Вы находитесь на странице: 1из 14

VESIKOLITHIASIS ( BATU BULI / BATU KANDUNG KEMIH )

Pengertian
Vesikolitiasis adalah batu menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher kandung
kemih, maka aliran mula-mula lancar secara tiba-tiba akan berhenti & menetes disertai dgn
rasa nyeri (Sjamsuhidajat & Wim de Jong, 1998:1027).
Pernyataan lain menyebutkan bahwa vesikolitiasis ; batu kandung kemih adalah keadaan
tidak normal di kandung kemih, batu seperti ini mengandung komponen kristal & matriks
organik (Sjabani dalam Soeparman, 2001:377).
Vesikolitiasis adalah batu ada di vesika urinaria ketika terdapat defisiensi substansi tertentu,
seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, & asam urat meningkat atau ketika terdapat defisiensi
subtansi tertentu, seperti sitrat secara normal mencegah terjadinya kristalisasi dalam urin
(Smeltzer, 2002:1460).
Visikolithiasis adalah batu yang terdapat dalam vesikourinaria atau kandung kemih.
(M.A.Henoarson)
Visikolithiasis adalah batu kecil yang berasal dari ginjal dapat turun kevesikourinaria lalu
menjadi besar disana, kadang-kadang batu timbul langsung didalam kandung kemih.
(G. Oswari).
Batu perkemihan dapat timbul pada berbagai tingkat dari sistem perkemihan (ginjal, ureter,
kandung kemih), tetapi yang paling sering ditemukan ada di dalam ginjal (Long, 1996:322).
Vesikolitiasis merupakan batu yang menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher
kandung kemih, maka aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan berhenti dan
menetes disertai dengan rasa nyeri ( Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 1998:1027).
Vesikolitiasis adalah batu yang ada di vesika urinaria ketika terdapat defisiensi substansi
tertentu, seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat atau ketika terdapat
defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah terjadinya kristalisasi
dalam urin (Smeltzer, 2002:1460).
2.1.2 Anatomi Fisiologi
I. Pengertian
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap
zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh
larut dlam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
II. Susunan Sistem Perkemihan
Sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, b) dua ureter yang
membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu vesika urinaria (VU),
tempat urin dikumpulkan, dan d) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.
a. Ginjal (Renal)
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada kedua sisi
vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang.
Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dexter yang
besar.Fungsi ginjal adalah:

Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,

Mempertahankan suasana keseimbangan cairan,


Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan
Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.

Fascia Renalis terdiri dari:

fascia (fascia renalis),

Jaringan lemak peri renal, dan

kapsula yang sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi dan melekat dengan erat pada
permukaan luar ginjal
Struktur Ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat cortex
renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang
berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang
disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubanglubang kecil disebut papilla renalis. Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf
sebagai pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis
berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga
calices renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices
renalis minores. Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit
fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari :
Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius.
Proses pembentukan urin
Tahap pembentukan urin

Proses Filtrasi ,di glomerulus


Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan
yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida,
sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal. cairan yang di saring disebut filtrate
gromerulus.

Proses Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glikosa, sodium, klorida,
fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi) di
tubulus proximal. sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion
bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan
sisanya dialirkan pada papilla renalis.

Proses sekresi.
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla renalis
selanjutnya diteruskan ke luar.
Vaskularisasi Ginjal
Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria
renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis bercabang menjadi arteria
interlobularis kemudian menjadi arteri akuarta. Arteri interlobularis yang berada di tepi ginjal
bercabang menjadi arteriolae aferen glomerulus yang masuk ke gromerulus. Kapiler darah
yang meninggalkan gromerulus disebut arteriolae eferen gromerulus yang kemudian menjadi
vena renalis masuk ke vena cava inferior.

