pada instrumen non-tes, penulis butir soal
harus memperhatikan kaidah (ketentuan) penulisannya, yaitu seperti
berikut.
1. Materi
a. Pernyataan harus sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi.
b. Aspek yang diukur pada setiap pernyataan sudah sesuai dengan
tuntutan dalam kisi-kisi (misal untuk tes sikap: aspek kognisi,
afeksi atau konasinya dan pernyataan positif atau negatifnya).
2. Konstruksi
a. Pernyataan dirumuskan dengan singkat (tidak melebihi 20 kata)
dan jelas.
b. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang tidak relevan objek yang
dipersoalkan

atau

kalimatnya

merupakan

pernyataan

yang

diperlukan saja.
c. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang bersifat negatif ganda.
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

SOAL

51
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

d. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang mengacu pada masa lalu.


e. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang faktual atau dapat
diinterpretasikan sebagai fakta.
f.

Kalimatnya bebas dari pernyataan yang dapat diinterpretasikan


lebih dari satu cara.

g. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang mungkin disetujui atau


dikosongkan oleh hampir semua responden.
h. Setiap pernyataan hanya berisi satu gagasan secara lengkap.
i.

Kalimatnya bebas dari pernyataan yang tidak pasti seperti semua,


selalu, kadang-kadang, tidak satupun, tidak pernah.

j.

Jangan banyak mempergunakan kata hanya, sekedar, sematamata. Gunakanlah seperlunya.

3. Bahasa/Budaya
a. Bahasa soal harus komunikatif dan sesuai dengan jenjang
pendidikan peserta didik atau responden.
b. Soal harus menggunakan bahasa Indonesia baku.
c. Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
E. Contoh Penulisan Kisi-kisi Non-Tes dan Butir Instrumennya
Dalam bagian ini disajikan beberapa contoh penulisan kisi-kisi tes dan
penulisan butir instrumen yang sangat sederhana. Tujuan utamanya
adalah agar contoh-contoh ini mudah dipahami oleh para guru. Contoh
yang akan disajikan adalah penulisan kisi-kisi dan butir instrumen untuk
tes skala sikap, tes minat belajar, tes motivasi berprestasi, dan tes
kreativitas. Untuk contoh instrumen non-tes lainnya, para guru dapat
menyusunnya sendiri yang proses penyusunannya adalah sama dengan
contoh berikut.
1. Tes Skala Sikap
Berbagai definisi tentang sikap yang telah dikemukakan oleh para
ahli, diantaranya adalah Mueller (1986: 3) yang menyampaikan 5
definisi, yaitu:
a. Sikap adalah afeksi untuk atau melawan, penilaian tentang, suka
atau tidak suka, tanggapan positif/negatif terhadap suatu objek
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

52
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

psikologis (Thurstone).
b. Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak ke arah atau
melawan suatu faktor lingkungan (Emory Bogardus).
c. Sikap adalah kesiapsiagaan mental atau saraf (Goldon Allport).
d. Sikap adalah konsistensi dalam tanggapan terhadap objek-objek
sosial (Donald Cambell).
e. Sikap merupakan tanggapan tersembunyi yang ditimbulkan oleh
suatu nilai (Ralp Linton, ahli antropologi kebudayaan).
Berdasarkan beberapa definisi di atas, para ahli menyimpulkan bahwa
sikap memiliki 3 komponen penting, yaitu komponen: (1) kognisi yang
berhubungan dengan kepercayaan, ide, dan konsep; (2) afeksi yang
mencakup perasaan seseorang; dan (3) konasi yang merupakan
kecenderungan bertingkah laku atau yang akan dilakukan. Oleh karena
itu, ketiga komponen ini dimasukkan ke dalam kisi-kisi sikap peserta
didik terhadap mata pelajaran Matematika". Adapun definisi operasional
sikap

peserta didik terhadap mata pelajaran Matematika adalah

kecenderungan untuk menyenangi atau tidak menyenangi mata pelajaran


Matematika.
Contoh: Kisi-kisi Tes Sikap.
No
1.

2.
3.

Dimensi
Kognisi
(persepsi
keya-kinan)

&

Afeksi
(perasaan/
emosi)
Konasi
(kecenderungan
bertindak)

Indikator
1. Persepsi siswa tentang mata
pelajaran Matematika
2. Keyakinan siswa tentang
manfaat Matematika
3. ..... dst.
6. Suka mengerjakan Matematika
7. Tidak suka belajar Matematika
8. ... dst.
11. Malas mengerjakan Matematika
12. Mengharapkan ada pekerjaan
rumah Matematika

Butir Instrumen
1
2
.... dst.

13. ... dst.

Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun


2012
Rayon 07 Universitas Lampung

53
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

Contoh:
INSTRUMEN SKALA SIKAP
Jawablah dengan cara membuat tanda cek () pada kolom jawaban yang
sesuai dengan pendapat Anda.
No.
Pernyataan
1. Belajar Matematika membiasakan kita berfikir rasional
Mata pelajaran Matematika melatih kita berpikir
2. sistematis dan analisis
....
6.
7.
....

SS

TS STS

.
Saya menyenangi mata pelajaran Matematika
Saya Tidak suka belajar Matematika

Saya tidak mengharap pekerjaan rumah mata pelajaran Matematika


Saya akan bersedia membantu jika teman kesulitan
12. mengerjakan Matematika

11.

....

Keterangan : SS = sangat setuju, S = setuju, N = netral,


TS = tidak setuju, STS = sangat tidak setuju.
2. Tes Minat belajar
Minat adalah kesadaran yang timbul bahwa objek tertentu sangat
disenangi dan melahirkan perhatian yang tinggi bagi individu terhadap
objek tersebut (Crites, 1969 : 29). Di samping itu, minat juga merupakan kemampuan untuk memberikan stimulus yang mendorong seseorang untuk

memperhatikan aktivitas yang dilakukan berdasarkan

pengalaman yang sebenarnya (Crow and Crow, 1984 :248). Berdasarkan kedua pengertian tersebut, minat merupakan kemampuan
seseorang untuk memberikan perhatian terhadap suatu objek yang
disertai dengan rasa senang dan dilakukan penuh kesadaran.
Peserta didik yang menaruh minat pada suatu mata pelajaran,
perhatiannya akan tinggi dan minatnya berfungsi sebagai pendorong
kuat untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar pada
pelajaran tersebut. Maka definisi operasional minat belajar adalah
pilihan kesenangan dalam melakukan kegiatan dan dapat membangkitkan gairah seseorang untuk memenuhi kesediaannya yang dapat
diukur melalui kesukacitaan, ketertarikan, perhatian dan keterlibatan.
Berikut contoh kisi-kisi dan tes minat belajar sastra Indonesia.
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

54
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

Contoh:
Kisi-kisi tes minat
No.

Dimensi

1.

Kesukaan

2.

Ketertarikan

3.

Perhatian

4.

Keterlibatan

Indikator

Nomor Soal

Gairah
Inisiatif
Responsif
Kesegeraan
Konsentrasi
Ketelitian
Kemauan
Keuletan
Kerja Keras

8, 13
16, 17
10, 15, 20
2, 6, 9
7, 19
3, 10
4, 5
1, 18
12, 14

Keterangan : Nomor yang bergaris bawah adalah untuk pernyataan positif


Contoh:
TES MINAT PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN
Nama Siswa

: .................................

Kelas/Semester : .............../.................
No.

Pernyataan

1.
2.
3.
4.

Saya Senang mengikuti mata pelajaran IPS


Saya rugi bila tidak mengikuti mata pelajaran IPS
Saya merasa mata pelajaran IPS bermanfaat.
Saya berusaha menyerahkan tugas mata pelajaran
IPS tepat waktu.
Saya berusaha memahami mata pelajaran IPS
Saya bertanya kepada guru bila ada materi mata
pelajaran IPS yang tidak jelas
Saya mengerjakan soal-soal latihan mata pelajaran
IPS di rumah.
Saya mendiskusikan materi pelajaran dengan teman
sekelas.
Saya berusaha memiliki buku mata pelajaran IPS.
Saya berusaha mencari bahan mata pelajaran IPS di
perpustakaan
Jumlah Skor =
Total Skor =
Tafsiran:

5.
6.
7.
8.
9.
10.

SL

SR

JR

TP

Sangat berminat / Berminat / Kurang berminat / Tidak berminat


Keterangan : SL = selalu, SR = sering, JR = jarang, TP = tidak pernah.
Keterangan :
Dari 4 kategori: skor terendah 10 dan skor tertinggi 40, rentangnya sbb:
33 - 40 : Sangat berminat
25 - 32 : Berminat
17 - 24 : Kurang berminat
10 - 16 : Tidak berminat
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

55
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

F. Rangkuman
Instrumen non-tes adalah instrumen selain tes prestasi belajar. Alat
penilaian yang dapat digunakan antara lain adalah: (1) lembar pengamatan (observasi), seperti: catatan harian, portofolio, life skill, (2) instrumen
tes sikap, tes bakat, tes minat, dsb. Dalam tes prestasi belajar, validitas isi
diperoleh melalui kurikulum dan buku pelajaran, tetapi untuk non-tes
validitas konstruknya diperoleh melalui "teori".
Pengamatan merupakan suatu alat penilaian yang pengisiannya
dilakukan oleh guru atas dasar pengamatan terhadap perilaku peserta
didik yang sesuai dengan kompetensi yang hendak diukur. Pengamatan
dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai alat, antara lain: lembar
pengamatan, penilaian portofolio, dan penilaian kecakapan hidup (life
skill).
Sikap adalah afeksi untuk atau melawan, penilaian tentang, suka atau
tidak suka, tanggapan positif/negatif terhadap suatu objek psikologis
Minat adalah kesadaran yang timbul bahwa objek tertentu sangat
disenangi dan melahirkan perhatian yang tinggi bagi individu terhadap
objek tersebut

G. Latihan
1. Di bawah ini adalah bentuk instrumen untuk mengujur sikap, kecuali ....
a. Lembar kerja
b. Lembar rubrik
c. Lembar wacana
d. Lembar pengamatan
e. Lembar penilaian
2. Kecenderungan bertindak dalam perubahan tingkah laku melalui
latihan dan pengalaman dari keadaan tidak tahu menjadi tahu yang
dapat diukur melalui: toleransi, kebersamaan dan gotong-royong, rasa
kesetiakawanan, dan kejujuran adalah definisi operasional dari ....
a. minat belajar
b. sikap belajar
c. motivasi berprestasi
d. stress belajar
e. aktivitas belajar

Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun


2012
Rayon 07 Universitas Lampung

56
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

3. Hal-hal yang berhubungan dengan emosi atau perasaan dalam


mengukur sikap termasuk dalam dimensi ....
a. kognisi
b. afeksi
c. konasi
d. toleransi
e. persepsi
4. Minat adalah kesadaran yang timbul bahwa objek tertentu sangat
disenangi dan melahirkan perhatian yang tinggi bagi individu terhadap
objek tersebut. Pendapat ini dikemukakan oleh ....
b. Cror and Crow
c. Grondlund
d. Crites
e. Thrustone
f. Donal Cambell
5. Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak ke arah atau melawan
suatu faktor lingkungan. Pendapat ini dikemukakan oleh ....
a. Thurstone
b. Emory Bogardus
c. Goldon Allport
d. Donald Cambell
e. Ralp Linton,

Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun


2012
Rayon 07 Universitas Lampung

57
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

BAB VII
PENETAPAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)
Kompertensi Dasar
Mendeskripsikan pengertian, fungsi, prinsip-prinsip Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM), mengkaji kriteria KKM (kompleksitas, daya dukung, dan
intake siswa), dan menghitung secara benar untuk menetapkan KKM.
Indikator
1.
2.
3.
4.