Persarafan Ginjal
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis(vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk
mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan
pembuluh darah yang masuk ke ginjal.
b. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria.
Panjangnya 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga
abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari:

Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)

Lapisan tengah lapisan otot polos

Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa


Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic yang mendorong urin
masuk ke dalam kandung kemih.
c. Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir
(kendi). letaknya d belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat
mengembang dan mengempis seperti balon karet.
Dinding kandung kemih terdiri dari:

Lapisan sebelah luar (peritoneum).

Tunika muskularis (lapisan berotot).

Tunika submukosa.

Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).


d. Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi menyalurkan
air kemih ke luar.
Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:

Urethra pars Prostatica

Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)

Urethra pars spongiosa.


Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis). Sphincter
urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan urethra disini hanya
sebagai saluran ekskresi.
Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:

Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria. Mengandung
jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar urethra tetap tertutup.

Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.

Lapisan mukosa.

e. Urin (Air Kemih)


Sifat fisis air kemih, terdiri dari:

Jumlah ekskresi dalam 24 jam 1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake) cairan
dan faktor lainnya.

Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.

Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya.

Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.

Berat jenis 1,015-1,020.

Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet (sayur
menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam.
Komposisi air kemih, terdiri dari:

Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.

Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan kreatinin.

Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.

Pagmen (bilirubin dan urobilin).

Toksin.

Hormon.
III. Mikturisi
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin. Mikturisi
melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
a. Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya meningkat
melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah tertimbun 170-230 ml urin), keadaan
ini akan mencetuskan tahap ke 2.
b. adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan kandung kemih.
Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian besar
pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari latih. Sistem saraf
simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot
detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls
menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI
(normal: tidak nyeri).
Ciri-Ciri Urin Normal
a. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan yang
masuk.
b. Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
c. Baunya tajam.
d. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata
2.1.3 Etiologi
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan batu kandung kemih adalah :
1. Faktor-Endogen

Faktor genetik,


familial,

Hiperkalsiuria
Suatu peningkatan kadar kalsium dalam urin, disebabkan karena, hiperkalsiuria idiopatik
(meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukan tinggi natrium, kalsium dan protein),
hiperparatiroidisme primer, sarkoidosis, dan kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium.

Hipositraturia
Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih, khususnya sitrat,
disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal tipe I (lengkap atau tidak lengkap), minum
Asetazolamid, dan diare dan masukan protein tinggi.

Hiperurikosuria
Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang dapat memacu pembentukan batu kalsium

Hiperoksalouria
Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian ini disebabkan oleh diet
rendah kalsium, peningkatan absorbsi kalsium intestinal, dan penyakit usus kecil atau akibat
reseksi pembedahan yang mengganggu absorbsi garam empedu.
2.Faktor-Eksogen.
Faktor lingkungan, pekerjaan (sopir) , makanan, infeksi bakteri (kurang personal
hygine) dan kejenuhan mineral dalam air minum.
3.Faktor-lainnya.
Infeksi, stasis dan obstruksi urine, keturunan, air minum, pekerjaan, makanan atau
penduduk yang vegetarian lebih sering menderita batu saluran kencing atau buli-buli
(Syaifuddin, 1996). Batu kandung kemih dapat disebabkan oleh kalsium oksalat atau agak
jarang sebagai kalsium fosfat. Batu vesika urinaria kemungkinan akan terbentuk apabila
dijumpai satu atau beberapa faktor pembentuk kristal kalsium dan menimbulkan agregasi
pembentukan batu proses pembentukan batu kemungkinan akibat kecenderungan ekskresi
agregat kristal yang lebih besar dan kemungkinan sebagai kristal kalsium oksalat dalam
urine.
Dan beberapa medikasi yang diketahui menyebabkan batu ureter pada banyak klien
mencakup penggunaan obat-obatan yang terlalu lama seperti antasid, diamox, vitamin D,
laksatif dan aspirin dosis tinggi. (Prof.Dr.Arjatmo T. Ph. D.Sp. And. Dan dr. Hendra U.,
SpFk, 2001). Menurut Smeltzer (2002:1460) bahwa, batu kandung kemih disebabkan infeksi,
statis urin dan periode imobilitas (drainage renal yang lambat dan perubahan metabolisme
kalsium).
2.1.5 Manifetasi Klinis
Menurut Dr willie japans, 1993 bahwa tanda dan gejala atau keluhan tidak selalu ditemukan
pada penderita yang mengidap batu saluran kemih. Bila batunya masih kecil atau besar tapi
tidak berpindah, tidak meregang atau menyumbat permukaan saluran kemih, tidak akan
timbul keluhan seperti biasa sampai suatu saat mungkin ditemukan secara kebetulan pada saat
melalukan check up dan poto roentgen tampak ada batu pada ginjal. Jika pada suatu saat batu
tergeser mengelilingi ginjal kebawah, maka timbullah gejala nyeri hebat pada daerah
pinggang. Saluran ureter yang menghubungkan ginjal dan kandung kamih kecil sekali
sehingga batu akan meregangkan dindingnya, bahkan merobek menyumbat lubang visika.
Jika batu berhasil sampai bagian bawah saluran ureter maka nyeri akan berpindah dan terasa
merambat kearah kemaluan atau daerah pangkal paha. Biasanya disertai keluar darah bersama

air. Bila lukanya kecil, darah yang keluarpun sedikit dan hanya dapat dilihat dengan
mokroskop. Sumbatan atau regangan batu pada kandung kemih dapat juga menimbulkan
nyeri pada konstan dan tumpul pada daerah atas kemaluan pada waktu kencing, kencing tidak
tuntas, pancaran kencing tidak kuat. Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya
menyebabkan iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria, jika
terjadi obstruksi pada leher kandung kemih menyebabkan retensi urin atau bisa menyebabkan
sepsis, kondisi ini lebih serius yang dapat mengancam kehidupan pasien, dapat pula kita lihat
tanda seperti mual muntah, gelisah, nyeri dan perut kembung (Smeltzer, 2002:1461).
Jika sudah terjadi komplikasi seperti seperti hidronefrosis maka gejalanya tergantung pada
penyebab penyumbatan, lokasi, dan lamanya penyumbatan. Jika penyumbatan timbul dengan
cepat (Hidronefrosis akut) biasanya akan menyebabkan koliks ginjal (nyeri yang luar biasa di
daerah antara rusuk dan tulang punggung) pada sisi ginjal yang terkena. Jika penyumbatan
berkembang secara perlahan (Hidronefrosis kronis), biasanya tidak menimbulkan gejala atau
nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan tulang punggung.
Selain tanda diatas, tanda hidronefrosis (penyumbatan) yang lain menurut Samsuridjal
(http://www.medicastore.com, 4 Desember 2009) adalah:

Hematuri.

Sering ditemukan infeksi disaluran kemih.

Demam.

Rasa nyeri di daerah kandung kemih dan ginjal

Mual.

Muntah.

Nyeri abdomen.

Disuria.
2.1.6 Patofisiologi
Kelainan bawaan atau cidera, keadaan & patologis disebabkan karena infeksi, pembentukan
batu disaluran kemih & tumor, keadaan tersebut sering menyebabkan bendungan. Hambatan
menyebabkan sumbatan aliran kemih baik seperti itu disebabkan karena infeksi, trauma &
tumor serta kelainan metabolisme dapat menyebabkan penyempitan atau struktur uretra
sehingga terjadi bendungan & statis urin. Bila sudah terjadi bendungan & statis urin lama
kelamaan kalsium akan mengendap menjadi besar sehingga membentuk batu (Sjamsuhidajat
& Wim de Jong, 2001:997). Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa
faktor kemudian dijadikan dalam beberapa teori (Soeparman, 2001:388):

Teori Supersaturasi
Tingkat kejenuhan komponen-komponen pembentuk batu ginjal mendukung terjadinya
kristalisasi. Kristal banyak menetap menyebabkan terjadinya agregasi kristal & kemudian
menjadi batu.