Menjelaskan pengertian KKM


Menjelaskan fungsi KKM
Menjelaskan prinsip-prinsip KKM
Mengkaji kriteria KKM (kompleksitas, daya

dukung, dan intake siswa)


5.
Menghitung secara benar untuk menetapkan
KKM.
A.

Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal


Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi
adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu
dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah (yang
harus dicapai) untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan
belajar dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
KKM harus ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai. Seberapapun besarnya jumlah peserta didik yang melampaui batas ketuntasan
minimal, tidak mengubah keputusan pendidik dalam menyatakan lulus dan
tidak lulus pembelajaran. Acuan kriteria tidak diubah secara serta merta
karena hasil empirik penilaian. Pada acuan norma, kurva normal sering
digunakan untuk menentukan ketuntasan belajar peserta didik jika
diperoleh hasil rata-rata kurang memuaskan. Nilai akhir sering dikonversi
dari kurva normal untuk mendapatkan sejumlah peserta didik yang
melebihi nilai 6,0 sesuai proporsi kurva. Acuan kriteria mengharuskan
pendidik untuk melakukan tindakan yang tepat terhadap hasil penilaian,
yaitu memberikan layanan remedial bagi yang belum tuntas dan atau
layanan pengayaan bagi yang sudah melampaui kriteria ketuntasan
minimal.
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

58
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan


berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan
atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir
sama. Pertimbangan pendidik atau forum MGMP secara akademis
menjadi pertimbangan utama penetapan KKM. Kriteria ketuntasan
menunjukkan persentase tingkat pencapaian kompetensi sehingga
dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100
merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara nasional
diharapkan mencapai minimal 75. Satuan pendidikan dapat memulai dari
kriteria

ketuntasan

minimal

di

bawah

target

nasional

kemudian

ditingkatkan secara bertahap.


KKM menjadi acuan bersama pendidik, peserta didik, dan orang tua.
Oleh karena itu pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penilaian di
sekolah

berhak

untuk

mengetahuinya.

Satuan

pendidikan

perlu

melakukan sosialisasi agar informasi dapat diakses dengan mudah (misal,


bisa dibaca di website sekolah) oleh peserta didik dan atau orang tua.
KKM harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB) sebagai
acuan dalam menyikapi hasil belajar peserta didik.
B. Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal
KKM dalam penyelenggaraan pembelajaran agar berfungsi seperti
berikut.
1. Sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik
sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti. Setiap
kompetensi dasar dapat diketahui ketercapaiannya berdasarkan KKM
yang ditetapkan. Pendidik harus memberikan respon yang tepat
terhadap pencapaian kompetensi dasar dalam bentuk pemberian
layanan remedial atau layanan pengayaan;
2. Sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti
penilaian mata pelajaran. Setiap kompetensi dasar (KD) dan indikator
ditetapkan KKM yang harus dicapai dan dikuasai oleh peserta didik.
Peserta didik diharapkan dapat mempersiapkan diri dalam mengikuti
penilaian agar mencapai nilai melebihi KKM. Apabila hal tersebut tidak
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

59
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

bisa dicapai, peserta didik harus mengetahui

KD-KD yang belum

tuntas dan perlu perbaikan;


3. Dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan
evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah.
Evaluasi keterlaksanaan dan hasil program kurikulum dapat dilihat
dari keberhasilan pencapaian KKM sebagai tolok ukur. Maka hasil
pencapaian KD berdasarkan KKM yang ditetapkan perlu dianalisis
untuk mendapatkan informasi tentang peta KD-KD tiap mata pelajaran
yang mudah atau sulit, dan cara perbaikan dalam proses pembelajaran maupun pemenuhan sarana-prasarana belajar di sekolah;
4. Merupakan kontrak pedagogik antara pendidik dengan peserta didik
dan antara satuan pendidikan dengan masyarakat. Keberhasilan
pencapaian KKM merupakan upaya yang harus dilakukan bersama
antara pendidik, peserta didik, pimpinan satuan pendidikan, dan orang
tua. Pendidik melakukan upaya pencapaian KKM dengan memaksimalkan proses pembelajaran dan penilaian. Peserta didik melakukan
upaya pencapaian KKM dengan proaktif mengikuti kegiatan pembelajaran serta mengerjakan tugas-tugas yang telah didesain pendidik.
Orang tua dapat membantu dengan memberikan motivasi dan
dukungan penuh bagi putra-putrinya dalam mengikuti pembelajaran.
Sedangkan pimpinan satuan pendidikan berupaya memaksimalkan
pemenuhan kebutuhan untuk mendukung terlaksananya proses
pembelajaran dan penilaian di sekolah;
5. Merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi
tiap mata pelajaran. Satuan pendidikan harus berupaya semaksimal
mungkin untuk melampaui KKM yang ditetapkan. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan salah satu tolok ukur kinerja satuan pendidikan
dalam menyelenggarakan program pendidikan. Satuan pendidikan
dengan KKM yang tinggi dan dilaksanakan secara bertanggung jawab
dapat menjadi tolok ukur kualitas mutu pendidikan bagi masyarakat.
C. Prinsip Penetapan KKM
Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal perlu mempertimbangkan
beberapa ketentuan sebagai berikut:
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

60
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

1. Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan yang


dapat dilakukan melalui metode kualitatif dan atau kuantitatif. Metode
kualitatif dapat dilakukan melalui professional judgement oleh pendidik
dengan mempertimbangkan kemampuan akademik dan pengalaman
pendidik mengajar mata pelajaran di sekolahnya. Sedangkan metode
kuantitatif dilakukan dengan rentang angka yang disepakati sesuai
dengan penetapan kriteria yang ditentukan;
2. Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal dilakukan melalui analisis
ketuntasan

belajar

minimal

pada

setiap

indikator

dengan

memperhatikan kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta didik


untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar dan standar kompetensi
3. Kriteria ketuntasan minimal setiap Kompetensi Dasar (KD) merupakan
rata-rata dari indikator yang terdapat dalam Kompetensi Dasar
tersebut. Peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan belajar
untuk KD tertentu apabila yang bersangkutan telah mencapai
ketuntasan belajar minimal

yang telah ditetapkan untuk seluruh

indikator pada KD tersebut;


4. Kriteria

ketuntasan

minimal

setiap

Standar

Kompetensi

(SK)

merupakan rata-rata KKM Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat


dalam SK tersebut;
5. Kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran merupakan rata-rata dari
semua KKM-SK yang terdapat dalam satu semester atau satu tahun
pembelajaran, dan

dicantumkan dalam Laporan

Hasil

Belajar

(LHB/Rapor) peserta didik;


6. Indikator merupakan acuan/rujukan bagi pendidik untuk membuat
soal-soal ulangan, baik Ulangan

Harian (UH), Ulangan Tengah

Semester (UTS) maupun Ulangan Akhir Semester (UAS). Soal


ulangan

ataupun

tugas-tugas

harus

mampu

mencerminkan/

menampilkan pencapaian indikator yang diujikan. Dengan demikian


pendidik tidak perlu melakukan pembobotan seluruh hasil ulangan,
karena semuanya memiliki hasil yang setara;
7. Pada setiap indikator atau kompetensi dasar dimungkinkan adanya
perbedaan nilai ketuntasan minimal.
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

61
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

D. Langkah-Langkah Penetapan KKM


Penetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelompok guru mata
pelajaran. Langkah penetapan KKM adalah sebagai berikut.
1. Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata pelajaran dengan
mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu kompleksitas, daya
dukung, dan intake peserta didik dengan skema sebagai berikut:
KKM
Indikator

KKM
KD

KKM
MP

KKM
SK

Hasil penetapan KKM indikator berlanjut pada KD, SK hingga KKM


mata pelajaran;
2. Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran
disahkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru dalam
melakukan penilaian;
3. KKM yang ditetapkan disosialisaikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan, yaitu peserta didik, orang tua, dan dinas pendidikan;
4. KKM dicantumkan dalam LHB pada saat hasil penilaian dilaporkan
kepada orang tua/wali peserta didik.
E. Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan kriteria ketuntasan
minimal adalah:
1. Tingkat kompleksitas, kesulitan atau kerumitan setiap indikator,
kompetensi dasar, dan standar kompetensi yang harus dicapai oleh
peserta didik. Suatu indikator dikatakan memiliki tingkat kompleksitas
tinggi, apabila dalam pencapaiannya didukung oleh sekurang-kurangnya satu dari sejumlah kondisi sebagai berikut:
a. guru yang memahami dengan benar kompetensi yang harus
dibelajarkan pada peserta didik;
b. guru yang kreatif dan inovatif dengan metode pembelajaran yang
bervariasi;
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

62
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

c. guru yang menguasai pengetahuan dan kemampuan sesuai


bidang yang diajarkan;
d. peserta didik dengan kemampuan penalaran tinggi;
e. peserta didik yang cakap/terampil menerapkan konsep;
f.

peserta didik yang cermat, kreatif dan inovatif dalam penyelesaian


tugas/pekerjaan;

g. waktu yang cukup lama untuk memahami materi tersebut karena


memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan yang tinggi, sehingga
dalam proses pembelajarannya memerlukan pengulangan/latihan;
h. tingkat kemampuan penalaran dan kecermatan yang tinggi agar
peserta didik dapat mencapai ketuntasan belajar.
Contoh 1.
SK 2.

: Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya


dalam perhitungan kimia (stoikiometri)

KD 2.2

: Membuktikan dan mengkomunikasikan berlakunya hukumhukum dasar kimia melalui percobaan serta menerapkan
konsep mol dalam menyelesaikan perhitungan kimia

Indikator

: Menentukan pereaksi pembatas dalam suatu reaksi

Indikator ini memiliki kompleksitas yang tinggi, karena untuk menentukan


pereaksi pembatas diperlukan beberapa tahap pemahaman/penalaran
peserta didik dalam perhitungan kimia.
Contoh 2.
SK 1.

: Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan


ikatan kimia

KD 1.1.

: Memahami struktur atom berdasarkan teori atom Bohr,


sifat-sifat unsur, massa atom relatif, dan sifat-sifat periodik
unsur dalam tabel periodik serta menyadari keteraturannya,
melalui pemahaman konfigurasi elektron

Indikator : Menentukan konfigurasi elektron berdasarkan tabel


periodik atau nomor atom unsur.
Indikator ini memiliki kompleksitas yang rendah karena tidak memerlukan
tahapan berpikir atau penalaran yang tinggi.
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

63
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

2. Kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan


pembelajaran pada masing-masing sekolah.
a. Sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan tuntutan
kompetensi yang harus dicapai peserta didik seperti perpustakaan,
laboratorium, dan alat/bahan untuk proses pembelajaran;
b. Ketersediaan

tenaga,

manajemen

sekolah,

dan

kepedulian

stakeholders sekolah.
Contoh:
SK 3.

: Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan


faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri

KD 3.3

: Menjelaskan keseimbangan dan faktor-faktor yang


mempengaruhi pergeseran arah keseimbangan dengan
melakukan percobaan

Indikator

: Menyimpulkan pengaruh perubahan suhu, konsentrasi,


tekanan, dan volume pada pergeseran keseimbangan
melalui percobaan.

Daya dukung untuk indikator ini tinggi apabila sekolah mempunyai


sarana prasarana cukup untuk melakukan percobaan, dan guru mampu
menyajikan pembelajaran dengan baik. Tetapi daya dukungnya rendah
apabila sekolah tidak mempunyai sarana untuk melakukan percobaan
atau guru tidak mampu menyajikan pembelajaran dengan baik.
3. Tingkat kemampuan (intake) rata-rata peserta didik di sekolah
yang bersangkutan
Penetapan intake di kelas X dapat didasarkan pada hasil seleksi
pada saat penerimaan peserta didik baru, Nilai Ujian Nasional, rapor
SMP, tes seleksi masuk atau psikotes; sedangkan penetapan intake di
kelas XI dan XII berdasarkan kemampuan peserta didik di kelas
sebelumnya.
Untuk memudahkan analisis setiap indikator, perlu dibuat skala
penilaian yang disepakati oleh guru mata pelajaran.
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

64
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun


2012
Rayon 07 Universitas Lampung

65
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

Contoh:
Kriteria Penetapan KKM
Aspek yang dianalisis

Kriteria dan Skala Penilaian


Tinggi
< 65
Tinggi
80-100
Tinggi
80-100

Kompleksitas
Daya Dukung
Intake siswa

Sedang
65-79
Sedang
65-79
Sedang
65-79

Rendah
80-100
Rendah
<65
Rendah
<65

Atau dengan menggunakan poin/skor pada setiap kriteria yang ditetapkan.


Aspek yang dianalisis

Kriteria penyekoran

Kompleksitas

Tinggi = 1

Sedang = 2

Rendah = 3

Daya Dukung

Tinggi = 3

Sedang = 2

Rendah = 1

Intake siswa

Tinggi = 3

Sedang = 2

Rendah = 1

Jika indikator memiliki kriteria kompleksitas tinggi (skor 1), daya


dukung tinggi (skor 3) dan intake peserta didik sedang (skor 2), maka nilai
KKM-nya adalah:
1+3+ 2
x 100
9

= 66,7

Nilai KKM merupakan angka bulat, maka nilai KKM-nya adalah 67.
Berikut ini penerapan contoh perhitungan KKM pada mata pelajaran Kimia
seperti ditampilkan di halaman berikut.

Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun


2012
Rayon 07 Universitas Lampung

66
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

Contoh:
Penentuan KKM Per KD dan Indikator
Mata Pelajaran
: KIMIA
Kelas/semester
: X/2
Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat larutan non-elektrolit
dan elektrolit, serta reaksi oksidasi-reduksi
Kompetensi Dasar/Indikator

Kriteria Pencapaian Ketuntasan


Belajar Siswa (KD/Indikator)
Komplek
Daya
Intake
sitas
dukung

3.1 Mengidentifikasi sifat larutan nonelektrolit dan elektrolit berdasarkan


data hasil percobaan
a. Menyimpulkan gejala-gejala
Rendah
hantaran arus listrik dalam
(80)
berbagai larutan berdasarkan
hasil pengamatan.
b. Mengelompokkan larutan ke
Sedang
dalam larutan elektrolit dan non
(70)
elektrolit berdasarkan sifat hantaran listriknya.
c. Menjelaskan penyebab kemam- Tinggi
puan larutan elektrolit meng(65)
hantarkan arus listrik.
d. Menjelaskan bahwa larutan
Tinggi
elektrolit dapat berupa senyawa
(65)
ion dan senyawa kovalen polar

KKM
Penge
t

Praktik

72

72

Tinggi
(80)

Sedang
(70)

76,6

Tinggi
(80)

Sedang
(70)

73,3

Tinggi
(80)

Rendah
(65)

70

Tinggi
(80)

Rendah
(65)

70

Nilai KKM KD merupakan angka bulat, maka nilai KKM 72,47 dibulatkan
menjadi 72.
F. Rangkuman
Kriteria paling rendah (yang harus dicapai) untuk menyatakan peserta
didik mencapai ketuntasan belajar dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan
berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan
atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir
sama. Pertimbangan pendidik atau forum MGMP secara akademis
menjadi pertimbangan utama penetapan KKM.
KKM dalam penyelenggaraan pembelajaran agar berfungsi: (1)
Sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik
sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti; (2) Sebagai acuan
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

67
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian mata


pelajaran; (3)Dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam
melakukan evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah;
(4) Merupakan kontrak pedagogik antara pendidik dengan peserta didik
dan antara satuan pendidikan dengan masyarakat; (5) Merupakan target
satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiap mata pelajaran..
Penetapan KKM mempertimbangkan prinsip-prinsip: (1) Penetapan
KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan yang dapat dilakukan
melalui metode kualitatif dan atau kuantitatif; (2) Penetapan nilai KKM
dilakukan melalui analisis ketuntasan belajar minimal pada setiap indikator
dengan memperhatikan kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta
didik; (3) Kriteria ketuntasan minimal setiap Kompetensi Dasar (KD)
merupakan rata-rata dari indikator yang terdapat dalam Kompetensi Dasar
tersebut; (4) KKM setiap Standar Kompetensi (SK) merupakan rata-rata
KKM Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam SK tersebut; (5) KKM
mata pelajaran merupakan rata-rata dari semua KKM-SK yang terdapat
dalam satu semester atau satu tahun pembelajaran, dan dicantumkan
dalam Laporan Hasil Belajar (LHB/Rapor) peserta didik; (6) Indikator merupakan acuan atau rujukan bagi pendidik untuk membuat soal-soal
ulangan, baik Ulangan Harian (UH), Ulangan Tengah Semester (UTS)
maupun Ulangan Akhir Semester (UAS); (7) Pada setiap indikator atau
kompetensi dasar dimungkinkan adanya perbedaan nilai ketuntasan
minimal
G. Latihan
Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, setelah dilakukan pengkajian
seluruh KD diperoleh informasi seperti berikut.
KD 1 : kompleksitas tinggi, intake siswa baik, daya dukung rendah
KD 2 : kompleksitas rendah, intake siswa baik, daya dukung rendah
KD 3 : kompleksitas tinggi, intake siswa rendah, daya dukung rendah
KD 4 : kompleksitas rendah, intake siswa sedang, daya dukung rendah
Hitunglah besar KKM untuk tingkat standar kompetensi mata pelajaran
tersebut.
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

68
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

BAB VIII
PENILAIAN ASPEK DAN MATA PELAJARAN YANG DINILAI, DAN
INSTRUMEN PENILAIAN
Kompertensi Dasar
Mendeskripsikan jenis kegiatan penilaian hasil belajar, teknik penilaian
dan aspek yang dinilai pada setiap kelompok mata pelajaran, menjabarkan dimensi-dimensi pengukuran minat, sikap, akhlak mulia ke dalam
indikator-indikator pada kisi-kisi.
Indikator
1. Menjelaskan berbagai macam kegiatan penilaian.
2. Memberi contoh teknik penilaian dan aspek yang dinilai pada setiap
kelompok mata pelajaran
3. Menjabarkan dimensi-dimensi pengukuran minat, sikap, akhlak mulia
ke dalam indikator-indikator pada kisi-kisi.
A.

Teknik Penilaian
Permendiknas No. 22 tahun 2006 menyatakan bahwa Standar Isi
(SI) untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah mencakup lingkup
materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai
kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Di
dalam SI dijelaskan bahwa kegiatan pembelajaran dalam KTSP meliputi
tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.
Tatap muka adalah pertemuan formal antara pendidik dan peserta didik
dalam pembelajaran di kelas. Penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri
tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran berupa pendalaman materi
pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk
mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur
ditentukan oleh pendidik, sedangkan waktu penyelesaian kegiatan mandiri
tidak terstruktur diatur sendiri oleh peserta didik. Sejalan dengan
ketentuan tersebut, penilaian dalam KTSP harus dirancang untuk dapat
mengukur dan memberikan informasi mengenai pencapaian kompetensi
peserta didik yang diperoleh melalui kegiatan tatap muka, penugasan
terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.
Berbagai

macam

teknik

penilaian

dapat

dilakukan

secara

Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun


2012
Rayon 07 Universitas Lampung

69
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

komplementer (saling melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang dinilai.


Teknik

penilaian

dimaksud

antara

lain

melalui:

tes,

observasi,

penugasan, inventori, jurnal, penilaian diri, dan penilaian antarteman


yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan
peserta didik.
1. Tes adalah pemberian sejumlah pertanyaan yang jawabannya dapat
benar atau salah. Tes dapat berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes
praktik atau tes kinerja. Tes tertulis adalah tes yang menuntut peserta
tes memberi jawaban secara tertulis berupa pilihan dan/atau isian. Tes
yang jawabannya berupa pilihan meliputi pilihan ganda, benar-salah,
dan menjodohkan. Sedangkan tes yang jawabannya berupa isian
dapat berbentuk isian singkat dan/atau uraian. Tes lisan adalah tes
yang dilaksanakan melalui komunikasi langsung (tatap muka) antara
peserta didik dengan pendidik. Pertanyaan dan jawaban diberikan
secara lisan. Tes praktik (kinerja) adalah tes yang meminta peserta
didik

melakukan

perbuatan

atau

mendemonstasikan

atau

menampilkan keterampilan.
Dalam rancangan penilaian, tes dilakukan secara berkesinambungan
melalui berbagai macam ulangan dan ujian. Ulangan meliputi ulangan
harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan
kenaikan kelas. Sedangkan ujian terdiri atas ujian nasional dan ujian
sekolah.
Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian
kompetensi

peserta

didik

secara

berkelanjutan

dalam

proses

pembelajaran, untuk melakukan perbaikan pembelajaran, memantau


kemajuan dan menentukan keberhasilan belajar peserta didik.
Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk
mengukur

pencapaian

kompetensi

peserta

didik

setelah

menyelesaikan satu kompetensi dasar (KD) atau lebih.