Teori Matriks
Matriks adalah mikroprotein terdiri dari 65 % protein, 10 % hexose, 3-5 hexosamin & 10 %
air. Adanya matriks menyebabkan penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.

Teori Kurangnya Inhibitor


Pada individu normal kalsium & fosfor hadir dalam jumlah melampaui daya kelarutan,
sehingga membutuhkan zat penghambat pengendapan. fosfat mukopolisakarida & fosfat

adalah penghambat pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat seperti ini maka akan
mudah terjadi pengendapan.

Teori Epistaxy
Adalah pembentuk batu oleh beberapa zat secara bersama-sama. Salah satu jenis batu adalah
inti dari batu lain adalah pembentuk pada lapisan luarnya. Contoh ekskresi asam urat berlebih
dalam urin akan mendukung pembentukan batu kalsium dgn bahan urat sebagai inti
pengendapan kalsium.

Teori Kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari bermacam-macam teori diatas.
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjangnya dilakukan di laboratorium meliputi pemeriksaan:
1.
Urine

pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme dapat berbentuk
batu magnesium amonium phosphat, pH rendah menyebabkan pengendapan batu asam urat.

Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita dgn batu, bila terjadi
infeksi maka sel darah putih akan meningkat.

Biakan Urin : Buat mengetahui adanya bakteri berkontribusi dalam proses


pembentukan batu saluran kemih.

Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam buat melihat apakah terjadi
hiperekskresi.
2.
Darah

Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.

Lekosit terjadi karena infeksi.

Ureum kreatinin buat melihat fungsi ginjal.

Kalsium, fosfat & asam urat.


3.
Radiologis

Foto BNO/IVP buat melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi bendungan atau
tidak.

Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pada keadaan seperti ini
dapat dilakukan retrogad pielografi atau dilanjutkan dgn antegrad pielografi tidak
memberikan informasi memadai.
4.
USG (Ultra Sono Grafi)
Buat mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan pada jaringan ginjal.
2.1.8 Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu,
mencegah kerusakan nefron, mengidentifikasi infeksi, serta mengurangi obstruksi akibat
batu. Penatalaksanaan medis batu kandung kemih (Arif Mansjoer, et.al.2000) adalah :

Vesikolitektomi
alternatif buat membuka & mengambil batu ada di kandung kemih, sehingga pasien tersebut
tidak mengalami ganguan pada aliran perkemihannya (Franzoni D.F & Decter R.M)

Litotripsi gelombang kejut ekstrakorpureal.


Prosedur non invasif yang digunakan untuk menghancurkan batu

Ureteroskopi.
Mencakup visualisasi dan akses ureter dengan memasukkan alat ureteroskop melalui

sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser, litotrips elektrohidraulik, atau
ultrasound kemudian diangkat.

Nefrostomi.
2.1.9 Pencegahan
Pencegahan veesikolitiasis yaitu dengan cara :

Menurunkan konsentrasi reaktan (kalsium dan oksalat)

Meningkatkan konsentrasi inhibitor pembentuk batu yaitu sitrat (kalium sitrat 20 mEq
tiap malam hari, minum jeruk nipis atau lemon malam hari), dan bila batu tunggal dengan
meningkatkan masukan cairan dan pemeriksaan berkala pembentukan batu baru.

Pengaturan diet dengan meningkatkan masukan cairan, hindari masukan soft drinks,
kurangi masukan protein (sebesar 1 g/Kg BB /hari), membatasi masukan natrium, diet rendah
natrium (80-100 meq/hari), dan masukan kalsium.

Pemberian obat
Untuk mencegah presipitasi batu baru kalsium oksalat, disesuaikan kelainan metabolik yang
ada.
2.1.10 Komplikasi
Adapun komplikasi dari batu kandung kemih ini adalah :

Hidronefrosis
Adalah pelebaran pada ginjal serta pengisutan jaringan ginjal, sehingga ginjal menyerupai
sebuah kantong yang berisi kemih, kondisi ini terjadi karena tekanan dan aliran balik ureter
dan urine ke ginjal akibat kandung kemih tidak mampu lagi menampung urine. Sementara
urine terus-menerus bertambah dan tidak bisa dikeluarkan. Bila hal ini terjadi maka, akan
timbul nyeri pinggang, teraba benjolan basar didaerah ginjal dan secara progresif dapat
terjadi gagal ginjal.

Uremia
Adalah peningkatan ureum didalam darah akibat ketidak mampuan ginjal menyaring hasil
metabolisme ureum, sehingga akan terjadi gejala mual muntah, sakit kepala, penglihatan
kabur, kejang, koma, nafas dan keringat berbau urine.

Pyelonefritis
Adalah infeksi ginjal yang disebabkan oleh bakteri yang naik secara assenden ke ginjal dan
kandung kemih. Bila hal ini terjadi maka akan timbul panas yang tinggi disertai mengigil,
sakit pinggang, disuria, poliuria, dan nyeri ketok kosta vertebra.

Gagal ginjal akut sampai kronis

Obstruksi pada kandung kamih

Perforasi pada kandung kemih

Hematuria atau kencing darah

Nyeri pingang kronis


Infeksi pada saluran ureter dan vesika urinaria oleh batu.( Soeparman, et.al. 1960 )
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis
2.2.1 Pengkajian
a. Biodata klien dan penanggung jawab
b. Keluhan klien

Nyeri pinggang, sakit saat miksi keluar darah serta nyeri pada supra pubis
c. Riwayat penyakit sebelumnya

Apakah klien pernah dirawat sebelumnya bagaimana cara klien mengatasi nyeri (mis.
Nyeri berkurang jika klien bnyak minum dan mengurangi aktifitas

Apakah klien ada riwayat alergi


d. Riwayat penyakit keluarga

Apakah ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama

Apakah keluarga biasa mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung asam urat
(ikan, daging, jeroan dan ayam)

Apakah klien biasa minum air yang sudah dimasak


e. Pemeriksaan fisik

Pada abdomen nyeri tekan pada pinggang

Apakah bledder terasa penuh

Nyeri pada pangkal paha


f. Pemeriksaan penunjang

hematuria (bila terjadi obstruksi yang lama)

Lab.

Pemeriksaan pielografi intravena

Pemeriksaan ultrasonografi
Adanya batu didalam ginjal, vesika urinaria dan tanda-tanda obstruksi urine
2.2.2 Diagnosa
Pada Asuhan keperawatan pasien dengan batu kandung kemih terdapat diagnose ;
a.
Pre Operasi
1.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan robekan batu pada vesika urinaria
2.
Perubahan eliminasi (BAK) retensio urine berhubungan dengan adanya penutupan
saluran kemih oleh batu dan adanya obstruksi mekanik, peradangan
3. Anxietas berhubungan dengan koping individu yang infektif mengenai penyakit
a.
Post Operasi
1.
Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan, inflamasi
2.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek medikasi, pembedahan
3.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terputus jaringan, dampak dari insisi
pembedahan
4. Anxietas berhubungan dengan koping individu yang infektif mengenai penyakit
2.2.3 Intervensi
a. Pre Operasi
Dx 1: Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan robekan pada vesika urinaria.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam nyeri teratas
Kriteria : Melaporkan keluhan nyeri berkurang, klien tampak tenang dan tidak meningkatkan,
klien dapat tidur/istirahat yang cukup.
Intervensi
Rasional
1.
Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karakteristik, intensitas (skala 0-10). Dan perhatikan