Ulangan tengah semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh
pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah
melaksanakan 8 9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

70
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

tengah semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan


seluruh KD pada periode tersebut.
Ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik
untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik pada akhir
semester. Cakupan ulangan akhir semester meliputi seluruh indikator
yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.
Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik
pada akhir semester genap untuk mengukur pencapaian kompetensi
peserta didik

pada akhir semester genap pada satuan pendidikan

yang menggunakan sistem paket. Cakupan ulangan kenaikan kelas


meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada
semester genap.
Ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau
penyelesaian dari suatu satuan pendidikan.
Ujian nasional adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi
peserta didik pada beberapa mata pelajaran tertentu dalam kelompok
mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menilai
pencapaian Standar Nasional Pendidikan.
Ujian sekolah adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi
peserta

didik

yang

dilakukan

oleh

satuan

pendidikan

untuk

memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah


satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan. Mata pelajaran
yang diujikan pada ujian sekolah adalah mata pelajaran pada
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak
diujikan pada ujian nasional, dan aspek kognitif dan/atau psikomotorik
untuk kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, serta
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.
2. Observasi adalah penilaian yang dilakukan melalui pengamatan terhadap peserta didik selama pembelajaran berlangsung dan/atau di luar
kegiatan pembelajaran. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan
data kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan kompetensi yang dinilai,
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

71
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

dan dapat dilakukan baik secara formal maupun informal. Penilaian


observasi dilakukan antara lain sebagai penilaian akhir kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika,
serta kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.
3. Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik baik secara
perorangan maupun kelompok. Penilaian penugasan diberikan untuk
penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur, dan dapat
berupa praktik di laboratorium, tugas rumah, portofolio, proyek,
dan/atau produk.
4. Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik
dalam bidang tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat,
perkembangan prestasi, dan kreativitas peserta didik (Popham, 1999).
Bentuk ini cocok untuk mengetahui perkembangan unjuk kerja peserta
didik dengan menilai bersama

karya-karya atau tugas-tugas yang

dikerjakannya. Peserta didik dan pendidik perlu melakukan diskusi


untuk menentukan skor. Pada penilaian portofolio, peserta didik dapat
menentukan karya-karya yang akan dinilai, melakukan penilaian
sendiri kemudian hasilnya dibahas. Perkembangan kemampuan
peserta didik dapat dilihat pada hasil penilaian portofolio. Teknik ini
dapat dilakukan dengan baik apabila jumlah peserta didik yang dinilai
sedikit.
5. Proyek adalah tugas yang diberikan kepada peserta didik dalam kurun
waktu tertentu. Peserta didik dapat melakukan penelitian melalui
pengumpulan, pengorganisasian, dan analisis data, serta pelaporan
hasil kerjanya. Penilaian proyek dilaksanakan terhadap persiapan,
pelaksanaan, dan hasil.
6. Produk (hasil karya) adalah penilaian yang meminta peserta didik
menghasilkan suatu hasil karya. Penilaian produk dilakukan terhadap
persiapan, pelaksanaan/proses pembuatan, dan hasil.
7. Inventori merupakan teknik penilaian melalui skala psikologis yang
dipakai untuk mengungkapkan sikap, minat, dan persepsi peserta didik
terhadap objek psikologis.
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

72
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

18. Jurnal merupakan catatan pendidik selama proses pembelajaran yang


berisi informasi hasil pengamatan terhadap kekuatan dan kelemahan
peserta didik yang berkait dengan kinerja ataupun sikap dan perilaku
peserta didik yang dipaparkan secara deskriptif.
9. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk menilai dirinya sendiri mengenai berbagai hal. Dalam
penilaian diri, setiap peserta didik harus mengemukakan kelebihan dan
kekurangan dirinya secara jujur.
10. Penilaian antarteman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya
dalam berbagai hal secara jujur.
Kombinasi penggunaan berbagai teknik penilaian di atas akan
memberikan informasi yang lebih akurat tentang kemajuan belajar
peserta didik. Karena pembelajaran pada KTSP meliputi kegiatan tatap
muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur,
maka penilaianpun harus dilaksanakan seperti itu. Tabel berikut
menyajikan contoh penilaian yang dilakukan dalam pembelajaran
melalui kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan
mandiri tidak terstruktur.
Tabel 1 Penilaian untuk Kegiatan Tatap Muka dan Penugasan
Mata
Pelajaran
Matematika

Pendidikan
Agama Islam

Kompetensi Dasar

Penilaian Untuk Kegiatan Pembelajaran


Tatap Muka

Menggunakan
Ulangan mengenal
pengukuran waktu, dan menggunakan
panjang, dan berat pengukuran
dalam pemecahan
masalah
Membaca QS Al
Ulangan mengenai
Baqarah: 30, Alhukum bacaan
Mukminum: 12untuk surat dan
14, Az-Zariyat: 56
ayat yang sesuai
dan An-Nahl: 78

Tugas Terstruktur

Kegiatan Mandiri

Memberikan
latihan mengukur
waktu, panjang,
dan berat

Tugas mendata alat


ukur yang sering
digunakan seharihari

Melafalkan QS Al
Baqarah: 30, AlMukminum: 12-14,
Az-Zariyat: 56 dan
An-Nahl: 78
dengan makhraj
yang benar

Membuat rangkuman perbandingan tiga


referensi tafsir Al
Quran (Ibnu
Katsir, Jalalain,
dan Al-Azhar) QS
Al Baqarah: 30,
Al-Mukminum: 1214, Az-Zariyat: 56
dan An-Nahl: 78

Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun


2012
Rayon 07 Universitas Lampung

73
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

B. Aspek yang Dinilai


Penilaian dilakukan secara menyeluruh yaitu mencakup semua aspek
kompetensi yang meliputi kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir yang menurut taksonomi
Bloom secara hierarkis terdiri atas pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Pada tingkat pengetahuan, peserta didik
menjawab pertanyaan berdasarkan hapalan saja. Pada tingkat pemahaman, peserta didik dituntut untuk menyatakan jawaban atas pertanyaan
dengan kata-katanya sendiri. Misalnya, menjelaskan suatu prinsip atau
konsep. Pada tingkat aplikasi, peserta didik dituntut untuk menerapkan
prinsip dan konsep dalam suatu situasi yang baru. Pada tingkat analisis,
peserta didik diminta untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa
bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat, dan
menemukan hubungan sebab akibat. Pada tingkat sintesis, peserta didik
dituntut merangkum suatu cerita, komposisi, hipotesis, atau teorinya
sendiri, dan mensintesiskan pengetahuan. Pada tingkat evaluasi, peserta
didik mengevaluasi informasi, seperti bukti sejarah, editorial, teori-teori,
dan termasuk di dalamnya melakukan

judgement (pertimbangan)

terhadap hasil analisis untuk membuat keputusan.


Kemampuan psikomotor melibatkan gerak adaptif (adaptive movement) atau gerak terlatih dan keterampilan komunikasi berkesinambungan
(non-discursive communication) - (Harrow, 1972). Gerak adaptif

terdiri

atas keterampilan adaptif sederhana (simple adaptive skill), keterampilan


adaptif gabungan (compound adaptive skill), dan keterampilan adaptif
komplek (complex adaptive skill). Keterampilan komunikasi berkesinambungan mencakup gerak ekspresif (expressive movement) dan gerak
interpretatif (interpretative movement). Keterampilan adaptif sederhana
dapat dilatihkan dalam berbagai mata pelajaran, seperti bentuk keterampilan menggunakan peralatan laboratorium IPA. Keterampilan adaptif
gabungan, keterampilan adaptif komplek, dan keterampilan komunikasi
berkesinambungan baik gerak ekspresif maupun gerak interpretatif dapat
dilatihkan dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Pendidikan Jasmani,
Olahraga dan Kesehatan.
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

74
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

Kondisi afektif peserta didik berhubungan dengan sikap, minat, dan


atau nilai-nilai. Kondisi ini tidak dapat dideteksi dengan tes, tetapi dapat
diperoleh melalui angket, inventori, atau pengamatan yang sistematik dan
berkelanjutan. Sistematik berarti pengamatan mengikuti suatu prosedur
tertentu, sedangkan berkelanjutan memiliki arti pengukuran dan penilaian
yang dilakukan secara terus menerus.
Dalam laporan hasil belajar peserta didik, terdapat komponen
pengetahuan yang umumnya merupakan representasi aspek kognitif,
komponen praktik yang melibatkan aspek psikomotorik, dan komponen
sikap yang berkaitan dengan kondisi afektif peserta didik terhadap mata
pelajaran tertentu. Tabel berikut menyajikan berbagai aspek yang dinilai
untuk lima kelompok mata pelajaran (sesuai PP Nomor 19 tahun 2005
pasal 64).
Tabel 2 Aspek yang dinilai dalam berbagai mata pelajaran
No
1
2

Kelompok Mata
Pelajaran
Agama dan akhlak
mulia
Kewarganegaraan
dan kepribadian

Ilmu Pengetahuan
dan Tenologi

Contoh Mata Pelajaran

Aspek yang Dinilai

Pendidikan Agama

Pengetahuan dan sikap

Pendidikan Kewarganegaraan

Pengetahuan dan sikap

Matematika

Pengetahuan dan sikap

Fisika, Kimia, Biologi

Pengetahuan, praktik,
dan sikap

Ekonomi, Sejarah, Geografi,


Sosiologi, Antropologi

Pengetahuan dan sikap

Bhs Indonesia, bahasa


Inggris, bahasa asing lain

Pengetahuan, praktik,
dan sikap

Teknologi Informasi dan


Komunikasi

Pengetahuan, praktik,
dan sikap

Estetika

Seni Budaya

Praktik dan sikap

Jasmani, olahraga,
dan Kesehatan

Pendidikan jasmani, olahraga,


dan kesehatan

Pengetahuan, praktik,
dan sikap

C. Penilaian Kelompok Mata Pelajaran


Dalam KTSP terdapat 5 kelompok mata pelajaran, yaitu kelompok
mata pelajaran: (1) agama dan akhlak mulia; (2) kewarganegaraan dan
kepribadian; (3) ilmu pengetahuan dan teknologi; (4) estetika; (5) jasmani,
olahraga dan kesehatan.

Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun


2012
Rayon 07 Universitas Lampung

75
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

1. Penilaian kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia


Kompetensi yang dikembangkan dalam kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia terfokus pada aspek kognitif atau pengetahuan dan aspek afektif atau perilaku. Penilaian hasil belajar untuk
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dilakukan melalui:
a. Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai
perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik;
b. Ujian, ulangan, dan atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif
Dalam rangka menilai akhlak peserta didik, guru agama dan guru
mata pelajaran lain melakukan pengamatan terhadap perilaku peserta
didik, baik di dalam maupun di luar kelas. Pengamatan ini dimaksudkan
untuk menilai perilaku peserta didik yang menyangkut pengamalan
agamanya seperti kedisiplinan, kebersihan, tanggung jawab, sopan santun, hubungan sosial, kejujuran, dan pelaksanaan ibadah ritual.
Tabel berikut menampilkan dimensi dan indikator penilaian akhlak mulia.
Tabel 3. Dimensi dan indikator sebagai rambu-rambu penilaian akhlak mulia
No
1

Dimensi
Disiplin

Bersih

Tanggungjawab

Sopan Santun

Hubungan
Sosial

Jujur

Pelaksanaan
ibadah ritual

Indikator
Datang dan pulang tepat waktu
Membuang sampah pada tempatnya
Mencuci tangan sebelum makan
Membersihkan tempat kegiatan
Merawat kebersihan diri
Menyelesaikan tugas pada waktunya
Berani menanggung resiko
Berbicara dengan sopan
Bersikap hormat pada orang lain
Berpakaian sopan
Berposisi duduk yang sopan
Menjalin hubungan baik dengan guru
Menjalin hubungan baik dengan sesama teman
Menolong teman
Mau bekerjasama dalam kegiatan yang positif
Menyampaikan pesan apa adanya
Mengatakan apa adanya
Tidak berlaku curang
Melaksanakan sembahyang
Menunaikan ibadah puasa
Berdoa
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun

2012
Rayon 07 Universitas Lampung

76
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

Keterangan:
Rambu-rambu tersebut di atas dapat digunakan sebagai bahan acuan
bagi guru mata pelajaran agama dan guru mata pelajaran lain. Bagi guru
mata pelajaran lain hasil pertimbangan diberikan kepada guru agama
terutama mengenai perilaku yang benar-benar menyimpang yang dilakukan berulang-ulang oleh peserta didik. Penentuan nilai akhir kelompok
mata pelajaran agama dan akhlak mulia pada akhir satuan pendidikan
dilakukan melalui rapat dewan pendidik yang didasarkan pada hasil ujian
sekolah dengan mempertimbangkan penilaian oleh pendidik.
2. Penilaian

kelompok

mata

pelajaran

Kewarganegaraan

dan

Kepribadian
Hasil belajar kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan
Kepribadian meliputi:
a.

Pemahaman akan hak dan kewajiban diri sebagai warga


negara, yaitu aspek kognitif sebagai hasil belajar mata pelajaran
PKn.

b.

Kepribadian,

yaitu

beberapa

aspek

kepribadian

sebagaimana disebutkan dalam Kerangka Dasar dan Struktur


Kurikulum.
c.

Perilaku berkepribadian, yaitu berbagai bentuk perilaku


sebagai penerjemahan dimilikinya ciri-ciri kepribadian warga
negara.
Seperti kelompok mata pelajaran Agama dan Akhlak Mulia, penilai-

an kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian dilakukan melalui:


1

a. Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk


menilai perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik;

b. Ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek


kognitif peserta didik.

3Contoh pengamatan aspek kepribadian dan indikator perilaku dapat


dilhat pada tabel di halaman berikut.
Tabel 4. Penilaian terhadap aspek kepribadian peserta didik
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

77
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

Aspek Kepribadian
Bertanggungjawab

Indikator Perilaku
1a. Tidak menghindari kewajiban
2b. Melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan
3c. Menaati tata tertib sekolah
4d. Memelihara fasilitas sekolah

Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun


2012
Rayon 07 Universitas Lampung

78
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

Aspek Kepribadian
Percaya Diri

1Saling
Menghargai
Bersikap Santun

Kompetitif

3.

Indikator Perilaku
1a. Tidak mudah menyerah
2b. Berani menyatakan pendapat
3c. Berani bertanya
4d. Mengutamakan usaha sendiri daripada bantuan
1a. Menerima pendapat yang berbeda
2b. Memaklumi kekurangan orang lain
3c. Mengakui kelebihan orang lain
d. Dapat bekerjasama
1a. Menerima nasihat guru
2b. Menghindari permusuhan dengan teman
3c. Menjaga perasaan orang lain
1a. Berani bersaing
2b. Menunjukkan semangat berprestasi
3c. Berusaha ingin lebih maju
4d. Memiliki keinginan untuk tahu

Penilaian kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi

1PP 19 tahun 2005 Pasal 63 ayat (1) menyatakan bahwa penilaian pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah untuk kelompok mata
pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), terdiri atas penilaian
hasil belajar oleh: pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik, bahan
penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses
pembelajaran. Penilaian ini dilakukan melalui ulangan, penugasan,
dan/atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik materi yang
diujikan. Penilaian hasil belajar mata pelajaran pada kelompok iptek
juga dilakukan oleh satuan pendidikan melalui ujian sekolah/madrasah
dan oleh pemerintah melalui ujian nasional.
2Penilaian kelompok mata pelajaran iptek untuk SMA dilaksanakan
melalui muatan dan atau kegiatan bahasa, matematika, IPA (fisika,
kimia, biologi), IPS (ekonomi, sejarah, sosiologi, geografi), keterampilan, teknologi informasi dan komunikasi (TIK), serta muatan lokal
yang relevan. Penilaian dalam kelompok mata pelajaran iptek disesuaikan dengan karakteristik tiap-tiap rumpun mata pelajaran. Berikut
ini adalah karakteristik penilaian tiap-tiap rumpun mata pelajaran yang
dimaksudkan.

Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun


2012
Rayon 07 Universitas Lampung

79
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

a. Penilaian kemampuan berbahasa harus memperhatikan hakikat


dan fungsi bahasa yang lebih menekankan pada bagaimana
menggunakan bahasa secara baik dan benar sehingga mengarah
kepada

penilaian

kemampuan

berbahasa

berbasis kinerja.

Penilaian ini menekankan pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang mengutamakan adanya tugas-tugas interaktif dalam
empat aspek keterampilan berbahasa, yakni mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis. Oleh karena itu, penilaian kemampuan berbahasa bersifat autentik dan pragmatik. Selain itu,
komunikasi nyata senantiasa melibatkan lebih dari satu keterampilan berbahasa sehingga harus diperhatikan keterpaduan antara
keterampilan berbahasa tersebut.
b. Penilaian dalam matematika perlu menekankan keterampilan
bermatematika, bukan hanya pengetahuan matematika. Sebagai
konsekuensi, pendidik hendaknya memperhatikan benar kemampuan berpikir yang ingin dinilainya. Selain itu, titik berat penilaian
dalam matematika hendaknya diberikan kepada penilaian yang
terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran. Penilaian yang terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran harus mencakup soal atau
tugas yang memerlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Soal
atau tugasdemikian akan mendorong peserta didik untuk senantiasa berusaha meningkatkan kemampuan berpikirnya. Penilaian
akhir terhadap peserta didik hendaknya berdasarkan pada teknik
penilaian yang beragam. Tingkat kesukaran soal untuk penilaian
akhir hendaknya bukan karena kerumitan prosedural yang harus
dilakukan peserta didik, melainkan karena kebutuhan akan tingkat
pemahaman dan pemikiran yang lebih tinggi.
c. Penilaian IPA dan IPS dapat dilakukan secara terpadu dengan
proses pembelajaran. Penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes tertulis, observasi, tes praktik, penugasan, tes lisan,
portofolio, jurnal, inventori, penilaian diri, dan penilaian antarteman. Pengumpulan data penilaian selama proses pembelajaran
melalui observasi juga penting untuk dilakukan. Data aspek afektif
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

80
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

seperti sikap ilmiah, minat, dan motivasi belajar dapat diperoleh


dengan observasi, penilaian diri, dan penilaian antarteman.
d. Penilaian dalam bidang TIK dapat diukur melalui tes praktik
sewaktu peserta didik menyelesaikan tugas dan/atau produk yang
dihasilkan. Tes praktik, dapat dilakukan melalui tes keterampilan
tertulis, tes identifikasi, tes praktik simulasi maupun tes/uji petik/
contoh kerja. Dalam pendidikan teknologi dan kejuruan, tugastugas laboratorium/bengkel harus dirancang untuk mensimulasikan tes praktik pada pekerjaan yang sesungguhnya melalui tes
praktik simulasi. Tes petik kerja atau tes sampel kerja merupakan
tes praktik tingkat tertinggi yang merupakan perwujudan dari tes
praktik keseluruhan yang hendak diukur. Selain dengan tes
kinerja, penilaian dalam bidang teknologi dapat pula dengan hasil
penugasan dan portofolio. Hasil penugasan dapat berupa produk
yang mencerminkan kompetensi peserta didik. Hasil portofolio
yang berupa kumpulan hasil kerja berkesinambungan dapat
dipakai sebagai informasi yang menggambarkan perkembangan
kompetensi peserta didik.
4.Penilaian kelompok mata pelajaran Estetika
Kelompok mata pelajaran estetika dilaksanakan melalui muatan
dan/atau kegiatan bahasa, seni dan budaya, keterampilan, dan muatan
lokal yang relevan. Kelompok mata pelajaran estetika memiliki
karakteristik yang menjadikannya unik di antara mata pelajaran lain.
Keunikan pembelajaran kelompok mata pelajaran estetika terletak pada
kegiatan pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman estetik
melalui dua kegiatan yang saling terkait satu sama lain, yakni apresiasi
(appreciation) dan kreasi (creation), termasuk di dalamnya yang bersifat
rekreatif (performance). Pengalaman estetik adalah pengalaman
menghayati nilai keindahan. Penilaian hasil belajar kelompok mata
pelajaran estetika dilakukan melalui pengamatan terhadap perubahan
perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan ekspresi
psikomotorik peserta didik. Untuk memenuhi tuntutan akuntabilitas
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

81
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

dalam dunia pendidikan, pendidik mata pelajaran kelompok mata


pelajaran estetika perlu mengembangkan sistem penilaian hasil belajar
dengan memperhatikan esensi kelompok mata pelajaran estetika.
Penilaian hasil belajar yang relatif dapat diterima adalah jenis penilaian
berbasis pengamatan/ observasi yakni penilaian yang dilakukan
dengan cara mengamati secara terfokus: (1) perilaku peserta didik
dalam hal apresiasi, performance/ rekreasi, dan kreasi sebagai
cerminan dari kompetensi dalam mata pelajaran Seni Budaya; dan (2)
perilaku peserta didik dalam hal mendengarkan, berbicara, membaca,
dan menulis sebagai cerminan dari kompetensi aspek sastra dalam
mata pelajaran Bahasa Indonesia. Penilaian untuk mata pelajaran
kelompok mata pelajaran estetika perlu pula menyesuaikan dengan
sifat satuan dan jenjang pendidikan. Pada satuan pendidikan SMA/MA,
pembelajaran dan penilaian mata pelajaraan kelompok mata pelajaran
estetika lebih ditekankan pada upaya pengembangan kepribadian
peserta didik agar menjadi manusia yang utuh.
5. Penilaian kelompok mata pelajaran Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
Kelompok Mata Pelajaran Jasmani, Olahraga dan Kesehatan bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan
gerak, keterampilan berfikir, keterampilan sosial, stabilitas emosional,
tindakan moral, aspek pola hidup sehat, dan pengenalan lingkungan
bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga, dan kesehatan yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
nasional. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran jasmani, olah
raga, dan kesehatan dilakukan melalui:
a.

Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk


menilai perkembangan psikomotorik dan afeksi peserta didik;

b.

Ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif


peserta didik.
Sesuai dengan karakteristik kelompok mata pelajaran ini, teknik

penilaian mengacu pada aspek yang dinilai, yaitu teknik untuk mengukur aspek kognitif, afektif, dan keterampilan motorik peserta didik.
Untuk keperluan tersebut, teknik penilaian dapat berbentuk tes perSertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

82
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

buatan/unjuk kerja, dan pengamatan terhadap perilaku, penugasan,


dan tes pengetahuan.
Tes kinerja dalam pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan
dimaksudkan untuk mengukur kemampuan psikomotor peserta didik.
Kemampuan psikomotor tersebut secara umum mencakup kesegaran
jasmani, kelincahan, dan koordinasi yang merupakan unsur-unsur
dalam keterampilan gerak, di samping itu dapat juga dilakukan tes
kinerja yang secara khusus dapat menggambarkan keterampilan
dalam pendidikan jasmani dan olahraga seperti keterampilan bermain
sepak bola, keterampilan bermain bola basket, keterampilan bermain
bola voli dan sebagainya. Kemampuan psikomotor peserta didik ini
harus diukur setiap menyelesaikan satu kompetensi tertentu.
Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh melakukan kegiatan sehari-hari tanpa merasa lelah. Pengukuran kesegaran jasmani
dapat dilakukan dengan berbagai tes kesegaran jasmani yang telah
dibakukan dan sesuai dengan tingkat usia peserta didik; seperti Tes
Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI), tes aerobik, dsb. Pengukuran
kesegaran jasmani ini sebaiknya dilakukan tiap tiga bulan sekali,
sehingga dapat diketahui tingkat perkembangan atau kemajuannya.
Kelincahan adalah kemampuan tubuh mengubah arah dengan
cepat dan tepat. Pengukuran kelincahan dapat dilakukan dengan
berbagai macam tes kelincahan yang sesuai dengan tingkat usia
peserta didik dan karakteristik aktivitas jasmani atau cabang olahraga.
Kelincahan peserta didik diukur setelah peserta didik menyelesaikan
satu kompetensi tertentu. Koordinasi adalah kemampuan tubuh untuk
mengelola unsur-unsur yang terlibat dalam proses terjadinya gerakan,
dari yang sederhana sampai yang kompleks. Pengukuran koordinasi
dapat dilakukan dengan berbagai macam tes koordinasi yang sesuai
dengan tingkat usia peserta didik dan karakteristik aktivitas jasmani
atau cabang olahraga seperti: tes koordinasi mata-tangan, tes
koordinasi mata-kaki, tes koordinasi mata-tangan dan kaki, tes menggiring (drible) bola dalam sepakbola, tes menggiring (drible) bola
dalam bolabasket, dsb. Kemampuan koordinasi peserta didik diukur
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

83
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

setelah peserta didik menyelesaikan satu kompetensi tertentu.


Kompetensi yang dinilai dalam pendidikan kesehatan mencakup
penilaian tentang (a) kebersihan pribadi dan lingkungan, (b) Pendidikan keselamatan (c) penyakit menular, (d) kesehatan reproduksi dan
pelecehan seksual, (f) pengetahuan gizi dan makanan, (g) penyalah
gunaan obat dan psikotropika, (h) rokok dan minuman keras, (h) dan
kebiasaan hidup sehat melalui aktivitas jasmani.
Pengamatan terhadap perilaku sportif merupakan pengamatan
terhadap perilaku peserta didik dalam hal kesadaran akan sikap
kejujuran dalam upaya memenangkan pertandingan, perlombaan,
permainan,

atau

aktivitas

jasmani

dan

olahraga.

Upaya

memenangkan permainan tidak mengandung unsur kecurangan atau


tidak sportif.
Guru kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan
bertanggungjawab pula menilai aspek afektif peserta didik, baik yang
terkait dengan akhlak maupun kepribadian. Hasil penilaian terhadap
akhlak peserta didik akan dijadikan pertimbangan pada saat guru
mata pelajaran pendidikan agama menentukan nilai akhlak peserta
didik untuk dilaporkan pada laporan hasil belajar (rapor). Demikian
pula, hasil penilaian terhadap kepribadian peserta didik juga akan
dijadikan pertimbangan pada saat guru mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan menentukan nilai kepribadian peserta didik untuk
dilaporkan pada aporan hasil belajar (rapor).
Untuk menilai akhlak peserta didik, guru mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan melakukan pengamatan terhadap perilaku peserta didik, baik di dalam maupun di luar kelas. Pengamatan ini dimaksudkan untuk menilai perilaku peserta didik yang
mencerminkan akhlak seperti kedisiplinan, tanggung jawab, sopan
santun, hubungan sosial, dan kejujuran. Hal-hal yang dinilai antara
lain mencakup aspek:
1a. Kedisiplinan, yaitu kepatuhan kepada peraturan atau tata tertib,
seperti datang tepat waktu, mengikuti semua kegiatan, dan pulang
tepat waktu.
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

84
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

2b. Kejujuran, yaitu kejujuran dalam perkataan dan perbuatan, seperti


tidak berbohong, dan tidak berlaku curang.
3c. Tanggungjawab, yaitu kesadaran untuk melaksanakan tugas dan
kewajiban yang diberikan, seperti menyelesaikan tugas-tugas
selama kegiatan berlangsung.
4d. Sopan santun, yaitu sikap hormat kepada orang lain, baik dalam
bentuk perkataan, perbuatan, dan sikap, seperti berbicara,
berpakaian, dan duduk yang sopan.
5e. Hubungan sosial, yaitu kemampuan untuk berinteraksi sosial
dengan orang lain secara baik, seperti menjalin hubungan baik
dengan guru dan sesama teman, menolong teman, dan mau
bekerjasama dalam kegiatan yang positif.
Untuk menilai kepribadian peserta didik, guru mata pelajaran
pendidikian

jasmani,

olahraga,

dan

kesehatan

melakukan

pengamatan terhadap perilaku peserta didik, baik di dalam maupun di


luar kelas. Pengamatan ini dimaksudkan untuk menilai perilaku
peserta didik yang mencerminkan kepribadian seperti percaya diri,
harga diri, motivasi diri, kompetisi, saling menghargai, dan kerjasama.
Indikator masing-masing aspek kepribadian antara lain sebagai
berikut.
a. Percaya diri: diwujudkan dalam perilaku berani menyatakan
pendapat, bertanya, menegur, mengritisi tentang sesuatu hal.
b. Harga diri: diwujudkan dalam perilaku tidak mudah menyerah dan
mengetahui kelebihan diri dan mengakui kelemahan diri.
c. Motivasi diri: diwujudkan dalam perilaku kemauan untuk maju,
menyelesaikan segala hal, berprestasi, dan meraih cita-cita.
d. Saling menghargai: diwujudkan dalam perilaku mau menerima
pendapat yang berbeda, memaklumi kekurangan orang lain, dan
mengakui kelebihan orang lain.
e. Kompetisi: diwujudkan dalam bentuk perilaku yang tegar
menghadapi kesulitan, berani bersaing dengan orang lain, dan
berani kalah dengan orang lain kejujuran (fair play).
4. Contoh instrumen inventori menggunakan skala beda (berdiferensi)
Semantik
Petunjuk
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

85
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

Berilah tanda cek () pada kolom berikut sesuai dengan pilihanmu


terhadap pembelajaran ekonomi. Kolom 1, 2, dan 3 cenderung
mendekati pernyataan di sebelah kiri, sedangkan kolom 5, 6, dan 7
cenderung mendekati pernyataan di sebelah kanan.

Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun


2012
Rayon 07 Universitas Lampung

86
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

Kisi-kisi dengan Skala Thurstone


Kiri
Membosankan
Bermanfaat
Menyenangkan
Menantang
Tidak memberatkan
Membuang-buang
waktu

Kanan
Menarik
Tidak bermanfaat
Merepotkan
Tidak menantang
Memberatkan
Menguntungkan

5. Contoh instrumen inventori menggunakan skala Likert, misalnya untuk


kegiatan yang berhubungan dengan mata pelajaran Sejarah. Contoh
instrumen tersebut dapat dilihat pada halaman berikut.
Contoh:
INVENTORI SKALA LIKERT
Petunjuk:
Bacalah baik-baik setiap pernyataan dan berilah tanda cek ()
kolom yang sesuai dengan pendapatmu!
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Pernyataan
Saya senang melakukan penelitian sejarah
Pelajaran sejarah membosankan
Saya senang mengikuti acara televisi yang
berhubungan dengan sejarah
Saya tidak menyukai karir di bidang kepurbakalaan
Saya suka berkunjung ke museum untuk menambah
pengetahuan di bidang sejarah
Saya senang jika ada kesempatan untuk bekerja di
bidang yang ada hubungannya dengan sejarah
Saya benci jika ada tugas untuk membuat ringkasan
dari artikel yang berkaitan dengan sejarah dari koran
Saya suka membaca rubrik tentang sejarah
Dsb

SS

TS

pada
STS

Keterangan:
SS = sangat setuju; S = setuju; TS = tidak setuju; STS = sangat tidak
setuju
Catatan:
Pernyataan pada instrumen di atas ada yang bersifat positif (No.1, 3, 5, 6,
8) dan ada yang bersifat negatif (No 2, 4, 7). Pemberian skor untuk
pernyataan yang bersifat positif : SS = 4, S = 3, TS = 2, STS = 1. Untuk
pernyataan yang bersifat negatif adalah sebaliknya yaitu 4 = STS, 3 = TS,
2 = S, dan 1 = SS.

Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun


2012
Rayon 07 Universitas Lampung

87
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

6. Contoh instrumen penilaian diri (kuesioner), misalnya untuk kegiatan


yang berhubungan dengan mata pelajaran Biologi, dapat dilihat pada
halaman berikut.
Petunjuk:
a. Isilah semua pernyataan dengan jujur.
b. Berilah tanda cek () pada kolom yang sesuai dengan kenyataan.
TP = Tidak pernah melakukan
JR = Jarang melakukan
KD = Kadang-kadang melakukan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

SR = sering melakukan
SL = selalu melakukan

Pernyataan

T
P

JR

K
D

S
R

S
L

Saya menginformasikan hal-hal yang berkaitan


dengan biologi kepada teman-teman
Saya bertanya kepada guru hal-hal yang
berhubungan dengan mata pelajaran Biologi
Saya menyempatkan diri membaca artikel yang
berkaitan dengan biologi di majalah/koran
Saya mencari informasi yang berhubungan
dengan biologi melalui website
Saya menonton tayangan di televisi yang berkaitan dengan biologi, misalnya fauna dan flora
Saya hadir setiap ada jam pelajaran Biologi di
sekolah
Saya membuat catatan yang rapi untuk mata
pelajaran Biologi
Saya menyerahkan tugas biologi tepat waktu
Saya menerapkan pengetahuan biologi dalam
kehidupan sehari-hari

Pengolahan
Pada contoh di atas penskoran untuk setiap pernyataan menggunakan
rentang 1 5. Skor 1 untuk TP, 2 = JR, 3 = KD, 4 = SR, dan 5 = SL.
Dengan 9 butir pernyataan rentang skor adalah 9 45.
Kualifikasi
Berdasarkan jawaban, kegiatan setiap peserta didik untuk mata
pelajaran biologi dikelompokkan sebagai berikut
Amat Baik : Skor 37 45
Baik
: Skor 28 36
Cukup
: Skor 19 27
Kurang
: Skor <19

Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun


2012
Rayon 07 Universitas Lampung

88
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

7. Contoh instrumen penilaian (lembar pengamatan) antarteman untuk


kegiatan diskusi kelompok mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Petunjuk:
a. Pada waktu melakukan diskusi kelompok, amatilah perilaku
temanmu dengan cemat!
b. Berilah tanda cek () pada kolom yang sesuai (ya atau tidak)
berdasarkan hasil pengamatanmu!
c. Serahkan hasil pengamatan kepada bapak/ibu guru!
Lembar pengamatan sikap peserta didik dalam diskusi kelompok mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas/Semester: VII/ganjil
Skor Aspek Pengamatan
No
1
2
3
4

Nama
Ani
Budi
Cica
.... dst
Rerata
Tertinggi
Terendah

1
3
1

2
2
2

3
3
2

4
3
2

5
2
1

Jumlah
Skor

Penafsiran

13
8

Baik
Cukup

Keterangan, aspek pengamatan:


1. Menyampaikan pendapat dengan jelas
2. Memberi kesempatan teman untuk menyampaikan pendapat
3. Memotong pembicaraan teman lain
4. Mau menerima pendapat teman
5. Menyanggah pendapat teman dengan sopan
Pemberian skor: 1 = Kurang; 2 = Cukup; 3 = Baik
Penafsiran, jumlah skor: <6 = Kurang; 6-10= Cukup; >10 Baik
Setiap instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan substansi,
konstruksi, dan bahasa. Persyaratan substansi merepresentasikan
kompetensi yang dinilai. Persyaratan konstruksi merepresentasikan
persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan.
Persyaratan bahasa berhubungan dengan penggunaan bahasa yang baik
dan benar serta komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta
didik. Instrumen penilaian dilengkapi dengan pedoman penskoran.

Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun


2012
Rayon 07 Universitas Lampung

89
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

BAB IX
ANALISIS BUTIR INATRUMEN
Kompertensi Dasar
Mendeskripsikan dua jenis analisis butir instrumen, kriteria instrumen/tes
yang baik dan menjelaskan konsep indikatornya. Terampil menghitung dan
menafsirkan taraf sukar, daya beda butir, dan reliabilitas instrumen secara
manual dan menggunakan program komputer (software) tertentu.
Indikator
1. Menjelaskan perbedaan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif
instrumen.
2. Menjelaskan konsep taraf sukar dan daya beda butir instrumen, serta
reliabilitas instrumen.
3. Terampil menghitung taraf sukar, daya beda, dan reliabilitas instrumen
secara manual dan menggunakan program komputer (software)
tertentu.
4. Terampil menafsirkan tingkat taraf sukar, daya beda, dan reliabilitas
instrumen dari hasil analisis instrumen.
A. Kriteria Tes yang Baik
Aspek yang perlu diperhatikan dalam analisis butir soal secara klasik
adalah setiap butir soal ditelaah dari segi: tingkat kesukaran butir, daya
pembeda butir, dan penyebaran pilihan jawaban (untuk soal bentuk
obyektif) atau frekuensi jawaban pada setiap pilihan jawaban.

1. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu
soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam
bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan
dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00 - 1,00 (Aiken, 1994:
66). Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil
hitungan, berarti semakin mudah soal itu. Suatu soal memiliki TK= 0,00
artinya bahwa tidak ada siswa yang menjawab benar dan bila memiliki
TK= 1,00 artinya bahwa siswa menjawab benar. Perhitungan indeks
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

90
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

tingkat kesukaran ini dilakukan untuk setiap nomor soal. Pada prinsipnya,
skor rata-rata yang diperoleh peserta didik pada butir soal yang
bersangkutan dinamakan tingkat kesukaran butir soal itu.

Rumus ini

dipergunakan untuk soal obyektif. Rumusnya adalah seperti berikut ini


(Nitko, 1996: 310).
Tingkat Kesukaran (TK )

Jumah siswa yang menjawab benar butir soal


Jumlah siswa yang mengikuti tes

Fungsi tingkat kesukaran butir soal biasanya dikaitkan dengan


tujuan tes. Misalnya untuk keperluan ujian semester digunakan butir
soal yang memiliki tingkat kesukaran sedang, untuk keperluan seleksi
digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran tinggi (nilai taraf
sukar kecil), dan untuk keperluan diagnostik biasanya digunakan butir
soal yang memiliki tingkat kesukaran rendah atau mudah (nilai taraf sukar
besar), Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas menggambarkan tingkat kesukaran soal itu. Klasifikasi tingkat kesukaran soal
dapat dicontohkan seperti berikut ini.
0,00 - 0,30 : soal tergolong sukar
0,31 - 0,70 : soal tergolong sedang
0,71 - 1,00 : soal tergolong mudah
Tingkat kesukaran butir soal dapat memengaruhi bentuk distribusi
total skor tes. Untuk tes yang sangat sukar (TK<0,25) distribusinya
berbentuk positif skewed, sedangkan tes yang mudah dengan TK>0,80)
distribusinya berbentuk negatif skewed. Tingkat kesukaran butir soal
memiliki 2 kegunaan, yaitu kegunaan bagi guru dan kegunaan bagi
pengujian dan pengajaran (Nitko, 1996: 310-313). Kegunaan bagi guru
adalah: (1) sebagai pengenalan konsep terhadap pembelajaran ulang dan
memberi masukan kepada siswa tentang hasil belajar mereka, (2)
memperoleh informasi tentang penekanan kurikulum atau mencurigai
terhadap butir soal yang bias. Adapun kegunaan bagi pengujian dan
pengajaran adalah: (a) pengenalan konsep yang diperlukan untuk
diajarkan ulang, (b) tanda-tanda terhadap kelebihan dan kelemahan pada
kurikulum sekolah, (c) memberi masukan kepada siswa, (d) tanda-tanda
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

91
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

kemungkinan adanya butir soal yang bias, (e) merakit tes yang memiliki
ketepatan data soal.
Di samping kedua kegunaan di atas, dalam konstruksi tes, tingkat
kesukaran butir soal sangat penting karena tingkat kesukaran butir dapat:
(1) memengaruhi karakteristik distribusi skor (memengaruhi bentuk dan
penyebaran skor tes atau jumlah soal dan korelasi antarsoal), (2)
berhubungan dengan reliabilitas instrumen. Menurut koefisien Alpha C,
KR-20, semakin tinggi korelasi antarsoal, semakin tinggi reliabilitas
(Nunnally, 1981: 270-271).
Tingkat kesukaran butir soal juga dapat digunakan untuk memprediksi
alat ukur itu sendiri (soal) dan kemampuan peserta didik dalam
memahami materi yang diajarkan guru. Misalnya, satu butir soal termasuk
kategori mudah, maka prediksi terhadap informasi ini adalah seperti
berikut. Bisa karena pengecoh butir soal itu tidak berfungsi atau sebagian
besar siswa menjawab benar butir soal itu; artinya bahwa sebagian besar
siswa telah memahami materi yang ditanyakan. Bila suatu butir soal
termasuk kategori sukar, maka prediksi terhadap informasi ini karena
munculnya kemungkinan-kemungkinan seperti berikut.
1)

Butir soal itu "mungkin" salah kunci jawaban.

2)

Butir soal itu mempunyai 2 atau lebih jawaban yang benar.

3)

Materi yang ditanyakan belum diajarkan atau belum tuntas pembelajarannya, sehingga kompetensi minimum yang harus dikuasai siswa
belum tercapai.

4)

Materi yang diukur tidak cocok ditanyakan dengan menggunakan bentuk soal yang diberikan (misalnya meringkas cerita atau mengarang
ditanyakan dalam bentuk pilihan ganda).

5)

Pernyataan atau kalimat soal terlalu kompleks dan panjang.


Namun, analisis secara klasik ini memang memiliki keterbatasan,

yaitu bahwa tingkat kesukaran sangat sulit untuk mengestimasi secara


tepat karena estimasi tingkat kesukaran dibiaskan oleh sampel (Haladyna,
1994: 145). Jika sampel berkemampuan tinggi, maka soal akan sangat
mudah (TK>0,90). Jika sampel berkemampuan rendah, maka soal akan
sangat sulit (TK<0,40). Oleh karena itu memang merupakan kelebihan
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

92
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

analisis secara Items Respon Theory (IRT), karena 1RT dapat


mengestimasi tingkat kesukaran soal tanpa menentukan siapa peserta
tesnya (invariance). Dalam IRT, komposisi sampel dapat mengestimasi
parameter dan tingkat kesukaran soal tanpa bias.
2. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat
membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan
dan siswa yang tidak/kurang/belum menguasai materi yang ditanyakan.
Manfaat daya pembeda butir soal adalah seperti berikut ini.
a. Untuk meningkatkan mutu setiap butir soal melalui data empiriknya.
Berdasarkan indeks daya pembeda, setiap butir soal dapat diketahui
apakah butir soal itu baik, direvisi, atau ditolak.
b. Untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat mendeteksi
atau membedakan kemampuan siswa, yaitu siswa yang telah
memahami atau belum memahami materi yang diajarkan guru. Apabila
suatu butir soal tidak dapat membedakan kedua kemampuan siswa itu,
maka butir soal itu dapat dicurigai "kemungkinannya" seperti berikut ini.
1) Kunci jawaban butir soal itu tidak tepat.
2) Butir soal itu memiliki 2 atau lebih kunci jawaban yang benar
3) Kompetensi yang diukur tidak jelas
4) Pengecoh tidak berfungsi
5) Materi terlalu sulit, sehingga banyak siswa yang menebak
6) Sebagian besar siswa memahami materi yang ditanyakan dan
berpikir ada yang salah informasi dalam butir soalnya
Indeks daya pembeda setiap butir soal biasanya juga dinyatakan
dalam bentuk proporsi. Semakin tinggi indeks daya pembeda soal berarti
semakin mampu soal yang bersangkutan membedakan siswa yang telah
memahami materi dengan peserta didik yang belum memahami materi.
Indeks daya pembeda berkisar antara -1,00 sampai dengan 1,00.
Semakin tinggi daya pembeda suatu soal, maka semakin kuat/baik soal
itu. Jika daya pembeda negatif (<0) berarti lebih banyak kelompok bawah
(peserta didik yang tidak memahami materi) menjawab benar soal
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

93
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

dibanding dengan kelompok atas yang memahami materi yang diajarkan


guru.
Untuk mengetahui indeks daya pembeda soal bentuk pilihan ganda
adalah dengan menggunakan rumus berikut ini.
DP

BA BB
1
N
2

atau

DP

2(BA BB )
N

Keterangan:
DP = daya pembeda soal,
BA = jumlah jawaban benar pada kelompok atas,
BB = jumlah jawaban benar pada kelompok bawah,
N
= jumlah siswa yang mengerjakan tes.
Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk uraian adalah dengan
menggunakan rumus berikut ini.
DP

Mean kelompok atas Mean kelompok bawah


Skor maksimumsoal

Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas dapat


menggambarkan tingkat kemampuan soal dalam membedakan antar
peserta didik yang sudah memahami materi yang diujikan dengan peserta
didik yang belum/tidak memahami materi yang diujikan. Adapun
klasifikasinya adalah seperti berikut (Crocker dan Algina, 1986: 315).
0,40 - 1,00
0,30 - 0,39
0,20 - 0,29
0,19 - 0,00

: soal diterima baik


: soal diterima tetapi perlu diperbaiki
: soal diperbaiki
: soal tidak dipakai atau dibuang

3. Validitas Butir Soal


Suatu instrumen dikatakan memiliki validitas tinggi apabila instrumen
tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat atau memberikan hasil
ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.
Untuk mengetahui tingkat validatas butir instrumen dapat dihitung dengan
cara mengorelasikan skor masing-masing butir soal dengan skor totalnya
dengan menggunakan korelasi point biserial.
4. Penyebaran (distribusi) jawaban
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

94
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

Penyebaran pilihan jawaban dijadikan dasar dalam penelaahan soal.


Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui berfungsi tidaknya jawaban yang
tersedia. Suatu pilihan jawaban (pengecoh) dapat dikatakan berfungsi
apabila pengecoh: (a) paling tidak dipilih oleh 2% peserta tes/siswa, (b)
2) lebih banyak dipilih oleh kelompok siswa yang belum paham materi.
5. Reliabilitas Instrumen
Tujuan utama menghitung reliabilitas skor instrumen adalah untuk
mengetahui tingkat ketepatan (precision) dan keajegan (consistency) skor
instrumen. Indeks reliabilitas berkisar antara 0,00-1,00. Semakin tinggi
koefisien reliabilitas suatu instrumen (mendekati 1), makin tinggi pula
keajegan alat ukur. Tes yang memiliki konsistensi reliabilitas tinggi adalah
akurat, reproducible, dan generalized terhadap kesempatan testing dan
instrumen lainnya. Secara rinci faktor yang memengaruhi reliabilitas skor
instrumen diantaranya:
1)

Semakin banyak jumlah butir instrumen, semakin ajeg suatu


instrumen.

2)

Semakin lama waktu tes, semakin ajeg.

3)

Semakin sempit range kesukaran butir soal, semakin besar keajegan.

4)

Soal-soal yang saling berhubungan akan mengurangi keajegan.

5)

Semakin objektif pemberian skor akan semakin besar keajegan.

6)

Ketidak-tepatan pemberian skor.

7)

Menjawab sebagian besar soal dengan cara menebak.

8)

Semakin homogen materi akan semakin besar keajegan.

9)

Pengalaman peserta ujlan.

10) Salah penafsiran terhadap butir soal.


11) Menjawab soal dengan buru-buru atau cepat-cepat.
12) Kesiapan mental peserta ujian.
13) Adanya gangguan dalam pelaksanaan tes.
14) Jarak antara tes pertama dengan tes kedua.
15) Mencontek dalam mengerjakan tes.
16) Posisi individu dalam belajar.
17) Kondisi fisik peserta ujian.
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

95
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

Ada 3 cara untuk menentukan reliabilitas skor tes, yaitu:


1)

Keajegan pengukuran ulang: kesesuaian antara hasil pengukuran


pertama dan kedua dari sesuatu alat ukur terhadap kelompok yang
sama.

2)

Keajegan pengukuran setara: kesesuaian hasil pengukuran dan 2


atau lebih alat ukur berdasarkan kompetensi kisi-kisi yang lama.

3)

Keajegan belah dua: kesesuaian antara hasil pengukuran belahan


pertama dan belahan kedua dari alat ukur yang sama.
Penggunaan

rumus

untuk

mengetahui

koefisien

ketiga

jenis

reliabilitas di atas dijelaskan secara rinci berikut ini.


e. Reliabilitas Soal Pilihan Ganda
Untuk mengetahui koefisien reliabilitas soal bentuk pilihan ganda
digunakan rumus Kuder Richadson 20 (KR-20), yaitu seperti berikut.
KR 20

k
p(1 p)
1
k 1
(SD)2

Keterangan:
k
: Jumlah butir soal
p
: Jumlah butir soal dijawab benar
2
(SD)
: Varian
Contoh menghitung KR-20:
Siswa
A
B
C
D
E
F
p
(1-p)
p(1-p)
p(1-p)
Variance
Standar
Deviasi

Soal
1
2
3
4
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0,33
0,67
0,50
0,50
0,67
0,33
0,50
0,50
0,22
0,22
0,25
0,25
0,22+0,25+0,22+0,25=0,944
2
( X x ) /N = 10:6 =1,67

Skor

XX

1
2
2
0
3
4
12

2
2
2
2
2
2

-1
0
0
-2
-1
-2

(X

x )2

1
0
0
4
1
4
10

1,67 = 1,29

Jumlah siswa
Jumlah skor

= 6 orang
= 12
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun

2012
Rayon 07 Universitas Lampung

96
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

KR 20

k
p(1 p)
1
k 1
(SD )2

KR 20

k
p(1 p)
1
k 1
(SD )2

KR 20

4
0,944
1

4 1
1,67 = 0,58

Hasil perhitungan di atas artinya tingkat keajegan tes ini rendah. Hal
ini disebabkan butir soal yang dianalisis hanya 4 butir soal. Di samping
KR-20 di atas, ada teknik lain untuk menghitung reliabilitas tes, yaitu
yang dikembangkan oleh Spearman-Brown. Mengikuti pesatnya perkembangan teknologi informasi, pekerjaan analisis instrumen sudah
seharusnya menggunakan program (software) yang telah banyak
tersedia, misalnya program: Anates, Items analysis (Iteman), SPSS,
Simpel Pas, atau lainnya. Demikian pula saat ini sudah wak tunya
guru agar menggunakan MsExcel dalam melakukan pekerjaan pengolahan nilai hasil belajar siswa sebagai upaya menuju penilaian hasil
belajar yang akurat, objektif, transparan, dan akuntabel (dapat dipertanggung jawabkan). Ini semua dapat terwujud jika guru telah memi liki komitmen tinggi untuk terus meningkatkan kemampuan profesionalnya, semoga.
B. Rangkuman
Kriteria tes yang baik dalam analisis butir soal secara klasik ditelaah
dari segi: tingkat kesukaran, daya pembeda, dan validitas butir, berfungsinya pengecoh, serta reliabilitas tes. Rumus menghitung tingkat kesukaran soal adalah persentase siswa menjawab benar (jumlah siswa yang
menjawab benar dibagi jumlah seluruh siswa); suatu butir soal
besarannya antara 0,00 - 1,00 Daya pembeda soal adalah kemampuan
suatu butir soal dapat membedakan antara siswa yang telah menguasai
materi dan siswa yang kurang menguasai materi tes. Indeks daya
pembeda berkisar antara -1,00 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi daya
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

97
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

pembeda suatu soal, maka butir soal itu semakin baik.


Reliabilitas instrumen adalah indeks keajegan atau ketetapan soal
yang digunakan untuk mengukur sekelompok subjek atau lebih. Semakin
tinggi koefisien reliabilitas instrumen (mendekati 1), akan se makin tinggi
nilai keajegan alat ukur. Mengikuti pesatnya perkembangan teknologi
informasi,

pekerjaan

analisis

instrumen

sudah

seharusnya

menggunakan program (software) yang telah banyak tersedia,


misalnya program: Anates, Items analysis (Iteman), SPSS, Simpel
Pas, atau lainnya. Sudah waktunya guru menggunakan MsExcel
dalam pekerjaan pengolahan nilai hasil belajar siswa sebagai upaya
menuju penilaian hasil belajar yang akurat, objektif, transparan, dan
akuntabel.
C. Penulisan Bagian Penilaian pada RPP
Berdasarkan pengalaman pada PLPG sampai tahun 2011, ternyata
masih banyak rekan guru belum jelas dalam penulisan bagian penilaian
pada RPP. Tidak harus mengikuti pola penulisan yang persis sama, asalkan hal-hal penting yang perlu ditulis pada bagian penilaian itu memang
telah ada. Hal-hal penting yang perlu ditulis adalah seperti berikut.
PENILAIAN
1. Teknik Penilaian:
a. Tes tertulis : Bentuk Pilihan Ganda, atau ....
b. Non tes
: Lembar Observasi, atau ....
2. Instrumen Tes (atau terlampir)
a. Pilihan Ganda
Jawablah soal di bawah ini dengan membuat tanda silang (x) pada alternatif
jawaban yang Anda anggap benar.
1. Terjadinya banjir bandang banyak disebabkan oleh ....
a. .....
b. .....
c. .....
d. ..... dst.
Kunci jawaban:
1. A
2. .... dst
Pedoman Penilaian

Jumlah soal
Skor per butir

= 20
=1
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun

2012
Rayon 07 Universitas Lampung

98
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

- Skor maksimal = 20
- Nilai
= (skor siswa : skor maksimal) x 100
b. Lembar Observasi
Tulis contoh lembar observasi di sini beserta pedoman skoringnya atau terlampir.

Tugas Latihan
1. Tetapkan mata pelajaran yang akan dinilai (bagi guru kelas SD).
2. Buatlah kisi-kisi instrumen hasil belajar ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor, dengan rincian:
a. Tes tertulis, pilihan ganda 5 nomor dan uraian 2 nomor, lengkap
dengan: petunjuk menjawab soal, kunci jawaban, pedoman
penilaian dengan bobot.
b. Lembar observasi untuk mengukur hasil belajar ranah afektif,
lengkap dengan pedoman skoring.
c. Lembar penilaian untuk mengukur hasil belajar ranah psikomotor
(penilaian praktik), lengkap dengan pedoman skoring.
3. Dikerjakan secara kelompok (3-4 orang), ditulis rapi dan dikumpulkan
pada akhir sesi Asesmen.

Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun


2012
Rayon 07 Universitas Lampung

99
Modul 31-C Asesmen
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

DAFTAR PUSTAKA
Anastasi. Anne and Urbina, Susana. (1997). Psicholological Testing.
(Seventh Edition). New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Assessment Systems Corporation. (1984). User's Manual for the
MiicroCat Testing System, USA.
Atkinson, John W. (1978). Personality Motivation and
Sashington. Hemisphere Publishing Corporation.

Achievemcnt.

Harrow, A. J. (1972). A taxonomy of the psychomotor domain: A guided for


developing behavioral objective. New York: David Mc Key Company.
Mardapi, Dj. dan Ghofur, A, (2004). Pedoman Umum Pengembangan
Penilaian; Kurikulum Berbasis Kompetensi SMA. Jakarta: Direktorat
Pendidikan Menengah Umum.
Mehrens, W.A, and Lehmann, I.J, (1991). Measurement and Evaluation in
Education and Psychology. Fort Woth: Holt, Rinehart and Winston,
Inc.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, Jakarta: Fokus Media.
Permendiknas No. 14 tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Depdiknas. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah.
Permendiknas No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, Jakarta, 2006.
Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan,
Jakarta, 2006.
Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan
Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana telah diubah dengan
PermendiknasNo. 6 Tahun 2007. Jakarta: Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Permendiknas No. 25 tahun 2006 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di
Lingkungan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah.
Popham,W.J., (1999). Classroonasesment: What teachers need to know.
Mass: Allyn-Bacon.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Jakarta: Fokus Media.
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun
2012
Rayon 07 Universitas Lampung

Вам также может понравиться