tanda-tanda peningkatan tekanan darah, nadi, tidak bisa beristirahat, gelisah dan rasa nyeri
yang meningkat.
membantu mengevaluasi lokasi nyeri, obstruksi dan pergerakan batu.
2.
Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya mengidentifikasi perubahan terjadinya
karakteristik nyeri.
pengetahuan klien dengan penyebab nyeri dapat membantu meningkatkan koping klien dan
dapat menurunkan kecemasan
3.
Berikan tindakan untuk kenyamanan seperti membatasi pengunjung, lingkungan yang
tenang.
meningkatkan relaksasi, mengurangi ketegangan otot, dan meningkatkan koping.
4. Anjurkan teknik napas dalam sebagai upaya dalam merelaksasi otot.
mengalihkan perhatian sebagai upaya dalam merelaksasi otot.
5. Anjurkan/Bantu klien melakukan ambulasi secara teratur sesuai dengan indikasi dan
meningkatkan intake cairan minimal 3-4 liter/hari sesuai toleransi jantung
hidrasi meningkatkan jalan keluarnya batu mencegah urine statis dan mencegah pembentukan
batu
6.
Kolaborasi: Narkotik missalnya : meperidin (Demerol) morphin
biasanya diberikan pada fase akut untuk menurunkan kolik dan meningkatkan relaksasi
otot/mental.
Dx 2: Perubahan eliminasi (BAK) retensio urine berhubungan dengan adanya penutupan
saluran kemih oleh batu dan adanya obstruksi mekanik, peradangan
Tujuan : Perubahan pola eliminasi BAK :
Kriteria : Retensio urin teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
Intervensi
Rasional
1. Anjurkan klien untuk meningkatkan intake cairan (minimal 3 4 liter/hari sesuai
dengan toleransi jantung.
Memberikan info tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi seperti infeksi dan perdarahan
dapat mengidentifikasi peningkatan obstruksi atau iritasi ureter.
2. Tampung urine 24 jam catat jika ada batu yang ikut keluar dan kirim kelaboratorium
untuk dianalisa.
Meningkatkan hidrasi dapat mengeluarkan bakteri darah dan dapat mamfasilitasi pengeluaran
batu.
3.
Observasi perubahan warna, bau, PH urine setiap 2 jam.
Dapat membantu dalam mengidentifikasi tipe batu dan akan membantu pilihan terapi.
4.
Kolaborasi:
Kolaborasi dalam memonitor pemeriksaan laboratorium seperti elektrolit BUN (Blood Urea
Nitrogen), keratin.
peningkatan BUN, Kreatinin, dan elektrolit-elektrolit tertentu menindikasikan adanya
disfungsi ginjal.

Dx 3: Anxietas berhubungan dengan koping individu yang infektif mengenai penyakit


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 1 jam kecemasan tertasi
Kriteria: Klien dapat mengungkapkan perasaannya dan mengidentifikasi cara yang tepat
untuk menangani kecemasannya
Intervensi
Rasional
1. Adakan kunjungan pada klien dengan personal ruangan bedah sebelum operasi jika
mungkin diskusikan hal-hal yang kiranya dapat menimbulkan ketakutan kekhawatiran pada
klien misalnya masker, lampu, elektroda, suara outoclave, tangisan kecil.
dapat memberikan ketenangan/ketentraman hati dan meredakan kecemasan klien sekaligus
memberikan informasi untuk tindakan operatif.
2.
Informasikan tentang peran perawat sebagai klien intraperatif pada klien.
membina hubungan saling percaya, mengurangi ketakutan akan kehilangan control
dilingkungan yang baru/asing.
3.
Identifikasi tingkak ketakukan klien yang mungkin mengharuskan penundaan prosedur
operasi.
ketakutan yang berlebihan atau yang menetap dapat menyebabkan reaksi stress yang
berlebihan yang beresiko atau munculnya reaksi yang merugikan terhadap prosedur
pembedahan dan obat anastesi.
4.
Perkenalkan staf operasi saat klien dipindahkan keruang operasi
memberi hubungan dan kenyamanan psikis
5.
Bina hubungan saling percaya, mengurangi ketakutan akan kehilangan control
dilingkungan yang baru/asing.
menurunkan ketakuatan bahwa prosedur yang salah mungkin dilakukan

b.Post Operasi
Dx 2: Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan inflamasi dan terputusnya kontinuitas
jaringan
Tujuan : gangguan rasa nyaman nyeri teratasi setelah dilakukan tindakan keperwatan selama
1x24 jam
Kriteria : Melaporkan keluhan nyeri berkurang
Intervensi
Rasional
1.
Evaluasi nyeri secara teratur (setiap 2 jam), catat karakteristik lokasi dan intensitas
nyeri (skala 0-10)
memberikan informasi tentang kebutuhan untuk dan atau keaktifan intervensi
2. Anjurkan untuk menggunakan teknik relaksasi, seperti latihan napas dalam
menghilangkan ketegangan otot dan dapat meningkatkan kemampuan koping
3.
posisikan sesuai indikasi, misalnya semifowler.
dapat menghilangkan nyeri dan menunjang sirkulasi jaringan, semifowler dapat menurunkan
tegangan otot abdomen dan tulang belakang
4.
Berikan informasi tentang ketidaknyamanan yang akan terjadi yang hanya bersifat

sementara
pemahaman tentang ketidaknyaman dapat memberikan keterangan emosional.
5.
Kolaborasi: Kolaborasi pemberian analgetik intravena sesuai indikasi,dll
analgetik intra vena akan mencapai pusat nyeri dengan segera

Dx 3: kerusakan integritas jaringan kulit berhubungan dengan efek medikasi, pembedahan


Tujuan : Gangguan integritas jaringan kulit teratsi setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2x 24 jam
Kriteria: klien dapat mendemontrasikan teknik/prilaku yang menunjang penyembuhan dan
pencegahan komplikasi
Intervensi
Rasional
1.
Kaji jumlah dan karakteristik drainase
penurunan jumlah drainase mengarah kepada kemajuan proses penyemabuhan, sedangkan
drainase yang tepat/ mengandung darah eksudat menandakan adanya komplikasi.
2. Anjurkan klien agar tidak menyentuh luka
mencegah terkontaminasinya luka
3.
Ganjal area insisi pada abdomen dengan bantal pada saat batuk/ bergerak
menggunakan tekanan pada luka, meminimalkan resiko terputusnya jahitan atau rupturnya
jaringan
4.
Ganti dan keluarkan balutan sesuai indikasi, rawat luka yang menggunakan teknik
aseptic
melindungi luka dari injuri mekanik dan kontaminasi, mencegah akumulasi cairan/eksudat
yang dapat mengakibatkan infeksi
5
Kolaborasi: Kolaborasi dalam pemberian es jika diperlukan, penmggunaan abdominal
binder-iritasi luka disertai debridement sesuai kebutuhan
menurunkan pembentukan edema

Dx 4 : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terputus jaringan, dampak dari insisi
pembedahan
Tujuan : infeksi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam
Kriteria : tidak ada tanda-tanda infeksi luka
Intervensi
Rasional
1.
Observasi tanda-tanda infeksi pad luka post operasi
dapat diketahui secra dini tanda-tanda infeksi pada luka operasi seperti edema, kemerahan,
nyeri, yang bertambah berat/terdapat pus pada luka tersebut
2.
Monitor tanda-tanda vital, catat serangan panas, perubahan kesadaran, atau keluhan
meningkatnya nyeri yang hebat.
merupakan tanda-tanda adanjya peradangan/sepsis yang berkembang
3.
Monitor kelancaran drain, hitung output dan warna cairan
dapat diketahui adanya infeksi pada luka operasi

4.
Berikan informasi tentang hal-hal yang mempengaruhi daya tahan tubuh
dengan meningkatkan pengetahuan klien tentang hal-hal yang mempengaruhi daya tahan
tubuh diharapkan klien dapat operatif dengan tindakan keperawatan yang akan dilakuakan
5.
Kolaborasi: Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat yang sesuai
dapat memberikan propilaksis/menurunkan jumlah organisme untuk menurunkan membrane
lebih lanjut

DAFTAR PUSTAKA
Purnomo, B., B., 2003. Dasar-Dasar Urologi Edisi Kedua. CV. Infomedika . Jakarta.
Sjamsuhidayat, R., dan Jong W., 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Doenges, Marillyn. (2002). Rencana asuhan keperawatan edisi 3. penerbit buku kedokteran
EGC. Jakarta.
Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid 2. Penerbit Media
Aesculapius FKUI. Jakarta.
Brunner & Suddarth (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2 edisi 8.
Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.

Вам также может понравиться

  • Laporan Pendahuluan Combustio
    Laporan Pendahuluan Combustio
    Документ34 страницы
    Laporan Pendahuluan Combustio
    Prima Wati
    67% (6)
  • Syok Hipovolemik
    Syok Hipovolemik
    Документ19 страниц
    Syok Hipovolemik
    Damai Noor Fatimah
    100% (3)
  • Hepatitis
    Hepatitis
    Документ4 страницы
    Hepatitis
    Dimas YAn Al Idruz
    Оценок пока нет
  • Leaflet Anak Susah Makan
    Leaflet Anak Susah Makan
    Документ3 страницы
    Leaflet Anak Susah Makan
    Dimas YAn Al Idruz
    Оценок пока нет
  • Hepatitis B LP
    Hepatitis B LP
    Документ11 страниц
    Hepatitis B LP
    Dimas YAn Al Idruz
    Оценок пока нет
  • Asuhan Keperawatan Kejang Demam
    Asuhan Keperawatan Kejang Demam
    Документ9 страниц
    Asuhan Keperawatan Kejang Demam
    Antoniuss
    Оценок пока нет
  • Asuhan Keperawatan Keluarga An.a
    Asuhan Keperawatan Keluarga An.a
    Документ24 страницы
    Asuhan Keperawatan Keluarga An.a
    Dimas YAn Al Idruz
    Оценок пока нет
  • Posyandu Balita
    Posyandu Balita
    Документ1 страница
    Posyandu Balita
    Dimas YAn Al Idruz
    Оценок пока нет
  • LP Gea Aziz
    LP Gea Aziz
    Документ6 страниц
    LP Gea Aziz
    Doni Darco
    Оценок пока нет
  • Pathway CA Serviks
    Pathway CA Serviks
    Документ1 страница
    Pathway CA Serviks
    Dimas YAn Al Idruz
    Оценок пока нет
  • Sap Dau Ispa Pneumonia 1
    Sap Dau Ispa Pneumonia 1
    Документ10 страниц
    Sap Dau Ispa Pneumonia 1
    Dimas YAn Al Idruz
    100% (1)
  • Dimas LP
    Dimas LP
    Документ10 страниц
    Dimas LP
    Dimas YAn Al Idruz
    Оценок пока нет
  • Presentasi Afri
    Presentasi Afri
    Документ15 страниц
    Presentasi Afri
    Dimas YAn Al Idruz
    Оценок пока нет
  • Pendahuluan Mioma
    Pendahuluan Mioma
    Документ1 страница
    Pendahuluan Mioma
    Dimas YAn Al Idruz
    Оценок пока нет
  • A. Presus Jiwa
    A. Presus Jiwa
    Документ19 страниц
    A. Presus Jiwa
    Dimas YAn Al Idruz
    Оценок пока нет
  • Fraktur
    Fraktur
    Документ28 страниц
    Fraktur
    Dimas YAn Al Idruz
    Оценок пока нет
  • A. Presus Jiwa
    A. Presus Jiwa
    Документ19 страниц
    A. Presus Jiwa
    Dimas YAn Al Idruz
    Оценок пока нет